-
Kelegaan dari Stres—Jalan Keluar yang PraktisMenara Pengawal—2001 | 15 Desember
-
-
Kelegaan dari Stres—Jalan Keluar yang Praktis
”Marilah kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat, dan aku akan menyegarkan kamu.”—MATIUS 11:28.
1, 2. (a) Apa yang dimuat dalam Alkitab yang dapat membantu meringankan stres yang berlebihan? (b) Seberapa efektifkah ajaran-ajaran Yesus?
SAUDARA mungkin sependapat bahwa terlalu banyak tekanan itu tidak baik; hal itu bisa berdampak buruk pada fisik dan mental. Alkitab menunjukkan bahwa seluruh umat manusia begitu terbebani sehingga banyak orang sangat menanti-nantikan kebebasan dari kehidupan yang menekan dewasa ini. (Roma 8:20-22) Tetapi, Alkitab juga memperlihatkan caranya kita dapat memperoleh kelegaan dari tekanan sampai taraf tertentu sekarang juga. Kelegaan semacam itu diperoleh dengan mengikuti nasihat dan teladan seorang pemuda yang hidup 20 abad yang lalu. Ia adalah seorang tukang kayu, tetapi kasihnya yang lebih besar ia tujukan kepada orang-orang. Ia menyentuh hati orang-orang, ia memperhatikan kebutuhan mereka, menolong yang lemah dan menghibur yang tertekan. Tidak hanya itu, ia membantu banyak orang mewujudkan potensi rohani mereka. Dengan demikian, mereka mendapatkan kelegaan dari stres yang berlebihan, dan Saudara pun bisa mendapatkannya.—Lukas 4:16-21; 19:47, 48; Yohanes 7:46.
2 Pria ini, Yesus dari Nazaret, tidak dibimbing oleh pendidikan tinggi yang dicari sejumlah orang di Roma, Athena, atau Aleksandria kuno. Namun, ajaran-ajarannya menonjol. Ajarannya memuat tema: pemerintahan yang melaluinya Allah akan memerintah bumi kita dengan sukses. Yesus juga menjelaskan prinsip-prinsip dasar tentang kehidupan—prinsip-prinsip yang benar-benar bernilai dewasa ini. Orang-orang yang belajar dan menerapkan apa yang Yesus ajarkan menikmati manfaat secara langsung, termasuk kelegaan dari stres yang berlebihan. Tidakkah Saudara ingin menikmatinya juga?
3. Undangan mulia apa yang Yesus ulurkan?
3 Saudara mungkin memiliki keraguan. ’Bisakah seseorang yang hidup ratusan tahun yang lalu mempengaruhi kehidupan saya sekarang?’ Nah, dengarkan undangan Yesus, ”Marilah kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat, dan aku akan menyegarkan kamu. Ambillah kuk aku atas kamu dan belajarlah padaku, karena aku berwatak lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan kesegaran bagi jiwamu. Karena kuk aku nyaman dan tanggunganku ringan.” (Matius 11:28-30) Apa yang ia maksudkan? Mari kita periksa kata-kata ini dengan lebih terperinci dan melihat bagaimana kata-kata itu membantu Saudara menemukan kelegaan dari stres yang menyiksa.
4. Kepada siapa Yesus berbicara, dan mengapa para pendengarnya mungkin merasa sulit untuk melakukan apa yang diminta dari mereka?
4 Yesus berbicara kepada banyak orang yang sungguh-sungguh berupaya melakukan apa yang benar tetapi yang ”dibebani tanggungan yang berat” karena para pemimpin Yahudi menjadikan agama sebagai hal yang membebani. (Matius 23:4) Mereka memusatkan perhatian pada peraturan yang tak ada habisnya hampir dalam setiap aspek kehidupan. Tidakkah Saudara akan merasa tertekan kalau terus-terusan mendengar ”kamu tidak boleh” melakukan ini atau itu? Sebaliknya, Yesus mengundang orang-orang kepada kebenaran, kepada keadilbenaran, kepada kehidupan yang lebih baik dengan mendengarkan dia. Ya, jalan untuk mengenal Allah yang benar menyangkut memberikan perhatian kepada Yesus Kristus, karena dalam dirinya, manusia dapat melihat seperti apa Yehuwa itu. Yesus berkata, ”Ia yang telah melihat aku telah melihat Bapak juga.”—Yohanes 14:9.
Apakah Kehidupan Saudara Terlalu Menekan?
5, 6. Bagaimana kondisi kerja dan upah di zaman Yesus dibandingkan dengan di zaman kita sekarang?
5 Persoalan ini mungkin menjadi perhatian Saudara karena pekerjaan atau situasi keluarga Saudara bisa jadi begitu membebani Saudara. Atau, tanggung jawab lainnya mungkin tampaknya membuat Saudara sangat kewalahan. Jika demikian, Saudara seperti orang-orang tulus yang Yesus jumpai dan bantu. Misalnya, pikirkan tentang problem mencari nafkah. Banyak orang bergulat dengan problem itu sekarang, dan begitu juga banyak orang pada zaman Yesus.
6 Kala itu, seorang buruh bekerja 12 jam sehari, 6 hari seminggu, biasanya hanya untuk satu dinar sehari. (Matius 20:2-10) Bagaimana dengan upah Saudara atau upah teman-teman Saudara? Memang sulit untuk membandingkan upah zaman dahulu dengan upah zaman sekarang. Salah satu caranya adalah dengan melihat daya belinya, maksudnya, apa yang dapat dibeli dengan uang. Seorang sarjana mengatakan bahwa pada zaman Yesus, seketul roti yang terbuat dari empat cangkir tepung gandum harganya kira-kira sebesar upah satu jam. Sarjana lain mengatakan bahwa harga secangkir anggur yang bagus kira-kira sebesar upah dua jam. Saudara dapat melihat dari perincian demikian bahwa orang-orang pada zaman itu benar-benar membanting tulang agar dapat tetap hidup. Mereka membutuhkan kelegaan dan kesegaran, sebagaimana kita juga. Jika Saudara bekerja, Saudara mungkin merasa tertekan karena tuntutan untuk lebih produktif. Kita sering kali tidak punya waktu untuk membuat keputusan yang matang. Saudara mungkin mengakui bahwa Saudara mendambakan kelegaan.
7. Bagaimana reaksi orang-orang terhadap kata-kata Yesus?
7 Jelaslah, undangan Yesus kepada semua orang yang ”berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat” sangat menarik bagi banyak pendengar pada saat itu. (Matius 4:25; Markus 3:7, 8) Dan, ingatlah bahwa Yesus menambahkan janji, ”Aku akan menyegarkan kamu.” Janji yang sama itu berlaku dewasa ini. Janji itu dapat ditujukan kepada kita jika kita ”berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat”. Dan, janji itu dapat berlaku bagi orang-orang yang kita kasihi, yang situasinya kurang lebih sama.
8. Bagaimana membesarkan anak dan usia lanjut menambah stres?
8 Ada hal-hal lain yang membebani orang-orang. Membesarkan anak adalah suatu tantangan besar. Bahkan menjadi seorang anak pun bisa menjadi tantangan. Ada semakin banyak orang dari segala usia yang menghadapi problem kesehatan mental maupun fisik. Dan, meskipun orang-orang mungkin hidup lebih lama, para lansia memiliki problem khusus yang harus dihadapi, kendati ada kemajuan di bidang medis.—Pengkhotbah 12:1.
Bekerja di Bawah Kuk
9, 10. Pada zaman dahulu, kuk melambangkan apa, dan mengapa Yesus mengundang orang-orang untuk mengambil kuknya ke atas mereka?
9 Apakah Saudara memperhatikan bahwa dalam kata-kata yang dikutip dari Matius 11:28, 29, Yesus mengatakan, ”Ambillah kuk aku atas kamu dan belajarlah padaku.” Pada masa itu, seorang pria jelata mungkin merasa seolah-olah ia sedang bekerja di bawah sebuah kuk. Sejak zaman dahulu, kuk merupakan lambang perbudakan atau perhambaan. (Kejadian 27:40; Imamat 26:13; Ulangan 28:48) Banyak buruh harian yang Yesus jumpai memang benar-benar bekerja dengan kuk di bahu mereka, memikul beban yang berat. Tergantung bagaimana bentuknya, kuk dapat terasa nyaman pada leher dan bahu atau bisa juga menyebabkan lecet. Sebagai tukang kayu, Yesus mungkin pernah membuat kuk, dan ia tahu cara membuat kuk yang ”nyaman”. Barangkali, ia membungkus bagian yang menyentuh leher dan bahu dengan kulit atau kain agar menghasilkan kuk yang senyaman mungkin.
10 Sewaktu Yesus mengatakan, ”Ambillah kuk aku atas kamu”, ia bisa jadi menyamakan dirinya dengan orang yang menyediakan kuk yang bagus mutunya yang akan terasa ”nyaman” pada leher dan bahu seorang pekerja. Jadi, Yesus menambahkan, ”Tanggunganku ringan.” Ini menunjukkan bahwa kayu kuk itu cukup nyaman digunakan, dan pekerjaannya pun tidak berat. Memang, dengan mengundang para pendengarnya untuk menerima kuknya, Yesus tidak sedang menawarkan kelegaan seketika dari semua kondisi menindas yang terjadi pada saat itu. Namun, perubahan sudut pandangan yang ia berikan akan menghasilkan kesegaran sampai taraf tertentu. Penyesuaian dalam gaya hidup dan cara mereka melakukan segala sesuatu akan melegakan mereka juga. Yang lebih penting lagi, harapan yang jelas dan kukuh akan turut membantu mengurangi tekanan hidup.
Saudara Dapat Menikmati Kesegaran
11. Mengapa Yesus tidak semata-mata memaksudkan penukaran kuk?
11 Harap diperhatikan, Yesus tidak berkata bahwa orang-orang akan menukar kuknya. Roma akan tetap menguasai negeri itu, sebagaimana pemerintah sekarang menguasai negeri tempat tinggal orang-orang Kristen. Pajak yang dibebankan Roma pada abad pertama akan tetap ada. Demikian pula problem kesehatan dan ekonomi. Ketidaksempurnaan dan dosa akan terus mempengaruhi orang-orang. Namun, mereka dapat menikmati kesegaran dengan menerima ajaran Yesus, dan kita pun dapat menikmatinya dewasa ini.
12, 13. Apa yang Yesus soroti yang akan mendatangkan kesegaran, dan bagaimana tanggapan beberapa orang?
12 Penerapan penting ilustrasi Yesus tentang kuk menjadi nyata sehubungan dengan pekerjaan menjadikan murid. Tidak diragukan lagi bahwa kegiatan utama Yesus adalah mengajar orang-orang lain, dengan menandaskan Kerajaan Allah. (Matius 4:23) Jadi, sewaktu ia mengatakan, ”Ambillah kuk aku atas kamu,” hal itu pastilah mencakup ikut bersama dia dalam kegiatan yang sama. Catatan Injil memperlihatkan bahwa Yesus menggerakkan orang-orang yang tulus untuk beralih pekerjaan, permasalahan utama dalam kehidupan banyak orang. Ingatlah panggilannya kepada Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes, ”Marilah ikut aku, dan aku akan menjadikan kamu penjala manusia.” (Markus 1:16-20) Ia mempertunjukkan kepada para nelayan itu alangkah memuaskannya jika mereka melakukan pekerjaan yang ia dahulukan dalam kehidupannya, melakukannya di bawah petunjuknya dan dengan bantuannya.
13 Beberapa pendengarnya yang berbangsa Yahudi menangkap maknanya dan menerapkannya. Bayangkan adegan di tepi laut yang kita baca di Lukas 5:1-11. Empat nelayan sudah berjerih lelah sepanjang malam tetapi tidak menangkap apa-apa. Tiba-tiba, jala mereka penuh! Itu bukan kebetulan; itu hasil intervensi Yesus. Seraya mereka melihat ke arah pantai, mereka melihat sekumpulan orang yang sangat berminat pada ajaran Yesus. Hal itu memperjelas maksud kata-kata Yesus kepada keempat orang itu, ”Mulai sekarang engkau akan menangkap manusia hidup-hidup.” Bagaimana tanggapan mereka? ”Mereka membawa kembali perahu-perahu itu ke darat, lalu meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti dia.”
14. (a) Bagaimana kita dapat menemukan kesegaran dewasa ini? (b) Kabar baik yang menyegarkan apa yang diumumkan oleh Yesus?
14 Pada dasarnya, Saudara dapat menanggapinya dengan cara yang serupa. Pekerjaan mengajar orang-orang tentang kebenaran Alkitab masih berlangsung. Kira-kira enam juta Saksi-Saksi Yehuwa di seluas dunia telah menerima undangan Yesus untuk ’mengambil kuknya atas’ mereka; mereka telah menjadi ”penjala manusia”. (Matius 4:19) Ada yang menjadikannya sebagai pekerjaan sepenuh waktu; yang lain berbuat sebisa-bisanya secara penggal waktu. Semuanya mendapati bahwa hal itu menyegarkan, sehingga kehidupan mereka tidak lagi begitu menekan. Hal itu mencakup melakukan apa yang mereka nikmati, memberi tahu orang-orang lain kabar baik—”kabar baik kerajaan”. (Matius 4:23) Memang selalu menyenangkan untuk berbicara tentang kabar baik, tetapi khususnya kabar baik yang satu ini. Alkitab memuat bahan dasar yang kita butuhkan untuk meyakinkan banyak orang bahwa mereka dapat menjalani kehidupan yang tidak terlalu menekan.—2 Timotius 3:16, 17.
15. Bagaimana Saudara dapat memperoleh manfaat dari ajaran Yesus tentang kehidupan?
15 Sampai taraf tertentu, bahkan orang-orang yang baru saja mulai belajar tentang Kerajaan Allah telah mendapat manfaat dari ajaran Yesus tentang cara menjalani kehidupan. Banyak orang dapat dengan tepat mengatakan bahwa ajaran-ajaran Yesus telah menyegarkan mereka dan telah membantu mengubah kehidupan mereka. Saudara dapat meyakinkan diri tentang hal itu dengan memeriksa beberapa prinsip kehidupan yang dinyatakan dalam catatan tentang kehidupan dan pelayanan Yesus, khususnya Injil yang ditulis oleh Matius, Markus, dan Lukas.
Cara Menemukan Kesegaran
16, 17. (a) Di mana Saudara dapat menemukan beberapa ajaran kunci Yesus? (b) Apa yang dibutuhkan untuk menemukan kesegaran melalui penerapan ajaran-ajaran Yesus?
16 Pada musim semi tahun 31 M, Yesus menyampaikan ceramah yang terkenal sampai sekarang. Ceramah itu biasanya disebut Khotbah di Gunung. Ceramah itu dicatat di Matius pasal 5 sampai 7 dan Lukas pasal 6, dan ceramah itu meringkaskan banyak dari ajarannya. Saudara dapat menemukan ajaran Yesus lainnya di dalam Injil. Banyak hal yang ia katakan mudah dimengerti tanpa perlu dijelaskan, meskipun menerapkannya bisa menjadi tantangan. Mengapa tidak membaca pasal-pasal itu dengan saksama, dengan penuh penghayatan? Biarkan kuasa gagasannya mempengaruhi cara berpikir dan sikap Saudara.
17 Jelaslah, ajaran-ajaran Yesus dapat disusun dengan cara yang berbeda-beda. Mari kita kelompokkan ajaran-ajaran kunci sehingga ada satu pokok ajaran untuk setiap hari dalam sebulan, dengan tujuan menerapkannya dalam kehidupan Saudara. Caranya? Nah, jangan membacanya sekilas saja. Ingat penguasa kaya yang bertanya kepada Yesus Kristus, ”Dengan melakukan apa aku akan mewarisi kehidupan abadi?” Sewaktu Yesus mengulangi tuntutan penting dari Hukum Allah, pria itu menjawab bahwa ia sudah memenuhinya. Namun, ia sadar bahwa ia perlu berbuat lebih banyak lagi. Yesus meminta agar ia mengerahkan lebih banyak upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip yang saleh dengan cara yang praktis, untuk menjadi murid yang aktif. Tampaknya, pria itu belum siap melangkah sejauh itu. (Lukas 18:18-23) Oleh karena itu, seseorang yang ingin mempelajari ajaran-ajaran Yesus sekarang perlu mengingat bahwa ada perbedaan antara menyetujui ajaran-ajaran itu dan secara aktif menerimanya, yang akan mengurangi stres.
18. Ilustrasikan cara Saudara dapat memanfaatkan kotak sisipan.
18 Sebagai langkah awal untuk memeriksa dan menerapkan ajaran-ajaran Yesus, lihatlah pokok 1 dalam kotak sisipan. Pokok itu mengacu ke Matius 5:3-9. Memang, siapa pun di antara kita dapat menghabiskan cukup banyak waktu untuk merenungkan nasihat yang luar biasa yang disajikan dalam ayat-ayat itu. Namun, kalau melihatnya secara keseluruhan, apa yang Saudara simpulkan tentang sikap? Jika Saudara benar-benar ingin mengatasi dampak terlalu banyak stres dalam kehidupan Saudara, apa yang akan membantu? Bagaimana Saudara dapat memperbaiki keadaan dengan meningkatkan perhatian Saudara pada perkara-perkara rohani, membiarkan hal-hal itu lebih banyak mengisi pikiran Saudara? Adakah hal-hal dalam kehidupan Saudara yang perlu Saudara anggap kurang penting, sehingga ada lebih banyak perhatian untuk hal-hal rohani? Jika Saudara melakukannya, kebahagiaan Saudara sekarang akan bertambah.
19. Apa yang dapat Saudara lakukan untuk memperoleh pemahaman tambahan?
19 Ada lagi yang dapat Saudara lakukan. Mengapa tidak membahas ayat-ayat itu dengan hamba Allah yang lain, mungkin teman hidup Saudara, kerabat dekat, atau teman? (Amsal 18:24; 20:5) Ingatlah bahwa si penguasa kaya itu bertanya kepada orang lain—Yesus—tentang persoalan yang relevan. Jawaban Yesus sebenarnya bisa meningkatkan prospek kebahagiaan serta umur panjangnya. Rekan seiman yang Saudara ajak untuk membahas ayat-ayat itu memang tidak akan sebanding dengan Yesus; kendati demikian, percakapan tentang ajaran Yesus akan menghasilkan manfaat bagi kalian berdua. Cobalah lakukan hal itu sesegera mungkin.
20, 21. Program apa yang dapat Saudara ikuti untuk mempelajari ajaran-ajaran Yesus, dan bagaimana Saudara dapat mengukur kemajuan Saudara?
20 Lihatlah lagi kotak sisipan, ”Pokok-Pokok Ajaran untuk Membantu Saudara”. Ajaran-ajaran ini dikelompokkan sehingga Saudara memiliki setidaknya satu pokok ajaran sehari untuk dipikirkan. Pertama-tama, Saudara dapat membaca apa yang Yesus katakan di ayat yang dicantumkan. Kemudian, pikirkan kata-katanya. Renungkan dalam-dalam bagaimana Saudara dapat menerapkannya dalam kehidupan Saudara. Jika Saudara merasa bahwa Saudara sudah melakukannya, renungkan apa lagi yang dapat Saudara lakukan untuk hidup selaras dengan ajaran Allah itu. Cobalah menerapkan pokok ajaran tersebut sepanjang hari itu. Jika Saudara harus berupaya keras untuk memahaminya atau untuk melihat cara Saudara dapat menerapkannya, gunakan satu hari lagi. Akan tetapi, ingatlah bahwa Saudara tidak perlu menguasainya terlebih dahulu sebelum beranjak ke pokok ajaran berikutnya. Pada hari berikutnya, Saudara dapat memikirkan pokok ajaran lain. Pada akhir minggu, Saudara dapat meninjau sejauh mana keberhasilan Saudara dalam menerapkan empat atau lima pokok ajaran Yesus. Pada minggu kedua, tambahkan lebih banyak, hari demi hari. Jika Saudara mendapati bahwa Saudara telah khilaf dalam menerapkan pokok ajaran tertentu, jangan berkecil hati. Setiap orang Kristen akan mengalaminya. (2 Tawarikh 6:36; Mazmur 130:3; Pengkhotbah 7:20; Yakobus 3:8) Teruslah menerapkan pokok-pokok ajaran itu pada minggu ketiga dan keempat.
21 Setelah kira-kira satu bulan, Saudara mungkin sudah memikirkan ke-31 pokok itu seluruhnya. Apa pun halnya, bagaimana nanti perasaan Saudara sebagai hasilnya? Setidaknya, bukankah Saudara akan merasa lebih berbahagia, mungkin lebih lega? Bahkan jika Saudara hanya membuat sedikit perbaikan, kemungkinan besar stres Saudara akan berkurang, atau setidaknya Saudara akan dapat mengatasi stres dengan lebih baik, dan Saudara akan mempunyai sebuah metode untuk melanjutkan upaya Saudara. Jangan lupa bahwa ada banyak pokok bagus lainnya dari ajaran Yesus yang tidak tercantum pada daftar itu. Mengapa tidak mencari beberapa di antaranya dan berupaya menerapkannya?—Filipi 3:16.
22. Apa yang dapat dihasilkan dengan mengikuti ajaran-ajaran Yesus, tetapi aspek tambahan apa yang patut dipelajari?
22 Saudara dapat melihat bahwa kuk Yesus, meskipun bukannya tanpa tanggungan, sebenarnya nyaman. Menerima ajaran-ajarannya dan menjadi muridnya adalah tanggungan yang ringan. Setelah mengalaminya selama lebih dari 60 tahun, rasul Yohanes, sahabat karib Yesus, sependapat, ”Inilah arti kasih akan Allah, yaitu bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya; meskipun demikian perintah-perintahnya tidak membebani.” (1 Yohanes 5:3) Saudara dapat memiliki keyakinan yang sama. Semakin lama Saudara menerapkan ajaran-ajaran Yesus, Saudara akan semakin menyadari bahwa apa yang membuat kehidupan begitu menekan bagi banyak orang dewasa ini tidak akan menyusahkan Saudara. Saudara akan melihat bahwa Saudara telah menemukan kelegaan sampai taraf tertentu. (Mazmur 34:8) Namun, ada aspek lain dari kuk Yesus yang nyaman yang perlu Saudara pikirkan. Yesus juga mengatakan bahwa ia ”berwatak lembut dan rendah hati”. Bagaimana hal itu termasuk dalam cara kita belajar pada Yesus dan menirunya? Dalam artikel berikut, kita akan membahas hal ini.—Matius 11:29.
-
-
Kelegaan dari Stres—Jalan Keluar yang PraktisMenara Pengawal—2001 | 15 Desember
-
-
[Blurb di hlm. 14]
Ayat tahunan untuk Saksi-Saksi Yehuwa selama tahun 2002 adalah, ”Marilah kepadaku . . . dan aku akan menyegarkan kamu.”—Matius 11:28.
[Kotak/Gambar di hlm. 12, 13]
Pokok-Pokok Ajaran untuk Membantu Saudara
Hal-hal bagus apa yang Saudara dapati di Matius pasal 5 sampai 7? Pasal-pasal ini memuat ajaran yang disampaikan di tepi bukit di Galilea oleh sang Guru Agung, Yesus. Silakan baca ayat-ayat yang dicantumkan di bawah ini, dengan Alkitab Saudara sendiri, dan ajukan kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan yang terkait.
1. 5:3-9 Apa yang dapat saya pelajari dari ayat ini tentang sikap saya secara umum? Bagaimana saya dapat mengupayakan kebahagiaan yang lebih besar? Bagaimana saya dapat memberi lebih banyak perhatian pada kebutuhan rohani saya?
2. 5:25, 26 Ketimbang meniru semangat suka bertengkar yang dimiliki banyak orang, apa yang lebih baik saya lakukan?—Lukas 12:58, 59.
3. 5:27-30 Apa yang ditandaskan oleh kata-kata Yesus sehubungan dengan fantasi seksual? Dengan menghindarinya, bagaimana saya bisa lebih berbahagia dan memiliki kedamaian pikiran?
4. 5:38-42 Mengapa saya hendaknya berupaya keras untuk menghindari sikap agresif yang ditekankan oleh masyarakat modern?
5. 5:43-48 Bagaimana saya akan memperoleh manfaat dengan lebih mengenal orang-orang yang sebelumnya mungkin saya anggap sebagai musuh? Kemungkinan besar, bagaimana hal itu akan turut mengurangi atau menyingkirkan ketegangan?
6. 6:14, 15 Jika saya kadang-kadang cenderung tidak mau mengampuni, mungkinkah penyebab dasarnya adalah kedengkian atau kekesalan? Bagaimana saya dapat mengubah sikap itu?
7. 6:16-18 Apakah saya cenderung lebih memperhatikan penampilan ketimbang diri saya yang sesungguhnya? Terhadap apa saya harus lebih waspada?
8. 6:19-32 Apa dampak yang dapat timbul jika saya terlalu khawatir akan uang dan harta milik? Untuk membantu saya tetap seimbang dalam hal ini, hal apa yang dapat saya pikirkan?
9. 7:1-5 Bagaimana perasaan saya apabila saya berada di antara orang-orang yang suka menghakimi dan kritis, selalu mencari-cari kesalahan? Mengapa penting bagi saya untuk tidak menjadi seperti itu?
10. 7:7-11 Jika kegigihan patut dipertunjukkan dalam membuat permohonan kepada Allah, bagaimana dalam aspek-aspek kehidupan lainnya?—Lukas 11:5-13.
11. 7:12 Meskipun saya tahu Aturan Emas, seberapa sering saya menerapkan nasihat ini dalam berurusan dengan orang lain?
12. 7:24-27 Karena saya bertanggung jawab atas haluan hidup yang saya tempuh, bagaimana saya dapat lebih siap menghadapi terjangan kesukaran dan masalah yang datang bertubi-tubi? Mengapa saya hendaknya mulai memikirkannya sekarang?—Lukas 6:46-49.
Ajaran-ajaran tambahan yang dapat saya pikirkan:
13. 8:2, 3 Bagaimana saya dapat memperlihatkan keibaan hati bagi mereka yang kurang beruntung, seperti yang sering Yesus lakukan?
14. 9:9-38 Seberapa pentingkah memperlihatkan belas kasihan dalam kehidupan saya, dan bagaimana saya dapat lebih banyak memperlihatkannya?
15. 12:19 Seraya belajar dari nubuat tentang Yesus, apakah saya berupaya keras untuk menghindari pernyataan yang memancing pertengkaran?
16. 12:20, 21 Manfaat apa yang bisa saya peroleh jika saya tidak menghancurkan orang lain dengan kata-kata atau tindakan saya?
17. 12:34-37 Apa yang paling sering saya bicarakan? Saya tahu bahwa kalau saya memeras jeruk, yang keluar adalah air jeruk, maka mengapa saya hendaknya merenungkan apa yang ada dalam diri saya, dalam hati saya?—Markus 7:20-23.
18. 15:4-6 Dari komentar-komentar Yesus, apa yang dapat saya pahami tentang merawat orang-orang yang lanjut usia dengan pengasih?
19. 19:13-15 Saya perlu meluangkan waktu untuk melakukan apa?
20. 20:25-28 Mengapa tidak ada faedahnya jika saya menggunakan wewenang semata-mata karena saya memilikinya? Bagaimana saya dapat meniru Yesus dalam hal ini?
Buah-buah pikiran tambahan, yang dicatat oleh Markus:
21. 4:24, 25 Seberapa pentingkah cara saya memperlakukan orang lain?
22. 9:50 Jika apa yang saya katakan dan lakukan memiliki cita rasa yang baik, hal baik apa saja yang kemungkinan besar akan dihasilkan?
Akhirnya, pikirkan beberapa ajaran yang dicatat oleh Lukas:
23. 8:11, 14 Jika saya membiarkan kekhawatiran, kekayaan, dan kesenangan mendominasi kehidupan saya, apa yang bisa menjadi akibatnya?
24. 9:1-6 Meskipun Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, apa yang ia dahulukan?
25. 9:52-56 Apakah saya cepat tersinggung? Apakah saya menghindari semangat membalas dendam?
26. 9:62 Bagaimana saya hendaknya memandang tanggung jawab saya untuk berbicara tentang Kerajaan Allah?
27. 10:29-37 Bagaimana saya dapat membuktikan bahwa saya bukan orang yang acuh tak acuh, melainkan peduli terhadap sesama manusia?
28. 11:33-36 Perubahan apa yang dapat saya buat sehingga kehidupan saya bisa menjadi lebih sederhana?
29. 12:15 Apa hubungan antara kehidupan dan harta milik?
30. 14:28-30 Jika saya menyediakan waktu untuk mempertimbangkan keputusan dengan cermat, apa yang dapat saya hindari, dan apa manfaatnya?
31. 16:10-12 Manfaat apa saja yang dapat saya peroleh dengan menempuh kehidupan yang berintegritas?
[Gambar di hlm. 10]
Pekerjaan menyelamatkan kehidupan di bawah kuk Yesus sungguh menyegarkan
-
-
”Belajarlah padaku”Menara Pengawal—2001 | 15 Desember
-
-
”Belajarlah padaku”
”Ambillah kuk aku atas kamu dan belajarlah padaku, karena aku berwatak lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan kesegaran bagi jiwamu.”—MATIUS 11:29.
1. Mengapa belajar dari Yesus dapat menyenangkan dan memperkaya makna kehidupan kita?
YESUS KRISTUS selalu berpikir, mengajar, dan bertindak dengan patut. Kehidupannya di bumi memang singkat, tetapi ia menikmati karier yang penuh berkat dan memuaskan, dan ia tetap berbahagia. Ia mengumpulkan murid-murid dan mengajar mereka cara menyembah Allah, mengasihi umat manusia, dan menaklukkan dunia. (Yohanes 16:33) Ia mengisi hati mereka dengan harapan dan ”memancarkan terang ke atas kehidupan dan ketidakfanaan melalui kabar baik”. (2 Timotius 1:10) Jika Saudara menganggap diri sebagai salah seorang muridnya, menurut Saudara, apakah artinya menjadi seorang murid? Dengan memperhatikan apa yang Yesus katakan tentang murid, kita dapat belajar cara memperkaya makna kehidupan kita. Hal itu mencakup menerima sudut pandangannya dan menerapkan beberapa prinsip dasar.—Matius 10:24, 25; Lukas 14:26, 27; Yohanes 8:31, 32; 13:35; 15:8.
2, 3. (a) Apakah murid Yesus itu? (b) Mengapa penting untuk bertanya kepada diri sendiri, ’Menjadi murid siapakah saya ini?’
2 Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata yang diterjemahkan sebagai ”murid” pada dasarnya berarti seseorang yang menujukan pikirannya kepada sesuatu, atau seseorang yang belajar. Kata yang berkaitan muncul dalam ayat tema kita, Matius 11:29, ”Ambillah kuk aku atas kamu dan belajarlah padaku, karena aku berwatak lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan kesegaran bagi jiwamu.” Ya, seorang murid adalah seorang pelajar. Injil biasanya menerapkan kata ”murid” kepada para pengikut Yesus yang paling karib, yang mengadakan perjalanan bersamanya seraya ia mengabar dan yang diajar olehnya. Beberapa orang mungkin sekadar menerima ajaran Yesus, bahkan melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. (Lukas 6:17; Yohanes 19:38) Para penulis Injil juga menyebut tentang ”murid-murid Yohanes [Pembaptis] dan murid-murid orang Farisi”. (Markus 2:18) Karena Yesus memperingatkan para pengikutnya agar ”waspada . . . terhadap ajaran orang Farisi”, kita dapat bertanya kepada diri sendiri, ’Menjadi murid siapakah saya ini?’—Matius 16:12.
3 Jika kita adalah murid-murid Yesus, jika kita telah belajar dari dia, orang-orang lain tentunya akan merasa disegarkan secara rohani sewaktu berada di dekat kita. Mereka seharusnya melihat bahwa kita telah menjadi orang yang lebih lemah lembut dan rendah hati. Jika kita mempunyai tanggung jawab manajemen dalam pekerjaan kita, jika kita adalah orang tua, atau jika kita memiliki tugas untuk menggembalakan di sidang Kristen, apakah orang-orang yang berada di bawah pengawasan kita merasa bahwa kita memperlakukan mereka sebagaimana Yesus memperlakukan orang-orang yang berada di bawah pengawasannya?
Cara Yesus Berurusan dengan Orang-Orang
4, 5. (a) Mengapa tidak sulit untuk mengetahui cara Yesus berurusan dengan orang-orang yang memiliki problem? (b) Apa yang Yesus alami sewaktu bersantap di rumah seorang Farisi?
4 Kita perlu mengetahui cara Yesus berurusan dengan orang-orang, khususnya mereka yang memiliki problem-problem serius. Tidak akan sulit untuk mempelajari hal itu; Alkitab berisi banyak laporan tentang perjumpaan Yesus dengan orang-orang lain, yang beberapa di antaranya mempunyai problem berat. Mari kita perhatikan juga cara para pemimpin agama, khususnya orang-orang Farisi, berurusan dengan orang-orang yang mengalami problem serupa. Melihat kekontrasannya akan membuka pikiran kita.
5 Pada tahun 31 M, sewaktu Yesus sedang dalam perjalanan pengabarannya di Galilea, ”salah seorang Farisi terus meminta [Yesus] untuk makan bersamanya”. Yesus tidak ragu-ragu menerima undangan itu. ”Maka dia masuk ke rumah orang Farisi itu dan duduk berbaring pada meja. Dan, lihat! seorang wanita yang dikenal di kota itu sebagai orang berdosa, mengetahui bahwa dia sedang duduk berbaring untuk makan di rumah orang Farisi itu, dan ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi, dan, setelah mengambil tempat di belakang dekat kaki Yesus, ia menangis dan mulai membasahi kaki dia dengan air matanya dan ia menyekanya dengan rambut kepalanya. Wanita itu juga mencium kaki dia dengan lembut dan mengolesinya dengan minyak wangi itu.”—Lukas 7:36-38.
6. Mengapa seorang wanita yang adalah ”orang berdosa” bisa berada di rumah orang Farisi?
6 Dapatkah Saudara membayangkan peristiwa itu? Sebuah karya referensi mengatakan, ”Wanita itu (ay. 37) memanfaatkan tradisi sosial yang mengizinkan orang-orang berkekurangan mengunjungi jamuan semacam itu untuk mendapat makanan-makanan yang tersisa.” Mungkin, dengan cara itulah seseorang bisa masuk meski tak diundang. Barangkali ada orang-orang lain yang berharap untuk memungut sisa-sisa makanan setelah jamuan selesai. Akan tetapi, apa yang dilakukan wanita itu tidaklah lazim. Ia tidak mengamati dari kejauhan, menunggu usainya santap malam itu. Ia mempunyai reputasi yang buruk, ”orang berdosa” yang dikenal masyarakat, sehingga Yesus mengatakan bahwa ia tahu akan ”dosa-dosanya, meskipun banyak”.—Lukas 7:47.
7, 8. (a) Bagaimana kita mungkin menanggapi situasi seperti yang dilaporkan di Lukas 7:36-38? (b) Bagaimana tanggapan Simon?
7 Bayangkan Saudara hidup pada masa itu dan berada di posisi Yesus. Bagaimana reaksi Saudara? Apakah Saudara akan merasa canggung seraya wanita ini menghampiri Saudara? Bagaimana situasi seperti itu mempengaruhi Saudara? (Lukas 7:45) Apakah Saudara akan terperangah dan bergidik?
8 Jika Saudara adalah salah seorang tamu, mungkinkah Saudara akan berpikiran setidaknya seperti Simon orang Farisi itu? ”Ketika orang Farisi yang mengundang [Yesus] melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya, ’Pria ini, seandainya ia nabi, akan tahu siapa dan wanita macam apa yang menyentuhnya, bahwa wanita itu orang berdosa.’” (Lukas 7:39) Sebaliknya, Yesus adalah pria yang sangat beriba hati. Ia memahami keadaan yang menyedihkan dari wanita itu dan merasakan kepedihannya. Kita tidak diberi tahu bagaimana wanita itu sampai menempuh kehidupan yang berdosa. Jika ia memang seorang pelacur, pria-pria di kota itu, yang adalah orang-orang Yahudi yang saleh, tampaknya tidak berbuat apa-apa untuk menolongnya.
9. Bagaimana jawaban Yesus, dan apa kemungkinan hasilnya?
9 Tetapi, Yesus ingin menolong dia. Ia berkata kepadanya, ”Dosa-dosamu diampuni.” Kemudian, ia menambahkan, ”Imanmu telah menyelamatkan engkau; pergilah dengan damai.” (Lukas 7:48-50) Sampai di sini catatan itu berakhir. Mungkin ada yang merasa bahwa Yesus tidak berbuat banyak untuk wanita itu. Pada dasarnya, Yesus menyuruh wanita itu pergi setelah memberkatinya. Apakah Saudara berpikir bahwa ia mungkin kembali ke jalan hidupnya yang menyedihkan? Meskipun kita tidak dapat memastikannya, perhatikanlah apa yang dikatakan Lukas selanjutnya. Ia menceritakan bahwa Yesus mengadakan perjalanan ”dari kota ke kota dan dari desa ke desa, memberitakan dan menyatakan kabar baik tentang kerajaan”. Lukas juga melaporkan bahwa ”wanita-wanita” menyertai Yesus dan murid-muridnya, ”dengan harta miliknya melayani mereka”. Ada kemungkinan bahwa wanita yang bertobat dan penuh rasa syukur ini adalah salah seorang di antara mereka, yang menempuh jalan hidup yang saleh dengan hati nurani yang bersih, tujuan hidup yang diperbarui, dan kasih yang jauh lebih dalam kepada Allah.—Lukas 8:1-3.
Perbedaan antara Yesus dan Orang-Orang Farisi
10. Mengapa bermanfaat untuk memperhatikan kisah di rumah Simon tentang Yesus dan wanita itu?
10 Apa yang dapat kita pelajari dari catatan yang hidup ini? Kisah itu menggugah emosi kita, bukan? Bayangkan diri Saudara berada di rumah Simon. Bagaimana perasaan Saudara? Apakah tanggapan Saudara akan sama seperti tanggapan Yesus, atau apakah perasaan Saudara akan mirip dengan perasaan sang tuan rumah, orang Farisi itu? Yesus adalah Putra Allah, maka kita tidak dapat merasakan dan bertindak persis seperti dia. Di pihak lain, kita mungkin tidak ingin menyamakan diri kita dengan Simon, orang Farisi. Sedikit saja yang berbangga karena menjadi orang Farisi.
11. Mengapa kita tidak ingin disamakan dengan orang-orang Farisi?
11 Dari sebuah penelitian atas bukti Alkitab dan sekuler, kita dapat menyimpulkan bahwa orang-orang Farisi sangat membanggakan diri sebagai pelindung kepentingan umum dan kesejahteraan nasional. Mereka tidak puas bahwa Hukum Allah pada dasarnya sudah jelas dan mudah dimengerti. Setiap kali Hukum tampaknya tidak spesifik menurut mereka, mereka mencoba melengkapinya dengan penerapan yang telah ditetapkan sehingga hati nurani tidak dibutuhkan lagi. Para pemimpin agama ini berupaya merancang perintah untuk mengatur tingkah laku dalam segala aspek, bahkan dalam hal-hal yang sepele.a
12. Pandangan apa yang dimiliki orang-orang Farisi tentang dirinya sendiri?
12 Sejarawan Yahudi abad pertama, Yosefus, membuat jelas bahwa orang-orang Farisi menganggap diri baik hati, lembut, adil, dan cakap dalam melakukan tugas mereka. Tidak diragukan, beberapa dari mereka memang seperti itu. Saudara mungkin teringat akan Nikodemus. (Yohanes 3:1, 2; 7:50, 51) Belakangan, beberapa di antara mereka memeluk jalan Kristen. (Kisah 15:5) Rasul Kristen Paulus menulis tentang orang-orang Yahudi tertentu, seperti misalnya orang-orang Farisi, ”Mereka mempunyai gairah untuk Allah; tetapi tidak menurut pengetahuan yang saksama.” (Roma 10:2) Bagaimanapun, Injil menggambarkan mereka dari sudut pandang rakyat jelata—sombong, angkuh, menganggap diri adil-benar, suka mencari-cari kesalahan, suka menghakimi, dan suka menghina.
Pandangan Yesus
13. Apa yang Yesus katakan tentang orang-orang Farisi?
13 Yesus mencela para penulis dan orang-orang Farisi sebagai orang munafik. ”Mereka mengikat tanggungan-tanggungan yang berat dan menaruhnya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau memindahkannya dengan jari tangan mereka.” Ya, tanggungannya berat, dan kuk yang dipikul orang-orang memang keras. Yesus selanjutnya menyebut para penulis dan orang-orang Farisi sebagai ”orang-orang bodoh”. Orang bodoh adalah ancaman bagi masyarakat. Yesus juga menyebut para penulis dan orang-orang Farisi sebagai ”penuntun-penuntun buta” dan menegaskan bahwa mereka telah ”mengabaikan perkara-perkara yang lebih berbobot sehubungan dengan Hukum, yakni keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan”. Siapa yang mau dianggap Yesus sebagai orang Farisi?—Matius 23:1-4, 16, 17, 23.
14, 15. (a) Cara Yesus memperlakukan Matius Lewi menyingkapkan apa tentang sikap dan pemikiran orang Farisi? (b) Hikmah penting apa saja yang dapat kita petik dari catatan ini?
14 Hampir setiap pembaca catatan Injil dapat melihat sikap kritis kebanyakan orang Farisi. Setelah Yesus mengundang Matius Lewi, si pemungut pajak, untuk menjadi murid, Lewi mengadakan jamuan besar baginya. Catatan itu mengatakan, ”Maka orang-orang Farisi dan para penulis mulai menggerutu kepada murid-muridnya, katanya, ’Mengapa kamu makan dan minum bersama pemungut pajak dan orang berdosa?’ Sebagai jawaban Yesus mengatakan kepada mereka, ’. . . Aku datang untuk memanggil, bukan orang adil-benar, melainkan orang berdosa agar bertobat.’”—Lukas 5:27-32.
15 Lewi sendiri memahami hal lain yang Yesus katakan pada peristiwa itu, ”Maka, pergilah, dan belajarlah apa artinya ini, ’Aku menginginkan belas kasihan, dan bukan korban.’” (Matius 9:13) Meskipun orang-orang Farisi mengaku percaya pada tulisan-tulisan para nabi Ibrani, mereka tidak menerima perkataan dari Hosea 6:6. Kalau mereka hendak berbuat salah, mereka memastikan bahwa hal itu adalah demi ketaatan pada tradisi. Kita masing-masing dapat bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya mempunyai reputasi sebagai orang yang suka bersikeras menjalankan peraturan-peraturan tertentu, seperti peraturan yang mencerminkan pendapat pribadi atau yang mencerminkan pendekatan lazim terhadap suatu permasalahan? Atau, apakah orang lain menganggap saya sebagai orang yang akan mendahulukan belas kasihan dan kebaikan hati?’
16. Apa cara Farisi itu, dan bagaimana kita bisa tidak bersikap seperti mereka?
16 Korek, korek, korek. Itulah cara Farisi. Orang-orang Farisi mengorek setiap kelemahan—yang nyata atau yang dibayangkan. Orang-orang Farisi membuat orang-orang harus bersikap membela diri dan mengingatkan mereka akan kegagalan-kegagalan mereka. Orang-orang Farisi membanggakan diri dalam hal memberi sepersepuluh dari tanaman-tanaman yang paling kecil, seperti mentol, adas, dan jintan putih. Mereka mempertunjukkan kesalehan mereka melalui pakaian mereka dan berupaya mengatur bangsa itu. Tentu saja, jika kita ingin agar tindakan kita selaras dengan teladan Yesus, kita harus menghindari kecenderungan untuk selalu mencari dan menyoroti kelemahan orang lain.
Bagaimana Yesus Menangani Problem?
17-19. (a) Jelaskan bagaimana Yesus menangani suatu situasi yang sebenarnya bisa saja mengarah ke konsekuensi yang serius. (b) Apa yang membuat situasi itu penuh tekanan dan tidak mengenakkan? (c) Seandainya Saudara berada di sana sewaktu wanita itu mendekati Yesus, bagaimana reaksi Saudara?
17 Cara Yesus menangani problem sangat jauh berbeda dengan cara orang-orang Farisi. Perhatikan bagaimana Yesus menangani suatu situasi yang sebenarnya bisa saja menjadi situasi yang serius. Kejadiannya menyangkut seorang wanita yang telah menderita perdarahan selama 12 tahun. Saudara dapat membaca kisahnya di Lukas 8:42-48.
18 Catatan Markus mengatakan bahwa wanita itu ”takut dan gemetar”. (Markus 5:33) Mengapa? Pastilah karena ia tahu bahwa ia telah melanggar Hukum Allah. Menurut Imamat 15:25-28, seorang wanita yang mengalami perdarahan yang tidak alami menjadi najis selama perdarahan itu berlangsung, ditambah satu minggu lagi. Apa pun yang ia sentuh dan siapa pun yang mengadakan kontak dengannya menjadi tercemar. Agar dapat mendekati Yesus, wanita ini harus menerobos sekumpulan orang dengan susah payah. Sewaktu kita membaca catatan itu 2.000 tahun kemudian, hati kita bersimpati melihat keadaannya yang serbasalah itu.
19 Seandainya Saudara berada di sana pada hari itu, bagaimana Saudara akan memandang situasinya? Apa yang akan Saudara katakan? Perhatikan bahwa Yesus memperlakukan wanita ini dengan cara yang ramah, pengasih, dan bertimbang rasa, bahkan tidak menyinggung problem apa pun yang mungkin telah ditimbulkan wanita itu.—Markus 5:34.
20. Jika Imamat 15:25-28 adalah suatu tuntutan di zaman sekarang, tantangan apa yang mungkin akan kita hadapi?
20 Dapatkah kita menarik pelajaran dari peristiwa ini? Katakanlah sekarang ini Saudara adalah seorang penatua di sebuah sidang. Kemudian, misalkan Imamat 15:25-28 adalah tuntutan Kristen zaman sekarang dan seorang wanita Kristen telah melanggar hukum itu, merasa kalut dan tak berdaya. Bagaimana Saudara akan bereaksi? Apakah Saudara akan mempermalukan dia di hadapan umum dengan nasihat yang kritis? ”Oh,” kata Saudara, ”tidak mungkin saya melakukan itu! Karena mengikuti teladan Yesus, saya akan berupaya sebisa-bisanya untuk bersikap ramah, pengasih, penuh perhatian, dan bertimbang rasa.” Bagus sekali! Tetapi, tantangannya adalah untuk melakukannya, untuk meniru pola Yesus.
21. Apa yang Yesus ajarkan kepada orang-orang tentang Hukum?
21 Pada dasarnya, orang-orang merasa disegarkan, dibina, dan dianjurkan oleh Yesus. Apabila Hukum Allah bersifat pasti, berarti maknanya sudah jelas dari kata-katanya. Jika Hukum Allah tampaknya bersifat umum, hati nurani mereka akan lebih berperan dan mereka dapat memperlihatkan kasih mereka kepada Allah melalui keputusan mereka. Hukum memberi mereka keleluasaan. (Markus 2:27, 28) Allah mengasihi umat-Nya, senantiasa memberikan yang terbaik kepada mereka, dan bersedia memperlihatkan belas kasihan sewaktu mereka goyah. Yesus adalah pribadi seperti itu.—Yohanes 14:9.
Hasil Pengajaran Yesus
22. Belajar dari Yesus membantu murid-muridnya memiliki kerangka berpikir yang bagaimana?
22 Orang-orang yang mendengarkan Yesus dan menjadi murid-muridnya menghargai kebenaran pernyataannya, ”Kuk aku nyaman dan tanggunganku ringan.” (Matius 11:30) Mereka tidak pernah merasa dibebani, diusik, atau dikuliahi oleh dia. Mereka lebih bebas, lebih bahagia, dan lebih yakin akan hubungan mereka dengan Allah dan dengan satu sama lain. (Matius 7:1-5; Lukas 9:49, 50) Darinya mereka belajar bahwa menjadi seorang pemimpin rohani mengharuskan mereka bersikap menyegarkan bagi orang lain dan memperlihatkan kerendahan hati.—1 Korintus 16:17, 18; Filipi 2:3.
23. Dengan bergaul bersama Yesus, murid-murid memperoleh pelajaran penting apa, dan mereka terbantu untuk mengambil kesimpulan apa?
23 Selain itu, banyak orang sangat terkesan akan pentingnya tetap berada dalam persatuan dengan Kristus dan meniru sikap yang ia tunjukkan. Ia memberi tahu murid-muridnya, ”Sebagaimana Bapak telah mengasihi aku dan aku telah mengasihi kamu, tetaplah dalam kasihku. Jika kamu menjalankan perintah-perintahku, kamu akan tetap dalam kasihku, sebagaimana aku sudah menjalankan perintah-perintah Bapak dan tetap dalam kasihnya.” (Yohanes 15:9, 10) Jika mereka ingin berhasil sebagai rohaniwan dan hamba Allah, mereka mesti menerapkan dengan sungguh-sungguh apa yang telah mereka pelajari dari Yesus, baik dalam mengabar dan mengajar di depan umum tentang kabar baik Allah yang menakjubkan maupun dalam berurusan dengan keluarga dan teman-teman. Seraya persaudaraan bertumbuh menjadi sidang, mereka perlu sering-sering mengingatkan diri sendiri bahwa cara Yesus-lah yang benar. Apa yang ia ajarkan adalah kebenaran, dan haluan hidupnya yang mereka amati benar-benar merupakan haluan hidup yang patut dikejar.—Yohanes 14:6; Efesus 4:20, 21.
24. Hal apa saja dari teladan Yesus yang hendaknya kita camkan?
24 Seraya Saudara sekarang mengkaji beberapa hal yang telah kita bahas sejauh ini, apakah Saudara melihat bidang-bidang yang dapat Saudara perbaiki? Setujukah Saudara bahwa Yesus selalu berpikir, mengajar, dan bertindak dengan patut? Kalau begitu, berbesarhatilah. Inilah kata-katanya yang menganjurkan bagi kita, ”Jika kamu mengetahui semuanya ini, berbahagialah kamu jika kamu melakukannya.”—Yohanes 13:17.
[Catatan Kaki]
a ”Perbedaan dasar [antara Yesus dan orang-orang Farisi] menjadi jelas hanya dengan mengamati dua pemahaman yang saling bertentangan tentang Allah. Bagi orang-orang Farisi, Allah khususnya adalah Pribadi yang menuntut; bagi Yesus, Ia murah hati dan beriba hati. Tentu saja, orang Farisi tidak menyangkal kebaikan serta kasih Allah, tetapi bagi mereka, kebaikan dan kasih Allah itu dinyatakan dalam bentuk pemberian Taurat [Hukum] dan kemungkinan untuk memenuhi apa yang dituntut di dalamnya. . . . Keterpautan pada tradisi lisan, beserta peraturan-peraturannya untuk menafsirkan hukum, dipandang oleh orang Farisi sebagai cara untuk memenuhi tuntutan Taurat. . . . Karena Yesus menjunjung perintah ganda untuk mengasihi (Mat. 22:34-40) hingga taraf penafsiran yang berterima dan karena ia menolak tradisi lisan yang mengekang . . . timbul konflik antara dia dan metode penafsiran ala Farisi.”—The New International Dictionary of New Testament Theology.
-