PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g88_No26 hlm. 8-10
  • Akhir bagi Senjata Nuklir—Bagaimana?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Akhir bagi Senjata Nuklir—Bagaimana?
  • Sedarlah!—1988 (No. 26)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Penyebab dan Obatnya
  • Pemerintahan Dunia—Suatu Kenyataan!
  • Akhirnya Masa Depan yang Aman!
    Sedarlah!—1999
  • Ancaman Perang Nuklir—Apa Kata Alkitab?
    Topik Menarik Lainnya
  • Siapa yang Dapat Mendatangkan Perdamaian yang Tahan Lama?
    Sedarlah!—1996
  • Bom dan Masa Depan Manusia
    Sedarlah!—1986 (No. 18)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1988 (No. 26)
g88_No26 hlm. 8-10

Akhir bagi Senjata Nuklir—Bagaimana?

KITA berada dalam jaman kecemasan. Perkawinan antara ilmu pengetahuan dan peperangan telah menghasilkan ribuan senjata dengan kekuatan yang menghancurkan yang tidak dapat dibayangkan, pembunuh yang tidak pandang bulu yang memiliki kemampuan untuk membinasakan umat manusia.

Bahwa manusia begitu rela membantai sesamanya patut dikuatirkan. Namun, kecenderungan manusia untuk membunuh diperlihatkan hampir sejak permulaan. Alkitab memberitahu, ”Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.” (Kejadian 4:8) Sejak itu manusia terus membunuh sesamanya. Dan meskipun benar bahwa sejak 1945 manusia telah mengendalikan tangannya untuk tidak menggunakan senjata nuklir dalam peperangan, abad kita tetap abad yang paling penuh pembunuhan dalam sejarah. Jelas, problemnya bukan senjata itu sendiri.

Penyebab dan Obatnya

Beberapa sarjana merasa bahwa karena manusia yang melakukan peperangan, penyebabnya harus ditemukan pada sifat dasar manusia itu sendiri. Menurut pandangan ini, manusia melakukan peperangan karena sifat mementingkan diri, kebodohan, dan dorongan hati yang disalaharahkan. Resepnya bervariasi, tetapi banyak orang merasa bahwa perdamaian dapat terwujud hanya melalui perubahan pandangan dan tingkah laku manusia itu sendiri.

Yang lain mengatakan bahwa karena peperangan adalah pertempuran antar bangsa, penyebab peperangan terletak pada struktur sistem politik internasional. Karena tiap negara yang berdaulat bertindak berdasarkan ambisi dan keinginannya sendiri, konflik tidak dapat dielakkan. Karena tidak ada cara yang dapat diandalkan dan konsisten untuk mempersatukan perbedaan, maka peperangan terjadi.

Dalam analisanya mengenai penyebab perang, sarjana Kenneth Waltz mendapati bahwa ”satu pemerintahan sedunia adalah obat untuk perang dunia”. Tetapi ia menambahkan, ”Walaupun mungkin tidak dapat dibantah menurut logika, obatnya tidak bisa didapatkan dalam praktik.” Yang lain setuju. Pengarang Ben Bova menyatakan dalam majalah Omni, ”Bangsa-bangsa harus bersatu menjadi satu pemerintahan tunggal yang dapat mengendalikan persenjataan dan mencegah peperangan.” Tetapi, ia juga mengatakan, ”Kebanyakan orang menganggap pemerintahan dunia seperti itu sebagai sesuatu yang hampir tidak mungkin terwujud, sebuah mimpi fiksi ilmiah yang tidak pernah akan terwujud.” Kegagalan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggarisbawahi kesimpulan yang suram ini. Bangsa-bangsa tidak mau menyerahkan kedaulatan mereka kepada organisasi itu ataupun organisasi lain manapun!

Pemerintahan Dunia—Suatu Kenyataan!

Namun, Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah sendiri bermaksud untuk mendirikan suatu pemerintahan sedunia yang nyata. Jutaan orang tanpa menyadari mendoakan pemerintahan ini ketika mengucapkan Doa Bapa Kami, ”Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga.” (Matius 6:10) Kepala atau pemimpin pemerintahan Kerajaan itu adalah Raja Damai, Yesus Kristus. Alkitab menjanjikan sehubungan dengan pemerintahan itu, ”Kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan [atau pemerintahan manusia] dan menghabisinya.”—Daniel 2:44.

Pemerintahan dunia ini akan memberikan perdamaian dan keamanan yang sejati, bukan melalui pencegahan nuklir maupun sistem senjata pertahanan teknologi tinggi yang canggih atau perjanjian politik yang goyah. Mazmur 46:10 menubuatkan bahwa Allah Yehuwa ”menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang . . . mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api!” Ini berarti penghancuran semua senjata, termasuk perlengkapan nuklir.

Tetapi bagaimana dengan sifat dasar manusia itu sendiri yang suka berperang? Di bawah pemerintahan Allah di surga, penduduk bumi ”akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa dan mereka tidak akan lagi belajar perang”. (Yesaya 2:4) Tiga juta orang dewasa ini sudah hidup sesuai dengan ayat Alkitab ini. Mereka adalah Saksi-Saksi Yehuwa.

Saksi-Saksi ini tinggal di 200 negeri lebih dan berasal dari banyak suku bangsa. Sebelum menjadi orang Kristen sejati, ada di antara mereka yang suka berperang, mungkin bahkan kejam. Tetapi sebagai hasil pengenalan akan Allah, mereka sekarang menolak untuk mengangkat senjata melawan sesamanya atau orang lain. Kenetralan mereka dalam pertikaian politik merupakan catatan sejarah. Pendirian Saksi-Saksi Yehuwa yang penuh damai yang diambil secara internasional telah membuktikan fakta bahwa suatu dunia yang bebas dari perang dan senjata nuklir dapat diwujudkan.

Jutaan orang yang hidup dewasa ini dilahirkan dalam zaman nuklir dan diperkirakan akan mati dalam zaman itu—jika mereka tidak mati karenanya. Saksi-Saksi Yehuwa tidak mempunyai harapan yang suram itu. Kepercayaan mereka diberikan sepenuhnya kepada Kerajaan dan Allah mereka, Yehuwa, ”sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”.—Lukas 1:37.

[Gambar di hlm. 9]

Alkitab menubuatkan bahwa Allahlah yang akan menghapuskan senjata-senjata perang

[Gambar di hlm. 10]

Di bawah pemerintahan surgawi Allah, bumi akan bebas dari perang dan senjata-senjata yang menghancurkan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan