PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mengapa Zaman Ini Begitu Buruk?
    Menara Pengawal—1997 | 1 April
    • Mengapa Zaman Ini Begitu Buruk?

      SEWAKTU saudara duduk untuk membaca surat kabar atau menonton berita di televisi atau mendengarkan siaran berita di radio, saudara yakin bahwa akan ada beberapa berita buruk, bukan? Saudara kemungkinan tidak terkejut mengetahui bahwa perang yang berkelanjutan masih berkecamuk, kejahatan yang penuh kekerasan masih merajalela, atau kelaparan masih menggerogoti kekuatan sebuah negara berkembang.

      Jika saudara tinggal cukup jauh dari tempat-tempat kejadian ini, saudara mungkin tidak terus-menerus merasa sangat tertekan karena laporan-laporan demikian. Bagaimanapun juga, mana ada orang yang dapat ikut merasakan apa yang dialami oleh begitu banyak massa yang menderita itu? Meskipun demikian, sangat sulit untuk tetap tegar sewaktu kita melihat sendiri bagaimana penderitaan mempengaruhi orang-orang secara pribadi. Dengan perkataan lain, membaca tentang perang dan merenungkan statistik jumlah korban adalah persoalan yang berbeda dengan membaca tentang si kecil Adnan, seorang anak laki-laki Bosnia berusia 9 tahun yang ibunya tewas ketika sebuah bom menghancurkan rumah mereka. Ayah Adnan ditembak mati oleh seorang penembak gelap hanya beberapa bulan kemudian sewaktu mereka sedang menyusuri jalan bersama. Saudara perempuannya mengalami perdarahan sampai meninggal di depan matanya hanya beberapa minggu setelah itu, karena terkena sebuah proyektil artileri di halaman sekolah. Para dokter yang menangani trauma yang diderita Adnan mendapati bahwa anak lelaki itu mati rasa, sama sekali tidak merasakan apa-apa​—bahkan perasaan ingin tahu sekalipun. Ketakutan dan ingatan akan peristiwa yang dialaminya menghantuinya setiap waktu; mimpi buruk merampas ketenangannya saat tidur. Adnan bukan sekadar statistik. Ia seorang anak yang menderita; kita pasti merasa terdorong untuk ikut merasakan penderitaannya.

      Demikian pula halnya dengan penderitaan-penderitaan lain di dunia. Membaca tentang kelaparan berbeda dengan melihat potret seorang anak perempuan berusia lima tahun dengan perut busung dan anggota badan yang kurus kering, seorang korban kelaparan yang sedang sekarat. Membaca statistik kejahatan berbeda dengan mendengar seorang janda lanjut usia yang dipukuli, dirampok dan diperkosa secara brutal. Membaca tentang merosotnya kehidupan keluarga berbeda dengan mendengar bahwa seorang ibu dengan sengaja membiarkan anak kandungnya kelaparan dan menganiayanya secara kejam.

      Membaca hal-hal semacam itu memang menyakitkan. Tetapi keadaannya akan jauh lebih buruk bila salah satu dari bencana global ini secara langsung menimpa kita! Apabila secara pribadi menderita akibat kejahatan, situasi global yang disajikan dalam berita-berita dunia dapat membuat saudara sangat kewalahan. Sungguh menakutkan menghadapi kenyataan bahwa penderitaan akibat kejahatan, perang, kelaparan, dan penyakit meningkat dalam skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Menghadapi realitas abad ke-20 ini sungguh memiliki dampak yang sangat dalam​—kebingungan, ketakutan, dan depresi merupakan hal yang umum.

      Orang-orang dari banyak agama sedang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang meresahkan seperti: Mengapa keadaan begitu buruk? Ke manakah tujuan umat manusia?

      Sungguh menyedihkan, agama-agama dewasa ini jarang memberikan jawaban yang memuaskan. Sewaktu saudara pertama kali melihat pertanyaan yang terpampang pada sampul majalah ini, saudara mungkin akan bereaksi secara skeptis​—suatu reaksi yang dapat dimaklumi. Agama-agama fundamentalis sering kali berupaya menafsirkan dari Alkitab tentang sesuatu yang sebenarnya tidak disebutkan​—hari dan jam yang tepat sehubungan dengan kiamat atas dunia ini. (Lihat Matius 24:36.) Penerbit jurnal ini memilih agar Alkitab sendiri yang memberikan penjelasan. Saudara mungkin terkejut mengetahui bahwa pembahasan Alkitab mengenai hari-hari terakhir didasarkan pada fakta dan bersifat masuk akal. Dan Alkitab membahas lebih daripada sekadar penjelasan tentang mengapa keadaan begitu buruk. Alkitab juga menyediakan harapan untuk masa depan, suatu harapan yang benar-benar menghibur. Kami mengundang saudara memperhatikan artikel-artikel berikut untuk melihat bagaimana halnya benar demikian.

      [Keterangan Gambar di hlm. 3]

      Jobard/Sipa Press

  • Apakah Ini Sesungguhnya Hari-Hari Terakhir?
    Menara Pengawal—1997 | 1 April
    • Apakah Ini Sesungguhnya Hari-Hari Terakhir?

      SAUDARA sedang duduk di haluan sebuah kano seraya kano tersebut memasuki sebuah bentangan sungai yang ganas. Batu-batuan yang sangat besar bermunculan sepanjang jeram yang penuh buih dan percikan air. Saudara berupaya menghindarinya. Orang yang duduk di belakang saudara seharusnya membantu mengemudikan kano itu, tetapi pengalamannya hanya sedikit. Namun yang lebih buruk lagi, saudara tidak punya peta, sehingga saudara tidak mengetahui apakah riam ini akan berakhir di perairan yang tenang atau di air terjun.

      Itu bukan sebuah skenario yang menyenangkan, bukan? Maka, mari kita mengubahnya. Bayangkan ada seorang pemandu yang berpengalaman bersama saudara, seseorang yang mengetahui letak setiap batu dan lekukan sungai tersebut. Ia mengetahui jauh sebelumnya bahwa air yang berbuih ini sudah dekat, ia mengetahui ke mana air tersebut mengalir, dan ia tahu bagaimana cara melewatinya. Bukankah saudara merasa jauh lebih tenteram?

      Sesungguhnya, kita semua berada dalam kondisi serupa. Kita merasa seolah-olah, walaupun bukan karena kesalahan kita, sedang melalui suatu bentangan yang ganas dari sejarah umat manusia. Kebanyakan orang tidak mengetahui berapa lama lagi keadaan seperti ini akan terus berlangsung, apakah keadaannya akan menjadi lebih baik, atau apa upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk bertahan hidup melewatinya. Tetapi kita tidak usah merasa putus asa atau tidak berdaya. Pencipta kita telah menyediakan sebuah penuntun bagi kita​—penuntun yang menubuatkan mengenai periode sejarah yang suram ini, memberitahukan di muka bagaimana itu akan berakhir, dan menawarkan bimbingan yang kita butuhkan agar selamat. Penuntun itu adalah sebuah buku, Alkitab. Pengarangnya, Allah Yehuwa, menyebut diri-Nya sebagai Instruktur Agung, dan melalui Yesaya, Ia mengatakan dengan sangat meyakinkan, ”Telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: ’Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,’ entah kamu menganan atau mengiri.” (Yesaya 30:20, 21) Maukah saudara menyambut bimbingan semacam itu? Kalau begitu, mari kita bahas apakah Alkitab benar-benar menubuatkan tentang bagaimana keadaan zaman kita ini.

      Para Pengikut Yesus Mengajukan Sebuah Pertanyaan yang Penuh Makna

      Para pengikut Yesus pasti terperangah. Yesus baru saja memberi tahu mereka, dengan tegas dan jelas, bahwa bangunan bait Yerusalem yang megah akan dibinasakan seluruhnya! Ramalan semacam itu sungguh mencengangkan. Tidak lama setelah itu, seraya mereka duduk di atas Gunung Zaitun, empat dari antara murid-murid bertanya kepada Yesus, ”Beri tahu kami: Kapankah hal-hal ini akan terjadi, dan apa yang akan menjadi tanda dari kehadiranmu dan dari penutup sistem perkara?” (Matius 24:3; Markus 13:1-4) Entah mereka menyadarinya atau tidak, jawaban Yesus memiliki beberapa penerapan.

      Pembinasaan bait Yerusalem dan berakhirnya sistem perkara Yahudi tidak akan terjadi bersamaan dengan saat kehadiran Yesus dan kesudahan seluruh sistem perkara dunia. Meskipun demikian, dalam jawabannya yang panjang lebar, Yesus dengan terampil menjawab semua segi dari pertanyaan tersebut. Ia memberi tahu mereka bagaimana keadaan sebelum pembinasaan Yerusalem; ia juga memberi tahu mereka bagaimana keadaan dunia nanti selama kehadirannya, manakala ia akan memerintah sebagai Raja di surga dan segera akan mengakhiri seluruh sistem perkara dunia ini.

      Berakhirnya Yerusalem

      Pertama-tama, pertimbangkan apa yang Yesus katakan tentang Yerusalem dan baitnya. Lebih dari tiga dekade sebelumnya, ia menubuatkan suatu masa yang sangat sukar yang menimpa salah satu kota terbesar di dunia. Perhatikan khususnya kata-kata Yesus yang dicatat di Lukas 21:20, 21, ”Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh bala tentara yang berkemah, kemudian ketahuilah bahwa penghancuran atasnya telah mendekat. Kemudian hendaklah mereka yang di Yudea mulai melarikan diri ke pegunungan, dan hendaklah mereka yang di tengah-tengahnya mengundurkan diri, dan hendaklah mereka yang di daerah-daerah pedesaan jangan masuk ke dalamnya.” Jika Yerusalem dikepung, dikelilingi oleh bala tentara yang berkemah, bagaimana ”mereka yang di tengah-tengahnya” dapat ”mengundurkan diri”, sebagaimana yang Yesus perintahkan? Jelaslah, Yesus menyiratkan bahwa akan terbuka peluang. Benarkah demikian?

      Pada tahun 66 M, pasukan Romawi di bawah komando Cestius Gallus telah memukul mundur pasukan pemberontak Yahudi ke Yerusalem dan melumpuhkan kekuatan mereka di dalam kota. Orang-orang Romawi tersebut bahkan berhasil menyerbu kota, hingga mencapai tembok bait. Tetapi kemudian Gallus memerintahkan pasukannya melakukan hal yang benar-benar membingungkan. Ia memerintahkan mereka untuk mundur! Prajurit Yahudi yang gembira melakukan pengejaran dan menimbulkan kerugian di pihak musuh Romawi mereka yang melarikan diri. Dengan demikian, peluang yang Yesus nubuatkan pun terbuka. Orang-orang Kristen sejati mengindahkan peringatannya dan pergi meninggalkan Yerusalem. Keputusan ini benar-benar bijaksana, karena persis empat tahun kemudian, pasukan Romawi kembali, di bawah pimpinan Jenderal Titus. Kali ini tidak ada kemungkinan untuk meluputkan diri.

      Pasukan Romawi kembali mengepung Yerusalem; mereka membangun pertahanan terdiri dari kayu-kayu runcing di sekelilingnya. Yesus telah menubuatkan mengenai Yerusalem, ”Hari-hari akan datang ke atasmu ketika musuh-musuhmu akan membangun di sekelilingmu sebuah kubu dengan kayu-kayu runcing dan mengepungmu dan membuatmu menderita dari setiap sisi.”a (Lukas 19:43) Segera setelah itu, Yerusalem jatuh; baitnya yang mulia hancur menjadi puing-puing yang membara. Kata-kata Yesus digenapi hingga ke tiap-tiap perinciannya!

      Meskipun demikian, yang ada di benak Yesus jauh melebihi kehancuran Yerusalem. Murid-muridnya juga bertanya kepadanya mengenai tanda kehadirannya. Saat itu mereka tidak mengetahuinya, tetapi ini mengacu kepada saat manakala ia akan dilantik sebagai Raja di surga. Apa yang ia nubuatkan?

      Perang pada Hari-Hari Terakhir

      Jika saudara membaca Matius pasal 24 dan 25, Markus pasal 13, dan Lukas pasal 21, saudara akan melihat bukti-bukti yang sangat jelas bahwa Yesus sedang berbicara mengenai zaman kita. Ia menubuatkan masa yang penuh peperangan​—bukan sekadar ”perang dan laporan-laporan tentang perang-perang” yang selalu menodai sejarah manusia tetapi peperangan yang melibatkan ’bangsa melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan’​—ya, perang-perang besar yang bersifat internasional.​—Matius 24:6-8.

      Pikirkanlah sejenak bagaimana peperangan telah berubah pada zaman kita. Di masa lampau ketika peperangan hanya memaksudkan pertikaian antarpasukan yang mewakili dua negara yang bertentangan, yang melukai dengan kelewang atau bahkan saling menembakkan senjata api di medan peperangan, itu saja sudah cukup mengerikan. Tetapi pada tahun 1914, Perang Besar pecah. Negara-negara satu per satu terlibat dalam konflik beruntun yang mempengaruhi satu sama lain​—perang global yang pertama. Senjata otomatis dirancang untuk membunuh semakin banyak orang dan dari jarak yang lebih jauh. Senapan mesin memuntahkan peluru secara efisien namun kejam; gas moster membakar, menyiksa, membuat cacat serta membunuh ribuan prajurit; tank-tank bergemuruh melintasi garis pertahanan musuh tanpa belas kasihan, sambil menembakkan senjatanya yang hebat. Pesawat udara dan kapal selam juga digunakan​—pelopor dari apa yang kemudian berkembang menjadi model yang lebih rumit dan efisien.

      Perang Dunia II jauh melebihi apa yang dapat dibayangkan oleh manusia​—perang tersebut sebenarnya membuat pendahulunya menjadi tidak berarti, dengan membunuh jutaan orang. Kapal-kapal induk yang sangat besar, yang bagaikan kota terapung, mengarungi lautan dan mengerahkan pesawat-pesawat tempur untuk membom musuh dari udara. Kapal-kapal selam menembakkan torpedo dan menenggelamkan kapal-kapal musuh. Dan bom-bom atom dijatuhkan, menelan ribuan korban jiwa sekali meledak! Persis seperti yang Yesus nubuatkan, sesungguhnya terdapat ”pemandangan yang menakutkan” yang menandai abad peperangan ini.​—Lukas 21:11.

      Apakah perang semakin berkurang sejak Perang Dunia II? Sama sekali tidak. Adakalanya belasan perang secara harfiah berkecamuk dalam satu tahun saja​—bahkan dalam dekade tahun 1990-an ini​—yang berdampak mematikan bagi jutaan orang. Dan terdapat perubahan sehubungan dengan korban utama dalam peperangan. Yang mati sebagian besar bukan lagi para prajurit. Dewasa ini, kebanyakan korban perang​—sebenarnya, lebih dari 90 persen dari antaranya​—adalah penduduk sipil.

      Corak yang Lain dari Tanda

      Perang hanyalah salah satu segi dari tanda yang Yesus sebutkan. Ia juga memperingatkan bahwa akan ada ”kekurangan makanan”. (Matius 24:7) Dan memang itulah yang terjadi, walaupun pada kenyataannya bumi menghasilkan lebih banyak makanan daripada yang dibutuhkan untuk memberi makan semua manusia, walaupun ilmu pengetahuan di bidang pertanian mengalami kemajuan pesat dibandingkan dengan sebelumnya dalam sejarah manusia, walaupun transportasi yang cepat dan efisien tersedia untuk mengangkut makanan ke mana pun di dunia. Meskipun adanya semua hal ini, kira-kira seperlima penduduk dunia setiap hari kelaparan.

      Yesus juga menubuatkan bahwa ”dari satu tempat ke tempat lain” akan ada ”sampar”. (Lukas 21:11) Lagi-lagi, kita telah melihat paradoks yang tidak lazim terjadi pada zaman kita​—perawatan medis yang lebih baik daripada sebelumnya, terobosan di bidang teknologi, vaksin untuk mencegah banyak penyakit yang umum; namun penyakit-penyakit sampar juga telah membuat langkah maju yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Flu Spanyol berjangkit dengan sangat cepat segera setelah Perang Dunia I dan menimbulkan lebih banyak korban daripada yang disebabkan oleh perang. Penyakit ini sangat menular sehingga di kota-kota seperti New York, orang-orang dapat terkena denda atau dipenjara hanya karena bersin! Dewasa ini, kanker dan penyakit jantung menimbulkan korban jiwa sebanyak jutaan setiap tahun​—benar-benar penyakit sampar yang nyata. Dan AIDS terus-menerus menimbulkan kematian, penyakit yang pada dasarnya tidak diketahui obatnya oleh ilmu pengetahuan medis.

      Sementara Yesus membahas hari-hari terakhir terutama mengenai keadaan politik dan sejarah yang ekstensif, rasul Paulus lebih mengarahkan perhatian kepada problem-problem sosial dan sikap yang diterima secara umum. Sebagian, ia menulis, ”Ketahuilah ini, bahwa pada hari-hari terakhir akan tiba masa kritis yang sulit dihadapi. Karena orang-orang akan menjadi pencinta diri sendiri, . . . tidak loyal, tidak memiliki kasih sayang alami, tidak mau bersepakat, . . . tanpa pengendalian diri, garang, tanpa kasih akan kebaikan, pengkhianat, keras kepala, besar kepala karena sombong, pencinta kesenangan sebaliknya daripada pencinta Allah.”​—2 Timotius 3:1-5.

      Apakah kata-kata tersebut kedengarannya umum bagi saudara? Pertimbangkan satu aspek saja dari kemunduran sosial dalam dunia dewasa ini​—hancurnya kehidupan keluarga. Keluarga berantakan, pasangan hidup yang dipukuli, penganiayaan anak-anak, dan perlakuan yang kasar terhadap orang-tua yang lanjut usia mencapai jumlah yang luar biasa​—sesungguhnya semua ini memperlihatkan bahwa orang-orang ”tidak memiliki kasih sayang alami”, ”garang”, dan bahkan ”pengkhianat”, ”tanpa kasih akan kebaikan”! Ya, kita melihat sifat-sifat ini sudah mewabah dewasa ini.

      Apakah Generasi Kita Adalah Generasi yang Dinubuatkan?

      Namun, saudara mungkin merasa ragu-ragu, ’Bukankah kondisi seperti ini selalu menimpa umat manusia? Bagaimana kita mengetahui bahwa generasi kita di zaman modern inilah generasi yang dinubuatkan dalam nubuat-nubuat zaman lampau tersebut?’ Mari kita pertimbangkan tiga petunjuk yang membuktikan bahwa Yesus sedang berbicara mengenai zaman kita.

      Pertama, meskipun memang ada penggenapan yang awal dan yang parsial ketika Yerusalem dan baitnya dibinasakan, kata-kata Yesus secara pasti menunjuk kepada masa yang jauh ke depan, melampaui waktu itu. Kira-kira 30 tahun setelah bencana yang memusnahkan Yerusalem, Yesus memberikan sebuah penglihatan kepada rasul Yohanes yang lanjut usia yang memperlihatkan bahwa kondisi yang dinubuatkan​—perang, kelaparan, sampar, dan kematian yang diakibatkannya​—akan menimpa seluruh dunia di masa depan. Ya, penderitaan ini akan terjadi, bukan hanya di satu tempat, tetapi di seluruh ”bumi”.​—Penyingkapan 6:2-8.

      Kedua, dalam abad ini beberapa corak dari tanda yang Yesus berikan sedang digenapi hingga mencapai puncaknya. Misalnya, mungkinkah peperangan dapat menjadi begitu buruk dibandingkan dengan yang terjadi sejak tahun 1914? Seandainya ada suatu Perang Dunia III, dengan semua kekuatan nuklir dewasa ini mengerahkan persenjataan mereka, kemungkinan besar bumi berakhir menjadi seonggokan sampah yang hangus​—dan umat manusia akan punah sama sekali. Dengan cara yang serupa, Penyingkapan 11:18 menubuatkan bahwa di hari-hari ini manakala bangsa-bangsa ”murka”, umat manusia akan ”membinasakan bumi”. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, polusi dan perusakan lingkungan hidup kini mengancam habitat planet ini! Maka corak ini juga sedang digenapi atau hampir mencapai puncak penggenapannya. Mungkinkah peperangan dan polusi benar-benar akan terus memburuk sampai manusia membinasakan dirinya dan planet ini? Tidak; karena Alkitab sendiri menyatakan bahwa bumi akan bertahan selama-lamanya, dan orang-orang yang berhati benar akan hidup di atasnya.​—Mazmur 37:29; Matius 5:5.

      Ketiga, tanda hari-hari terakhir khususnya memberikan keyakinan bila dilihat secara keseluruhan. Dengan mempertimbangkan segala sesuatunya, sewaktu kita mempertimbangkan corak-corak yang Yesus sebutkan dalam ketiga Injil, yang terdapat dalam tulisan Paulus, dan yang terdapat dalam kitab Penyingkapan, terlihat bahwa tanda ini memiliki banyak corak. Seseorang mungkin berdalih tentang setiap corak ini, berpendapat bahwa problem-problem serupa terjadi pada zaman-zaman lain, tetapi bila kita mempertimbangkan semua corak ini secara keseluruhan, itu dengan jelas menunjuk hanya kepada satu jangka waktu kehidupan​—zaman kita.

      Namun, apa arti semua ini? Bahwa Alkitab sekadar menggambarkan zaman kita sebagai masa yang penuh keputusasaan dan tanpa harapan? Sama sekali tidak!

      Kabar Baik

      Salah satu corak yang paling layak diperhatikan dari tanda hari-hari terakhir dicatat di Matius 24:14, ”Kabar baik kerajaan ini akan diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk untuk suatu kesaksian kepada semua bangsa; dan kemudian akhir itu akan datang.” Pada abad ini, Saksi-Saksi Yehuwa telah melaksanakan suatu pekerjaan yang unik dalam sejarah manusia. Mereka telah menerima berita Alkitab tentang Kerajaan Allah Yehuwa​—apa yang dimaksud dengan kerajaan tersebut, bagaimana itu akan memerintah, dan apa yang akan dilaksanakan oleh kerajaan tersebut​—dan telah menyebarkan berita itu ke seluruh bumi. Mereka telah menerbitkan lektur berkenaan pokok ini dalam lebih dari 300 bahasa dan telah membawanya kepada orang-orang di rumah-rumah mereka atau di jalan-jalan atau tempat kerja mereka di hampir setiap negeri di bumi ini.

      Dengan melakukannya, mereka telah menggenapi nubuat ini. Tetapi mereka juga telah menyebarkan harapan. Perhatikan bahwa Yesus menyebutnya ”kabar baik”, bukan kabar buruk. Bagaimana ini mungkin dalam zaman yang gelap ini? Karena berita utama Alkitab bukanlah bagaimana perkara-perkara buruk akan terjadi pada akhir dari dunia tua ini. Berita utamanya melibatkan Kerajaan Allah, dan Kerajaan tersebut menjanjikan sesuatu yang berharga bagi hati setiap orang yang cinta damai​—pembebasan.

      Tepatnya, apakah yang dimaksud dengan pembebasan itu, dan bagaimana itu dapat menjadi milik saudara? Silakan perhatikan artikel-artikel berikut yang membahas pokok ini.

      [Catatan Kaki]

      a Dalam hal ini, Titus memegang kunci kemenangan yang menentukan. Meskipun demikian, dalam dua hal yang penting, ia tidak mencapai apa yang diinginkannya. Ia mengajukan tawaran untuk menyerah secara damai, tetapi para pemimpin kota entah bagaimana menolak dengan keras kepala. Dan sewaktu tembok kota akhirnya dirobohkan, ia memerintahkan agar bait tidak usah dihancurkan. Namun bait itu pun dibakar habis! Nubuat Yesus menjelaskan bahwa Yerusalem akan dihancurkan dan bahwa bait akan dihancurleburkan seluruhnya.​—Markus 13:1, 2.

      [Blurb di hlm. 5]

      Orang-orang sedang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang meresahkan seperti: Mengapa keadaan begitu buruk? Ke manakah tujuan umat manusia?

      [Blurb di hlm. 6]

      Dewasa ini, lebih dari 90 persen korban perang adalah penduduk sipil

      [Gambar di hlm. 7]

      Nubuat Yesus tentang pembinasaan Yerusalem digenapi secara terperinci

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan