-
Lebih dari 50 Tahun ’Melangkah’Menara Pengawal—1996 | 1 November
-
-
Lebih dari 50 Tahun ’Melangkah’
SEBAGAIMANA DICERITAKAN OLEH EMMANUEL PATERAKIS
Sembilan belas abad yang lalu rasul Paulus menerima undangan yang tidak lazim, ”Melangkahlah ke Makedonia dan tolonglah kami.” Paulus dengan sukarela menerima kesempatan baru ini untuk ”menyatakan kabar baik”. (Kisah 16:9, 10) Meskipun undangan yang saya terima bukan pada periode masa itu, setidaknya lebih 50 tahun yang lalu saya setuju untuk ’melangkah’ ke daerah-daerah baru dengan semangat Yesaya 6:8, ”Ini aku, utuslah aku!” Karena saya begitu banyak mengadakan perjalanan, saya dijuluki Turis Kekal, tetapi kegiatan saya tidak banyak hubungannya dengan kegiatan wisata. Lebih dari satu kali, sewaktu tiba di kamar hotel, saya berlutut dan berterima kasih kepada Yehuwa atas perlindungan-Nya.
SAYA dilahirkan pada tanggal 16 Januari 1916 di Hierápetra, di Kreta, dalam keluarga Ortodoks yang sangat religius. Sejak saya masih bayi, Ibu membawa saya dan ketiga saudara perempuan saya ke gereja pada hari Minggu. Ayah saya lebih suka tinggal di rumah dan membaca Alkitab. Saya sangat menghormati ayah saya—seorang pria yang jujur, baik, dan suka mengampuni—dan kematiannya, pada waktu saya berusia sembilan tahun, membuat saya sangat terpukul.
Saya mengingat ketika saya berusia lima tahun, saya membaca sebuah ayat di sekolah yang berbunyi, ”Segala sesuatu di sekeliling kita mengumumkan keberadaan Allah.” Seraya saya bertambah besar, saya benar-benar yakin akan hal ini. Oleh karena itu, pada usia 11 tahun, saya memutuskan untuk menulis suatu esai dengan Mazmur 104:24 sebagai temanya, ”Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.” Saya merasa takjub oleh alam yang mengagumkan, bahkan oleh hal-hal yang sederhana seperti benih-benih yang diperlengkapi sayap kecil sehingga dapat dibawa angin menjauhi bayang-bayang pohon induknya. Seminggu setelah saya menyerahkan esai saya, guru saya membacakannya kepada seluruh kelas, dan kemudian kepada seluruh sekolah. Pada waktu itu, para guru sedang berjuang melawan gagasan-gagasan Komunis dan merasa gembira mendengar pembelaan saya akan keberadaan Allah. Bagi saya, saya hanya merasa gembira menyatakan kepercayaan saya akan Pencipta.
Jawaban atas Pertanyaan-Pertanyaan Saya
Perjumpaan awal saya dengan Saksi-Saksi Yehuwa pada permulaan 1930-an masih jelas dalam ingatan saya. Emmanuel Lionoudakis telah mengabar di semua kota dan desa di Kreta. Saya menerima beberapa buku kecil darinya, tetapi yang benar-benar mendapat perhatian saya adalah buku kecil berjudul Where Are the Dead? (Di Manakah Orang-Orang Mati?) Saya sangat ngeri akan kematian sehingga saya bahkan tidak berani masuk ke ruangan tempat ayah saya meninggal. Seraya membaca buku kecil ini berulang-kali dan mengetahui apa yang Alkitab ajarkan mengenai keadaan orang mati, saya merasakan bahwa ketakutan saya yang bersifat takhayul lenyap.
Sekali setahun, pada musim panas, Saksi-Saksi mengunjungi kota kami dan membawakan saya lebih banyak lektur untuk dibaca. Sedikit demi sedikit pengertian saya akan Alkitab bertambah, namun saya terus menghadiri Gereja Ortodoks. Akan tetapi, buku Deliverance (Pembebasan) merupakan titik balik. Buku ini memperlihatkan dengan jelas perbedaan antara organisasi Yehuwa dan organisasi Setan. Sejak saat itu, saya mulai lebih teratur mempelajari Alkitab dan lektur Lembaga Menara Pengawal apa pun yang dapat saya peroleh. Karena Saksi-Saksi Yehuwa berada di bawah pelarangan di Yunani, saya belajar secara sembunyi-sembunyi pada malam hari. Namun, saya begitu antusias akan apa yang sedang saya pelajari sehingga saya tidak dapat menahan diri untuk berbicara kepada semua orang tentangnya. Tidak lama kemudian polisi mulai memperhatikan saya, mengunjungi saya secara teratur siang dan malam untuk mencari lektur.
Pada tahun 1936, saya menghadiri perhimpunan untuk pertama kalinya di Iráklion yang jauhnya 120 kilometer. Saya begitu berbahagia bertemu dengan Saksi-Saksi. Mayoritas dari mereka adalah pria-pria sederhana, kebanyakan petani, tetapi mereka meyakinkan saya bahwa inilah kebenaran. Pembaktian kepada Yehuwa saya lakukan pada waktu itu juga.
Pembaptisan saya merupakan peristiwa yang tidak akan pernah saya lupakan. Suatu malam pada tahun 1938, saya dan dua dari pelajar Alkitab saya diantar ke pantai oleh Saudara Lionoudakis pada waktu gelap gulita. Setelah memanjatkan doa, ia memasukkan kami ke air.
Penahanan
Tanpa dilebih-lebihkan, saat pertama kali pergi mengabar benar-benar penuh kenangan. Saya bertemu bekas teman sekolah yang telah menjadi imam, dan kami mengadakan diskusi bersama yang bagus sekali. Tetapi kemudian ia menjelaskan bahwa menurut perintah uskup, ia harus menyerahkan saya untuk ditahan. Sementara kami berada di kantor wali kota menunggu kedatangan polisi dari desa tetangga, orang banyak berkumpul di luar. Jadi saya mengambil sebuah Kitab Perjanjian Baru Yunani yang ada di kantor tersebut dan mulai memberi khotbah kepada mereka berdasarkan Matius pasal 24. Pada mulanya, orang-orang tidak mau mendengarkan, tetapi imam tersebut turun tangan. ”Biarkan ia bicara,” katanya. ”Itu Alkitab kita.” Saya dapat berbicara selama satu setengah jam. Jadi, hari pertama saya dalam pelayanan juga merupakan kesempatan pertama saya menyampaikan khotbah umum. Karena polisi belum tiba setelah saya selesai, wali kota dan imam memutuskan untuk menyuruh sekelompok pria memaksa saya meninggalkan kota. Pada belokan jalan pertama, saya mulai berlari secepat mungkin untuk menghindari lemparan batu mereka.
Pada hari berikutnya, dua polisi ditemani seorang uskup, menahan saya di tempat kerja. Di kantor polisi, saya dapat memberi kesaksian kepada mereka dari Alkitab, tetapi karena lektur Alkitab saya tidak mempunyai stempel uskup yang diwajibkan hukum, saya dituduh melakukan kegiatan proselitisme dan membagikan lektur yang tidak diakui. Saya dilepaskan sementara menunggu persidangan.
Persidangan saya diadakan satu bulan kemudian. Dalam pembelaan saya, saya menunjukkan bahwa saya sekadar mematuhi perintah Kristus untuk mengabar. (Matius 28:19, 20) Sang hakim mengejek dengan kasar, ”Anakku, Dia yang memberikan perintah itu telah disalibkan. Sayang sekali, saya tidak berwenang untuk menjatuhkan hukuman serupa ke atasmu.” Akan tetapi, seorang pengacara muda yang tidak saya kenal membela saya, dengan mengatakan bahwa mengingat Komunisme dan ateisme begitu merajalela, pengadilan seharusnya bangga bila ada pria-pria muda yang siap membela Firman Allah. Ia kemudian menghampiri saya dan mengucapkan selamat dengan hangat atas pembelaan tertulis saya, yang ada dalam arsip pemerintah. Terkesan bahwa saya begitu muda, ia menawarkan untuk membela saya dengan cuma-cuma. Bukannya mendapat hukuman minimum tiga bulan, saya dipenjarakan selama sepuluh hari saja dan dikenakan denda senilai 300 drakhma. Tentangan demikian benar-benar menguatkan keputusan saya untuk melayani Yehuwa dan membela kebenaran.
Pada kesempatan lain sewaktu saya ditahan, hakim memperhatikan bagaimana mudahnya saya mengutip Alkitab. Ia meminta sang uskup untuk meninggalkan kantornya dengan mengatakan, ”Tugas Anda telah selesai. Sekarang, orang ini adalah urusan saya.” Kemudian ia mengeluarkan Alkitabnya, dan kami berbicara mengenai Kerajaan Allah sepanjang sore itu. Insiden-insiden demikian menganjurkan saya untuk terus mengabar meskipun menghadapi kesulitan apa pun.
Hukuman Mati
Pada tahun 1940, saya dipanggil untuk dinas militer dan saya menulis sepucuk surat yang menjelaskan mengapa saya menolak masuk dinas tersebut. Dua hari kemudian saya ditahan dan dipukuli secara brutal oleh polisi. Kemudian saya dikirim ke garis depan di Albania, di mana saya diajukan ke mahkamah militer karena menolak berperang. Kalangan berwenang militer memberi tahu bahwa masalahnya bukan apakah saya benar atau salah, melainkan kemungkinan dampak perbuatan saya atas para prajurit. Saya dijatuhi hukuman mati, tetapi saya merasa lega sekali karena hukuman ini diganti menjadi hukuman kerja paksa selama sepuluh tahun akibat suatu cacat hukum. Saya menghabiskan beberapa bulan berikutnya di bawah keadaan yang sangat sulit dalam suatu penjara militer di Yunani, dan sejak itu saya menderita akibatnya secara fisik hingga sekarang.
Bagaimanapun juga, penjara tidak membuat saya berhenti mengabar. Sama sekali tidak! Sangat mudah memulai percakapan, karena banyak yang ingin tahu mengapa seorang warga sipil berada di penjara militer. Salah satu diskusi dengan seorang pemuda yang tulus menghasilkan pengajaran Alkitab di halaman penjara. Tiga puluh delapan tahun kemudian saya bertemu pria ini kembali di suatu kebaktian. Ia telah menerima kebenaran dan sekarang melayani sebagai pengawas di sebuah sidang di Pulau Lefkás.
Sewaktu pasukan Hitler menyerbu Yugoslavia pada tahun 1941, kami dipindahkan lebih jauh ke selatan ke sebuah penjara di Preveza. Selama perjalanan, konvoi kami diserang oleh pembom Jerman, dan kami, para tahanan, tidak diberi makanan. Sewaktu sepotong kecil roti yang saya miliki telah habis, saya berdoa kepada Allah, ”Jika ini kehendak-Mu agar saya mati kelaparan setelah Engkau menyelamatkan saya dari hukuman mati, maka biarlah kehendak-Mu yang terjadi.”
Pada hari berikutnya, seorang perwira memanggil saya keluar dari barisan sewaktu apel pagi dan, setelah mengetahui dari mana asal saya, siapa orang-tua saya, dan mengapa saya berada di penjara, perwira itu memberi tahu saya untuk mengikutinya. Ia membawa saya ke ruang makan para perwira di dalam kota, membawa saya ke sebuah meja berisi roti, keju, dan daging domba panggang, dan mempersilakan saya untuk makan. Tetapi saya menjelaskan bahwa karena 60 tahanan lainnya tidak memiliki apa pun untuk dimakan, hati nurani saya tidak mengizinkan saya untuk makan. Sang perwira menjawab, ”Saya tidak dapat memberi makan setiap orang! Ayahmu sangat bermurah hati kepada ayahku. Saya memiliki kewajiban moral kepadamu, tetapi tidak kepada yang lainnya.” ”Jika demikian halnya, saya akan kembali saja ke sana,” jawab saya. Ia berpikir selama beberapa saat dan kemudian memberi saya sebuah kantong besar untuk diisi sebanyak mungkin makanan.
Sewaktu kembali ke penjara, saya meletakkan kantong tersebut dan berkata, ”Tuan-tuan, ini untuk kalian.” Secara kebetulan, pada malam sebelumnya, saya dituduh bertanggung jawab atas keadaan yang menyedihkan dari para tahanan lain karena saya tidak mau ikut dalam doa mereka kepada Perawan Maria. Akan tetapi, seorang Komunis telah membela saya. Sekarang sewaktu melihat makanan tersebut, ia berkata kepada yang lain, ”Mana ’Perawan Maria’-mu? Kalian mengatakan bahwa kita akan mati karena pria ini, sekarang justru dia yang membawakan kita makanan.” Kemudian ia berbalik ke saya dan berkata, ”Emmanuel! Kemarilah dan berdoalah untuk kami.”
Tidak lama kemudian, gerak maju pasukan Jerman menyebabkan para penjaga penjara melarikan diri, membuka pintu kelepasan bagi para tahanan. Saya pergi ke Patras untuk mencari Saksi-Saksi lain sebelum menuju Athena pada akhir bulan Mei 1941. Di sana saya mendapat beberapa pakaian dan sepatu dan mandi untuk pertama kalinya setelah lebih dari satu tahun. Hingga berakhirnya pendudukan, para tentara Jerman secara tetap menghentikan saya sewaktu sedang mengabar, tetapi mereka tidak pernah menahan saya. Salah seorang dari mereka memberi tahu saya, ”Di Jerman kami menembaki Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi di sini, kami berharap agar semua musuh-musuh kami adalah Saksi-Saksi!”
Kegiatan Pascaperang
Seolah-olah belum puas berperang, Yunani kian porak-poranda oleh perang saudara dari tahun 1946 hingga 1949, menyebabkan tewasnya ribuan orang. Saudara-saudara membutuhkan banyak anjuran pada masa-masa ketika menghadiri perhimpunan saja dapat mengakibatkan penahanan. Beberapa saudara dijatuhi hukuman mati karena pendirian netral mereka. Tetapi meskipun di tengah-tengah keadaan ini, banyak orang menanggapi berita Kerajaan, dan setiap minggunya ada satu atau dua yang dibaptis. Mulai tahun 1947, saya mulai bekerja di kantor Lembaga di Athena pada siang hari dan mengunjungi sidang-sidang sebagai pengawas keliling pada malam hari.
Pada tahun 1948, saya bersukacita atas undangan untuk mengikuti Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal di Amerika Serikat. Tetapi terdapat suatu problem. Karena tuduhan-tuduhan atas saya sebelumnya, saya tidak dapat memperoleh paspor. Akan tetapi, salah seorang pelajar Alkitab saya memiliki hubungan dekat dengan seorang jenderal. Dengan bantuan pelajar ini, saya memperoleh paspor saya dalam beberapa minggu saja. Tetapi saya merasa khawatir sewaktu saya ditahan karena menyiarkan The Watchtower tidak lama sebelum keberangkatan saya. Seorang polisi membawa saya menghadap kepala Polisi Keamanan Negara di Athena. Saya benar-benar terkejut, ia salah seorang tetangga saya! Sang polisi menjelaskan mengapa saya telah ditahan dan menyerahkan sebungkus majalah. Tetangga saya mengeluarkan setumpuk majalah Watchtower (Menara Pengawal) dari mejanya dan bertanya, ”Saya belum memiliki terbitan terbaru. Boleh saya ambil satu?” Betapa leganya saya menyaksikan pertolongan Yehuwa dalam keadaan-keadaan demikian!
Kelas ke-16 dari Gilead pada tahun 1950 merupakan pengalaman yang sangat memperkaya saya. Sewaktu kelas berakhir, saya ditugaskan ke Siprus, dan di sana saya segera mendapati bahwa tentangan para pemimpin agama sama garangnya seperti di Yunani. Sering kali kami harus menghadapi kumpulan orang beragama yang fanatik yang menjadi tidak terkendali setelah dihasut para imam Ortodoks. Pada tahun 1953, visa saya untuk Siprus tidak dapat diperpanjang, dan saya ditugaskan ke Istambul, Turki. Sekali lagi, saya tinggal sebentar saja. Meskipun adanya hasil-hasil baik dalam pekerjaan pengabaran, ketegangan politik antara Turki dan Yunani menyebabkan saya harus berangkat untuk penugasan yang lain—Mesir.
Sewaktu saya dulu berada di penjara, saya suka mengingat Mazmur 55:7, 8. Di sana Daud menyatakan kerinduannya untuk melarikan diri ke gurun. Saya tidak pernah membayangkan bahwa pada suatu hari saya akan berada di tempat demikian. Pada tahun 1954, setelah perjalanan yang melelahkan selama beberapa hari dengan kereta api dan naik sampan di Sungai Nil, saya akhirnya mencapai tujuan saya—Khartoum, di Sudan. Yang saya inginkan hanya mandi dan tidur. Tetapi saya lupa bahwa saat itu adalah tengah hari. Air, yang disimpan di tangki di atas atap, menyebabkan luka bakar pada kepala saya, sehingga saya harus mengenakan topi helm ringan pelindung selama beberapa bulan hingga kulit kepala saya sembuh.
Saya sering merasa terasing di sini, sendirian di tengah Gurun Sahara, ribuan kilometer jauhnya dari sidang terdekat, tetapi Yehuwa menguatkan saya dan memberikan kekuatan kepada saya untuk terus maju. Anjuran kadang kala datang dari sumber yang paling tidak terduga. Pada suatu hari, saya bertemu seorang direktur Museum Khartoum. Ia seorang yang berpikiran luas, dan kami menikmati diskusi yang menarik. Sewaktu mengetahui bahwa saya berasal dari Yunani, ia menanyakan apakah saya bersedia membantunya untuk pergi ke museum dan menerjemahkan beberapa inskripsi pada prasasti-prasasti yang ditemukan di sebuah gereja abad ke enam. Setelah berada lima jam di sebuah ruang bawah tanah yang menyesakkan, saya menemukan sebuah piring kecil dengan nama Yehuwa, Tetragramaton. Bayangkan sukacita saya! Di Eropa, bukan hal aneh untuk menemukan nama ilahi di gereja-gereja, tetapi halnya sangat aneh di tengah-tengah Gurun Sahara!
Setelah kebaktian internasional pada tahun 1958, saya ditugaskan sebagai pengawas zona untuk mengunjungi saudara-saudara di 26 negeri dan daerah-daerah di Timur Tengah dan Timur Dekat dan di sekeliling Laut Tengah. Sering kali saya tidak mengetahui bagaimana saya dapat keluar dari keadaan yang sulit, tetapi Yehuwa selalu memperlengkapi saya dengan jalan keluar.
Saya selalu terkesan akan perhatian yang ditunjukkan oleh organisasi Yehuwa kepada Saksi-Saksi yang terasing di beberapa negeri. Pada suatu kesempatan, saya bertemu dengan seorang saudara India yang bekerja di suatu ladang minyak. Tampaknya ia satu-satunya Saksi di negeri tersebut. Di dalam lemarinya yang terkunci, ia memiliki publikasi dalam 18 bahasa yang berbeda, yang ia berikan kepada rekan-rekan kerjanya. Bahkan di sini, yang melarang ketat semua agama asing, saudara kita tidak melupakan tanggung jawabnya untuk memberitakan kabar baik. Rekan-rekan sekerjanya terkesan melihat seorang wakil dari agamanya telah dikirim untuk mengunjunginya.
Pada tahun 1959, saya mengunjungi Spanyol dan Portugis. Pada saat itu, kedua negara tersebut berada di bawah kediktatoran militer, dan pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di bawah pelarangan yang ketat. Dalam satu bulan saya dapat memimpin lebih dari seratus perhimpunan, menganjurkan saudara-saudara untuk tidak menyerah tidak soal kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Tidak Sendirian Lagi
Selama lebih dari 20 tahun, saya telah melayani Yehuwa dalam dinas sepenuh waktu sebagai pria lajang, tetapi tiba-tiba saya merasa lelah dalam pelayaran saya yang terus-menerus tanpa tempat persinggahan yang tetap. Kira-kira saat inilah saya bertemu Annie Bianucci, seorang perintis istimewa di Tunisia. Kami menikah pada tahun 1963. Kasihnya akan Yehuwa dan kebenaran, pengabdiannya kepada pelayanan digabungkan dengan seni mengajarnya, dan pengetahuan bahasanya terbukti sebagai berkat besar dalam pekerjaan utusan injil dan pekerjaan wilayah kami di sebelah utara dan barat Afrika dan di Italia.
Pada bulan Agustus 1965, saya dan istri saya ditugaskan ke Dakar, Senegal, dan di sana saya mendapat hak istimewa mengorganisasi kantor cabang setempat. Senegal adalah suatu negeri yang patut mendapat perhatian karena toleransi beragamanya, ini tidak diragukan karena presidennya, Léopold Senghor, salah seorang dari beberapa kepala Negara di Afrika yang menulis kepada Presiden Banda dari Malawi sebagai dukungan kepada Saksi-Saksi Yehuwa selama penganiayaan yang mengerikan di Malawi pada tahun 1970-an.
Berkat Yehuwa yang Limpah
Pada tahun 1951, ketika saya meninggalkan Gilead ke Siprus, saya mengadakan perjalanan dengan tujuh tas. Sewaktu berangkat ke Turki, saya hanya membawa lima. Tetapi karena begitu banyak mengadakan perjalanan, saya harus membiasakan diri dengan batas bagasi 20 kilogram, yang terdiri dari arsip-arsip dan mesin ketik ”bayi” saya. Suatu hari saya berkata kepada Saudara Knorr, presiden Lembaga Menara Pengawal pada saat itu, ”Saudara melindungi saya dari materialisme. Saudara membuat saya hidup dengan kebutuhan seberat 20 kilogram, dan saya puas dengan itu.” Saya tidak pernah merasa kekurangan karena tidak memiliki banyak perkara.
Problem utama saya selama mengadakan perjalanan adalah keluar masuk negara-negara. Pada suatu hari, di sebuah negeri tempat pekerjaan dilarang, seorang petugas bea cukai mulai membongkar arsip-arsip saya. Ini mendatangkan risiko kepada Saksi-Saksi di negeri tersebut, jadi saya mengeluarkan dari jaket saya sepucuk surat dari istri saya dan berkata kepada petugas bea cukai tersebut, ”Saya perhatikan bahwa Anda senang membaca surat. Apakah Anda juga ingin membaca surat dari istri saya ini, yang tidak ada di dalam arsip-arsip itu?” Merasa malu, ia mohon maaf dan membiarkan saya lewat.
Sejak tahun 1982, saya dan istri saya telah melayani sebagai utusan injil di Nice, bagian selatan Prancis. Karena kesehatan yang memburuk, saya tidak dapat lagi melakukan sebanyak yang biasa saya lakukan. Tetapi itu tidak berarti bahwa sukacita kami berkurang. Kami telah menyaksikan bahwa ’kerja keras kami tidak sia-sia’. (1 Korintus 15:58) Saya memiliki sukacita melihat banyaknya orang-orang yang kepadanya saya mendapat hak istimewa memberikan pengajaran selama bertahun-tahun dan juga lebih dari 40 anggota keluarga saya yang dengan setia melayani Yehuwa.
Saya sama sekali tidak menyesali pengorbanan yang disebabkan karena saya ’melangkah’. Sebenarnya, tidak satu pun dari pengorbanan yang kami buat dapat dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Yehuwa dan Putra-Nya, Yesus Kristus, bagi kita. Sewaktu saya mengenang kembali lebih 60 tahun yang lalu saya mengenal kebenaran, saya dapat mengatakan bahwa Yehuwa telah memberkati saya dengan limpah. Seperti dikatakan Amsal 10:22, ”Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya.”
Tidak diragukan, ”kebaikan hati yang penuh kasih sayang [dari Yehuwa] adalah lebih baik daripada kehidupan”. (Mazmur 63:4, NW) Seraya ketidaknyamanan dari usia lanjut terus bertambah, kata-kata pemazmur yang terilham sering terlintas dalam doa-doa saya, ”Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Ya, Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib; juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku.”—Mazmur 71:1, 5, 17-18.
[Gambar di hlm. 25]
Dengan istri saya, Annie, sekarang
-
-
”Pemberian yang Menakjubkan dari Yehuwa”Menara Pengawal—1996 | 1 November
-
-
”Pemberian yang Menakjubkan dari Yehuwa”
Menara Pengawal terbitan 1 Mei 1996 memuat sebuah pembahasan yang mendalam tentang kenetralan Kristen dan bagaimana menyeimbangkan tanggung jawab kita kepada Allah dan kepada ”kaisar”. (Matius 22:21) Banyak ungkapan penghargaan telah diterima sehubungan informasi baru yang disediakan tersebut. Di antaranya adalah surat berikut, yang ditulis oleh seorang Saksi di Yunani dan ditujukan kepada Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa,
”Saya ingin menyatakan rasa terima kasih saya yang dalam kepada kalian semua saudara-saudara yang kami kasihi karena memelihara kami dengan begitu baik secara rohani. Setelah kira-kira sembilan tahun mendekam di penjara karena iman Kristen saya, saya sungguh-sungguh menghargai pandangan yang menakjubkan dalam Menara Pengawal terbitan 1 Mei 1996. (Yesaya 2:4) Ini adalah pemberian yang menakjubkan dari Yehuwa.—Yakobus 1:17.
”Sewaktu saya sedang menikmati artikel ini, saya mengingat sebuah komentar dalam Menara Pengawal sebelumnya (1 Agustus 1994, halaman 14), ’Jelaslah, sikap masuk akal merupakan sifat yang sangat bernilai, sifat yang menggerakkan kita untuk semakin mengasihi Yehuwa.’ Ya, saudara-saudara, saya berterima kasih kepada Yehuwa bahwa saya adalah bagian dari organisasi-Nya yang baik hati dan pengasih, yang dengan jelas mencerminkan hikmat-Nya.—Yakobus 3:17.
”Terang yang bertambah dalam Menara Pengawal 1 Mei disambut dengan baik di sini di Yunani, terutama oleh mereka yang telah bertahun-tahun mendekam di penjara atau yang masih berada di penjara karena iman mereka. Sekali lagi terima kasih. Semoga Yehuwa menguatkan saudara dengan roh-Nya untuk terus memperlengkapi kami dengan makanan rohani yang berharga pada masa-masa yang menyusahkan ini.”
-