PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mengejar Tujuan Hidup yang Bermakna
    Menara Pengawal—2007 | 1 Oktober
    • 2. (a) Apa artinya memiliki tujuan hidup? (b) Bagaimana kita tahu bahwa sang Pencipta memiliki maksud-tujuan sewaktu menaruh kita di bumi ini?

      2 Memiliki tujuan hidup yang benar berarti memiliki alasan untuk hidup, cita-cita yang jelas, dan sasaran untuk jerih lelah kita. Apakah manusia benar-benar bisa memiliki tujuan seperti itu? Ya! Fakta bahwa kita dikaruniai kecerdasan, hati nurani, dan kemampuan untuk bernalar menyiratkan bahwa sang Pencipta mempunyai maksud-tujuan yang baik sewaktu menaruh kita di bumi ini. Maka, tentu masuk akal bahwa kita dapat menemukan dan mewujudkan tujuan hidup yang benar asalkan kita hidup selaras dengan maksud-tujuan sang Pencipta.

      3. Apa yang tercakup dalam maksud-tujuan Allah bagi manusia?

      3 Alkitab menyingkapkan bahwa maksud-tujuan Allah bagi kita mencakup banyak hal. Misalnya, fakta bahwa kita dibuat secara menakjubkan benar-benar merupakan ungkapan kasih yang tidak mementingkan diri dari Allah. (Mazmur 40:5; 139:14) Jadi, hidup sesuai dengan maksud-tujuan Allah berarti mengasihi orang lain dengan tidak mementingkan diri seperti halnya Allah. (1 Yohanes 4:7-11) Ini juga berarti menaati petunjuk Allah, yang membantu kita hidup selaras dengan maksud-tujuan-Nya yang pengasih.—Pengkhotbah 12:13; 1 Yohanes 5:3.

      4. (a) Apa yang dibutuhkan agar kehidupan kita benar-benar bertujuan? (b) Tujuan hidup apa yang paling luhur?

      4 Allah juga bermaksud agar manusia hidup bahagia serta penuh damai dengan sesamanya dan dengan makhluk ciptaan lainnya. (Kejadian 1:26; 2:15) Namun, apa yang perlu kita lakukan untuk merasa bahagia, aman, dan tenteram? Agar seorang anak merasa bahagia dan aman, ia perlu tahu bahwa orang tuanya ada di dekatnya. Demikian pula, agar kehidupan kita benar-benar bermakna dan bertujuan, kita perlu memiliki hubungan yang baik dengan Bapak surgawi kita. (Ibrani 12:9) Hubungan seperti itu bisa kita miliki karena Allah memang mengizinkan kita mendekat kepada-Nya dan Ia mendengar doa kita. (Yakobus 4:8; 1 Yohanes 5:14, 15) Jika kita ”berjalan dengan Allah” dalam iman dan menjadi sahabat-Nya, kita bisa menyukacitakan dan memuji Bapak surgawi kita. (Kejadian 6:9; Amsal 23:15, 16; Yakobus 2:23) Itulah tujuan hidup yang paling luhur. Pemazmur menulis, ”Biarlah segala yang bernapas memuji Yah.”​—Mazmur 150:6.

      Apa Tujuan Hidup Saudara?

      5. Mengapa menomorsatukan hal-hal materi tidak bijaksana?

      5 Salah satu maksud-tujuan Allah adalah agar kita mengurus baik-baik diri kita dan keluarga kita, antara lain dengan memenuhi kebutuhan fisik maupun rohani. Tetapi, untuk itu dibutuhkan keseimbangan agar hal-hal duniawi tidak menggantikan hal-hal rohani yang lebih penting. (Matius 4:4; 6:33) Sayang sekali, banyak orang menggunakan hampir seluruh hidup mereka untuk memperoleh hal-hal materi. Tetapi, mencoba memenuhi semua kebutuhan kita dengan hal materi semata tidaklah bijaksana. Sebuah survei baru-baru ini atas para jutawan di Asia menyingkapkan bahwa banyak dari mereka ”merasa tidak aman dan khawatir, sekalipun kekayaan memberi mereka status sosial dan kepuasan akan prestasi mereka”.​—Pengkhotbah 5:11.

      6. Nasihat apa yang Yesus berikan tentang mengejar kekayaan?

      6 Yesus berbicara tentang ”tipu daya kekayaan”. (Markus 4:19) Mengapa kekayaan dikatakan sebagai tipu daya? Harta benda kelihatannya membuat orang bahagia, padahal tidak. ”Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang,” kata Raja Salomo yang bijaksana. (Pengkhotbah 5:9, Terjemahan Baru) Tetapi, apakah mungkin untuk mengejar cita-cita yang materialistis dan tetap melayani Allah dengan segenap jiwa? Tidak, hal itu tidak mungkin. Yesus menjelaskan, ”Tidak seorang pun dapat bekerja bagaikan budak untuk dua majikan; sebab ia akan membenci yang satu dan mengasihi yang lain, atau ia akan berpaut pada yang satu dan memandang rendah yang lain. Kamu tidak dapat bekerja bagaikan budak bagi Allah dan bagi Kekayaan.” Yesus mendesak para pengikutnya untuk menimbun, bukan harta benda di bumi, melainkan ”harta di surga”, artinya membuat nama baik di hadapan Allah, yang ”tahu hal-hal apa yang kamu butuhkan bahkan sebelum kamu meminta kepadanya”.​—Matius 6:8, 19-25.

      7. Bagaimana kita dapat ”dengan teguh menggenggam kehidupan yang sebenarnya”?

      7 Ketika menyurati rekan sekerjanya Timotius, rasul Paulus memberikan nasihat yang tegas mengenai hal ini. Ia memberi tahu Timotius, ”Berilah perintah kepada orang kaya . . . [agar] menaruh harapan mereka, bukan pada kekayaan yang tidak pasti, tetapi pada Allah, yang memberikan segala sesuatu dengan limpah kepada kita untuk kesenangan kita . . . , [agar] murah tangan, rela membagi apa yang mereka miliki, menimbun harta dengan cara yang aman sebagai fondasi yang baik bagi diri mereka untuk masa depan, agar mereka dapat dengan teguh menggenggam kehidupan yang sebenarnya.”​—1 Timotius 6:17-19.

      Apa ”Kehidupan yang Sebenarnya” Itu?

      8. (a) Mengapa banyak orang mati-matian mengejar kekayaan dan status? (b) Apa yang tidak disadari orang-orang tersebut?

      8 Dalam bayangan kebanyakan orang, ”kehidupan yang sebenarnya” berarti kemewahan dan kesenangan. Sebuah majalah berita di Asia menyatakan, ”Orang yang menonton film atau TV belajar menghasratkan apa yang mereka lihat, mengimpikan apa yang mungkin bisa mereka miliki.” Mengejar kekayaan serta status dijadikan tujuan hidup oleh banyak orang. Banyak yang mengorbankan masa muda, kesehatan, kehidupan keluarga, serta nilai-nilai rohani mereka demi mengejar hal-hal itu. Tidak banyak yang menyadari bahwa gambaran yang disampaikan dalam media hanyalah cerminan ”roh dunia”​—pola berpikir yang dominan yang mempengaruhi mayoritas penduduk dunia dan mendorong mereka untuk bertindak bertentangan dengan maksud-tujuan Allah bagi kita. (1 Korintus 2:12; Efesus 2:2) Tidak mengherankan bahwa ada begitu banyak orang yang tidak bahagia dewasa ini!​—Amsal 18:11; 23:4, 5.

      9. Apa yang tidak pernah dapat dicapai manusia, dan mengapa tidak?

      9 Bagaimana dengan orang-orang yang tanpa pamrih bekerja keras demi kesejahteraan orang lain, berjuang menyingkirkan kelaparan, penyakit, dan ketidakadilan? Upaya mereka yang luhur dan penuh pengorbanan sering menghasilkan banyak manfaat. Namun, upaya mereka yang terbaik pun tidak akan pernah mengubah sistem ini menjadi sistem yang adil dan baik. Mengapa tidak? Karena kenyataannya ”seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik”—Setan—dan ia tidak menginginkan perubahan.—1 Yohanes 5:19.

      10. Bilamana orang-orang yang setia akan menikmati ”kehidupan yang sebenarnya”?

      10 Betapa menyedihkan jika seseorang hanya berharap pada kehidupan dalam dunia sekarang ini! ”Jika dalam kehidupan ini saja kita berharap kepada Kristus, dari antara semua orang, kitalah yang paling patut dikasihani,” tulis Paulus. ”Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita akan mati”, demikianlah sikap orang-orang yang percaya bahwa hidup ini cuma begini saja. (1 Korintus 15:19, 32) Tetapi, ada suatu masa depan, yaitu ”langit baru dan bumi baru yang kita nantikan sesuai dengan janji [Allah], dan keadilbenaran akan tinggal di dalamnya”. (2 Petrus 3:13) Pada waktu itu, orang Kristen dapat menikmati ”kehidupan yang sebenarnya”, artinya, ”kehidupan abadi” dalam kesempurnaan, baik di surga ataupun di bawah pemerintahan yang pengasih dari Kerajaan Allah!​—1 Timotius 6:12.

      11. Mengapa pekerjaan yang mendukung Kerajaan Allah itu bermakna?

      11 Hanya Kerajaan Allah yang akan sepenuhnya berhasil mengatasi problem umat manusia. Maka, pekerjaan yang mendukung Kerajaan Allah adalah kegiatan yang paling bermakna. (Yohanes 4:34) Dengan berbuat demikian, kita akan memiliki hubungan yang berharga dengan Bapak surgawi kita. Kita juga akan memperoleh sukacita melayani bersama jutaan saudara-saudari rohani, yang mengejar tujuan hidup yang sama.

      Membuat Pengorbanan yang Benar

      12. Kontraskan kehidupan dalam sistem sekarang dengan ”kehidupan yang sebenarnya”.

      12 Dunia sekarang ”sedang berlalu, demikian pula keinginannya”, kata Alkitab. Tidak ada satu bagian pun dari dunia Setan yang terkecuali, termasuk kemasyhuran dan kekayaannya, ”tetapi ia yang melakukan kehendak Allah akan tetap hidup untuk selamanya”. (1 Yohanes 2:15-17) Kekayaan yang tidak pasti, kemuliaan yang berumur pendek, dan kesenangan yang hampa dalam sistem sekarang sangat kontras dengan ”kehidupan yang sebenarnya”, yaitu kehidupan abadi di bawah Kerajaan Allah, yang permanen dan layak kita perjuangkan dengan pengorbanan, asalkan pengorbanan yang kita buat itu benar.

      13. Bagaimana sepasang suami istri membuat pengorbanan yang benar?

      13 Perhatikan Hendri dan Susan. Mereka sangat beriman kepada janji Allah bahwa semua orang yang mendahulukan Kerajaan dalam kehidupan mereka akan menerima bantuan Allah. (Matius 6:33) Maka, mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah yang murah agar satu orang saja yang perlu bekerja sekuler, dan lebih banyak waktu dapat digunakan dalam kegiatan rohani bersama kedua putri mereka. (Ibrani 13:15, 16) Seorang teman mereka yang beritikad baik tidak dapat memahami keputusan mereka. Ia berkata, ”Susan, kalau kamu ingin tinggal di rumah yang lebih bagus, kamu memang harus mengorbankan sesuatu.” Tetapi, Hendri dan Susan tahu bahwa menomorsatukan Yehuwa ”mengandung janji untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang”. (1 Timotius 4:8; Titus 2:12) Setelah dewasa, putri-putri mereka menjadi penginjil sepenuh waktu yang bersemangat. Sebagai keluarga, mereka tidak merasa kehilangan apa pun; sebaliknya, mereka memetik banyak manfaat karena mengejar ”kehidupan yang sebenarnya”, yang mereka jadikan tujuan hidup.—Filipi 3:8; 1 Timotius 6:6-8.

      Jangan ’Menggunakan Dunia Ini Sepenuhnya’

      14. Kerugian apa yang dapat kita alami jika kita melupakan tujuan hidup kita yang benar?

      14 Tetapi, benar-benar berbahaya jika kita melupakan tujuan hidup kita yang benar dan tidak lagi menggenggam erat ”kehidupan yang sebenarnya”. Kemungkinan besar kita akan ”disimpangkan oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kesenangan kehidupan ini”. (Lukas 8:14) Keinginan yang tak terkendali dan ”kekhawatiran akan mata pencaharian” bisa membuat kita terlalu terlibat dengan sistem ini. (Lukas 21:34, Rbi8-E, catatan kaki) Tragisnya, ada yang telah terbelit dalam dunia yang gila harta dewasa ini, dan telah ”disesatkan dari iman dan menikam diri mereka dengan banyak kesakitan”, bahkan kehilangan hubungan yang berharga dengan Yehuwa. Betapa besar kerugiannya karena tidak terus ’menggenggam teguh kehidupan abadi’!​—1 Timotius 6:9, 10, 12; Amsal 28:20.

      15. Manfaat apa yang dituai sebuah keluarga karena ’tidak menggunakan dunia ini sepenuhnya’?

      15 Paulus menasihati ”orang yang menggunakan dunia ini, [agar menjadi] seperti orang yang tidak menggunakannya sepenuhnya”. (1 Korintus 7:31) Herman dan Yanti mengindahkan nasihat itu. ”Saya menjadi Saksi Yehuwa menjelang tamat sekolah kedokteran gigi,” Herman bercerita. ”Saya punya pilihan. Saya bisa menerima banyak pasien dan menghasilkan banyak uang, tetapi kehidupan rohani kami akan terganggu. Saya memilih untuk membatasi jumlah pasien agar ada lebih banyak waktu untuk memperhatikan kesejahteraan rohani dan emosi keluarga kami, yang anggotanya bertambah dengan lima putri. Meskipun kami jarang mempunyai uang ekstra, kami belajar menghemat, dan kebutuhan kami selalu terpenuhi. Kehidupan keluarga kami akrab, hangat, dan penuh sukacita. Akhirnya, kami semua memasuki dinas sepenuh waktu. Sekarang, putri-putri kami sudah menikah, tiga di antaranya telah memberi kami cucu. Keluarga mereka juga bahagia, karena mereka terus mendahulukan maksud-tujuan Yehuwa.”

      Mendahulukan Maksud-Tujuan Allah dalam Kehidupan Saudara

      16, 17. Contoh apa saja yang Alkitab berikan tentang orang-orang yang berbakat, dan mereka diingat karena apa?

      16 Alkitab memuat contoh orang-orang yang hidup demi maksud-tujuan Allah maupun yang tidak. Hikmah dari contoh-contoh tersebut berlaku bagi orang-orang dari segala usia, kebudayaan, dan keadaan. (Roma 15:4; 1 Korintus 10:6, 11) Nimrod membangun kota-kota besar, tetapi hal itu bertentangan dengan maksud-tujuan Yehuwa. (Kejadian 10:8, 9) Namun, ada banyak orang lain yang menjadi teladan, misalnya Musa. Yang ia jadikan tujuan hidupnya bukanlah mempertahankan statusnya sebagai bangsawan Mesir. Sebaliknya, ia menganggap hak istimewa rohaninya ”sebagai kekayaan yang lebih besar daripada harta Mesir”. (Ibrani 11:26) Dokter Lukas kemungkinan besar telah ikut mengobati penyakit Paulus dan orang-orang lain. Tetapi, sumbangsih terbesar Lukas adalah perannya sebagai penginjil dan penulis Alkitab. Mengenai Paulus, ia dikenal, bukan sebagai ahli Hukum, melainkan sebagai utusan injil, ”rasul bagi bangsa-bangsa”.​—Roma 11:13.

      17 Daud terutama dikenang, bukan sebagai komandan militer atau sebagai pemusik dan penggubah lagu, melainkan sebagai ”orang yang mendapat perkenan di hati [Allah]”. (1 Samuel 13:14) Kita mengenal Daniel, bukan karena pekerjaannya sebagai pejabat pemerintah Babilonia, melainkan karena dinasnya sebagai nabi Yehuwa yang loyal; Ester, bukan sebagai ratu Persia, melainkan sebagai teladan keberanian dan iman; Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes, bukan sebagai nelayan yang sukses, melainkan sebagai rasul-rasul Yesus. Dan, teladan terbaik adalah Yesus. Bagi kita, ia bukanlah si ”tukang kayu”, melainkan ”Kristus”. (Markus 6:3; Matius 16:16) Mereka semua memahami benar bahwa tidak soal bakat, aset, atau status mereka, yang harus menjadi fokus utama dalam kehidupan bukanlah karier sekuler, melainkan dinas kepada Allah. Mereka tahu bahwa tujuan hidup yang paling luhur dan memuaskan adalah menjadi abdi Allah.

      18. Keputusan apa yang diambil seorang pemuda Kristen sehubungan dengan kehidupannya dan apa yang akhirnya ia sadari?

      18 Song Jin, yang disebutkan di awal, akhirnya juga memahami hal ini. ”Ketimbang mengabdikan semua energi saya untuk kedokteran, seni, atau pendidikan sekuler, saya memutuskan untuk menggunakan kehidupan saya selaras dengan pembaktian saya kepada Allah,” jelasnya. ”Saya sekarang melayani di tempat yang sangat membutuhkan pengajar Alkitab, membantu orang-orang menempuh jalan menuju kehidupan abadi. Dulu saya berpikir bahwa menjadi rohaniwan sepenuh waktu kurang mengasyikkan. Sekarang, kehidupan saya lebih seru, karena saya berupaya memperbaiki kepribadian saya dan kemampuan untuk mengajar orang dari berbagai kebudayaan. Saya sadar bahwa menjadikan maksud-tujuan Yehuwa sebagai tujuan hidup kita adalah satu-satunya jalan hidup yang bermakna.”

      19. Bagaimana kita dapat menemukan tujuan hidup yang benar?

      19 Sebagai orang Kristen, kita dikaruniai pengetahuan yang menyelamatkan kehidupan dan harapan keselamatan. (Yohanes 17:3) Maka, jangan kita ”menerima kebaikan hati Allah yang tidak selayaknya diperoleh namun melalaikan tujuannya”. (2 Korintus 6:1) Sebaliknya, mari kita gunakan hari-hari dan tahun-tahun kehidupan yang berharga untuk memuji Yehuwa. Mari kita sebarkan pengetahuan yang mendatangkan kebahagiaan sejati sekarang dan yang menuntun kepada kehidupan abadi. Dengan berbuat demikian, kita akan merasakan kebenaran kata-kata Yesus, ”Lebih bahagia memberi daripada menerima.” (Kisah 20:35) Maka, kita pun akan menemukan tujuan hidup yang benar.

  • Mengejar Maksud-Tujuan Allah Dewasa Ini
    Menara Pengawal—2007 | 1 Oktober
    • Mengejar Maksud-Tujuan Allah Dewasa Ini

      ”[Kristus] telah mati untuk semua orang agar mereka yang hidup tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri.”​—2 KORINTUS 5:15.

      1. Ceritakan pengalaman seorang utusan injil di tempat tugasnya.

      ”MOBIL kami adalah kendaraan sipil pertama yang memasuki desa terpencil di Afrika itu setelah perang saudara berakhir,” kenang seorang utusan injil bernama Aaron.a ”Komunikasi dengan sidang kecil di sana terputus, dan kami harus mengurus kebutuhan saudara-saudara. Selain makanan, pakaian, dan lektur Alkitab, kami membawa video Saksi-Saksi Yehuwa​—Organisasi yang Mendukung Nama Itu.b Begitu banyak peminat yang datang untuk menontonnya di ’bioskop’ desa​—sebuah pondok besar dari ilalang dengan alat pemutar video dan TV—​sehingga kami harus memutarnya dua kali. Seusai pertunjukan, selalu ada banyak orang yang mau belajar Alkitab. Jelaslah, semua upaya kami tidak sia-sia.”

      2. (a) Mengapa orang Kristen memutuskan untuk menggunakan kehidupan mereka dalam dinas kepada Allah? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas sekarang?

      2 Mengapa Aaron dan rekan-rekannya melaksanakan misi yang begitu berat? Karena, sebagai ungkapan rasa syukur atas korban tebusan Yesus Kristus, mereka membaktikan kehidupan mereka kepada Allah dan ingin menggunakannya selaras dengan maksud-tujuan Allah. Seperti mereka, semua orang Kristen yang berbakti memutuskan untuk ”tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri” tetapi berbuat sebisa-bisanya ”demi kepentingan kabar baik”. (2 Korintus 5:15; 1 Korintus 9:23) Mereka tahu bahwa apabila akhir sistem ini tiba, semua uang dan status dalam dunia ini tidak akan ada nilainya. Maka, mereka ingin menggunakan kehidupan dan tubuh mereka yang cukup sehat selaras dengan maksud-tujuan Allah. (Pengkhotbah 12:1) Bagaimana kita bisa melakukan hal itu? Di mana kita bisa mendapatkan keberanian dan kekuatan yang dibutuhkan untuk itu? Dan, corak dinas apa saja yang terbuka bagi kita?

      Mengambil Langkah-Langkah Praktis yang Progresif

      3. Langkah dasar apa saja yang harus diambil untuk melakukan kehendak Allah?

      3 Bagi orang Kristen sejati, melakukan kehendak Allah adalah proyek seumur hidup. Biasanya, hal itu diawali dengan langkah-langkah dasar seperti mendaftarkan diri ke Sekolah Pelayanan Teokratis, membaca Alkitab setiap hari, ikut dalam pekerjaan pengabaran, dan terus maju hingga dibaptis. Seraya membuat kemajuan, kita ingat kata-kata rasul Paulus, ”Pikirkanlah hal-hal ini dengan mendalam; curahkan perhatian penuh padanya, agar kemajuanmu nyata kepada semua orang.” (1 Timotius 4:15) Kemajuan seperti itu bukanlah untuk menonjolkan diri, melainkan cerminan dari tekad kita untuk melakukan kehendak Allah tanpa pamrih. Dengan mengambil haluan tersebut nyatalah bahwa kita membiarkan Allah membimbing langkah kita dalam segala bidang kehidupan, dan bimbingan Allah jauh lebih baik daripada langkah yang kita putuskan sendiri.​—Mazmur 32:8.

      4. Bagaimana kita dapat mengesampingkan kecemasan yang tidak perlu?

      4 Tetapi, keraguan atau kekhawatiran yang berlebihan akan diri sendiri dapat menghambat kemajuan kita dalam dinas kepada Allah. (Pengkhotbah 11:4) Maka, sebelum kita dapat merasakan sukacita sejati dalam melayani Allah dan sesama, mungkin pertama-tama kita harus mengatasi kecemasan kita. Erik, misalnya, sedang mempertimbangkan untuk melayani di sebuah sidang berbahasa asing. Tetapi, ia khawatir, ’Apakah saya bisa cocok dengan saudara-saudara itu? Apakah saya akan menyukai mereka? Apakah mereka akan menyukai saya?’ Ia bercerita, ”Akhirnya saya sadar bahwa saya harus lebih memikirkan saudara-saudara daripada diri sendiri. Saya memutuskan untuk tidak lagi khawatir, tetapi memberi sebisa-bisanya tanpa mementingkan diri. Saya berdoa meminta bantuan dan melaksanakan rencana saya. Sekarang, saya amat sangat menikmati dinas saya di sana.” (Roma 4:20) Ya, semakin banyak kita melayani Allah dan sesama tanpa mementingkan diri, semakin besar sukacita dan kepuasan kita.

      5. Mengapa perlu ada perencanaan yang cermat demi mengejar maksud-tujuan Allah? Berikan contoh.

      5 Agar berhasil mengejar maksud-tujuan Allah, perencanaan yang cermat juga perlu. Langkah yang bijaksana adalah menghindari banyak utang yang bisa menjadikan kita budak sistem ini dan membatasi kebebasan kita untuk melakukan pekerjaan Allah. Alkitab mengingatkan kita, ”Si peminjam adalah hamba dari orang yang memberikan pinjaman.” (Amsal 22:7) Dengan percaya kepada Yehuwa dan menomorsatukan hal-hal rohani, kita dibantu untuk tetap berfokus pada tujuan kita. Misalnya, Kuo Ming dan kedua saudara perempuannya tinggal dengan ibu mereka di suatu daerah yang tidak mudah untuk mendapatkan rumah murah dan pekerjaan tetap. Dengan menghemat dan menanggung biaya hidup bersama-sama, mereka tidak pernah kekurangan sekalipun tidak semua mempunyai pekerjaan. ”Ada di antara kami yang kadang-kadang tidak mempunyai penghasilan,” kata Kuo Ming. ”Meskipun begitu, kami dapat tetap merintis dan juga mengurus ibu kami dengan baik. Kami bersyukur bahwa Mama tidak ingin kami melepaskan dinas rohani demi memberinya barang-barang mewah.”—2 Korintus 12:14; Ibrani 13:5.

      6. Contoh apa yang menunjukkan caranya menyelaraskan kehidupan dengan maksud-tujuan Allah?

      6 Jika Saudara sangat sibuk mengejar hal-hal duniawi​—uang atau hal lain—​Saudara mungkin harus membuat banyak penyesuaian untuk dapat menomorsatukan maksud-tujuan Allah. Biasanya perubahan mustahil terjadi dalam sekejap, dan jika upaya pertama belum berhasil janganlah menganggapnya sebagai kegagalan. Perhatikan Koichi, yang mempunyai problem menghabiskan banyak sekali waktu untuk hiburan. Sewaktu remaja, Koichi belajar Alkitab, tetapi selama bertahun-tahun, ia kecanduan video game. Suatu hari, Koichi mengatakan kepada diri sendiri, ”Bagaimana hidupku ini? Umurku sudah 30 tahun lebih, tetapi aku belum melakukan apa pun yang berarti!’ Lalu, Koichi belajar Alkitab lagi dan menerima bantuan dari sidang. Meskipun perubahannya lambat, ia tidak menyerah. Dengan banyak doa dan dukungan yang pengasih dari orang-orang lain, ia akhirnya bisa mengatasi obsesinya. (Lukas 11:9) Koichi sekarang dengan bahagia melayani sebagai hamba pelayanan.

      Belajar Seimbang

      7. Mengapa kita perlu seimbang dalam melakukan pekerjaan Allah?

      7 Untuk dapat mengejar maksud-tujuan Allah, kita layak mengerahkan upaya sepenuh jiwa. Kita tidak boleh menahan diri atau malas. (Ibrani 6:11, 12) Meskipun begitu, Yehuwa tidak ingin kita memaksa diri hingga kelelahan—secara fisik, mental, ataupun emosi. Lebih baik kita dengan bersahaja mengakui bahwa kita tidak dapat melaksanakan pekerjaan Allah dengan kekuatan sendiri. Maka, kita akan memuliakan Dia dan juga menunjukkan keseimbangan. (1 Petrus 4:11) Yehuwa berjanji akan memberi kita kekuatan yang dibutuhkan untuk melakukan kehendak-Nya, tetapi kita tidak boleh memaksa diri di luar batas, mencoba melakukan apa yang tidak Ia harapkan dari kita. (2 Korintus 4:7) Agar dapat melayani Allah tanpa kehabisan tenaga, kita perlu membagi energi kita dengan bijaksana.

      8. Apa yang dialami seorang gadis muda Kristen yang berupaya memberikan yang terbaik kepada dunia maupun kepada Yehuwa, dan penyesuaian apa yang ia buat?

      8 Misalnya, selama dua tahun, Li Li, yang tinggal di Asia Timur, merintis sambil bekerja duniawi. Pekerjaannya sangat menyita waktu dan tenaganya. ”Saya berupaya memberikan yang terbaik kepada Yehuwa dan juga kepada dunia,” katanya, ”tetapi, saya hanya tidur lima jam setiap malam. Akhirnya, saya tidak punya energi mental lagi untuk kebenaran, dan kurang bersukacita dalam dinas kepada Yehuwa.” Agar dapat melayani Yehuwa dengan ’segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatannya’, Li Li mencari pekerjaan yang lebih ringan. (Markus 12:30) ”Meskipun ada tekanan dari keluarga agar saya menghasilkan banyak uang, saya berupaya menomorsatukan maksud-tujuan Allah,” katanya. ”Pendapatan saya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti pakaian yang pantas. Dan, betapa nyamannya bisa tidur lebih lama! Sekarang, saya bersukacita dalam pelayanan, dan lebih kuat secara rohani, karena saya tidak punya banyak waktu lagi untuk hal-hal yang memikat dan menyimpangkan perhatian di dunia ini.”—Pengkhotbah 4:6; Matius 6:24, 28-30.

      9. Bisa jadi, apa pengaruh upaya kita atas orang-orang di lapangan?

      9 Tidak semua orang dapat melayani Allah sebagai penginjil sepenuh waktu. Jika Saudara harus menghadapi usia tua, kesehatan yang buruk, atau keterbatasan lain, ketahuilah bahwa Yehuwa sungguh-sungguh menghargai kesetiaan Saudara dan dinas apa pun yang sepenuh hati. (Lukas 21:2, 3) Maka, jangan seorang pun dari kita meremehkan pengaruh dari upaya kita, sekecil apa pun, atas orang lain. Sebagai contoh, katakanlah kita sudah mendatangi beberapa rumah dan tidak seorang pun tampaknya berminat kepada berita kita. Setelah kita pergi, para penghuni rumah bisa jadi masih akan membicarakan kunjungan kita entah beberapa jam atau beberapa hari setelah itu, sekalipun tidak seorang pun membukakan pintu untuk kita! Kita tidak berharap bahwa setiap orang yang mendengar kabar baik akan menyambutnya, tetapi pasti ada. (Matius 13:19-23) Yang lain mungkin akan menyambutnya kelak apabila keadaan di dunia atau dalam kehidupan mereka berubah. Apa pun keadaannya, dengan berbuat sebisa-bisanya dalam pelayanan umum, kita melakukan pekerjaan Allah. Kita adalah ”rekan sekerja Allah”.—1 Korintus 3:9.

      10. Kesempatan apa yang terbuka bagi semua di sidang?

      10 Selain itu, kita semua dapat membantu anggota keluarga kita dan saudara-saudari rohani kita. (Galatia 6:10) Pengaruh baik yang kita berikan bisa mendalam dan bertahan lama. (Pengkhotbah 11:1, 6) Jika para penatua dan hamba pelayanan melaksanakan kewajiban mereka dengan sungguh-sungguh, mereka membantu sidang menjadi sehat serta stabil secara rohani, dan kegiatan Kristen akan meningkat. Kita yakin bahwa apabila kita mempunyai ”banyak hal untuk dilakukan dalam pekerjaan Tuan”, kerja keras kita ”tidak sia-sia”.​—1 Korintus 15:58.

      Mengejar Maksud-Tujuan Allah sebagai Karier

      11. Selain bekerja sama dengan sidang setempat, kesempatan lain apa saja yang mungkin kita miliki?

      11 Sebagai orang Kristen, kita menikmati kehidupan, dan kita ingin memuliakan Allah dalam segala sesuatu yang kita lakukan. (1 Korintus 10:31) Apabila kita dengan setia mengerahkan diri untuk memberitakan kabar baik Kerajaan dan mengajar orang lain menjalankan semua yang Yesus perintahkan, banyak corak dinas yang memuaskan akan terbuka bagi kita. (Matius 24:14; 28:19, 20) Selain bekerja sama dengan sidang setempat, kita mungkin memiliki kesempatan untuk melayani di tempat yang membutuhkan lebih banyak tenaga, barangkali di daerah lain, di ladang berbahasa asing, atau di negeri lain. Para penatua dan hamba pelayanan yang memenuhi syarat dan masih lajang bisa diundang untuk mengikuti Sekolah Pelatihan Pelayanan, dan setelah itu melayani di sidang yang membutuhkan bantuan orang-orang Kristen yang matang, baik di negeri sendiri atau di luar negeri. Pasangan suami istri dalam dinas sepenuh waktu boleh jadi memenuhi syarat untuk mendapat pelatihan utusan injil di Gilead dan melayani di negeri asing. Dan, selalu dibutuhkan relawan untuk melakukan berbagai tugas di Betel dan dalam pembangunan serta pemeliharaan tempat-tempat perhimpunan dan kantor-kantor cabang.

      12, 13. (a) Bagaimana Saudara dapat memutuskan corak dinas mana yang akan Saudara kejar? (b) Lukiskan bagaimana pengalaman yang diperoleh dalam satu corak dinas bisa berguna untuk dinas lain.

      12 Corak dinas mana yang hendaknya Saudara kejar? Sebagai hamba Yehuwa yang berbakti, berpalinglah senantiasa kepada-Nya dan organisasi-Nya untuk mendapatkan arahan. ’Roh-Nya yang baik’ akan membantu Saudara membuat keputusan yang benar. (Nehemia 9:20) Biasanya, setelah mengemban satu tugas, tugas lain pun akan menyusul, dan pengalaman serta keterampilan yang diperoleh dalam satu corak dinas bisa jadi berguna untuk tugas lain di kemudian hari.

      13 Misalnya, Denis dan istrinya, Yenny, sering ikut dalam proyek pembangunan Balai Kerajaan. Setelah Badai Katrina menghantam Amerika Serikat bagian selatan, mereka menjadi relawan proyek bantuan kemanusiaan. Denis melaporkan, ”Kami sangat bersukacita karena keterampilan yang kami peroleh sewaktu membangun Balai-Balai Kerajaan dapat digunakan untuk membantu saudara-saudara kita. Penghargaan yang diperlihatkan oleh orang-orang yang kami bantu sangat mengharukan. Pembangunan kembali yang dilakukan kebanyakan kelompok lain tidak begitu berhasil. Namun, Saksi-Saksi Yehuwa telah memperbaiki atau membangun kembali lebih dari 5.300 rumah dan banyak sekali Balai Kerajaan. Orang-orang mengamati hal itu dan sekarang lebih berminat mendengarkan berita Kerajaan.”

      14. Apa yang dapat Saudara lakukan jika Saudara berhasrat mengejar dinas sepenuh waktu?

      14 Dapatkah Saudara mengejar maksud-tujuan Allah dengan memilih dinas sepenuh waktu sebagai karier? Jika demikian, Saudara pasti akan menerima banyak berkat. Jika keadaan Saudara sekarang tidak mengizinkan, mungkin Saudara dapat membuat penyesuaian. Berdoalah seperti Nehemia ketika ia ingin sekali melaksanakan tugas yang penting, ”Ya, Yehuwa, . . . karuniakanlah kiranya keberhasilan kepada hambamu.” (Nehemia 1:11) Lalu, seraya mengandalkan sang ”Pendengar doa”, bertindaklah selaras dengan permohonan Saudara. (Mazmur 65:2) Agar Yehuwa memberkati upaya Saudara untuk melayani Dia dengan lebih sepenuhnya, pertama-tama Saudara harus membuat upaya itu. Setelah Saudara memutuskan untuk terjun dalam dinas sepenuh waktu, berpautlah pada keputusan Saudara. Seraya waktu berlalu, pengalaman Saudara akan bertambah, demikian pula sukacita Saudara.

      Kehidupan yang Benar-Benar Berguna

      15. (a) Apa manfaatnya berbicara dengan dan membaca tentang hamba-hamba Allah kawakan? (b) Ceritakan sebuah kisah hidup yang menurut Saudara sangat membangkitkan semangat.

      15 Hasil apa yang dapat Saudara harapkan dengan mengejar maksud-tujuan Allah? Berbicaralah dengan hamba-hamba Yehuwa kawakan, terutama yang telah berdinas sepenuh waktu selama bertahun-tahun. Betapa memuaskan dan bermakna kehidupan mereka! (Amsal 10:22) Mereka akan bercerita bahwa Yehuwa tidak pernah tidak membantu mereka mendapatkan apa yang benar-benar mereka butuhkan dan lebih banyak lagi, bahkan dalam keadaan sulit. (Filipi 4:11-13) Selama beberapa puluh tahun belakangan ini, Menara Pengawal telah menerbitkan ratusan kisah hidup orang-orang yang setia. Setiap kisah menyoroti semangat dan sukacita yang mengingatkan kita akan apa yang dituturkan buku Kisah dalam Alkitab. Membaca kisah-kisah yang menggugah hati tersebut akan menggerakkan Saudara untuk mengatakan, ’Kehidupan seperti itulah yang saya inginkan!’

      16. Apa yang membuat kehidupan seorang Kristen bermakna dan bahagia?

      16 Aaron, yang disebutkan di awal, mengenang, ”Di Afrika, saya sering melihat anak-anak muda berkeliaran ke sana kemari mencari tujuan hidup. Kebanyakan tidak pernah menemukannya. Tetapi lain halnya dengan kami. Kami mengejar maksud-tujuan Allah dengan menyebarkan kabar baik Kerajaan, dan menikmati kehidupan yang bermakna serta penuh tantangan. Kami merasakan sendiri bahwa lebih bahagia memberi daripada menerima.”—Kisah 20:35.

      17. Mengapa kita harus mengejar maksud-tujuan Allah sekarang?

      17 Bagaimana dengan Saudara? Tujuan apa yang sedang Saudara kejar? Jika Saudara tidak mempunyai cita-cita rohani yang jelas, kegiatan lain akan segera menyita waktu dan energi Saudara. Buat apa menyia-nyiakan kehidupan yang berharga demi mengejar khayalan dunia dalam sistem Setan? Tidak lama lagi, apabila ”kesengsaraan besar” tiba, harta benda dan posisi sekuler tidak akan ada nilainya. Yang penting adalah hubungan kita dengan Yehuwa. Betapa bersyukurnya kita kelak bahwa kita sudah melayani Allah dan sesama serta telah mengejar sepenuhnya maksud-tujuan Allah dalam hidup kita!​—Matius 24:21; Penyingkapan 7:14, 15.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan