-
”Lihat! Inilah Allah Kita”Menara Pengawal—2003 | 1 Juli
-
-
”Lihat! Inilah Allah Kita”
Informasi yang dibahas dalam kedua artikel pelajaran ini didasarkan pada buku Mendekatlah kepada Yehuwa, yang dirilis pada kebaktian distrik yang diselenggarakan di seluruh dunia pada tahun 2002/03.—Lihat artikel ”Buku Itu Mengisi Kehampaan dalam Hati Saya”, di halaman 20.
”Lihat! Inilah Allah kita. Kita berharap kepadanya, dan ia akan menyelamatkan kita. Inilah Yehuwa.”—YESAYA 25:9.
1, 2. (a) Bagaimana Yehuwa menyebut sang patriark Abraham, dan hal ini mungkin membuat kita bertanya-tanya tentang apa? (b) Bagaimana Alkitab meyakinkan kita bahwa hubungan yang dekat dengan Allah dapat kita raih?
”SAHABATKU.” Demikianlah Yehuwa, Pencipta langit dan bumi, menyebut sang patriark Abraham. (Yesaya 41:8) Bayangkan—seorang manusia menikmati persahabatan dengan Tuan yang Berdaulat atas alam semesta! Saudara mungkin bertanya-tanya, ’Apakah mungkin bagi saya untuk sedekat itu dengan Allah?’
2 Alkitab meyakinkan kita bahwa hubungan yang dekat dengan Allah dapat kita raih. Abraham dikaruniai keakraban semacam itu karena ia ”menaruh iman kepada Yehuwa”. (Yakobus 2:23) Dewasa ini pun, Yehuwa ”akrab dengan orang-orang yang lurus hati”. (Amsal 3:32) Di Yakobus 4:8, Alkitab mendesak kita, ”Mendekatlah kepada Allah dan ia akan mendekat kepadamu.” Jelaslah, jika kita mengambil langkah-langkah untuk mendekat kepada Yehuwa, Ia akan menanggapi. Sesungguhnya, Ia akan mendekat kepada kita. Tetapi, apakah kata-kata terilham ini memaksudkan bahwa kitalah—manusia yang berdosa dan tidak sempurna—yang mengambil langkah pertama? Tentu saja tidak. Keakraban dengan Yehuwa dimungkinkan hanya karena Allah kita yang pengasih telah mengambil dua langkah yang penting.—Mazmur 25:14.
3. Yehuwa telah mengambil dua langkah apa untuk memungkinkan kita menikmati persahabatan dengan Dia?
3 Pertama, Yehuwa mengatur agar Yesus ”memberikan jiwanya sebagai tebusan untuk penukar bagi banyak orang”. (Matius 20:28) Korban tebusan itu memungkinkan kita dekat dengan Allah. Alkitab menyatakan, ”Mengenai kita, kita mengasihi, karena dia pertama-tama mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19) Ya, karena Allah-lah yang ”pertama-tama mengasihi kita”, Ia membubuhkan dasar bagi kita untuk memulai persahabatan dengan-Nya. Kedua, Yehuwa telah menyingkapkan diri-Nya kepada kita. Dalam setiap persahabatan yang kita jalin, ikatannya didasarkan pada mengenal pribadi tersebut dengan sungguh-sungguh, mengagumi dan menghargai sifat-sifat uniknya. Pikirkan apa artinya hal ini. Jika Yehuwa adalah Allah yang tersembunyi dan misterius, kita tidak akan pernah dapat dekat dengan Dia. Namun, Yehuwa sama sekali tidak menyembunyikan diri-Nya, Ia justru menginginkan kita mengenal Dia. (Yesaya 45:19) Dalam Firman-Nya, Alkitab, Ia menyingkapkan diri-Nya dengan ungkapan yang dapat kita pahami—bukti bahwa Ia tidak hanya mengasihi kita, tetapi juga menginginkan kita mengenal dan mengasihi-Nya sebagai Bapak surgawi kita.
4. Bagaimana perasaan kita tentang Yehuwa seraya kita lebih mengenal sifat-sifat-Nya?
4 Pernahkah Saudara melihat seorang anak kecil yang dengan polos dan perasaan senang membanggakan ayahnya kepada teman-temannya sambil berkata, ”Itu papaku”? Para penyembah Allah memiliki alasan yang kuat untuk mempunyai perasaan yang sama mengenai Yehuwa. Alkitab menubuatkan suatu masa manakala orang-orang yang setia akan berseru, ”Lihat! Inilah Allah kita.” (Yesaya 25:8, 9) Semakin dalam pemahaman kita tentang sifat-sifat Yehuwa, semakin yakinlah kita bahwa kita memiliki Bapak terbaik dan Sahabat terkarib yang dapat dibayangkan. Ya, dengan memahami sifat-sifat Yehuwa, kita mempunyai banyak alasan untuk semakin mendekat kepada-Nya. Jadi, marilah kita cermati bagaimana Alkitab menyingkapkan sifat-sifat utama Yehuwa—kuasa, keadilan, hikmat, dan kasih. Dalam artikel ini, kita akan membahas ketiga sifat yang pertama.
”Tinggi Kekuasaannya”
5. Mengapa tepat bahwa hanya Yehuwa yang disebut ”Yang Mahakuasa”, dan dengan cara apa saja Ia menggunakan kuasa-Nya yang dahsyat?
5 Yehuwa ”tinggi kekuasaannya”. (Ayub 37:23) Yeremia 10:6 berkata, ”Dalam hal apa pun tidak ada yang seperti engkau, oh, Yehuwa. Engkau agung, dan namamu sangat perkasa.” Tidak seperti makhluk mana pun, Yehuwa memiliki kuasa yang tak terbatas. Itulah sebabnya, hanya Dia yang disebut ”Yang Mahakuasa”. (Penyingkapan 15:3) Yehuwa menggunakan kuasa-Nya yang dahsyat untuk mencipta, membinasakan, melindungi, dan memulihkan. Perhatikan dua contoh saja—kuasa-Nya untuk mencipta dan kuasa-Nya untuk melindungi.
6, 7. Seberapa hebatkah tenaga matahari, dan kebenaran penting apa yang diteguhkannya?
6 Apabila Saudara berdiri di luar rumah pada suatu hari di musim panas yang cerah, apa yang terasa pada kulit Saudara? Hangatnya sinar matahari. Sebenarnya, yang Saudara rasakan adalah hasil kuasa Yehuwa untuk mencipta. Seberapa hebatkah tenaga matahari? Suhu pada intinya mencapai lebih dari 15 juta derajat Celsius. Seandainya Saudara dapat mengambil inti matahari seukuran kepala jarum pentol saja dan menaruhnya di bumi, Saudara tidak dapat berdiri dengan aman hingga jarak sejauh 140 kilometer dari sumber panas sekecil itu! Setiap detik, matahari mengeluarkan energi yang sebanding dengan ledakan ratusan juta bom nuklir. Namun, bumi mengorbit pada jarak yang tepat dari tanur termonuklir yang dahsyat tersebut. Jika terlalu dekat, air di bumi akan menguap; jika terlalu jauh, semuanya akan membeku. Kedua ekstrem ini bisa menyebabkan planet kita mati.
7 Meskipun kehidupan mereka bergantung pada matahari, banyak orang menyepelekannya. Itu sebabnya, mereka gagal memahami apa yang dapat diajarkan matahari kepada kita. Mazmur 74:16 berkata mengenai Yehuwa, ”Engkaulah yang mempersiapkan benda penerang, bahkan matahari.” Ya, matahari mendatangkan hormat bagi Yehuwa, ”Pembuat langit dan bumi.” (Mazmur 146:6) Sekalipun demikian, matahari hanyalah salah satu dari banyak ciptaan yang mengajar kita tentang kuasa Yehuwa yang luar biasa. Semakin banyak yang kita pelajari tentang kuasa Yehuwa untuk mencipta, semakin dalam rasa takjub kita.
8, 9. (a) Gambaran lembut apa yang memperlihatkan kepada kita kerelaan Yehuwa untuk melindungi dan memelihara para penyembah-Nya? (b) Bagaimana gembala pada zaman Alkitab memelihara dombanya, dan hal ini mengajarkan apa kepada kita tentang Gembala Agung kita?
8 Yehuwa juga menggunakan kuasanya yang luar biasa untuk melindungi hamba-hamba-Nya dan untuk memelihara mereka. Alkitab menggunakan beberapa gambaran yang jelas dan menyentuh hati untuk melukiskan janji-janji Yehuwa tentang pemeliharaan-Nya yang protektif. Misalnya, perhatikan Yesaya 40:11. Di ayat ini, Yehuwa menyamakan diri-Nya dengan seorang gembala, dan umat-Nya dengan domba-domba. Kita membaca, ”Seperti seorang gembala ia akan menggembalakan kawanannya. Dengan lengannya ia akan mengumpulkan anak-anak domba; dan di dadanya ia akan membawa mereka. Mereka yang menyusui akan ia bimbing dengan penuh perhatian.” Dapatkah Saudara membayangkan apa yang dilukiskan dalam ayat itu?
9 Hanya ada sedikit hewan yang sama tidak berdayanya dengan domba peliharaan. Gembala pada zaman Alkitab harus berani melindungi dombanya dari serigala, beruang, dan singa. (1 Samuel 17:34-36; Yohanes 10:10-13) Namun, ada saat-saat manakala ia harus memperlihatkan kelembutan sewaktu melindungi dan memelihara domba. Misalnya, sewaktu seekor domba melahirkan di tempat yang jauh dari kandangnya, bagaimana sang gembala akan menjaga anak domba yang baru lahir dan tak berdaya? Ia akan menggendongnya, mungkin selama berhari-hari, ”di dadanya”—lipatan pada pakaian atasnya. Namun, bagaimana seekor anak domba yang mungil bisa sampai berada di dada sang gembala? Anak domba itu mungkin mendekati sang gembala dan bahkan menyenggol-nyenggol kaki sang gembala. Akan tetapi, sang gembalalah yang harus membungkuk, mengulurkan tangannya, mengangkat anak domba itu, dan menaruhnya di tempat aman pada dadanya. Benar-benar gambaran yang lembut tentang kerelaan Gembala Agung kita untuk melindungi dan memelihara hamba-hamba-Nya!
10. Perlindungan apa yang Yehuwa sediakan dewasa ini, dan mengapa perlindungan semacam itu khususnya penting?
10 Yehuwa tidak sekadar menjanjikan perlindungan. Pada zaman Alkitab, Ia mempertunjukkan dengan cara yang menakjubkan bahwa Ia sanggup ”melepaskan orang-orang yang memiliki pengabdian yang saleh dari cobaan”. (2 Petrus 2:9) Bagaimana dengan dewasa ini? Kita tahu bahwa sekarang Ia tidak menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi kita dari semua malapetaka. Namun, Ia menyediakan sesuatu yang lebih penting—perlindungan rohani. Allah kita yang pengasih melindungi kita dari bahaya rohani dengan memperlengkapi kita dengan apa yang dibutuhkan untuk bertekun menanggung cobaan dan untuk menjaga hubungan kita dengan-Nya. Misalnya, Lukas 11:13 menyatakan, ”Jika kamu, walaupun fasik, tahu caranya memberikan pemberian yang baik kepada anak-anakmu, terlebih lagi Bapak di surga akan memberikan roh kudus kepada mereka yang meminta kepadanya!” Kekuatan yang perkasa tersebut dapat membuat kita sanggup mengatasi cobaan atau problem apa pun yang mungkin kita hadapi. (2 Korintus 4:7) Dengan demikian, Yehuwa bertindak untuk memelihara hidup kita, bukan hanya untuk beberapa tahun yang singkat, melainkan untuk selama-lamanya. Dengan mencamkan prospek tersebut, kita benar-benar dapat memandang penderitaan apa pun dalam sistem ini sebagai sesuatu yang ”sementara dan ringan”. (2 Korintus 4:17) Tidakkah kita ingin mendekat kepada Allah yang dengan begitu pengasih menggunakan kuasa-Nya demi kebaikan kita?
”Yehuwa Adalah Pencinta Keadilan”
11, 12. (a) Mengapa keadilan Yehuwa mendekatkan kita kepada-Nya? (b) Kesimpulan apa yang Daud capai sehubungan dengan keadilan Yehuwa, dan bagaimana kata-kata terilham ini dapat menghibur kita?
11 Yehuwa melakukan apa yang benar dan adil, dan Ia melakukannya dengan konsisten, tanpa sikap berat sebelah. Keadilan ilahi bukanlah suatu sifat dingin dan keras yang menjauhkan kita dari Yehuwa, melainkan sifat menarik yang mendekatkan kita kepada-Nya. Alkitab dengan jelas menggambarkan hakikat yang menghangatkan hati dari sifat ini. Sekarang, marilah kita perhatikan tiga cara yang Yehuwa gunakan dalam menjalankan keadilan-Nya.
12 Pertama, keadilan Yehuwa menggerakkan Dia untuk menunjukkan kesetiaan dan keloyalan kepada hamba-hamba-Nya. Melalui pengalamannya sendiri, sang pemazmur Daud memahami dan menghargai aspek dari keadilan Yehuwa ini. Dari pengalamannya itu dan dari pemelajarannya tentang jalan-jalan Allah, kesimpulan apa yang Daud capai? Ia menyatakan, ”Yehuwa adalah pencinta keadilan, dan ia tidak akan meninggalkan orang-orangnya yang loyal. Sampai waktu yang tidak tertentu, mereka pasti akan dijaga.” (Mazmur 37:28) Sungguh suatu jaminan yang menghibur! Allah kita tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang loyal kepada-Nya barang sedetik pun. Oleh karena itu, kita dapat mengandalkan kedekatan-Nya dan pemeliharaan-Nya yang pengasih. Keadilan-Nya menjamin hal ini!—Amsal 2:7, 8.
13. Bagaimana kepedulian Yehuwa terhadap orang yang kurang beruntung nyata dalam Hukum yang Ia berikan kepada Israel?
13 Kedua, keadilan ilahi cepat tanggap akan kebutuhan orang yang menderita. Kepedulian Allah terhadap orang yang kurang beruntung nyata dalam Hukum yang Ia berikan kepada Israel. Sebagai contoh, dalam Hukum ada penyelenggaraan guna memastikan agar para yatim piatu dan janda terpelihara. (Ulangan 24:17-21) Menyadari bahwa keluarga-keluarga tersebut bisa jadi susah hidupnya, Yehuwa sendiri menjadi Hakim dan Pelindung mereka yang pengasih. (Ulangan 10:17, 18) Ia memperingatkan orang Israel bahwa jika mereka menipu wanita dan anak-anak yang tak berdaya, Ia akan mendengar keluhan orang-orang tersebut. ”Kemarahanku benar-benar akan berkobar,” kata-Nya, yang dicatat di Keluaran 22:24. Meskipun kemarahan bukan salah satu sifat dominan Allah, tindak ketidakadilan yang disengaja dapat membangkitkan kemarahan-Nya yang adil-benar, khususnya jika korbannya adalah orang-orang yang tidak berdaya.—Mazmur 103:6.
14. Apa bukti yang benar-benar menakjubkan akan sikap Yehuwa yang tidak berat sebelah?
14 Ketiga, di Ulangan 10:17, Alkitab meyakinkan kita bahwa Yehuwa ”tidak berlaku berat sebelah terhadap siapa pun atau menerima suap”. Berbeda dengan banyak manusia yang memiliki kuasa atau pengaruh, Yehuwa tidak terpengaruh oleh kekayaan materi atau penampilan. Ia bebas dari prasangka atau favoritisme. Bukti yang sangat menakjubkan tentang sikap tidak berat sebelah-Nya adalah: Kesempatan untuk menjadi penyembah-Nya yang sejati, dengan prospek kehidupan tanpa akhir, tidaklah terbatas untuk segelintir orang elite. Sebaliknya, Kisah 10:34, 35 menyatakan, ”Allah tidak berat sebelah, tetapi orang dari bangsa mana pun yang takut kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya.” Prospek ini terbuka bagi semua orang tidak soal status sosial mereka, warna kulit mereka, atau negeri tempat mereka tinggal. Bukankah itu penerapan terbaik dari keadilan sejati? Sesungguhnya, pengertian yang lebih baik tentang keadilan Yehuwa akan mendekatkan kita kepada-Nya!
”Oh, Dalamnya . . . Hikmat . . . Allah!”
15. Apa hikmat itu, dan bagaimana Yehuwa mempertunjukkannya?
15 Rasul Paulus tergerak untuk berseru, sebagaimana dicatat di Roma 11:33, ”Oh, dalamnya . . . hikmat, dan pengetahuan Allah!” Ya, seraya kita merenungkan berbagai aspek hikmat Yehuwa yang sangat luas, kita benar-benar dipenuhi oleh perasaan takjub. Namun, bagaimana kita dapat mendefinisikan sifat ini? Hikmat menggabungkan pengetahuan, pemahaman, dan pengertian untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dengan memanfaatkan pengetahuan-Nya yang luas dan pengertian-Nya yang dalam, Yehuwa selalu membuat keputusan yang terbaik, melaksanakannya melalui tindakan terbaik yang terpikirkan.
16, 17. Bagaimana ciptaan Yehuwa membuktikan hikmat-Nya yang sangat luas? Berikan sebuah contoh.
16 Apa beberapa bukti spesifik tentang hikmat Yehuwa yang sangat luas? Kata Mazmur 104:24, ”Betapa banyak pekerjaanmu, oh, Yehuwa! Semuanya itu kaubuat dengan hikmat. Bumi penuh dengan hasil kerjamu.” Sebenarnya, semakin banyak yang kita pelajari tentang perkara-perkara buatan Yehuwa, semakin takjub kita akan hikmat-Nya. Malah, para ilmuwan telah banyak belajar dengan memeriksa ciptaan Yehuwa! Bahkan, ada bidang rekayasa, yang disebut biomimetika, yang berupaya meniru rancangan yang ditemukan di alam.
17 Misalnya, barangkali Saudara pernah mengamati dengan kagum keindahan sebuah jaring labah-labah. Jaring itu benar-benar suatu rancangan yang menakjubkan. Beberapa untaian yang tampaknya ringkih, ternyata secara proporsional lebih kuat daripada baja, lebih tangguh daripada serat pada rompi antipeluru. Tepatnya, seberapa kuatkah itu? Bayangkan sebuah jaring labah-labah diperbesar hingga seukuran jala yang digunakan pada perahu nelayan. Jaring tersebut sedemikian kuatnya sampai-sampai bisa menghentikan sebuah pesawat penumpang yang tengah terbang! Ya, Yehuwa telah membuat semuanya itu ”dengan hikmat”.
18. Bagaimana hikmat Yehuwa nyata dengan digunakannya manusia untuk mencatat Firman-Nya, Alkitab?
18 Bukti terbesar hikmat Yehuwa terdapat dalam Firman-Nya, Alkitab. Nasihat berhikmat yang terdapat dalam halaman-halamannya benar-benar memperlihatkan kepada kita jalan hidup yang terbaik. (Yesaya 48:17) Tetapi, hikmat Yehuwa yang tak terbandingkan juga terlihat melalui caranya Alkitab ditulis. Bagaimana? Dengan hikmat-Nya, Yehuwa memilih menggunakan manusia untuk mencatat Firman-Nya. Seandainya Ia menggunakan malaikat, apakah Alkitab akan memiliki daya tarik yang sama? Memang, para malaikat dapat menggambarkan Yehuwa dari sudut pandang mereka yang mulia dan menyatakan pengabdian mereka kepada-Nya. Namun, apakah kita akan benar-benar sanggup memahami sudut pandangan makhluk-makhluk roh yang sempurna, yang pengetahuannya, pengalamannya, dan kekuatannya jauh melebihi kita?—Ibrani 2:6, 7.
19. Contoh apa memperlihatkan bahwa digunakannya manusia sebagai penulis membuat Alkitab memiliki kehangatan dan daya tarik yang luar biasa?
19 Digunakannya manusia sebagai penulis membuat Alkitab memiliki kehangatan dan daya tarik yang luar biasa. Para penulisnya adalah pria-pria yang mempunyai perasaan seperti kita. Karena tidak sempurna, mereka mengalami pencobaan dan tekanan yang sama dengan yang kita alami. Dalam beberapa kasus, mereka menuliskan secara langsung perasaan dan perjuangan mereka sendiri. (2 Korintus 12:7-10) Jadi, mereka menuliskan kata-kata yang tidak dapat diungkapkan malaikat mana pun. Misalnya, perhatikan kata-kata Daud yang dicatat di Mazmur 51. Menurut superskripsinya, Daud menggubah mazmur ini setelah ia melakukan dosa serius. Ia mencurahkan isi hatinya, mengungkapkan dukacita yang dalam dan memohon pengampunan Allah. Ayat 2 dan 3 berbunyi, ”Dengan tuntas basuhlah aku dari kesalahanku, dan bersihkanlah aku bahkan dari dosaku. Karena aku sendiri mengetahui pelanggaranku, dan dosaku ada di depanku senantiasa.” Perhatikan ayat 5, ”Lihat! Dalam kesalahan aku dilahirkan disertai sakit bersalin, dan dalam dosa aku dikandung ibuku.” Ayat 17 menambahkan, ”Korban kepada Allah adalah semangat yang patah; hati yang patah dan remuk, oh, Allah, tidak akan kaupandang hina.” Saudara dapat merasakan perasaan tersiksa yang hebat dalam diri penulisnya, bukan? Siapa lagi selain manusia tidak sempurna yang dapat mengungkapkan perasaan seperti itu?
20, 21. (a) Bagaimana dapat dikatakan bahwa sekalipun manusia digunakan sebagai penulisnya, Alkitab memuat hikmat Yehuwa? (b) Apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?
20 Dengan menggunakan manusia-manusia yang tidak sempurna seperti itu, Yehuwa menyediakan apa yang benar-benar kita butuhkan—suatu catatan yang ”diilhamkan Allah”, tetapi tetap memiliki unsur-unsur manusiawi. (2 Timotius 3:16) Ya, para penulis itu dibimbing oleh roh kudus. Dengan demikian, mereka mencatat hikmat Yehuwa, bukan hikmat mereka sendiri. Hikmat itu dapat diandalkan sepenuhnya. Hikmat itu sedemikian jauhnya di atas hikmat kita sendiri sehingga Allah dengan pengasih mendesak kita, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Dalam segala jalanmu, berikanlah perhatian kepadanya, dan ia akan meluruskan jalan-jalanmu.” (Amsal 3:5, 6) Dengan mengindahkan nasihat yang bijaksana itu, kita semakin dekat dengan Allah kita yang mahabijaksana.
21 Dari semua sifat Yehuwa, yang paling indah dan yang membuat kita mengasihi-Nya adalah kasih. Artikel berikut akan membahas bagaimana Yehuwa telah memperlihatkan kasih.
-
-
”Allah adalah Kasih”Menara Pengawal—2003 | 1 Juli
-
-
”Allah adalah Kasih”
”Ia yang tidak mengasihi tidak mengenal Allah, karena Allah adalah kasih.”—1 YOHANES 4:8.
1-3. (a) Alkitab membuat pernyataan apa sehubungan dengan sifat kasih Yehuwa, dan bagaimana pernyataan tersebut unik? (b) Mengapa Alkitab mengatakan bahwa ”Allah adalah kasih”?
SEMUA sifat Yehuwa luhur, sempurna, dan menarik. Namun, yang paling menarik di antara semua sifat Yehuwa adalah kasih. Tidak ada hal lain yang menarik kita sedemikian kuatnya kepada Yehuwa selain kasih-Nya. Syukurlah, kasih juga adalah sifat-Nya yang dominan. Bagaimana kita mengetahuinya?
2 Alkitab mengatakan sesuatu tentang kasih, sesuatu yang tidak pernah dikatakannya untuk sifat-sifat utama Yehuwa lainnya. Tulisan-Tulisan Kudus tidak mengatakan bahwa Allah adalah kuasa atau Allah adalah keadilan atau bahkan bahwa Allah adalah hikmat. Ia memiliki sifat-sifat itu dan Ia adalah sumber tertinggi ketiga sifat tersebut. Namun, mengenai kasih, sesuatu yang lebih dalam dikatakan oleh Alkitab di 1 Yohanes 4:8, ”Allah adalah kasih.” Ya, kasih tak dapat dipisahkan dari diri Yehuwa. Itu adalah jati diri-Nya. Secara umum, kita mungkin dapat berpikir seperti ini: Kuasa Yehuwa memungkinkan Dia untuk bertindak. Keadilan dan hikmat-Nya membimbing cara Ia bertindak. Namun, kasih Yehuwa memotivasi Dia untuk bertindak. Dan, kasih-Nya selalu tercermin dalam cara Ia menggunakan sifat-sifat-Nya yang lain.
3 Yehuwa sering kali disebut sebagai personifikasi kasih. Oleh karena itu, jika kita ingin belajar tentang kasih, kita harus belajar tentang Yehuwa. Jadi, mari kita cermati beberapa aspek dari kasih Yehuwa yang tiada duanya.
Tindakan Kasih yang Terbesar
4, 5. (a) Apa tindakan kasih yang terbesar sepanjang sejarah? (b) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa Yehuwa dan Putra-Nya dipersatukan oleh ikatan kasih terkuat yang pernah terjalin?
4 Yehuwa telah memperlihatkan kasih dalam banyak cara, tetapi ada satu cara yang paling menonjol. Apakah itu? Itu adalah tindakan-Nya mengutus Putra-Nya untuk menderita dan mati bagi kita. Kita dapat dengan tepat mengatakan bahwa ini adalah tindakan kasih yang terbesar sepanjang sejarah. Mengapa kita dapat menyebutnya demikian?
5 Alkitab menyebut Yesus ”yang sulung dari antara semua ciptaan”. (Kolose 1:15) Coba pikirkan—Putra Yehuwa sudah ada lebih dahulu daripada alam semesta. Kalau begitu, sudah berapa lama Bapak dan Putra tersebut bersama-sama? Beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa alam semesta ini berusia 13 miliar tahun. Namun, kalaupun perkiraan tersebut tepat, rentang waktu itu tidak cukup untuk mewakili jangka hidup Putra sulung Yehuwa! Apa yang ia lakukan selama rentang waktu yang sangat panjang tersebut? Sang Putra dengan penuh sukacita melayani sebagai ”pekerja ahli” Bapaknya. (Amsal 8:30; Yohanes 1:3) Yehuwa dan Putra-Nya bekerja bersama-sama untuk menjadikan semua hal lain. Masa-masa yang mereka nikmati bersama sungguh menggetarkan dan membahagiakan! Jadi, siapa di antara kita yang dapat mulai memahami kekuatan sebuah ikatan yang telah terbina selama rentang waktu yang luar biasa panjang seperti itu? Jelaslah, Allah Yehuwa dan Putra-Nya dipersatukan oleh ikatan kasih terkuat yang pernah terjalin.
6. Sewaktu Yesus dibaptis, bagaimana Yehuwa menyatakan perasaan-Nya terhadap Putra-Nya?
6 Meskipun demikian, Yehuwa mengutus Putra-Nya ke bumi untuk dilahirkan sebagai bayi manusia. Dengan melakukannya, berarti selama beberapa dekade Yehuwa harus rela kehilangan pergaulan yang akrab di surga dengan Putra yang Ia kasihi. Dari surga, Ia dengan penuh minat memperhatikan Yesus bertumbuh menjadi seorang manusia sempurna. Kira-kira pada usia 30 tahun, Yesus dibaptis. Pada peristiwa itu, sang Bapak berbicara secara pribadi dari surga, ”Inilah Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah aku berkenan.” (Matius 3:17) Sewaktu melihat Yesus dengan setia melakukan semua yang telah dinubuatkan, semua yang diminta dari dia, Bapaknya pastilah sangat senang!—Yohanes 5:36; 17:4.
7, 8. (a) Kejadian apa saja yang menimpa Yesus pada tanggal 14 Nisan 33 M, dan bagaimana hal itu mempengaruhi Bapak surgawinya? (b) Mengapa Yehuwa membiarkan Putra-Nya menderita dan mati?
7 Namun, bagaimana perasaan Yehuwa pada tanggal 14 Nisan 33 M ketika Yesus dikhianati dan kemudian ditangkap oleh segerombolan orang yang marah? Ketika Yesus dicemooh, diludahi, dan ditinju? Ketika ia disesah sampai punggungnya tercabik-cabik? Ketika tangan dan kakinya dipakukan ke tiang kayu dan dibiarkan tergantung di sana seraya dicerca oleh orang-orang? Bagaimana perasaan sang Bapak ketika Putra yang Ia kasihi berseru kepada-Nya di tengah pergulatannya menghadapi penderitaan yang hebat? Bagaimana perasaan Yehuwa ketika Yesus mengembuskan napasnya yang terakhir, dan ketika untuk pertama kalinya sejak awal penciptaan, Putra yang dikasihi-Nya tiada?—Matius 26:14-16, 46, 47, 56, 59, 67; 27:26, 38-44, 46; Yohanes 19:1.
8 Karena Yehuwa memiliki perasaan, kepedihan hati yang pasti Ia rasakan atas kematian Putra-Nya tak terlukiskan oleh kata-kata kita. Apa yang dapat dilukiskan adalah motif Yehuwa membiarkan hal itu terjadi. Mengapa sang Bapak membiarkan kepedihan demikian menimpa diri-Nya? Yehuwa menyingkapkan sesuatu yang menakjubkan kepada kita di Yohanes 3:16—ayat Alkitab yang sedemikian pentingnya sampai-sampai disebut miniaturnya Injil. Bunyinya, ”Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan, agar setiap orang yang memperlihatkan iman akan dia tidak akan dibinasakan melainkan memperoleh kehidupan abadi.” Jadi, motif Allah adalah ini: kasih. Tidak ada kasih yang lebih besar yang pernah diperlihatkan.
Cara Yehuwa Meyakinkan Kita akan Kasih-Nya
9. Apa yang Setan ingin kita percayai sehubungan dengan pandangan Yehuwa tentang kita, tetapi Yehuwa meyakinkan kita akan apa?
9 Namun, sebuah pertanyaan penting muncul: Apakah Allah mengasihi kita secara pribadi? Beberapa orang mungkin setuju bahwa Allah mengasihi umat manusia secara umum, sebagaimana dikatakan Yohanes 3:16. Tetapi, pada dasarnya mereka merasa, ’Allah tidak akan pernah dapat mengasihi saya secara pribadi.’ Faktanya adalah Setan si Iblis ingin sekali membuat kita percaya bahwa Yehuwa tidak mengasihi ataupun menghargai kita. Di pihak lain, tidak soal seberapa pun tidak pantasnya atau tidak berharganya kita untuk dikasihi menurut penilaian kita, Yehuwa meyakinkan kita bahwa setiap hamba-Nya yang setia berharga bagi-Nya.
10, 11. Bagaimana perumpamaan Yesus tentang burung pipit menunjukkan bahwa kita bernilai di mata Yehuwa?
10 Misalnya, perhatikan kata-kata Yesus yang dicatat di Matius 10:29-31. Untuk mengilustrasikan betapa berharganya murid-muridnya, Yesus berkata, ”Bukankah dua ekor burung pipit dijual seharga sebuah uang logam bernilai kecil? Akan tetapi, tidak satu pun dari burung-burung itu akan jatuh ke tanah tanpa diketahui Bapakmu. Namun bahkan rambut kepalamu semuanya terhitung. Karena itu jangan takut: kamu lebih bernilai daripada banyak burung pipit.” Perhatikan apa makna kata-kata tersebut bagi para pendengar Yesus pada abad pertama.
11 Pada zaman Yesus, pipit adalah burung termurah yang dijual sebagai bahan makanan. Dengan satu uang logam bernilai kecil, seorang pembeli mendapat dua ekor burung pipit. Tetapi, Yesus belakangan mengatakan, menurut Lukas 12:6, 7, bahwa jika seseorang membelanjakan dua uang logam, ia mendapat, tidak hanya empat, tetapi lima ekor. Burung ekstra ditambahkan seolah-olah tidak bernilai sama sekali. Barangkali, burung-burung tersebut tidak berharga di mata manusia, tetapi bagaimana pandangan sang Pencipta? Yesus berkata, ”Tidak seekor pun dari antaranya [bahkan seekor yang ditambahkan] dilupakan di hadapan Allah.” Sekarang, kita mulai mengerti apa yang Yesus maksudkan. Jika seekor burung pipit saja sangat Yehuwa hargai, betapa terlebih berharga lagi seorang manusia! Seperti yang Yesus katakan, Yehuwa mengetahui setiap perincian mengenai diri kita. Ya, bahkan rambut di kepala kita terhitung oleh-Nya!
12. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yesus bersikap realistis sewaktu berbicara soal terhitungnya rambut kepala kita?
12 Mungkin, ada yang beranggapan bahwa Yesus hanya melebih-lebihkan. Namun, coba pikirkan tentang kebangkitan. Yehuwa pasti harus sangat mengenal kita agar dapat menciptakan kita kembali! Ia begitu menghargai kita sehingga ia mengingat setiap perincian, termasuk kode genetis kita serta semua kenangan dan pengalaman kita selama bertahun-tahun. Jika dibandingkan dengan hal itu, menghitung rambut kita—yang rata-rata tumbuh sebanyak 100.000 helai pada tiap kepala manusia—merupakan soal sepele. Sungguh indah kata-kata Yesus yang meyakinkan kita bahwa Yehuwa peduli kepada kita secara pribadi!
13. Bagaimana kasus Raja Yehosyafat menunjukkan bahwa Yehuwa mencari hal-hal baik yang ada dalam diri kita sekalipun kita tidak sempurna?
13 Alkitab menyingkapkan suatu hal lain lagi yang meyakinkan kita akan kasih Yehuwa. Ia mencari dan menghargai hal-hal yang baik dalam diri kita. Misalnya, perhatikan Raja Yehosyafat yang baik. Sewaktu sang raja melakukan suatu tindakan yang bodoh, seorang nabi Yehuwa memberi tahu dia, ”Karena hal itu, Yehuwa marah terhadap engkau.” Benar-benar serius! Tetapi, pesan Yehuwa tidak berhenti sampai di situ saja. Pesannya berlanjut, ”Meskipun demikian, ada hal-hal baik yang didapati pada dirimu.” (2 Tawarikh 19:1-3) Jadi, kemarahan Yehuwa yang adil-benar tidak membutakan Dia terhadap ”hal-hal baik” tentang Yehosyafat. Tidakkah menenteramkan hati untuk mengetahui bahwa Allah kita mencari hal-hal baik yang ada dalam diri kita sekalipun kita tidak sempurna?
Allah yang ”Siap Mengampuni”
14. Sewaktu kita berdosa, perasaan apa yang mungkin membebani kita, tetapi bagaimana kita dapat memperoleh manfaat dari pengampunan Yehuwa?
14 Sewaktu kita berdosa, perasaan kecewa, malu, dan bersalah mungkin membuat kita berpikir bahwa kita tidak akan pernah layak melayani Yehuwa. Namun, ingatlah bahwa Yehuwa ”siap mengampuni”. (Mazmur 86:5) Ya, jika kita bertobat dari dosa-dosa kita dan berupaya keras untuk tidak mengulanginya, kita dapat memperoleh manfaat dari pengampunan Yehuwa. Perhatikan bagaimana Alkitab menggambarkan aspek yang menakjubkan dari kasih Yehuwa ini.
15. Seberapa jauh dari kita Yehuwa meletakkan dosa-dosa kita?
15 Pemazmur Daud menggunakan ungkapan yang hidup untuk menggambarkan pengampunan Yehuwa, ”Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” (Cetak miring red.; Mazmur 103:12, Terjemahan Baru) Seberapa jauhkah timur dari barat? Dalam arti tertentu, timur selalu berada pada jarak yang paling jauh dari barat; kedua titik tersebut tidak akan pernah bertemu. Seorang pakar mengomentari bahwa ungkapan tersebut berarti ”sejauh mungkin; sejauh yang dapat kita bayangkan”. Kata-kata Daud yang terilham memberi tahu kita bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Ia meletakkan dosa-dosa kita sejauh mungkin dari kita, sejauh yang dapat kita bayangkan.
16. Sewaktu Yehuwa mengampuni dosa-dosa kita, mengapa kita dapat merasa yakin bahwa Ia memandang kita bersih setelah itu?
16 Pernahkah Saudara mencoba menghilangkan noda dari pakaian yang berwarna cerah? Barangkali, meski Saudara sudah berusaha mati-matian, noda itu tetap terlihat. Perhatikan bagaimana Yehuwa menggambarkan kesanggupan-Nya untuk mengampuni, ”Walaupun dosa-dosamu seperti bahan berwarna merah marak, itu akan dibuat putih seperti salju; walaupun itu merah seperti kain kirmizi, itu akan menjadi seperti wol.” (Yesaya 1:18) ”Merah marak” berarti warna merah cerah.a ”Kirmizi” adalah salah satu warna gelap pada bahan yang diwarnai. Dengan upaya sendiri, kita tidak akan pernah dapat menghilangkan noda dosa. Namun, Yehuwa dapat membuat dosa yang seperti warna merah marak dan kirmizi menjadi putih seperti salju atau wol yang tidak diwarnai. Jadi, sewaktu Yehuwa mengampuni dosa-dosa kita, kita tidak perlu takut kalau-kalau noda dosa-dosa itu akan terus melekat pada diri kita sepanjang sisa hidup kita.
17. Dalam arti apa Yehuwa melemparkan dosa-dosa kita ke belakang-Nya?
17 Dalam nyanyian syukur yang menggugah hati yang digubahnya setelah luput dari penyakit yang mematikan, Hizkia berkata kepada Yehuwa, ”Engkau telah melemparkan semua dosaku ke belakangmu.” (Yesaya 38:17) Di ayat itu, Yehuwa digambarkan seolah-olah mengambil dosa-dosa si pelaku kesalahan yang bertobat dan melemparkan semuanya itu ke belakang-Nya sehingga Ia tidak melihat ataupun memperhatikannya lagi. Menurut sebuah karya referensi, gagasannya mungkin dapat dinyatakan seperti ini, ”Engkau telah membuat [dosa-dosaku] seolah-olah semua itu tidak pernah terjadi.” Tidakkah hal itu menghibur?
18. Bagaimana nabi Mikha memperlihatkan bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Ia menyingkirkan dosa-dosa kita secara permanen?
18 Dalam suatu janji mengenai pemulihan, nabi Mikha menyatakan keyakinannya bahwa Yehuwa akan mengampuni umat-Nya yang bertobat, ”Siapakah Allah seperti engkau, . . . mengabaikan pelanggaran dari sisa milik pusakanya? . . . Dan engkau akan melemparkan semua dosa mereka ke tempat yang dalam di laut.” (Mikha 7:18, 19) Bayangkan apa makna kata-kata tersebut bagi mereka yang hidup pada zaman Alkitab. Apakah ada peluang untuk menemukan sesuatu yang telah dicampakkan ”ke tempat yang dalam di laut”? Jadi, kata-kata Mikha memperlihatkan bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Ia menyingkirkan dosa-dosa kita secara permanen.
”Keibaan Hati yang Lembut dari Allah Kita”
19, 20. (a) Apa arti kata kerja Ibrani yang diterjemahkan ”memperlihatkan belas kasihan” atau ”merasa kasihan”? (b) Bagaimana Alkitab menggunakan perasaan seorang ibu terhadap bayinya untuk mengajar kita tentang keibaan hati Yehuwa?
19 Keibaan hati adalah aspek lain dari kasih Yehuwa. Apakah keibaan hati itu? Di dalam Alkitab, keibaan hati dan belas kasihan berkaitan erat. Sejumlah kata Ibrani dan Yunani mengandung makna keibaan hati. Misalnya, kata kerja Ibrani ra·khamʹ sering kali diterjemahkan ”memperlihatkan belas kasihan” atau ”merasa kasihan”. Kata Ibrani tersebut, yang Yehuwa terapkan pada diri-Nya sendiri, berkaitan dengan kata untuk ”rahim” dan dapat digambarkan sebagai ”keibaan hati seorang ibu”.
20 Alkitab menggunakan perasaan seorang ibu terhadap bayinya untuk mengajar kita tentang keibaan hati Yehuwa. Yesaya 49:15 berkata, ”Dapatkah seorang wanita melupakan anaknya yang masih menyusu, sehingga ia tidak memiliki keibaan hati [ra·khamʹ] terhadap putra dari kandungannya? Ya, mereka bisa lupa, tetapi Aku tidak akan melupakan engkau.” (The Amplified Bible) Sulit untuk membayangkan bahwa seorang ibu lupa memelihara dan merawat anaknya yang masih menyusu. Lagi pula, seorang bayi tidak berdaya; bayi butuh perhatian dan kasih sayang ibunya siang dan malam. Akan tetapi, sungguh menyedihkan bahwa kita sering mendengar tentang ibu-ibu yang mengabaikan bayinya, terutama pada ”masa kritis” ini. (2 Timotius 3:1, 3) ”Tetapi,” kata Yehuwa, ”Aku tidak akan melupakan engkau.” Keibaan hati Yehuwa yang lembut terhadap hamba-hamba-Nya jauh lebih kuat daripada perasaan alami yang paling lembut yang dapat kita bayangkan—keibaan hati alami seorang ibu terhadap bayinya.
21, 22. Apa yang dialami orang Israel di Mesir kuno, dan bagaimana Yehuwa menanggapi jeritan mereka?
21 Bagaimana Yehuwa, seperti orang tua yang pengasih, memperlihatkan keibaan hati? Sifat ini jelas terlihat dalam cara Ia berurusan dengan Israel zaman dahulu. Pada akhir abad ke-16 SM, jutaan orang Israel diperbudak di Mesir, tempat mereka ditindas dengan kejam. (Keluaran 1:11, 14) Di tengah-tengah penderitaan, orang Israel berseru kepada Yehuwa. Bagaimana Allah yang beriba hati itu menanggapinya?
22 Hati Yehuwa tersentuh. Ia berfirman, ”Aku telah melihat penderitaan umatku yang berada di Mesir, dan aku telah mendengar jeritan mereka . . . aku tahu benar kepedihan yang mereka derita.” (Keluaran 3:7) Yehuwa tidak mungkin melihat penderitaan umat-Nya atau mendengar jeritan mereka tanpa merasa iba kepada mereka. Yehuwa adalah Allah yang berempati. Dan, empati—kesanggupan untuk merasakan penderitaan orang lain—berkaitan erat dengan keibaan hati. Namun, Yehuwa tidak hanya merasa iba kepada umat-Nya; Ia tergerak untuk bertindak demi mereka. Yesaya 63:9 berkata, ”Karena kasih dan keibaan hatinya ia membeli mereka kembali.” Dengan ”tangan yang kuat”, Ia membebaskan orang Israel dari Mesir. (Ulangan 4:34) Setelah itu, Ia secara mukjizat menyediakan makanan bagi mereka dan mengantar mereka ke suatu negeri yang subur milik mereka sendiri.
23. (a) Bagaimana kata-kata sang pemazmur meyakinkan kita bahwa Yehuwa sangat memperhatikan kita secara perorangan? (b) Dengan cara apa saja Yehuwa membantu kita?
23 Yehuwa memperlihatkan keibaan hati kepada umat-Nya tidak hanya sebagai satu kelompok. Allah kita yang pengasih sangat memperhatikan kita secara perorangan. Ia benar-benar mengetahui penderitaan apa pun yang kita alami. Sang pemazmur berkata, ”Mata Yehuwa tertuju kepada orang-orang yang adil-benar, dan telinganya kepada seruan mereka minta tolong. Yehuwa dekat dengan orang-orang yang patah hati; dan orang-orang yang semangatnya remuk ia selamatkan.” (Mazmur 34:15, 18) Bagaimana Yehuwa membantu kita secara perorangan? Tentu saja, Ia tidak menyingkirkan penyebab penderitaan kita. Namun, Ia telah membuat persediaan yang limpah bagi mereka yang berseru meminta tolong kepada-Nya. Firman-Nya memberikan nasihat praktis yang dapat menghasilkan perubahan. Di dalam sidang, Yehuwa menyediakan para pengawas yang cakap secara rohani, yang berupaya mencerminkan keibaan hati-Nya sewaktu membantu orang lain. (Yakobus 5:14, 15) Sebagai ”Pendengar doa”, Yehuwa memberikan ”roh kudus kepada mereka yang meminta kepadanya”. (Mazmur 65:2; Lukas 11:13) Semua persediaan tersebut merupakan pernyataan ”kebaikan hati yang lembut dari Allah kita”.—Lukas 1:78.
24. Bagaimana Saudara akan menanggapi kasih Yehuwa?
24 Tidakkah kita merasa tergetar sewaktu merenungkan kasih Bapak surgawi kita? Dalam artikel sebelumnya, kita diingatkan bahwa Yehuwa telah menjalankan kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya dengan cara-cara yang pengasih demi kebaikan kita. Dan, dalam artikel ini, kita telah melihat bahwa Yehuwa secara langsung menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia—dan kepada kita secara perorangan—dengan cara-cara yang luar biasa. Sekarang, kita masing-masing hendaknya bertanya, ’Bagaimana saya akan menanggapi kasih Yehuwa?’ Semoga Saudara menanggapinya dengan mengasihi-Nya segenap hati, pikiran, jiwa, dan kekuatan Saudara. (Markus 12:29, 30) Semoga cara Saudara menjalani hidup setiap hari mencerminkan hasrat Saudara yang sepenuh hati untuk semakin mendekat kepada Yehuwa. Dan, semoga Yehuwa, Allah yang adalah kasih, semakin mendekat kepada Saudara—sampai selama-lamanya!—Yakobus 4:8.
[Catatan Kaki]
a Seorang pakar mengatakan bahwa merah marak ”merupakan warna permanen, atau warna yang tidak luntur. Embun, hujan, pencucian, atau pemakaian yang lama tidak akan bisa menghilangkannya”.
-