Persekutuan
Bagian III (Lanjutan.)
Persekutuan yang Tidak Bijaksana dengan Bangsa-Bangsa Lain. Walaupun para nabi Allah memberi peringatan keras melarang pembentukan persekutuan dengan bangsa-bangsa lain, dalam masa-masa yang penuh bahaya atau di bawah tekanan ambisi, raja-raja dari Yehuda dan Israel berulang kali mengabaikan peringatan sedemikian. (Yes 30:2-7; Yer 2:16-19, 36, 37; Hos 5:13; 8:8-10, 12:1) Hasil akhirnya tidak pernah menguntungkan, sebagaimana diperlihatkan oleh contoh-contoh berikut ini.
Raja Asa dari Yehuda menggunakan harta kerajaan untuk membeli Raja Benhadad I dari Aram di luar perjanjian dengan Raja Baesa dari Israel. (1 Raj 15:18-20) Akibat ’bersandar kepada Aram’ bukannya kepada Yehuwa, Asa dihardik nabi Hanani dengan kata-kata, ”Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.” (2 Taw 16:7-9) Raja Ahab dari Israel belakangan membuat suatu perjanjian dengan Benhadad II yang telah dikalahkan dan menerima penghukuman serupa dari nabi Allah. (1 Raj 20:34, 42) Yosafat mengadakan persekutuan dengan Ahab dalam serangan yang gagal melawan Aram dan selanjutnya ditanya oleh nabi Yehu, ”Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci [Yehuwa]? Karena hal itu [Yehuwa] murka terhadap engkau.” (2 Taw 18:2, 3; 19:2) Belakangan Yosafat membuat kerja sama dengan Raja Ahazia yang jahat dari Israel berupa pembuatan kapal-kapal dagang, namun penghukuman yang telah dinubuatkan tergenap ketika kapal-kapal tersebut hancur. (2 Taw 20:35-37) Dengan mematuhi nasihat ilahi, Amazia dari Yehuda dengan bijaksana memutuskan untuk menentang penggunaan tentara-tentara bayaran dari Israel walaupun itu berarti kerugian sebanyak 100 talenta perak yang telah dibayarkan kepada mereka sebagai biaya.—2 Taw 25:6-10.
Pada abad kedelapan S.M. saat Asyur mulai muncul sebagai penguasa dunia yang dominan, pengaruh ancamannya memaksa kerajaan-kerajaan kecil membentuk banyak persekutuan dan persekongkolan. (Bandingkan Yes 8:9-13.) Perancangan perangkat-perangkat untuk berperang di antara bangsa-bangsa juga menyebabkan bertambahnya ketakutan. (Bandingkan 2 Taw 26:14, 15.) Menahem dari Israel menyuap Pul (Tiglath-pileser III) dari Asyur yang datang menyerang negeri itu. (2 Raj 15:17-20) Rezin dari Siria dan Pekah dari Israel membentuk persekutuan untuk bersekongkol melawan Ahas dari Yehuda, yang kemudian membalasnya dengan mengirimkan perbendaharaan istana dan bait untuk membeli perlindungan raja Asyur, Tiglath-pileser III, yang menyebabkan jatuhnya Damaskus dari Aram. (2 Raj 16:5-9; 2 Taw 28:16) Hosea dari Israel membuat persekutuan persekongkolan dengan Raja So dari Mesir dengan harapan semu untuk melepaskan penindasan yang dibebankan oleh Salmaneser V, dengan konsekuensi kejatuhan Israel pada tahun 740 S.M. (2 Raj 17:3-6) Akan tetapi, Hizkia yang setia dari Yehuda, walaupun secara palsu dituduh mengandalkan Mesir, bersandar hanya kepada Yehuwa dan diselamatkan dari serangan Asyur di bawah pimpinan Sanherib.—2 Raj 18:19-22, 32-35, 19:14-19, 28, 32-36; bandingkan Yes 31:1-3.
Dalam tahun-tahun terakhirnya, kerajaan Yehuda terombang-ambing antara Mesir dan Babel, ”bersundal” dengan dua kuasa tersebut. (Yeh 16:26-29; 23:14) Hal itu berlangsung di bawah pengaruh Mesir selama masa pemerintahan Yoyakim (2 Raj 23:34) namun segera dibuat tunduk kepada Babel. (2 Raj 24:1, 7, 12-17) Raja terakhir Zedekia, membuat usaha yang sia-sia untuk membebaskan Yehuda dari Babel dengan membentuk persekutuan dengan Mesir yang tidak menghasilkan apa-apa. Hasilnya adalah kehancuran Yerusalem. (2 Raj 24:20; Yeh 17:1-15) Mereka gagal dalam menerima nasihat Yesaya yang terilham, ”Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”—Yes 30:15-17.
Selama periode Makabe banyak perjanjian dan persekutuan dibuat dengan Aram dan Roma untuk kepentingan politik, tetapi pembebasan dari perbudakan bagi Israel tidak tercapai. Dalam periode belakangan, agama Saduki khususnya menonjol dalam mengutamakan kerja sama politik sebagai sarana utama untuk meraih kemerdekaan nasional. Tak satu pun dari mereka atau kaum Farisi menerima berita Kerajaan yang diumumkan Kristus Yesus tetapi menggabungkan diri dengan Roma, dengan menyatakan, ”Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!” (Yoh 19:12-15) Akan tetapi, persekutuan agama-politik dengan Roma berakhir dengan bencana kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M.—Luk 19:41-44; 21:20-24.
Persekutuan politik dan agama dinyatakan dalam lambang-lambang di Wahyu 17:1, 2, 10-18; 18:3. (Bandingkan Yak 4:1-4.) Selanjutnya, dalam seluruh catatan Alkitab, prinsip yang Paulus nyatakan menekankan, ”Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? . . . Keluarlah kamu dari antara mereka dan pisahkanlah dirimu.”—2 Kor 6:14-17.—Cuplikan dari Insight on the Scriptures.