PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ”Semua Jalan-Nya Adil”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yusuf ada di penjara bersama beberapa tahanan lain. Tangan dan kaki Yusuf terikat.

      PASAL 11

      ”Semua Jalan-Nya Adil”

      1, 2. (a) Apa saja perlakuan yang benar-benar tidak adil yang Yusuf alami? (b) Bagaimana Yehuwa membereskan ketidakadilan tersebut?

      BENAR-BENAR tidak adil. Pemuda tampan ini tidak melakukan kejahatan apa pun, tetapi dia dikurung di sebuah penjara bawah tanah, dengan keliru dituduh melakukan percobaan pemerkosaan. Namun, pemenjaraan ini bukanlah kali pertama dia mengalami ketidakadilan. Beberapa tahun sebelumnya, sewaktu berusia 17 tahun, pemuda ini, Yusuf, dikhianati saudara-saudaranya sendiri, yang hampir membunuh dia. Kemudian, dia dijual sebagai budak di sebuah negeri asing. Di sana dia menolak godaan istri majikannya. Wanita yang ditolak mentah-mentah tersebut merancang tuduhan palsu, dan begitulah ceritanya sampai dia berada di dalam tahanan. Sungguh menyedihkan, kelihatannya tak seorang pun yang dapat memohonkan belas kasihan bagi Yusuf.

      2 Akan tetapi, Allah yang ”mencintai apa yang benar, juga keadilan” memperhatikannya. (Mazmur 33:5) Yehuwa bertindak untuk membereskan ketidakadilan tersebut, memanuver peristiwa-peristiwa sehingga Yusuf akhirnya dibebaskan. Lebih dari itu, Yusuf—pria yang dicampakkan ke dalam penjara—kemudian ditempatkan pada kedudukan dengan tanggung jawab yang besar dan kehormatan yang luar biasa. (Kejadian 40:15; 41:41-43; Mazmur 105:17, 18) Pada akhirnya, Yusuf dinyatakan bebas murni, dan dia menggunakan kedudukan tinggi tersebut untuk menjalankan tujuan Allah.​—Kejadian 45:5-8.

      Yusuf menderita secara tidak adil dalam penjara

      3. Mengapa tidaklah mengejutkan jika kita semua ingin diperlakukan dengan cara yang adil?

      3 Kisah seperti itu menyentuh hati kita, bukan? Siapa di antara kita yang belum pernah melihat atau menjadi korban ketidakadilan? Ya, kita semua sangat ingin diperlakukan dengan cara yang adil dan tidak berat sebelah. Hal itu tidaklah mengejutkan, karena Yehuwa mengaruniai kita sifat-sifat yang mencerminkan kepribadian-Nya sendiri, dan keadilan adalah salah satu sifat utama-Nya. (Kejadian 1:27) Untuk mengenal Yehuwa dengan baik, kita perlu memahami rasa keadilan-Nya. Dengan demikian, kita akan semakin menghargai jalan-jalan-Nya yang menakjubkan dan tergerak untuk mendekat kepada-Nya.

      Apakah Keadilan Itu?

      4. Dari sudut pandang manusia, bagaimana keadilan sering kali dipahami?

      4 Dari sudut pandang manusia, keadilan sering kali dipahami semata-mata sebagai penerapan peraturan hukum secara adil. Buku Right and Reason—Ethics in Theory and Practice mengatakan bahwa ”keadilan berhubungan dengan hukum, kewajiban, hak, dan tugas, dan menjatuhkan vonis berdasarkan persamaan hak atau perlakuan yang pantas diterima seseorang”. Akan tetapi, keadilan Yehuwa tidak hanya menyangkut penerapan peraturan secara mekanis sekadar karena tugas atau kewajiban.

      5, 6. (a) Apa arti kata-kata dalam bahasa asli yang diterjemahkan ”keadilan”? (b) Apa artinya Allah adalah adil?

      5 Luas dan dalamnya keadilan Yehuwa dapat dipahami secara lebih baik dengan mempertimbangkan kata-kata dalam bahasa asli yang digunakan dalam Alkitab. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, ada tiga kata utama yang digunakan. Kata yang paling sering diterjemahkan ”keadilan” juga dapat diterjemahkan menjadi ”apa yang benar”. (Kejadian 18:19) Dua kata lainnya biasa diterjemahkan ”kebenaran”. Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata yang diterjemahkan ”kebenaran” didefinisikan sebagai ”sifat benar atau adil”. Kalau begitu, pada dasarnya kebenaran dan keadilan sangat berkaitan.​—Amos 5:24.

      6 Jadi, sewaktu mengatakan bahwa Allah adalah adil, Alkitab memberi tahu kita bahwa Dia melakukan apa yang benar dan adil dan bahwa Dia melakukannya dengan sangat konsisten, tanpa sikap berat sebelah. (Roma 2:11) Sungguh tidak masuk akal kalau Dia bertindak sebaliknya. Elihu yang setia menyatakan, ”Tidak mungkin Allah yang benar bertindak jahat, dan mustahil Yang Mahakuasa berbuat salah!” (Ayub 34:10) Memang, Yehuwa tidak mungkin bertindak dengan tidak adil. Mengapa? Karena dua alasan penting.

      7, 8. (a) Mengapa Yehuwa tidak dapat bertindak dengan tidak adil? (b) Apa yang menggerakkan Yehuwa untuk bersikap benar, atau adil, sewaktu berurusan dengan pribadi lain?

      7 Pertama, Dia kudus. Seperti yang kita ketahui dari Pasal 3, Yehuwa sepenuhnya murni dan lurus hati. Oleh karena itu, Dia tidak dapat bertindak dengan tidak benar, atau tidak adil. Coba pikirkan apa artinya hal itu. Kekudusan Bapak surgawi kita memberi kita alasan kuat untuk percaya bahwa Dia tidak akan pernah memperlakukan anak-anak-Nya dengan buruk. Yesus memiliki kepercayaan semacam itu. Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, dia berdoa, ”Bapak yang kudus, jagalah mereka [murid-murid] demi nama-Mu.” (Yohanes 17:11) ”Bapak yang kudus”—dalam Kitab Suci, bentuk sapaan tersebut hanya ditujukan kepada Yehuwa. Hal itu sangatlah tepat, karena tidak ada bapak manusia yang setara dengan-Nya dalam hal kekudusan. Yesus memiliki kepercayaan penuh bahwa murid-muridnya akan aman dalam tangan Bapaknya, pribadi yang benar-benar murni dan bersih serta sama sekali terpisah dari semua dosa.​—Matius 23:9.

      8 Kedua, kasih yang tidak mementingkan diri tidak dapat dipisahkan dari kepribadian Allah. Kasih demikian menggerakkan Dia untuk bersikap benar, atau adil, dalam berurusan dengan pribadi-pribadi lain. Namun, ketidakadilan dengan berbagai bentuknya—termasuk rasialisme, diskriminasi, dan sikap berat sebelah—sering kali muncul dari ketamakan dan egoisme, sifat-sifat yang bertolak belakang dengan kasih. Sehubungan dengan Allah kasih ini, Alkitab meyakinkan kita, ”Yehuwa itu benar; Dia menyukai perbuatan yang benar.” (Mazmur 11:7) Yehuwa berkata mengenai diri-Nya, ”Aku, Yehuwa, mencintai keadilan.” (Yesaya 61:8) Tidakkah kita terhibur karena tahu bahwa Allah kita senang melakukan apa yang benar, atau adil?​—Yeremia 9:24.

      Belas Kasihan dan Keadilan Yehuwa yang Sempurna

      9-11. (a) Apa hubungan antara keadilan Yehuwa dan belas kasihan-Nya? (b) Bagaimana keadilan Yehuwa dan juga belas kasihan-Nya nyata dalam cara Dia berurusan dengan manusia yang berdosa?

      9 Keadilan Yehuwa, seperti halnya setiap segi lain dari kepribadian-Nya yang tiada duanya, sempurna, yaitu tidak kurang dalam segi apa pun. Sewaktu memuji Yehuwa, Musa menulis, ”Gunung Batu, sempurna tindakan-Nya, semua jalan-Nya adil. Allah yang setia, yang selalu adil; Dia benar dan lurus hati.” (Ulangan 32:3, 4) Setiap pernyataan keadilan Yehuwa tanpa cacat—tidak pernah terlalu lunak, tidak pernah terlalu keras.

      10 Keadilan Yehuwa berhubungan erat dengan belas kasihan-Nya. Mazmur 116:5 berkata, ”Yehuwa itu iba hati dan benar [”adil”, Terjemahan Baru-LAI]; Allah kita berbelaskasihan.” Ya, Yehuwa adil dan berbelaskasihan. Kedua sifat itu tidaklah bertentangan. Dia mempertunjukkan belas kasihan bukan untuk melunakkan keadilan-Nya, seolah-olah jika Dia tidak mempertunjukkannya, keadilan-Nya akan terlampau keras. Sebaliknya, Dia sering mempertunjukkan kedua sifat tersebut pada waktu yang sama, bahkan pada tindakan yang sama. Perhatikan sebuah contoh.

      11 Semua manusia mewarisi dosa dan karena itu pantas menerima hukuman dosa—kematian. (Roma 5:12) Tetapi, Yehuwa tidak senang melihat kematian para pedosa. Dia adalah ”Allah yang siap mengampuni, beriba hati, berbelaskasihan”. (Nehemia 9:17) Namun, karena kudus, Dia tidak dapat membiarkan tindakan yang salah. Kalau begitu, bagaimana Dia dapat menunjukkan belas kasihan kepada umat manusia yang mewarisi dosa? Jawabannya terdapat dalam salah satu kebenaran Firman Allah yang paling berharga: penyelenggaraan Yehuwa berupa suatu tebusan bagi keselamatan umat manusia. Kita akan belajar lebih banyak mengenai penyelenggaraan yang pengasih ini di Pasal 14. Penyelenggaraan tersebut sepenuhnya adil dan sekaligus sangat menonjol dalam belas kasihan. Melalui penyelenggaraan itu, Yehuwa dapat mempertunjukkan belas kasihan yang lembut terhadap para pedosa yang bertobat seraya mempertahankan standar keadilan-Nya yang sempurna.​—Roma 3:21-26.

      Keadilan Yehuwa Menghangatkan Hati

      12, 13. (a) Mengapa keadilan Yehuwa mendekatkan kita kepada-Nya? (b) Kesimpulan apa yang Daud capai sehubungan dengan keadilan Yehuwa, dan bagaimana hal itu dapat menghibur kita?

      12 Keadilan Yehuwa bukanlah suatu sifat yang dingin yang menjauhkan kita dari-Nya, melainkan suatu sifat yang menarik yang mendekatkan kita kepada-Nya. Alkitab dengan jelas menggambarkan sifat iba hati dari keadilan, atau kebenaran, Yehuwa. Marilah kita perhatikan beberapa cara yang menghangatkan hati yang Yehuwa gunakan dalam menjalankan keadilan-Nya.

      13 Keadilan Yehuwa yang sempurna menggerakkan Dia untuk menunjukkan kesetiaan kepada hamba-hamba-Nya. Melalui pengalamannya sendiri, sang pemazmur Daud memahami dan menghargai segi ini dari keadilan Yehuwa. Dari pengalamannya itu dan dari pemelajarannya tentang jalan-jalan Allah, kesimpulan apa yang Daud capai? Dia menyatakan, ”Yehuwa mencintai keadilan, dan Dia tidak akan meninggalkan hamba-hamba-Nya yang setia. Mereka akan selalu dijaga.” (Mazmur 37:28) Sungguh suatu jaminan yang menghibur! Allah kita tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang setia kepada-Nya barang sedetik pun. Oleh karena itu, kita dapat mengandalkan kedekatan-Nya dan pemeliharaan-Nya yang pengasih. Keadilan-Nya adalah jaminannya!​—Amsal 2:7, 8.

      14. Bagaimana kepedulian Yehuwa terhadap orang yang kurang beruntung nyata dalam Hukum yang Dia berikan kepada Israel?

      14 Keadilan ilahi cepat tanggap akan kebutuhan orang yang menderita. Kepedulian Yehuwa terhadap orang yang kurang beruntung nyata dalam Hukum yang Dia berikan kepada Israel. Sebagai contoh, Hukum mengadakan penyelenggaraan khusus guna memastikan agar para yatim piatu dan janda terpelihara. (Ulangan 24:17-21) Menyadari keluarga-keluarga tersebut bisa jadi susah hidupnya, Yehuwa sendiri menjadi Hakim dan Pelindung mereka yang pengasih, Pribadi yang ”memberikan keadilan bagi anak yatim dan janda”.a (Ulangan 10:18; Mazmur 68:5) Yehuwa memperingatkan orang Israel bahwa jika mereka menyusahkan wanita dan anak-anak yang tak berdaya, Dia pasti akan mendengar keluhan orang-orang tersebut. Dia menyatakan, ”Aku akan sangat marah.” (Keluaran 22:22-24) Meskipun kemarahan bukan salah satu sifat dominan Yehuwa, tindak ketidakadilan yang disengaja dapat membangkitkan kemarahan-Nya yang benar, khususnya jika korbannya adalah orang-orang kecil dan tak berdaya.​—Mazmur 103:6.

      15, 16. Apa bukti yang benar-benar menakjubkan akan sifat Yehuwa yang tidak berat sebelah?

      15 Yehuwa juga meyakinkan kita bahwa Dia ”tidak berat sebelah kepada siapa pun dan tidak menerima suap”. (Ulangan 10:17) Berbeda dengan banyak manusia yang memiliki kuasa atau pengaruh, Yehuwa tidak terpengaruh oleh kekayaan materi atau penampilan. Dia sepenuhnya bebas dari prasangka atau favoritisme. Pikirkanlah bukti yang sangat menakjubkan berkenaan dengan sifat Yehuwa yang tidak berat sebelah. Kesempatan untuk menjadi penyembah-Nya yang sejati, dengan prospek kehidupan tanpa akhir, tidaklah dibatasi untuk segelintir orang elite. Sebaliknya, ”semua orang dari bangsa mana pun yang takut kepada-Nya dan melakukan apa yang benar diterima oleh-Nya”. (Kisah 10:34, 35) Prospek yang menakjubkan ini terbuka bagi semua orang tidak soal status sosial mereka, warna kulit mereka, atau negeri tempat mereka tinggal. Bukankah itu penerapan terbaik keadilan sejati?

      16 Ada aspek lain dari keadilan Yehuwa yang sempurna yang layak kita pertimbangkan dan respek: cara Dia berurusan dengan para pelanggar standar-standar-Nya yang benar.

      Tidak Bebas dari Hukuman

      17. Jelaskan alasannya ketidakadilan dalam dunia ini tidak dapat menimbulkan keraguan terhadap keadilan Yehuwa.

      17 Ada yang mungkin bertanya-tanya, ’Karena Yehuwa tidak menyetujui perbuatan salah, bagaimana kita dapat menjelaskan maraknya penderitaan yang tidak adil dan praktek-praktek bejat dalam dunia ini?’ Ketidakadilan semacam itu tidak dapat menimbulkan keraguan terhadap keadilan Yehuwa. Banyak ketidakadilan yang terjadi dalam dunia yang fasik ini merupakan konsekuensi dosa yang diwarisi umat manusia dari Adam. Dalam dunia tempat umat manusia memilih haluan mereka sendiri yang berdosa, ketidakadilan merajalela—tetapi tidak akan lama.​—Ulangan 32:5.

      18, 19. Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa tidak akan selamanya menoleransi mereka yang sengaja melanggar hukum-hukum-Nya yang benar?

      18 Walaupun memperlihatkan belas kasihan yang besar terhadap mereka yang dengan tulus mendekat kepada-Nya, Yehuwa tidak akan selamanya menoleransi keadaan yang mendatangkan cela ke atas nama-Nya yang kudus. (Mazmur 74:10, 22, 23) Allah keadilan tidak dapat dipermainkan; Dia tidak akan melindungi orang-orang yang dengan sengaja berbuat dosa dari hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka. Yehuwa adalah ”Allah yang berbelaskasihan dan iba hati, tidak cepat marah dan berlimpah dengan kasih setia dan kebenaran, . . . tapi Dia tidak akan membebaskan orang jahat dari hukuman”. (Keluaran 34:6, 7) Selaras dengan kata-kata di atas, Yehuwa kadang-kadang merasa perlu untuk melaksanakan penghakiman ke atas mereka yang dengan sengaja melanggar hukum-hukum-Nya yang benar.

      19 Perhatikan, misalnya, cara Allah berurusan dengan Israel zaman dahulu. Setelah menetap di Negeri Perjanjian pun, orang Israel berulang kali jatuh kepada ketidaksetiaan. Meskipun haluan mereka yang bejat ’menyakiti hati’ Yehuwa, Dia tidak langsung mencampakkan mereka. (Mazmur 78:38-41) Sebaliknya, dengan penuh belas kasihan Dia mengulurkan kesempatan kepada mereka untuk mengubah haluan mereka. Dia memohon, ”Kematian orang jahat tidak membuat-Ku senang. Aku senang kalau orang jahat mengubah tingkah lakunya dan tetap hidup. Orang Israel, berbaliklah, berbaliklah dari tingkah laku kalian yang jahat. Kenapa kalian harus mati?” (Yehezkiel 33:11) Karena memandang kehidupan sebagai sesuatu yang berharga, Yehuwa berulang kali mengutus para nabi-Nya agar orang Israel dapat berbalik dari jalan mereka yang jahat. Tetapi, secara keseluruhan, bangsa yang keras hati tersebut menolak untuk mendengarkan dan bertobat. Akhirnya, demi nama-Nya yang kudus dan semua makna yang terkandung dalam nama-Nya, Yehuwa menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka.​—Nehemia 9:26-30.

      20. (a) Apa yang dapat kita pelajari tentang Yehuwa dari cara Dia berurusan dengan Israel? (b) Mengapa sungguh tepat jika singa dikaitkan dengan kehadiran dan takhta Allah?

      20 Cara Yehuwa berurusan dengan Israel mengajar kita banyak hal mengenai Dia. Kita belajar bahwa mata-Nya yang bisa melihat segala sesuatu memperhatikan perbuatan yang tidak adil dan bahwa Dia sangat terpengaruh oleh apa yang dilihat-Nya. (Amsal 15:3) Juga, sangatlah menenteramkan hati untuk tahu bahwa Dia mencari kesempatan untuk memperlihatkan belas kasihan jika ada dasar untuk itu. Lagi pula, kita belajar bahwa keadilan-Nya tidak pernah dilaksanakan secara tergesa-gesa. Karena kesabaran Yehuwa, banyak orang dengan salah menyimpulkan bahwa Dia tidak akan pernah melaksanakan penghakiman atas orang fasik. Namun, kesimpulan tersebut sangat keliru, karena cara Allah berurusan dengan Israel juga mengajar kita bahwa kesabaran ilahi ada batasnya. Yehuwa tegas demi kebenaran. Tidak seperti manusia, yang sering kali menciut dalam menjalankan keadilan, Dia tidak pernah kehilangan keberanian dalam menegakkan apa yang benar. Sungguh tepat jika singa yang melambangkan keadilan yang tak kenal gentar dikaitkan dengan kehadiran dan takhta Allah.b (Yehezkiel 1:10; Wahyu 4:7) Oleh karena itu, kita dapat yakin bahwa Dia akan memenuhi janji-Nya untuk mengenyahkan ketidakadilan dari bumi ini. Ya, cara Dia menghakimi dapat disimpulkan sebagai berikut: tegas jika perlu, berbelaskasihan jika mungkin.​—2 Petrus 3:9.

      Mendekat kepada Allah Keadilan

      21. Sewaktu merenungkan cara Yehuwa menjalankan keadilan, bagaimana hendaknya kita membayangkan Dia, dan mengapa?

      21 Sewaktu merenungkan cara Yehuwa menjalankan keadilan, kita hendaknya tidak membayangkan Dia sebagai seorang hakim yang dingin dan kaku yang hanya berminat menjatuhkan vonis ke atas para pelaku kesalahan. Sebaliknya, kita hendaknya membayangkan Dia sebagai seorang Bapak yang pengasih tetapi tegas yang selalu menggunakan cara terbaik dalam berurusan dengan anak-anak-Nya. Sebagai Bapak yang adil, atau benar, Yehuwa menyeimbangkan ketegasan untuk apa yang benar dengan keibaan hati yang lembut terhadap anak-anak-Nya di bumi, yang membutuhkan bantuan dan pengampunan-Nya.​—Mazmur 103:10, 13.

      22. Dengan bimbingan keadilan-Nya, Yehuwa memungkinkan kita memiliki prospek apa, dan mengapa Dia menggunakan cara ini dalam berurusan dengan kita?

      22 Betapa bersyukurnya kita karena keadilan ilahi mencakup lebih dari sekadar menjatuhkan vonis ke atas para pelaku kesalahan! Dengan bimbingan keadilan-Nya, Yehuwa memungkinkan kita memiliki prospek yang benar-benar menggetarkan—kehidupan yang sempurna dan tanpa akhir di dunia, yang di dalamnya ”semua orang akan selalu melakukan apa yang benar”. (2 Petrus 3:13) Allah kita menggunakan cara ini untuk berurusan dengan kita karena keadilan-Nya memotivasi Dia untuk mencari cara agar dapat menyelamatkan kita dan bukannya menghukum kita. Ya, pengertian yang lebih baik tentang ruang lingkup keadilan Yehuwa akan mendekatkan kita kepada-Nya! Di pasal-pasal selanjutnya, kita akan mencermati bagaimana Yehuwa mempertunjukkan sifat yang sangat bagus ini.

      a Istilah ”anak yatim” menunjukkan bahwa Yehuwa tidak hanya sangat peduli kepada anak lelaki yatim, tapi juga kepada anak perempuan yatim. Yehuwa menyertakan di dalam Hukum sebuah catatan mengenai keputusan hukum yang memastikan warisan bagi putri-putri yatim Zelofehad. Keputusan tersebut menjadi suatu preseden, dengan demikian menjunjung hak anak perempuan yatim.​—Bilangan 27:1-8.

      b Menarik sekali, Yehuwa menyamakan diri-Nya dengan seekor singa sewaktu melaksanakan penghakiman atas Israel yang tidak setia.​—Yeremia 25:38; Hosea 5:14.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Yeremia 18:1-11 Bagaimana Yehuwa mengajar Yeremia bahwa Dia tidak terburu-buru dalam menjatuhkan hukuman?

      • Habakuk 1:1-4, 13; 2:2-4 Bagaimana Yehuwa meyakinkan Habakuk bahwa Dia tidak akan selamanya menoleransi ketidakadilan?

      • Zakharia 7:8-14 Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap orang yang menginjak-injak hak orang lain?

      • Roma 2:3-11 Atas dasar apa Yehuwa menghakimi individu-individu dan juga bangsa-bangsa?

  • ”Apakah Allah Tidak Adil?”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Lot dan kedua putrinya tiba di Zoar dengan selamat. Di belakang mereka, terlihat Sodom dan Gomora yang sedang dihujani api dan belerang.

      PASAL 12

      ”Apakah Allah Tidak Adil?”

      1. Bagaimana kita bisa terpengaruh oleh contoh-contoh ketidakadilan?

      SIMPANAN seumur hidup seorang janda yang lanjut usia terkuras karena penipuan. Seorang bayi yang tak berdaya ditelantarkan oleh ibu yang tak berperasaan. Seorang pria dipenjarakan karena kejahatan yang tidak pernah dia lakukan. Bagaimana reaksi Saudara terhadap peristiwa-peristiwa tersebut? Kemungkinan besar, semua peristiwa itu meresahkan Saudara, dan hal itu tidaklah mengherankan. Kita sebagai manusia memiliki kepekaan yang kuat untuk membedakan yang benar dan yang salah. Sewaktu ketidakadilan terjadi, kita sangat marah. Kita menginginkan korbannya mendapat ganti rugi dan si pelanggar dihukum. Jika hal itu tidak terjadi, kita mungkin bertanya-tanya, ’Apakah Allah melihat apa yang terjadi? Mengapa Dia tidak bertindak?’

      2. Bagaimana reaksi Habakuk terhadap ketidakadilan, dan mengapa Yehuwa tidak mengecam dia atas hal itu?

      2 Sepanjang sejarah, hamba-hamba Yehuwa yang setia telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan serupa. Misalnya, Nabi Habakuk berdoa kepada Allah, ”Mengapa engkau menyebabkan aku menyaksikan ketidakadilan yang mengerikan? Mengapa engkau membiarkan kekerasan, pelanggaran hukum, kejahatan, dan kekejaman merajalela di mana-mana?” (Habakuk 1:3, Contemporary English Version) Yehuwa tidak mengecam Habakuk karena permintaannya yang terus terang untuk mendapat kejelasan, sebab Dia-lah pribadi yang menanamkan konsep keadilan ke dalam diri manusia. Ya, Yehuwa telah mengaruniai kita sejumlah kecil rasa keadilan-Nya yang amat dalam.

      Yehuwa Membenci Ketidakadilan

      3. Mengapa dapat dikatakan bahwa Yehuwa lebih tahu tentang ketidakadilan daripada kita?

      3 Yehuwa bukannya kurang peka akan ketidakadilan. Dia melihat apa yang sedang terjadi. Sehubungan dengan zaman Nuh, Alkitab memberi tahu kita, ”Yehuwa melihat bahwa kejahatan di bumi sangat parah. Pikiran dan keinginan hati manusia selalu jahat.” (Kejadian 6:5) Perhatikan hal-hal yang tersangkut dalam pernyataan tersebut. Sering kali, persepsi kita berkenaan dengan ketidakadilan hanya berdasarkan beberapa peristiwa, baik yang kita dengar maupun yang kita alami sendiri. Sebaliknya, Yehuwa mengetahui ketidakadilan dalam skala global. Dia melihat semuanya! Lebih dari itu, Dia dapat mengetahui kecenderungan hati—cara berpikir yang bejat di balik tindakan yang tidak adil.​—Yeremia 17:10.

      4, 5. (a) Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa peduli terhadap mereka yang telah diperlakukan dengan tidak adil? (b) Bagaimana Yehuwa sendiri mengalami ketidakadilan?

      4 Namun, Yehuwa tidak sekadar memperhatikan ketidakadilan. Dia juga peduli terhadap mereka yang menjadi korbannya. Sewaktu umat-Nya diperlakukan dengan kejam oleh bangsa-bangsa musuh, Yehuwa bersusah hati ”mendengar mereka menjerit ketika ditindas dan dianiaya”. (Hakim 2:18) Mungkin Saudara pernah mengamati bahwa semakin sering orang-orang melihat ketidakadilan, semakin tumpul perasaan mereka terhadap hal itu. Tidak demikian halnya dengan Yehuwa! Selama kira-kira 6.000 tahun, Dia telah melihat seluruh lingkup ketidakadilan, tetapi kebencian-Nya akan ketidakadilan tidak pernah goyah. Sebaliknya, Alkitab meyakinkan kita bahwa hal-hal seperti ”lidah yang berdusta”, ”tangan yang membunuh orang tak bersalah”, dan ”saksi palsu yang selalu berdusta” adalah hal-hal yang memuakkan bagi-Nya.​—Amsal 6:16-19.

      5 Juga, pertimbangkan kritikan pedas Yehuwa terhadap para pemimpin yang tidak adil di Israel. ”Tidakkah kalian seharusnya tahu apa yang adil?” Dia mengilhami nabi-Nya untuk bertanya kepada mereka. Setelah menguraikan penyalahgunaan kekuasaan mereka dengan bahasa yang hidup, Yehuwa menubuatkan kesudahan pria-pria yang bejat itu, ”Mereka akan meminta tolong kepada Yehuwa, tapi Dia tidak akan menjawab mereka. Pada waktu itu Dia akan membuang muka, karena perbuatan mereka jahat.” (Mikha 3:1-4) Betapa muaknya Yehuwa terhadap ketidakadilan! Ya, Dia sendiri sudah mengalaminya! Selama ribuan tahun, Setan mencela Dia secara tidak adil. (Amsal 27:11) Selain itu, Yehuwa mengalami tindak ketidakadilan yang paling menyedihkan sewaktu Putra-Nya, yang ”tidak berbuat dosa”, dieksekusi sebagai seorang penjahat. (1 Petrus 2:22; Yesaya 53:9) Jelaslah, Yehuwa bukannya kurang peka ataupun bersikap masa bodoh terhadap keadaan orang yang menderita ketidakadilan.

      6. Bisa jadi, bagaimana reaksi kita jika diperhadapkan dengan ketidakadilan, dan mengapa?

      6 Meskipun demikian, sewaktu kita mengamati ketidakadilan—atau sewaktu kita sendiri menjadi korban dari perlakuan yang tidak adil—wajarlah jika kita bereaksi keras. Kita dibuat mirip dengan Allah, dan ketidakadilan benar-benar bertolak belakang dengan semua hal yang Yehuwa cerminkan. (Kejadian 1:27) Kalau begitu, mengapa Allah membiarkan ketidakadilan?

      Sebuah Sengketa Besar

      7. Uraikan bagaimana nama Yehuwa difitnah dan cara Dia memerintah dipertanyakan.

      7 Kita bisa mengetahui alasan Allah membiarkan ketidakadilan dengan mempelajari sebuah sengketa besar yang muncul di Taman Eden. Seperti yang telah kita lihat, Sang Pencipta mempunyai hak untuk memerintah atas seluruh bumi dan semua yang tinggal di dalamnya. (Mazmur 24:1; Wahyu 4:11) Akan tetapi, pada awal sejarah manusia, nama Yehuwa difitnah dan cara Dia memerintah dipertanyakan. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Yehuwa memerintahkan manusia pertama, Adam, untuk tidak makan dari pohon tertentu di taman yang adalah rumah Firdausnya. Dan, jika dia tidak taat? ”Kamu pasti akan mati,” kata Allah kepadanya. (Kejadian 2:17) Perintah Allah tidak menyusahkan Adam maupun istrinya, Hawa. Meskipun demikian, Setan meyakinkan Hawa bahwa Allah terlalu mengekang. Bagaimana jika Hawa memakan buah pohon itu? Setan segera memberi tahu Hawa, ”Kalian pasti tidak akan mati. Sebenarnya Allah tahu bahwa kalau kalian makan buah itu, hari itu juga mata kalian akan terbuka dan kalian akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”​—Kejadian 3:1-5.

      8. (a) Apa yang tersirat dalam pernyataan Setan kepada Hawa? (b) Sehubungan dengan nama Allah dan cara-Nya memerintah, apa yang Setan gugat?

      8 Melalui pernyataan tersebut, Setan tidak hanya menyiratkan bahwa Yehuwa telah menahan suatu informasi penting bagi Hawa tetapi juga bahwa Dia telah berdusta kepadanya. Setan membuat Hawa meragukan Pribadi seperti apa Yehuwa itu. Dengan begitu, Setan menghina nama Yehuwa dan mempertanyakan cara Yehuwa memerintah. Setan berhati-hati untuk tidak mempertanyakan fakta bahwa Allah adalah Penguasa atas segala sesuatu. Tetapi, dia menggugat keabsahan dan kelayakan dari hal itu. Dengan kata lain, dia berkukuh bahwa Yehuwa tidak memerintah dengan cara yang benar dan demi kepentingan terbaik makhluk-makhluk yang berada di bawah wewenang-Nya.

      9. (a) Bagi Adam dan Hawa, apa konsekuensi ketidaktaatan mereka, dan pertanyaan-pertanyaan penting apa yang ditimbulkannya? (b) Mengapa Yehuwa tidak membinasakan saja para pemberontak tersebut?

      9 Belakangan, Adam dan Hawa tidak menaati Yehuwa dengan makan buah dari pohon terlarang itu. Ketidaktaatan mereka, membuat mereka layak mendapat hukuman mati, seperti yang telah Allah tetapkan. Dusta Setan menimbulkan beberapa pertanyaan penting. Apakah Yehuwa benar-benar berhak memerintah umat manusia, atau apakah sebaiknya manusia memerintah dirinya sendiri? Apakah Yehuwa memerintah dengan sebaik mungkin? Yehuwa dapat menggunakan kuasa-Nya yang sangat besar untuk membinasakan para pemberontak tersebut seketika itu juga. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang muncul tidak berhubungan dengan kuasa Allah, tapi berhubungan dengan nama Allah, yang mencakup cara Dia memerintah. Jadi, membinasakan Adam, Hawa, dan Setan tidak akan membuktikan bahwa Allah memerintah dengan cara yang benar. Sebaliknya, hal itu bisa jadi akan membuat pemerintahan-Nya semakin dipertanyakan. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah manusia dapat berhasil memerintah diri sendiri, lepas dari Allah, adalah dengan membiarkan waktu berlalu.

      10. Apa yang disingkapkan oleh sejarah sehubungan dengan pemerintahan manusia?

      10 Apa yang disingkapkan oleh berlalunya waktu? Milenium berganti milenium, orang-orang telah bereksperimen dengan banyak bentuk pemerintahan, termasuk autokrasi, demokrasi, sosialisme, dan komunisme. Hasil akhir dari semuanya itu diringkaskan dalam komentar Alkitab yang terus terang ini, ”Manusia menguasai manusia sehingga merugikan diri sendiri.” (Pengkhotbah 8:9) Sungguh beralasan apabila Nabi Yeremia berkata, ”Oh Yehuwa, aku tahu benar bahwa manusia tidak berkuasa menentukan jalan hidupnya sendiri. Manusia bahkan tidak berkuasa mengarahkan langkahnya.”​—Yeremia 10:23.

      11. Mengapa Yehuwa membiarkan umat manusia mengalami penderitaan?

      11 Sejak awal mula, Yehuwa sudah tahu bahwa keinginan manusia untuk merdeka, atau memerintah diri sendiri, akan menghasilkan banyak penderitaan. Kalau begitu, apakah Dia tidak adil karena mengizinkan situasi yang tak terelakkan ini berlangsung terus? Sama sekali tidak! Sebagai ilustrasi: Seumpama Saudara memiliki seorang anak dan dia harus dioperasi untuk mengobati suatu penyakit yang mengancam kehidupannya. Saudara sadar bahwa operasi tersebut akan membuat anak Saudara menderita sampai taraf tertentu, dan hal itu amat memedihkan hati Saudara. Pada waktu yang sama, Saudara tahu bahwa prosedur tersebut memungkinkan anak Saudara menikmati kesehatan yang lebih baik dalam hidupnya di kemudian hari. Demikian pula, Allah tahu—dan bahkan menubuatkan—bahwa izin yang Dia berikan kepada manusia untuk memerintah akan membawa kepedihan hati dan penderitaan sampai taraf tertentu. (Kejadian 3:16-19) Tetapi, Dia juga tahu bahwa kelegaan yang langgeng dan penuh arti dimungkinkan hanya jika Dia membiarkan seluruh umat manusia melihat sendiri hasil-hasil buruk dari pemberontakan. Dengan cara ini, sengketa tersebut dapat diselesaikan secara permanen, untuk selama-lamanya.

      Sengketa Integritas Manusia

      12. Seperti yang digambarkan dalam kasus Ayub, tuduhan apa yang Setan lontarkan terhadap manusia?

      12 Ada aspek lain lagi dari masalah ini. Sewaktu menggugat keabsahan pemerintahan Allah dan cara Dia menjalankan pemerintahan-Nya itu, Setan tidak hanya memfitnah nama Yehuwa dan hak-Nya untuk memerintah. Dia juga memfitnah hamba-hamba Allah sehubungan dengan integritas mereka. Sebagai contoh, perhatikan apa yang Setan katakan kepada Yehuwa sehubungan dengan Ayub, pria yang benar, ”Bukankah selama ini Engkau melindungi dia, keluarganya, dan semua miliknya? Pekerjaannya juga Engkau berkati, dan ternaknya terus bertambah. Sekarang, coba ulurkan tangan-Mu dan ambil semua yang dia miliki. Dia pasti mengutuki Engkau di depan muka-Mu.”​—Ayub 1:10, 11.

      13. Apa yang Setan siratkan melalui tuduhannya sehubungan dengan Ayub, dan bagaimana hal itu melibatkan seluruh umat manusia?

      13 Setan berargumen bahwa Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi agar dapat membeli pengabdian Ayub. Alhasil, argumen Setan tersebut menyiratkan bahwa integritas Ayub hanyalah kemunafikan belaka, bahwa dia menyembah Allah hanya karena pamrih. Setan berkeras bahwa jika Ayub tidak mendapat berkat Allah, pria itu akan mengutuk Penciptanya. Setan tahu bahwa Ayub terkenal sebagai seorang pria yang ”lurus hati, berintegritas, takut kepada [Allah], dan menjauhi apa yang buruk”.a Jadi, seandainya Setan dapat mematahkan integritas Ayub, apa lagi yang dapat dikatakan sehubungan dengan manusia lainnya? Dengan demikian, Setan benar-benar mempertanyakan kesetiaan semua orang yang ingin melayani Allah. Sesungguhnya, untuk memperlebar masalahnya, Setan mengatakan kepada Yehuwa, ”Orang akan menyerahkan apa pun yang dia miliki demi mempertahankan nyawanya.”​—Ayub 1:8; 2:4.

      14. Apa yang ditunjukkan oleh sejarah sehubungan dengan tuduhan Setan terhadap manusia?

      14 Sejarah telah menunjukkan bahwa banyak orang, seperti halnya Ayub, tetap setia kepada Yehuwa meskipun menghadapi pencobaan—bertentangan dengan pernyataan Setan. Mereka telah membuat hati Yehuwa gembira dengan haluan hidup mereka yang setia, dan hal itu menyediakan jawaban bagi Yehuwa atas celaan Setan yang membual bahwa manusia akan berhenti melayani Allah apabila mengalami kesukaran. (Ibrani 11:4-38) Ya, orang yang berhati jujur menolak untuk menyangkal Allah. Malah, sewaktu dibingungkan dengan keadaan-keadaan yang paling menyusahkan hati, mereka semakin bersandar pada Yehuwa agar memberi mereka kekuatan untuk bertekun.​—2 Korintus 4:7-10.

      15. Pertanyaan apa yang mungkin timbul sehubungan dengan penghakiman oleh Allah di masa lalu dan di masa depan?

      15 Namun, keadilan yang Yehuwa jalankan tidak hanya berkaitan dengan sengketa tentang hak-Nya untuk memerintah dan sengketa integritas manusia. Alkitab memberi kita catatan tentang penghakiman oleh Yehuwa sehubungan dengan individu-individu dan bahkan bangsa-bangsa secara keseluruhan. Alkitab juga berisi nubuat-nubuat mengenai penghakiman yang akan Dia laksanakan di masa depan. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa telah dan akan menghakimi dengan adil?

      Mengapa Keadilan Yehuwa Unggul

      Lot dan kedua putrinya tiba di Zoar dengan selamat. Di belakang mereka, terlihat Sodom dan Gomora yang sedang dihujani api dan belerang serta istri Lot yang sudah menjadi tiang garam.

      Yehuwa tidak akan pernah ”melenyapkan orang benar bersama orang jahat”

      16, 17. Contoh apa saja yang menunjukkan bahwa manusia memiliki sudut pandangan yang terbatas sehubungan dengan keadilan sejati?

      16 Mengenai Yehuwa, dengan tepat dapat dikatakan, ”Semua jalan-Nya adil.” (Ulangan 32:4) Tak seorang pun di antara kita dapat membuat pernyataan seperti itu mengenai diri kita sendiri, karena sudut pandangan kita yang terbatas terlalu sering mengaburkan persepsi kita tentang apa yang benar. Misalnya, pertimbangkan Abraham. Dia mengajukan permohonan kepada Yehuwa sehubungan dengan pembinasaan Sodom—meski kefasikan merajalela di sana. Dia bertanya kepada Yehuwa, ”Apa betul Engkau akan melenyapkan orang benar bersama orang jahat?” (Kejadian 18:23-33) Tentu saja, jawabannya adalah tidak. Setelah Lot yang benar dan putri-putrinya tiba dengan selamat di kota Zoar barulah Yehuwa ”menurunkan hujan api dan belerang ke atas Sodom”. (Kejadian 19:22-24) Sebaliknya, Yunus menjadi ”sangat marah” sewaktu Allah mengulurkan belas kasihan kepada orang-orang Niniwe. Karena telah mengumumkan pembinasaan mereka sebelumnya, Yunus mungkin baru puas apabila melihat mereka dimusnahkan—tidak soal pertobatan mereka yang sepenuh hati.​—Yunus 3:10–4:1.

      17 Yehuwa meyakinkan Abraham bahwa Dia menjalankan keadilan bukan hanya untuk membinasakan orang fasik melainkan juga untuk menyelamatkan orang benar. Di pihak lain, Yunus harus belajar bahwa Yehuwa itu berbelaskasihan. Jika orang fasik mengubah haluan mereka, Dia ”siap mengampuni”. (Mazmur 86:5) Berbeda dengan beberapa orang yang merasa kedudukannya terancam, Yehuwa tidak menjalankan penghukuman hanya untuk unjuk kekuasaan, juga Dia tidak menahan keibaan hati-Nya hanya karena takut akan dianggap lemah. Keinginan-Nya adalah memperlihatkan belas kasihan, kapan pun ada dasar untuk itu.​—Yesaya 55:7; Yehezkiel 18:23.

      18. Tunjukkan dari Alkitab bahwa Yehuwa tidak bertindak berdasarkan perasaan belaka.

      18 Akan tetapi, Yehuwa tidak semata-mata dibutakan oleh perasaan. Ketika umat-Nya terlibat dalam penyembahan berhala, Yehuwa dengan tegas menyatakan, ”Aku akan menghakimi kamu sesuai dengan tingkah lakumu dan menghukum kamu atas semua perbuatanmu yang memuakkan. Mata-Ku tidak akan kasihan kepadamu, dan Aku tidak akan iba hati. Aku akan membalasmu sesuai dengan tingkah lakumu.” (Yehezkiel 7:3, 4) Jadi, sewaktu manusia berkeras pada haluan mereka, Yehuwa menghakimi dengan setimpal. Tetapi, penghakiman-Nya berdasarkan bukti yang kuat. Karena itu, sewaktu keluhan keras mengenai Sodom dan Gomora sampai ke telinga-Nya, Yehuwa menyatakan, ”Aku akan turun untuk mencari tahu apakah perbuatan mereka memang seperti keluhan yang Aku dengar.” (Kejadian 18:20, 21) Betapa bersyukurnya kita bahwa Yehuwa berbeda dengan banyak orang yang terburu-buru mengambil kesimpulan sebelum mendengar semua faktanya! Sesungguhnya, Yehuwa itu sama seperti yang digambarkan Alkitab, ”Allah yang setia, yang selalu adil”.​—Ulangan 32:4.

      Yakinlah akan Keadilan Yehuwa

      19. Apa yang dapat kita lakukan jika kita memiliki pertanyaan yang membingungkan tentang cara Yehuwa menjalankan keadilan?

      19 Alkitab tidak menjawab setiap pertanyaan sehubungan dengan tindakan Yehuwa di masa lalu; juga tidak menyediakan setiap perincian tentang bagaimana Yehuwa akan melaksanakan penghakiman sehubungan dengan individu-individu dan kelompok-kelompok di masa depan. Sewaktu kita dibingungkan oleh catatan atau nubuat Alkitab yang kekurangan perincian semacam itu, kita dapat menunjukkan kesetiaan yang sama seperti Nabi Mikha, yang menulis, ”Saya akan sabar menunggu Allah keselamatan saya.”​—Mikha 7:7.

      20, 21. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan selalu melakukan apa yang benar?

      20 Kita dapat yakin bahwa dalam setiap situasi, Yehuwa akan melakukan apa yang benar. Bahkan, sewaktu ketidakadilan kelihatannya diabaikan oleh manusia, Yehuwa berjanji, ”Akulah yang berhak membalas; kejahatan mereka akan Kubalas.” (Roma 12:19) Apabila kita memperlihatkan sikap menanti, kita akan memiliki keyakinan yang teguh seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus, ”Apakah Allah tidak adil? Tidak mungkin begitu!”​—Roma 9:14.

      21 Sementara itu, kita hidup pada ’keadaan yang sulit dihadapi dan berbahaya’. (2 Timotius 3:1) Ketidakadilan dan ”penindasan” telah mengakibatkan banyak penganiayaan yang kejam. (Pengkhotbah 4:1) Akan tetapi, Yehuwa belum berubah. Dia masih membenci ketidakadilan, dan Dia sangat memedulikan mereka yang menjadi korbannya. Jika kita tetap setia kepada Yehuwa dan pemerintahan-Nya, Dia akan memberi kita kekuatan untuk bertekun hingga waktu yang ditetapkan ketika Dia akan membereskan semua ketidakadilan di bawah pemerintahan Kerajaan-Nya.​—1 Petrus 5:6, 7.

      a Mengenai Ayub, Yehuwa berkata, ”Tidak ada yang seperti dia di bumi.” (Ayub 1:8) Kemungkinan besar, Ayub hidup pada masa setelah kematian Yusuf dan sebelum Musa menjadi pemimpin Israel yang terlantik. Jadi, dapatlah dikatakan bahwa pada waktu itu tidak ada seorang pun yang memiliki integritas seperti Ayub.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Ulangan 10:17-19 Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa tidak berat sebelah dalam segala urusan-Nya?

      • Ayub 34:1-12 Apabila Saudara diperhadapkan dengan ketidakadilan, bagaimana kata-kata Elihu menguatkan keyakinan Saudara akan keadilan Allah?

      • Mazmur 1:1-6 Mengapa sangat menenteramkan hati untuk tahu bahwa Yehuwa menimbang dengan teliti tindakan-tindakan orang benar dan orang fasik?

      • Maleakhi 2:13-16 Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakadilan yang dilakukan kepada para wanita yang diceraikan suaminya tanpa dasar yang tepat?

  • ”Hukum Yehuwa Itu Sempurna”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Musa membawa dua lempeng batu bertuliskan Sepuluh Perintah.

      PASAL 13

      ”Hukum Yehuwa Itu Sempurna”

      1, 2. Mengapa banyak orang kurang menghargai hukum, tetapi bagaimana kita dapat memperkembangkan penghargaan akan hukum-hukum Allah?

      ”HUKUM bagaikan lubang yang tak berdasar, yang . . . melahap apa saja.” Pernyataan tersebut tercantum dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1712. Pengarangnya mengutuk suatu sistem hukum yang kadang-kadang membuat perkara hukum berlarut-larut di pengadilan selama bertahun-tahun, membangkrutkan para pencari keadilan. Di banyak negeri, sistem hukum dan peradilan begitu rumit, begitu sarat dengan ketidakadilan, prasangka, dan ketidakkonsistenan, sehingga hukum dihina di mana-mana.

      2 Sebagai kontras, perhatikan kata-kata ini yang ditulis sekitar 2.700 tahun yang lalu, ”Aku sungguh mencintai hukum-Mu!” (Mazmur 119:97) Mengapa sang pemazmur bisa memiliki perasaan demikian terhadap hukum? Karena hukum yang dia puji, bukan berasal dari pemerintah duniawi mana pun, melainkan dari Allah Yehuwa. Seraya mempelajari hukum-hukum Yehuwa, perasaan Saudara akan semakin sama dengan perasaan sang pemazmur. Melalui pemelajaran semacam itu, Saudara akan memahami pikiran Sang Penggagas Hukum Terbesar di alam semesta.

      Pemberi Hukum Tertinggi

      3, 4. Dengan cara apa saja Yehuwa telah terbukti sebagai Pemberi Hukum?

      3 ”Hanya ada satu Pemberi Hukum dan Hakim,” Alkitab memberi tahu kita. (Yakobus 4:12) Ya, Yehuwa adalah satu-satunya Pemberi Hukum yang sejati. Bahkan, pergerakan benda-benda angkasa dikendalikan oleh ”hukum-hukum langit” buatan-Nya. (Ayub 38:33, The New Jerusalem Bible) Berlaksa-laksa malaikat kudus Yehuwa juga dikendalikan oleh hukum ilahi, karena mereka diorganisasi ke dalam golongan-golongan tertentu dan melayani di bawah perintah Yehuwa sebagai pelayan-pelayan-Nya.​—Mazmur 104:4; Ibrani 1:7, 14.

      4 Yehuwa juga telah memberikan hukum-hukum kepada manusia. Kita masing-masing memiliki hati nurani, cerminan dari rasa keadilan Yehuwa. Sebagai suatu jenis hukum internal, hati nurani dapat membantu kita membedakan yang benar dari yang salah. (Roma 2:14) Orang tua kita yang pertama dikaruniai hati nurani yang sempurna, maka mereka hanya membutuhkan sedikit hukum. (Kejadian 2:15-17) Akan tetapi, manusia yang tak sempurna membutuhkan lebih banyak hukum sebagai penuntun dalam melakukan kehendak Allah. Para patriark seperti Nuh, Abraham, dan Yakub menerima hukum-hukum dari Allah Yehuwa dan menyampaikannya kepada keluarga mereka. (Kejadian 6:22; 9:3-6; 18:19; 26:4, 5) Yehuwa menjadi Pemberi Hukum dengan cara yang tidak pernah Dia lakukan sebelumnya ketika Dia memberikan sebuah kaidah Hukum kepada bangsa Israel melalui Musa. Kaidah hukum ini memberi kita pemahaman yang luas mengenai rasa keadilan Yehuwa.

      Hukum Musa—Suatu Rangkuman

      5. Apakah Hukum Musa merupakan seperangkat hukum yang rumit dan kompleks, dan mengapa Saudara menjawab demikian?

      5 Tampaknya, banyak orang berpikir bahwa Hukum Musa adalah seperangkat hukum yang rumit dan kompleks. Konsep tersebut sama sekali tidak benar. Seluruh kaidahnya memuat lebih dari 600 hukum. Hal itu mungkin kelihatannya sangat banyak, tetapi coba pikirkan: Pada akhir abad ke-20, hukum federal Amerika Serikat memenuhi lebih dari 150.000 halaman buku-buku hukum. Setiap dua tahun, kira-kira 600 hukum ditambahkan! Jadi, bicara soal jumlah, hukum manusia yang menggunung jauh lebih banyak daripada Hukum Musa. Namun, Hukum Allah mengatur orang Israel dalam bidang-bidang kehidupan yang bahkan tak tersentuh oleh hukum modern. Pertimbangkan tinjauan berikut.

      6, 7. (a) Apa perbedaan antara Hukum Musa dan kaidah hukum lainnya, dan apa perintah terbesar dalam Hukum tersebut? (b) Bagaimana orang Israel dapat menunjukkan bahwa mereka tunduk kepada pemerintahan Yehuwa?

      6 Hukum menjunjung Yehuwa sebagai Penguasa. Jadi, Hukum Musa jauh lebih unggul daripada kaidah hukum mana pun. Yang terbesar dari hukumnya adalah ini, ”Israel, dengarkanlah: Yehuwa itu Allah kita, Yehuwa itu esa. Kasihilah Yehuwa Allah kalian dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, dan seluruh kekuatan kalian.” Bagaimana umat Allah memperlihatkan kasih kepada-Nya? Mereka melayani Dia, tunduk kepada pemerintahan-Nya.​—Ulangan 6:4, 5; 11:13.

      7 Setiap orang Israel menunjukkan bahwa dia tunduk kepada pemerintahan Yehuwa dengan merespek dan menaati orang-orang yang diserahi wewenang atas dirinya. Para orang tua, pemimpin, hakim, imam, dan akhirnya raja, semuanya mewakili wewenang ilahi. Yehuwa memandang pemberontakan apa pun terhadap orang-orang yang berwenang tersebut sebagai pemberontakan terhadap diri-Nya. Di pihak lain, orang-orang yang berwenang tersebut berisiko terkena murka Allah jika mereka berlaku tidak adil atau bersikap pongah sewaktu berurusan dengan umat-Nya. (Keluaran 20:12; 22:28; Ulangan 1:16, 17; 17:8-20; 19:16, 17) Oleh karena itu, kedua belah pihak bertanggung jawab untuk menjunjung hak Allah untuk memerintah.

      8. Bagaimana Hukum menjunjung standar Yehuwa sehubungan dengan kekudusan?

      8 Hukum menjunjung standar Yehuwa sehubungan dengan kekudusan. Kata Ibrani yang biasanya diterjemahkan menjadi ”kudus” atau ”kekudusan” muncul lebih dari 280 kali dalam Hukum Musa. Hukum tersebut membantu umat Allah untuk membedakan apa yang bersih dan tidak bersih, murni dan tidak murni, dengan mencantumkan sekitar 70 hal yang bisa menyebabkan seorang Israel menjadi najis. Hukum-hukum itu juga menyinggung soal kebersihan fisik, pola makan, dan bahkan pembuangan kotoran. Hukum-hukum tersebut memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesehatan.a Namun, hukum-hukum itu memiliki tujuan yang lebih luhur—yaitu agar orang Israel tetap menyenangkan Yehuwa, terpisah dari praktek-praktek berdosa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekeliling mereka yang bejat. Perhatikan sebuah contoh.

      9, 10. Perjanjian Hukum menyertakan ketetapan apa saja sehubungan dengan hubungan seks dan persalinan, dan apa saja manfaat hukum-hukum tersebut?

      9 Ketetapan-ketetapan dalam perjanjian Hukum menyatakan bahwa hubungan seks—bahkan di kalangan orang yang sudah menikah—dan persalinan menyebabkan adanya suatu periode kenajisan. (Imamat 12:2-4; 15:16-18) Ketetapan-ketetapan tersebut tidaklah merendahkan pemberian-pemberian Allah yang suci ini. (Kejadian 1:28; 2:18-25) Sebaliknya, hukum-hukum tersebut menjunjung kekudusan Yehuwa, menjaga para penyembah-Nya agar bebas dari pencemaran. Patut diperhatikan bahwa bangsa-bangsa di sekeliling Israel cenderung mencampuradukkan ibadah dengan ritus-ritus seks dan kesuburan. Pelacuran pria dan wanita menjadi bagian dari agama orang Kanaan. Hal tersebut mengakibatkan dan menyebarkan kemerosotan dalam bentuk yang terburuk. Sebaliknya, Hukum membuat ibadah kepada Yehuwa sepenuhnya terpisah dari perkara-perkara seksual.b Ada juga manfaat-manfaat lain.

      10 Hukum-hukum tersebut berfungsi untuk mengajarkan sebuah kebenaran yang sangat penting.c Ingatlah, bagaimana noda dosa Adam diteruskan dari generasi ke generasi? Bukankah melalui hubungan seks dan persalinan? (Roma 5:12) Ya, Hukum Allah mengingatkan umat-Nya kepada kenyataan dosa yang selalu ada. Sesungguhnya, kita semua dilahirkan dalam dosa. (Mazmur 51:5) Kita membutuhkan pengampunan dan penebusan agar dapat mendekat kepada Allah kita yang kudus.

      11, 12. (a) Hukum menjunjung prinsip keadilan yang sangat penting apa? (b) Perlindungan terhadap penyimpangan keadilan apa yang tercakup dalam Hukum?

      11 Hukum menjunjung keadilan Yehuwa yang sempurna. Hukum Musa menjunjung prinsip kesepadanan, atau keseimbangan, dalam soal-soal keadilan. Sebagai contoh, Hukum menyatakan, ”Nyawa harus diganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.” (Ulangan 19:21) Dengan demikian, dalam kasus-kasus kriminal, hukuman harus setimpal dengan kejahatan. Aspek keadilan ilahi ini menjadi jiwa Hukum tersebut dan bagi zaman sekarang merupakan aspek penting untuk memahami korban tebusan Kristus Yesus, seperti yang akan ditunjukkan di Pasal 14.​—1 Timotius 2:5, 6.

      12 Hukum juga mencakup perlindungan terhadap penyimpangan keadilan. Sebagai contoh, dituntut setidak-tidaknya dua orang saksi agar dapat meneguhkan keabsahan suatu tuduhan. Bagi kesaksian palsu, ada hukuman yang berat. (Ulangan 19:15, 18, 19) Korupsi dan suap juga dilarang keras. (Keluaran 23:8; Ulangan 27:25) Bahkan, dalam kegiatan bisnis mereka, umat Allah harus menjunjung standar keadilan Yehuwa yang luhur. (Imamat 19:35, 36; Ulangan 23:19, 20) Kaidah hukum yang mulia dan adil tersebut merupakan berkat besar bagi orang Israel!

      Hukum yang Menekankan Belas Kasihan dan Perlakuan yang Adil dalam Perkara Hukum

      13, 14. Bagaimana Hukum menjunjung perlakuan yang adil terhadap pencuri dan korbannya?

      13 Apakah Hukum Musa merupakan sekumpulan peraturan yang kaku dan tak berbelaskasihan? Sama sekali tidak! Raja Daud diilhami untuk menulis, ”Hukum Yehuwa itu sempurna.” (Mazmur 19:7) Sebagaimana yang dia ketahui dengan baik, Hukum menjunjung belas kasihan dan perlakuan yang adil. Dengan cara bagaimana?

      14 Sekarang, di beberapa negeri, hukum tampak lebih lunak dan memihak kepada para penjahat daripada menunjukkan kepedulian kepada para korbannya. Sebagai contoh, si pencuri mungkin menghabiskan waktu di penjara. Sementara itu, si korban tetap kehilangan barang-barangnya yang dicuri, dan masih harus membayar pajak yang nantinya digunakan untuk mengakomodasi dan memberi makan penjahat tersebut. Di Israel zaman dahulu, tidak ada penjara seperti yang kita kenal sekarang. Ada batasan yang ketat sehubungan dengan kerasnya hukuman. (Ulangan 25:1-3) Seorang pencuri harus memberi ganti rugi kepada sang korban atas apa yang telah dicuri. Selain itu, si pencuri harus memberikan bayaran tambahan. Berapa banyak? Jumlahnya bervariasi. Tampaknya, para hakim diberi keleluasaan untuk menimbang sejumlah faktor, seperti pertobatan si pedosa. Hal tersebut membantu kita mengerti mengapa ganti rugi yang dituntut dari seorang pencuri berdasarkan Imamat 6:1-7 jauh lebih murah daripada yang dinyatakan dalam Keluaran 22:7.

      15. Bagaimana Hukum menjamin belas kasihan dan keadilan bagi seseorang yang secara tidak sengaja melakukan pembunuhan?

      15 Hukum dengan berbelaskasihan mengakui bahwa tidak semua kesalahan dilakukan dengan sengaja. Misalnya, sewaktu seorang pria secara tidak sengaja membunuh seseorang, dia tidak harus membayar nyawa ganti nyawa apabila dia mengambil tindakan yang tepat dengan lari ke salah satu kota perlindungan yang tersebar di seluruh Israel. Setelah para hakim yang cakap memeriksa kasusnya, dia harus tetap tinggal di kota perlindungan sampai sang imam besar meninggal. Setelah itu, dia bebas tinggal di mana pun dia suka. Dengan demikian, dia mendapat manfaat dari belas kasihan ilahi. Pada waktu yang sama, hukum itu menandaskan betapa besar nilai kehidupan manusia itu.​—Bilangan 15:30, 31; 35:12-25.

      16. Bagaimana Hukum melindungi beberapa hak pribadi?

      16 Hukum melindungi hak-hak pribadi. Perhatikan caranya hukum melindungi orang yang berutang. Hukum melarang seorang pemberi utang masuk ke rumah orang yang berutang untuk mengambil dengan paksa barang yang digunakan sebagai jaminan pinjaman. Sebaliknya, si pemberi utang harus tetap tinggal di luar dan membiarkan orang yang berutang menyerahkan jaminan tersebut kepadanya. Dengan demikian, rumah orang tersebut tetap terhormat. Jika si pemberi utang mengambil pakaian luar orang yang berutang sebagai jaminan, dia harus mengembalikannya pada waktu senja, karena orang yang berutang tersebut kemungkinan besar memerlukannya untuk menghangatkan dirinya pada malam hari.​—Ulangan 24:10-14.

      17, 18. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peperangan, bagaimana orang Israel berbeda dengan bangsa-bangsa lain, dan mengapa?

      17 Peperangan pun diatur oleh Hukum. Umat Allah berperang, bukan semata-mata guna memuaskan nafsu untuk berkuasa atau menaklukkan, melainkan untuk bertindak sebagai wakil Allah dalam ”Perang Yehuwa”. (Bilangan 21:14) Dalam banyak kasus, orang Israel pertama-tama harus menawarkan syarat-syarat untuk menyerah. Jika sebuah kota menolak tawaran tersebut, barulah orang Israel dapat mengepungnya—tetapi, menurut peraturan Allah. Tidak seperti banyak prajurit sepanjang sejarah, pria-pria dalam bala tentara Israel tidak diperbolehkan memerkosa wanita atau melakukan pembantaian yang sewenang-wenang. Mereka bahkan harus menghargai lingkungan, tidak menebang pohon buah-buahan musuh mereka.d Bala tentara bangsa lain tidak memiliki pembatasan semacam itu.​—Ulangan 20:10-15, 19, 20; 21:10-13.

      18 Apakah Saudara bergidik sewaktu mendengar bahwa di beberapa negeri, anak-anak pun dilatih untuk menjadi tentara? Di Israel zaman dahulu, tidak ada pria yang berusia di bawah 20 tahun yang direkrut untuk menjadi tentara. (Bilangan 1:2, 3) Bahkan seorang pria dewasa dibebastugaskan jika dia ditimpa rasa takut yang berlebihan. Seorang pria yang baru menikah dibebastugaskan selama setahun penuh sehingga sebelum memulai tugas yang berbahaya ini, dia bisa melihat kelahiran seorang ahli warisnya. Dengan cara ini, Hukum menjelaskan, sang suami yang masih muda dapat ”tinggal di rumah dan membahagiakan istrinya”.​—Ulangan 20:5, 6, 8; 24:5.

      19. Apa yang tercakup dalam Hukum untuk melindungi para wanita, anak-anak, keluarga, janda, dan anak yatim?

      19 Hukum juga melindungi para wanita, anak-anak, dan keluarga, serta memperhatikan mereka. Hukum memerintahkan para orang tua untuk terus-menerus memberikan perhatian dan pengajaran tentang hal-hal rohani kepada anak-anak mereka. (Ulangan 6:6, 7) Hukum melarangkan semua bentuk inses, dengan ancaman hukuman mati. (Imamat, pasal 18) Hukum juga melarangkan perzinaan, yang begitu sering memecah belah keluarga dan menghancurkan keamanan dan martabat keluarga. Para janda dan anak yatim diperhatikan dalam Hukum, dan Hukum menggunakan pernyataan-pernyataan yang paling keras untuk melarangkan perlakuan buruk terhadap mereka.​—Keluaran 20:14; 22:22-24.

      20, 21. (a) Mengapa Hukum Musa memperbolehkan poligami di antara orang Israel? (b) Sehubungan dengan perceraian, mengapa Hukum berbeda dengan standar yang belakangan Yesus pulihkan?

      20 Akan tetapi, sehubungan dengan hal ini, beberapa orang mungkin bertanya-tanya, ’Mengapa Hukum memperbolehkan poligami?’ (Ulangan 21:15-17) Kita perlu mempertimbangkan hukum-hukum yang mengatur hal ini dalam konteks zaman itu. Mereka yang menilai Hukum Musa dari sudut pandang zaman dan kebudayaan modern pasti akan menyalahartikannya. (Amsal 18:13) Standar-standar Yehuwa, yang dahulu ditetapkan di Eden, membuat pernikahan menjadi suatu ikatan yang langgeng antara satu suami dan satu istri. (Kejadian 2:18, 20-24) Akan tetapi, pada waktu Yehuwa memberikan Hukum kepada bangsa Israel, praktek-praktek seperti poligami telah berurat berakar selama berabad-abad. Yehuwa tahu betul bahwa umat-Nya yang ”keras kepala” akan sering gagal menaati perintah-perintah yang bahkan paling mendasar, seperti perintah yang melarangkan penyembahan berhala. (Keluaran 32:9) Oleh karena itu, dengan bijaksana dia tidak memilih zaman itu sebagai waktu untuk mereformasi semua praktek mereka yang berhubungan dengan perkawinan. Namun, ingatlah bahwa Yehuwa tidak menyelenggarakan poligami. Dia menggunakan Hukum Musa untuk menertibkan poligami di antara umat-Nya dan untuk mencegah perlakuan sewenang-wenang akibat praktek tersebut.

      21 Demikian pula, Hukum Musa memperbolehkan seorang pria menceraikan istrinya berdasarkan alasan-alasan serius yang cukup banyak ragamnya. (Ulangan 24:1-4) Yesus menyebut hal ini sebagai kelonggaran yang Allah buat bagi orang-orang Yahudi ”karena [mereka] keras kepala”. Tetapi, kelonggaran tersebut hanya bersifat sementara. Bagi para pengikutnya, Yesus memulihkan standar-standar Yehuwa yang semula untuk perkawinan.​—Matius 19:8.

      Hukum yang Menjunjung Kasih

      22. Dengan cara apa saja Hukum Musa menganjurkan kasih, dan kepada siapa saja?

      22 Dapatkah Saudara membayangkan suatu sistem hukum zaman modern yang menganjurkan kasih? Hukum Musa menjunjung kasih di atas segala hal lain. Buktinya, dalam buku Ulangan saja, kata yang biasanya diterjemahkan menjadi ”kasih” muncul lebih dari 20 kali dalam berbagai bentuk. ”Kasihilah sesama kalian seperti diri kalian sendiri” adalah perintah terbesar kedua dari seluruh Hukum. (Imamat 19:18; Matius 22:37-40) Umat Allah harus menunjukkan kasih seperti itu tidak hanya di kalangan mereka tetapi juga kepada penduduk asing yang berdiam di tengah-tengah mereka, mengingat bahwa orang Israel juga pernah menjadi penduduk asing. Mereka harus menunjukkan kasih kepada orang-orang yang miskin dan menderita, membantu mereka secara materi dan tidak mengambil keuntungan dari penderitaan mereka. Orang Israel bahkan diperintahkan untuk memperlakukan binatang beban dengan baik hati dan timbang rasa.​—Keluaran 23:6; Imamat 19:14, 33, 34; Ulangan 22:4, 10; 24:17, 18.

      23. Penulis Mazmur 119 tergerak untuk melakukan apa, dan apa yang dapat menjadi tekad kita?

      23 Bangsa lain mana yang diberkati dengan kaidah hukum semacam itu? Tidaklah mengherankan jika sang pemazmur menulis, ”Aku sungguh mencintai hukum-Mu!” Namun, kasihnya bukanlah perasaan semata. Kasih tersebut menggerakkan dia untuk bertindak, karena dia berjuang keras untuk menaati hukum itu dan untuk hidup selaras dengannya. Kemudian, dia melanjutkan, ”Aku memikirkannya sepanjang hari.” (Mazmur 119:11, 97) Ya, dia secara teratur menggunakan waktu untuk mempelajari hukum-hukum Yehuwa. Tak diragukan lagi, seraya melakukannya, kasihnya akan hukum-hukum tersebut bertambah. Pada waktu yang sama, kasihnya akan Sang Pemberi Hukum, Allah Yehuwa, juga bertumbuh. Seraya Saudara terus mempelajari hukum-hukum ilahi, semoga Saudara juga semakin dekat kepada Yehuwa, Sang Pemberi Hukum yang Agung dan Allah keadilan.

      a Misalnya, hukum yang menuntut agar kotoran manusia dikubur, orang sakit dikarantina, dan seseorang yang menyentuh mayat membasuh diri, berabad-abad lebih maju dibandingkan dengan pengetahuan pada masa itu.​—Imamat 13:4-8; Bilangan 19:11-13, 17-19; Ulangan 23:13, 14.

      b Kuil-kuil orang Kanaan memiliki ruangan-ruangan yang dikhususkan untuk kegiatan seksual sedangkan Hukum Musa menyatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan najis bahkan tidak boleh masuk ke dalam bait. Jadi, karena hubungan seks menyebabkan adanya suatu periode kenajisan, tak seorang pun dapat dengan sah menjadikan seks sebagai bagian dari ibadah di rumah Yehuwa.

      c Pengajaran adalah tujuan utama Hukum. Malah, Encyclopaedia Judaica mengomentari bahwa kata Ibrani untuk ”hukum”, toh·rahʹ, berarti ”instruksi”.

      d Hukum dengan lugas mengatakan, ”Pohon bukan manusia, jadi tidak harus diserang.” (Ulangan 20:19) Filo, seorang pakar Yahudi pada abad pertama, menyorot hukum ini dan menjelaskan bahwa Allah menganggap ”tidak adil jika kemarahan terhadap manusia harus dilampiaskan kepada benda-benda yang tidak bersalah atas kejahatan apa pun”.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Imamat 19:9, 10; Ulangan 24:19 Bagaimana perasaan Saudara terhadap Allah yang membuat hukum-hukum tersebut?

      • Mazmur 19:7-14 Bagaimana perasaan Daud terhadap ”hukum Yehuwa”, dan seberapa berhargakah hendaknya hukum-hukum Allah bagi kita?

      • Mikha 6:6-8 Bagaimana ayat-ayat ini membantu kita mengerti bahwa tidaklah tepat apabila hukum-hukum Yehuwa dianggap membebani?

      • Matius 23:23-39 Bagaimana orang Farisi menunjukkan bahwa mereka gagal memahami semangat Hukum, dan bagaimana hal itu menjadi contoh peringatan bagi kita?

  • Yehuwa Menyediakan ”Tebusan bagi Banyak Orang”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yesus berdiri di depan sebuah timbangan.

      PASAL 14

      Yehuwa Menyediakan ”Tebusan bagi Banyak Orang”

      1, 2. Bagaimana Alkitab melukiskan keadaan umat manusia, dan apa jalan keluar satu-satunya?

      ”SEMUA ciptaan sama-sama merintih dan merasa sakit.” (Roma 8:22) Melalui kata-kata tersebut, Rasul Paulus melukiskan keadaan menyedihkan yang kita alami. Dari sudut pandangan manusia, kelihatannya tidak ada jalan keluar dari penderitaan, dosa, dan kematian. Tetapi, Yehuwa tidak memiliki keterbatasan manusia. (Bilangan 23:19) Allah keadilan memberi kita jalan keluar dari penderitaan. Jalan keluar itu disebut tebusan.

      2 Tebusan adalah pemberian Yehuwa yang terbesar bagi umat manusia. Tebusan memungkinkan pembebasan kita dari dosa dan kematian. (Efesus 1:7) Penyelenggaraan tersebut merupakan dasar bagi harapan kehidupan abadi, apakah itu di surga atau di bumi firdaus. (Lukas 23:43; Yohanes 3:16; 1 Petrus 1:4) Namun, apa sebenarnya tebusan itu? Bagaimana tebusan mengajar kita tentang keadilan Yehuwa yang tertinggi?

      Timbulnya Kebutuhan akan Tebusan

      3. (a) Mengapa tebusan dibutuhkan? (b) Mengapa Allah tidak dapat melunakkan saja hukuman mati atas keturunan Adam?

      3 Tebusan dibutuhkan karena adanya dosa Adam. Dengan tidak menaati Allah, Adam mewariskan penyakit, dukacita, penderitaan, dan kematian kepada keturunannya. (Kejadian 2:17; Roma 8:20) Allah tidak dapat menyerah kepada perasaan dan melunakkan saja hukuman mati. Berbuat demikian berarti mengabaikan hukum-Nya sendiri, ”Dosa memberikan upah berupa kematian.” (Roma 6:23) Jika Yehuwa tidak memberlakukan standar-standar keadilan-Nya sendiri, kekacauan dan pelanggaran hukum akan terjadi secara universal!

      4, 5. (a) Bagaimana Setan memfitnah Allah, dan mengapa Yehuwa berkewajiban untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut? (b) Apa yang Setan tuduhkan terhadap hamba-hamba Yehuwa yang setia?

      4 Seperti yang kita lihat di Pasal 12, pemberontakan di Eden menimbulkan sengketa-sengketa yang lebih besar lagi. Setan mencoreng nama baik Allah. Pada dasarnya, dia menuduh Yehuwa sebagai pendusta dan diktator kejam yang merampas kebebasan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. (Kejadian 3:1-5) Karena seolah-olah telah berhasil merintangi tujuan Allah untuk memenuhi bumi ini dengan umat manusia yang benar, Setan juga mengecap bahwa Allah telah gagal. (Kejadian 1:28; Yesaya 55:10, 11) Seandainya Yehuwa membiarkan tantangan-tantangan ini tetap tak terjawab, kemungkinan besar banyak dari makhluk ciptaan-Nya yang cerdas akan kehilangan banyak kepercayaan kepada kepemimpinan-Nya.

      5 Setan juga memfitnah hamba-hamba Yehuwa yang setia, menuduh bahwa mereka melayani Dia hanya karena motif-motif yang mementingkan diri dan bahwa jika berada di bawah tekanan, tak seorang pun akan tetap setia kepada Allah. (Ayub 1:9-11) Sengketa-sengketa ini jauh lebih penting daripada kesulitan yang dialami umat manusia. Karena itu, sudah sepantasnya Yehuwa merasa berkewajiban untuk menjawab tuduhan dan fitnahan Setan. Namun, bagaimana Allah dapat menyelesaikan sengketa-sengketa tersebut dan sekaligus menyelamatkan umat manusia?

      Tebusan—Pengganti yang Senilai

      6. Apa beberapa kata yang digunakan di dalam Alkitab untuk melukiskan sarana yang Allah gunakan untuk menyelamatkan umat manusia?

      6 Solusi yang Yehuwa ambil sangat menonjolkan belas kasihan dan sepenuhnya adil—pemecahan yang tidak pernah dapat dibuat oleh manusia mana pun. Namun, solusi itu sederhana sekaligus brilian. Solusi tersebut memiliki beragam sebutan, yaitu suatu pembelian, pendamaian, penebusan, dan pengampunan. (Mazmur 49:8; Daniel 9:24; Galatia 3:13; Kolose 1:20; Ibrani 2:17) Akan tetapi, kata yang mungkin paling tepat untuk melukiskan masalahnya adalah kata yang Yesus sendiri gunakan. Dia mengatakan, ”Putra manusia datang, bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani dan memberikan nyawanya sebagai tebusan [Yunani, lyʹtron] bagi banyak orang.”​—Matius 20:28.

      7, 8. (a) Apa arti kata ”tebusan” dalam Kitab Suci? (b) Bagaimana tebusan berkaitan dengan sesuatu yang senilai?

      7 Apakah tebusan itu? Kata Yunani yang digunakan di sini berasal dari kata kerja yang berarti ”melepaskan, membebaskan”. Kata ini digunakan untuk menggambarkan uang yang dibayarkan sebagai penukar guna membebaskan tawanan perang. Kalau begitu, pada dasarnya tebusan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dibayarkan untuk membeli kembali sesuatu. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata untuk ”tebusan” (koʹfer) berasal dari sebuah kata kerja yang berarti ”menutupi”. Sebagai contoh, Allah memberi tahu Nuh bahwa dia harus ’melapisi’ (Ibrani, ”menutupi”) bahtera dengan ter. (Kejadian 6:14) Hal ini membantu kita mengerti bahwa tebusan juga berarti menutupi dosa.

      8 Yang menarik ialah Theological Dictionary of the New Testament menyatakan bahwa kata ini (koʹfer) ”selalu mengindikasikan adanya sesuatu yang senilai”, atau sesuatu yang sepadan. Karena itu, agar dapat menebus, atau menutupi, dosa, harga yang dibayarkan haruslah sepenuhnya sepadan dengan, atau benar-benar menutupi, kerusakan yang disebabkan oleh dosa. Oleh karena itu, Hukum Allah kepada orang Israel menyatakan, ”Nyawa harus diganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.”​—Ulangan 19:21.

      9. Mengapa orang-orang yang setia mempersembahkan korban-korban binatang, dan bagaimana Yehuwa memandang korban-korban semacam itu?

      9 Orang-orang yang setia sejak Habel dan seterusnya, mempersembahkan korban-korban binatang kepada Allah. Dengan melakukan hal itu, mereka mempertunjukkan bahwa mereka sadar akan dosa dan akan kebutuhan untuk ditebus, dan mereka memperlihatkan iman akan janji Allah untuk mengadakan pembebasan melalui ’keturunan’-Nya. (Kejadian 3:15; 4:1-4; Imamat 17:11; Ibrani 11:4) Yehuwa senang dengan korban-korban tersebut dan memberi para penyembah ini kedudukan yang baik di hadapan-Nya. Meskipun demikian, persembahan-persembahan binatang ini, yang terbaik pun, hanyalah gambaran semata. Binatang tidak dapat benar-benar menutupi dosa manusia, karena binatang lebih rendah daripada manusia. (Mazmur 8:4-8) Oleh karena itu, Alkitab mengatakan, ”Darah sapi jantan dan darah kambing tidak mungkin bisa menghapus dosa.” (Ibrani 10:1-4) Korban-korban tersebut hanyalah gambaran, atau lambang, korban tebusan sebenarnya yang akan datang.

      ”Tebusan yang Sebanding”

      10. (a) Sang penebus dosa harus sepadan dengan siapa, dan mengapa? (b) Mengapa hanya satu korban manusia yang diperlukan?

      10 ”Semuanya mati karena Adam,” kata Rasul Paulus. (1 Korintus 15:22) Jadi, tebusan haruslah melibatkan kematian seseorang yang persis sama dengan Adam—seorang manusia sempurna. (Roma 5:14) Tak ada makhluk lain yang dapat menyeimbangkan neraca keadilan. Hanya seorang manusia sempurna, seseorang yang tidak berada di bawah hukuman mati akibat dosa Adam, yang dapat memberikan ”tebusan yang sebanding untuk semua orang”—tebusan yang benar-benar sepadan dengan Adam. (1 Timotius 2:6) Untuk menyediakan tebusan yang sepadan bagi setiap keturunan Adam, jutaan manusia yang tak terhitung banyaknya tidak perlu dikorbankan. Rasul Paulus menjelaskan, ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang [Adam], dan kematian masuk melalui dosa.” (Roma 5:12) Dan, ”seperti kematian ada karena satu orang”, Allah menyelenggarakan penebusan bagi umat manusia melalui ”satu orang”. (1 Korintus 15:21) Bagaimana caranya?

      ”Tebusan yang sebanding untuk semua orang”

      11. (a) Bagaimana sang penebus akan ”merasakan kematian demi semua orang”? (b) Mengapa Adam dan Hawa tidak mungkin mendapat manfaat dari tebusan? (Lihat catatan kaki.)

      11 Yehuwa mengatur agar ada seorang manusia sempurna yang dengan rela mau mengorbankan kehidupannya. Menurut Roma 6:23, ”dosa memberikan upah berupa kematian”. Dalam mengorbankan kehidupannya, sang penebus akan ”merasakan kematian demi semua orang”. Dengan kata lain, dia akan membayar upah untuk dosa Adam. (Ibrani 2:9; 2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:24) Pembayaran tersebut akan menghasilkan dampak hukum yang menyeluruh. Dengan membatalkan hukuman mati atas keturunan Adam yang taat, tebusan tersebut akan menyingkirkan kuasa dosa yang merusak, langsung dari sumbernya.a—Roma 5:16.

      12. Ilustrasikanlah bagaimana membayar utang satu orang bisa membawa manfaat bagi banyak orang.

      12 Sebagai ilustrasi: Bayangkanlah diri Saudara tinggal di sebuah kota yang sebagian besar penduduknya bekerja di sebuah pabrik besar. Saudara dan tetangga-tetangga Saudara yang bekerja di sana mendapat upah yang bagus sehingga bisa menikmati kehidupan yang nyaman. Keadaan tersebut terus berlangsung sampai suatu hari pabrik itu ditutup. Alasannya? Sang manajer pabrik melakukan korupsi, yang mengakibatkan bisnis tersebut gulung tikar. Karena tiba-tiba kehilangan pekerjaan, Saudara dan tetangga-tetangga Saudara tidak dapat membayar tagihan-tagihan. Teman hidup, anak-anak, dan para kreditor menderita akibat korupsi satu pria tersebut. Apakah ada jalan keluarnya? Ya! Seorang dermawan yang kaya raya memutuskan untuk turun tangan. Dia menyadari besarnya nilai perusahaan tersebut. Dia juga berempati terhadap karyawannya yang banyak serta keluarga mereka. Jadi, dia mengatur agar utang perusahaan itu dilunasi dan pabrik itu dibuka kembali. Pembatalan utang itu mendatangkan kelegaan bagi para karyawan tersebut dan keluarga mereka serta para kreditor. Dengan cara serupa, pembatalan utang Adam membawa manfaat bagi jutaan orang yang tak terhitung banyaknya.

      Siapa yang Menyediakan Tebusan?

      13, 14. (a) Bagaimana Yehuwa menyediakan tebusan bagi umat manusia? (b) Kepada siapa tebusan dibayarkan, dan mengapa pembayaran semacam itu perlu?

      13 Hanya Yehuwa yang dapat menyediakan ”Anak Domba . . . yang menghapus dosa dunia”. (Yohanes 1:29) Tetapi, Allah tidak mengutus sembarang malaikat untuk menyelamatkan umat manusia. Malah, Dia mengutus pribadi yang dapat memberikan jawaban yang tuntas dan pasti atas tuduhan Setan terhadap hamba-hamba Yehuwa. Ya, Yehuwa membuat pengorbanan terbesar dengan mengutus Putra tunggal-Nya, ”yang khususnya Dia senangi”. (Amsal 8:30) Dengan rela, Putra Allah ”melepaskan segala yang dia miliki” di surga. (Filipi 2:7) Secara mukjizat, Yehuwa memindahkan kehidupan Putra sulung surgawi-Nya ke dalam rahim seorang perawan Yahudi bernama Maria. (Lukas 1:27, 35) Sebagai seorang manusia, dia akan dinamai Yesus. Namun, dalam pengertian hukum, dia dapat disebut Adam kedua, karena dia benar-benar sepadan dengan Adam. (1 Korintus 15:45, 47) Oleh karena itu, Yesus dapat mempersembahkan dirinya sebagai korban untuk menebus umat manusia yang berdosa.

      14 Kepada siapa tebusan akan dibayarkan? Secara spesifik, Mazmur 49:7 mengatakan bahwa tebusan dibayarkan ”kepada Allah”. Akan tetapi, bukankah Yehuwa sendiri yang sejak semula menyelenggarakan tebusan? Ya, tetapi hal itu tidak mengurangi nilai tebusan sehingga menjadi suatu pertukaran kosong yang bersifat mekanis belaka—seperti mengeluarkan uang dari satu kantong dan menaruhnya ke kantong lain. Perlu dipahami bahwa tebusan adalah, bukan pertukaran yang bersifat fisik, melainkan suatu transaksi hukum. Dengan menyediakan pembayaran tebusan, meski harganya teramat mahal bagi diri-Nya, Yehuwa menegaskan keterpautan-Nya yang tak tergoyahkan terhadap keadilan-Nya yang sempurna.​—Kejadian 22:7, 8, 11-13; Ibrani 11:17; Yakobus 1:17.

      15. Mengapa Yesus perlu menderita dan mati?

      15 Pada musim semi tahun 33 M, Yesus Kristus dengan rela mengalami cobaan hebat yang mengarah kepada pembayaran tebusan itu. Dia membiarkan dirinya ditangkap atas dasar tuduhan palsu, dinyatakan bersalah, dan akhirnya dipakukan pada sebuah tiang eksekusi. Apakah Yesus benar-benar perlu menderita sehebat itu? Ya, karena sengketa integritas hamba-hamba Allah harus diselesaikan. Menarik sekali, Allah tidak membiarkan Yesus yang masih kanak-kanak dibunuh oleh Herodes. (Matius 2:13-18) Namun, ketika sudah dewasa, Yesus sanggup menahan serangan habis-habisan dari Setan dengan memahami sepenuhnya sengketa-sengketa yang terlibat.b Dengan tetap ”setia, tidak bersalah, tidak tercemar, terpisah dari orang berdosa” meskipun menerima perlakuan yang mengerikan, Yesus membuktikan secara tuntas dan dramatis bahwa Yehuwa memang memiliki hamba-hamba yang tetap setia di bawah ujian. (Ibrani 7:26) Jadi, tidaklah mengherankan bahwa sesaat sebelum kematiannya, Yesus memekikkan seruan kemenangan, ”Sudah selesai!”​—Yohanes 19:30.

      Menyelesaikan Pekerjaan Penebusannya

      16, 17. (a) Bagaimana Yesus melanjutkan pekerjaan penebusannya? (b) Mengapa Yesus perlu ”menghadap Allah bagi kita”?

      16 Yesus masih harus menyelesaikan pekerjaan penebusannya. Pada hari ketiga setelah kematian Yesus, Yehuwa membangkitkan dia dari antara orang mati. (Kisah 3:15; 10:40) Melalui tindakan yang sangat penting ini, Yehuwa tidak hanya mengupahi Putra-Nya atas dinasnya yang setia tetapi juga memberinya kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan penebusannya sebagai Imam Besar Allah. (Roma 1:4; 1 Korintus 15:3-8) Rasul Paulus menjelaskan, ”Ketika Kristus datang sebagai imam besar . . . , dia masuk ke tempat kudus, bukan dengan darah kambing atau darah sapi jantan muda, tapi dengan darahnya sendiri, sekali untuk selamanya, dan mendapatkan pembebasan yang abadi bagi kita. Kristus tidak masuk ke tempat kudus buatan tangan, yang adalah tiruan dari yang sebenarnya, tapi dia masuk ke surga itu sendiri, sehingga dia sekarang menghadap Allah bagi kita.”​—Ibrani 9:11, 12, 24.

      17 Kristus tidak dapat membawa darah harfiahnya ke surga. (1 Korintus 15:50) Sebaliknya, dia membawa apa yang dilambangkan oleh darah itu: nilai legal kehidupan manusianya yang sempurna yang dikorbankan. Kemudian, di hadapan pribadi Allah, dia secara resmi mempersembahkan nilai kehidupan tersebut sebagai tebusan untuk penukar bagi umat manusia yang berdosa. Apakah Yehuwa menerima korban tersebut? Ya, dan hal ini menjadi nyata pada Pentakosta tahun 33 M, ketika kuasa kudus dicurahkan ke atas sekitar 120 murid di Yerusalem. (Kisah 2:1-4) Meski sangat menggetarkan, peristiwa itu barulah awal dari manfaat-manfaat menakjubkan yang dihasilkan oleh tebusan.

      Manfaat Tebusan

      18, 19. (a) Dua kelompok orang mana yang mendapat manfaat dari pendamaian yang dimungkinkan oleh darah Kristus? (b) Bagi mereka yang tergabung dalam ”kumpulan besar”, apa beberapa manfaat tebusan di masa sekarang maupun di masa depan?

      18 Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus menjelaskan bahwa Allah menganggap baik untuk mendamaikan segala hal lain dengan diri-Nya melalui Kristus dengan mengadakan perdamaian melalui darah yang Yesus curahkan di tiang siksaan. Paulus juga menjelaskan bahwa pendamaian ini melibatkan dua kelompok orang, yaitu ”yang di surga” dan ”yang di bumi”. (Kolose 1:19, 20; Efesus 1:10) Kelompok pertama terdiri dari 144.000 orang Kristen yang diberi harapan untuk melayani sebagai imam surgawi dan memerintah sebagai raja atas bumi bersama Kristus Yesus. (Wahyu 5:9, 10; 7:4; 14:1-3) Melalui mereka, manfaat-manfaat tebusan akan secara bertahap diberikan kepada umat manusia yang taat selama periode seribu tahun.​—1 Korintus 15:24-26; Wahyu 20:6; 21:3, 4.

      19 Kelompok ”yang di bumi” adalah orang-orang yang akan menikmati kehidupan yang sempurna di Firdaus bumi. Wahyu 7:9-17 menggambarkan mereka sebagai ”suatu kumpulan besar” yang akan selamat melewati ”kesengsaraan besar” yang akan datang. Namun, mereka tidak harus menunggu sampai saat itu untuk dapat menikmati manfaat-manfaat tebusan. Mereka sudah ”mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dengan darah Anak Domba”. Karena menjalankan iman akan tebusan, sekarang pun mereka menerima manfaat-manfaat rohani dari persediaan yang pengasih tersebut. Mereka telah dinyatakan benar sebagai sahabat-sahabat Allah! (Yakobus 2:23) Sebagai hasil pengorbanan Yesus, mereka bisa ”mendekati takhta Allah, yang menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa, dan berdoa dengan leluasa”. (Ibrani 4:14-16) Sewaktu berbuat salah, mereka menerima pengampunan yang sejati. (Efesus 1:7) Meski tak sempurna, mereka menikmati hati nurani yang bersih. (Ibrani 9:9; 10:22; 1 Petrus 3:21) Dengan demikian, didamaikan dengan Allah bukanlah suatu perkembangan yang masih harus ditunggu, melainkan suatu kenyataan yang sudah ada sekarang! (2 Korintus 5:19, 20) Selama periode seribu tahun itu, secara bertahap mereka akan ”dibebaskan dari perbudakan dosa dan kematian” dan akhirnya akan ”memiliki kemerdekaan yang mulia seperti yang dimiliki anak-anak Allah”.​—Roma 8:21.

      20. Bagaimana perenungan tentang tebusan dapat memengaruhi Saudara secara pribadi?

      20 ”Syukur kepada Allah . . . melalui Yesus Kristus” atas penyelenggaraan tebusan! (Roma 7:25) Tebusan, sederhana prinsipnya, tetapi cukup mendalam untuk membuat kita takjub. (Roma 11:33) Dan, jika kita merenungkannya dengan penuh penghargaan, tebusan akan menyentuh hati kita, membuat kita semakin dekat kepada Allah keadilan. Seperti sang pemazmur, kita memiliki alasan kuat untuk memuji Yehuwa sebagai Allah yang ”mencintai apa yang benar, juga keadilan”.​—Mazmur 33:5.

      a Adam dan Hawa tidak mungkin mendapat manfaat dari tebusan. Sehubungan dengan orang yang membunuh dengan sengaja, Hukum Musa menetapkan prinsip ini, ”Jangan terima tebusan untuk nyawa seorang pembunuh yang pantas mati.” (Bilangan 35:31) Jelaslah, Adam dan Hawa pantas mati karena mereka melawan Allah dengan sengaja dan secara sadar. Dengan demikian, mereka melepaskan prospek kehidupan abadi mereka.

      b Agar dapat mengimbangi dosa Adam, Yesus harus mati, bukan sebagai anak kecil yang sempurna, melainkan sebagai pria yang sempurna. Ingatlah, Adam berbuat dosa dengan sengaja, melakukan hal itu dengan mengetahui sepenuhnya keseriusan dan konsekuensi perbuatannya itu. Jadi, untuk menjadi ”Adam yang terakhir” dan menutupi dosa tersebut, Yesus harus membuat pilihan yang matang dan terinformasi guna mempertahankan integritasnya kepada Yehuwa. (1 Korintus 15:45, 47) Dengan demikian, seluruh haluan kehidupan Yesus yang setia—termasuk kematiannya sebagai korban—menjadi ”satu tindakan yang benar”.​—Roma 5:18, 19.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Bilangan 3:39-51 Mengapa tebusan perlu benar-benar senilai?

      • Mazmur 49:7, 8 Mengapa kita berutang kepada Allah yang telah menyediakan tebusan?

      • Yesaya 43:25 Bagaimana ayat ini membantu kita mengerti bahwa keselamatan manusia bukanlah alasan utama Yehuwa menyediakan tebusan?

      • 1 Korintus 6:20 Tebusan hendaknya memiliki pengaruh apa atas tingkah laku dan gaya hidup kita?

  • Yesus ”Menegakkan Keadilan di Bumi”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Yesus menjungkirbalikkan meja yang digunakan para penukar uang dan memerintahkan mereka untuk keluar dari bait.

      PASAL 15

      Yesus ”Menegakkan Keadilan di Bumi”

      1, 2. Pada peristiwa apa Yesus menjadi marah, dan mengapa?

      YESUS kelihatan marah—dan dengan alasan yang kuat. Saudara bisa jadi sulit membayangkan dia dalam keadaan seperti itu, karena dia adalah pria yang lembut hati. (Matius 21:5) Tentu saja, dia tetap terkendali sepenuhnya karena kemarahannya benar.a Tetapi, apa yang telah membuat pria yang cinta damai ini begitu marah? Suatu perkara yang benar-benar tidak adil.

      2 Bait di Yerusalem sangat Yesus kasihi. Di seluruh dunia, bait itu adalah satu-satunya tempat suci yang dibaktikan untuk ibadah kepada Bapak surgawinya. Orang Yahudi dari berbagai negeri mengadakan perjalanan yang sangat jauh untuk beribadah di sana. Bahkan, hamba Allah yang bukan orang Yahudi pun datang, ke halaman bait yang dikhususkan bagi mereka. Namun, pada awal pelayanannya, Yesus memasuki wilayah bait dan disuguhi suatu pemandangan yang mengejutkan. Astaga, tempat itu lebih cocok disebut pasar daripada rumah ibadah! Tempat itu penuh dengan pedagang dan penukar uang. Tetapi, di mana letak ketidakadilannya? Bagi mereka ini, bait Allah hanyalah tempat untuk memanfaatkan orang-orang—bahkan, merampok mereka. Mengapa demikian?​—Yohanes 2:14.

      3, 4. Pemerasan yang tamak apa terjadi di rumah Yehuwa, dan tindakan apa yang Yesus ambil untuk membereskan masalah itu?

      3 Para pemimpin agama telah menetapkan bahwa hanya satu jenis uang logam khusus yang dapat digunakan untuk membayar pajak bait. Para pengunjung harus menukar uang mereka guna mendapatkan uang logam tersebut. Jadi, para penukar uang menempatkan meja-meja mereka tepat di dalam bait dan memasang tarif bagi setiap transaksi. Usaha penjualan binatang juga amat menguntungkan. Para pengunjung yang ingin mempersembahkan korban dapat membeli binatang dari pedagang mana pun di kota, tetapi para petugas bait akan serta-merta menolak persembahan mereka karena menganggapnya tidak pantas. Akan tetapi, persembahan yang dibeli di tempat itu, di wilayah bait, sudah pasti akan diterima. Karena orang-orang tersebut sepenuhnya berada dalam kekuasaan mereka, kadang-kadang para pedagang mematok harga yang sangat tinggi.b Praktek itu lebih buruk daripada perdagangan yang bejat. Praktek itu sama saja dengan perampokan!

      4 Yesus tidak dapat menoleransi ketidakadilan semacam itu. Tempat itu adalah rumah Bapaknya sendiri! Dia membuat sebuah cambuk dari tali dan mengusir kawanan sapi dan domba ke luar bait. Kemudian, dia melangkah ke arah para penukar uang dan menjungkirbalikkan meja-meja mereka. Bayangkan uang-uang logam itu semuanya jatuh berhamburan di lantai marmer! Dengan tegas, dia memerintahkan para penjual merpati, ”Singkirkan semua ini dari sini!” (Yohanes 2:15, 16) Tampaknya, tak seorang pun berani menentang pria yang berani ini.

      ”Singkirkan semua ini dari sini!”

      Bagaimana Bapak, Begitu Pula Anak

      5-7. (a) Bagaimana eksistensi pramanusia Yesus memengaruhi rasa keadilannya, dan hikmah apa yang dapat kita peroleh dengan mempelajari teladannya? (b) Bagaimana Yesus berurusan dengan ketidakadilan yang diakibatkan oleh Setan, dan apa yang akan dia lakukan di masa depan dalam hal ini?

      5 Tentu saja, para pedagang itu kembali. Sekitar tiga tahun kemudian, Yesus kembali berurusan dengan ketidakadilan yang sama, kali ini dia mengutip kata-kata Yehuwa sendiri yang mengutuk orang-orang yang membuat rumah-Nya menjadi ”gua perampok”. (Yeremia 7:11; Matius 21:13) Ya, sewaktu melihat pemerasan yang tamak terhadap orang-orang dan pencemaran bait Allah, Yesus memiliki perasaan yang sama dengan Bapaknya. Dan, hal itu tidaklah mengherankan! Selama jutaan tahun yang tak terhitung banyaknya, Yesus telah diajar oleh Bapak surgawinya. Hasilnya, rasa keadilan Yehuwa meresap dalam diri Yesus. Dia menjadi contoh hidup dari sebuah peribahasa Inggris: ”Like father, like son” (Bagaimana bapak, begitu pula anak). Jadi, jika kita ingin memperoleh gambaran yang jelas mengenai sifat keadilan Yehuwa, cara terbaik adalah memikirkan dalam-dalam teladan Yesus Kristus.​—Yohanes 14:9, 10.

      6 Putra tunggal Yehuwa hadir sewaktu Setan secara tidak adil menyebut Allah Yehuwa sebagai pendusta dan mempertanyakan cara Allah memerintah. Benar-benar fitnah! Sang Putra juga mendengar tantangan Setan selanjutnya bahwa tak seorang pun akan melayani Yehuwa tanpa pamrih, bermotifkan kasih. Tuduhan-tuduhan palsu tersebut tentu saja menyakiti hati sang Putra yang benar. Pastilah dia sangat tergetar sewaktu tahu bahwa dia akan memainkan peranan kunci dalam meluruskan masalah-masalah tersebut! (2 Korintus 1:20) Bagaimana dia akan melakukannya?

      7 Seperti yang kita pelajari di Pasal 14, Yesus Kristus memberikan jawaban yang tuntas dan menentukan terhadap tuduhan Setan yang mempertanyakan integritas makhluk-makhluk ciptaan Yehuwa. Dengan demikian, Yesus meletakkan dasar untuk membersihkan nama Allah yang suci, yaitu Yehuwa, dari semua celaan, termasuk tuduhan bahwa Yehuwa tidak bisa memerintah dengan benar. Sebagai Wakil Utama Yehuwa, Yesus akan mewujudkan keadilan ilahi di seluruh alam semesta. (Kisah 5:31) Haluan hidupnya di bumi juga mencerminkan keadilan ilahi. Sehubungan dengan dia, Yehuwa berkata, ”Aku akan memberi dia kuasa kudus-Ku, dan dia akan menunjukkan artinya keadilan kepada bangsa-bangsa.” (Matius 12:18) Bagaimana Yesus menggenapi kata-kata itu?

      Yesus Memperjelas ”Artinya Keadilan”

      8-10. (a) Bagaimana tradisi lisan para pemimpin agama Yahudi menganjurkan agar orang-orang non-Yahudi dan kaum wanita dipandang hina? (b) Bagaimana hukum lisan mengubah hukum Sabat Yehuwa menjadi suatu beban?

      8 Yesus mengasihi Hukum Yehuwa dan hidup selaras dengannya. Namun, para pemimpin agama di zamannya memutarbalikkan dan menyalahterapkan Hukum tersebut. Yesus berkata kepada mereka, ”Sungguh celaka kalian, ahli Taurat dan orang Farisi, orang-orang munafik! . . . Kalian mengabaikan hal-hal yang lebih penting dalam Taurat, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.” (Matius 23:23) Tak diragukan lagi, para pengajar Hukum Allah tersebut tidak memperjelas ”artinya keadilan”. Sebaliknya, mereka mengaburkan keadilan ilahi. Dengan cara bagaimana? Perhatikanlah beberapa contoh.

      9 Yehuwa memerintahkan umat-Nya untuk menjaga diri tetap terpisah dari bangsa-bangsa di sekeliling mereka yang tidak menyembah Dia. (1 Raja 11:1, 2) Akan tetapi, beberapa pemimpin agama yang fanatik menganjurkan orang-orang untuk memandang hina semua orang non-Yahudi. Bahkan, Misnah menyertakan peraturan ini, ”Ternak tidak boleh ditinggalkan di tempat penginapan orang yang bukan Yahudi karena mereka diduga akan melakukan hubungan kelamin dengan binatang.” Prasangka terhadap semua orang non-Yahudi tersebut tidak adil dan sangat bertentangan dengan semangat Hukum Musa. (Imamat 19:34) Peraturan buatan manusia lainnya merendahkan kaum wanita. Hukum lisan mengatakan bahwa seorang istri haruslah berjalan di belakang, bukan di samping, suaminya. Seorang pria dilarang berbicara dengan seorang wanita di depan umum, bahkan dengan istrinya sendiri. Seperti budak, wanita tidak diperbolehkan memberikan kesaksian di pengadilan. Bahkan, ada sebuah doa resmi yang di dalamnya kaum pria bersyukur kepada Allah bahwa mereka bukan wanita.

      10 Para pemimpin agama mengubur Hukum Allah di bawah tumpukan aturan dan kaidah buatan manusia. Hukum Sabat, misalnya, hanya melarang seseorang bekerja pada hari Sabat, mengkhususkan hari itu untuk ibadah, penyegaran secara rohani, dan istirahat. Tetapi, orang Farisi membuat hukum itu menjadi beban. Mereka beranggapan bahwa merekalah yang berhak menentukan apa sebenarnya ”bekerja” itu. Ada 39 kegiatan yang mereka golongkan sebagai bekerja, seperti menuai atau berburu. Kategori-kategori tersebut menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tiada habisnya. Seandainya seseorang membunuh seekor kutu pada hari Sabat, apakah dia dianggap berburu? Seandainya sambil berjalan dia memetik segenggam biji-bijian untuk dimakan, apakah dia dianggap menuai? Seandainya dia menyembuhkan orang sakit, apakah dia dianggap bekerja? Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditanggapi dengan sederetan peraturan yang kaku dan terperinci.

      11, 12. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa dia menentang tradisi orang Farisi yang tidak berdasarkan Alkitab?

      11 Di tengah iklim demikian, bagaimana Yesus membantu orang memahami apa keadilan itu? Dalam pengajarannya dan dalam cara hidupnya, dia bersikap berani terhadap para pemimpin agama tersebut. Pertama-tama, perhatikan beberapa ajarannya. Dia terang-terangan mengutuk mereka atas peraturan buatan manusia yang tak terhitung banyaknya dengan mengatakan, ”Kalian membuat firman Allah tidak berlaku karena tradisi yang kalian teruskan.”​—Markus 7:13.

      12 Dengan penuh kuasa, Yesus mengajarkan bahwa orang Farisi telah salah kaprah sehubungan dengan hukum Sabat—bahwa sesungguhnya mereka telah gagal memahami seluruh tujuan hukum tersebut. Dia menjelaskan bahwa sang Mesias adalah ”Tuan atas Sabat” dan karena itu berhak untuk menyembuhkan orang pada hari Sabat. (Matius 12:8) Guna menekankan gagasan tersebut, dia mengadakan penyembuhan mukjizat secara terbuka pada hari Sabat. (Lukas 6:7-10) Penyembuhan tersebut merupakan gambaran pendahuluan dari penyembuhan yang akan dia lakukan di seluas bumi selama Pemerintahan Seribu Tahunnya. Masa itu sendiri akan menjadi Sabat terbesar, manakala semua umat manusia yang setia akhirnya akan beristirahat dari kerja keras selama berabad-abad di bawah beban dosa dan kematian.

      13. Hukum apa yang diberlakukan sebagai hasil pelayanan Kristus di bumi, dan bagaimana hukum tersebut berbeda dengan pendahulunya?

      13 Yesus juga memperjelas apa keadilan itu melalui sebuah hukum baru, yaitu ”hukum Kristus”, yang diberlakukan setelah dia menyelesaikan pelayanannya di bumi. (Galatia 6:2) Berbeda dengan pendahulunya, Hukum Musa, hukum baru ini sebagian besar bergantung, bukan pada serangkaian perintah tertulis, melainkan pada prinsip. Namun, hukum tersebut juga mencakup perintah-perintah langsung. Yesus menyebut salah satunya sebagai ”perintah baru”. Yesus mengajar semua pengikutnya untuk mengasihi satu sama lain sebagaimana dia telah mengasihi mereka. (Yohanes 13:34, 35) Ya, kasih yang rela berkorban harus menjadi ciri khas semua orang yang hidup di bawah ”hukum Kristus”.

      Teladan Keadilan yang Hidup

      14, 15. Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa dia menyadari batas wewenangnya sendiri, dan mengapa hal itu menenteramkan hati kita?

      14 Yesus bukan sekadar mengajarkan kasih. Dia menjalankan ”hukum Kristus”. Hukum tersebut nyata dalam haluan hidupnya. Perhatikan tiga cara yang melaluinya teladan Yesus memperjelas artinya keadilan.

      15 Pertama, Yesus berhati-hati sekali agar tidak sampai melakukan ketidakadilan. Saudara mungkin pernah memperhatikan bahwa banyak ketidakadilan terjadi apabila manusia yang tak sempurna menjadi angkuh dan melangkahi batas-batas wewenang mereka yang patut. Yesus tidak seperti itu. Sekali peristiwa, seorang pria mendekati Yesus dan berkata, ”Guru, suruh kakak laki-laki saya berbagi warisan dengan saya.” Tanggapan Yesus? ”Siapa yang melantik saya untuk menjadi hakim atau perantara bagi kalian?” (Lukas 12:13, 14) Bukankah hal itu sangat mengagumkan? Kecerdasan Yesus, pertimbangannya, dan bahkan tingkat wewenang yang diberikan Allah kepadanya melebihi wewenang siapa pun di bumi ini; tetapi, dia menolak terlibat dalam urusan ini, karena dia tidak diberi wewenang khusus untuk melakukannya. Yesus selalu menunjukkan sikap sadar diri seperti itu, bahkan selama bermilenium-milenium eksistensi pramanusianya. (Yudas 9) Fakta bahwa Yesus dengan rendah hati mengandalkan Yehuwa untuk menentukan apa keadilan itu menyingkapkan banyak hal mengenai Yesus.

      16, 17. (a) Bagaimana Yesus mempertunjukkan keadilan dalam memberitakan kabar baik Kerajaan Allah? (b) Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa rasa keadilannya berbelaskasihan?

      16 Kedua, Yesus mempertunjukkan keadilan melalui cara dia mengabarkan kabar baik tentang Kerajaan Allah. Dia tidak berat sebelah. Malah, dia dengan sungguh-sungguh berupaya menjangkau segala macam orang, tidak soal kaya atau miskin. Sebaliknya, orang Farisi meremehkan orang miskin dan rakyat jelata serta memberi mereka julukan yang merendahkan yaitu ʽam-ha·ʼaʹrets, atau ”orang-orang dusun”. Yesus dengan berani meluruskan ketidakadilan tersebut. Sewaktu dia mengajarkan kabar baik kepada orang-orang—atau, melakukan hal-hal yang berhubungan dengan kabar baik itu, sewaktu dia makan bersama orang-orang, memberi mereka makanan, menyembuhkan mereka, atau bahkan membangkitkan mereka—dia menjunjung keadilan dari Allah yang ingin menjangkau ”segala macam orang”.c—1 Timotius 2:4.

      17 Ketiga, rasa keadilan Yesus sepenuhnya berbelaskasihan. Dia berupaya keras untuk membantu orang-orang berdosa. (Matius 9:11-13) Dengan senang hati, dia membantu orang-orang yang tak berdaya untuk melindungi diri mereka sendiri. Misalnya, Yesus tidak ikut-ikutan dengan para pemimpin agama dalam memperkembangkan ketidakpercayaan terhadap semua orang yang bukan Yahudi. Dia dengan penuh belas kasihan membantu dan mengajar beberapa dari orang-orang ini, meski misi utamanya adalah kepada orang-orang Yahudi. Dia bersedia melakukan penyembuhan secara mukjizat bagi seorang perwira Romawi, dengan mengatakan, ”Belum pernah saya bertemu siapa pun di Israel yang imannya sebesar ini.”​—Matius 8:5-13.

      18, 19. (a) Dengan cara apa saja Yesus meninggikan martabat wanita? (b) Bagaimana teladan Yesus membantu kita mengerti hubungan antara keberanian dan keadilan?

      18 Demikian pula, Yesus tidak mendukung pandangan yang umum mengenai wanita. Sebaliknya, dia dengan berani melakukan apa yang adil. Wanita Samaria dianggap senajis orang yang bukan Yahudi. Namun, tanpa ragu Yesus mengabar kepada seorang wanita Samaria di sumur Sikhar. Malah, kepada wanita inilah Yesus pertama kali mengidentifikasi dirinya sebagai Mesias yang dijanjikan. (Yohanes 4:6, 25, 26) Orang Farisi mengatakan bahwa kaum wanita hendaknya tidak diajari Hukum Allah, tetapi Yesus menggunakan banyak waktu dan tenaga untuk mengajar kaum wanita. (Lukas 10:38-42) Dan, meskipun tradisi menganggap kaum wanita tidak dapat dipercaya untuk memberikan kesaksian yang andal, Yesus mengangkat martabat beberapa wanita dengan memberi mereka kesempatan istimewa untuk menjadi orang-orang pertama yang melihat dia setelah kebangkitannya. Dia bahkan menyuruh mereka untuk pergi memberi tahu murid-murid prianya mengenai peristiwa yang mahapenting ini!​—Matius 28:1-10.

      19 Ya, Yesus memperjelas kepada bangsa-bangsa artinya keadilan. Dalam banyak kasus, dia melakukannya dengan risiko yang sangat besar bagi dirinya sendiri. Teladan Yesus membantu kita mengerti bahwa menjunjung keadilan sejati menuntut keberanian. Sungguh tepat jika dia disebut ”Singa dari suku Yehuda”. (Wahyu 5:5) Ingatlah, singa adalah lambang keadilan yang berani. Namun, di masa depan yang dekat ini Yesus akan melaksanakan keadilan dalam skala yang lebih besar lagi. Dalam arti sepenuhnya, dia akan menegakkan ”keadilan di bumi”.​—Yesaya 42:4.

      Sang Mesias ”Menegakkan Keadilan di Bumi”

      20, 21. Pada zaman kita, bagaimana sang Raja memajukan keadilan di seluruh bumi dan di dalam sidang Kristen?

      20 Sejak menjadi Raja pada tahun 1914, Yesus telah memajukan keadilan di bumi. Dengan cara bagaimana? Dia mensponsori penggenapan nubuatnya yang dicatat di Matius 24:14. Para pengikut Yesus di bumi telah mengajarkan kebenaran tentang Kerajaan Yehuwa kepada orang-orang di semua negeri. Seperti Yesus, mereka mengabar dengan cara yang adil dan tidak berat sebelah, berupaya untuk memberi setiap orang—tua atau muda, kaya atau miskin, pria atau wanita—kesempatan untuk mengenal Yehuwa, Allah keadilan.

      21 Yesus juga memajukan keadilan di dalam sidang Kristen, yang atasnya dia menjadi Kepala. Seperti yang telah dinubuatkan, dia menyediakan ”pemberian berupa manusia”, para penatua Kristen yang setia yang ambil pimpinan di dalam sidang. (Efesus 4:8-12) Dalam menggembalakan kawanan Allah yang berharga, pria-pria tersebut mengikuti teladan Yesus Kristus dalam memajukan keadilan. Mereka selalu mencamkan bahwa Yesus ingin agar domba-dombanya diperlakukan dengan adil—tidak soal kedudukan, keunggulan, atau keadaan materi.

      22. Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakadilan yang merajalela di dunia sekarang ini, dan sehubungan dengan hal itu, Dia telah melantik Putra-Nya untuk melakukan apa?

      22 Namun, dalam waktu dekat ini Yesus akan menegakkan keadilan di bumi dengan cara yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Ketidakadilan merajalela dalam dunia yang bejat ini. Setiap anak yang mati kelaparan jelas-jelas adalah korban ketidakadilan, khususnya jika kita mengingat jumlah uang dan waktu yang dihambur-hamburkan untuk memproduksi senjata perang dan memuaskan keinginan mementingkan diri para pencari kesenangan. Jutaan kematian yang tidak perlu setiap tahun hanyalah salah satu dari banyak bentuk ketidakadilan, praktek-praktek yang membangkitkan kemarahan Yehuwa yang benar. Dia telah melantik Putra-Nya untuk mengadakan perang yang adil terhadap segenap sistem fasik ini guna mengakhiri semua ketidakadilan secara permanen.​—Wahyu 16:14, 16; 19:11-15.

      23. Setelah Armagedon, bagaimana Kristus akan memajukan keadilan sepanjang kekekalan?

      23 Akan tetapi, keadilan Yehuwa bukan sekadar menuntut pembinasaan orang fasik. Dia juga telah melantik Putra-Nya untuk memerintah sebagai ”Pemimpin Perdamaian”. Setelah perang Armagedon, pemerintahan Yesus akan mewujudkan perdamaian di seluruh bumi dan akan ”ditopang keadilan”. (Yesaya 9:6, 7) Setelah itu, dengan senang hati Yesus akan mengakhiri semua ketidakadilan yang sudah menimbulkan begitu banyak kesengsaraan dan penderitaan di dunia. Sepanjang kekekalan, dia akan menjunjung keadilan Yehuwa yang sempurna dengan setia. Jadi, sungguh penting bagi kita untuk berupaya meniru keadilan Yehuwa sekarang. Marilah kita lihat bagaimana kita dapat melakukannya.

      a Dalam mempertunjukkan kemarahan yang benar, Yesus seperti Yehuwa, yang ”siap menunjukkan kemurkaan-Nya” terhadap semua kefasikan. (Nahum 1:2) Misalnya, setelah Yehuwa memberi tahu umat-Nya yang suka melawan bahwa mereka telah membuat rumah-Nya menjadi ”gua perampok”, Dia berkata, ”Aku akan mencurahkan kemarahan dan amarah-Ku ke atas tempat ini.”​—Yeremia 7:11, 20.

      b Menurut Misnah, beberapa tahun kemudian timbul suatu aksi protes terhadap tingginya harga merpati yang dijual di bait. Harganya langsung diturunkan sebanyak kira-kira 99 persen! Pihak mana yang paling diuntungkan dari perdagangan yang menggiurkan ini? Beberapa sejarawan berpendapat bahwa pasar-pasar di bait dimiliki oleh rumah tangga Imam Besar Hanas, menjadi sumber sebagian besar kekayaan yang sangat banyak milik keluarga imam tersebut.​—Yohanes 18:13.

      c Orang Farisi beranggapan bahwa orang-orang kecil tersebut, yang tidak mahir dalam hukum, adalah orang-orang yang ”terkutuk”. (Yohanes 7:49) Mereka mengatakan bahwa seseorang hendaknya tidak mengajar orang-orang seperti itu, dan juga tidak berbisnis, makan, ataupun berdoa dengan mereka. Menikahkan seorang anak perempuan dengan salah satu dari mereka dianggap lebih buruk daripada menyerahkan sang gadis kepada binatang liar. Mereka beranggapan bahwa harapan kebangkitan tertutup bagi orang-orang kecil tersebut.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Mazmur 45:1-7 Mengapa kita dapat yakin bahwa sang Raja akan memajukan keadilan yang sempurna?

      • Matius 12:19-21 Menurut nubuat, bagaimana sang Mesias akan memperlakukan orang-orang kecil?

      • Matius 18:21-35 Bagaimana Yesus mengajarkan bahwa keadilan yang sejati itu berbelaskasihan?

      • Markus 5:25-34 Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa keadilan ilahi mempertimbangkan keadaan pribadi seseorang?

  • ”Bertindak Adil” dalam Berjalan dengan Allah
    Mendekatlah kepada Yehuwa
    • Dua penatua mengunjungi seorang saudari dan kedua anaknya di rumah mereka. Sang saudari sedang berbicara, dan dua penatua itu mendengarkan dia baik-baik.

      PASAL 16

      ”Bertindak Adil” dalam Berjalan dengan Allah

      1-3. (a) Mengapa kita berutang budi kepada Yehuwa? (b) Apa balasan yang diminta oleh Penyelamat kita yang pengasih?

      BAYANGKANLAH diri Saudara terperangkap dalam sebuah kapal yang sedang tenggelam. Tepat ketika Saudara sedang berpikir bahwa sudah tidak ada harapan lagi, seorang penyelamat tiba dan menarik Saudara ke tempat yang aman. Alangkah leganya Saudara seraya sang penyelamat membawa Saudara menjauh dari bahaya dan berkata, ”Anda aman sekarang”! Tidakkah Saudara akan merasa berutang budi kepada orang tersebut? Dalam pengertian yang sesungguhnya, Saudara berutang kehidupan kepadanya.

      2 Dalam beberapa hal, ilustrasi di atas melukiskan apa yang telah Yehuwa lakukan bagi kita. Tentu saja, kita berutang budi kepada-Nya. Ya, Dia telah menyediakan tebusan, yang memungkinkan kita dibebaskan dari cengkeraman dosa dan kematian. Kita merasa aman karena tahu bahwa asalkan kita memperlihatkan iman akan korban yang berharga tersebut, dosa-dosa kita diampuni, dan masa depan kekal kita terjamin. (1 Yohanes 1:7; 4:9) Seperti yang kita ketahui dari Pasal 14, tebusan adalah pernyataan kasih dan keadilan Yehuwa yang terbesar. Bagaimana hendaknya tanggapan kita?

      3 Kita patut memikirkan balasan yang diminta oleh Penyelamat kita yang pengasih. Melalui Nabi Mikha, Yehuwa berkata, ”Manusia, Dia telah memberitahumu apa yang baik. Apa yang Yehuwa minta darimu? Dia hanya memintamu untuk bertindak adil, menunjukkan kasih dengan baik hati dan setia, dan berjalan dengan sadar diri bersama Allahmu!” (Mikha 6:8) Perhatikan, salah satu hal yang Yehuwa minta sebagai balasan dari kita adalah ”bertindak adil”. Bagaimana caranya?

      Mengejar ’Kebenaran yang Sejati’

      4. Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa mengharapkan kita untuk hidup selaras dengan standar-standar-Nya yang adil dan benar?

      4 Yehuwa mengharapkan kita untuk hidup selaras dengan standar-standar-Nya tentang yang benar dan yang salah. Karena standar-standar-Nya adil dan benar, kita mengejar keadilan dan kebenaran apabila kita menyelaraskan diri dengan standar-standar tersebut. ”Belajarlah berbuat baik, tegakkan keadilan,” kata Yesaya 1:17. Firman Allah menasihati kita untuk ”lakukan apa yang benar”. (Zefanya 2:3) Firman Allah juga mendesak kita untuk ”mengenakan kepribadian baru, yang dibuat menurut kehendak Allah, yang sesuai dengan kebenaran . . . yang sejati”. (Efesus 4:24) Kebenaran yang sejati—keadilan yang sejati—menjauhi kekerasan, kenajisan, dan perbuatan cabul, karena hal-hal tersebut mencemari apa yang kudus.​—Mazmur 11:5; Efesus 5:3-5.

      5, 6. (a) Mengapa menyelaraskan diri dengan standar-standar Yehuwa bukanlah beban bagi kita? (b) Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa melakukan hal-hal yang benar adalah proses yang berkesinambungan?

      5 Apakah menyelaraskan diri dengan standar-standar Yehuwa yang benar merupakan beban bagi kita? Tidak. Tuntutan Yehuwa bukanlah beban bagi hati yang sangat tertarik kepada-Nya. Karena mengasihi Allah kita dan seluruh kepribadian-Nya, kita ingin hidup dengan cara yang menyenangkan Dia. (1 Yohanes 5:3) Ingatlah bahwa Yehuwa ”menyukai perbuatan yang benar”. (Mazmur 11:7) Jika kita memang sungguh-sungguh ingin meniru keadilan Yehuwa, atau kebenaran-Nya, kita harus mengasihi apa yang Dia kasihi dan membenci apa yang Dia benci.​—Mazmur 97:10.

      6 Tidaklah mudah bagi manusia yang tak sempurna untuk melakukan hal-hal yang benar. Kita harus menanggalkan kepribadian lama dengan praktek-prakteknya yang berdosa dan mengenakan kepribadian baru. Alkitab mengatakan bahwa kepribadian baru ”akan diperbarui” melalui pengetahuan yang saksama. (Kolose 3:9, 10) Frasa ”akan diperbarui” di bahasa aslinya mengindikasikan bahwa mengenakan kepribadian baru merupakan suatu proses yang berkesinambungan, proses yang menuntut upaya yang sungguh-sungguh. Tidak soal seberapa kerasnya kita mencoba melakukan apa yang benar, adakalanya sifat bawaan kita yang berdosa membuat kita tersandung dalam cara berpikir, perkataan, atau perbuatan.​—Roma 7:14-20; Yakobus 3:2.

      7. Bagaimana hendaknya kita memandang kegagalan dalam upaya kita untuk melakukan hal-hal yang benar?

      7 Bagaimana hendaknya kita memandang kegagalan dalam upaya kita untuk melakukan hal-hal yang benar? Tentu saja, kita tidak ingin meremehkan seriusnya dosa. Pada waktu yang sama, kita jangan sekali-kali menyerah, merasa bahwa kelemahan kita membuat kita tidak pantas melayani Yehuwa. Allah kita yang murah hati telah membuat penyelenggaraan untuk memulihkan orang yang sungguh-sungguh bertobat sehingga diperkenan oleh-Nya. Perhatikan kata-kata Rasul Yohanes yang menghangatkan hati ini, ”Saya menulis tentang semua ini supaya kalian tidak berbuat dosa.” Tetapi kemudian, secara realistis dia menambahkan, ”Tapi kalau ada yang berbuat dosa [karena mewarisi ketidaksempurnaan], kita punya penolong yang ada bersama Bapak, yaitu Yesus Kristus.” (1 Yohanes 2:1) Ya, karena Yehuwa telah menyediakan korban tebusan Yesus, kita dapat diterima untuk melayani Dia sekalipun kita memiliki sifat bawaan yang berdosa. Bukankah hal itu menggerakkan kita untuk ingin melakukan yang terbaik demi menyenangkan Yehuwa?

      Kabar Baik dan Keadilan Ilahi

      8, 9. Bagaimana pemberitaan kabar baik mempertunjukkan keadilan Yehuwa?

      8 Kita dapat menjalankan keadilan—bahkan, meniru keadilan ilahi—dengan ambil bagian sepenuhnya dalam pemberitaan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada orang lain. Apa hubungan antara keadilan Yehuwa dan kabar baik?

      9 Yehuwa tidak akan mengakhiri sistem fasik ini tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu. Dalam nubuatnya mengenai hal-hal yang akan terjadi pada zaman akhir, Yesus berkata, ”Kabar baik harus diberitakan dulu kepada semua bangsa.” (Markus 13:10; Matius 24:3) Digunakannya kata ”dulu” menyiratkan bahwa peristiwa-peristiwa lain akan mengikuti pekerjaan pemberitaan seluas dunia. Peristiwa-peristiwa itu termasuk kesengsaraan besar yang dinubuatkan, yang akan berarti pembinasaan atas orang fasik dan dipersiapkannya jalan bagi terwujudnya dunia baru yang benar. (Matius 24:14, 21, 22) Tentulah, tak seorang pun dapat dengan tepat menuduh Yehuwa tidak adil terhadap orang fasik. Dengan memberikan peringatan, Dia memberikan banyak kesempatan kepada orang-orang seperti itu untuk mengubah haluan mereka dan dengan demikian luput dari pembinasaan tersebut.​—Yunus 3:1-10.

      10, 11. Bagaimana keikutsertaan kita dalam pemberitaan kabar baik mencerminkan keadilan ilahi?

      10 Bagaimana pemberitaan kabar baik yang kita lakukan mencerminkan keadilan ilahi? Pertama-tama, kita memang harus melakukan sebisa-bisanya untuk membantu orang lain memperoleh keselamatan. Pikirkan kembali ilustrasi tentang penyelamatan dari kapal yang sedang tenggelam. Setelah aman dalam perahu penyelamat, pastilah Saudara ingin membantu orang-orang lain yang masih di dalam air. Demikian pula, kita memiliki kewajiban terhadap orang-orang yang masih berjuang di dalam ”perairan” dunia yang fasik ini. Memang, banyak yang menolak berita kita. Namun, selama Yehuwa masih bersabar, kita bertanggung jawab memberi mereka kesempatan untuk ”bertobat” dan dengan demikian layak untuk diselamatkan.​—2 Petrus 3:9.

      11 Dengan memberitakan kabar baik kepada siapa saja yang kita temui, kita mempertunjukkan keadilan dengan cara penting lainnya: Kita menunjukkan sikap tidak berat sebelah. Ingatlah bahwa ”Allah tidak berat sebelah. Semua orang dari bangsa mana pun yang takut kepada-Nya dan melakukan apa yang benar diterima oleh-Nya”. (Kisah 10:34, 35) Jika kita ingin meniru keadilan-Nya, kita tidak boleh berprasangka terhadap orang-orang. Sebaliknya, kita hendaknya membagikan kabar baik kepada orang lain tidak soal ras, status sosial, atau keadaan finansial mereka. Dengan demikian, kita memberikan kesempatan kepada semua orang yang mau mendengarkan berita kita untuk mengetahui dan menanggapi kabar baik.​—Roma 10:11-13.

      Cara Kita Memperlakukan Orang Lain

      12, 13. (a) Mengapa kita hendaknya tidak terburu-buru menghakimi orang lain? (b) Apa makna nasihat Yesus untuk ’berhenti menghakimi’ dan ’berhenti mengecam’? (Lihat juga catatan kaki.)

      12 Kita juga dapat menjalankan keadilan dengan memperlakukan orang lain sebagaimana Yehuwa memperlakukan kita. Sangatlah mudah untuk menghakimi orang lain, mengkritik kesalahan mereka dan mempertanyakan motif mereka. Namun, siapa di antara kita yang menginginkan Yehuwa meneliti motif dan kelemahan kita dengan cermat dan dengan cara yang tidak berbelaskasihan? Bukan begitu cara Yehuwa berurusan dengan kita. Sang pemazmur menyatakan, ”Kalau kesalahanlah yang Engkau perhatikan, oh Yah, siapa yang bisa tahan, oh Yehuwa?” (Mazmur 130:3) Tidakkah kita bersyukur bahwa Allah kita yang adil dan berbelaskasihan memilih untuk tidak terus-menerus memperhatikan kesalahan kita? (Mazmur 103:8-10) Kalau begitu, bagaimana hendaknya kita memperlakukan orang lain?

      13 Jika kita memahami sifat belas kasihan dari keadilan Allah, kita tidak akan terburu-buru menghakimi orang lain dalam urusan-urusan yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan kita atau yang kurang penting. Dalam Khotbahnya di Gunung, Yesus memperingatkan, ”Berhentilah menghakimi supaya kalian tidak dihakimi.” (Matius 7:1) Menurut catatan Lukas, Yesus menambahkan, ”Berhentilah mengecam, dan kalian tidak akan dikecam.”a (Lukas 6:37) Yesus memperlihatkan bahwa dia sadar akan kecenderungan manusia yang tak sempurna untuk bersikap menghakimi. Jika ada di antara pendengarnya yang terbiasa menghakimi orang lain dengan kasar, orang itu harus menghentikan kebiasaannya.

      Seorang saudari sedang mengabar kepada seorang pria lansia yang memiliki keterbatasan fisik dan seorang gadis kecil.

      Kita mempertunjukkan keadilan ilahi sewaktu kita tanpa berat sebelah membagikan kabar baik kepada orang lain

      14. Untuk alasan apa saja kita harus ’berhenti menghakimi’ orang lain?

      14 Mengapa kita harus ’berhenti menghakimi’ orang lain? Karena, wewenang kita terbatas. Yakobus, sang murid, mengingatkan kita, ”Hanya ada satu Pemberi Hukum dan Hakim”—Yehuwa. Jadi, dengan terus terang Yakobus bertanya, ”Siapakah kalian sehingga kalian menghakimi sesama kalian?” (Yakobus 4:12; Roma 14:1-4) Lagi pula, sifat bawaan kita yang berdosa dapat dengan mudah membuat penghakiman kita menjadi tidak adil. Banyak sikap dan motif—termasuk prasangka, harga diri yang terluka, kecemburuan, dan menganggap diri benar—dapat mengacaukan cara pandang kita terhadap sesama manusia. Kita memiliki keterbatasan-keterbatasan lain, dan merenungkan semua itu hendaknya mencegah kita sehingga tidak terburu-buru mencari kesalahan dalam diri orang lain. Kita tidak dapat membaca hati; kita juga tidak tahu semua keadaan pribadi orang lain. Kalau begitu, siapakah kita ini sehingga dapat menuduhkan motif yang salah kepada rekan-rekan seiman atau mengkritik upaya mereka dalam dinas kepada Allah? Alangkah jauh lebih baik untuk meniru Yehuwa dengan mencari hal-hal baik dalam diri saudara-saudari kita ketimbang menyoroti kesalahan-kesalahan mereka!

      15. Kata-kata dan perlakuan apa yang tidak diperbolehkan di kalangan penyembah Allah, dan mengapa?

      15 Bagaimana dengan anggota keluarga kita? Sungguh menyedihkan, dalam dunia ini beberapa penghakiman yang paling keras justru dijatuhkan di tempat yang seharusnya menjadi perlindungan yang penuh damai—rumah. Kita sudah biasa mendengar tentang para suami, istri, atau orang tua yang kasar yang ”menghukum” anggota keluarga mereka dengan serangan penganiayaan secara lisan atau fisik yang tiada henti. Tetapi, perkataan yang keji, sarkasme yang sinis, dan perlakuan yang kasar tidak diperbolehkan di kalangan penyembah Allah. (Efesus 4:29, 31; 5:33; 6:4) Nasihat Yesus untuk ’berhenti menghakimi’ dan ’berhenti mengecam’ tetap berlaku sewaktu kita berada di rumah. Ingatlah bahwa menjalankan keadilan mencakup memperlakukan orang lain sebagaimana Yehuwa memperlakukan kita. Dan, Allah kita tidak pernah memperlakukan kita dengan kasar atau kejam. Sebaliknya, Dia ”penuh kasih sayang” terhadap mereka yang mengasihi-Nya. (Yakobus 5:11) Benar-benar teladan yang luar biasa untuk kita tiru!

      Para Penatua Melayani ”Demi Keadilan”

      16, 17. (a) Apa yang Yehuwa harapkan dari para penatua? (b) Apa yang harus dilakukan jika seorang pedosa gagal memperlihatkan pertobatan yang tulus, dan mengapa?

      16 Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjalankan keadilan, tetapi para penatua dalam sidang Kristenlah yang khususnya memiliki tanggung jawab dalam hal ini. Perhatikan uraian yang bersifat nubuat mengenai para ”pemimpin”, atau para penatua, yang dicatat oleh Yesaya, ”Seorang raja akan memerintah demi kebenaran, dan para pemimpin akan berkuasa demi keadilan.” (Yesaya 32:1) Ya, Yehuwa mengharapkan para penatua melayani selaras dengan keadilan. Bagaimana mereka dapat melakukannya?

      17 Pria-pria yang memenuhi syarat secara rohani ini tahu persis bahwa keadilan, atau kebenaran, mengharuskan sidang dijaga tetap bersih. Adakalanya, para penatua berkewajiban untuk mengadili kasus-kasus pelanggaran serius. Sewaktu melakukannya, mereka mengingat bahwa keadilan ilahi berupaya mengulurkan belas kasihan jika memungkinkan. Oleh karena itu, mereka berupaya membimbing si pedosa untuk bertobat. Tetapi, bagaimana jika si pedosa gagal memperlihatkan pertobatan yang tulus kendati upaya telah dikerahkan untuk membantunya? Dengan keadilan yang sempurna, Firman Yehuwa memerintahkan agar langkah tegas diambil, ”Singkirkan orang yang berbuat buruk itu dari antara kalian.” Hal itu berarti mengusir dia dari sidang. (1 Korintus 5:11-13; 2 Yohanes 9-11) Para penatua sangat sedih seandainya harus mengambil tindakan seperti itu, tetapi mereka sadar bahwa hal itu perlu demi melindungi kebersihan moral dan rohani sidang. Sekalipun demikian, mereka berharap bahwa suatu hari kelak si pedosa akan sadar dan kembali ke sidang.​—Lukas 15:17, 18.

      18. Apa yang diingat para penatua sewaktu memberikan nasihat yang berdasarkan Alkitab kepada orang lain?

      18 Melayani selaras dengan keadilan juga mencakup memberikan nasihat yang berdasarkan Alkitab jika perlu. Tentu saja, para penatua tidak mencari-cari kesalahan orang lain. Mereka juga tidak memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan koreksi. Tetapi, seorang rekan seiman bisa saja ”salah langkah dan belum menyadarinya”. Dengan mengingat bahwa keadilan ilahi tidak kejam dan bukannya tanpa perasaan, para penatua akan tergerak untuk ”dengan lembut membawa dia kembali ke jalan yang benar”. (Galatia 6:1) Oleh karena itu, para penatua tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar atau memarahi seseorang yang berbuat salah. Sebaliknya, nasihat yang diberikan dengan pengasih membesarkan hati orang yang menerimanya. Bahkan sewaktu memberikan teguran yang terus terang—dengan gamblang menguraikan konsekuensi dari suatu haluan yang tidak bijaksana—para penatua ingat bahwa rekan seiman yang berbuat salah adalah domba dalam kawanan Yehuwa.b (Lukas 15:7) Jika nasihat atau teguran jelas-jelas dimotivasi oleh dan diberikan karena kasih, kemungkinan besar orang yang berbuat salah itu dapat disesuaikan kembali.

      19. Para penatua harus membuat keputusan macam apa, dan keputusan seperti itu hendaknya didasarkan atas apa?

      19 Para penatua sering kali harus membuat keputusan yang memengaruhi rekan-rekan seimannya. Misalnya, para penatua secara berkala mengadakan rapat untuk membahas apakah saudara-saudara lain di dalam sidang memenuhi syarat untuk direkomendasikan sebagai penatua atau hamba pelayanan. Para penatua mengetahui pentingnya bersikap tidak berat sebelah. Mereka membiarkan persyaratan Allah untuk pelantikan seperti itu membimbing mereka dalam membuat keputusan, tidak bersandar pada perasaan pribadi semata. Dengan demikian, mereka bertindak ”tanpa prasangka atau sikap berat sebelah”.​—1 Timotius 5:21.

      20, 21. (a) Para penatua berupaya keras untuk menjadi apa, dan mengapa? (b) Apa yang dapat dilakukan para penatua untuk membantu ”orang yang tertekan”?

      20 Para penatua juga menjalankan keadilan ilahi dengan cara-cara lain. Setelah menubuatkan bahwa para penatua akan melayani ”demi keadilan”, Yesaya melanjutkan, ”Masing-masing akan menjadi seperti tempat persembunyian dari angin, seperti tempat berlindung dari hujan badai, seperti aliran air di tanah yang kering, seperti naungan tebing besar di tanah yang gersang.” (Yesaya 32:1, 2) Dengan demikian, para penatua berupaya keras untuk menjadi sumber penghiburan dan penyegaran bagi rekan seiman mereka.

      21 Sekarang, dengan banyaknya problem yang cenderung mengecilkan hati, banyak yang membutuhkan dukungan moril. Para penatua, apa yang dapat kalian lakukan untuk membantu ”orang yang tertekan”? (1 Tesalonika 5:14) Dengarkanlah mereka dengan empati. (Yakobus 1:19) Mungkin mereka perlu menceritakan kekhawatiran dalam hati mereka kepada seseorang yang mereka percayai. (Amsal 12:25) Yakinkan mereka bahwa mereka diinginkan, dihargai, dan dikasihi—ya, oleh Yehuwa dan juga oleh saudara-saudari mereka. (1 Petrus 1:22; 5:6, 7) Selain itu, Saudara dapat berdoa bersama mereka dan mendoakan mereka. Mendengar seorang penatua memanjatkan doa yang sepenuh hati demi kepentingan mereka dapat menjadi hal yang paling menghibur. (Yakobus 5:14, 15) Upaya Saudara yang pengasih untuk membantu orang-orang yang tertekan tidak akan luput dari perhatian Allah keadilan.

      Para penatua mencerminkan keadilan Yehuwa sewaktu mereka membesarkan hati orang yang berkecil hati

      22. Dengan cara apa saja kita dapat meniru keadilan Yehuwa, dan dengan hasil apa?

      22 Ya, kita semakin mendekat kepada Yehuwa dengan meniru keadilan-Nya! Sewaktu kita menjunjung standar-standar-Nya yang benar, sewaktu kita membagikan kabar baik yang menyelamatkan kehidupan kepada orang lain, dan sewaktu kita memilih untuk memusatkan perhatian kepada hal-hal baik dalam diri orang lain ketimbang mencari-cari kesalahan mereka, kita mempertunjukkan keadilan ilahi. Para penatua, ketika kalian melindungi kebersihan sidang, ketika kalian memberikan nasihat yang membina yang berdasarkan Alkitab, ketika kalian membuat keputusan yang tidak berat sebelah, dan ketika kalian membesarkan hati mereka yang berkecil hati, kalian mencerminkan keadilan ilahi. Pastilah hati Yehuwa sangat senang sewaktu memandang ke bawah dari surga dan melihat umat-Nya berupaya sedapat mungkin untuk ”bertindak adil” dalam berjalan dengan Allah mereka!

      a Beberapa terjemahan mengatakan ”jangan menghakimi” dan ”jangan menghukum”. Terjemahan-terjemahan tersebut menyiratkan makna ”jangan mulai menghakimi” dan ”jangan mulai menghukum”. Akan tetapi, di sini para penulis Alkitab menggunakan kalimat perintah negatif dalam bentuk waktu sekarang (sedang berlangsung). Jadi, tindakan yang digambarkan adalah tindakan yang sekarang terjadi tetapi harus dihentikan.

      b Di 2 Timotius 4:2, Alkitab mengatakan bahwa para penatua kadang-kadang harus memberikan ”teguran, peringatan, dan nasihat”. Kata Yunani yang diterjemahkan ”nasihat” (pa·ra·ka·leʹo) dapat berarti ”membesarkan hati”. Kata Yunani yang berkaitan, pa·raʹkle·tos, bisa memaksudkan pengacara dalam sebuah kasus hukum. Jadi, bahkan ketika memberikan teguran keras, para penatua hendaknya menjadi penolong bagi mereka yang membutuhkan bantuan rohani.

      Pertanyaan untuk Direnungkan

      • Ulangan 1:16, 17 Apa yang Yehuwa tuntut dari para hakim di Israel, dan apa yang dapat dipelajari oleh para penatua dari hal ini?

      • Yeremia 22:13-17 Yehuwa memperingatkan tentang praktek-praktek yang tidak adil apa, dan apa yang kita perlukan supaya bisa meniru keadilan-Nya?

      • Matius 7:2-5 Mengapa kita hendaknya tidak terburu-buru mencari kesalahan rekan seiman kita?

      • Yakobus 2:1-9 Bagaimana Yehuwa memandang tindakan pilih kasih, dan bagaimana kita dapat menerapkan nasihat ini sewaktu berurusan dengan orang lain?

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan