-
’Betapa Luar Biasanya Hikmat Allah!’Mendekatlah kepada Yehuwa
-
-
PASAL 17
’Betapa Luar Biasanya Hikmat Allah!’
1, 2. Apa tujuan Yehuwa sehubungan dengan hari ketujuh, dan bagaimana hikmat ilahi diuji pada awal hari tersebut?
RUSAK! Manusia, mahakarya hari keenam penciptaan, tiba-tiba terpuruk dari keadaannya yang sangat mulia ke dalam kehinaan yang tiada taranya. Yehuwa menyatakan bahwa ”semua yang Dia buat”, termasuk manusia, ”sangat baik”. (Kejadian 1:31) Namun, pada awal hari ketujuh, Adam dan Hawa memilih untuk mengikuti Setan ke dalam pemberontakan. Mereka jatuh ke dalam dosa, ketidaksempurnaan, dan kematian.
2 Tujuan Yehuwa sehubungan dengan hari ketujuh seolah-olah sudah tersimpangkan tanpa harapan. Hari itu, seperti keenam hari sebelumnya, lamanya tentu ribuan tahun. Yehuwa telah menyatakannya sebagai hari yang suci, dan pada hari itulah seluruh bumi akhirnya akan dibuat menjadi suatu firdaus yang dipenuhi dengan keluarga manusia yang sempurna. (Kejadian 1:28; 2:3) Namun, setelah pemberontakan yang membawa malapetaka itu terjadi, bagaimana hal tersebut bisa terwujud? Apa yang akan Allah lakukan? Inilah ujian yang dramatis bagi hikmat Yehuwa—mungkin ujian yang terbesar.
3, 4. (a) Mengapa tanggapan Yehuwa terhadap pemberontakan di Eden merupakan contoh yang membangkitkan rasa takjub akan hikmat-Nya? (b) Seraya kita mempelajari hikmat Yehuwa, kerendahan hati hendaknya menggerakkan kita untuk mengingat kebenaran apa?
3 Yehuwa segera bertindak. Dia menjatuhkan hukuman kepada para pemberontak di Eden, dan pada waktu yang sama, Dia memberikan sekilas gambaran tentang sesuatu yang luar biasa: rencana-Nya untuk mengatasi kesusahan yang baru saja mulai. (Kejadian 3:15) Rencana Yehuwa yang berwawasan ke depan dimulai dari Eden hingga sepanjang ribuan tahun sejarah manusia dan seterusnya, jauh ke masa depan. Rencana tersebut kelihatannya sederhana tetapi sangat luhur dan sangat sarat makna sehingga seorang pembaca Alkitab dapat menggunakan seluruh masa hidupnya yang produktif untuk mempelajari dan merenungkannya. Selain itu, rencana Yehuwa pasti akan sukses. Hal itu akan mengakhiri semua kefasikan, dosa, dan kematian. Itu juga akan membawa umat manusia yang setia kepada kesempurnaan. Semuanya itu akan terjadi sebelum hari ketujuh berakhir, sehingga, apa pun yang terjadi, Yehuwa pasti akan memenuhi tujuan-Nya bagi bumi dan umat manusia sesuai dengan jadwal!
4 Hikmat demikian menggugah perasaan takjub, bukan? Rasul Paulus tergerak untuk menulis, ’Betapa luar biasanya hikmat Allah!’ (Roma 11:33) Seraya kita berupaya mempelajari berbagai aspek sifat ilahi ini, kerendahan hati hendaknya menggerakkan kita untuk mengingat kebenaran yang vital ini—bahwa, dengan upaya terbaik pun, kita hanya dapat mengorek permukaan hikmat Yehuwa yang sangat dalam. (Ayub 26:14) Pertama-tama, marilah kita definisikan sifat yang membangkitkan rasa takjub ini.
Apa Hikmat Ilahi Itu?
5, 6. Apa hubungan antara pengetahuan dan hikmat, dan seberapa luaskah pengetahuan Yehuwa?
5 Hikmat tidak sama dengan pengetahuan. Komputer dapat menyimpan begitu banyak pengetahuan, tetapi sulit dibayangkan jika mesin tersebut dikatakan berhikmat. Meskipun demikian, pengetahuan dan hikmat berkaitan. (Amsal 10:14) Sebagai contoh, jika Saudara membutuhkan nasihat yang berhikmat tentang mengobati problem kesehatan yang serius, apakah Saudara akan berkonsultasi dengan seseorang yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan atau yang tidak tahu apa-apa tentang ilmu kedokteran? Tentu tidak! Jadi, pengetahuan yang saksama sangat penting bagi hikmat yang sejati.
6 Yehuwa memiliki perbendaharaan pengetahuan yang tak terhingga. Sebagai ”Raja segala zaman”, Dia sajalah yang telah hidup selama-lamanya. (Wahyu 15:3) Dan, selama kurun waktu yang tak terhitung panjangnya itu, segala sesuatu telah Dia ketahui. Alkitab mengatakan, ”Tidak ada ciptaan yang tersembunyi dari Dia. Sebaliknya, segala sesuatu terbuka dan terlihat jelas di hadapan Dia, yang kepada-Nya kita harus bertanggung jawab.” (Ibrani 4:13; Amsal 15:3) Sebagai Pencipta, Yehuwa mengerti sepenuhnya apa yang telah Dia buat, dan Dia telah mengamati semua kegiatan manusia sejak permulaan. Dia menyelidiki setiap hati manusia, tak satu pun yang terlewat. (1 Tawarikh 28:9) Karena menciptakan kita sebagai insan-insan yang bebas memilih, Dia senang sewaktu melihat kita membuat pilihan yang bijaksana dalam kehidupan. Sebagai ”Pendengar doa”, Dia mendengarkan begitu banyak pernyataan setiap waktu! (Mazmur 65:2) Dan, tentu saja, Yehuwa memiliki daya ingat yang sempurna.
7, 8. Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan pengertian, pemahaman, dan hikmat?
7 Yehuwa tidak hanya memiliki pengetahuan. Dia juga melihat bagaimana fakta-fakta berkaitan dan memahami gambaran keseluruhan yang dihasilkan oleh banyak sekali perincian. Dia mengevaluasi dan menghakimi, membedakan antara hal-hal yang baik dan yang jahat, yang penting dan yang sepele. Selain itu, Dia melihat apa yang ada di balik penampilan lahiriah dan meneliti hati dengan cermat. (1 Samuel 16:7) Oleh karena itu, Yehuwa memiliki pengertian dan pemahaman, sifat-sifat yang lebih unggul daripada pengetahuan. Namun, hikmat masih lebih unggul daripada semuanya itu.
8 Hikmat menggabungkan pengetahuan, pemahaman, dan pengertian untuk mencapai hasil yang diharapkan. Malah, beberapa kata dalam bahasa asli Alkitab yang diterjemahkan ”hikmat” secara harfiah berarti ”pekerjaan yang efektif” atau ”hikmat yang praktis”. Jadi, hikmat Yehuwa bukan hanya teori. Hikmat tersebut praktis dan membawa hasil. Dengan memanfaatkan pengetahuan-Nya yang luas dan pengertian-Nya yang dalam, Yehuwa selalu membuat keputusan yang terbaik, melaksanakannya melalui tindakan terbaik yang terpikirkan. Itulah hikmat yang sejati! Yehuwa mempertunjukkan kebenaran pernyataan Yesus ini, ”Hikmat seseorang nyata dari perbuatannya.” (Matius 11:19) Pekerjaan Yehuwa di seluruh alam semesta memberikan kesaksian yang sangat kuat tentang hikmat-Nya.
Bukti Hikmat Ilahi
9, 10. (a) Hikmat macam apa yang Yehuwa pertunjukkan, dan bagaimana Dia memperlihatkannya? (b) Bagaimana sebuah sel memberikan bukti tentang hikmat Yehuwa?
9 Pernahkah Saudara mengagumi kreativitas seorang perajin dalam membuat barang-barang yang indah dan benar-benar berguna? Kreativitas semacam itu adalah satu jenis hikmat yang mengesankan. (Keluaran 31:1-3) Yehuwa sendiri adalah Sumber dan Pemilik teragung hikmat semacam itu. Raja Daud berkata mengenai Yehuwa, ”Aku memuji-Mu karena aku dibuat dengan hebat dan mengagumkan. Pekerjaan-pekerjaan-Mu menakjubkan, aku benar-benar mengetahuinya.” (Mazmur 139:14) Ya, semakin banyak kita mempelajari tubuh manusia, semakin besar rasa takjub kita akan hikmat Yehuwa.
10 Sebagai ilustrasi: Saudara berawal dari sebuah sel tunggal—sebuah sel telur ibu Saudara, dibuahi oleh sebuah sperma ayah Saudara. Tak lama kemudian, sel tersebut mulai membelah diri. Saudara, produk akhirnya, terbentuk dari sekitar 100 triliun sel. Sel-sel tersebut sangat mungil. Sekitar 10.000 sel berukuran rata-rata akan menjadi sebesar sebuah kepala jarum pentol. Namun, tiap-tiap sel adalah ciptaan yang memiliki tingkat kerumitan yang luar biasa. Sebuah sel jauh lebih rumit daripada mesin atau pabrik mana pun buatan manusia. Para ilmuwan mengatakan bahwa sebuah sel bagaikan kota bertembok—yang memiliki pintu masuk dan pintu keluar yang terkontrol, sistem transportasi, jaringan komunikasi, pembangkit tenaga listrik, pabrik, fasilitas pembuangan dan daur ulang limbah, sistem pertahanan, dan bahkan semacam pusat pemerintahan dalam nukleusnya. Selain itu, sebuah sel dapat membuat duplikat dirinya secara lengkap dalam beberapa jam saja!
11, 12. (a) Apa yang menyebabkan sel-sel sebuah embrio yang sedang bertumbuh memiliki fungsi yang berbeda-beda, dan bagaimana hal itu selaras dengan Mazmur 139:16? (b) Bagaimana otak manusia menunjukkan bahwa kita ’dibuat dengan mengagumkan’?
11 Tentu saja, tidak semua sel sama. Seraya sel-sel sebuah embrio terus membelah diri, sel-sel tersebut menjalankan fungsi-fungsi yang sangat berbeda. Beberapa akan menjadi sel-sel saraf; yang lain-lain sel-sel tulang, otot, darah, atau mata. Semua perbedaan tersebut diprogram ke dalam ”perpustakaan” cetak biru genetis sel, yaitu ADN. Sungguh menarik, Daud tergugah untuk berkata kepada Yehuwa, ”Mata-Mu melihat bahkan saat aku masih janin; semua bagiannya tertulis di buku-Mu.”—Mazmur 139:16.
12 Beberapa bagian tubuh luar biasa rumitnya. Sebagai contoh, perhatikan otak manusia. Ada yang menyebutnya sebagai benda paling rumit yang pernah ditemukan di alam semesta. Di dalam otak terdapat sekitar 100 miliar sel saraf—mungkin sebanyak jumlah bintang dalam galaksi kita. Tiap-tiap sel tersebut bercabang-cabang menjadi ribuan sambungan dengan sel-sel lain. Para ilmuwan mengatakan bahwa otak manusia dapat menampung semua informasi yang terdapat di semua perpustakaan dunia dan, sesungguhnya, memiliki kapasitas penyimpanan yang tak terhingga. Kendati sudah puluhan tahun mempelajari organ tubuh yang ’dibuat dengan mengagumkan’ itu, para ilmuwan mengakui bahwa bisa jadi mereka tidak akan pernah dapat mengerti sepenuhnya cara kerjanya.
13, 14. (a) Bagaimana semut dan makhluk-makhluk lain menunjukkan bahwa mereka ”sangat bijaksana”, dan apa yang dapat kita pelajari dari hal itu sehubungan dengan Pencipta mereka? (b) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa ciptaan-ciptaan tersebut seperti halnya jaring laba-laba dibuat ”dengan hikmat”?
13 Akan tetapi, manusia hanyalah salah satu contoh hikmat Yehuwa dalam menciptakan. Mazmur 104:24 berkata, ”Hasil karya-Mu sungguh banyak, oh Yehuwa! Semuanya Kaubuat dengan hikmat. Bumi penuh dengan apa yang Kaubuat.” Hikmat Yehuwa terlihat dalam setiap ciptaan di sekeliling kita. Semut, misalnya, ”sangat bijaksana”. (Amsal 30:24) Ya, koloni semut diorganisasi dengan sangat baik. Beberapa koloni semut mengurus, menampung, dan mengambil makanan dari serangga yang disebut kutu daun, seolah-olah serangga itu adalah ternak mereka. Semut-semut lain bertindak sebagai petani, yang mengurus dan menggarap ”tanaman” fungi. Banyak makhluk lainnya telah diprogram untuk melakukan hal-hal yang menakjubkan berdasarkan naluri. Seekor lalat rumah memiliki kebolehan aerobatik yang tidak dapat ditiru oleh kapal terbang paling mutakhir buatan manusia. Burung-burung yang bermigrasi dapat menentukan arah dengan bantuan bintang-bintang, arah medan magnet bumi, atau sejenis peta internal. Para biolog menggunakan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari perilaku cerdas yang telah terprogram dalam makhluk-makhluk itu. Pastilah, hikmat Allah, Sang Pemrogram, sangat luar biasa!
14 Para ilmuwan telah banyak belajar dari hikmat Yehuwa dalam menciptakan. Bahkan, ada suatu bidang rekayasa, disebut biomimetika, yang berupaya meniru rancangan yang ditemukan di alam. Misalnya, Saudara mungkin mengagumi keindahan sebuah jaring laba-laba. Namun, seorang insinyur akan memandangnya sebagai suatu keajaiban rancangan. Beberapa untaian yang tampaknya ringkih ternyata secara proporsional lebih kuat daripada baja, lebih tangguh daripada serat pada rompi antipeluru. Tepatnya, seberapa kuatkah itu? Bayangkan sebuah jaring laba-laba diperbesar hingga seukuran jala yang digunakan pada perahu nelayan. Jaring seperti itu dapat menangkap sebuah pesawat penumpang yang tengah terbang! Ya, Yehuwa telah membuat semuanya itu ”dengan hikmat”.
Siapa yang memprogram makhluk-makhluk di bumi sehingga menjadi ”sangat bijaksana”?
Hikmat di Luar Bumi
15, 16. (a) Langit berbintang memberikan bukti apa tentang hikmat Yehuwa? (b) Bagaimana kedudukan Yehuwa sebagai Komandan Tertinggi atas para malaikat yang sangat besar jumlahnya memberikan kesaksian tentang hikmat Sang Administrator?
15 Hikmat Yehuwa nyata pada hasil karya-Nya di seluruh alam semesta. Bintang-bintang, yang telah kita bahas secara panjang lebar di Pasal 5, tidak terserak begitu saja di seluruh angkasa luar. Berkat hikmat ”hukum-hukum langit” Yehuwa, dengan indahnya langit telah diorganisasi ke dalam galaksi-galaksi yang teratur yang, selanjutnya, dikelompokkan ke dalam gugusan-gugusan yang, selanjutnya, membentuk adigugusan-adigugusan. (Ayub 38:33, The New Jerusalem Bible) Tidak heran jika Yehuwa menyebut benda-benda angkasa tersebut sebagai sebuah ”pasukan”! (Yesaya 40:26) Namun, ada pasukan lain yang mempertunjukkan hikmat Yehuwa dengan cara yang bahkan lebih gamblang lagi.
16 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 4, Allah menyandang gelar ”Yehuwa yang berbala tentara” karena kedudukan-Nya sebagai Komandan Tertinggi sebuah pasukan yang sangat besar yang terdiri dari beratus-ratus juta makhluk roh. Hal itu adalah bukti kuasa Yehuwa. Namun, bagaimana hikmat-Nya tersangkut dalam hal ini? Coba pikir: Yehuwa dan Yesus tidak pernah menganggur. (Yohanes 5:17) Jadi, masuk akal jika para malaikat yang melayani Yang Mahatinggi juga selalu sibuk. Dan ingatlah, mereka lebih tinggi daripada manusia, supercerdas dan superkuat. (Ibrani 1:7; 2:7) Namun, Yehuwa membuat semua malaikat itu tetap sibuk, dengan bersukacita mereka turut serta dalam menunaikan pekerjaan—”melaksanakan firman-Nya” dan ”melakukan kehendak-Nya”—selama miliaran tahun. (Mazmur 103:20, 21) Sungguh menakjubkan hikmat yang dimiliki oleh Sang Administrator!
Yehuwa Adalah ”Satu-satunya yang Berhikmat”
17, 18. Mengapa Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa adalah ”satu-satunya yang berhikmat”, dan mengapa hendaknya hikmat-Nya membuat kita diliputi perasaan takjub?
17 Melihat bukti-bukti seperti itu, apakah mengherankan jika Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa memiliki hikmat yang tertinggi? Misalnya, Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa adalah ”satu-satunya yang berhikmat”. (Roma 16:27) Yehuwa-lah satu-satunya pribadi yang memiliki hikmat dalam arti yang mutlak. Dialah Sumber segala hikmat yang sejati. (Amsal 2:6) Itulah sebabnya, Yesus, meskipun dia adalah ciptaan Yehuwa yang paling berhikmat, tidak bersandar pada hikmatnya sendiri tetapi berbicara sesuai dengan petunjuk Bapaknya.—Yohanes 12:48-50.
18 Perhatikan bagaimana Rasul Paulus mengungkapkan keunikan hikmat Yehuwa, ”Betapa luar biasanya berkat, hikmat, dan pengetahuan Allah! Keputusan-Nya tidak bisa kita pahami sepenuhnya, dan jalan-jalan-Nya tidak bisa kita mengerti sepenuhnya!” (Roma 11:33) Kata-kata Paulus memperlihatkan emosi yang kuat—dalam hal ini, rasa takjub yang amat dalam. Kata Yunani yang dia pilih untuk ’luar biasa’ erat kaitannya dengan kata untuk ”lubang yang sangat dalam”. Oleh karena itu, kata-katanya menimbulkan gambaran mental yang hidup. Sewaktu kita merenungkan hikmat Yehuwa, halnya seolah-olah kita sedang menatap suatu lubang yang tak berdasar, suatu tempat yang teramat dalam dan teramat luas sehingga kita bahkan tidak akan pernah dapat memahami seberapa besar lubang itu, apalagi menjelajahinya atau memetakannya secara terperinci. (Mazmur 92:5) Dengan demikian, bukankah kita tidak ada artinya jika dibandingkan dengan Allah?
19, 20. (a) Mengapa elang cocok untuk melambangkan hikmat ilahi? (b) Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kesanggupan-Nya untuk melihat ke masa depan?
19 Yehuwa adalah ”satu-satunya yang berhikmat” dalam pengertian lain: Hanya Dialah yang sanggup melihat ke masa depan. Ingatlah, Yehuwa menggunakan elang yang dapat melihat jarak jauh untuk melambangkan hikmat ilahi. Seekor elang emas mungkin beratnya hanya lima kilogram, tetapi matanya lebih besar daripada mata orang dewasa. Penglihatan elang luar biasa tajam sehingga memungkinkan burung tersebut menemukan mangsa yang mungil dari ketinggian ratusan meter, bahkan mungkin dari jarak berkilo-kilo! Yehuwa sendiri pernah berkata mengenai elang, ”Matanya memandang ke kejauhan.” (Ayub 39:29) Dalam pengertian yang sama, Yehuwa dapat memandang ”ke kejauhan” dalam arus waktu—masa depan!
20 Alkitab sarat dengan bukti akan benarnya hal itu. Alkitab berisi ratusan nubuat atau sejarah yang ditulis jauh di muka. Hasil akhir berbagai perang, bangkit dan jatuhnya kuasa-kuasa dunia, dan bahkan strategi pertempuran para komandan militer tertentu semuanya dinubuatkan di dalam Alkitab—dalam beberapa kasus, ratusan tahun di muka.—Yesaya 44:25–45:4; Daniel 8:2-8, 20-22.
21, 22. (a) Mengapa tidak ada dasar untuk menyimpulkan bahwa Yehuwa telah mengetahui sebelumnya semua pilihan yang akan Saudara buat dalam kehidupan? Ilustrasikan. (b) Bagaimana kita tahu bahwa hikmat Yehuwa tidak dingin atau tanpa perasaan?
21 Akan tetapi, apakah hal itu berarti bahwa Allah telah mengetahui sebelumnya pilihan-pilihan yang akan Saudara buat dalam kehidupan? Mereka yang mengajarkan doktrin takdir berkeras bahwa jawabannya adalah ya. Akan tetapi, konsep tersebut sebenarnya merendahkan hikmat Yehuwa, karena hal itu menyiratkan bahwa Dia tidak dapat mengendalikan kesanggupan-Nya untuk melihat ke masa depan. Sebagai ilustrasi: Seandainya Saudara memiliki suara merdu yang tak tertandingi, apakah dengan begitu Saudara tidak punya pilihan lain selain menyanyi sepanjang waktu? Konsep tersebut tidak masuk akal! Demikian pula, Yehuwa memiliki kesanggupan untuk mengetahui masa depan jauh di muka, tetapi Dia tidak menggunakannya sepanjang waktu. Seandainya Dia melakukannya, kebebasan berkehendak kita, suatu pemberian berharga yang tidak akan pernah Yehuwa tarik kembali, bisa jadi akan dilanggar.—Ulangan 30:19, 20.
22 Yang lebih buruk lagi ialah konsep takdir menyiratkan bahwa hikmat Yehuwa itu dingin, tanpa kasih, tanpa perasaan, atau tanpa keibaan hati. Namun, pendapat tersebut sama sekali tidak benar! Alkitab mengajarkan bahwa Yehuwa itu ”hati-Nya bijaksana”. (Ayub 9:4) Bukan berarti Dia memiliki hati aksara, tetapi Alkitab sering kali menggunakan kata itu sehubungan dengan batin, yang mencakup motivasi dan perasaan, seperti kasih. Jadi, hikmat Yehuwa, sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain, dikendalikan oleh kasih.—1 Yohanes 4:8.
23. Keunggulan hikmat Yehuwa hendaknya menggerakkan kita untuk melakukan apa?
23 Tentu saja, hikmat Yehuwa dapat diandalkan sepenuhnya. Hikmat-Nya jauh lebih unggul daripada hikmat kita sendiri sehingga Firman Allah dengan pengasih mendesak kita, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan sepenuh hatimu, dan jangan andalkan pengertianmu sendiri. Dalam semua jalanmu, perhatikanlah Dia, dan Dia akan membuat jalan-jalanmu lurus.” (Amsal 3:5, 6) Sekarang, marilah kita gali hikmat Yehuwa sehingga kita dapat mendekat kepada Allah kita yang mahabijaksana.
-
-
Hikmat dalam ”Kata-Kata Allah”Mendekatlah kepada Yehuwa
-
-
PASAL 18
Hikmat dalam ”Kata-Kata Allah”
1, 2. ”Surat” apa yang telah Yehuwa tulis kepada kita, dan mengapa?
INGATKAH Saudara kapan terakhir kali menerima surat dari seseorang yang Saudara kasihi yang tinggal di tempat yang jauh? Tidak banyak hal yang memberi kita kebahagiaan sebesar yang kita peroleh karena menerima sepucuk surat yang tulus dari seseorang yang kita sayangi. Kita sangat senang mendengar tentang keadaannya, pengalaman-pengalamannya, dan rencana-rencananya. Komunikasi semacam itu membuat orang-orang yang saling mengasihi menjadi lebih dekat, meskipun secara fisik mereka berjauhan.
2 Kalau begitu, apa yang dapat lebih membahagiakan kita daripada menerima pesan tertulis dari Allah yang kita kasihi? Dalam pengertian tertentu, Yehuwa telah menulis sepucuk ”surat”—Firman-Nya, Alkitab—kepada kita. Di dalamnya, Dia memberi tahu kita siapa diri-Nya, apa yang telah Dia lakukan, apa yang akan Dia lakukan, dan masih banyak lagi. Yehuwa memberi kita Firman-Nya karena Dia ingin kita dekat dengan-Nya. Allah kita yang mahabijaksana memilih cara yang paling baik untuk berkomunikasi dengan kita. Ada hikmat yang tak tertandingi di balik penulisan Alkitab dan dalam isinya.
Mengapa Firman yang Tertulis?
3. Dengan cara apa Yehuwa menyampaikan Hukum kepada Musa?
3 Ada yang mungkin bertanya-tanya, ’Mengapa Yehuwa tidak menggunakan metode yang lebih dramatis—katakanlah, suara dari surga—untuk berkomunikasi dengan manusia?’ Sebenarnya, Yehuwa kadang-kadang memang berbicara dari surga dengan perantaraan malaikat-malaikat-Nya. Misalnya, sewaktu Dia memberikan Hukum kepada Israel. (Galatia 3:19) Suara dari surga membangkitkan rasa takut dan hormat—sedemikian hebatnya sampai-sampai orang Israel yang ketakutan tersebut meminta Yehuwa agar tidak berbicara kepada mereka dengan cara itu tetapi berkomunikasi melalui Musa. (Keluaran 20:18-20) Karena itulah, Hukum, yang memuat sekitar 600 ketetapan, disampaikan kepada Musa secara lisan, kata demi kata.
4. Jelaskan mengapa penyampaian secara lisan bukanlah metode yang dapat diandalkan dalam menyampaikan hukum-hukum Allah.
4 Akan tetapi, bagaimana jika Hukum tersebut tidak pernah dituangkan ke dalam tulisan? Apakah Musa akan sanggup mengingat dengan tepat kaidah yang terperinci itu kata demi kata dan menyampaikannya kepada segenap bangsa itu tanpa keliru? Bagaimana dengan generasi-generasi selanjutnya? Apakah mereka harus mengandalkan pernyataan lisan saja? Cara seperti itu bukanlah metode yang dapat diandalkan dalam menyampaikan hukum-hukum Allah. Bayangkan apa yang akan terjadi jika Saudara harus menyampaikan sebuah cerita kepada sederetan panjang orang dengan mengatakannya kepada orang pertama yang kemudian meneruskannya ke orang berikutnya sampai ke orang terakhir dalam deretan itu. Apa yang didengar oleh orang terakhir dalam deretan itu kemungkinan besar akan sangat berbeda dengan cerita aslinya. Perkataan Hukum Allah tidak berada dalam bahaya seperti itu.
5, 6. Apa yang Yehuwa instruksikan kepada Musa untuk dilakukan berkenaan dengan firman-Nya, dan mengapa memiliki Firman Yehuwa dalam bentuk tulisan merupakan berkat bagi kita?
5 Dengan bijaksana, Yehuwa memilih untuk menuangkan firman-Nya ke dalam tulisan. Dia menginstruksikan Musa, ”Tuliskan semua perkataan ini, karena berdasarkan kata-kata inilah Aku membuat perjanjian denganmu dan Israel.” (Keluaran 34:27) Dengan demikian, dimulailah era penulisan Alkitab, pada tahun 1513 SM. Selama lebih dari 1.610 tahun setelahnya, Yehuwa ”berbicara . . . dalam berbagai kesempatan dan dengan berbagai cara” kepada sekitar 40 orang penulis yang kemudian menuliskan Alkitab. (Ibrani 1:1) Seraya waktu berjalan, para penyalin yang setia bekerja dengan sangat teliti untuk menghasilkan salinan-salinan yang akurat demi pelestarian Kitab Suci.—Ezra 7:6; Mazmur 45:1.
6 Yehuwa benar-benar memberkati kita dengan berkomunikasi secara tertulis. Pernahkah Saudara menerima sepucuk surat yang sangat berarti bagi Saudara—mungkin karena isinya memberikan penghiburan yang dibutuhkan—sehingga Saudara menyimpannya dan membacanya berulang kali? Demikian pula dengan ”surat” Yehuwa kepada kita. Karena Yehuwa menuangkan firman-Nya ke dalam tulisan, kita dapat membacanya secara teratur dan merenungkan apa yang dikatakannya. (Mazmur 1:2) Kita bisa mendapatkan penghiburan dari Firman Allah kapan pun kita membutuhkannya.—Roma 15:4.
Mengapa Penulisnya Manusia?
7. Bagaimana hikmat Yehuwa nyata dengan digunakannya manusia sebagai penulis?
7 Dengan hikmat-Nya, Yehuwa menggunakan manusia untuk menuliskan Firman-Nya. Coba pertimbangkan hal ini: Seandainya Yehuwa menggunakan malaikat untuk menulis Alkitab, apakah Alkitab akan memiliki daya tarik yang sama? Memang, para malaikat dapat menggambarkan Yehuwa dari sudut pandang mereka yang mulia, menyatakan pengabdian mereka kepada Yehuwa, dan memberikan laporan tentang manusia yang menjadi hamba-hamba Allah yang setia. Namun, apakah kita akan benar-benar sanggup memahami sudut pandangan makhluk-makhluk roh yang sempurna, yang pengetahuannya, pengalamannya, dan kekuatannya jauh melebihi kita?—Ibrani 2:6, 7.
8. Bagaimana para penulis Alkitab diperbolehkan menggunakan kesanggupan mental mereka sendiri? (Lihat juga catatan kaki.)
8 Dengan menggunakan manusia sebagai penulis, Yehuwa memberikan apa yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita—suatu catatan yang ”berasal dari Allah” tetapi tetap memiliki unsur-unsur manusiawi. (2 Timotius 3:16) Bagaimana Yehuwa mencapainya? Sering kali, Yehuwa tampaknya memperbolehkan para penulis tersebut untuk menggunakan kesanggupan mental mereka sendiri dalam memilih ”kata-kata yang menyenangkan” dan menulis ”kata-kata kebenaran yang tepat”. (Pengkhotbah 12:10, 11) Hal itu membantu kita mengerti mengapa gaya penulisan Alkitab bervariasi; tulisan-tulisan tersebut mencerminkan latar belakang dan kepribadian tiap-tiap penulis.a Namun, ”apa yang disampaikan [mereka] berasal dari Allah, karena mereka digerakkan oleh kuasa kudus”. (2 Petrus 1:21) Oleh karena itu, hasil akhirnya benar-benar merupakan ”kata-kata Allah”.—1 Tesalonika 2:13.
”Seluruh isi Kitab Suci berasal dari Allah”
9, 10. Mengapa digunakannya para penulis manusia menambah kehangatan dan daya tarik Alkitab?
9 Karena manusia digunakan sebagai penulisnya, Alkitab memiliki kehangatan dan daya tarik yang luar biasa. Para penulisnya adalah pria-pria yang mempunyai perasaan seperti kita. Karena tidak sempurna, mereka mengalami pencobaan dan tekanan yang sama dengan kita. Dalam beberapa kasus, kuasa kudus Yehuwa mengilhami mereka untuk menuliskan perasaan dan perjuangan mereka sendiri. (2 Korintus 12:7-10) Jadi, mereka menulis dengan kata ganti orang pertama, kata-kata yang tidak dapat dinyatakan oleh malaikat mana pun.
10 Sebagai contoh, perhatikan Raja Daud dari Israel. Setelah melakukan beberapa dosa serius, Daud menggubah sebuah mazmur yang di dalamnya dia mencurahkan isi hatinya, memohon ampun kepada Allah. Dia menulis, ”Bersihkanlah aku dari dosaku. Sebab aku menyadari pelanggaranku, dan aku teringat-ingat akan dosaku. Aku penuh kesalahan sewaktu dilahirkan, dan berdosa sejak aku dikandung ibuku. Jangan buang aku dari hadapan-Mu; jangan ambil kuasa kudus-Mu dariku. Korban yang Allah senangi adalah hati yang hancur; hati yang pedih dan hancur, oh Allah, tidak akan Engkau tolak.” (Mazmur 51:2, 3, 5, 11, 17) Bukankah Saudara dapat merasakan tekanan batin sang penulis? Siapa selain manusia tak sempurna yang dapat mengungkapkan perasaan yang sepenuh hati demikian?
Mengapa Sebuah Buku tentang Orang-Orang?
11. Kisah-kisah nyata apa tertulis dalam Alkitab ”untuk mengajar kita”?
11 Ada hal lain lagi yang turut menambah daya tarik Alkitab. Secara umum, Alkitab adalah sebuah buku tentang orang-orang—orang yang benar-benar ada—yang melayani Allah dan yang tidak. Kita membaca mengenai pengalaman, kesukaran, dan sukacita mereka. Kita melihat hasil pilihan mereka dalam kehidupan. Kisah-kisah tersebut ditulis ”untuk mengajar kita”. (Roma 15:4) Melalui kisah-kisah nyata tersebut, Yehuwa mengajar dengan cara yang menyentuh hati kita. Perhatikan beberapa contoh.
12. Dengan cara bagaimana catatan Alkitab tentang manusia yang tidak setia membantu kita?
12 Alkitab bercerita tentang manusia yang tidak setia, bahkan yang fasik, dan apa yang menimpa mereka. Dalam catatan-catatan tersebut, sifat-sifat yang tidak benar tercermin dalam tindakan sehingga kita lebih mudah mengerti. Misalnya, sehubungan dengan menentang ketidakloyalan, apakah ada perintah yang lebih ampuh daripada contoh hidup sifat ini dalam diri Yudas sewaktu dia menjalankan rencananya untuk mengkhianati Yesus? (Matius 26:14-16, 46-50; 27:3-10) Catatan seperti itu menyentuh hati kita dengan lebih efektif, membantu kita mengenali dan membuang tabiat yang sangat buruk.
13. Dengan cara apa Alkitab membantu kita memahami sifat-sifat yang menarik?
13 Alkitab juga menceritakan banyak hamba Allah yang setia. Kita membaca tentang pengabdian dan keloyalan mereka. Kita melihat contoh-contoh nyata berkenaan dengan sifat-sifat yang perlu kita pupuk agar dapat mendekat kepada Allah. Sebagai contoh, iman. Alkitab mendefinisikan iman dan memberi tahu kita betapa pentingnya sifat itu jika kita ingin menyenangkan Allah. (Ibrani 11:1, 6) Namun, Alkitab juga berisi contoh-contoh hidup mengenai menjalankan iman. Pikirkanlah iman yang Abraham tunjukkan sewaktu dia berupaya mempersembahkan Ishak. (Kejadian, pasal 22; Ibrani 11:17-19) Melalui catatan seperti itu, kata ”iman” menjadi lebih bermakna dan lebih mudah dipahami. Alangkah bijaksananya Yehuwa yang tidak hanya menasihati kita untuk memupuk sifat-sifat yang benar tetapi juga memberikan banyak contoh tentang bagaimana sifat-sifat itu diperlihatkan!
14, 15. Apa yang Alkitab ceritakan kepada kita tentang seorang wanita yang datang ke bait, dan apa yang kita pelajari tentang Yehuwa dari kisah ini?
14 Kisah-kisah nyata yang terdapat dalam Alkitab sering kali mengajarkan sesuatu kepada kita tentang pribadi macam apa Yehuwa itu. Perhatikanlah apa yang kita baca tentang seorang wanita yang Yesus amati di bait. Sambil duduk di dekat tempat sumbangan, Yesus mengamati orang-orang yang menjatuhkan sumbangan mereka. Banyak orang kaya datang, memberi ”dari kelebihan harta mereka”. Tetapi, tatapan Yesus terfokus pada seorang janda miskin. Pemberiannya terdiri atas ”dua uang logam yang nilainya sangat kecil”.b Itu adalah uangnya yang terakhir. Yesus, yang dengan sempurna mencerminkan pikiran Yehuwa dalam segala hal, mengatakan, ”Janda miskin ini memasukkan lebih banyak daripada semua orang lain yang memasukkan uang ke kotak sumbangan.” Menurut kata-kata itu, sang janda memasukkan lebih banyak daripada total pemberian orang-orang lainnya.—Markus 12:41-44; Lukas 21:1-4; Yohanes 8:28.
15 Tidakkah sangat penting artinya bahwa dari sekian banyak orang yang datang ke bait pada hari itu, janda inilah yang dipilih dan disebutkan di dalam Alkitab? Melalui contoh ini, Yehuwa mengajar kita bahwa Dia adalah Allah yang penuh penghargaan. Dia senang menerima pemberian kita yang sepenuh jiwa, tidak soal bagaimana perbandingannya dengan apa yang orang lain dapat berikan. Yehuwa pasti tahu bahwa inilah cara terbaik untuk mengajarkan kebenaran yang menghangatkan hati ini kepada kita!
Apa yang Tidak Dicatat dalam Alkitab
16, 17. Bagaimana hikmat Yehuwa terlihat bahkan pada apa yang Dia pilih untuk tidak dicatat dalam Firman-Nya?
16 Sewaktu Saudara menulis surat kepada seseorang yang dikasihi, ada begitu banyak hal yang tidak dapat Saudara tuliskan. Jadi, Saudara dengan bijaksana memilih apa yang akan ditulis. Demikian pula, Yehuwa memilih untuk menyebutkan individu atau peristiwa tertentu dalam Firman-Nya. Namun, dalam catatan-catatan yang deskriptif itu, Alkitab tidak selalu menjabarkan semua perinciannya. (Yohanes 21:25) Misalnya, sewaktu Alkitab menceritakan penghakiman oleh Allah, informasi yang diberikan bisa jadi tidak menjawab semua pertanyaan kita. Hikmat Yehuwa terlihat bahkan pada apa yang Dia pilih untuk tidak dicatat dalam Firman-Nya. Bagaimana mungkin?
17 Cara Alkitab ditulis berguna untuk menguji apa yang ada dalam hati kita. Ibrani 4:12 berkata, ”Firman [atau, pesan] Allah itu hidup dan penuh kuasa, lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun, bisa menusuk sampai memisahkan jiwa dan roh . . . dan bisa mengenali pikiran dan niat hati.” Pesan Alkitab menusuk jauh ke dalam, menyingkapkan cara berpikir dan motif-motif kita yang sesungguhnya. Mereka yang membacanya dengan hati yang kritis sering kali tersandung oleh catatan-catatan yang tidak berisi cukup informasi untuk memuaskan diri mereka. Orang-orang demikian bisa jadi bahkan mempertanyakan apakah Yehuwa benar-benar pengasih, berhikmat, dan adil.
18, 19. (a) Mengapa kita hendaknya tidak terganggu jika catatan tertentu dalam Alkitab menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat segera kita temukan jawabannya? (b) Apa yang dibutuhkan untuk memahami Firman Allah, dan bagaimana hal itu membuktikan besarnya hikmat Yehuwa?
18 Sebaliknya, sewaktu mempelajari Alkitab dengan saksama dan dengan hati yang tulus, kita belajar mengenai Yehuwa dalam konteks gambaran Alkitab secara keseluruhan tentang diri-Nya. Oleh karena itu, kita tidak akan terganggu jika catatan tertentu menimbulkan beberapa pertanyaan yang tidak dapat segera kita temukan jawabannya. Sebagai ilustrasi: Sewaktu menyatukan sebuah teka-teki gambar yang besar, kita mungkin pada awalnya tidak dapat menemukan potongan tertentu atau kita tidak dapat melihat bagaimana potongan tertentu cocok untuk digabungkan dengan potongan lainnya. Namun, potongan-potongan yang telah kita susun mungkin sudah cukup untuk membuat kita mengerti seperti apa gambar lengkapnya. Demikian pula, sewaktu kita mempelajari Alkitab, sedikit demi sedikit kita mengetahui seperti apa Allah Yehuwa itu, dan gambaran yang jelas pun muncul. Kalaupun pada awalnya kita tidak dapat memahami catatan tertentu atau tidak dapat melihat bagaimana catatan itu cocok dengan kepribadian Allah, pelajaran Alkitab kita telah lebih dari cukup mengajar kita tentang Yehuwa sehingga kita dapat melihat bahwa Dia pasti adalah Allah yang pengasih dan adil.
19 Jadi, untuk memahami Firman Allah, kita harus membaca dan mempelajarinya dengan hati yang tulus dan pikiran yang terbuka. Bukankah hal itu membuktikan besarnya hikmat yang Yehuwa miliki? Manusia yang cerdas dapat menulis buku yang hanya dapat dipahami oleh ”orang yang berhikmat dan cerdas”. Tetapi, untuk mengarang sebuah buku yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki motivasi hati yang benar—itu butuh hikmat Allah!—Matius 11:25.
Buku yang Berisi Hikmat
20. Mengapa hanya Yehuwa yang dapat memberi tahu kita cara terbaik untuk menjalani hidup, dan apa yang terdapat dalam Alkitab yang bisa membantu kita?
20 Dalam Firman-Nya, Yehuwa memberi tahu kita cara terbaik untuk menjalani hidup. Sebagai Pencipta kita, Dia mengetahui kebutuhan kita lebih baik daripada kita sendiri. Dan, kebutuhan dasar manusia—termasuk hasrat untuk mendapatkan kasih sayang, untuk berbahagia, dan untuk menyukseskan suatu hubungan—tetap sama. Alkitab sarat dengan hikmat yang dapat membantu kita menempuh kehidupan yang penuh arti. (Amsal 2:7) Tiap bagian dari alat bantu pengajaran ini berisi sebuah pasal yang menunjukkan bagaimana kita dapat menerapkan nasihat Alkitab yang bijaksana, tetapi di pasal ini, marilah kita perhatikan satu contoh saja.
21-23. Nasihat bijaksana apa yang dapat membantu kita untuk tidak memendam kemarahan dan kekesalan?
21 Pernahkah Saudara memperhatikan bahwa orang-orang yang menyimpan dendam dan yang memendam kekesalan sering kali pada akhirnya menyakiti diri mereka sendiri? Kekesalan adalah beban yang sangat berat untuk dipikul dalam kehidupan. Jika kita memupuknya, perasaan itu akan menggerogoti pikiran kita, merampas kedamaian kita, dan memadamkan sukacita kita. Penelitian ilmiah memperkirakan bahwa memendam kemarahan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan banyak penyakit kronis lainnya. Lama sebelum penelitian ilmiah semacam itu dilakukan, Alkitab dengan bijaksana berkata, ”Jauhi kemarahan dan tinggalkan panas hati.” (Mazmur 37:8) Namun, bagaimana kita dapat melakukannya?
22 Firman Allah memberikan nasihat yang bijaksana ini, ”Pemahaman seseorang pasti membuatnya tidak cepat marah, dan dia akan dipuji kalau mengabaikan kesalahan.” (Amsal 19:11) Pemahaman adalah kesanggupan untuk melihat apa yang ada di balik permukaan, untuk melihat apa yang ada di balik penampilan luar. Pemahaman memupuk pengertian, karena pemahaman dapat membantu kita mengerti mengapa orang lain berbicara atau bertindak dengan cara tertentu. Dengan berupaya memahami motif-motifnya, perasaannya, dan keadaannya yang sebenarnya, kita terbantu untuk menyingkirkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif terhadap orang tersebut.
23 Alkitab berisi sebuah nasihat lebih jauh ini, ”Tetap bersabar satu sama lain dan saling memaafkan dengan tulus.” (Kolose 3:13) Pernyataan ”tetap bersabar satu sama lain” menganjurkan kita untuk sabar terhadap orang lain, menoleransi tabiat yang mungkin menjengkelkan kita. Kesabaran demikian dapat membantu kita untuk tidak memupuk kekesalan-kekesalan kecil. ”Memaafkan” mengandung gagasan membiarkan sakit hati berlalu. Allah kita yang bijaksana tahu bahwa kita perlu mengampuni orang lain jika ada dasar yang tepat untuk melakukannya. Hal itu tidak hanya demi manfaat mereka tetapi juga demi kedamaian pikiran dan hati kita sendiri. (Lukas 17:3, 4) Sungguh luar biasa hikmat yang terdapat dalam Firman Allah!
24. Apa hasilnya jika kita menyelaraskan kehidupan kita dengan hikmat ilahi?
24 Karena tergerak oleh kasih-Nya yang berlimpah, Yehuwa ingin berkomunikasi dengan kita. Dia memilih cara yang terbaik—sepucuk ”surat” yang ditulis oleh manusia-manusia di bawah bimbingan kuasa kudus. Hasilnya, hikmat Yehuwa tertuang ke dalam halaman-halaman surat tersebut. Hikmat ini ”sungguh dapat dipercaya”. (Mazmur 93:5) Seraya menyelaraskan kehidupan kita dengan hikmat itu dan seraya membagikannya kepada orang lain, kita dengan sendirinya akan dekat dengan Allah kita yang mahabijaksana. Di pasal berikut, kita akan membahas contoh lainnya yang menonjol sehubungan dengan hikmat Yehuwa yang berpandangan jauh: kesanggupan-Nya untuk menubuatkan masa depan dan untuk menggenapi tujuan-Nya.
a Sebagai contoh, Daud, yang sebelumnya adalah seorang gembala, menggunakan contoh-contoh yang diambil dari kehidupan seorang gembala. (Mazmur 23) Matius, yang dulunya adalah seorang pemungut pajak, membuat banyak sekali referensi yang berhubungan dengan angka dan nilai uang. (Matius 17:27; 26:15; 27:3) Lukas, yang adalah seorang dokter, menggunakan kata-kata yang menunjukkan latar belakang medisnya.—Lukas 4:38; 14:2; 16:20.
b Uang logam ini masing-masing bernilai satu lepton, uang logam Yahudi yang paling kecil dalam peredaran saat itu. Dua lepton sama dengan 1/64 upah sehari. Dua uang logam ini bahkan tidak cukup untuk membeli seekor burung pipit, burung termurah yang dijadikan makanan oleh orang miskin.
-
-
”Hikmat Allah, yang Tersembunyi dalam Suatu Rahasia Suci”Mendekatlah kepada Yehuwa
-
-
PASAL 19
”Hikmat Allah, yang Tersembunyi dalam Suatu Rahasia Suci”
1, 2. ”Rahasia suci” apa yang hendaknya menarik minat kita, dan mengapa?
RAHASIA! Karena rahasia membangkitkan rasa ingin tahu, memikat, dan membingungkan, manusia sering kali sulit untuk menyimpannya. Akan tetapi, Alkitab mengatakan, ”Allah dimuliakan karena merahasiakan suatu masalah.” (Amsal 25:2) Ya, sebagai Penguasa yang Berdaulat dan Pencipta, Yehuwa berhak merahasiakan beberapa hal dari umat manusia sampai waktu yang Dia tentukan untuk menyingkapkannya tiba.
2 Akan tetapi, ada sebuah rahasia yang memikat dan membangkitkan rasa ingin tahu yang telah Yehuwa singkapkan dalam Firman-Nya. Rahasia itu disebut ”rahasia suci tentang kehendak [Allah]”. (Efesus 1:9) Mempelajarinya bukan hanya dapat memuaskan keingintahuan Saudara. Pengetahuan akan rahasia ini dapat membimbing kepada keselamatan dan dapat memberi Saudara sekilas pandang mengenai hikmat Yehuwa yang tidak terduga dalamnya.
Disingkapkan Secara Progresif
3, 4. Bagaimana nubuat yang dicatat di Kejadian 3:15 memberikan harapan, dan apa misteri, atau ”rahasia suci”, yang terkandung di dalamnya?
3 Sewaktu Adam dan Hawa berdosa, tujuan Yehuwa untuk mewujudkan suatu firdaus di bumi yang dihuni oleh manusia yang sempurna seolah-olah berhasil digagalkan. Namun, Allah segera menangani masalah tersebut. Dia berkata, ”Aku akan membuat kamu dan wanita itu bermusuhan, begitu juga keturunanmu dan keturunannya. Dia akan menghancurkan kepalamu, dan kamu akan melukai tumitnya.”—Kejadian 3:15.
4 Kata-kata tersebut penuh teka-teki dan misterius. Siapa gerangan wanita itu? Siapakah si ular? Siapakah ’keturunan’ yang akan menghancurkan kepala si ular? Adam dan Hawa hanya bisa menebak. Akan tetapi, firman Allah memberikan harapan kepada semua keturunan yang setia dari pasangan yang tidak setia tersebut. Kebenaran akan berkemenangan. Tujuan Yehuwa akan menjadi kenyataan. Tetapi, bagaimana? Oh, itu suatu misteri! Alkitab menyebutnya sebagai ”hikmat Allah, yang tersembunyi dalam suatu rahasia suci”.—1 Korintus 2:7.
5. Ilustrasikan alasan Yehuwa menyingkapkan rahasia-Nya secara progresif.
5 Sebagai ”Pengungkap rahasia”, Yehuwa akhirnya akan menyingkapkan perincian yang relevan dengan penggenapan rahasia tersebut. (Daniel 2:28) Namun, Dia akan melakukannya secara bertahap, secara progresif. Sebagai ilustrasi, kita mungkin membayangkan bagaimana tanggapan seorang ayah yang pengasih sewaktu putranya yang masih kecil bertanya, ”Pa, bagaimana sih aku bisa lahir?” Seorang ayah yang bijaksana hanya akan memberikan sejumlah informasi yang dapat dipahami sang bocah. Seraya anak itu bertambah besar, sang ayah akan memberi tahu dia lebih banyak hal. Dengan cara yang sama, Yehuwa menentukan kapan umat-Nya siap mendapatkan penyingkapan tentang kehendak dan tujuan-Nya.—Amsal 4:18; Daniel 12:4.
6. (a) Apa tujuan sebuah perjanjian, atau kontrak? (b) Mengapa merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa Yehuwa mau memprakarsai perjanjian-perjanjian dengan manusia?
6 Bagaimana Yehuwa membuat penyingkapan seperti itu? Dia menggunakan serangkaian perjanjian, atau kontrak, untuk menyingkapkan banyak hal. Kemungkinan besar, Saudara pernah terikat kontrak tertentu—barangkali untuk membeli sebuah rumah atau untuk meminjam atau meminjamkan uang. Kontrak tersebut memberikan jaminan hukum bahwa syarat-syarat yang telah disepakati akan dipenuhi. Namun, mengapa Yehuwa perlu membuat perjanjian, atau kontrak, resmi dengan manusia? Firman-Nya pasti merupakan jaminan yang memadai untuk janji-janji-Nya. Hal itu memang benar, tetapi bahkan dalam beberapa kesempatan, Allah dengan baik hati telah mendukung perkataan-Nya dengan sejumlah kontrak hukum. Kesepakatan-kesepakatan yang bersifat mengikat tersebut memberi kita, manusia yang tak sempurna, dasar yang lebih kuat lagi untuk memercayai janji-janji Yehuwa.—Ibrani 6:16-18.
Perjanjian dengan Abraham
7, 8. (a) Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan Abraham, yang memancarkan terang apa bagi rahasia suci? (b) Bagaimana Yehuwa secara progresif mempersempit garis keturunan yang mengarah kepada keturunan yang dijanjikan?
7 Lebih dari dua ribu tahun setelah manusia diusir dari Firdaus, Yehuwa berkata kepada hamba-Nya yang setia Abraham, ”Aku pasti akan membuat keturunanmu sangat banyak, sebanyak bintang di langit . . . Melalui keturunanmu, semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena kamu sudah mendengarkan kata-kata-Ku.” (Kejadian 22:17, 18) Perkataan tersebut bukan sekadar janji; Yehuwa merumuskannya dalam bentuk perjanjian hukum dan mendukungnya dengan sumpah-Nya yang tak akan Dia ingkari. (Kejadian 17:1, 2; Ibrani 6:13-15) Sungguh luar biasa fakta bahwa Tuan Yang Mahatinggi benar-benar mengadakan kontrak untuk memberkati umat manusia!
”Aku . . . akan membuat keturunanmu sangat banyak, sebanyak bintang di langit”
8 Perjanjian Abraham menyingkapkan bahwa keturunan yang dijanjikan tersebut akan datang sebagai manusia, karena dia akan berasal dari keturunan Abraham. Namun, siapakah dia? Pada waktunya, Yehuwa menyingkapkan bahwa di antara putra-putra Abraham, Ishak-lah yang akan menjadi nenek moyang keturunan tersebut. Di antara kedua putra Ishak, Yakub-lah yang dipilih. (Kejadian 21:12; 28:13, 14) Belakangan, Yakub mengucapkan kata-kata nubuat ini kepada salah seorang dari ke-12 putranya, ”Tongkat kerajaan tidak akan diambil dari Yehuda, ataupun tongkat kekuasaan dari antara kakinya, sampai Syilo [atau, ”Dia yang Memiliki”, catatan kaki] datang, dan kepadanya bangsa-bangsa akan taat.” (Kejadian 49:10) Dengan demikian, tersingkaplah bahwa keturunan tersebut akan menjadi seorang raja, keturunan Yehuda!
Perjanjian dengan Israel
9, 10. (a) Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan bangsa Israel, dan perlindungan macam apa yang disediakan oleh perjanjian tersebut? (b) Bagaimana Hukum mempertunjukkan bahwa umat manusia membutuhkan tebusan?
9 Pada tahun 1513 SM, Yehuwa membuat suatu penyelenggaraan yang mempersiapkan jalan bagi penyingkapan lebih lanjut berkenaan dengan rahasia suci. Dia mengikat perjanjian dengan keturunan Abraham, bangsa Israel. Meskipun sekarang tidak berlaku lagi, perjanjian Hukum Musa tersebut merupakan bagian penting dalam tujuan Yehuwa untuk menghasilkan keturunan yang dijanjikan. Mengapa demikian? Perhatikan tiga cara berikut ini. Pertama-tama, Hukum tersebut bagaikan tembok pelindung. (Efesus 2:14) Ketetapan-ketetapannya yang adil dan benar berfungsi sebagai pemisah antara orang Yahudi dan yang bukan Yahudi. Dengan demikian, Hukum membantu melindungi garis keturunan yang mengarah kepada keturunan yang dijanjikan. Syukur yang sebesar-besarnya atas perlindungan semacam itu, bangsa Israel masih ada ketika tiba waktu yang Allah tentukan bagi sang Mesias untuk dilahirkan dari suku Yehuda.
10 Kedua, Hukum benar-benar mempertunjukkan bahwa umat manusia membutuhkan tebusan. Karena sempurna, Hukum tersebut memperlihatkan ketidaksanggupan manusia yang berdosa untuk berpaut erat padanya. Oleh karena itu, Hukum ”menunjukkan adanya pelanggaran, dan berlaku sampai keturunan yang menerima janji itu datang”. (Galatia 3:19) Melalui korban-korban binatang, Hukum memberikan pendamaian dosa yang sifatnya sementara. Namun, seperti yang Paulus tulis, karena ”darah sapi jantan dan darah kambing tidak mungkin bisa menghapus dosa”, korban-korban tersebut hanyalah gambaran pendahuluan untuk korban tebusan Kristus. (Ibrani 10:1-4) Jadi, bagi orang Yahudi yang setia, perjanjian tersebut menjadi ’pembimbing yang menuntun kepada Kristus’.—Galatia 3:24.
11. Perjanjian Hukum mengulurkan prospek yang gemilang apa kepada Israel, tetapi mengapa bangsa tersebut secara keseluruhan kehilangan prospek tersebut?
11 Ketiga, perjanjian tersebut mengulurkan suatu prospek yang gemilang kepada bangsa Israel. Yehuwa memberi tahu mereka bahwa jika mereka terbukti setia terhadap perjanjian tersebut, mereka akan menjadi ”kerajaan yang dipimpin para imam dan menjadi bangsa yang suci”. (Keluaran 19:5, 6) Pada akhirnya, anggota-anggota pertama kerajaan imam surgawi berasal dari Israel jasmani. Akan tetapi, secara keseluruhan, Israel memberontak terhadap perjanjian Hukum, menolak Mesias, dan kehilangan prospek tersebut. Jadi, siapa yang akan melengkapi kerajaan imam? Dan, apa kaitan bangsa yang diberkati tersebut dengan keturunan yang dijanjikan? Aspek-aspek rahasia suci tersebut akan disingkapkan pada waktu yang Allah tentukan.
Perjanjian Kerajaan Daud
12. Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan Daud, dan terang apa yang dipancarkannya berkenaan dengan rahasia suci Allah?
12 Pada abad ke-11 SM, Yehuwa memancarkan terang lebih lanjut berkenaan dengan rahasia suci sewaktu Dia mengadakan perjanjian lain. Dia berjanji kepada Raja Daud yang setia, ”Aku akan mengangkat keturunanmu, . . . dan Aku akan membuat kerajaannya kokoh. . . . Aku akan membuat takhta kerajaannya kokoh selamanya.” (2 Samuel 7:12, 13; Mazmur 89:3) Jadi, silsilah keturunan yang dijanjikan telah dipersempit pada keturunan Daud. Tetapi, dapatkah seorang manusia biasa memerintah selamanya? (Mazmur 89:20, 29, 34-36) Dan, dapatkah raja manusia tersebut menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kematian?
13, 14. (a) Menurut Mazmur 110, apa yang Yehuwa janjikan kepada Raja yang diurapi-Nya? (b) Penyingkapan lebih lanjut apa sehubungan dengan keturunan yang akan datang diberikan melalui nabi-nabi Yehuwa?
13 Di bawah ilham, Daud menulis, ”Yehuwa berkata kepada Tuanku, ’Duduklah di sebelah kanan-Ku sampai Aku menjadikan musuh-musuhmu tumpuan kakimu.’ Yehuwa telah bersumpah, dan Dia tidak akan berubah pikiran, ’Kamu adalah imam selamanya seperti Melkhizedek!’” (Mazmur 110:1, 4) Kata-kata Daud ditujukan secara langsung kepada keturunan yang dijanjikan, atau Mesias. (Kisah 2:35, 36) Raja ini akan memerintah, bukan dari Yerusalem, melainkan dari surga di ’sebelah kanan’ Yehuwa. Dengan demikian, dia diberi wewenang, tidak hanya atas negeri Israel, tetapi atas seluruh bumi. (Mazmur 2:6-8) Di sini, ada aspek lain yang tersingkap. Perhatikan bahwa Yehuwa mengucapkan suatu sumpah yang khidmat bahwa sang Mesias akan menjadi seorang ”imam . . . seperti Melkhizedek”. Seperti halnya Melkhizedek, yang melayani sebagai raja-imam pada zaman Abraham, keturunan yang akan datang tersebut diangkat langsung oleh Allah untuk melayani sebagai Raja dan Imam!—Kejadian 14:17-20.
14 Selama bertahun-tahun, Yehuwa menggunakan nabi-nabi-Nya untuk menyingkapkan rahasia suci-Nya lebih lanjut. Yesaya, misalnya, menyingkapkan bahwa sang keturunan akan mengalami kematian sebagai korban. (Yesaya 53:3-12) Mikha menubuatkan tempat kelahiran Mesias. (Mikha 5:2) Daniel bahkan menubuatkan kapan tepatnya keturunan tersebut akan tampil dan mati.—Daniel 9:24-27.
Rahasia Suci Tersingkap!
15, 16. (a) Bagaimana Putra Yehuwa bisa sampai ”dilahirkan seorang wanita”? (b) Apa yang Yesus warisi dari kedua orang tua jasmaninya, dan kapan dia datang sebagai keturunan yang dijanjikan?
15 Bagaimana penggenapan nubuat-nubuat tersebut tetap menjadi misteri sampai sang keturunan akhirnya muncul. Galatia 4:4 berkata, ”Setelah jangka waktu yang ditetapkan itu berakhir, Allah mengutus Putra-Nya, yang dilahirkan seorang wanita.” Pada tahun 2 SM, seorang malaikat memberi tahu seorang perawan Yahudi bernama Maria, ”Kamu akan hamil dan melahirkan anak laki-laki. Kamu harus menamai dia Yesus. Dia akan menjadi penting dan akan disebut Putra dari Yang Mahatinggi. Allah Yehuwa akan memberinya takhta Daud, leluhurnya . . . Kuasa kudus akan datang ke atasmu, dan kuasa Yang Mahatinggi akan menaungimu. Karena itu, anak yang akan lahir itu akan disebut kudus, Putra Allah.”—Lukas 1:31, 32, 35.
16 Belakangan, Yehuwa memindahkan kehidupan Putra-Nya dari surga ke rahim Maria, sehingga sang Putra dilahirkan seorang wanita. Maria adalah wanita yang tidak sempurna. Namun, Yesus tidak mewarisi ketidaksempurnaan darinya, karena dia adalah ”Putra Allah”. Pada waktu yang sama, sebagai keturunan Daud, kedua orang tua jasmani Yesus memberinya hak sebagai seorang ahli waris Daud, baik secara alami maupun secara hukum. (Kisah 13:22, 23) Ketika Yesus dibaptis pada tahun 29 M, Yehuwa mengurapi dia dengan kuasa kudus dan berkata, ”Inilah Putra-Ku, yang Kukasihi.” (Matius 3:16, 17) Akhirnya, keturunan itu datang! (Galatia 3:16) Tibalah waktunya untuk menyingkapkan lebih banyak hal tentang rahasia suci.—2 Timotius 1:10.
17. Bagaimana terang dipancarkan sehubungan dengan makna Kejadian 3:15?
17 Selama pelayanannya, Yesus mengidentifikasi ular yang disebutkan di Kejadian 3:15 sebagai Setan dan keturunan ular sebagai para pengikut Setan. (Matius 23:33; Yohanes 8:44) Belakangan, tersingkaplah bagaimana mereka semua akan diremukkan untuk selama-lamanya. (Wahyu 20:1-3, 10, 15) Dan, sang wanita diidentifikasi sebagai ”Yerusalem yang di atas”, atau istri Allah—yaitu bagian organisasi Yehuwa yang ada di surga, yang terdiri atas makhluk-makhluk roh.a—Galatia 4:26; Wahyu 12:1-6.
Perjanjian Baru
18. Apa tujuan ”perjanjian baru”?
18 Barangkali penyingkapan yang paling dramatis adalah yang terjadi pada malam sebelum kematian Yesus, ketika dia memberi tahu murid-muridnya yang setia tentang ”perjanjian baru”. (Lukas 22:20) Seperti pendahulunya, perjanjian Hukum Musa, perjanjian baru ini akan menghasilkan suatu ”kerajaan yang dipimpin para imam”. (Keluaran 19:6; 1 Petrus 2:9) Akan tetapi, perjanjian itu akan menghasilkan, bukan suatu bangsa jasmani, melainkan bangsa rohani, yaitu ”Israel milik Allah”, yang hanya terdiri dari para pengikut Kristus yang terurap dan setia. (Galatia 6:16) Pihak-pihak dalam perjanjian baru tersebut akan turut serta dengan Yesus dalam memberkati umat manusia!
19. (a) Mengapa perjanjian baru bisa menghasilkan suatu ”kerajaan yang dipimpin para imam”? (b) Mengapa orang-orang Kristen terurap disebut ”ciptaan yang baru”, dan berapa orang yang akan melayani di surga bersama Kristus?
19 Akan tetapi, mengapa perjanjian baru bisa menghasilkan suatu ”kerajaan yang dipimpin para imam” untuk memberkati umat manusia? Karena, ketimbang menghukum murid-murid Kristus sebagai pedosa, perjanjian itu memungkinkan pengampunan atas dosa-dosa mereka melalui korban Yesus. (Yeremia 31:31-34) Segera setelah mereka memperoleh kedudukan yang bersih di hadapan-Nya, Yehuwa mengangkat mereka menjadi anggota keluarga surgawi-Nya dan mengurapi mereka dengan kuasa kudus. (Roma 8:15-17; 2 Korintus 1:21) Dengan demikian, mereka ”dilahirkan lagi agar . . . memiliki harapan yang teguh”, yang ”disimpan di surga”. (1 Petrus 1:3, 4) Karena status yang ditinggikan tersebut sama sekali baru bagi umat manusia, orang-orang Kristen yang dilantik kuasa kudus disebut ”ciptaan yang baru”. (2 Korintus 5:17) Alkitab menyingkapkan bahwa 144.000 orang akhirnya akan bersama-sama memerintah dari surga atas umat manusia yang sudah ditebus.—Wahyu 5:9, 10; 14:1-4.
20. (a) Sehubungan dengan rahasia suci, penyingkapan apa yang dibuat pada tahun 36 M? (b) Siapa yang akan menikmati berkat-berkat yang dijanjikan kepada Abraham?
20 Bersama Yesus, kaum terurap tersebut menjadi ”keturunan Abraham”.b (Galatia 3:29) Mereka yang pertama kali dipilih adalah orang Yahudi jasmani. Namun, pada tahun 36 M, aspek lain dari rahasia suci disingkapkan: Orang yang bukan Yahudi juga akan mendapat bagian dalam harapan surgawi. (Roma 9:6-8; 11:25, 26; Efesus 3:5, 6) Apakah orang-orang Kristen terurap adalah satu-satunya kelompok yang akan menikmati berkat-berkat yang dijanjikan kepada Abraham? Tidak, karena korban Yesus memberikan manfaat bagi seluruh dunia. (1 Yohanes 2:2) Pada akhirnya, Yehuwa menyingkapkan bahwa suatu ”kumpulan besar” yang tak terhitung banyaknya akan selamat melampaui akhir sistem Setan. (Wahyu 7:9, 14) Selain itu, sejumlah besar orang akan dibangkitkan dari kematian dengan prospek hidup selama-lamanya di Firdaus!—Lukas 23:43; Yohanes 5:28, 29; Wahyu 20:11-15; 21:3, 4.
Hikmat Allah dan Rahasia Suci
21, 22. Bagaimana rahasia suci Yehuwa mempertunjukkan hikmat-Nya?
21 Rahasia suci merupakan bukti yang mengagumkan akan ”hikmat Allah yang terlihat dalam berbagai hal”. (Efesus 3:8-10) Sungguh luar biasa hikmat yang Yehuwa perlihatkan dalam merumuskan rahasia ini, kemudian dalam menyingkapkannya dengan sangat bertahap! Dia dengan bijaksana mempertimbangkan keterbatasan manusia, membiarkan mereka memperlihatkan kondisi hati mereka yang sebenarnya.—Mazmur 103:14.
22 Yehuwa juga menunjukkan hikmat yang tiada bandingnya dalam memilih Yesus sebagai Raja. Putra Yehuwa lebih dapat dipercaya daripada makhluk lain mana pun di alam semesta. Dengan hidup sebagai seorang manusia darah dan daging, Yesus mengalami berbagai macam kesengsaraan. Dia mengetahui sepenuhnya problem-problem manusia. (Ibrani 5:7-9) Dan, bagaimana dengan rekan-rekan penguasa Yesus? Sepanjang sejarah, pria maupun wanita—yang dipilih dari segala ras, bahasa, dan latar belakang—telah diurapi. Pastilah, tidak ada problem yang belum dihadapi dan diatasi oleh mereka masing-masing. (Efesus 4:22-24) Hidup di bawah pemerintahan para raja-imam yang berbelaskasihan tersebut akan menyenangkan!
23. Kehormatan apa yang dimiliki orang Kristen sehubungan dengan rahasia suci Yehuwa?
23 Rasul Paulus menulis, ”Rahasia suci yang disembunyikan dari dunia di masa lalu dan dari generasi-generasi sebelumnya . . . sudah disingkapkan kepada orang-orang suci-Nya.” (Kolose 1:26) Ya, orang-orang kudus Yehuwa yang terurap telah banyak memahami rahasia suci, dan mereka membagikan pengetahuan tersebut kepada jutaan orang. Benar-benar kehormatan bagi kita semua! Yehuwa telah ”memberi tahu kita rahasia suci tentang kehendak-Nya”. (Efesus 1:9) Marilah kita membagikan rahasia yang menakjubkan ini kepada orang-orang lain, sekaligus membantu mereka meneliti hikmat Allah Yehuwa yang tidak terduga dalamnya!
a ”Rahasia suci tentang pengabdian kepada Allah” juga tersingkap dalam diri Yesus. (1 Timotius 3:16) Sudah sekian lama ada suatu rahasia, suatu misteri, tentang apakah ada pribadi yang dapat mempertahankan integritas yang sempurna kepada Yehuwa. Yesus menyingkapkan jawabannya. Dia mempertahankan integritas di bawah setiap ujian yang Setan timpakan kepadanya.—Matius 4:1-11; 27:26-50.
b Yesus juga membuat ”perjanjian . . . untuk memerintah di suatu kerajaan” dengan kelompok yang sama. (Lukas 22:29, 30) Pada dasarnya, Yesus mengadakan kontrak dengan ”kawanan kecil” ini agar mereka memerintah bersama dia di surga sebagai bagian sekunder keturunan Abraham.—Lukas 12:32.
-
-
”Hati-Nya Bijaksana”—Tetapi Dia Rendah HatiMendekatlah kepada Yehuwa
-
-
PASAL 20
”Hati-Nya Bijaksana”—Tetapi Dia Rendah Hati
1-3. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa itu rendah hati?
SEORANG ayah ingin memberikan pelajaran penting kepada anaknya yang masih kecil. Dia ingin sekali menyentuh hati anaknya. Pendekatan apa yang seharusnya dia gunakan? Haruskah dia berdiri tegak mengintimidasi anak itu dan menggunakan bahasa yang kasar? Atau, haruskah dia membungkuk hingga sejajar dengan sang anak lalu berbicara dengan cara yang lembut dan menyenangkan? Seorang ayah yang bijaksana dan rendah hati pasti akan memilih pendekatan yang lembut.
2 Ayah macam apakah Yehuwa itu—sombong atau rendah hati, kasar atau lembut? Yehuwa itu mahatahu dan mahabijaksana. Namun, pernahkah Saudara memperhatikan bahwa pengetahuan dan kecerdasan tidak secara otomatis membuat orang menjadi rendah hati? Sebagaimana Alkitab katakan, ”pengetahuan bisa membuat orang menjadi sombong”. (1 Korintus 3:19; 8:1) Tetapi Yehuwa, yang ”hati-Nya bijaksana”, juga rendah hati. (Ayub 9:4) Bukan karena Yehuwa rendah kedudukannya atau kurang kemuliaannya, melainkan karena Dia tidak memiliki kesombongan. Mengapa demikian?
3 Yehuwa itu kudus. Jadi kesombongan, suatu sifat yang menajiskan, tidak ada dalam diri-Nya. (Markus 7:20-22) Selanjutnya, perhatikan apa yang Nabi Yeremia katakan kepada Yehuwa, ”Engkau pasti ingat dan membungkuk untuk menolongku.”a (Ratapan 3:20) Bayangkan! Yehuwa, Tuan Yang Mahatinggi di alam semesta, bersedia ”membungkuk”, atau merendahkan diri agar sejajar dengan posisi Yeremia, supaya dapat memberikan perhatian khusus kepada manusia yang tidak sempurna tersebut. (Mazmur 113:7) Ya, Yehuwa itu rendah hati. Namun, apa yang tercakup dalam kerendahan hati ilahi? Bagaimana sifat itu berhubungan dengan hikmat? Dan, mengapa hal itu penting bagi kita?
Bagaimana Yehuwa Terbukti Rendah Hati
4, 5. (a) Apa kerendahan hati itu, bagaimana sifat ini diperlihatkan, dan mengapa sifat ini hendaknya tidak disalahartikan sebagai kelemahan atau sifat pengecut? (b) Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kerendahan hati sewaktu berurusan dengan Daud, dan seberapa pentingkah kerendahan hati Yehuwa bagi kita?
4 Rendah hati berarti tidak arogan dan tidak sombong. Kerendahan hati adalah suatu sifat batin dan bisa terlihat dari berbagai perangai seperti kelembutan, kesabaran, dan sikap masuk akal. (Galatia 5:22, 23) Namun, sifat-sifat ilahi tersebut hendaknya jangan disalahartikan sebagai suatu kelemahan atau sifat pengecut. Sifat-sifat ilahi tersebut bukannya tidak sejalan dengan kemarahan Yehuwa yang benar atau penggunaan kuasa-Nya untuk membinasakan. Sebaliknya, melalui kerendahan hati dan kelembutan-Nya, Yehuwa mempertunjukkan kekuatan-Nya yang sangat besar, kuasa-Nya untuk mengendalikan diri-Nya dengan sempurna. (Yesaya 42:14) Bagaimana kerendahan hati berhubungan dengan hikmat? Sebuah karya referensi yang mengulas Alkitab mengomentari, ”Kerendahan hati akhirnya didefinisikan . . . dalam hubungannya dengan sifat tidak mementingkan diri dan merupakan dasar yang sangat penting bagi segala hikmat.” Jadi, hikmat yang sejati tidak dapat dipisahkan dari kerendahan hati. Bagaimana kerendahan hati Yehuwa membawa manfaat bagi kita?
Seorang ayah yang bijaksana memperlakukan anak-anaknya dengan rendah hati dan lembut
5 Raja Daud bernyanyi bagi Yehuwa, ”Engkau memberiku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku, dan kerendahan hati-Mu membuatku mulia.” (Mazmur 18:35) Yehuwa seolah-olah membungkuk agar dapat berurusan dengan manusia yang tak sempurna tersebut, melindungi dan memeliharanya dari hari ke hari. Daud sadar bahwa jika dia ingin mendapatkan keselamatan—dan bahkan, pada akhirnya, memperoleh kebesaran sebagai seorang raja—hal itu akan terjadi hanya karena Yehuwa rela merendahkan diri-Nya dengan cara demikian. Ya, siapa di antara kita yang akan memiliki harapan keselamatan jika Yehuwa tidak rendah hati, rela membungkuk agar dapat berurusan dengan kita sebagai Bapak yang lembut dan pengasih?
6, 7. (a) Mengapa Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Yehuwa itu sadar diri? (b) Apa hubungan antara kelembutan dan hikmat, dan siapa yang memberikan teladan terbesar berkenaan dengan hal ini?
6 Penting untuk diperhatikan bahwa ada perbedaan antara rendah hati dan sadar diri. Sadar diri adalah suatu sifat bagus yang perlu dipupuk oleh manusia yang setia. Sebagaimana kerendahan hati, sifat ini berhubungan dengan hikmat. Misalnya, Amsal 11:2 berkata, ”Hikmat ada pada orang yang sadar diri.” Akan tetapi, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Yehuwa itu sadar diri. Mengapa? Kata sadar diri, seperti yang digunakan dalam Alkitab, menyiratkan kesadaran yang patut akan keterbatasan seseorang. Yang Mahakuasa tidak memiliki keterbatasan apa pun kecuali keterbatasan yang Dia sendiri berlakukan ke atas diri-Nya demi standar-standar-Nya yang adil dan benar. (Markus 10:27; Titus 1:2) Lagi pula, sebagai Yang Mahatinggi, Dia bukan bawahan siapa pun. Jadi, konsep sadar diri memang tidak cocok untuk Yehuwa.
7 Akan tetapi, Yehuwa itu rendah hati dan lembut. Dia mengajar hamba-hamba-Nya bahwa kelembutan sangat penting bagi hikmat yang sejati. Firman-Nya berbicara mengenai ”kelembutan yang berasal dari hikmat”.b (Yakobus 3:13) Perhatikan teladan Yehuwa sehubungan dengan hal ini.
Yehuwa dengan Rendah Hati Mendelegasikan dan Mendengarkan
8-10. (a) Mengapa fakta bahwa Yehuwa memperlihatkan kerelaan untuk mendelegasikan dan mendengarkan sangatlah mengagumkan? (b) Bagaimana Yang Mahakuasa menunjukkan kerendahan hati sewaktu berurusan dengan para malaikat-Nya?
8 Ada bukti yang menghangatkan hati tentang kerendahan hati Yehuwa dalam hal kerelaan-Nya untuk mendelegasikan tanggung jawab dan mendengarkan. Fakta bahwa Dia memang demikian sangatlah mengagumkan; Yehuwa tidak memerlukan bantuan atau nasihat apa pun. (Yesaya 40:13, 14; Roma 11:34, 35) Meskipun demikian, Alkitab berulang kali menunjukkan kepada kita bahwa Yehuwa merendahkan diri-Nya dengan cara-cara seperti itu.
9 Sebagai contoh, perhatikan suatu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan Abraham. Abraham dikunjungi tiga orang tamu, salah satunya dia sapa sebagai ”Yehuwa”. Tamu-tamu tersebut sebenarnya adalah malaikat, tetapi salah seorang dari mereka datang dan bertindak atas nama Yehuwa. Sewaktu malaikat tersebut berbicara dan bertindak, sebenarnya Yehuwa sendirilah yang berbicara dan bertindak. Dengan cara ini, Yehuwa memberi tahu Abraham bahwa Dia telah mendengar ”banyak keluhan tentang Sodom dan Gomora”. Yehuwa menyatakan, ”Aku akan turun untuk mencari tahu apakah perbuatan mereka memang seperti keluhan yang Aku dengar atau tidak.” (Kejadian 18:3, 20, 21) Tentu saja, pesan dari Yehuwa tersebut tidak berarti bahwa Yang Mahakuasa akan ”turun” secara pribadi. Sebaliknya, Dia sekali lagi mengutus malaikat untuk mewakili diri-Nya. (Kejadian 19:1) Mengapa? Apakah Yehuwa, yang mampu melihat segala sesuatu, tidak dapat ”mencari tahu” sendiri keadaan wilayah itu yang sebenarnya? Tentu saja Dia dapat. Meskipun demikian, dengan rendah hati Yehuwa menugasi para malaikat tersebut untuk menyelidiki keadaan serta mengunjungi Lot dan keluarganya di Sodom.
10 Selain itu, Yehuwa mendengarkan. Dia pernah meminta para malaikat-Nya untuk menyampaikan saran tentang berbagai cara untuk menjatuhkan Raja Ahab yang fasik dari kedudukannya. Yehuwa sebenarnya tidak memerlukan bantuan demikian. Namun, Dia menerima saran dari salah satu malaikat dan menugasi dia untuk bertindak sesuai dengan sarannya itu. (1 Raja 22:19-22) Tidakkah itu rendah hati?
11, 12. Bagaimana Abraham dapat memahami kerendahan hati Yehuwa?
11 Yehuwa bahkan bersedia mendengarkan manusia yang tak sempurna yang ingin menyatakan keprihatinan mereka. Sebagai contoh, sewaktu Yehuwa pertama kali memberi tahu Abraham tentang niat-Nya untuk membinasakan Sodom dan Gomora, pria yang setia tersebut merasa heran. ”Mustahil Engkau seperti itu,” kata Abraham, kemudian menambahkan, ”Mana mungkin Hakim seluruh bumi berbuat tidak adil?” Dia bertanya apakah Yehuwa akan meluputkan kota-kota itu jika 50 orang benar dapat ditemukan di sana. Yehuwa meyakinkan Abraham bahwa Dia akan meluputkannya. Tetapi, Abraham bertanya lagi, mengurangi jumlahnya menjadi 45 orang, kemudian 40 orang, dan seterusnya. Walaupun Yehuwa memberikan jaminan, Abraham terus bertanya sampai jumlahnya tinggal sepuluh. Barangkali, Abraham belum sepenuhnya memahami betapa berbelaskasihannya Yehuwa itu. Bagaimanapun, Yehuwa dengan sabar dan rendah hati membiarkan Abraham, sahabat dan hamba-Nya itu, menyatakan keprihatinannya dengan cara ini.—Kejadian 18:23-33.
12 Berapa banyak manusia yang supercerdas dan terpelajar yang dengan sedemikian sabarnya mau mendengarkan seseorang yang kecerdasannya sangat jauh di bawah dia?c Seperti itulah kerendahan hati Allah kita. Dalam percakapan yang sama, Abraham juga melihat bahwa Yehuwa itu ”tidak cepat marah”. (Keluaran 34:6) Barangkali, karena sadar bahwa dia tidak berhak mempertanyakan perbuatan-perbuatan Yang Mahatinggi, Abraham dua kali memohon dengan sangat, ”Yehuwa, tolong jangan marah.” (Kejadian 18:30, 32) Tentu saja, Yehuwa tidak berbuat seperti itu. Dia benar-benar memiliki ”kelembutan yang berasal dari hikmat”.
Yehuwa Itu Masuk Akal
13. Apa arti ungkapan ”masuk akal” seperti yang digunakan dalam Alkitab, dan mengapa ungkapan itu dengan tepat menggambarkan Yehuwa?
13 Kerendahan hati Yehuwa terlihat dalam sifat bagus lainnya—masuk akal. Sungguh menyedihkan, manusia yang tidak sempurna kurang memiliki sifat tersebut. Yehuwa tidak hanya bersedia mendengarkan makhluk-makhluk-Nya yang cerdas, tetapi Dia juga bersedia mengalah apabila tidak ada hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip-Nya yang adil dan benar. Seperti yang digunakan di dalam Alkitab, ungkapan ”masuk akal” secara harfiah berarti ”mengalah”. Sifat ini juga merupakan ciri khas hikmat ilahi. Yakobus 3:17 berkata, ’Hikmat dari atas membuat seseorang bersikap masuk akal.’ Dalam pengertian apa Yehuwa yang mahabijaksana bersifat masuk akal? Yaitu, Dia mudah menyesuaikan diri. Ingatlah, nama-Nya mengajar kita bahwa Yehuwa menjadi apa pun yang diperlukan guna memenuhi tujuan-Nya. (Keluaran 3:14) Bukankah hal itu menyiratkan semangat untuk menyesuaikan diri dan bersifat masuk akal?
14, 15. Sehubungan dengan bagian organisasi Yehuwa yang ada di surga, apa yang dapat kita pelajari dari penglihatan Yehezkiel tentang kereta surgawi Yehuwa, dan bagaimana organisasi tersebut berbeda dengan organisasi duniawi?
14 Ada bagian Alkitab yang patut mendapat perhatian karena membantu kita untuk mulai memahami sifat mudah menyesuaikan diri yang Yehuwa miliki. Nabi Yehezkiel diberi penglihatan tentang bagian organisasi Yehuwa yang ada di surga, yang terdiri atas makhluk-makhluk roh. Dia melihat sebuah kereta yang ukurannya menakjubkan, ”kendaraan” milik Yehuwa yang senantiasa berada di bawah kendali-Nya. Yang paling menarik adalah cara kendaraan itu bergerak. Roda-roda raksasanya memiliki empat sisi dan penuh dengan mata, sehingga roda-roda tersebut dapat melihat ke segala penjuru dan dapat mengubah haluan seketika itu juga, tanpa berhenti atau berbelok. Dan, kereta raksasa ini tidak perlu merayap seperti kendaraan berat buatan manusia. Kereta ini dapat melaju secepat kilat, bahkan berbelok dengan sudut 90 derajat! (Yehezkiel 1:1, 14-28) Ya, organisasi Yehuwa, seperti halnya Penguasa yang mahakuasa yang mengendalikannya, sangat mudah menyesuaikan diri dan tanggap terhadap berbagai situasi dan kebutuhan yang terus berubah yang harus dipenuhinya.
15 Manusia hanya dapat mencoba meniru sikap menyesuaikan diri yang sempurna tersebut. Namun, manusia dan organisasinya lebih sering kaku ketimbang menyesuaikan diri, lebih sering tidak masuk akal ketimbang lentuk. Sebagai ilustrasi: sebuah kapal supertanker atau sebuah kereta barang mungkin mengagumkan dalam hal ukuran dan tenaganya. Tetapi, apakah ada di antara keduanya yang dapat menanggapi perubahan keadaan yang mendadak? Jika sebuah penghalang jatuh melintang di atas rel di depan sebuah kereta barang, memutar haluan adalah hal yang mustahil. Berhenti mendadak juga tidak gampang. Setelah direm, kereta barang yang berat masih bergerak sejauh hampir dua kilometer sebelum akhirnya berhenti! Demikian pula, kapal supertanker masih bergerak sejauh delapan kilometer setelah mesinnya dimatikan. Bahkan jika mesinnya disetel untuk mundur, tanker tersebut masih akan terus maju sejauh tiga kilometer! Demikian pula dengan organisasi manusia yang cenderung kaku dan tidak masuk akal. Karena angkuh, manusia sering kali menolak untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan keadaan yang berubah. Kekakuan semacam itu telah menyebabkan bangkrutnya perusahaan dan bahkan tumbangnya pemerintahan. (Amsal 16:18) Betapa berbahagianya kita karena Yehuwa maupun organisasi-Nya tidak seperti itu!
Cara Yehuwa Mempertunjukkan Sikap Masuk Akal
16. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan sikap masuk akal dalam memperlakukan Lot sebelum pembinasaan Sodom dan Gomora?
16 Perhatikan kembali pembinasaan Sodom dan Gomora. Lot dan keluarganya menerima instruksi yang tegas dari malaikat Yehuwa, ”Larilah ke daerah pegunungan.” Akan tetapi, Lot berkeberatan. ”Jangan suruh aku ke sana, Yehuwa!” pintanya. Karena yakin bahwa dia akan mati jika dia harus lari ke pegunungan, Lot memohon agar dia dan keluarganya diperbolehkan lari ke kota Zoar yang letaknya tidak jauh dari situ. Sesungguhnya, Yehuwa berniat membinasakan kota tersebut. Selain itu, ketakutan Lot tidaklah beralasan. Yehuwa tentu dapat memelihara kehidupan Lot di pegunungan! Meskipun demikian, Yehuwa mengalah kepada permohonan Lot dan meluputkan Zoar. ”Baik, aku akan mengabulkan permintaanmu. Aku tidak akan menghancurkan kota yang kamu sebutkan itu,” kata malaikat itu kepada Lot. (Kejadian 19:17-22) Tidakkah Yehuwa menunjukkan sikap masuk akal dalam hal ini?
17, 18. Sewaktu berurusan dengan orang Niniwe, bagaimana Yehuwa menunjukkan bahwa Dia masuk akal?
17 Yehuwa juga menanggapi pertobatan yang sepenuh hati, selalu berbelaskasihan dan melakukan apa yang benar. Perhatikan apa yang terjadi ketika Nabi Yunus diutus ke kota Niniwe yang fasik dan penuh kekerasan. Ketika Yunus menjelajahi jalan-jalan Niniwe, berita terilham yang dia serukan cukup sederhana: Empat puluh hari lagi kota yang perkasa itu akan dibinasakan. Akan tetapi, keadaan berubah drastis. Orang Niniwe bertobat!—Yunus, pasal 3.
18 Kita dapat belajar sesuatu dari membandingkan reaksi Yehuwa dengan reaksi Yunus terhadap perubahan situasi tersebut. Dalam hal ini, Yehuwa menyesuaikan diri, menyebabkan diri-Nya menjadi Pengampun dosa bukannya ”pejuang yang perkasa”.d (Keluaran 15:3) Yunus, sebaliknya, tidak lentuk dan sangat tidak berbelaskasihan. Bukannya meniru sikap masuk akal Yehuwa, reaksinya lebih mirip dengan kereta barang atau kapal supertanker yang disebutkan sebelumnya. Dia telah menyerukan malapetaka, maka malapetakalah yang harus terjadi! Namun, dengan penuh kesabaran, Yehuwa memberi nabi yang tidak sabaran itu suatu pelajaran yang tak terlupakan sehubungan dengan sikap masuk akal dan belas kasihan.—Yunus, pasal 4.
Yehuwa masuk akal dan memahami keterbatasan kita
19. (a) Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa bersikap masuk akal berkenaan dengan apa yang Dia harapkan dari kita? (b) Bagaimana Amsal 19:17 menunjukkan bahwa Yehuwa adalah Majikan yang ”baik dan penuh pengertian” serta sangat rendah hati?
19 Akhirnya, Yehuwa bersikap masuk akal berkenaan dengan apa yang Dia harapkan dari kita. Raja Daud berkata, ”Dia tahu betul bagaimana kita dibentuk, Dia ingat bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:14) Yehuwa memahami keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita lebih baik daripada kita sendiri. Dia tidak pernah mengharapkan dari kita lebih banyak daripada yang dapat kita lakukan. Alkitab mengontraskan majikan manusia yang ”baik dan penuh pengertian” dengan majikan yang ”sulit disenangkan”. (1 Petrus 2:18) Majikan macam apakah Yehuwa itu? Perhatikan apa yang Amsal 19:17 katakan, ”Orang yang berbuat baik kepada orang kecil memberikan pinjaman kepada Yehuwa.” Jelaslah, hanya majikan yang baik dan masuk akal yang akan memperhatikan setiap tindakan kebaikan hati yang ditunjukkan terhadap orang-orang kecil. Lebih dari itu, ayat tersebut memperlihatkan bahwa, sesungguhnya, Sang Pencipta alam semesta menganggap diri-Nya sebagai pribadi yang berutang kepada manusia yang memperlihatkan perbuatan belas kasihan demikian! Inilah pernyataan kerendahan hati yang paling besar.
20. Apa jaminannya bahwa Yehuwa akan mendengarkan doa-doa kita dan menanggapinya?
20 Sekarang, Yehuwa masih selembut dan semasuk akal itu dalam memperlakukan hamba-hamba-Nya. Apabila kita berdoa dengan iman, Dia mendengarkan. Dan, meskipun Dia tidak mengutus malaikat untuk berbicara kepada kita, kita hendaknya tidak menyimpulkan bahwa doa-doa kita tidak dijawab oleh-Nya. Ingatlah, sewaktu Rasul Paulus meminta rekan-rekan seimannya untuk ’terus berdoa’ agar dia dibebaskan dari penjara, dia menambahkan, ”Supaya saya bisa segera kembali kepada kalian.” (Ibrani 13:18, 19) Jadi, doa-doa kita bisa jadi menggerakkan Yehuwa untuk melakukan apa yang mungkin tidak akan Dia lakukan jika kita tidak memintanya!—Yakobus 5:16.
21. Kita hendaknya tidak pernah menarik kesimpulan apa berkenaan dengan kerendahan hati Yehuwa, tetapi sebaliknya, apa yang hendaknya kita hargai dari diri-Nya?
21 Tentu saja, tak satu pun dari manifestasi kerendahan hati Yehuwa ini—kelembutan-Nya, kesediaan-Nya untuk mendengar, kesabaran-Nya, dan sikap masuk akal-Nya—yang menyiratkan bahwa Yehuwa mengkompromikan prinsip-prinsip-Nya yang adil dan benar. Para pemimpin agama yang mengaku Kristen mungkin berpikir bahwa mereka telah bersikap masuk akal sewaktu mereka menggelitik telinga kawanan mereka dengan mengencerkan standar-standar moral Yehuwa. (2 Timotius 4:3) Namun, kecenderungan manusia untuk berkompromi demi kenyamanan sesaat sama sekali tidak ada kaitannya dengan sikap masuk akal ilahi. Yehuwa itu kudus; Dia tidak akan pernah mencemari standar-standar-Nya yang benar. (Imamat 11:44) Jadi, marilah kita mengasihi sikap masuk akal Yehuwa ini karena sikap tersebut merupakan bukti kerendahan hati-Nya. Tidakkah Saudara tergetar sewaktu membayangkan bahwa Allah Yehuwa, Pribadi yang paling berhikmat di alam semesta, juga sangat rendah hati? Sungguh menyenangkan untuk mendekat kepada Allah yang dahsyat tetapi lembut, sabar, dan masuk akal ini!
a Para penulis zaman dahulu, atau Soferim, melakukan perubahan sehingga ayat itu mengatakan bahwa Yeremia-lah, bukan Yehuwa, yang membungkuk. Tampaknya, mereka berpikir bahwa tidaklah pantas jika Allah dikatakan menunjukkan kerendahan hati seperti itu. Akibatnya, banyak terjemahan kehilangan tujuan dari ayat yang bagus ini. Akan tetapi, The New English Bible secara akurat menuliskan apa yang Yeremia katakan kepada Allah, ”Ingatlah, oh, ingatlah, dan membungkuklah kepadaku.”
b Terjemahan-terjemahan lain berbunyi ”hikmat yang lahir dari kelemahlembutan” dan ”kelembutan yang adalah ciri khas hikmat”.
c Sungguh menarik, Alkitab mengontraskan kesabaran dengan kesombongan. (Pengkhotbah 7:8) Kesabaran Yehuwa memberikan bukti lebih jauh berkenaan dengan kerendahan hati-Nya.—2 Petrus 3:9.
d Di Mazmur 86:5, Yehuwa dikatakan ”baik dan siap mengampuni”. Sewaktu mazmur tersebut dialihbahasakan ke bahasa Yunani, ungkapan ”siap mengampuni” diterjemahkan menjadi e·pi·ei·kesʹ, atau ”masuk akal”.
-
-
Yesus Menyingkapkan ”Hikmat Allah”Mendekatlah kepada Yehuwa
-
-
PASAL 21
Yesus Menyingkapkan ”Hikmat Allah”
1-3. Bagaimana tanggapan bekas tetangga-tetangga Yesus terhadap pengajarannya, dan apa yang gagal mereka pahami tentang dia?
PARA pendengar terpana. Yesus yang masih muda berdiri di hadapan mereka di sinagoga dan mengajar. Dia tidak asing lagi bagi mereka—dia dibesarkan di kota mereka, dan selama bertahun-tahun bekerja di tengah-tengah mereka sebagai tukang kayu. Bisa jadi, beberapa dari mereka tinggal di rumah yang Yesus ikut bangun, atau mungkin mengolah tanah dengan bajak dan kuk buatan Yesus.a Tetapi, bagaimana tanggapan mereka terhadap pengajaran bekas tukang kayu tersebut?
2 Sebagian besar pendengar heran, dan bertanya, ”Dari mana dia mendapat hikmat seperti ini?” Namun, mereka juga berkata, ”Bukankah dia tukang kayu itu, anak dari Maria?” (Matius 13:54-58; Markus 6:1-3) Sayang sekali, bekas tetangga-tetangga Yesus berpikir, ’Si tukang kayu ini berasal dari sini sama seperti kita.’ Meski ada hikmat dalam perkataannya, mereka menolak dia. Sedikit pun tidak terpikirkan oleh mereka bahwa hikmat yang dia bagikan bukanlah hikmatnya sendiri.
3 Jadi, dari mana Yesus memperoleh hikmat tersebut? ”Yang saya ajarkan bukan ajaran saya sendiri,” katanya, ”tapi ajaran Dia yang mengutus saya.” (Yohanes 7:16) Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus ”menjadi bukti hikmat Allah bagi kita”. (1 Korintus 1:30) Hikmat Yehuwa disingkapkan melalui Putra-Nya, Yesus. Ya, demikianlah halnya sehingga Yesus dapat mengatakan, ”Saya dan Bapak adalah satu.” (Yohanes 10:30) Mari kita cermati tiga bidang yang di dalamnya Yesus memperlihatkan ”hikmat Allah”.
Apa yang Dia Ajarkan
4. (a) Apa tema berita Yesus, dan mengapa hal itu sangat penting? (b) Mengapa nasihat Yesus selalu praktis dan memberikan manfaat terbaik kepada para pendengarnya?
4 Pertama-tama, perhatikan apa yang Yesus ajarkan. Tema beritanya adalah ”kabar baik tentang Kerajaan”. (Lukas 4:43) Hal itu sangat penting mengingat peran yang akan dijalankan oleh Kerajaan tersebut dalam menyucikan nama Yehuwa—termasuk membuktikan bahwa Dia berhak untuk memerintah—dan mendatangkan berkat-berkat yang langgeng bagi umat manusia. Melalui pengajarannya, Yesus juga memberikan nasihat yang bijaksana berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Dia terbukti sebagai ”Penasihat yang Hebat” yang dinubuatkan. (Yesaya 9:6) Ya, bagaimana mungkin nasihatnya tidak menakjubkan? Dia memiliki pengetahuan yang sangat dalam tentang Firman dan kehendak Allah, pengertian yang tajam tentang sifat bawaan manusia, dan kasih yang dalam terhadap umat manusia. Karena itu, nasihatnya selalu praktis dan memberikan manfaat terbaik kepada para pendengarnya. Yesus mengucapkan ’kata-kata yang menghasilkan kehidupan abadi’. Ya, jika diikuti, nasihatnya membimbing kepada keselamatan.—Yohanes 6:68.
5. Apa beberapa topik yang Yesus ulas dalam Khotbah di Gunung?
5 Khotbah di Gunung adalah contoh yang menonjol tentang hikmat yang tiada bandingnya yang terdapat dalam ajaran-ajaran Yesus. Khotbah ini, seperti yang dicatat di Matius 5:3–7:27, tampaknya dapat disampaikan hanya dalam waktu 20 menit. Akan tetapi, nasihatnya tak terbatas oleh waktu—sampai sekarang nasihatnya masih serelevan ketika pertama kali disampaikan. Yesus mengulas berbagai macam topik, termasuk cara memperbaiki hubungan dengan orang lain (5:23-26, 38-42; 7:1-5, 12), cara menjaga diri tetap bersih secara moral (5:27-32), dan cara menjalani kehidupan yang bermakna (6:19-24; 7:24-27). Namun, Yesus bukan hanya memberi tahu para pendengarnya apa haluan hikmat itu; dia menunjukkannya dengan menjelaskan, bertukar pikiran, dan menyajikan bukti.
6-8. (a) Alasan kuat apa saja yang Yesus berikan untuk menghindari kekhawatiran? (b) Apa yang menunjukkan bahwa nasihat Yesus mencerminkan hikmat yang datang dari atas?
6 Sebagai contoh, perhatikan nasihat bijaksana yang Yesus berikan berkenaan dengan cara mengatasi kekhawatiran akan hal-hal materi, seperti yang dinyatakan di Matius pasal 6. ”Jangan lagi khawatir soal kehidupan kalian, tentang apa yang akan kalian makan atau apa yang akan kalian minum, ataupun soal tubuh kalian, tentang apa yang akan kalian pakai,” Yesus menasihati kita. (Ayat 25) Makanan dan pakaian adalah kebutuhan dasar, maka wajarlah jika kita prihatin akan pemenuhan kebutuhan tersebut. Namun, Yesus memberi tahu kita untuk ’jangan lagi mengkhawatirkan’ semuanya itu.b Mengapa?
7 Dengarkanlah seraya Yesus memberikan penjelasan yang meyakinkan. Karena Yehuwa telah memberi kita kehidupan dan tubuh, bukankah Dia dapat menyediakan makanan untuk memelihara kehidupan itu dan pakaian untuk mendandani tubuh itu? (Ayat 25) Jika makanan bagi burung-burung saja Allah sediakan dan bunga-bunga Dia dandani dengan indahnya, terlebih lagi Dia akan memelihara manusia yang menyembah-Nya! (Ayat 26, 28-30) Ya, kekhawatiran yang berlebihan tidak ada gunanya. Kekhawatiran tidak dapat memperpanjang hidup kita sedikit pun.c (Ayat 27) Bagaimana kita dapat menghindari kekhawatiran? Yesus menasihati kita: Teruslah prioritaskan ibadah kepada Allah dalam kehidupan. Mereka yang menerapkannya dapat yakin bahwa semua kebutuhan sehari-hari ”akan diberikan” kepada mereka oleh Bapak surgawi mereka. (Ayat 33) Akhirnya, Yesus memberikan saran yang paling praktis—jalanilah hidup sehari demi sehari. Mengapa kekhawatiran hari ini harus ditambah dengan kekhawatiran hari esok? (Ayat 34) Lagi pula, mengapa terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang mungkin tidak akan pernah terjadi? Dengan menerapkan nasihat yang bijaksana demikian, kita dapat terhindar dari banyak dukacita dalam dunia yang penuh tekanan ini.
8 Jelaslah, nasihat yang Yesus berikan masih berguna untuk sekarang, sama seperti sewaktu itu diberikan hampir 2.000 tahun yang lalu. Bukankah ini merupakan bukti hikmat yang datang dari atas? Nasihat yang terbaik pun dari para penasihat manusia cenderung menjadi ketinggalan zaman dan dalam waktu singkat direvisi atau diganti. Akan tetapi, ajaran Yesus tak lekang dimakan waktu. Hal ini hendaknya tidak mengejutkan kita, karena Penasihat yang Menakjubkan ini mengucapkan ”kata-kata Allah”.—Yohanes 3:34.
Cara Dia Mengajar
9. Apa komentar beberapa prajurit tentang pengajaran Yesus, dan mengapa hal itu tidaklah dibesar-besarkan?
9 Bidang kedua yang di dalamnya Yesus mencerminkan hikmat Allah adalah cara dia mengajar. Sekali peristiwa, beberapa prajurit yang diutus untuk menahan dia pulang dengan tangan hampa, dan mengatakan, ”Belum pernah ada orang yang berbicara seperti itu.” (Yohanes 7:45, 46) Komentar tersebut tidaklah dibesar-besarkan. Dari semua manusia yang pernah hidup, Yesus, yang berasal ”dari atas”, memiliki perbendaharaan pengetahuan dan pengalaman terbesar untuk ditimba. (Yohanes 8:23) Dia benar-benar mengajar dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh manusia lain mana pun. Perhatikan dua metode saja yang digunakan oleh Guru yang bijaksana ini.
”Kumpulan orang itu kagum dengan cara dia mengajar”
10, 11. (a) Mengapa kita pasti kagum akan cara Yesus menggunakan perumpamaan? (b) Apakah parabel itu, dan contoh apa yang memperlihatkan mengapa parabel Yesus sangat efektif untuk mengajar?
10 Penggunaan perumpamaan secara efektif. Kita diberi tahu bahwa ”Yesus berbicara . . . kepada kumpulan orang di situ dengan perumpamaan. Malah, dia tidak akan berbicara kepada mereka tanpa perumpamaan”. (Matius 13:34) Kita pasti kagum akan kesanggupannya yang tiada duanya untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran yang dalam melalui kegiatan sehari-hari. Petani menabur benih, wanita mempersiapkan roti untuk dipanggang, anak-anak bermain di pasar, nelayan menarik jala, gembala mencari domba yang hilang—semuanya merupakan kegiatan yang sudah berulang kali dilihat oleh para pendengarnya. Apabila kebenaran-kebenaran penting dihubungkan dengan hal-hal yang dikenal baik, kebenaran-kebenaran tersebut akan segera terpatri dalam pikiran dan hati.—Matius 11:16-19; 13:3-8, 33, 47-50; 18:12-14.
11 Yesus sering menggunakan parabel, yaitu cerita pendek yang darinya kebenaran-kebenaran moral atau rohani dapat ditimba. Karena cerita lebih mudah dipahami dan diingat daripada gagasan abstrak, parabel membantu melestarikan ajaran Yesus. Dalam banyak parabel, Yesus melukiskan Bapaknya dengan ungkapan-ungkapan yang jelas dan tak mudah dilupakan. Misalnya, siapa yang tidak dapat menangkap makna parabel tentang anak yang hilang—bahwa jika seseorang yang tersesat menunjukkan pertobatan yang tulus, Yehuwa akan merasa kasihan dan dengan lembut menerimanya kembali?—Lukas 15:11-32.
12. (a) Bagaimana Yesus menggunakan pertanyaan dalam pengajarannya? (b) Bagaimana Yesus membungkam orang-orang yang mempertanyakan wewenangnya?
12 Penggunaan pertanyaan dengan terampil. Yesus menggunakan pertanyaan agar para pendengarnya dapat menarik kesimpulan mereka sendiri, memeriksa motif mereka, atau membuat keputusan. (Matius 12:24-30; 17:24-27; 22:41-46) Sewaktu para pemimpin agama mempertanyakan apakah wewenangnya itu pemberian Allah, Yesus menjawab, ”Baptisan Yohanes itu dari surga atau dari manusia?” Terkejut oleh pertanyaan tersebut, mereka pun mulai berdiskusi, ”Kalau kita bilang, ’Dari surga,’ dia akan bilang, ’Lalu kenapa kalian tidak percaya kepada dia?’ Tapi apa kita berani bilang, ’Dari manusia’?” Tapi, ”mereka takut kepada orang-orang, karena semua orang itu percaya bahwa Yohanes benar-benar seorang nabi”. Akhirnya, mereka menjawab, ”Kami tidak tahu.” (Markus 11:27-33; Matius 21:23-27) Dengan pertanyaan yang sederhana, Yesus membungkam mereka dan menyingkapkan kelicikan hati mereka.
13-15. Bagaimana parabel tentang orang Samaria yang baik hati mencerminkan hikmat Yesus?
13 Yesus kadang-kadang memadukan metode-metode dengan menyisipkan pertanyaan yang menggugah pikiran ke dalam perumpamaannya. Ketika seorang ahli hukum Yahudi bertanya kepada Yesus tentang apa yang dituntut untuk memperoleh kehidupan abadi, Yesus mengacu kepada Hukum Musa, yang memerintahkan agar mengasihi Allah dan sesama. Karena ingin membuktikan dirinya benar, pria tersebut bertanya, ”Sesama saya itu sebenarnya siapa?” Yesus menjawab dengan menuturkan sebuah cerita. Seorang pria Yahudi sedang mengadakan perjalanan seorang diri sewaktu diserang oleh para perampok, yang meninggalkan dia dalam keadaan setengah mati. Kemudian, lewatlah dua orang Yahudi, pertama seorang imam lalu seorang Lewi. Kedua-duanya mengabaikan dia. Tetapi kemudian, seorang Samaria tiba di tempat itu. Tergerak oleh rasa kasihan, dia dengan lembut merawat luka-luka sang korban dan dengan pengasih membawanya ke tempat yang aman di sebuah penginapan, tempat pria tersebut dapat memulihkan diri. Sebagai penutup ceritanya, Yesus bertanya kepada orang yang meminta petunjuk kepadanya itu, ”Siapa dari tiga orang ini yang bertindak sebagai sesama bagi orang yang jatuh ke tangan perampok itu?” Pria itu mau tak mau harus menjawab, ”Orang yang menunjukkan belas kasihan kepadanya.”—Lukas 10:25-37.
14 Bagaimana parabel tersebut mencerminkan hikmat Yesus? Pada zaman Yesus, orang Yahudi hanya menerapkan kata ”sesama” kepada orang-orang yang menjaga tradisi mereka—tentu saja bukan kepada orang Samaria. (Yohanes 4:9) Seandainya dalam cerita yang Yesus tuturkan itu korbannya adalah orang Samaria dan penolongnya adalah orang Yahudi, apakah itu akan menghapus prasangka? Yesus dengan bijaksana merancang cerita tersebut sedemikian rupa sehingga seorang Samaria dengan lembut merawat seorang Yahudi. Selain itu, perhatikan pertanyaan yang Yesus ajukan di pengujung cerita itu. Dia mengubah fokus kata ”sesama”. Sebenarnya, sang ahli hukum bertanya, ’Siapa yang sepantasnya saya kasihi sebagai sesama?’ Tetapi, Yesus bertanya, ”Siapa dari tiga orang ini yang bertindak sebagai sesama?” Yesus tidak berfokus pada orang yang menerima kebaikan hati, yaitu sang korban, tetapi pada orang yang menunjukkan kebaikan hati, yaitu orang Samaria. Sesama yang sejati mengambil inisiatif untuk menunjukkan kasih kepada orang lain tanpa memandang latar belakang etniknya. Tidak ada metode lain yang lebih efektif yang dapat Yesus gunakan untuk menyampaikan gagasannya.
15 Apakah mengherankan jika orang-orang kagum oleh ’cara Yesus mengajar’ dan tertarik kepadanya? (Matius 7:28, 29) Sekali peristiwa, ”ada banyak orang yang berkumpul” dan tetap tinggal di dekatnya selama tiga hari, bahkan pergi tanpa membawa makanan!—Markus 8:1, 2.
Jalan Hidupnya
16. Bagaimana Yesus memberikan ”bukti yang nyata” bahwa dia dikendalikan oleh hikmat ilahi?
16 Bidang ketiga yang di dalamnya Yesus mencerminkan hikmat Yehuwa adalah cara hidupnya. Hikmat itu praktis; hikmat mendatangkan hasil yang diinginkan. ”Siapa di antara kamu yang berhikmat?” tanya Yakobus, sang murid. Kemudian, dia menjawab pertanyaannya sendiri, demikian, ”Biarlah tingkah lakunya yang benar menjadi bukti yang nyata akan hal itu.” (Yakobus 3:13, The New English Bible) Cara Yesus bertingkah laku menjadi ”bukti yang nyata” bahwa dia dikendalikan oleh hikmat ilahi. Marilah kita perhatikan bagaimana dia mempertunjukkan pertimbangan yang baik, dalam jalan hidupnya maupun dalam berurusan dengan orang lain.
17. Apa yang menunjukkan bahwa Yesus memiliki keseimbangan yang sempurna dalam hidupnya?
17 Pernahkah Saudara memperhatikan bahwa orang yang tidak memiliki pertimbangan yang baik sering menjadi ekstrem? Ya, diperlukan hikmat untuk bersikap seimbang. Karena menggunakan hikmat ilahi, Yesus memiliki keseimbangan yang sempurna. Di atas segalanya, dia menaruh hal-hal rohani di tempat pertama dalam hidupnya. Dia sangat giat dalam pekerjaan pemberitaan kabar baik. ”Karena untuk itulah aku datang,” katanya. (Markus 1:38) Tentu saja, harta materi bukanlah hal terpenting baginya; tampaknya, harta materinya sangatlah sedikit. (Matius 8:20) Akan tetapi, dia bukanlah orang yang berpantang kesenangan. Seperti Bapaknya, ”Allah yang bahagia”, Yesus adalah orang yang bersukacita, dan dia membuat orang lain semakin bersukacita. (1 Timotius 1:11; 6:15) Sewaktu dia menghadiri sebuah pesta pernikahan—peristiwa yang biasanya ditandai dengan musik, nyanyian, dan kegembiraan—keberadaannya di sana bukan untuk meredupkan suasana. Ketika persediaan air anggur habis, dia mengubah air menjadi anggur yang bermutu, minuman yang ”membuat hati manusia gembira”. (Mazmur 104:15; Yohanes 2:1-11) Yesus menerima banyak undangan makan, dan dia sering kali menggunakan kesempatan-kesempatan demikian untuk mengajar.—Lukas 10:38-42; 14:1-6.
18. Bagaimana Yesus memperlihatkan pertimbangan yang sempurna sewaktu berurusan dengan murid-muridnya?
18 Yesus memperlihatkan pertimbangan yang sempurna sewaktu berurusan dengan orang lain. Pemahamannya tentang perangai manusia membuat dia memiliki pandangan yang jelas sehubungan dengan murid-muridnya. Dia tahu betul bahwa mereka tidak sempurna. Namun, dia mengamati sifat-sifat baik mereka. Dia melihat potensi orang-orang yang telah Yehuwa tarik ini. (Yohanes 6:44) Meskipun mereka memiliki kelemahan, Yesus menunjukkan kesediaannya untuk memercayai mereka. Dia mempertunjukkan kepercayaan tersebut dengan mendelegasikan tanggung jawab yang besar kepada murid-muridnya. Dia menugasi mereka untuk memberitakan kabar baik, dan dia yakin akan kesanggupan mereka untuk memenuhi tugas tersebut. (Matius 28:19, 20) Buku Kisah membuktikan bahwa mereka dengan setia menjalankan pekerjaan yang dia tugaskan kepada mereka. (Kisah 2:41, 42; 4:33; 5:27-32) Dengan demikian, jelaslah bahwa Yesus berlaku bijaksana dengan memercayai mereka.
19. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang ”lembut hati dan rendah hati”?
19 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 20, Alkitab menghubungkan kerendahan hati dan kelembutan dengan hikmat. Tentu saja, Yehuwa adalah teladan terbaik dalam hal ini. Tetapi, bagaimana dengan Yesus? Sungguh menghangatkan hati melihat kerendahan hati yang Yesus tunjukkan sewaktu berurusan dengan murid-muridnya. Sebagai manusia yang sempurna, dia lebih unggul daripada mereka. Namun, dia tidak memandang rendah murid-muridnya. Dia juga tidak pernah berupaya membuat mereka merasa lebih rendah atau tidak cakap. Sebaliknya, dia bertimbang rasa terhadap keterbatasan mereka dan bersabar terhadap kelemahan mereka. (Markus 14:34-38; Yohanes 16:12) Tidakkah luar biasa jika anak-anak kecil pun merasa nyaman bersama Yesus? Pastilah, mereka tertarik kepadanya karena mereka merasa bahwa dia adalah pribadi yang ”lembut hati dan rendah hati”.—Matius 11:29; Markus 10:13-16.
20. Bagaimana Yesus mempertunjukkan sikap masuk akal dalam berurusan dengan seorang wanita yang putrinya kerasukan roh jahat?
20 Yesus juga menunjukkan kerendahan hati ilahi dengan cara penting lainnya. Dia masuk akal, atau lentuk, apabila belas kasihan menuntut hal itu. Misalnya, ingatlah sewaktu seorang wanita yang bukan Yahudi memohon kepada dia untuk menyembuhkan putrinya yang dirasuki roh jahat dengan hebat. Dengan tiga cara, Yesus pada mulanya menunjukkan bahwa dia tidak akan menolong wanita itu—pertama, dengan tidak menjawab dia; kedua, dengan berterus terang bahwa dia diutus hanya kepada orang Yahudi; dan ketiga, dengan memberikan perumpamaan yang secara halus menyatakan hal yang sama. Akan tetapi, wanita itu berkeras, yang merupakan bukti iman yang luar biasa. Dengan mempertimbangkan keadaan yang merupakan perkecualian tersebut, bagaimana tanggapan Yesus? Dia melakukan apa yang sebelumnya dia katakan tidak akan dia lakukan. Dia menyembuhkan putri wanita itu. (Matius 15:21-28) Kerendahan hati yang luar biasa, bukan? Dan ingatlah, kerendahan hati adalah dasar hikmat yang sejati.
21. Mengapa kita hendaknya berupaya meniru kepribadian, tutur kata, dan cara hidup Yesus?
21 Betapa bersyukurnya kita bahwa Injil menyingkapkan perkataan dan tindakan tokoh yang paling berhikmat sepanjang masa! Kita hendaknya ingat bahwa Yesus adalah cerminan sempurna Bapaknya. Dengan meniru kepribadian, tutur kata, dan cara hidup Yesus, kita akan memupuk hikmat yang datang dari atas. Pada pasal berikut, kita akan melihat bagaimana kita dapat membuat hikmat ilahi bekerja dalam kehidupan kita.
a Pada zaman Alkitab, seorang tukang kayu ikut membangun rumah, membuat perabot, dan alat pertanian. Justin Martyr, yang hidup pada abad kedua M, menulis tentang Yesus, ”Sewaktu berada di antara manusia, kesehariannya ialah bekerja sebagai tukang kayu, membuat bajak dan kuk.”
b Kata kerja Yunani yang diterjemahkan ”khawatir” berarti ”pikiran yang tersimpangkan”. Seperti yang digunakan di Matius 6:25, kata itu memaksudkan rasa takut yang penuh kekhawatiran yang membuat pikiran tersimpangkan atau terbagi, yang merampas sukacita dari kehidupan seseorang.
c Malah, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kekhawatiran yang berlebihan dan stres dapat membuat kita rentan terhadap penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dan banyak gangguan kesehatan lainnya yang dapat mempersingkat hidup.
-
-
Apakah ”Hikmat dari Atas” Bekerja dalam Kehidupan Saudara?Mendekatlah kepada Yehuwa
-
-
PASAL 22
Apakah ”Hikmat dari Atas” Bekerja dalam Kehidupan Saudara?
1-3. (a) Bagaimana Salomo mempertunjukkan hikmat yang luar biasa dalam menangani perbantahan dua orang ibu? (b) Yehuwa berjanji untuk memberikan apa kepada kita, dan pertanyaan apa saja yang muncul?
INI adalah kasus yang sulit—dua wanita memperebutkan seorang bayi. Keduanya tinggal serumah, dan keduanya melahirkan seorang putra, hanya selisih beberapa hari. Salah satu bayi meninggal, dan sekarang, masing-masing mengaku sebagai ibu dari bayi yang masih hidup.a Tidak ada saksi lain dalam peristiwa itu. Tampaknya, kasus tersebut sudah diperiksa di pengadilan yang lebih rendah tetapi tidak terselesaikan. Akhirnya, perbantahan tersebut dibawa ke hadapan Salomo, raja Israel. Sanggupkah dia menyingkapkan kebenaran?
2 Setelah beberapa waktu mendengarkan perbantahan mereka, Salomo meminta sebuah pedang. Kemudian, dengan raut muka bersungguh-sungguh, dia memerintahkan agar anak itu dibelah, dan masing-masing wanita mendapat setengah bagian. Seketika itu juga, ibu yang asli memohon kepada sang raja untuk memberikan bayi itu—anaknya yang tersayang—kepada wanita lainnya. Tetapi, wanita lainnya itu tetap berkeras agar anak tersebut dibelah. Kini, Salomo tahu yang sebenarnya. Dia mempunyai pengetahuan tentang keibaan hati yang lembut seorang ibu terhadap anak kandungnya, dan dia menggunakan pengetahuan tersebut untuk membereskan perbantahan itu. Bayangkan betapa leganya sang ibu ketika Salomo menyerahkan sang bayi kepadanya dan berkata, ”Dialah ibunya.”—1 Raja 3:16-27.
3 Hikmat yang luar biasa, bukan? Sewaktu orang-orang mendengar bagaimana Salomo menyelesaikan kasus tersebut, mereka sangat kagum, sebab ”mereka melihat bahwa Allah memberi dia hikmat”. Ya, hikmat Salomo adalah pemberian Allah. Yehuwa telah memberinya ”hati yang bijaksana dan penuh pemahaman”. (1 Raja 3:12, 28) Tetapi, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga dapat menerima hikmat ilahi? Ya, karena di bawah ilham, Salomo menulis, ”Yehuwa-lah yang memberikan hikmat.” (Amsal 2:6) Yehuwa berjanji untuk memberikan hikmat—kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, pengertian, dan pemahaman dengan baik—kepada mereka yang berupaya mencarinya dengan tulus. Bagaimana kita bisa mendapatkan hikmat yang datang dari atas? Dan, bagaimana kita dapat membuatnya bekerja dalam kehidupan kita?
”Dapatkan Hikmat”—Bagaimana Caranya?
4-7. Apa empat tuntutan untuk mendapatkan hikmat?
4 Haruskah kita memiliki kecerdasan yang luar biasa atau pendidikan yang tinggi agar dapat memperoleh hikmat ilahi? Tidak. Yehuwa bersedia membagikan hikmat-Nya kepada kita tidak soal latar belakang dan pendidikan kita. (1 Korintus 1:26-29) Namun, kita harus mengambil inisiatif, karena Alkitab mendesak kita untuk ’mendapatkan hikmat’. (Amsal 4:7) Bagaimana kita dapat melakukannya?
5 Pertama-tama, kita perlu takut kepada Allah. ”Rasa takut kepada Yehuwa adalah awal dari kebijaksanaan [”langkah pertama menuju hikmat”, The New English Bible],” kata Amsal 9:10 (catatan kaki). Takut kepada Allah adalah fondasi hikmat yang sejati. Mengapa? Ingatlah, hikmat berkaitan dengan kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan dengan berhasil. Takut kepada Allah berarti, bukan meringkuk di hadapan-Nya karena perasaan ngeri, melainkan membungkuk di hadapan-Nya karena perasaan hormat, respek, dan percaya. Rasa takut demikian adalah takut yang sehat dan sangat memotivasi. Rasa takut tersebut menggerakkan kita untuk menyelaraskan kehidupan kita dengan pengetahuan tentang kehendak dan jalan-jalan Allah. Tidak ada lagi haluan yang lebih berhikmat yang dapat kita tempuh karena standar-standar Yehuwa selalu menghasilkan manfaat terbaik bagi mereka yang mematuhinya.
6 Kedua, kita harus rendah hati dan sadar diri. Hikmat ilahi tidak akan ada tanpa kerendahan hati dan sikap sadar diri. (Amsal 11:2) Mengapa demikian? Apabila kita rendah hati dan sadar diri, kita mau mengakui bahwa kita tidak tahu segala-galanya, bahwa pendapat kita tidak selalu benar, dan bahwa kita perlu mengetahui pikiran Yehuwa berkenaan dengan berbagai hal. Yehuwa ”menentang orang sombong”, tetapi Dia senang memberikan hikmat kepada mereka yang rendah hati.—Yakobus 4:6.
7 Hal ketiga yang sangat penting adalah mempelajari Firman Allah yang tertulis. Hikmat Yehuwa disingkapkan dalam Firman-Nya. Untuk mendapatkan hikmat tersebut, kita harus mengerahkan upaya untuk menggalinya. (Amsal 2:1-5) Tuntutan keempat adalah doa. Jika kita dengan tulus meminta hikmat kepada Allah, Dia akan memberikannya dengan limpah. (Yakobus 1:5) Doa-doa kita untuk meminta bantuan kuasa kudus-Nya tidak akan dibiarkan tak terjawab. Dan, kuasa kudus-Nya memungkinkan kita menemukan harta dalam Firman-Nya yang dapat membantu kita memecahkan berbagai masalah, menghindari bahaya, dan membuat keputusan yang bijaksana.—Lukas 11:13.
Untuk memperoleh hikmat ilahi, kita harus mengerahkan upaya untuk menggalinya
8. Jika kita benar-benar telah mendapatkan hikmat ilahi, bagaimana hal itu akan nyata?
8 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 17, hikmat Yehuwa itu praktis. Jadi, jika kita benar-benar telah mendapatkan hikmat ilahi, hal itu akan nyata dari cara kita bertingkah laku. Yakobus, sang murid, melukiskan buah-buah hikmat ilahi sewaktu menulis, ”Hikmat dari atas pertama-tama membuat seseorang murni, lalu suka damai, bersikap masuk akal, penurut, penuh belas kasihan, banyak berbuat baik, tidak berat sebelah, dan tidak munafik.” (Yakobus 3:17) Seraya membahas tiap-tiap aspek hikmat ilahi tersebut, kita dapat bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah hikmat yang datang dari atas bekerja dalam kehidupan saya?’
”Murni, Lalu Suka Damai”
9. Apa artinya murni, dan mengapa tepat jika kemurnian berada di urutan pertama sifat-sifat hikmat?
9 ”Pertama-tama . . . murni.” Murni berarti tidak tercemar, tidak hanya di luar tetapi juga di dalam. Alkitab mengaitkan hikmat dengan hati, tetapi hikmat surgawi tidak dapat masuk ke dalam hati yang dicemari pikiran, hasrat, dan motif yang fasik. (Amsal 2:10; Matius 15:19, 20) Akan tetapi, jika hati kita murni—yaitu, dalam batas kesanggupan manusia yang tidak sempurna—kita akan ’menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik’. (Mazmur 37:27; Amsal 3:7) Tidakkah tepat jika kemurnian berada di urutan pertama sifat-sifat hikmat? Lagi pula, jika kita tidak bersih secara moral dan rohani, bagaimana kita dapat benar-benar mencerminkan sifat-sifat lain dari hikmat yang datang dari atas?
10, 11. (a) Mengapa penting bagi kita untuk suka damai? (b) Jika Saudara merasa telah menyakiti hati rekan seiman, bagaimana Saudara dapat membuktikan diri sebagai pembawa damai? (Lihat juga catatan kaki.)
10 ”Lalu suka damai.” Hikmat surgawi menggerakkan kita untuk mengejar damai, yang adalah salah satu bagian dari buah kuasa kudus Allah. (Galatia 5:22) Kita berupaya keras untuk tidak memutuskan ”ikatan perdamaian” yang mempersatukan umat Yehuwa. (Efesus 4:3) Jika perdamaian terganggu, kita juga berupaya melakukan yang terbaik untuk memulihkannya. Mengapa hal itu penting? Alkitab berkata, ”Teruslah . . . hidup damai. Dengan begitu, Allah yang penuh kasih dan penuh kedamaian akan menyertai kalian.” (2 Korintus 13:11) Jadi, selama kita terus hidup dengan damai, Allah kedamaian akan menyertai kita. Perlakuan kita kepada rekan seiman berpengaruh langsung terhadap hubungan kita dengan Yehuwa. Bagaimana kita dapat membuktikan diri sebagai pembawa damai? Perhatikan sebuah contoh.
11 Apa yang hendaknya Saudara lakukan jika Saudara merasa telah menyakiti hati rekan seiman? Yesus berkata, ”Maka kalau kamu membawa pemberian ke mezbah, dan di sana kamu ingat bahwa saudaramu sedang kesal terhadapmu, tinggalkan pemberianmu di sana di depan mezbah, lalu pergilah berdamai dulu dengan saudaramu itu, baru kembali dan persembahkan pemberianmu.” (Matius 5:23, 24) Saudara dapat menerapkan nasihat itu dengan mengambil inisiatif untuk menemui saudara tersebut. Dengan tujuan apa? Untuk ”berdamai” dengannya.b Untuk mencapai tujuan tersebut, Saudara mungkin perlu mengakui, bukannya menyangkal, rasa sakit hatinya. Jika Saudara mendekatinya dengan tujuan memulihkan perdamaian dan mempertahankan sikap tersebut, kemungkinan besar kesalahpahaman dapat dijernihkan, permintaan maaf yang sepatutnya diajukan, dan pengampunan diulurkan. Apabila Saudara berinisiatif untuk berdamai, Saudara menunjukkan bahwa Saudara dibimbing oleh hikmat ilahi.
”Bersikap Masuk Akal, Penurut”
12, 13. (a) Apa arti kata yang dialihbahasakan menjadi ”masuk akal” di Yakobus 3:17? (b) Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa kita adalah orang yang masuk akal?
12 ”Bersikap masuk akal.” Apa artinya bersikap masuk akal? Menurut para pakar, kata Yunani asli yang dialihbahasakan menjadi ”masuk akal” di Yakobus 3:17 sulit diterjemahkan. Kata tersebut memiliki makna ”mengalah”. Para penerjemah telah menggunakan berbagai istilah seperti ”manis lakunya”, ”peramah”, dan ”bertimbang rasa”. Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa aspek hikmat yang datang dari atas ini bekerja dalam diri kita?
13 ”Tunjukkan sikap masuk akal kalian kepada semua orang,” kata Filipi 4:5. Terjemahan lain berbunyi, ”Milikilah reputasi sebagai orang yang masuk akal.” (The New Testament in Modern English, oleh J.B. Phillips) Perhatikanlah bahwa masalahnya bukan bagaimana kita memandang diri kita sendiri; masalahnya terletak pada bagaimana orang lain memandang kita, bagaimana kita dikenal. Seseorang yang masuk akal tidak selalu berkukuh pada kata-kata dalam hukum atau pada keinginannya sendiri. Sebaliknya, dia bersedia mendengarkan orang-orang lain dan, jika perlu, mengalah pada keinginan mereka. Dia juga lembut, tidak kasar atau keras, dalam berurusan dengan orang lain. Meskipun sangat penting bagi semua orang Kristen, sifat itu khususnya penting bagi mereka yang melayani sebagai penatua. Kelembutan merupakan sifat yang menarik, membuat para penatua mudah didekati. (1 Tesalonika 2:7, 8) Kita sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya memiliki reputasi sebagai orang yang bertimbang rasa, suka mengalah, dan lembut?’
14. Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa kita ”penurut”?
14 ”Penurut.” Kata Yunani yang dialihbahasakan menjadi ”penurut” tidak muncul di ayat lain mana pun dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Menurut seorang pakar, kata itu ”sering kali digunakan dalam hubungannya dengan disiplin militer”. Kata itu mencakup gagasan ”mudah diyakinkan” dan ”tunduk”. Seseorang yang dibimbing oleh hikmat yang datang dari atas siap untuk tunduk kepada apa yang Alkitab katakan. Dia tidak dikenal sebagai orang yang, setelah membuat suatu keputusan, menolak untuk dipengaruhi oleh fakta apa pun yang bertentangan dengan dia. Sebaliknya, dia segera berubah sewaktu diperhadapkan dengan bukti-bukti Alkitab yang jelas bahwa dia mengambil pendirian yang salah atau telah mengambil kesimpulan yang keliru. Apakah demikian cara Saudara dikenal oleh orang lain?
”Penuh Belas Kasihan, Banyak Berbuat Baik”
15. Apakah belas kasihan itu, dan mengapa tepat jika ”belas kasihan” dan ”banyak berbuat baik” disebutkan bersama-sama dalam Yakobus 3:17?
15 ”Penuh belas kasihan, banyak berbuat baik.”c Belas kasihan merupakan bagian penting dari hikmat yang datang dari atas, karena hikmat tersebut dikatakan ”penuh belas kasihan”. Perhatikan bahwa ”belas kasihan” dan ”banyak berbuat baik” disebutkan bersama-sama. Hal itu sangatlah tepat, karena di dalam Alkitab, belas kasihan sering kali memaksudkan suatu perhatian yang aktif terhadap orang lain, keibaan hati yang menghasilkan tuaian yang melimpah berupa perbuatan-perbuatan baik. Sebuah karya referensi mendefinisikan belas kasihan sebagai ”suatu perasaan dukacita atas keadaan buruk yang menimpa seseorang dan mencoba berbuat sesuatu berkenaan dengan hal itu”. Jadi, hikmat ilahi tidak bersifat dingin, tak berperasaan, atau teoretis belaka. Sebaliknya, hikmat ilahi itu hangat, penuh perasaan, dan peka. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang penuh belas kasihan?
16, 17. (a) Selain kasih akan Allah, apa lagi yang memotivasi kita untuk ambil bagian dalam pekerjaan pemberitaan, dan mengapa? (b) Dengan cara-cara apa kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang penuh belas kasihan?
16 Tentu saja, salah satu cara penting adalah dengan membagikan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada orang lain. Apa yang memotivasi kita untuk melakukan pekerjaan tersebut? Yang terutama adalah kasih akan Allah. Tetapi, kita juga dimotivasi oleh belas kasihan, atau keibaan hati kepada orang lain. (Matius 22:37-39) Sekarang, banyak orang ”ditindas dan telantar seperti domba-domba tanpa gembala”. (Matius 9:36) Mereka telah diabaikan dan dibutakan secara rohani oleh para gembala agama yang palsu. Akibatnya, mereka tidak mengetahui bimbingan yang bijaksana yang terdapat dalam Firman Allah atau berkat-berkat yang akan segera didatangkan ke atas bumi oleh Kerajaan Allah. Oleh karena itu, sewaktu memikirkan kebutuhan rohani orang-orang yang ada di sekeliling kita, keibaan hati kita yang tulus menggerakkan kita untuk berbuat semampu kita dalam memberitahukan tujuan Yehuwa yang pengasih kepada mereka.
Sewaktu menunjukkan belas kasihan, atau keibaan hati, kepada orang lain, kita mencerminkan ”hikmat dari atas”
17 Dengan cara-cara lain apa kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang penuh belas kasihan? Ingatlah perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang menemukan seorang pejalan yang tergeletak di pinggir jalan karena dirampok dan dipukuli. Tergerak oleh keibaan hati, orang Samaria tersebut ”menunjukkan belas kasihan”, membalut luka-luka sang korban dan merawatnya. (Lukas 10:29-37) Tidakkah perumpamaan itu memberikan gambaran bahwa belas kasihan mencakup memberikan bantuan praktis kepada mereka yang sedang membutuhkan? Alkitab memberi tahu kita agar ”berbuat baik kepada semua orang, terutama kepada saudara seiman kita”. (Galatia 6:10) Pikirkan beberapa peluang. Seorang rekan seiman yang lebih tua mungkin butuh tumpangan ke dan dari perhimpunan. Seorang janda di sidang mungkin butuh bantuan untuk memperbaiki rumahnya. (Yakobus 1:27) Seseorang yang tawar hati mungkin butuh ”kata-kata yang baik” untuk membangkitkan semangatnya. (Amsal 12:25) Sewaktu menunjukkan belas kasihan dengan cara-cara demikian, kita membuktikan bahwa hikmat yang datang dari atas bekerja dalam diri kita.
”Tidak Berat Sebelah, . . . Tidak Munafik”
18. Jika dibimbing oleh hikmat dari atas, kita harus berupaya untuk mencabut apa dari hati kita, dan mengapa?
18 ”Tidak berat sebelah.” Hikmat ilahi mengalahkan prasangka ras dan kebanggaan nasional. Jika kita dibimbing oleh hikmat semacam itu, kita berupaya mencabut dari hati kita kecenderungan apa pun untuk memperlihatkan sikap pilih kasih. (Yakobus 2:9) Kita tidak memberikan perlakuan istimewa kepada orang lain berdasarkan latar belakang pendidikan, keadaan finansial, atau tanggung jawab mereka di sidang; kita juga tidak memandang rendah rekan seiman mana pun, tidak soal seberapa rendah mereka kelihatannya. Jika Yehuwa telah menjadikan orang-orang itu sebagai penerima kasih-Nya, tentu kita hendaknya menganggap mereka layak menerima kasih kita.
19, 20. (a) Apa latar belakang kata Yunani untuk ”orang munafik”? (b) Bagaimana cara kita menunjukkan ”kasih sayang persaudaraan yang tidak munafik”, dan mengapa hal itu penting?
19 ”Tidak munafik.” Kata Yunani untuk ”orang munafik” dapat memaksudkan ”seorang aktor yang memainkan suatu peran”. Pada zaman dahulu, aktor Yunani dan Romawi mengenakan topeng besar sewaktu berpentas. Oleh karena itu, kata Yunani untuk ”orang munafik” kemudian diterapkan pada seseorang yang berpura-pura, atau seseorang yang penuh kepalsuan. Aspek hikmat ilahi tersebut hendaknya bukan hanya memengaruhi cara kita memperlakukan rekan seiman, melainkan juga perasaan kita terhadap mereka.
20 Rasul Petrus menyatakan bahwa kalau kita ”menaati kebenaran”, itu akan menghasilkan ”kasih sayang persaudaraan yang tidak munafik”. (1 Petrus 1:22) Ya, kasih sayang kita terhadap saudara-saudara kita hendaknya tidak untuk pamer. Kita tidak mengenakan topeng atau berakting agar dapat mengelabui orang lain. Kasih sayang kita hendaknya murni, tulus. Dengan bertindak demikian, kita akan memperoleh kepercayaan dari rekan-rekan seiman kita, karena mereka akan tahu bahwa kita berlaku apa adanya. Ketulusan semacam itu membuka jalan bagi hubungan yang terbuka dan jujur di antara orang Kristen dan membantu menciptakan suasana saling percaya di dalam sidang.
”Jagalah Hikmat”
21, 22. (a) Bagaimana Salomo gagal menjaga hikmat? (b) Bagaimana kita dapat menjaga hikmat, dan bagaimana kita akan mendapat manfaat dengan melakukannya?
21 Hikmat ilahi merupakan pemberian Yehuwa, sesuatu yang harus kita jaga. Salomo berkata, ”Anakku, . . . jagalah hikmat dan kemampuan berpikirmu.” (Amsal 3:21) Sayang sekali, Salomo sendiri gagal melaksanakannya. Dia tetap berhikmat selama dia memelihara hati yang taat. Namun, pada akhirnya istri-istri asingnya yang banyak jumlahnya menyimpangkan hatinya dari ibadah yang murni kepada Yehuwa. (1 Raja 11:1-8) Kesudahan Salomo memberikan gambaran bahwa pengetahuan akan kecil nilainya jika kita tidak menggunakannya dengan tepat.
22 Bagaimana kita dapat menjaga hikmat yang praktis? Kita tidak hanya harus teratur membaca Alkitab dan publikasi-publikasi berdasarkan Alkitab yang disediakan ”budak yang setia dan bijaksana”, tetapi kita juga harus berupaya menerapkan apa yang kita pelajari. (Matius 24:45) Kita memiliki alasan kuat untuk menerapkan hikmat ilahi. Penerapan hikmat tersebut berarti jalan hidup yang lebih baik sekarang. Hal itu memungkinkan kita untuk ”menggenggam kehidupan yang sebenarnya”—kehidupan dalam dunia baru Allah. (1 Timotius 6:19) Dan, yang terpenting ialah memupuk hikmat yang datang dari atas membuat kita semakin dekat kepada Sumber segala hikmat, Allah Yehuwa.
a Menurut 1 Raja 3:16, kedua wanita tersebut adalah pelacur. Pemahaman Alkitab menyatakan, ”Wanita-wanita itu bisa jadi berkebangsaan Yahudi, atau kemungkinan besar keturunan asing, dan mereka disebut pelacur bukan dalam makna komersial, melainkan karena mereka telah melakukan percabulan.”—Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
b Kata Yunani yang dialihbahasakan ”berdamai” bisa berarti ”mengubah permusuhan menjadi persahabatan; rukun lagi; kembali memiliki hubungan yang baik atau harmonis”. Jadi, tujuan Saudara adalah untuk menghasilkan perubahan, untuk menyingkirkan, jika mungkin, perasaan tidak enak dari hati seseorang yang disakiti.—Roma 12:18.
c Terjemahan lain mengalihbahasakan kata-kata ini menjadi ”penuh dengan keibaan hati dan perbuatan-perbuatan yang baik”.—A Translation in the Language of the People, oleh Charles B. Williams.
-