PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Dapatkah Anda Mengenal Allah dengan Nama-Nya?
    Menara Pengawal—2010 | 1 Juli
    • Dapatkah Anda Mengenal Allah dengan Nama-Nya?

      Diminta menyapa dan memanggil orang yang penting dengan namanya adalah suatu kehormatan. Para petinggi sering disapa dengan gelar-gelar, seperti ”Bapak Presiden”, ”Yang Mulia”, atau ”Sri Paduka”. Maka, andaikata seorang pembesar meminta Anda, ”Silakan panggil saya dengan nama saya saja”, Anda tentu merasa mendapat kehormatan.

      ALLAH yang benar memberi tahu kita dalam Firman-Nya yang tertulis, Alkitab, ”Akulah Yehuwa. Itulah namaku.” (Yesaya 42:8) Walau Ia juga memiliki banyak gelar, seperti ”Pencipta”, ”Yang Mahakuasa”, dan ”Tuan Yang Berdaulat”, Ia selalu menghormati hamba-hamba-Nya yang loyal dengan membolehkan mereka menyapa Dia dengan nama pribadi-Nya.

      Misalnya, nabi Musa pernah mengawali permohonannya kepada Allah dengan berkata, ”Maafkanlah aku, Yehuwa.” (Keluaran 4:10) Pada penahbisan bait di Yerusalem, Raja Salomo membuka doanya dengan kata-kata, ”Oh, Yehuwa.” (1 Raja 8:22, 23) Dan, tatkala nabi Yesaya berbicara kepada Allah demi kepentingan bangsa Israel, ia berkata, ”Engkau, oh, Yehuwa, adalah Bapak kami.” (Yesaya 63:16) Jelaslah, Bapak surgawi kita mengundang kita untuk menyapa Dia dengan nama-Nya.

      Meski menyapa Yehuwa dengan nama-Nya penting, benar-benar mengenal Dia dengan nama mencakup lebih dari itu. Mengenai orang yang mengasihi dan mengandalkan Dia, Yehuwa berjanji, ”Aku akan melindunginya karena ia mengenal namaku.” (Mazmur 91:14) Jelaslah, banyak hal yang tersangkut dalam mengenal nama Allah, mengingat itulah faktor kunci untuk menerima perlindungan Allah. Kalau begitu, apa yang dituntut dari Anda untuk mengenal Yehuwa dengan nama-Nya?

  • Apa yang Tersangkut dalam Mengenal Nama Allah
    Menara Pengawal—2010 | 1 Juli
    • Apa yang Tersangkut dalam Mengenal Nama Allah

      APAKAH nama Anda punya makna tertentu? Di beberapa bagian dunia, ada kebiasaan untuk memberi seorang anak nama yang penuh makna. Nama yang dipilih mungkin mencerminkan nilai dan kepercayaan orang tua atau harapan dan impian mereka untuk masa depan sang anak.

      Kebiasaan memberi nama yang kaya makna bukan hal baru. Pada zaman Alkitab, nama pribadi biasanya diberikan karena makna yang terkandung. Nama bisa menunjukkan peranan yang diharapkan. Misalnya, ketika Yehuwa memberi tahu Daud tentang peranan putranya Salomo kelak, Ia berkata, ”Namanya akan disebut Salomo [dari kata dasar yang berarti ”Damai”], dan perdamaian dan ketenangan akan kuberikan kepada Israel pada zamannya.”—1 Tawarikh 22:9.

      Kadang-kadang, Yehuwa memberikan nama baru kepada seseorang yang bakal mempunyai peranan baru. Istri Abraham yang mandul menerima nama Sara, artinya ”Putri Raja”. Mengapa? Yehuwa menerangkan, ”Aku akan memberkati dia dan juga memberimu seorang putra dari dia; aku akan memberkati dia dan dia akan menjadi bangsa-bangsa; raja bangsa-bangsa akan berasal dari dia.” (Kejadian 17:16) Jelaslah, memahami mengapa Sara menerima nama baru mencakup memahami peranannya yang baru.

      Bagaimana dengan nama yang paling penting di atas segala nama—Yehuwa? Apa artinya? Tatkala Musa bertanya kepada Allah tentang nama-Nya, Yehuwa menjawab, ”Aku akan menjadi apa pun yang aku inginkan.” (Keluaran 3:14) Terjemahan Rotherham mengalihbahasakannya, ”Aku Akan Menjadi apa pun yang Aku sukai.” Nama Yehuwa menyingkapkan bahwa Ia adalah Allah yang memiliki banyak peranan. Sebagai ilustrasi sederhana: Seorang ibu mungkin perlu memenuhi banyak peranan setiap hari untuk mengurus anak-anaknya​—sebagai perawat, koki, guru—​sesuai kebutuhan yang timbul. Demikian pula dengan Yehuwa, tetapi pada tingkat yang lebih tinggi. Untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya yang pengasih bagi umat manusia, Ia dapat menjadi apa pun yang Ia sukai, memenuhi peranan apa pun yang diperlukan. Jadi, mengenal Yehuwa dengan nama mencakup memahami dan menghargai banyak peranan-Nya.

      Sayangnya, keindahan kepribadian Allah tersembunyi dari orang-orang yang tidak mengenal Dia dengan nama-Nya. Namun, dengan mempelajari Alkitab, Anda dapat menghargai peranan Yehuwa sebagai Penasihat yang bijaksana, Juru Selamat yang penuh kuasa, dan Penyedia yang murah hati, serta masih banyak lagi. Nama Yehuwa yang kaya makna sungguh membangkitkan rasa takjub.

      Meskipun demikian, mengenal Allah dengan nama-Nya tidak selalu mudah. Artikel berikut akan memperlihatkan alasannya.

  • Tantangan Mengenal Allah dengan Nama-Nya
    Menara Pengawal—2010 | 1 Juli
    • Tantangan Mengenal Allah dengan Nama-Nya

      ADA oknum yang ingin mencegah Anda mengenal nama Yehuwa dan menjalin hubungan akrab dengan-Nya. Siapa seteru yang jahat ini? Alkitab menjelaskan, ”Allah sistem ini membutakan pikiran orang-orang yang tidak percaya.” Allah dunia yang tidak saleh sekarang ini ialah Setan si Iblis. Dia ingin Anda tetap dalam kegelapan supaya hati Anda tidak akan diterangi dengan ”pengetahuan yang mulia tentang Allah”. Setan tidak ingin Anda mengenal Yehuwa dengan nama-Nya. Tetapi, bagaimana Setan membutakan pikiran orang-orang?​—2 Korintus 4:4-6.

      Setan menggunakan agama palsu untuk merintangi orang-orang mengenal Allah dengan nama-Nya. Misalnya, pada zaman dahulu ada orang Yahudi yang memilih untuk mengabaikan Tulisan-Tulisan Kudus terilham demi tradisi yang melarang orang menggunakan nama Allah. Pada abad-abad pertama Tarikh Masehi, para pembaca dalam masyarakat Yahudi tampaknya telah diinstruksikan untuk tidak mengucapkan nama Allah yang muncul dalam Kitab Suci mereka, tetapi menggantinya dengan kata ʼAdho·naiʹ, yang berarti ”Tuan”. Tidak diragukan, kebiasaan ini turut menyebabkan merosotnya kerohanian secara tragis. Banyak orang kehilangan manfaat dari hubungan pribadi yang akrab dengan Allah. Tetapi, bagaimana dengan Yesus? Bagaimana sikapnya terhadap nama Yehuwa?

      Yesus dan para Pengikutnya Memberitahukan Nama Allah

      Yesus menyatakan dalam doa kepada Bapaknya, ”Aku telah memberitahukan namamu . . . dan akan memberitahukannya.” (Yohanes 17:26) Yesus tentu telah mengucapkan nama Allah pada sejumlah kesempatan kala ia membaca, mengutip, atau menjelaskan bagian-bagian dari Kitab-Kitab Ibrani yang memuat nama yang penting itu. Yesus pasti tidak segan-segan menggunakan nama Allah seperti halnya semua nabi sebelum dia. Seandainya ada orang Yahudi yang pada masa pelayanan Yesus sudah menghindari penggunaan nama Allah, Yesus tentu tidak mengikuti tradisi mereka. Ia dengan tegas mengkritik para pemimpin agama ketika ia berkata kepada mereka, ”Kamu telah membuat firman Allah tidak berlaku oleh karena tradisimu.”​—Matius 15:6.

      Para pengikut Yesus yang setia terus memberitahukan nama Allah setelah kematian dan kebangkitan Yesus. (Lihat kotak ”Apakah Orang Kristen Masa Awal Menggunakan Nama Allah?”) Pada Pentakosta 33 M, tepat pada hari sidang Kristen terbentuk, rasul Petrus, dengan mengutip nubuat Yoel, berkata kepada kumpulan orang Yahudi dan proselit, ”Setiap orang yang berseru kepada nama Yehuwa akan diselamatkan.” (Kisah 2:21; Yoel 2:32) Orang Kristen masa awal membantu orang-orang dari banyak bangsa mengenal Yehuwa dengan nama-Nya. Itu sebabnya, pada pertemuan para rasul dan tua-tua di Yerusalem, sang murid Yakobus berkata, ”Allah . . . memalingkan perhatiannya kepada bangsa-bangsa, untuk mengambil dari mereka suatu umat bagi namanya.”​—Kisah 15:14.

      Meskipun demikian, musuh nama Allah tidak menyerah. Segera setelah para rasul meninggal, Setan tidak membuang-buang waktu dalam menabur kemurtadan. (Matius 13:38, 39; 2 Petrus 2:1) Misalnya, penulis Justin Martyr yang mengaku Kristen lahir kira-kira pada waktu Yohanes, rasul yang terakhir, meninggal. Namun, Justin berulang kali berkukuh dalam tulisan-tulisannya bahwa sang Penyedia segala sesuatu adalah ”Allah yang tidak disapa dengan nama diri”.

      Sewaktu membuat salinan dari Kitab-Kitab Yunani Kristen, orang-orang Kristen yang murtad tampaknya menyingkirkan nama pribadi Yehuwa lalu menggantinya dengan Kyʹri·os, kata Yunani untuk ”Tuan”. Begitu juga dengan Kitab-Kitab Ibrani. Karena tidak lagi membaca nama Allah dengan bersuara, para penulis Yahudi yang murtad mengganti nama Allah dalam Tulisan-Tulisan Kudus mereka dengan ʼAdho·naiʹ lebih dari 130 kali. Terjemahan yang berpengaruh yaitu Alkitab dalam bahasa Latin yang dirampungkan oleh Jerome pada tahun 405 M dan yang belakangan disebut Vulgata juga menghapus nama pribadi Allah.

      Upaya Modern Melenyapkan Nama Allah

      Para pemimpin agama

      Gereja-gereja telah memberedel nama Allah dalam Alkitab karena tradisi Yahudi atau bahkan demi keuntungan

      Dewasa ini, para pakar tahu bahwa nama pribadi Yehuwa muncul sekitar 7.000 kali dalam Alkitab. Karena itu, beberapa terjemahan yang banyak digunakan, seperti terjemahan Katolik Jerusalem Bible, terjemahan Katolik La Biblia Latinoamérica dalam bahasa Spanyol, dan terjemahan Reina-Valera yang populer, juga dalam bahasa Spanyol, tidak segan-segan menggunakan nama pribadi Allah. Beberapa terjemahan mengalihbahasakan nama Allah menjadi ”Yahweh”.

      Sayangnya, banyak gereja yang mensponsori penerjemahan Alkitab menekan para pakar untuk menghapus nama Allah dari terjemahan Alkitab mereka. Misalnya, dalam surat tertanggal 29 Juni 2008 kepada para presiden konferensi uskup-uskup Katolik, Vatikan menyatakan, ”Pada tahun-tahun belakangan ini, telah menyusup praktek pengucapan nama Allah Israel.” Surat itu memberikan petunjuk yang tegas ini, ”Nama Allah . . . tidak boleh digunakan ataupun diucapkan.” Selain itu, ”untuk penerjemahan teks Alkitab dalam bahasa-bahasa modern, . . . tetragramaton ilahi harus dialihbahasakan ke padanannya yaitu Adonai/​Kyrios: ’Tuhan’”. Jelaslah, perintah Vatikan ini bertujuan menghapus penggunaan nama Allah.

      Gereja-gereja Protestan tidak jauh berbeda dalam memperlakukan nama Yehuwa dengan tidak respek. Seorang juru bicara untuk New International Version yang disponsori Protestan, yang diterbitkan dalam bahasa Inggris tahun 1978, menulis, ”Yehuwa adalah nama yang istimewa untuk Allah dan idealnya harus kami gunakan. Tetapi, kami telah menanamkan 21⁄4 miliar dolar untuk penerjemahan ini dan dana sebesar itu pasti terbuang dengan percuma apabila kami menerjemahkan, misalnya, Mazmur 23 sebagai, ’Yahweh adalah gembalaku’.”

      Selain itu, gereja-gereja telah merintangi orang Amerika Latin untuk mengenal Allah dengan nama-Nya. Steven Voth, seorang konsultan penerjemahan untuk United Bible Societies (UBS, atau Perserikatan Lembaga-Lembaga Alkitab), menulis, ”Salah satu debat yang tak kunjung selesai di kalangan Protestan Amerika Latin adalah seputar penggunaan nama Jehová . . . Cukup menarik bahwa gereja neo-pantekosta yang sangat besar dan berkembang . . . mengatakan mereka menginginkan Reina-Valera edisi 1960, tetapi tanpa nama Jehová. Sebaliknya, mereka menginginkan kata Señor [Tuhan].” Menurut Voth, UBS pada mulanya menolak permintaan ini tetapi belakangan mengalah dan menerbitkan sebuah edisi Alkitab Reina-Valera ”tanpa kata Jehová”.

      Menghapus nama Allah dari Firman-Nya yang tertulis dan menggantinya dengan ”Tuhan” merintangi para pembaca untuk benar-benar mengenal siapa Allah. Penggantian semacam itu menimbulkan kebingungan. Misalnya, seorang pembaca mungkin tidak bisa memahami apakah kata ”Tuhan” memaksudkan Yehuwa atau memaksudkan Putra-Nya, Yesus. Maka, ayat yang rasul Petrus kutip dari kata-kata Daud, ”Yehuwa berfirman kepada Tuanku [Yesus yang dibangkitkan], ’Duduklah di sebelah kananku’”, dalam banyak terjemahan Alkitab berbunyi, ”Tuhan berkata kepada Tuhanku.” (Kisah 2:34, Bahasa Indonesia Masa Kini) Selain itu, David Clines, dalam esainya ”Yahweh and the God of Christian Theology”, menandaskan, ”Salah satu akibat tidak adanya Yahweh dalam pemahaman Kristen adalah kecenderungan untuk berfokus pada pribadi Kristus.” Karena itu, banyak hadirin gereja yang setia sama sekali tidak tahu bahwa Allah yang benar yang kepada-Nya Yesus berdoa adalah Pribadi yang mempunyai nama​—Yehuwa.

      Setan telah bekerja keras untuk membutakan pikiran orang-orang tentang Allah. Meskipun begitu, Anda bisa menjadi akrab dengan Yehuwa.

      Anda Dapat Mengenal Yehuwa dengan Nama-Nya

      Memang, Setan telah melancarkan perang terhadap nama ilahi, dan dalam hal ini ia telah dengan cerdik menggunakan agama palsu. Namun kenyataannya, tidak ada kuasa di surga atau di bumi yang bisa menghentikan Tuan Yang Berdaulat Yehuwa untuk memberitahukan nama-Nya kepada orang-orang yang ingin mengetahui kebenaran tentang Dia dan maksud-tujuan-Nya yang mulia bagi manusia yang setia.

      Saksi-Saksi Yehuwa akan senang membantu Anda belajar caranya mendekat kepada Allah melalui pelajaran Alkitab. Mereka mengikuti teladan Yesus, yang berkata kepada Allah, ”Aku telah memberitahukan namamu kepada mereka.” (Yohanes 17:26) Seraya Anda merenungkan ayat-ayat yang menyingkapkan berbagai peranan yang telah Yehuwa penuhi demi memberkati umat manusia, Anda akan mengenal banyak segi indah dari kepribadian-Nya yang luhur.

      Patriark Ayub yang setia menikmati ”keakraban dengan Allah”, dan Anda pun bisa. (Ayub 29:4) Melalui pengetahuan akan Firman Allah, Anda dapat mengenal Yehuwa dengan nama-Nya. Pengetahuan tersebut akan memberi Anda keyakinan bahwa Yehuwa akan bertindak selaras dengan apa yang Ia katakan adalah makna dari nama-Nya​—”Aku akan menjadi apa pun yang aku inginkan.” (Keluaran 3:14) Maka, Ia pasti akan memenuhi semua janji-Nya yang baik kepada umat manusia.

      Apakah Orang Kristen Masa Awal Menggunakan Nama Allah?

      Pada zaman rasul-rasul Yesus abad pertama M, sidang-sidang Kristen didirikan di banyak negeri. Anggota sidang-sidang itu secara teratur berkumpul untuk mempelajari Tulisan-Tulisan Kudus. Apakah orang-orang Kristen masa awal itu menemukan nama Yehuwa dalam Tulisan-Tulisan Kudus mereka?

      Karena bahasa Yunani telah menjadi bahasa internasional, banyak sidang menggunakan Septuaginta Yunani, terjemahan Kitab-Kitab Ibrani yang dirampungkan pada abad kedua SM. Beberapa pakar berpendapat bahwa sejak awal diterjemahkan, Septuaginta selalu mengganti nama Allah dengan gelar Kyʹri·os, kata Yunani untuk ”Tuan”. Tetapi, fakta-fakta menunjukkan sebaliknya.

      Fragmen-fragmen yang ditunjukkan di sini adalah bagian-bagian dari Septuaginta Yunani abad pertama SM. Fragmen-fragmen ini dengan jelas memperlihatkan nama Yehuwa, yang ditulis dalam teks Yunani dengan empat huruf Ibrani יהוה (YHWH), atau Tetragramaton. Profesor George Howard menulis, ”Kami memiliki tiga Alkitab Septuaginta Yunani pra-Kristen dan tidak satu kali pun Tetragramaton diterjemahkan menjadi kyrios atau dialihbahasakan. Kini, dapat kami katakan bahwa sebelum, selama, dan setelah periode Perjanjian Baru, orang Yahudi memiliki kebiasaan menulis nama ilahi . . . langsung ke dalam teks Alkitab bahasa Yunani.”​—Biblical Archaeology Review.

      Apakah para rasul dan murid-murid Yesus menggunakan nama Allah dalam tulisan-tulisan mereka yang terilham? Profesor Howard mengomentari, ”Apabila Septuaginta yang digunakan dan dikutip oleh gereja dalam Perjanjian Baru memuat bentuk Ibrani nama ilahi, para penulis Perjanjian Baru tidak diragukan memasukkan Tetragramaton dalam kutipan-kutipan mereka.”

      Oleh karena itu, kita bisa dengan aman menyimpulkan bahwa orang Kristen masa awal dapat membaca nama Allah, baik dalam terjemahan Kitab-Kitab Ibrani maupun dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen mereka.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan