PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mengapa Orang-tua Saya Mudah Terbawa Emosi?
    Sedarlah!—1993 | 8 November
    • Pertanyaan Kaum Muda . . .

      Mengapa Orang-tua Saya Mudah Terbawa Emosi?

      ”IBU saya payah,” kata pemudi bernama Yani.a ”Kalau ia sedang lelah, ia melampiaskan kekesalannya pada saya. Semua yang saya katakan serba salah.” Tono memiliki problem serupa. Ia berkata, ”Kalau ada yang tidak beres, mereka akan melampiaskan kekesalan tanpa alasan yang tepat. Misalnya mesin mobil tidak mau hidup. Ayah akan membentak saya​—seolah-olah itu kesalahan saya.”

      Itu adalah keluhan yang umum di kalangan remaja: Orang-tua mereka mudah terbawa emosi, mengomel, susah ditebak keinginannya. Suatu hari mereka gembira, riang, dan mudah percaya. Hari berikutnya, mereka merasa tertekan dan sedih serta bersikap kritis terhadap segala sesuatu yang orang katakan dan lakukan. ”Mereka membentak saya tanpa alasan,” keluh seorang remaja.

      Akan tetapi, meskipun kadang-kadang tampak membingungkan, hampir setiap orang​—termasuk orang-tua​—mengalami suasana hati yang berbeda dari waktu ke waktu. Itu merupakan bagian dari sifat manusiawi. Demikianlah Alkitab menceritakan mengenai bermacam individu yang dalam keadaan ”riang gembira”, ”emosi yang tenang”, atau bahkan ”sangat marah”. (Ester 1:10; Ayub 11:19, NW; Kisah 12:20) Beberapa perubahan suasana hati tampaknya berhubungan dengan berbagai siklus biologis. Misalnya, kaum wanita sering mengalami perubahan suasana hati selama tahap-tahap siklus menstruasi. Dan bukan hal yang aneh bagi pria maupun wanita untuk mengalami penurunan kondisi fisik serta emosi pada sore dan malam hari.

      Tekanan dan Ketegangan

      Sebuah artikel dalam American Health menjelaskan, ”Banyak suasana hati yang buruk berakar dari keadaan fisik. Meskipun penyakit dan pola makan yang buruk dapat menjadi faktor-faktor awal, kelelahan biasanya dianggap sebagai biang keladi.” Sekarang adalah ”masa yang sukar”, dan dalam banyak atau bahkan dalam kebanyakan keluarga, ayah maupun ibu harus bekerja di luar rumah. (2 Timotius 3:1) Kelelahan dan kehabisan tenaga merupakan efek sampingan yang umum. Karena kelelahan emosional yang hebat akibat tekanan yang bertubi-tubi, beberapa orang-tua mungkin merasa seperti Ayub yang adil-benar, yang melukiskan bahwa dirinya sendiri ”penuh penderitaan”.​—Ayub 10:15, NW; 14:1.

      Bila orang-tua begitu tersita dengan masalah-masalah mereka sendiri, komunikasi dapat terganggu. Pemuda bernama Joko mengeluh, ”Orang-tua menyuruh kita melakukan sesuatu, dan kita melakukannya. Namun kemudian mereka menyatakan bahwa mereka sebenarnya menyuruh kita melakukan yang lain, dan mereka mulai kesal. Kita menjadi marah, lalu mereka menghukum kita karena kita merasa kesal!”

      Kadang-kadang, tekanan kehidupan mungkin juga menguras kekuatan emosi yang dibutuhkan orang-tua Anda untuk menanggapi kebutuhan Anda. Amsal 24:​10 menyatakan, ”Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” Seorang ibu mengakui, ”Saya sering menjemput Diana dari sekolah sewaktu saya pulang kerja. Ia naik ke mobil dan segera bercerita kepada saya tentang segala sesuatu yang terjadi di sekolah pada hari itu​—dan kadang-kadang saya benar-benar tidak ada tenaga lagi untuk mendengarkan. Saya terlalu lelah dan pikiran saya tersita dengan kegiatan saya sendiri sepanjang hari itu sehingga saya tidak lagi memiliki kesabaran baginya.” Apabila orang-tua bertindak seperti itu, mungkin kita merasa diri kita ditolak, tetapi sering kali itu melibatkan lebih daripada sekadar kelelahan.

      ”Mungkin juga,” kata penulis Clayton Barbeau, ”orang-tua Anda mempunyai problem yang sama sekali tidak Anda ketahui. Banyak remaja menyepelekan kesulitan ekonomi dalam kehidupan keluarga. Karena mempertimbangkan biaya rumah dan makanan serta pekerjaan yang tidak terjamin dewasa ini, orang-tua Anda bisa jadi mengkhawatirkan hal-hal yang tidak mereka ungkapkan kepada Anda namun yang mereka bicarakan di antara mereka.” Atau mereka mungkin mengurus tanggung jawab yang bersifat rahasia. Seorang ayah Kristen melayani sebagai pengawas dalam sebuah sidang Saksi-Saksi Yehuwa. Putrinya berkata, ”Kadang-kadang bila ia sedang memikirkan banyak problem di sidang, ia mulai mengomel. Ia berupaya untuk tidak melampiaskannya pada kami, tetapi ia menghadapi begitu banyak tekanan sehingga ia tidak dapat mengurus hal-hal lain.” Amsal 12:25 menyatakan hal ini dengan tepat, ”Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.”

      Orang-tua Anda mungkin berupaya keras untuk menyembunyikan kesukaran tersebut dari Anda. Namun, seperti yang dinyatakan sebuah amsal, ”Kepedihan hati mematahkan semangat”. (Amsal 15:13) Kadang-kadang, kepedihan batin mereka mungkin membuat mereka kewalahan, dan gangguan sekecil apa pun dapat menyulut ledakan frustrasi yang terpendam. ”Kadang-kadang, sewaktu Ayah pulang dari kerja,” kata seorang remaja putri, ”ia tampaknya marah atas apa yang terjadi di tempat kerja. Dan jika saya lupa melakukan sesuatu, maka Ayah mengingatkan saya akan hal itu. Lalu, ia akan mencari hal-hal lain yang dapat dijadikan alasan untuk membentak saya.”

      Memang, tidak diragukan lagi bahwa kata-kata kasar harus dihindari. (Kolose 3:8) Orang-tua diperintahkan Allah untuk tidak membangkitkan amarah di dalam diri anak-anak mereka. (Efesus 6:4) Namun, bahkan Ayub, pria yang adil-benar, ketika berada di bawah tekanan dari keadaan yang penuh kesukaran, mendapati dirinya sendiri mengucapkan ’kata-kata yang kurang hati-hati’. (Ayub 6:3, BIS) Jadi sebelum Anda mulai menghakimi orang-tua Anda dengan tergesa-gesa, tanyakan diri sendiri, ’Bagaimana reaksi saya sewaktu menjalani hari yang buruk, atau sewaktu merasakan tekanan yang berat? Apakah saya kadang-kadang menggerutu atau mudah tersinggung?’ Jika demikian, mungkin Anda dapat lebih memaklumi orang-tua Anda.​—Bandingkan Matius 6:12-15.

      Seorang remaja belasan tahun bernama Kadir melihat langsung betapa penuh tekanan kehidupan ayahnya. ”Saya bekerja bersama Ayah dalam bisnis pengecatan dan reparasi mobil miliknya,” katanya, ”dan sekarang saya dapat melihat seberapa besar tekanan yang harus ditanggungnya. Ia luar biasa sibuk sepanjang hari!”

      Krisis Usia Setengah Baya

      Di 2 Korintus 7:5, rasul Paulus mengakui bahwa ia merasakan ’ketakutan dari dalam’. Beberapa suasana hati dari orang-tua Anda mungkin disulut oleh kekhawatiran di dalam batin mereka. Buku The Healthy Adolescent menyatakan, ”Seperti halnya kaum remaja berjuang mengatasi masalah-masalah remaja, demikian pula orang-tua berjuang mengatasi masalah-masalah lanjut usia. Yang disebutkan belakangan terjadi pada saat menjelang usia setengah baya, yang, seperti halnya usia belasan, merupakan periode sulit yang penuh krisis.”

      Bagi beberapa orang-tua, kenyataan bahwa mereka bertambah tua sangat meresahkan. ”Saya mulai merasa bahwa kehidupan saya akan berakhir,” kata seorang ayah. ”Pekerjaan saya tidak menarik lagi, anak-anak saya bersiap-siap untuk meninggalkan saya, saya merasa sudah uzur, dan saya tidak dapat memikirkan apa pun untuk dinanti-nantikan selain pensiun.” Sementara Anda menikmati ”fajar hidup”, mereka mungkin menderita masalah-masalah fisik yang timbul seraya usia bertambah. (Pengkhotbah 11:10) Ibu Anda, misalnya, mungkin mengalami perubahan hormon yang diakibatkan menopause (mati haid) dan itu sering kali disertai gejala-gejala yang mengganggu​—antara lain: kelelahan, sakit punggung, rasa panas dari dalam tubuh, serta perubahan suasana hati, dan itu baru sebagian saja.b

      Semakin dekat Anda bertumbuh menuju kedewasaan, orang-tua Anda harus semakin siap menghadapi kenyataan kata-kata Alkitab di Kejadian 2:24, ”Seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya.” Nah, Anda mungkin telah mengambil langkah-langkah besar agar dapat mandiri dari mereka! Buku Talking With Your Teenager menyatakan, ”Ini dapat benar-benar menyakitkan. . . . Kami [orang-tua] mungkin merasa bahwa kami tidak dikasihi seperti yang sudah-sudah . . . Anak remaja sering kali terasa lebih jauh, kurang demonstratif, lebih suka menahan diri. Keinginan mereka untuk tidak bersama kami lagi, untuk mendapatkan pengalaman di luar keluarga, untuk membuat keputusan atau merencanakan sesuatu bebas dari pengaruh kami menunjukkan bahwa kami tidak begitu penting dalam kehidupan mereka dibanding sebelumnya.”

      Oleh karena itu, mudah memahami mengapa kadang-kadang orang-tua Anda khususnya terbawa emosi atau tersinggung jika mulai mempermasalahkan hal-hal yang berhubungan dengan bertambahnya kemandirian Anda. Remaja bernama Slamet berkata, ”Orang-tua saya pelupa. Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya akan pergi, tetapi kemudian mereka bertanya lagi, ’Kau mau ke mana?’ Saya menjawab, ’Kan sudah saya katakan, saya mau main bola voli.’ Mereka berkata, ’Kau tidak pernah mengatakannya kepada kami,’ dan mereka mulai membentak saya. Itu terjadi terus-menerus.” Namun apa yang mungkin Anda anggap sebagai sikap picik atau omelan sebenarnya adalah bukti pernyataan kasih dan perhatian mereka yang dalam terhadap Anda. Mereka tahu betapa buruknya dunia ini, dan meskipun mereka menyadari bahwa Anda perlu menjadi mandiri, kadang-kadang mereka khawatir akan kesejahteraan Anda. (Bandingkan 2 Korintus 11:3.) Mereka mungkin bersikap berlebihan terhadap sesuatu hal atau bersikap plin-plan. Haruskah Anda mengurangi kasih Anda kepada mereka?

      Memandang Orang-tua dengan Sepatutnya

      Sewaktu Anda masih kecil, Anda mungkin menganggap orang-tua Anda serba tahu dan serba bisa. Seraya Anda bertambah dewasa dan bertambah bijak, mungkin kelemahan mereka mulai lebih kelihatan. Dan apabila orang-tua Anda kadang-kadang terbawa emosi atau suka mengomel, begitu mudahnya untuk mulai meremehkan mereka. Namun Alkitab memberi peringatan terhadap ’mengolok-olok orang-tua’. (Amsal 30:17) Selain itu, mungkin sangat benar bahwa bukan hanya orang-tua yang mudah terbawa emosi di rumah Anda. ”Kadang-kadang saya juga mudah terbawa emosi,” demikian pengakuan seorang gadis remaja. Barangkali Anda jauh lebih mudah tersinggung, lebih suka merajuk, atau lebih susah diajak bicara daripada yang Anda sadari.

      Apa pun keadaannya, sebaliknya daripada memandang orang-tua Anda dengan mata yang kritis, berupayalah mengembangkan sikap ”seperasaan” dan empati terhadap mereka. (1 Petrus 3:8) Sebagaimana diperlihatkan dalam artikel berikut pada seri ini, hal ini dapat membantu Anda menghadapi emosi mereka.

      [Catatan Kaki]

      a Beberapa bukan nama sebenarnya.

      b Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang usia setengah baya dan tantangannya, lihat Awake! terbitan 22 Februari 1983, dan Sedarlah! Nomor 8, halaman 18-24.

      [Gambar di hlm. 20]

      Banyak orang-tua benar-benar tertekan oleh tuntutan kehidupan

  • Bagaimana Saya Dapat Menghadapi Orang-tua yang Mudah Terbawa Emosi?
    Sedarlah!—1993 | 8 November
    • Pertanyaan Kaum Muda . . .

      Bagaimana Saya Dapat Menghadapi Orang-tua yang Mudah Terbawa Emosi?

      ”PROBLEM saya,” menurut Claudia, ibu saya mudah gugup dan tersinggung.a ”Suatu hari, ia menanyakan tentang kursus piano saya. Saya hanya mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja dan saya meninggalkannya untuk berlatih piano. Ibu menyusul, dengan marah mengatakan bahwa saya kurang ajar, kemudian meninggalkan saya dengan geram. Saya menjadi kesal dan menggebrak piano lalu lari ke kamar saya. Kemudian Ibu datang dan memarahi saya karena menggebrak piano.”

      Orang-tua dapat benar-benar sensitif jika mereka sedang dalam suasana hati yang buruk. Kadang-kadang Anda mungkin merasa harus bertindak sangat hati-hati sewaktu berada di dekat mereka, dengan cemas menunggu saatnya Anda akan dikritik, dibentak, atau bahkan dipersalahkan. Akan tetapi, artikel pada halaman 19-21 berjudul ”Mengapa Orang-Tua Saya Mudah Terbawa Emosi?” dalam terbitan ini memperlihatkan bahwa halnya benar-benar normal bila orang-tua mudah terbawa emosi dari waktu ke waktu. Stres, kelelahan, kesehatan yang buruk, dan tekanan hidup sering dianggap sebagai penyebabnya.b Dengan mengetahui hal ini, Anda mungkin dibantu untuk bersimpati kepada orang-tua Anda. (Bandingkan Amsal 19:11.) Namun hal itu tidak mengubah fakta bahwa kadang-kadang sulit untuk berurusan dengan mereka. Apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki keadaan?

      Tanda-Tanda Peringatan

      Amsal 24:3 berkata, ”Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan.” Selaras dengan prinsip ini, satu hal yang dapat Anda lakukan ialah berupaya mengenali tanda-tandanya jika orang-tua Anda sedang dalam suasana hati yang buruk. Sang pemazmur berkata sehubungan dengan keadaannya sendiri yang tertekan, ”Sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita.” (Mazmur 38:7) Seorang yang penuh perhatian tentunya akan dapat mendeteksi bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan dia! Dengan cara serupa, orang-tua biasanya memberikan tanda-tanda yang jelas bahwa mereka sedang berada dalam suasana yang kurang baik.

      Jadi, para pengarang muda buku The Kids’ Book About Parents menyusun daftar tanda-tanda peringatan yang umum untuk diamati oleh kaum muda. Di antara hal-hal yang dicatat adalah, orang-tua ’banyak makan, tidak mau bicara, cepat pergi tidur, tidak menyapa ketika pulang dari tempat kerja, membentak-bentak siapa saja, tidak mengacuhkan pertanyaan Anda’, dan ’menatap TV dengan pandangan kosong’. Dalam keluarga lain, orang-tua dapat diperkirakan akan menjadi sensitif pada saat-saat tertentu​—seperti ketika tagihan-tagihan harus dibayar. Apa pun keadaannya, dengan bersikap penuh perhatian, Anda mungkin dapat mengenali tanda-tanda peringatan orang-tua Anda sendiri.

      ’Apakah Ada Sesuatu yang Tidak Beres?’

      Jadi, apa yang akan Anda lakukan jika Anda merasa bahwa orang-tua Anda sedang muram? Menjauhi mereka? Mungkin tidak. Amsal 15:20 berkata, ”Anak yang bijak menggembirakan ayahnya.” Ini tidak berarti bahwa Anda harus membebani diri Anda dengan masalah orang dewasa dari orang-tua Anda. Bagaimanapun juga, setiap orang-tua harus ”memikul tanggungannya sendiri”. (Galatia 6:5) Namun setidaknya, Anda dapat menunjukkan minat kepada mereka. Sebagai contoh, Anda mungkin dengan bijaksana dapat bertanya, ’Apakah ada sesuatu yang tidak beres?’ (Bandingkan Nehemia 2:1, 2.) Mungkin sedikit atau tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk mengubah situasi, namun bisa jadi mereka menghargai perhatian pengasih Anda akan kesejahteraan mereka.

      Seorang remaja bernama Kama menganjurkan cara menangani masalah ketika orang-tua yang mudah terbawa emosi tiba di rumah, ”Setelah menyapa mereka, masuklah ke kamar Anda sesaat, sampai mereka tenang. Kemudian keluarlah dan tanyakan apakah ada yang tidak beres dan bagaimana keadaan mereka hari ini. . . Cari tahu apakah mereka ingin Anda melakukan sesuatu.” Kadang-kadang, hanya dengan memperlihatkan kepada orang-tua Anda perhatian atau kasih sayang yang dibutuhkan, akan membantu orang-tua menyingkirkan suasana hati yang tidak menyenangkan.

      Dalam bukunya My Parents Are Driving Me Crazy, Dr. Joyce Vedral memberi tahu cara seorang gadis belasan tahun bernama Deena menanggapi suasana hati ibunya yang sedang marah. Deena berkata, ”Ketika saya keluar [dari kamar saya] dan melihat wajah ibu sedang cemberut, saya merangkul dan mendekapnya erat-erat sebelum ia sempat melakukan apa-apa untuk mencegah saya. Kemudian, saya menciumnya dan berkata, ’Bu, Deena sayang deh sama Ibu.’ Anda seharusnya melihat bagaimana suasana hatinya berubah​—langsung.” Dr. Vedral menyimpulkan, ”Obat yang mujarab untuk orang-tua yang sedang kesal adalah kasih sayang. . . . Kasih sayang dapat menghasilkan suasana hati yang gembira.” Alkitab menyatakannya dengan cara ini, ”Kasih membangun.”​—1 Korintus 8:1.

      Meskipun demikian, kadang-kadang orang-tua Anda tampak jengkel kepada Anda secara pribadi. Jika Anda tidak merasa pasti apa alasannya, berupayalah untuk membuat orang-tua Anda mengutarakan masalahnya, agar mereka dapat menyatakan keluhan apa pun. (Bandingkan Amsal 20:5.) Seorang gadis muda bernama Ruth, sebagai contoh, memperhatikan bahwa hubungan dengan ayahnya telah ’semakin renggang’ dan bahwa sang ayah secara tidak masuk akal menjadi kritis terhadap nilai-nilainya di sekolah. Sesudah suatu diskusi keluarga dari sebuah artikel ”Pertanyaan Kaum Muda . . . ”, Ruth bertanya apa yang telah membuat ayahnya resah. ”Kami mendapati bahwa Ayah sedang berupaya untuk meraih sukses melalui anak-anaknya, karena dulu ia terpaksa putus sekolah. Ia ingin kami mendapatkan nilai rapor yang sangat baik.” Bila Ruth mendapat nilai lebih rendah daripada yang diharapkan, sang ayah akan marah. Apa hasil diskusi mereka? ”Hal itu membantu saya memandang hal-hal dari sudut pandangannya,” kata Ruth. Tentu saja, ayahnya juga harus membuat penyesuaian dalam cara berpikirnya. Ruth melaporkan, ”Keadaan mulai membaik.”

      Dengan mengadakan percakapan serupa, Anda mungkin mendapati bahwa orang-tua Anda memiliki alasan kuat untuk merasa jengkel kepada Anda. Hal itu mungkin hanya karena Anda lupa mengerjakan tugas rumah tangga tertentu yang telah diberikan. Amsal 10:5 mengingatkan, ”Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.” Mungkin bila Anda lebih rajin, hal ini akan sangat membantu untuk memperbaiki suasana hati orang-tua Anda.

      Bertindaklah dengan Bijaksana!

      Meskipun demikian, kadang-kadang orang-tua tidak bersedia berkomunikasi dengan bebas, dan segala upaya untuk menganjurkan mereka melakukannya ditanggapi dengan amarah dan penolakan. Lalu bagaimana? Alkitab memberi tahu kita tentang cara Daud, sebagai seorang pemuda, menghadapi situasi sensitif semacam itu. Ketika masih muda, Daud bekerja di istana Saul sebagai pemusik. Akan tetapi, Saul, adalah seorang yang mudah berubah-ubah emosinya tanpa dapat diduga dan penuh amarah. Bahkan, pada satu kesempatan Saul mencoba menancapkan Daud ke dinding dengan sebuah tombak! Meskipun demikian, perhatikan apa yang Alkitab katakan dalam 1 Samuel 18:14, mengenai perilaku Daud, ”Daud berhasil [”terus bertindak dengan bijaksana”, NW] di segala perjalanannya, sebab [Yehuwa] menyertai dia.”

      Tidak banyak orang-tua yang mudah meledak seperti halnya Raja Saul. Namun, Anda tetap harus bijaksana ketika menghadapi mereka. Sebagai contoh, pemuda bernama Sam berkata, ”Ayah saya bukan seorang Kristen, dan ia memiliki temperamen yang buruk! Jika ia marah terhadap kami, ia mulai berteriak keras-keras. Kami benar-benar harus hati-hati terhadap apa yang kami katakan dan lakukan. Kami harus berupaya untuk tidak membuatnya kesal.” Alkitab menyatakan hal itu sebagai berikut, ”Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia.”​—Amsal 22:3.

      Ini tidak harus berarti menjauhi orang-tua Anda. Berupayalah untuk bersikap hangat dan ramah sebisa-bisanya. Jika Anda mengusik orang-tua yang sedang menggerutu dengan pertanyaan yang tidak perlu atau dengan masalah sepele yang dapat dibicarakan di lain waktu, Anda mungkin sedang mencari masalah. (Bandingkan Amsal 15:23; 25:11.) Tentu saja, jika mereka sedang tegang dan letih, mereka mungkin bahkan merasa seperti pria yang adil-benar Ayub ketika ia bertanya, ”Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku?” (Ayub 19:2) Oleh karena itu, bijaksana bila Anda menghindari kebiasaan mengganggu apa pun yang Anda tahu dapat membuat orang-tua Anda jengkel​—seperti mendecak-decakkan permen karet atau menggemeretakkan jari. Demikian pula, Anda akan bertindak tidak timbang rasa bila memasang tape atau TV sekeras-kerasnya.

      Cara lain untuk bertindak dengan bijaksana adalah dengan mengambil inisiatif. Apakah Ibu selalu dalam suasana hati yang buruk ketika ia pulang kerja? Jika Anda pulang lebih dahulu, bagaimana jika Anda membereskan meja, membuang sampah, atau mencuci piring? Sapalah ibu Anda dengan penuh kasih sayang. Perlakuan demikian mungkin membuatnya ingin cepat pulang. Seorang gadis belasan tahun bernama Julie mengambil inisiatif demikian. Ia berkata, ”Ibu saya pengemudi bus sekolah, dan ia biasanya pulang dengan perasaan kacau. Maka saya berupaya agar tidak meminta perhatiannya. Saya berupaya tidak mengganggunya sampai ia tenang. Kemudian saya menggantikan Ibu mengurus adik-adik saya atau membersihkan atau melakukan sesuatu baginya.”

      Walaupun Anda berupaya sedapat mungkin untuk menghindari konflik, beberapa konflik hampir selalu terjadi bila orang-tua sedang sensitif atau peka. Bila hal itu terjadi, menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dapat membantu Anda terhindar dari kemungkinan membuat situasi buruk menjadi lebih buruk. Misalnya, Amsal 15:1 berkata, ”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” Bimbingan selanjutnya diberikan dalam Amsal 17:27, yang mengatakan, ”Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin.” Ingat juga, bahwa meskipun orang-tua kadang-kadang memiliki suasana hati yang buruk, namun ada juga saat-saat manakala mereka merasa riang, penuh humor, senang melihat Anda ada di dekat mereka. Hargailah saat-saat seperti itu, gunakan itu sebagai kesempatan untuk memupuk hubungan baik dengan orang-tua Anda. Hal itu akan membuat saat-saat yang sukar menjadi tidak terlalu sulit.

      [Catatan Kaki]

      a Beberapa nama diganti.

      b Artikel ini membahas tentang perubahan suasana hati yang normal yang dialami kebanyakan orang. Orang-tua yang menderita tekanan emosi akibat depresi hebat, kecanduan alkohol atau obat bius, atau penyakit jasmani dan emosi yang serius lainnya, mungkin membutuhkan bantuan profesional.

      [Gambar di hlm. 24]

      Orang-tua yang bekerja menghargai bila anak-anak mereka membantu mengerjakan tugas-tugas rumah tangga

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan