PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w89 1/2 hlm. 24-28
  • Gangguan Mental​—Bila Hal Itu Menimpa Seorang Kristen

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Gangguan Mental​—Bila Hal Itu Menimpa Seorang Kristen
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mengapa Orang Kristen Tidak Kebal
  • Penyebab Gangguan Mental
  • Apa yang Dapat Dilakukan Para Penatua
  • Mereka yang ”Memerlukan Tabib”
  • Diganggu oleh Hantu-Hantu?
  • Pengobatan oleh Psikiater
  • Terapi Percakapan
  • ’Kata-Kata Rohani’ bagi Orang yang Tertekan secara Mental
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Pertanyaan Pembaca
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
  • Maraknya Krisis Kesehatan Mental
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Umum)—2023
  • Yang Perlu Anda Tahu tentang Gangguan Mental
    Sedarlah!—2014
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
w89 1/2 hlm. 24-28

Gangguan Mental​—Bila Hal Itu Menimpa Seorang Kristen

PARA ahli kesehatan mental mengatakan bahwa mungkin 1 di antara 5 orang di Amerika Serikat menderita salah satu dari beberapa macam gangguan mental yang sudah dikenali. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan bahwa mungkin ada sebanyak 40 juta kasus penyakit mental yang tidak tertangani di negara-negara berkembang. Gangguan mental bahkan ditemukan di antara penduduk di Kepulauan Pasifik yang tenang bagaikan firdaus.

Maka kita tidak perlu heran jika ada orang Kristen dewasa ini yang mengalami gangguan mental atau emosi, mulai dari kecemasan yang biasa dan depresi ringan sampai penyakit yang serius seperti depresi yang hebat, manic-depression (depresi akibat kelainan jiwa), phobia (penyakit ketakutan yang tidak beralasan), dan schizophrenia (penyakit jiwa suka menarik diri). Beberapa orang mempunyai problem tersebut sebelum menjadi Saksi, sedangkan yang lain mulai mendapat problem itu pada usia lanjut.

Mengapa Orang Kristen Tidak Kebal

Seorang wanita Kristen yang telah membaktikan diri lebih dari 20 tahun menyatakan bahwa ia tersiksa oleh suara-suara yang kuat dan terus-menerus datang. ”Saya bermaksud memikirkan hal lain,” katanya, ”tetapi tiba-tiba datang suara yang mengatakan, ’bunuh dirimu sendiri.’ . . . Suara ini terus-menerus terdengar sampai rasanya tidak tertahankan lagi.” Bagaimana mungkin seorang Kristen yang setia menderita hal ini? Bukankah 2 Timotius 1:7 mengatakan, ’”Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban [”akal sehat,” NW]”?

Ya, tetapi akal sehat pada umumnya lebih berkaitan dengan kesanggupan seorang Kristen untuk mempunyai pertimbangan yang berdasarkan Alkitab daripada kesehatan jiwa. Tidak seperti orang dunia ini yang ’pikirannya sudah gelap.’ (BIS) atau ’bobrok akalnya.’ seorang Kristen telah ’mengubah pikirannya’ melalui pelajaran dari Firman Allah. (Efesus 4:17, 18; 2 Timotius 3:8; Roma 12:2) Hal ini pasti banyak membantu memperkembangkan keseimbangan mental dan emosi seorang Kristen, namun tidak membuatnya kebal terhadap problem-problem kesehatan mental. Beberapa hamba Allah yang setia pada jaman Alkitab, seperti Epafroditus, menderita berbagai bentuk gangguan mental.—Filipi 2:25, 26; Lukas 2:48.

”Semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam,” rasul Paulus mengingatkan kita. (1 Korintus 15:22) Kebanyakan dari kita mempunyai penyakit-penyakit jasmani tertentu. Orang lain menderita penyakit emosi dan mental.

Penyebab Gangguan Mental

Faktor-faktor fisik rupanya merupakan akar dari banyak kasus gangguan mental. Sebagai contoh, Alkitab menceritakan tentang orang yang matanya ”melihat hal-hal yang aneh.” Apa penyebab halusinasi yang misterius sedemikian? ”Duduk dengan anggur sampai jauh malam”! (Amsal 23:29-33) Jelas, alkohol dapat menyebabkan otak berhalusinasi. Para dokter mengatakan bahwa dengan cara yang sama, gangguan kimiawi dalam otak, faktor-faktor genetika, dan bahkan diet dapat menyebabkan gangguan otak. Sebagai akibatnya, gangguan emosi dan mental dapat terjadi.a

Tekanan kejiwaan yang kuat, seperti ketegangan (stress), dapat juga menimbulkan gangguan emosi. Sekedar mencoba mempertahankan kebersihan moral dan kepribadian Kristen dalam ”masa yang sukar,” ini dapat menjadi sumber ketegangan. (2 Timotius 3:1-5) Ya, ”jiwa [Lot] yang benar itu tersiksa” karena kejahatan yang dilihatnya tiap hari di Sodom! (2 Petrus 2:8) Selain itu, beberapa orang Kristen terganggu secara mental karena pernah diperkosa, dianiaya secara seksual, atau hubungan seks bebas dan penyalahgunaan obat bius di masa lalu. Hal-hal sedemikian dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan mental seseorang.

Apa yang Dapat Dilakukan Para Penatua

Tugas para penatua ialah menggembalakan kawanan domba yang dipercayakan kepada pemeliharaan mereka—termasuk mereka yang menderita gangguan emosi. (1 Petrus 5:2; Yesaya 32:1, 2) Memang, mereka bukan dokter, dan mereka tidak dapat menyembuhkan penyakit, sama seperti rasul Paulus tidak dapat mengobati Epafroditus dari penyakit fisiknya atau depresi yang menyusul setelah itu. (Filipi 2:25-29) Namun, dengan memperlihatkan perhatian yang sungguh-sungguh dan seperasaan, mereka sering kali dapat berbuat banyak untuk membantu dan menganjurkan orang-orang sedemikian.—1 Petrus 3:8.

Jadi, bagaimana jika seorang saudara mulai bertindak aneh atau mengeluh mengalami pergolakan emosi? Para penatua pertama-tama akan mencoba mengeluarkan isi hati si penderita, mencoba mengetahui apa yang sesungguhnya mengganggu dia. Apakah musibah pribadi atau keadaan yang sangat menekan—mungkin kehilangan pekerjaan atau kematian seseorang yang dicintai—membuatnya untuk sementara kehilangan keseimbangan? (Pengkhotbah 7:7) Apakah si penderita sedikit tertekan karena kesepian dan karena itu membutuhkan seseorang untuk ’menghibur’ dia? (1 Tesalonika 5:14) Atau mungkinkah saudara itu merasa resah karena kelemahan pribadi yang ia miliki? Meyakinkan kembali kasih kemurahan Allah kepadanya—disertai nasihat yang tepat—dapat membantu mengurangi kegelisahannya. (Mazmur 103:3, 8-14) Hasil yang baik dapat dicapai hanya dengan berdoa bersama saudara yang tertekan itu.—Yakobus 5:14.

Para penatua juga dapat memberikan hikmat praktis kepada si penderita. (Amsal 2:7) Sebagai contoh, kita telah melihat bahwa beberapa gangguan emosi mungkin berkaitan dengan diet. Karena itu para penatua dapat menganjurkan saudara tersebut untuk makan makanan yang seimbang dan menghindari diet yang ekstrem. Atau mungkin mereka memperhatikan bahwa saudara itu mengalami tekanan yang berat dalam pekerjaannya dan akan mendapat manfaat yang besar dari ”segenggam ketenangan [”istirahat,” NW]—lebih teratur menikmati tidur malam yang cukup.—Pengkhotbah 4:6.

Mereka yang ”Memerlukan Tabib”

Tetapi apabila gangguan emosi yang hebat berlangsung terus, sebaiknya ingat kata-kata Yesus, ”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.” (Matius 9:12) Banyak orang yang mengalami gangguan mental enggan pergi ke dokter. Jadi para penatua dan anggota keluarga mungkin perlu menganjurkan saudara itu untuk mencari perawatan medis, seperti pemeriksaan yang teliti oleh seorang dokter yang dapat dipercaya. Profesor Maurice J. Martin mengatakan, ”Banyak ragam penyakit fisik menyamar sebagai gangguan kejiwaan.” Dan bahkan bila ini benar-benar penyakit mental, ada pengobatan yang efektif untuk itu.

Istri seorang penatua menceritakan bagaimana suaminya yang terganggu ”menjadi takut berada di antara saudara-saudara dan tidak mau pergi ke perhimpunan. . . . Ia ingin sekali mati!” Tetapi setelah mendapatkan perawatan dokter ahli, istrinya dapat melaporkan, ”Ia tidak lagi murung, juga tidak lagi ingin menghindari perhimpunan. Pagi ini ia menyampaikan khotbah umum!”

Memang, tidak semua keadaan dapat diatasi dengan begitu mudah. Ilmu pengetahuan baru mulai membuka tabir misteri gangguan mental. Mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tepat dapat merupakan proses yang rumit dan lama—tetapi hal itu sering kali memberikan hasil.

Diganggu oleh Hantu-Hantu?

Beberapa penderita gangguan mental takut bahwa mereka diganggu oleh hantu-hantu, karena kadang-kadang mendengar ”suara-suara.” Memang, kita tahu bahwa para hantu dapat membuat orang waras bertingkah laku aneh. (Markus 5:2-6, 15) Tidak ada bukti bahwa para hantu terlibat dalam kebanyakan kasus perilaku ganjil, juga tidak dalam semua kasus kebisuan, kebutaan, dan penyakit ayan. Namun, pada jaman Alkitab dulu, ada kalanya hantu-hantu menyebabkan (atau paling tidak memperburuk) penyakit-penyakit itu! (Matius 9:32, 33; 12:22; 17:15-18) Tetapi Alkitab membuat perbedaan yang jelas antara ”orang yang menderita sakit dan yang kerasukan Setan.” (Markus 1:32-34; Matius 4:24; Kisah 5:16) Jadi, kebanyakan dari kasus-kasus kebutaan atau penyakit ayan dewasa ini disebabkan faktor fisik—bukan karena pengaruh hantu. Hal yang sama jelas dapat dikatakan tentang kebanyakan kasus gangguan mental.

Tetapi, harus diingat juga bahwa Setan dan hantu-hantunya sedang ”memerangi” umat Allah dan telah diketahui mengganggu orang-orang Kristen yang setia. (Wahyu 12:17; Efesus 6:12) Hantu-hantu itu jahat, dan kita tidak perlu terkejut bahwa mereka sadis, sangat senang menyiksa beberapa orang yang mengalami gangguan mental—menambah kesulitan mereka.

Maka jika para penatua mempunyai alasan yang jelas untuk mencurigai adanya pengaruh hantu, tidak ada salahnya untuk mengadakan penyelidikan. Misalnya, apakah orang itu mendapat benda-benda yang mencurigakan secara langsung dan disengaja dari pribadi-pribadi yang mempunyai hubungan dengan beberapa bentuk spiritisme? Membuang benda-benda sedemikian akan memberikan kesembuhan. (Kisah 19:18-20) Karena orang Kristen diperintahkan untuk ’melawan si Iblis.’ para penatua juga dapat menasihati si penderita agar menolak ”suara-suara” aneh apapun yang mungkin berasal dari hantu. (Yakobus 4:7; Matius 4:10) Jika seseorang merasa mendapat serangan, ia harus berdoa dengan sungguh-sungguh, menyebut nama Yehuwa dengan suara keras.—Efesus 6:18; Amsal 18:10.

Tetapi, keterlibatan hantu-hantu tampaknya merupakan suatu perkecualian—tidak selalu harus demikian. Seorang saudari menceritakan, ”Saya pikir saya dirasuki hantu sampai saya meminta bantuan medis dan diberitahu bahwa saya menderita ketidak-seimbangan kimiawi. Saya sangat lega mendapati bahwa yang mempengaruhi tindakan saya adalah suatu penyakit dan bukan pribadi hantu yang ada di dalam diri saya!”

Pengobatan oleh Psikiater

Sekarang bermacam-macam obat digunakan para dokter untuk menangani gangguan mental. Beberapa dari obat-obatan yang diawasi secara medis telah memulihkan orang-orang Kristen yang sakit parah sehingga dapat berfungsi normal. Tetapi, beberapa saudara yang bermaksud baik tidak mendukung penderita untuk memakan obat yang diberikan, karena takut obat itu akan merugikan atau menyebabkan kecanduan. Tentu saja ada resiko dalam perawatan medis apapun, dan ”orang yang bijak memperhatikan langkahnya,” mempertimbangkan akibat jangka panjangnya.—Amsal 14:15.

Namun, menarik sekali, banyak obat untuk penyakit gangguan jiwa tidak menyebabkan halusinasi, tidak memberikan efek menenangkan, atau menimbulkan kecanduan; obat-obat ini hanya memperbaiki ketidak-seimbangan kimiawi dalam otak. Sebagai contoh, obat-obatan antipsychotics, dapat membantu menjinakkan gejala-gejala yang sering aneh dari schizophrenia. Lithium dapat membantu meringankan depresi dan menstabilkan manic-depression (depresi akibat kelainan jiwa).

Memang, obat-obat yang keras kadang-kadang digunakan untuk menenangkan seorang pasien atau menekan kecenderungan untuk bunuh diri. Namun, jika seorang saudara memakai obat-obatan yang ditentukan dokter bukan untuk kesenangan melainkan agar ia dapat berfungsi normal, ini dapat dipandang sama dengan pemakaian insulin oleh seseorang yang mengidap penyakit diabetes.

Harus diingat bahwa pengobatan kejiwaan sering kali berjalan lambat dan mungkin menimbulkan efek sampingan yang tidak menyenangkan. Kadang-kadang juga, dokter akan melakukan berbagai uji coba untuk menemukan obat dan/atau dosis yang tepat dengan sedikit sekali efek sampingan. Para pasien sering kali menjadi kecil hati. Maka, para anggota keluarga dan orang lain dapat memberikan dukungan kepada orang yang sedang menjalani pengobatan, menganjurkannya agar sabar dan bekerja sama dengan para dokter yang ahli. Bagaimana jika ia ragu-ragu mengenai pengobatan tertentu? Atau bagaimana jika problem-problem berkembang atau suatu pengobatan tampaknya tidak efektif? Problem-problem sedemikian harus dibicarakan dengan dokternya.b Jika perlu, pendapat lain dapat dicari.

Terapi Percakapan

Dalam beberapa kasus, pertimbangan dapat juga diberikan agar pasien membicarakan masalahnya dengan seorang ahli yang terlatih. Mungkin seorang dokter keluarga yang dipercaya yang mengenal pasien itu secara pribadi dapat membantu dengan cara ini. Tetapi bagaimana dengan pengobatan oleh seorang dokter penyakit jiwa (psikiater) atau psikologi? Ini adalah keputusan pribadi yang harus dibuat dengan hati-hati. Para dokter spesialis tidak sama dalam melakukan perawatan. Beberapa, misalnya, masih menggunakan bentuk-bentuk psikoanalisis Freud yang kebenarannya diragukan oleh banyak orang dalam bidang kesehatan mental.

Yang bahkan lebih memprihatinkan adalah fakta bahwa beberapa dokter yang bermaksud baik memberikan nasihat yang jelas bertentangan dengan Alkitab. Karena tidak mengerti prinsip-prinsip Kristen—bahkan memandangnya sebagai ”kebodohan”—beberapa dokter spesialis bahkan menyimpulkan bahwa mengikuti kaidah moral Alkitab yang tegas adalah sumber dari masalah-masalah seseorang!—1 Korintus 2:14.

Tetapi, beberapa dokter, termasuk ahli ilmu jiwa dan psikiater, memberikan bentuk-bentuk terapi percakapan yang bukan psikoanalisis murni tetapi sarana untuk membantu seorang pasien mengerti penyakitnya, meyakinkan kebutuhannya akan pengobatan, dan menghilangkan problem-problem dalam kehidupan sehari-hari. Seorang Kristen mungkin mendapati terapi sedemikian berguna, tetapi ia harus memastikan fakta-faktanya dulu sebelum menyetujui terapi tersebut: Apa saja yang terlibat dalam terapi itu? Nasihat macam apa yang akan diberikan? Apakah dokter itu mengerti dan menghargai kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa?c Jika terapi percakapan dilakukan, ’uji perkataan’ dokter itu, jangan menerima saja segala sesuatu tanpa mempertimbangkannya.—Ayub 12:11, 12.

Maka, sebagian besar gangguan mental dapat dipandang sebagai masalah kedokteran—bukan masalah rohani. Memahami fakta ini, keluarga-keluarga, para penatua, dan anggota sidang dapat memberikan bantuan besar kepada para penderita. Kadang-kadang orang yang mendapat gangguan mental juga membutuhkan dukungan rohani. Bagaimana sidang dapat memenuhi hal ini akan dibahas dalam terbitan yang akan datang.

[Catatan Kaki]

a Lihat artikel dalam Awake! terbitan 22 Oktober 1987, dan 8 September 1986.

b Lembaga tidak menganjurkan ataupun memberikan penilaian atas berbagai pengobatan atau perawatan yang dilakukan para dokter. Meskipun demikian riset dalam publikasi-publikasi Lembaga mungkin membantu.

c Jika seseorang yang sakit mendapat kesulitan dalam menjelaskan pandangan Alkitabnya kepada seorang dokter atau spesialis, mungkin seorang Kristen yang matang dapat membantunya.

[Gambar di hlm. 25]

Dengan menjadi pendengar dan penasihat yang simpatik, para penatua sering kali dapat membantu orang yang sedang menderita gangguan emosi

[Gambar di hlm. 28]

Kadang-kadang bijaksana bagi seseorang yang sakit mental untuk mencari bantuan medis

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan