PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Yehuwa Allah yang Memiliki Maksud-Tujuan
    Menara Pengawal—1994 | 15 Maret
    • Yehuwa Allah yang Memiliki Maksud-Tujuan

      ”Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana.”​—YESAYA 14:24.

      1, 2. Apa yang dikatakan banyak orang tentang tujuan hidup?

      ORANG-ORANG di mana-mana bertanya, ”Apa tujuan hidup ini?” Seorang pemimpin politik sebuah negeri barat berkata, ”Lebih banyak orang daripada sebelumnya mengajukan pertanyaan, ’Siapakah kita? Apa tujuan kita?’” Sewaktu sebuah surat kabar mengumpulkan pendapat dari anak-anak muda tentang pertanyaan apa tujuan hidup, tanggapan yang umum adalah, ”Untuk melakukan apa pun sesuka hati.” ”Menikmati kehidupan sepuas-puasnya.” ”Hidup bersenang-senang.” ”Memiliki anak-anak, berbahagia dan kemudian mati.” Kebanyakan orang merasa bahwa kehidupan ini begini saja. Tak seorang pun berbicara tentang tujuan jangka panjang apa pun bagi kehidupan di bumi.

      2 Seorang sarjana Konfusianisme berkata, ”Makna pokok dari kehidupan terdapat dalam eksistensi kita sehari-hari sebagai manusia.” Menurut pandangan ini, manusia akan terus dilahirkan, berjuang selama 70 atau 80 tahun, kemudian mati dan lenyap untuk selamanya. Seorang ilmuwan evolusi berkata, ”Kita boleh merindukan jawaban yang ’lebih luhur’​—namun satu pun tak ada.” Bagi para penganut evolusi seperti itu, kehidupan merupakan perjuangan untuk tetap hidup, dengan kematian yang akan mengakhiri semuanya. Filsafat semacam itu memberikan pandangan hidup tanpa harapan.

      3, 4. Bagaimana keadaan-keadaan dunia mempengaruhi caranya banyak orang memandang kehidupan?

      3 Banyak orang meragukan bahwa kehidupan memiliki tujuan sewaktu mereka melihat bahwa eksistensi manusia telah dipenuhi dengan begitu banyak penderitaan. Di zaman kita, manakala manusia seharusnya telah mencapai puncak prestasi dalam bidang industri dan sains, sekitar satu miliar orang seluas dunia menderita sakit parah atau malnutrisi. Jutaan anak mati setiap tahun karena penyebab-penyebab demikian. Di samping itu, pada abad ke-20 ini, jumlah korban yang tewas akibat peperangan empat kali lipat jumlah korban selama empat ratus tahun sebelumnya jika digabungkan. Kejahatan, kekerasan, penyalahgunaan obat bius, perpecahan keluarga, AIDS dan penyakit-penyakit lain yang ditularkan melalui hubungan seksual​—daftar dari faktor-faktor negatif semakin meningkat. Para pemimpin dunia tidak memiliki jalan keluar untuk problem-problem ini.

      4 Mengingat keadaan-keadaan demikian, seorang wanita menyatakan apa yang dipercayai oleh banyak orang, ”Hidup ini tidak memiliki tujuan. Jika semua hal buruk ini terjadi, maka kehidupan tidak banyak artinya.” Dan seorang pria lanjut usia berkata, ”Hampir dalam seluruh kehidupan saya, saya bertanya mengapa saya ada di sini. Bila ada tujuannya, saya sudah tidak peduli lagi.” Maka, karena banyak orang tidak tahu mengapa Allah mengizinkan penderitaan, keadaan dunia yang menyedihkan menyebabkan mereka tidak memiliki harapan yang pasti untuk masa depan.

      5. Mengapa agama-agama dunia ini menambah kepada kebingungan tentang tujuan hidup?

      5 Bahkan para pemimpin agama saling berbeda pendapat, dan tidak tahu pasti, tentang tujuan hidup ini. Seorang mantan uskup Katedral St. Paul di London berkata, ”Sepanjang hidup saya, saya berjuang untuk menemukan tujuan hidup. . . . Saya gagal.” Memang, banyak pemimpin agama mengajarkan bahwa pada waktu kematian orang baik pergi ke surga dan orang jahat pergi ke neraka yang bernyala-nyala untuk selama-lamanya. Namun pandangan ini masih menyebabkan umat manusia di bumi menempuh haluannya yang menyedihkan. Dan apabila maksud-tujuan Allah adalah agar manusia hidup di surga, mengapa Ia tidak menjadikan mereka makhluk-makhluk surgawi sejak semula, sebagaimana Ia menciptakan para malaikat, sehingga dengan demikian membebaskan umat manusia dari begitu banyak penderitaan? Maka, kebingungan berkenaan tujuan hidup di bumi atau penolakan untuk percaya bahwa memang ada suatu tujuan telah menjadi umum.

      Allah yang Memiliki Maksud-tujuan

      6, 7. Apa yang Alkitab katakan kepada kita tentang Penguasa Universal?

      6 Namun, buku yang paling luas disiarkan sepanjang sejarah, Alkitab, memberi tahu kita bahwa Yehuwa, Penguasa alam semesta, adalah Allah yang memiliki maksud-tujuan. Buku ini memperlihatkan kepada kita bahwa Ia memiliki maksud-tujuan jangka panjang, bahkan kekal, bagi umat manusia di bumi. Dan bila Yehuwa merencanakan sesuatu, hal ini pasti akan terwujud. Sebagaimana hujan menyebabkan benih bertunas, Allah berkata, ”demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yesaya 55:10, 11) Apa pun yang Yehuwa firmankan akan Ia tepati, ”akan terlaksana”.—Yesaya 14:24.

      7 Kita umat manusia dapat memiliki keyakinan penuh bahwa Yang Mahakuasa akan menepati janji-janji-Nya, karena Allah ”tidak berdusta”. (Titus 1:2; Ibrani 6:18) Bila Ia memberi tahu kita bahwa Ia akan melakukan sesuatu, firman-Nya merupakan jaminan bahwa hal itu akan terlaksana. Hal tersebut begitu pasti sehingga dapat dikatakan sudah terlaksana. Ia menyatakan, ”Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan . . . Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.”—Yesaya 46:9-11.

      8. Dapatkah orang-orang yang dengan tulus ingin mengenal Allah menemukan Dia?

      8 Lagi pula, Yehuwa ”menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”. (2 Petrus 3:9) Untuk alasan ini, Ia tidak ingin seorang pun mengabaikan Dia. Seorang nabi bernama Azarya berkata, ”Bilamana kamu mencari [Allah], Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkanNya, kamu akan ditinggalkanNya.” (2 Tawarikh 15:1, 2) Maka, orang-orang yang dengan tulus ingin mengenal Allah dan maksud-tujuan-Nya dapat dengan pasti melakukan hal itu jika mereka membuat upaya untuk mencari Dia.

      9, 10. (a) Apa yang telah disediakan bagi orang-orang yang ingin mengenal Allah? (b) Pencarian akan Firman Allah memungkinkan kita melakukan apa?

      9 Mencari ke mana? Bagi orang-orang yang benar-benar mencari Allah, Ia telah menyediakan Firman-Nya, Alkitab. Melalui roh kudus-Nya, tenaga aktif yang sama yang Ia gunakan untuk menciptakan alam semesta, Allah membimbing pria-pria yang setia untuk menulis apa yang perlu kita ketahui berkenaan maksud-tujuan-Nya. Misalnya, berkenaan nubuat Alkitab, rasul Petrus berkata, ”Tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Petrus 1:21) Demikian pula, rasul Paulus menyatakan, ”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi [”menjadi cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh”, NW] untuk setiap perbuatan baik.”—2 Timotius 3:16, 17; 1 Tesalonika 2:13.

      10 Perhatikan bahwa Firman Allah memungkinkan kita menjadi ”cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh”, tidak hanya sebagian atau tidak selengkapnya. Ini memungkinkan seseorang merasa pasti berkenaan siapa Allah, apa maksud-tujuan-Nya, dan apa yang Ia tuntut dari hamba-hamba-Nya. Inilah yang diharapkan dari sebuah buku yang dikarang oleh Allah. Dan ini merupakan satu-satunya sumber kita dapat mencari pengetahuan yang saksama tentang Allah. (Amsal 2:1-5; Yohanes 17:3) Dengan melakukan hal itu, kita ”bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” (Efesus 4:13, 14) Sang pemazmur menyatakan pandangan yang sepatutnya, ”Firman [Allah] itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”—Mazmur 119:105.

      Disingkapkan secara Progresif

      11. Bagaimana Yehuwa telah menyingkapkan maksud-tujuan-Nya kepada umat manusia?

      11 Pada awal sejarah keluarga umat manusia, Yehuwa menyingkapkan maksud-tujuan-Nya terhadap bumi ini dan manusia di atasnya. (Kejadian 1:26-30) Namun, sewaktu orang-tua pertama kita menolak kedaulatan Allah, umat manusia jatuh ke dalam kegelapan rohani dan kematian. (Roma 5:12) Meskipun begitu, Yehuwa mengetahui bahwa akan ada orang-orang yang ingin melayani Dia. Maka, terus sepanjang sejarah, Ia dengan progresif telah menyingkapkan maksud-tujuan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang setia. Ia antara lain berkomunikasi dengan Henokh (Kejadian 5:24; Yudas 14, 15), Nuh (Kejadian 6:9, 13), Abraham (Kejadian 12:1-3), dan Musa (Keluaran 31:18; 34:27, 28). Nabi Allah, Amos, menulis, ”Tuhan ALLAH [”Yehuwa”, NW] tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada hamba-hambaNya, para nabi.”—Amos 3:7; Daniel 2:27, 28.

      12. Bagaimana Yesus menyinarkan lebih banyak terang berkenaan maksud-tujuan Allah?

      12 Sewaktu Putra Allah, Yesus Kristus, berada di bumi kira-kira 4.000 tahun setelah pemberontakan di Eden, lebih banyak perincian tentang maksud-tujuan Yehuwa disingkapkan. Hal ini khususnya demikian berkenaan maksud-tujuan Allah untuk mendirikan suatu Kerajaan surgawi untuk memerintah bumi. (Daniel 2:44) Yesus menjadikan Kerajaan tersebut sebagai tema pengajarannya. (Matius 4:17; 6:10) Ia dan murid-muridnya mengajarkan bahwa di bawah Kerajaan tersebut, maksud-tujuan Allah yang semula bagi bumi dan bagi umat manusia akan digenapi. Bumi akan diubah menjadi suatu firdaus yang dihuni oleh manusia yang sempurna, yang akan hidup selama-lamanya. (Mazmur 37:29; Matius 5:5; Lukas 23:43; 2 Petrus 3:13; Wahyu 21:4) Selanjutnya, Yesus dan murid-muridnya memperlihatkan apa yang akan terjadi dalam dunia baru ini melalui mukjizat-mukjizat yang dapat mereka laksanakan karena kuasa Allah.—Matius 10:1, 8; 15:30, 31; Yohanes 11:25-44.

      13. Berkenaan cara Allah berurusan dengan umat manusia, perubahan apa terjadi pada hari Pentakosta 33 M?

      13 Pada hari Pentakosta 33 M, 50 hari setelah kebangkitan Yesus, roh Allah dicurahkan ke atas sidang pengikut-pengikut Kristus. Sidang tersebut menggantikan bangsa Israel yang tidak setia sebagai umat perjanjian Yehuwa. (Matius 21:43; 27:51; Kisah 2:1-4) Pencurahan roh kudus pada peristiwa itu merupakan bukti bahwa, sejak saat itu, Allah akan menyingkapkan kebenaran tentang maksud-tujuan-Nya melalui saluran yang baru ini. (Efesus 3:10) Selama abad pertama M, struktur organisasi dari sidang Kristen ini dibentuk.—1 Korintus 12:27-31; Efesus 4:11, 12.

      14. Bagaimana para pencari kebenaran dapat mengenali sidang Kristen yang sejati?

      14 Dewasa ini, para pencari kebenaran dapat mengenali sidang Kristen sejati melalui manifestasinya yang konsisten dari sifat Allah yang utama, kasih. (1 Yohanes 4:8, 16) Ya, kasih persaudaraan merupakan tanda pengenal dari kekristenan yang sejati. Yesus berkata, ”Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” ”Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 13:35; 15:12) Dan Yesus memperingatkan para pendengarnya, ”Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yohanes 15:14) Jadi, hamba-hamba Allah yang sejati adalah orang-orang yang hidup selaras dengan hukum kasih. Mereka tidak hanya berbicara tentangnya, karena ”iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.—Yakobus 2:26.

      Penerangan

      15. Hamba-hamba Allah dapat yakin akan hal apa?

      15 Yesus menubuatkan bahwa dengan berlalunya waktu, sidang Kristen yang sejati akan semakin diterangi berkenaan maksud-tujuan Allah. Ia berjanji kepada para pengikutnya, ”Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu.” (Yohanes 14:26) Yesus juga berkata, ”Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20) Jadi, penerangan berkenaan kebenaran tentang Allah dan maksud-tujuan-Nya meningkat di antara hamba-hamba Allah. Ya, ”jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari”.—Amsal 4:18.

      16. Menurut penerangan rohani kita, di manakah saat ini kita berada sehubungan dengan maksud-tujuan Allah?

      16 Dewasa ini, terang rohani tersebut lebih cemerlang daripada sebelumnya, karena kita berada di masa manakala banyak nubuat Alkitab digenapi atau mendekati penggenapannya. Hal ini memperlihatkan kepada kita bahwa kita sedang hidup pada ”hari-hari terakhir” dari sistem perkara yang jahat ini. Ini adalah periode waktu yang disebut sebagai ”penutup sistem perkara”; ini akan disusul oleh dunia baru Allah. (2 Timotius 3:1-5, 13; Matius 24:3-13, NW) Sebagaimana dinubuatkan Daniel, Kerajaan surgawi Allah akan segera ”meremukkan segala kerajaan [yang ada sekarang] dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya”.—Daniel 2:44.

      17, 18. Nubuat-nubuat agung apa sekarang sedang digenapi?

      17 Di antara nubuat-nubuat yang sekarang sedang digenapi adalah nubuat yang dicatat dalam ayat 14 dari Matius pasal 24. Di ayat tersebut Yesus berkata, ”Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Di seluruh bumi, pekerjaan pengabaran Kerajaan itu dilaksanakan oleh jutaan Saksi-Saksi Yehuwa. Dan ratusan ribu orang bergabung bersama mereka setiap tahun. Hal ini selaras dengan nubuat di Yesaya 2:2, 3, yang berkata bahwa ”pada hari-hari yang terakhir” dari dunia yang jahat ini, orang-orang dari segala bangsa akan datang kepada ibadat yang sejati dari Yehuwa, dan ’Ia akan mengajar mereka tentang jalan-jalan-Nya, dan mereka akan berjalan menempuhnya’.

      18 Orang-orang baru ini berduyun-duyun datang kepada ibadat Yehuwa ”seperti awan”, seperti yang dinubuatkan di Yesaya pasal 60, ayat 8. Ayat 22 menambahkan, ”Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat; Aku, [Yehuwa], akan melaksanakannya dengan segera pada waktunya.” Bukti-bukti memperlihatkan bahwa waktu itu, adalah sekarang ini juga. Dan orang-orang baru dapat merasa yakin bahwa dengan bergabung bersama Saksi-Saksi Yehuwa, mereka berhubungan dengan sidang Kristen yang sejati.

      19. Mengapa kita mengatakan bahwa orang-orang baru yang bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa datang kepada sidang Kristen yang sejati?

      19 Mengapa kita dapat berkata demikian dengan kepastian? Karena orang-orang baru ini, bersama dengan jutaan orang yang sudah berada di dalam organisasi Yehuwa, telah membaktikan kehidupan mereka kepada Allah dan melakukan kehendak-Nya. Hal ini mencakup hidup selaras dengan hukum kasih ilahi. Sebagai satu bukti tentang hal ini, orang-orang Kristen ini telah ’menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas dan mereka tidak lagi belajar perang’. (Yesaya 2:4) Semua Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia telah melakukan hal ini karena mereka mempraktekkan kasih. Ini berarti bahwa mereka tidak pernah boleh mengangkat senjata perang melawan satu sama lain atau melawan siapa pun. Dalam hal ini mereka unik—tidak seperti agama-agama dunia ini. (Yohanes 13:34, 35; 1 Yohanes 3:10-12, 15) Mereka tidak terlibat dalam nasionalisme yang memecah-belah, karena mereka membentuk persaudaraan global yang dipersatukan oleh kasih, ”pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan”.—Kolose 3:14; Matius 23:8; 1 Yohanes 4:20, 21.

      Kebanyakan Orang Memilih untuk Tidak Memahami

      20, 21. Mengapa mayoritas besar umat manusia berada dalam kegelapan rohani? (2 Korintus 4:4; 1 Yohanes 5:19)

      20 Meskipun terang rohani di kalangan hamba-hamba Allah menjadi lebih jelas, penduduk yang lain dari bumi merosot ke dalam kegelapan rohani yang lebih pekat. Mereka tidak mengenal Yehuwa ataupun maksud-tujuan-Nya. Nabi Allah menjelaskan masa ini sewaktu ia berkata, ”Sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa.” (Yesaya 60:2) Hal ini demikian karena orang-orang tidak memperlihatkan minat yang tulus dalam belajar tentang Allah, mereka juga tidak memperlihatkan keinginan untuk berupaya menyenangkan Dia. Yesus berkata, ”Inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak.”—Yohanes 3:19, 20.

      21 Orang-orang semacam itu tidak sungguh-sungguh berminat mencari tahu kehendak Allah. Sebaliknya, mereka memusatkan kehidupan mereka untuk melakukan kehendak mereka sendiri. Dengan mengabaikan kehendak Allah, mereka menempatkan diri mereka dalam kedudukan yang berbahaya, karena Firman-Nya berkata, ”Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.” (Amsal 28:9) Mereka akan menanggung akibat dari haluan yang mereka pilih. Rasul Paulus menulis, ”Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”—Galatia 6:7.

      22. Banyak orang yang ingin mengenal Allah sedang melakukan apa sekarang?

      22 Namun, ada banyak orang yang ingin mengetahui kehendak Allah, yang dengan tulus mencari Dia, dan yang mendekat kepada-Nya. ”Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu,” kata Yakobus 4:8. Tentang orang-orang demikian Yesus berkata, ”Barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yohanes 3:21) Alangkah menakjubkan masa depan yang Allah persiapkan bagi orang-orang yang datang kepada terang! Artikel kita yang berikut akan membahas prospek-prospek yang menggetarkan ini.

  • Percayalah kepada Yehuwa Bahwa Ia Akan Menggenapi Maksud-tujuannya
    Menara Pengawal—1994 | 15 Maret
    • Percayalah kepada Yehuwa Bahwa Ia Akan Menggenapi Maksud-tujuannya

      ”Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.”​—MAZMUR 37:29.

      1. Apa maksud-tujuan Yehuwa bagi manusia dan bagi bumi ini?

      SEWAKTU Yehuwa menciptakan orang-tua kita yang pertama, Adam dan Hawa, Ia menjadikan mereka sempurna. Dan Ia menciptakan mereka demikian agar mereka dapat hidup kekal selama-lamanya di bumi ini—jika mereka menaati hukum-hukum-Nya. (Kejadian 1:26, 27; 2:17) Selain itu, Allah menempatkan mereka di suatu lingkungan firdaus. (Kejadian 2:8, 9) Yehuwa berkata kepada mereka, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.” (Kejadian 1:28) Dengan demikian, keturunan mereka pada akhirnya akan tersebar ke seluas bumi, dan planet ini akan menjadi suatu firdaus yang dipenuhi oleh umat manusia yang sempurna dan berbahagia. Sungguh suatu permulaan yang baik yang dimiliki oleh keluarga umat manusia! ”Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik.”—Kejadian 1:31.

      2. Keadaan manusia menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apa?

      2 Namun, keadaan manusia yang berlangsung selama ribuan tahun sama sekali tidak mirip dengan maksud-tujuan Allah yang semula. Umat manusia jauh dari kesempurnaan dan sama sekali tidak berbahagia. Keadaan dunia sangat menyedihkan, dan sebagaimana telah dinubuatkan, keadaan ini secara dramatis memburuk di zaman kita. (2 Timotius 3:1-5, 13) Maka bagaimana kita dapat yakin bahwa maksud-tujuan Allah bagi umat manusia akan terwujud dalam masa depan yang dekat? Apakah suatu periode waktu yang lama masih akan berlalu disertai keadaan-keadaan menyedihkan berlangsung terus-menerus?

      Apa yang salah?

      3. Mengapa Yehuwa tidak segera mengakhiri pemberontakan umat manusia?

      3 Orang-orang yang memiliki pengetahuan yang saksama dari Firman terilham Allah memahami mengapa Yehuwa mengizinkan keadaan-keadaan buruk ini di bumi. Mereka juga tahu apa yang akan Ia lakukan terhadap hal-hal itu. Dari catatan Alkitab, mereka telah mengetahui bahwa orang-tua pertama kita menyalahgunakan karunia kehendak bebas yang menakjubkan yang Allah telah berikan kepada manusia. (Bandingkan 1 Petrus 2:16.) Dengan keliru mereka memilih haluan merdeka terlepas dari Allah. (Kejadian, pasal 2 dan 3) Pemberontakan mereka menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting, seperti: Apakah Penguasa Universal berhak memerintah manusia? Apakah pemerintahan-Nya adalah yang terbaik bagi mereka? Dapatkah pemerintahan manusia berhasil tanpa bimbingan Allah? Cara yang pasti untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah dengan membiarkan berlalunya pemerintahan umat manusia abad demi abad. Hasilnya tanpa diragukan akan memperlihatkan apakah manusia dapat berhasil terlepas dari Pencipta mereka.

      4, 5. (a) Apa akibat dari penolakan umat manusia terhadap pemerintahan Allah? (b) Apa yang tanpa diragukan telah dibuktikan oleh berlalunya waktu?

      4 Sewaktu Adam dan Hawa meninggalkan Allah, Ia tidak lagi mempertahankan mereka dalam kesempurnaan. Tanpa dukungan-Nya, keadaan mereka memburuk. Akibatnya adalah ketidaksempurnaan, usia tua, dan akhirnya kematian. Melalui hukum hereditas, orang-tua kita yang pertama mewariskan sifat-sifat yang negatif itu kepada semua keturunan mereka, termasuk kita. (Roma 5:12) Dan apa hasil pemerintahan manusia selama ribuan tahun? Hasilnya adalah malapetaka, sebagaimana Pengkhotbah 8:9 dengan benar berkata, ”Orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka.”

      5 Berlalunya waktu telah memperlihatkan dengan jelas bahwa manusia tidak sanggup menentukan langkah mereka dengan berhasil terlepas dari Pencipta mereka. Yeremia, penulis Alkitab yang terilham, berkata, ”Aku tahu, ya [Yehuwa], bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.”—Yeremia 10:23; Ulangan 32:4, 5; Pengkhotbah 7:29.

      Maksud-Tujuan Allah Belum Berubah

      6, 7. (a) Apakah sejarah selama ribuan tahun telah mengubah maksud-tujuan Yehuwa? (b) Apa yang termasuk dalam maksud-tujuan Yehuwa?

      6 Apakah berlalunya ribuan tahun sejarah umat manusia—yang dipenuhi dengan kejahatan dan penderitaan—telah mengubah maksud-tujuan Allah? Firman-Nya berkata, ”Beginilah firman [Yehuwa], yang menciptakan langit,—Dialah Allah—yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya,—dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami.” (Yesaya 45:18) Jadi Allah membentuk bumi untuk didiami manusia, dan itu masih menjadi maksud-tujuan-Nya.

      7 Yehuwa bukan saja menciptakan bumi untuk didiami tetapi Ia juga merencanakan agar bumi menjadi suatu firdaus untuk dinikmati oleh manusia yang sempurna dan berbahagia. Itulah sebabnya mengapa Alkitab menubuatkan bahwa akan ada ”bumi yang baru”, suatu masyarakat manusia yang baru, ”di mana terdapat kebenaran”. (2 Petrus 3:13) Dan di Wahyu 21:4, Firman Allah memberi tahu kita bahwa dalam dunia baru-Nya, ”Ia akan menghapus segala air mata dari mata [umat manusia], dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita.” Karena alasan itulah Yesus dapat berbicara mengenai dunia baru di atas bumi yang akan datang sebagai ”Firdaus”.—Lukas 23:43.

      8. Mengapa kita dapat merasa pasti bahwa Yehuwa akan menggenapi maksud-tujuan-Nya?

      8 Karena Yehuwa adalah Pencipta yang mahakuasa dan mahabijaksana dari alam semesta ini, tak seorang pun dapat menggagalkan maksud-tujuan-Nya. ”[Yehuwa] semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ’Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana.’” (Yesaya 14:24) Maka, sewaktu Allah mengatakan bahwa Ia akan menjadikan bumi ini suatu firdaus yang didiami oleh manusia yang sempurna, itulah yang akan terjadi. Yesus berkata, ”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Matius 5:5; bandingkan Mazmur 37:29.) Kita dapat mengandalkan penggenapan janji tersebut. Bahkan, kita dapat mempertaruhkan nyawa kita demi janji tersebut.

      Mereka Percaya kepada Yehuwa

      9. Apa yang Abraham lakukan yang memperlihatkan kepercayaannya kepada Yehuwa?

      9 Banyak orang yang takut akan Allah sepanjang sejarah mempertaruhkan nyawa mereka demi maksud-tujuan Allah bagi bumi ini karena mereka yakin bahwa Ia akan menggenapinya. Meskipun pengetahuan mereka mungkin terbatas, mereka percaya kepada Allah dan membangun kehidupan mereka dengan melakukan kehendak-Nya. Misalnya Abraham, yang hidup kira-kira 2.000 tahun sebelum Yesus tampil di muka bumi—lama sebelum Alkitab mulai ditulis. Ia percaya kepada Yehuwa bahwa Ia akan memenuhi janji-janji-Nya. Tampaknya, Abraham belajar tentang Pencipta dari nenek moyangnya yang setia, Sem, yang telah diajar oleh Nuh. Maka sewaktu Allah memberi tahu Abraham untuk meninggalkan Ur Kasdim yang makmur ke negeri Kanaan yang asing dan berbahaya, patriark itu tahu bahwa ia dapat percaya kepada Yehuwa, dan karena itu ia pergi. (Ibrani 11:8) Pada waktunya, Yehuwa memberi tahu dia, ”Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar.”—Kejadian 12:2.

      10, 11. Mengapa Abraham rela mengorbankan putra satu-satunya, Ishak?

      10 Apa yang terjadi setelah Ishak lahir bagi Abraham? Yehuwa memberi tahu Abraham bahwa melalui Ishaklah keturunannya akan berkembang menjadi bangsa yang besar. (Kejadian 21:12) Maka, pastilah kelihatannya agak bertentangan sewaktu Yehuwa memberi tahu Abraham, sebagai ujian bagi imannya, untuk mengorbankan putranya Ishak. (Kejadian 22:2) Namun, dengan sepenuhnya percaya kepada Yehuwa, Abraham mengambil langkah untuk patuh, benar-benar mengangkat pisaunya untuk membunuh Ishak. Pada detik-detik terakhir, Allah mengutus seorang malaikat untuk mencegah Abraham.—Kejadian 22:9-14.

      11 Mengapa Abraham begitu taat? Ibrani 11:17-19 menyingkapkan, ”Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: ’Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.” Demikian pula Roma 4:20, 21 berkata, ”Terhadap janji Allah [Abraham] tidak bimbang karena ketidakpercayaan, . . . dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.”

      12. Bagaimana Abraham diberi imbalan karena imannya?

      12 Abraham diberi imbalan karena imannya bukan hanya dengan diluputkannya Ishak dan dengan munculnya suatu ”bangsa yang besar” melaluinya, namun juga dalam cara lain. Allah memberi tahu Abraham, ”Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firmanKu.” (Kejadian 22:18) Bagaimana? Raja dari Kerajaan surgawi Allah akan datang melalui garis keturunan Abraham. Kerajaan itu akan menghancurkan dunia yang jahat di bawah kuasa Setan. (Daniel 2:44; Roma 16:20; Wahyu 19:11-21) Lalu, dalam bumi yang telah dibersihkan di bawah pemerintahan Kerajaan, Firdaus akan berkembang secara global, dan dari ”segala bangsa” orang-orang yang melakukan kehendak Allah akan menikmati kesehatan yang sempurna dan kehidupan kekal. (1 Yohanes 2:15-17) Dan meskipun Abraham hanya memiliki pengetahuan yang terbatas berkenaan Kerajaan ini, ia percaya kepada Allah dan menantikan didirikannya Kerajaan ini.—Ibrani 11:10.

      13, 14. Mengapa Ayub percaya kepada Allah?

      13 Beberapa ratus tahun kemudian, ada Ayub, yang hidup antara abad ke-17 dan ke-16 SM di lokasi yang sekarang disebut Arab. Ia juga hidup sebelum Alkitab mulai ditulis. Ayub ”saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan”. (Ayub 1:1) Sewaktu Setan menimpakan penyakit yang menjijikkan dan menyakitkan ke atas Ayub, pria yang setia tersebut ”tidak berbuat dosa dengan bibirnya” selama ujiannya. (Ayub 2:10) Ayub percaya kepada Allah. Dan meskipun ia tidak mengetahui perincian mengapa ia begitu menderita, ia mempertaruhkan nyawanya demi Allah dan janji-janji-Nya.

      14 Ayub tahu bahwa bahkan jika ia mati, suatu hari Allah dapat memulihkannya kepada kehidupan melalui kebangkitan. Ia memperlihatkan harapan ini sewaktu ia berkata kepada Allah Yehuwa, ”Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati [kuburan], melindungi aku, . . . dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula! Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? . . . Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut.” (Ayub 14:13-15) Meskipun menderita, Ayub memperlihatkan iman kepada kedaulatan Yehuwa, dengan berkata, ”Sampai aku binasa aku tetap mempertahankan integritasku!”—Ayub 27:5, NW.

      15. Bagaimana Daud menyatakan keyakinannya kepada maksud-tujuan Yehuwa?

      15 Kira-kira enam abad setelah Ayub dan sekitar seribu tahun sebelum Yesus datang ke bumi, Daud menyatakan keyakinannya akan suatu dunia baru. Ia berkata dalam mazmur, ”Orang-orang yang menanti-nantikan [Yehuwa] akan mewarisi negeri. Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; . . . Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah. Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.” Karena harapannya yang tak tergoyahkan, Daud mendesak, ”Percayalah kepada [Yehuwa] . . . dan bergembiralah karena [Yehuwa]; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.”—Mazmur 37:3, 4, 9-11, 29.

      16. Harapan apa yang dimiliki oleh ’awan tebal saksi-saksi’?

      16 Selama berabad-abad, pria dan wanita yang setia telah memiliki harapan yang sama ini yaitu kehidupan kekal di bumi. Bahkan, mereka telah membentuk ’awan tebal saksi-saksi’ yang secara harfiah mempertaruhkan nyawa mereka demi janji-janji Yehuwa. Banyak dari antara saksi-saksi Yehuwa pada zaman purba tersebut dianiaya dan dibunuh karena iman mereka, ”supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik”. Cara bagaimana? Dalam dunia baru, Allah akan memberi imbalan kepada mereka berupa kebangkitan yang lebih baik dan prospek kehidupan kekal.—Yohanes 5:28, 29; Ibrani 11:35; 12:1.

      Saksi-Saksi Kristen Percaya kepada Allah

      17. Seberapa teguh orang-orang Kristen pada abad pertama percaya kepada Yehuwa?

      17 Pada abad pertama M, Yehuwa menyingkapkan kepada sidang Kristen yang baru didirikan lebih banyak perincian tentang Kerajaan dan pemerintahannya atas bumi. Misalnya, roh-Nya mengilhami rasul Yohanes untuk menulis bahwa jumlah yang bergabung dengan Yesus Kristus dalam Kerajaan surga akan berjumlah 144.000. Mereka adalah hamba-hamba yang setia dari Allah yang telah ”ditebus dari antara manusia”. (Wahyu 7:4; 14:1-4) Mereka akan memerintah bumi ”sebagai raja” bersama Kristus di surga. (Wahyu 20:4-6) Begitu teguhnya orang-orang Kristen abad pertama percaya kepada Yehuwa bahwa Ia akan menggenapi maksud-tujuan-Nya bagi Kerajaan surgawi dan wilayahnya di bumi sehingga mereka rela menyerahkan kehidupan mereka demi iman mereka. Banyak dari mereka memang benar-benar melakukan hal itu.

      18. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini meniru rekan-rekan mereka pada zaman lampau?

      18 Dewasa ini, hampir lima juta Saksi-Saksi Yehuwa memiliki kepercayaan yang sama kepada Allah sebagaimana rekan-rekan mereka yang hidup berabad-abad sebelum mereka. Saksi-Saksi zaman modern ini juga telah mempertaruhkan nyawa mereka demi janji-janji Allah. Mereka telah membaktikan kehidupan mereka kepada-Nya dan memiliki Alkitab yang lengkap untuk menguatkan iman mereka. (2 Timotius 3:14-17) Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern ini meniru para pengikut Yesus di abad pertama yang menyatakan bahwa mereka akan ”lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia”. (Kisah 5:29) Pada abad ini banyak Saksi-Saksi Kristen ini telah dianiaya dengan keji. Beberapa bahkan dibunuh karena iman mereka. Yang lain-lain mati karena penyakit, kecelakaan, atau usia tua. Namun, seperti saksi-saksi yang setia di zaman lampau, mereka percaya kepada Allah karena mereka tahu bahwa Ia akan memulihkan mereka kepada kehidupan dalam dunia baru-Nya melalui kebangkitan.—Yohanes 5:28, 29; Kisah 24:15; Wahyu 20:12, 13.

      19, 20. Apa yang kita sadari mengenai nubuat Alkitab untuk zaman kita?

      19 Saksi-Saksi Yehuwa menghargai bahwa dibawanya mereka ke luar dari segala bangsa memasuki suatu persaudaraan seluas dunia telah dinubuatkan lama berselang dalam nubuat Alkitab. (Yesaya 2:2-4; Wahyu 7:4, 9-17) Dan Yehuwa memerintahkan mereka melakukan pekerjaan pengabaran di seluruh dunia untuk mengumpulkan lebih banyak orang yang berhati jujur ke dalam perkenan dan perlindungan-Nya. (Amsal 18:10; Matius 24:14; Roma 10:13) Mereka semua menaruh kepercayaan mereka sepenuhnya kepada Yehuwa, dengan mengetahui bahwa Ia akan segera mendatangkan dunia baru-Nya yang menakjubkan.—Bandingkan 1 Korintus 15:58; Ibrani 6:10.

      20 Nubuat-nubuat Alkitab memperlihatkan bahwa dunia Setan kini telah berada pada hari-hari terakhirnya selama hampir 80 tahun, sejak tahun bersejarah 1914. Dunia ini telah mendekati akhirnya. (Roma 16:20; 2 Korintus 4:4; 2 Timotius 3:1-5) Itulah sebabnya Saksi-Saksi Yehuwa tak gentar karena mereka menyadari bahwa segera Kerajaan Allah akan sepenuhnya mengendalikan segala urusan di bumi. Dengan membinasakan dunia yang jahat ini dan mendatangkan dunia baru-Nya yang adil-benar, Allah akan sepenuhnya menghapuskan keadaan-keadaan buruk yang telah ada di bumi selama berabad-abad.—Amsal 2:21, 22.

      21. Mengapa kita dapat bersukacita tidak soal problem-problem kita sekarang?

      21 Maka, untuk selama-lamanya, Allah akan memperlihatkan perhatian-Nya yang besar kepada kita dengan melimpahkan berkat yang jauh lebih banyak daripada sekadar mengkompensasikan penderitaan apa pun yang kita alami di masa lampau. Begitu banyak perkara baik akan kita alami dalam dunia baru ini sehingga problem-problem kita yang sebelumnya akan berlalu dari ingatan. Betapa melegakan untuk mengetahui bahwa kelak Yehuwa akan ’membuka tangan-Nya dan berkenan mengenyangkan segala yang hidup’.—Mazmur 145:16; Yesaya 65:17, 18.

      22. Mengapa kita hendaknya menaruh kepercayaan kita kepada Yehuwa?

      22 Di dunia baru, umat manusia yang setia akan melihat penggenapan dari Roma 8:21, ”Makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.” Mereka akan melihat penggenapan dari doa yang Yesus ajarkan kepada pengikut-pengikutnya, ”Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga.” (Matius 6:10) Maka, taruhlah kepercayaan saudara yang sepenuhnya pada Yehuwa karena janji-Nya yang tak pernah gagal adalah, ”Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.”—Mazmur 37:29.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan