PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w89 15/10 hlm. 32
  • Abihu

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Abihu
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
w89 15/10 hlm. 32

Abihu

ABIHU [Dia adalah Bapa]. Salah seorang dari empat putra Harun dari istrinya, Eliseba; saudara dari Nadab, Eleazar, dan Itamar. (Kel 6:23; 1 Taw 6:3; 24:1) Abihu, yang lahir di Mesir sebagai putra kedua dari Harun, sudah dewasa pada waktu Eksodus (orang Israel keluar dari Mesir), karena ayahnya waktu itu berumur 83 tahun.—Bil 33:39.

Sebagai anak-anak tertua, Nadab dan Abihu diizinkan oleh Yehuwa menemani ayah mereka dan 70 tua-tua Israel untuk pergi ke dekat Gunung Sinai dan melihat dari jauh cahaya kemuliaan Allah yang menakjubkan. (Kel 24:1, 9-11) Yehuwa memberi kehormatan kepada putra-putra Harun dengan mengangkat mereka sebagai imam bersama ayah mereka, yang adalah imam besar, dan menetapkan bahwa salah seorang kelak akan menggantikan Harun. Mereka akan mengenakan jubah imam dan destar ”untuk menjadi perhiasan kemuliaan.” Musa akan ”mengurapi, mentahbiskan [”memenuhi tangan mereka dengan kuasa,” NW] dan menguduskan mereka” untuk dinas kepada Allah. (Kel 28:1, 40-43) Jabatan imam akan mereka peroleh sebagai ”suatu ketetapan untuk waktu yang tak ditentukan.”—Kel 29:8, 9, NW.

Selanjutnya mereka senantiasa ikut mendapat petunjuk dari Allah berkenaan keimaman dan pekerjaannya. (Kel 29:10-46; 30:26-38) Juga, Allah sangat menekankan kepada mereka, maupun kepada seluruh bangsa, pentingnya menghargai kesucian dari perkara-perkara yang berkaitan dengan ibadat-Nya, termasuk altar dupa dan perlengkapan-perlengkapan kecil. Kehidupan mereka bergantung kepada respek mereka terhadap peraturan ilahi itu.

Demikianlah, satu tahun sejak Eksodus, tibalah saatnya untuk mendirikan kemah suci dan menetapkan imamat (1512 S.M.). Seluruh bangsa berkumpul di depan pintu masuk kemah pertemuan untuk upacara pelantikan dan melihat Harun dan Abihu serta saudara-saudaranya, telah membasuh diri dan memakai sorban, menerima pengurapan sebagai imam dari Allah untuk mewakili bangsa itu di hadapan Dia. Kemudian para imam yang baru dilantik tinggal di pintu kemah pertemuan selama tujuh hari sampai genap pentahbisan mereka dan, seperti yang dikatakan Musa, ”untuk memenuhi tanganmu dengan kuasa.” (NW) ”Maka Harun dan anak-anaknya melakukan segala firman yang diperintahkan [Yehuwa] dengan perantaraan Musa.”—Im 8:1-3, 13-36.

Pada hari kedelapan Harun mulai menjalankan perannya dibantu oleh Abihu dan saudara-saudaranya. (Im 9:1-24) Mereka menyaksikan manifestasi kehadiran Allah yang mulia. Tetapi, tampaknya sebelum hari itu berakhir, catatan mengatakan bahwa ”Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan [Yehuwa] api yang asing yang tidak diperintahkanNya kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan [Yehuwa], lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan [Yehuwa].” (Im 10:1, 2) Mayat mereka dibawa ke luar kemah oleh saudara-saudara sepupu Harun atas perintah Musa. Ayah dan saudara-saudara mereka yang masih hidup diperintahkan oleh Allah untuk sama sekali tidak memperlihatkan kesedihan atas pemecatan mereka dari jemaat.—Im 10:4-7.

Segera setelah itu Allah memperingatkan Harun untuk tidak minum minuman keras, dia maupun putra-putranya pada waktu melayani di kemah suci, ”supaya jangan kamu mati.” Mengomentari ayat 9, The Pentateuch and Haftorahs mengatakan: ”Para rabi menghubungkan peristiwa Nadab dan Abihu dengan larangan minum minuman keras sebelum bertugas di Kemah Suci.” (Diterbitkan oleh J. H. Hertz, London, 1972, h. 446) Jadi, dosa mereka yang besar bisa jadi termasuk masalah pemabukan, tetapi penyebab kematian mereka yang sebenarnya adalah melanggar ketetapan Allah untuk ibadat sejati dengan mempersembahkan ”api yang asing yang tidak diperintahkanNya kepada mereka.”

Abihu menikmati kehormatan besar dari Allah dan kedudukan yang menonjol di hadapan semua bangsa untuk waktu yang singkat; tetapi tidak soal karena ambisi, ego yang besar, atau sikap meremehkan perintah Allah, hak istimewanya hanya singkat dan ia mati tanpa keturunan.—Bil 3:2-4; 26:60, 61; 1 Taw 24:1, 2.—Cuplikan dari Insight on the Scriptures

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan