PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w98 15/2 hlm. 30-31
  • Abyatar

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Abyatar
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
w98 15/2 hlm. 30-31

Abyatar

[Inggris: Abiathar]

ABYATAR (A·biʹa·tar) [Bapak Keunggulan; Bapak Lebih dari yang Cukup (Berlimpah)].

Putra Imam Besar Ahimelekh, dari suku Lewi dan dari garis keturunan Eli. (1Sam 14:3; 22:11; 23:6) Ia hidup pada masa pemerintahan Saul, Daud, dan Salomo, dan selama masa pemerintahan Daud, ia menjadi imam besar. Ia memiliki dua putra, Yonatan dan Ahimelekh (nama yang sama dengan ayah Abyatar).​—2Sam 15:27, 36; 8:17.

Abyatar tinggal di Nob, ”kota imam itu”, yang terletak dekat Yerusalem, ketika Raja Saul menyuruh Doëg orang Edom membantai ayah Abyatar, sang imam besar, dan imam-imam lain (semuanya 85 orang), karena mereka dianggap mendukung Daud. Doëg juga membantai semua penduduk kota itu dengan pedang. Hanya Abyatar yang luput. Ia melarikan diri ke Daud, yang juga seorang pelarian, yang rupanya berada di Kehila, beberapa kilometer ke arah BD. Karena merasakan semacam tanggung jawab pribadi atas tragedi itu, Daud memberi tahu Abyatar, ”Memang pada hari itu juga ketika Doëg, orang Edom itu, ada di sana, aku telah tahu, bahwa pasti ia akan memberitahukannya kepada Saul. Akulah sebab utama dari pada kematian seluruh keluargamu. Tinggallah padaku, janganlah takut; sebab siapa yang ingin mencabut nyawamu, ia juga ingin mencabut nyawaku; di dekatku engkau aman.”​—1Sam 22:12-23; 23:6.

Abyatar kini melakukan perjalanan bersama Daud selama sisa waktunya dalam keadaan dicabut hak hukumnya dan melayani sebagai imam bagi pasukan Daud. Satu Samuel 23:6 memperlihatkan bahwa Abyatar membawa bersamanya sebuah efod, dan meskipun para imam umumnya mengenakan efod dari kain lenan (1Sam 22:18), ayat 9-12 dari pasal 23 menunjukkan bahwa ini tampaknya adalah efod milik ayah Abyatar, sang imam besar, yang berisi Urim dan Tumim.

Pada Masa Pemerintahan Daud dan Salomo. Tampaknya sewaktu Daud pada akhirnya naik takhta, Abyatar dijadikan imam besar. Beberapa cendekiawan memperlihatkan bahwa setelah kematian Imam Besar Ahimelekh, Raja Saul menyuruh agar Zadok dilantik sebagai imam besar untuk menggantikan Ahimelekh, dengan demikian tidak mengakui keberadaan Abyatar, yang sedang berada bersama Daud, calon pengganti Saul. Mereka berpendapat bahwa setelah Daud naik takhta, ia menjadikan Abyatar sebagai rekan imam besar bersama Zadok. Rupanya, pandangan demikian diambil karena fakta bahwa Zadok dan Abyatar secara tetap disebutkan bersamaan seolah-olah berbagi suatu posisi tinggi dalam keimaman. (2Sam 15:29, 35; 17:15; 19:11; 20:25; 1Raj 1:7, 8, 25, 26; 4:4; 1Taw 15:11) Akan tetapi, tidak ada catatan terilham mana pun yang menyebutkan pengangkatan Zadok menjadi imam besar di bawah Raja Saul. Kepopuleran Zadok mungkin karena ia adalah seorang pelihat atau nabi, sama seperti nabi Samuel lebih sering disebutkan dalam catatan ilahi dibandingkan dengan imam besar sezamannya. (2Sam 15:27) Bukti menunjukkan bahwa Abyatar adalah satu-satunya imam besar selama pemerintahan Daud dan bahwa Zadok pada waktu itu menempati posisi sekunder setelahnya.—1Raj 2:27, 35; Mrk 2:26.

Ayat di 2 Samuel 8:17 telah menimbulkan beberapa pertanyaan berkenaan hal ini, karena ayat tersebut mengatakan bahwa ”Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam” pada waktu itu, tetapi tidak menyebut Abyatar sebagai imam besar. Ada yang berpendapat bahwa nama-nama Ahimelekh dan Abyatar berubah urutannya karena kesalahan penulis sehingga ayat tersebut seharusnya berbunyi ”Abyatar bin Ahimelekh”, sebagaimana yang muncul dalam Peshitta berbahasa Siria kuno. Akan tetapi, catatan dalam 1 Tawarikh (18:16; 24:3, 6, 31) meneguhkan urutan nama-nama tersebut dalam ayat ini seperti yang terdapat dalam teks Masoret. Oleh karena itu, besar kemungkinan bahwa Zadok dan Ahimelekh disebutkan hanya sebagai imam-imam bawahan di bawah Imam Besar Abyatar, dan dalam hal ini, kedudukan Abyatar dianggap telah dimengerti.​—1Taw 16:37-40; bandingkan Bil 3:32.

Abyatar, bersama imam-imam lain, ikut mendapat hak istimewa membawa tabut Yehuwa dari rumah Obed-Edom ke Yerusalem. (2Sam 6:12; 1Taw 15:11, 12) Selain menjadi imam besar, ia termasuk dalam kelompok penasihat Daud.—1Taw 27:33, 34.

Absalom mengadakan persekongkolan melawan dia, menjelang akhir masa pemerintahan Daud, ayahnya. Abyatar sekali lagi mendampingi Daud sewaktu keadaan memaksa sang raja untuk melarikan diri dari Yerusalem. Sebagai bagian dari rencana untuk menggagalkan nasihat si pengkhianat, Ahitofel, penasihat Daud sebelumnya, Abyatar dan Zadok sebagai imam-imam yang loyal diutus kembali ke Yerusalem untuk melayani sebagai perwira penghubung guna memberi tahu Daud tentang rencana-rencana putranya yang memberontak. (2Sam 15:24-36; 17:15) Setelah kematian Absalom, Abyatar dan Zadok melayani sebagai perantara untuk mengatur kepulangan Daud ke ibu kota.—2Sam 19:11-14.

Ditinjau dari catatan kesetiaannya dalam menanggung banyak kesukaran sewaktu mendampingi Daud selama menjadi pelarian dari Saul dan sekali lagi selama pemberontakan Absalom, dan mempertimbangkan kepercayaan, persahabatan, dan perkenan Daud yang ia nikmati selama kira-kira empat dasawarsa, sungguh mengejutkan untuk mendapati Abyatar belakangan berpihak pada Adonia, putra Daud yang lain, dalam suatu persekongkolan memperebutkan takhta. Meskipun didukung juga oleh Yoab sebagai kepala pasukan, rencana jahat tersebut gagal; dan Salomo diurapi sebagai raja, dengan Zadok imam yang loyal melaksanakan pengurapan tersebut menurut instruksi Daud. (1Raj 1:7, 32-40) Yonatan, putra Abyatar, yang sebelumnya telah melayani sebagai pelari untuk menyampaikan berita kepada Daud selama pemberontakan Absalom, sekarang pergi memberi tahu Adonia tentang gagalnya rencana jahat tersebut. Raja Salomo tidak segera mengambil tindakan terhadap Abyatar, tetapi sewaktu bukti memperlihatkan bahwa rencana jahat itu belum sepenuhnya padam, ia memerintahkan agar Adonia dan Yoab dibunuh serta mengusir imam Abyatar dari Yerusalem, dengan mengatakan, ”Pergilah ke Anatot, ke tanah milikmu, sebab engkau patut dihukum mati, tetapi pada hari ini aku tidak akan membunuh engkau, oleh karena engkau telah mengangkat tabut Tuhan ALLAH di depan Daud, ayahku, dan oleh karena engkau telah turut menderita dalam segala sengsara yang diderita ayahku.” (1Raj 2:26) Sekarang Zadok diberi tugas untuk menggantikan Abyatar dalam jabatan keimamannya, dan dengan demikian jabatan imam besar kembali diteruskan menurut garis keturunan Eleazar, putra Harun; dan garis keimaman rumah Eli sama sekali lenyap, sebagai penggenapan nubuat di 1 Samuel 2:31.—1Raj 2:27; 1Sam 3:12-14.

Meskipun belakangan catatan tersebut, di 1 Raja 4:​4, sekali lagi menyebutkan ”Zadok dan Abyatar” sebagai imam-imam pada masa pemerintahan Salomo, kemungkinan besar Abyatar disebutkan hanya sebagai penghormatan atau sebagai catatan sejarah. Beberapa sarjana memperlihatkan bahwa setelah menurunkan Abyatar, Salomo kemudian menugasinya untuk melayani sebagai wakil Zadok, dan sementara yang seorang bertugas di Gunung Zion, tempat Tabut disimpan, yang lainnya melayani di tabernakel, yang terus berlangsung di Gibeon sebelum pembangunan bait. (Lihat 1Taw 16:37-40.) Akan tetapi, 1 Raja-raja 2:26 memperlihatkan bahwa Salomo mengutus Abyatar ke ladangnya di Anatot, dan meskipun Anatot tidak jauh dari Gibeon, titah Salomo menunjukkan bahwa Abyatar disisihkan dari partisipasi aktif apa pun dalam keimaman.

Di Markus 2:​26, kebanyakan terjemahan menyebutkan perkataan Yesus bahwa Daud masuk ke rumah Allah dan makan roti sajian ”waktu Abyatar menjabat sebagai imam besar”. Karena Ahimelekh, ayah Abyatar, adalah imam besar ketika peristiwa itu berlangsung, terjemahan semacam itu dapat menimbulkan kekeliruan sejarah. Patut diperhatikan bahwa sejumlah manuskrip masa awal tidak memuat frase di atas, dan itu tidak ditemukan dalam bagian yang saling berhubungan di Matius 12:4 dan Lukas 6:4. Akan tetapi, struktur serupa dalam bahasa Yunani muncul di Markus 12:26 dan Lukas 20:37, dan banyak terjemahan ayat-ayat ini menggunakan frase ”dalam bagian tentang”. (RS; AT; JB) Maka, kelihatannya, Markus 2:26 dengan tepat dapat diterjemahkan seperti dalam New World Translation, yang berbunyi, ”Bagaimana ia masuk ke dalam rumah Allah, dalam kisah tentang Abiatar sang imam kepala.” Karena kisah mengenai perbuatan Abyatar yang mula-mula dimulai segera setelah catatan tentang masuknya Daud ke dalam rumah Allah untuk memakan roti sajian, dan karena belakangan Abyatar memang menjadi imam besar Israel pada masa pemerintahan Daud, terjemahan ini mempertahankan keakuratan sejarah catatan tersebut.​—Cuplikan dari Insight on the Scriptures.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan