PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w89 1/11 hlm. 32
  • Abimelekh

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Abimelekh
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Subjudul
  • ABISAG
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
w89 1/11 hlm. 32

Abimelekh

ABIMELEKH [Ayahku Adalah Raja]. Sebuah nama pribadi atau suatu gelar resmi dari beberapa raja Filistin, yang mungkin sama dengan gelar Firaun bagi orang Mesir dan Kaisar bagi orang Roma.

1. Raja dari kota Gerar, tempat Abraham dan Sara tinggal untuk sementara waktu kira-kira tahun 1919 S.M. Karena mengira pasangan itu kakak beradik, ia mengambil Sara untuk dijadikan istrinya, tetapi, untung, belum menyentuhnya. Raja itu diperingatkan oleh Yehuwa dalam mimpi, lalu mengembalikan Sara kepada Abraham beserta ganti rugi yang terdiri dari ternak serta budak-budak dan, selain itu, seribu syikal perak (hampir 4 juta rupiah) sebagai jaminan atas kesucian Sara. Beberapa waktu kemudian raja ini mengadakan perjanjian perdamaian dan saling percaya dengan Abraham di Bersyeba.—Kej 20:1-18; 21:22-34.

2. Mungkin seorang raja lain di Gerar sewaktu Ishak berada di sana karena bala kelaparan. Ini terjadi setelah kematian Abraham pada tahun 1843 S.M. Ishak, seperti ayahnya, Abraham, bermaksud memperkenalkan Ribka sebagai adiknya, tetapi sewaktu sang raja, secara kebetulan, mengetahui ia isteri Ishak, ia mengeluarkan dekrit umum menjamin keselamatan mereka. Tetapi kemakmuran Ishak yang diberkati Allah, menjadi sasaran iri hati, karena itu raja minta kepada Ishak untuk pindah. Beberapa waktu kemudian raja Gerar mengadakan perjanjian perdamaian dengan Ishak sama seperti yang dibuat pendahulunya dengan Abraham.—Kej 26:1-31.

3. Raja Filistin dari kota Gat pada zaman Daud.—Mzm 34:1.

4. Putra dari Hakim Gideon dengan selirnya di Sikhem. Setelah kematian ayahnya, Abimelekh yang sombong dengan lancang berusaha menjadikan dirinya sendiri raja. Dengan licik, ia memohon dukungan dari para pemilik tanah di Sikhem dengan menggunakan pengaruh keluarga ibunya. Setelah mendapat bantuan uang ia menggaji penjahat-penjahat, pergi ke rumah ayahnya di Ofra, dan di sana membunuh saudara-saudaranya yang seayah di atas satu batu. Dari ke-70 saudara tirinya, hanya yang paling muda, Yotam, selamat dari pembunuhan.

Abimelekh kemudian dinobatkan sebagai raja, tetapi Yehuwa membangkitkan semangat jahat di antara warga kota Sikhem terhadap ”raja” mereka yang baru, untuk membalas hutang darah kepada semua yang bersekongkol. Pemberontakan itu dipimpin oleh Gaal. Abimelekh segera menumpasnya, menduduki serta menghancurkan kota Sikhem, dan menaburnya dengan garam. Kemudian ia menyerang liang di bawah kuil El-Berit dan membakarnya, dan dalam lautan api kira-kira seribu orang bekas kaki-tangannya, para pemilik tanah yang berlindung di menara Sikhem, terbakar sampai mati. Segera setelah Abimelekh berhasil ia lalu menyerang Tebes di utara, tetapi seorang wanita di atas menara kota itu melemparkan batu kilangan ke atas kepala Abimelekh. Kekuasaan Abimelekh selama tiga tahun berakhir sewaktu ia mati ditikam pesuruh yang membawa senjatanya, sesuai dengan permintaannya pada waktu ia sedang sekarat. Dengan demikian tidak dapat dikatakan bahwa ia mati dibunuh oleh wanita tadi.—Hak 8:30, 31; 9:1-57; 2 Sam 11:21.

5. Naskah Masoret, yang diambil oleh King James Version, mencatat ”Abimelekh” di 1 Tawarikh 18:16 (juga di Klinkert). Septuagint bahasa Yunani, Vulgate bahasa Latin, Peshitta bahasa Siria, dan 12 manuskrip Ibrani menulisnya ”Ahimelekh,” selaras dengan 2 Samuel 8:17.

ABISAG

ABISAG. Seorang gadis muda dari kota Sunem, di sebelah Utara Yizreel dan Gunung Gilboa, di daerah Isakhar. (Yos 19:17-23) Ia ”amat cantik” dan dipilih oleh para pegawai istana Raja Daud untuk menjadi perawat dan teman raja selama hari tuanya.—1 Raj 1:1-4.

Daud kini berumur kira-kira 70 tahun (2 Sam 5:4, 5), dan akibat fisiknya yang lemah ia kurang memiliki kehangatan tubuh. Abisag melayaninya sepanjang hari, sehingga pasti membuat keadaan di sekelilingnya cerah dengan kemudaannya yang menyegarkan serta kecantikannya. Pada malam hari ia ’berbaring di pangkuan raja’ untuk memberinya kehangatan, tetapi ”raja tidak bersetubuh dengan dia.” Walaupun demikian, sikap yang kemudian diperlihatkan Salomo terhadapnya menunjukkan bahwa Abisag dianggap sebagai istri atau selir dari Daud. Dengan demikian, menurut kebiasaan di Timur kuno, ia akan menjadi milik ahli waris Daud pada saat kematiannya.

Kisah mengenai Abisag ditulis tepat sebelum kisah tentang upaya merebut tahta oleh orang yang mungkin adalah putra Daud tertua yang masih hidup, yaitu Adonia. Tampaknya urutan kisah ini dibuat demikian agar kita mengerti tindakan Adonia berikutnya selama pemerintahan Salomo. Setelah Salomo naik tahta, ia memberikan pengampunan kepada Adonia dengan syarat. Lalu Adonia membujuk ibu Salomo, Batsyeba, untuk meminta Salomo agar memberikan kepadanya Abisag sebagai isteri. Salomo, yang merasa yakin bahwa permintaan Adonia bukan sekedar karena kecantikan Abisag tetapi, sebaliknya, menunjukkan upaya yang licik untuk memperkuat tuntutan Adonia atas tahta itu, menjadi marah. Ia mencabut pengampunan atas Adonia, dan memerintahkan agar dia dibunuh. (1 Raj 2:13-25) Abisag tidak disebut-sebut lagi setelah itu, tetapi mungkin akhirnya ia menjadi salah seorang dari istri-istri atau selir-selir Salomo.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan