PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w97 15/8 hlm. 23-25
  • Padang Rumput bagi Orang-Orang yang seperti Domba di Tanah Navajo

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Padang Rumput bagi Orang-Orang yang seperti Domba di Tanah Navajo
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Subjudul
  • Membawa Kabar Baik ke Tanah Navajo
  • Mendirikan ”Kamp Domba”
  • Tanggapan yang Luar Biasa terhadap Berita Kerajaan
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
w97 15/8 hlm. 23-25

Padang Rumput bagi Orang-Orang yang seperti Domba di Tanah Navajo

HÓZHÓNÍ, dalam bahasa Indian Navajo, artinya ”indah”, demikianlah cara orang-orang Navajo menggambarkan tanah mereka. Sejak tahun 1868, pemerintah Amerika Serikat telah menjatahkan bagi orang-orang Navajo lahan seluas kira-kira 62.000 kilometer persegi sebagai kawasan cagar budaya di sebelah timur laut Arizona, di sekitar apa yang dijuluki four corners (empat penjuru), tempat bertemunya keempat negara bagian yaitu Arizona, Kolorado, Meksiko Baru, dan Utah. Monument Valley, yang dipopulerkan oleh film-film barat, kini dilestarikan sebagai Navajo Tribal Park (Taman Suku Navajo) yang menarik para wisatawan dari seluruh dunia. Di lembah tersebut terdapat monolit-monolit batu pasir merah yang spektakuler yang tingginya mencapai ribuan meter, menjulang indah di antara dataran-dataran tinggi gurun. Cocok sekali, sebutan bagi lembah tersebut dalam bahasa Navajo berarti ”bidang di antara bukit-bukit batu”.

Orang-orang Navajo pada umumnya dikenal karena tata kramanya yang rendah hati, keramahtamahan yang hangat, dan keluarga besar yang terjalin erat. Penghuni cagar budaya itu, yang berjumlah 170.000 jiwa, sebagian besar tinggal di permukiman terpencil, mengikuti cara tradisional. Ada yang masih beternak domba dan menempati pondok-pondok dari batang kayu berlapis tanah yang disebut hogan. Karya seni dan barang-barang kerajinan Navajo terkenal di mana-mana. Yang khususnya berharga adalah permadani dan selimut mereka dengan desain geometris atau tradisional beraneka warna, ditenun dari bulu domba. Yang juga terkenal adalah perhiasan perak Navajo yang dihiasi dengan batu turkois dan bahan-bahan alami lainnya.

Membawa Kabar Baik ke Tanah Navajo

Selama lebih dari 30 tahun, Saksi-Saksi Yehuwa telah berdatangan ke tanah Navajo bukan sekadar untuk bertamasya, tetapi juga untuk membawa kabar baik Kerajaan Allah kepada orang-orang di daerah yang terpencil ini. (Matius 24:14) Rohaniwan-rohaniwan perintis biasa dan perintis istimewa dari Saksi-Saksi Yehuwa telah mengambil pimpinan dalam pekerjaan pengabaran. Banyak dari antara mereka datang karena menanggapi imbauan para pengawas keliling dan Saksi-Saksi setempat untuk membantu di tempat yang lebih membutuhkan. Beberapa datang dari sidang-sidang yang berdekatan, sementara yang lain-lain, termasuk orang-orang dari berbagai suku Asli Amerika, datang dari berbagai penjuru Amerika Serikat.

Pria dan wanita yang rela berkorban ini menyamakan dinas mereka di sini dengan penugasan utusan injil. Mengapa? Pertama, bahasa-bahasa asli Indian sangat sulit dipelajari karena bunyi, struktur, dan pengungkapannya yang rumit. Selain itu, penduduk asli umumnya berpegang pada agama tradisional, struktur keluarga, serta bergantung pada lahan sebagai mata pencarian. Lagi pula, perumahan dan lapangan pekerjaan jarang tersedia bagi orang-orang non-Indian, sehingga sulit bagi mereka yang pindah untuk menetap di sini. Yang terakhir, sejarah yang panjang berupa perlakuan buruk terhadap masyarakat ini di tangan orang kulit putih benar-benar menanamkan dalam diri mereka ketidakpercayaan terhadap orang asing hingga taraf tertentu.a

Awalnya, sewaktu Saksi-Saksi pergi berkunjung dari rumah ke rumah memakai jas dan dasi, mereka disangka penganut Mormon, dan banyak orang tidak mau membukakan pintu. Ketika mereka menggantinya dengan pakaian yang tidak terlalu resmi, mereka dipersilakan masuk, sering kali sampai satu jam atau lebih. Sekarang orang-orang sudah mengenal Saksi-Saksi Yehuwa, meskipun busana resmi kembali digunakan dalam pengabaran.

Hanya untuk mencapai penduduk cagar budaya Navajo saja sudah merupakan tantangan. Mengemudikan kendaraan berkilo-kilometer melalui jalan-jalan tanpa aspal yang berbatu-batu, berpasir, dan berlumpur, sudah lazim. Tentu saja, ini dapat merusak kendaraan dan membuat para penumpang menjadi letih. Kendaraan juga bisa mogok, tetapi orang-orang yang lalu-lalang biasanya siap memberikan bantuan. Sering kali perjalanan pulang pergi memakan waktu berjam-jam untuk mengunjungi orang-orang yang berminat, pergi dari rumah ke rumah, atau menjemput peminat ke perhimpunan Kristen. Tetapi Saksi-Saksi senang merelakan diri demi mempertunjukkan kasih mereka kepada penduduk setempat.​—Bandingkan 1 Tesalonika 2:⁠8.

Orang-orang Navajo senang mengadakan pembahasan Alkitab. Biasanya mereka akan berkumpul bersama seluruh keluarga​—anak-anak, orang-tua, kakek dan nenek​—untuk mendengarkan harapan berupa tempat tinggal firdaus di masa depan bagi umat manusia. Ketika ditanya apa gambarannya mengenai Firdaus, seorang pria Navajo menjawab, ”Serba hijau, banyak domba”, cerminan kasih mereka terhadap tanah dan kawanan ternak mereka. Mereka juga menghargai lektur Alkitab, adakalanya ini diperlihatkan dengan menyumbangkan manik-manik, sebatang sabun, susu kaleng, dan lain-lain guna menunjang pelayanan Kerajaan. Seorang perintis istimewa mendapat kira-kira 200 langganan majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! dalam setahun, dua dari antaranya adalah dengan seorang pria pengendara kuda.

Mendirikan ”Kamp Domba”

Bila musim panas tiba, itulah saatnya para gembala Navajo untuk memindahkan kawanan ternaknya ke kamp domba. Tempat hunian musim panas bagi domba-domba ini, yang dipilih karena dekat dengan padang rumput dan sumber air yang baik, membantu domba-domba bertumbuh sejahtera. Secara kiasan, Balai Kerajaan dapat disamakan dengan kamp​—padang rumput rohani dan sumber air kebenaran. Orang-orang yang datang dapat menemukan makanan rohani yang membuat mereka sehat dan kuat secara rohani.

Selama beberapa waktu, perhimpunan diadakan di ruang kelas di sebuah sekolah di Kayenta, Arizona. Kemudian pada bulan Agustus 1992, dengan bantuan ratusan sukarelawan Saksi dari beberapa negara bagian, sebuah balai kerajaan yang baru dibangun di Kayenta. Balai Kerajaan ini dan beberapa balai lain di kawasan tersebut memberikan kesan permanen tentang pekerjaan pengabaran kita dalam pikiran masyarakat setempat. Balai-Balai Kerajaan lainnya bagi wilayah yang luas ini antara lain adalah yang terdapat di Tuba City dan Chinle, kedua-duanya di dalam cagar budaya, satu di Keams Canyon di tanah suku Hopi di cagar budaya Navajo, dan beberapa balai lain di kota-kota kecil di perbatasan cagar budaya tersebut. Apa hasilnya?

Tanggapan yang Luar Biasa terhadap Berita Kerajaan

Di Kayenta, lebih dari dua belas penduduk lokal dibaptis sejak berdirinya Balai Kerajaan, menunjukkan berkat Yehuwa atas tempat ibadat sejati ini. Balai itu memberikan bukti bahwa Saksi-Saksi Yehuwa datang untuk menetap dan membangun keyakinan terhadap kabar baik Kerajaan yang mereka beritakan. Belum lama ini, khotbah umum Alkitab dalam bahasa Navajo untuk pertama kalinya disampaikan di sana. Keempat puluh anggota sidang senang menyambut 245 hadirin pada khotbah yang mengulas tentang tanggung jawab orang-tua. Dengan hati yang penuh penghargaan, satu keluarga beranggotakan delapan orang menempuh perjalanan selama tiga jam untuk mendengarkan khotbah ini​—kunjungan mereka yang pertama kali ke Balai Kerajaan.

Alat lain yang berguna yang Yehuwa telah sediakan adalah brosur Nikmatilah Hidup Kekal di Bumi! dalam bahasa Navajo. Menerjemahkan brosur ini ke dalam bahasa Navajo, sebuah bahasa yang sangat rumit, merupakan tantangan yang luar biasa. Para penerjemah secara keseluruhan menggunakan lebih dari 1.000 jam untuk memastikan bahwa brosur tersebut telah menyampaikan berita Kerajaan dengan tepat. Sejak penerbitannya pada pengujung tahun 1995, Saksi-Saksi setempat telah menempatkan brosur itu beberapa ribu eksemplar, menghasilkan belasan pengajaran Alkitab dengan para pencari kebenaran.

Lambat laun, bahasa Navajo digunakan dalam pengabaran seraya para penyiar Kerajaan mempelajarinya. Sidang-sidang di kawasan tersebut telah mulai menggunakan bahasa Navajo dalam Sekolah Pelayanan Teokratis, dan kelas-kelas bahasa Navajo diadakan untuk melatih para penyiar. Di samping itu pula, acara pada kebaktian-kebaktian juga diterjemahkan ke dalam bahasa Navajo. Semua upaya ini pasti akan menuntun kepada tanggapan yang lebih besar lagi di cagar budaya tersebut.

Yang tak dapat diabaikan dari buah Kerajaan di cagar budaya Indian ini adalah sifat-sifat rohani yang luhur yang diperlihatkan oleh saudara-saudara Navajo kita. Selama tujuh tahun, Jimmy dan Sandra membawa kelima anak mereka menempuh jarak 120 kilometer sekali jalan untuk menghadiri perhimpunan-perhimpunan mingguan. Keluarga itu mempunyai kenangan indah sewaktu menyanyikan lagu-lagu Kerajaan dan belajar Alkitab bersama selama perjalanan mereka yang jauh. Kasih dan gairah orang-tua terhadap kebenaran memotivasi anak-anak untuk mengikuti teladan mereka dalam menjadi penyembah-penyembah yang berbakti kepada Yehuwa. Empat dari antara mereka kini melayani sebagai perintis biasa, dan Jimmy adalah seorang penatua. Keluarga ini semakin bersukacita karena belum lama ini, Elsie, kakak perempuan Jimmy, yang hanya bisa berbahasa Navajo, menjadi orang pertama yang dibaptis.

Gembala-gembala lokal dan kawanan ternaknya menambah sentuhan ketenteraman alam pedusunan di samping tugu-tugu batu yang menghiasi cagar budaya Navajo. Dengan nada serupa, nabi Yesaya lama berselang menubuatkan tentang Yehuwa, ”Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkan-Nya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.” (Yesaya 40:11) Melalui Gembala-Nya yang Baik, Yesus Kristus, Yehuwa sedang mengumpulkan ke padang rumput rohani-Nya semua orang di cagar budaya Navajo yang ingin mendengarkan kabar baik Kerajaan serta memiliki kesempatan untuk menerima berkat abadi.

[Catatan Kaki]

a Lihat terbitan Sedarlah! 8 Mei 1948; 22 Februari 1952; 22 Juni 1954 (bahasa Inggris); dan Sedarlah! 8 September 1996.

[Gambar di hlm. 24]

Gembala wanita Navajo mendengarkan kabar baik

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan