PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Waspadailah Jerat-Jerat Iblis!
    Menara Pengawal—2012 | 15 Agustus
    • Waspadailah Jerat-Jerat Iblis!

      ”Keluar dari jerat si Iblis.”​—2 TIM. 2:26.

      APA JAWABAN SAUDARA?

      Jika Saudara selalu bersikap kritis terhadap orang lain, apa yang perlu Saudara lakukan?

      Pelajaran apa yang dapat kita petik dari contoh Pilatus dan Petrus tentang dikalahkan oleh rasa takut dan tekanan orang lain?

      Bagaimana Saudara bisa menghindari perasaan bersalah yang berlebihan?

      1, 2. Perangkap Iblis apa saja yang akan kita bahas dalam artikel ini?

      IBLIS sedang mengintai hamba-hamba Yehuwa. Tetapi, ia tidak selalu ingin membunuh tangkapannya, karena tujuan utama Iblis adalah menangkap seseorang hidup-hidup untuk dimanfaatkan sekehendak hatinya.​—Baca 2 Timotius 2:24-26.

      2 Seorang pemburu bisa jadi menggunakan berbagai cara untuk menangkap buruannya. Ia mungkin memancing binatang itu keluar ke tempat terbuka agar ia bisa menjeratnya. Atau, bisa jadi ia menggunakan perangkap terselubung yang akan mengurung binatang itu secara tiba-tiba. Iblis juga menggunakan berbagai perangkap untuk menangkap hamba-hamba Allah hidup-hidup. Agar tidak tertangkap, kita harus waspada dan memerhatikan tanda-tanda yang menunjukkan adanya perangkap Setan. Artikel ini akan membahas caranya kita bisa menghindari tiga perangkap Iblis yang sering kali ampuh. Perangkap-perangkap itu adalah (1) tutur kata yang tidak terkendali, (2) rasa takut dan tekanan orang lain, dan (3) rasa bersalah yang berlebihan. Dalam artikel berikutnya kita akan membahas dua perangkap Iblis lainnya.

      PADAMKAN TUTUR KATA YANG TIDAK TERKENDALI

      3, 4. Apa yang dapat terjadi jika kita tidak mengendalikan lidah kita? Berikan contoh.

      3 Seorang pemburu mungkin membakar sebagian hutan agar binatang keluar dari persembunyian dan ia bisa menangkapnya. Secara kiasan, Iblis juga ingin membakar sidang agar saudara-saudari keluar dari kawasan yang aman dan jatuh ke tangannya. Bagaimana kita bisa jadi tanpa sadar bekerja sama dengannya dan terjerat olehnya?

      4 Yakobus sang murid menyamakan lidah dengan api. (Baca Yakobus 3:6-8.) Jika kita tidak mengendalikan lidah, kita bisa menyulut ”kebakaran besar” di sidang. Bagaimana ini bisa terjadi? Bayangkan situasi berikut: Di perhimpunan ada pengumuman bahwa seorang saudari dilantik menjadi perintis biasa. Seusai perhimpunan, dua penyiar mengobrol tentang hal itu. Yang satu menyatakan bahwa ia senang melihat saudari itu bisa merintis dan berharap agar ia sukses. Penyiar yang satu lagi meragukan motif perintis itu dan menyiratkan bahwa ia hanya ingin cari muka di sidang. Menurut Saudara, penyiar mana yang ingin Saudara jadikan teman? Jelas sekali penyiar mana yang mungkin akan membakar sidang melalui kata-katanya.

      5. Bagaimana kita bisa memadamkan tutur kata yang tidak terkendali?

      5 Bagaimana kita bisa memadamkan tutur kata yang tidak terkendali? Yesus mengatakan, ”Dari kelimpahan hatilah mulut berbicara.” (Mat. 12:34) Jadi, langkah pertamanya adalah memeriksa hati kita sendiri. Apakah kita menjauhi perasaan negatif yang mengobarkan tutur kata yang menyakitkan? Misalnya, sewaktu mengetahui bahwa seorang saudara sedang berupaya mendapatkan hak istimewa dinas tertentu, apa yang muncul dalam benak kita? Apakah kita berpikir bahwa ia tulus atau malah menuduh bahwa ia punya motif yang mementingkan diri? Jika kita cenderung berpikiran negatif, ingatlah bahwa Iblis pun meragukan motif Ayub, hamba Allah yang setia. (Ayb. 1:9-11) Ketimbang mencurigai saudara kita, periksalah alasan kita bersikap kritis terhadapnya. Apakah memang ada alasan yang kuat untuk bersikap seperti itu? Atau, apakah hati kita telah diracuni oleh sikap tidak pengasih yang begitu umum pada hari-hari terakhir ini?​—2 Tim. 3:1-4.

      6, 7. (a) Apa saja alasannya kita mungkin bersikap kritis terhadap orang lain? (b) Sewaktu dicerca, apa seharusnya reaksi kita?

      6 Perhatikan beberapa alasan lain mengapa kita mungkin bersikap kritis terhadap orang lain. Salah satunya, bisa jadi kita ingin menonjolkan kelebihan kita. Kita mungkin ingin menunjukkan bahwa kita lebih unggul dengan cara menjatuhkan orang lain. Atau, kita mungkin mencari dalih karena kita sendiri tidak mengerahkan diri. Entah karena keangkuhan, kecemburuan, atau rasa takut tersaingi, sikap yang kritis itu sangat merusak.

      7 Kita mungkin merasa boleh mengkritik seseorang karena pernah menjadi korban dari kata-katanya yang tidak terkendali. Sekalipun demikian, membalas dengan cara yang sama tidak dapat dibenarkan. Dengan melakukannya, kita bagaikan menyiram api dengan bensin dan justru melakukan kehendak Iblis, bukan kehendak Allah. (2 Tim. 2:26) Kita seharusnya meniru Yesus dalam situasi ini. Sewaktu dicerca, ”ia tidak membalas dengan mencerca”. Sebaliknya, ia ”terus mempercayakan dirinya kepada pribadi yang menghakimi dengan adil-benar”. (1 Ptr. 2:21-23) Yesus yakin bahwa Yehuwa akan menangani hal itu menurut cara yang Ia inginkan dan pada waktu yang Ia tetapkan. Kita pun semestinya memiliki keyakinan yang sama kepada Allah. Jika kita menggunakan tutur kata kita untuk menyembuhkan, kita turut menjaga ”ikatan perdamaian yang mempersatukan” di sidang.​—Baca Efesus 4:1-3.

      LARILAH DARI JERAT RASA TAKUT DAN TEKANAN ORANG LAIN

      8, 9. Mengapa Pilatus menghukum mati Yesus?

      8 Binatang yang terjerat tidak bisa bergerak bebas lagi. Demikian pula, orang yang dikalahkan oleh rasa takut dan tekanan orang lain sebenarnya tidak bebas karena kehidupannya diatur orang lain. (Baca Amsal 29:25.) Mari kita bahas contoh dua pria yang dikalahkan oleh rasa takut dan tekanan orang lain. Lalu, perhatikan pelajaran apa yang bisa kita petik dari pengalaman mereka.

      9 Gubernur Romawi Pontius Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, maka Pilatus tidak ingin menyakitinya. Malah, ia mengatakan bahwa Yesus tidak melakukan apa pun ”yang membuatnya patut dihukum mati”. Meskipun demikian, Pilatus menghukum mati dia. Mengapa? Karena Pilatus takut sewaktu ditekan massa. (Luk. 23:15, 21-25) Para penentang ingin agar Pilatus menuruti keinginan mereka. Maka, mereka berseru, ”Jika engkau melepaskan pria ini, engkau bukan sahabat Kaisar.” (Yoh. 19:12) Pilatus mungkin takut kehilangan kedudukannya, atau mungkin nyawanya, jika ia berpihak kepada Kristus. Jadi, ia menyerah dan melakukan kehendak Iblis.

      10. Mengapa Petrus tidak mengaku bahwa ia mengenal Kristus?

      10 Rasul Petrus adalah salah seorang sahabat Yesus. Ia terang-terangan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. (Mat. 16:16) Petrus juga tetap loyal walaupun murid-murid lain meninggalkan Yesus karena tidak memahami makna di balik kata-katanya. (Yoh. 6:66-69) Bahkan, sewaktu para musuh datang menangkap Yesus, ia menghunus pedang untuk membela Tuannya. (Yoh. 18:10, 11) Namun, Petrus belakangan dikalahkan oleh rasa takut sehingga tidak mengaku bahwa ia mengenal Yesus Kristus. Untuk sesaat, sang rasul terjerat oleh rasa takut akan manusia sehingga ia tidak bisa bertindak dengan berani.​—Mat. 26:74, 75.

      11. Tekanan-tekanan apa yang harus kita lawan?

      11 Semua orang Kristen perlu melawan tekanan untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Allah. Majikan atau orang lain bisa jadi berupaya memaksa kita untuk bertindak tidak jujur atau melakukan amoralitas seksual. Orang Kristen yang masih bersekolah mungkin menghadapi teman-teman yang menekan mereka untuk menyontek saat ujian, melihat pornografi, merokok, menggunakan narkoba, bermabuk-mabukan, atau melakukan perbuatan seksual yang tercela. Rasa takut akan manusia dan tekanan untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Yehuwa bisa menjerat kita. Apa yang dapat kita lakukan untuk menghindarinya?

      12. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari contoh Pilatus dan Petrus?

      12 Pelajaran apa yang dapat kita petik dari contoh Pilatus dan Petrus? Pilatus tidak terlalu mengenal Kristus. Namun, ia tahu bahwa Yesus bukanlah manusia biasa dan bahwa ia tidak bersalah. Tetapi, Pilatus tidak rendah hati dan tidak mengasihi Allah yang benar. Jadi, Iblis dengan mudah menangkapnya hidup-hidup. Petrus memiliki pengetahuan yang saksama dan mengasihi Allah. Tetapi, kadang-kadang ia tidak bersahaja, takut, dan menyerah di bawah tekanan. Sebelum Yesus ditangkap, Petrus membual, ”Sekalipun semua orang lain tersandung, aku tidak akan.” (Mrk. 14:29) Sebenarnya, Petrus akan lebih siap menghadapi ujian kalau saja ia mengandalkan Allah seperti halnya pemazmur yang mengatakan, ”Yehuwa ada di pihakku; aku tidak akan takut. Apa yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Mz. 118:6) Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, Yesus mengajak Petrus dan dua rasul lainnya ke Taman Getsemani. Bukannya berjaga-jaga, Petrus dan teman-temannya malah tertidur. Yesus membangunkan mereka dan mengatakan, ”Tetaplah berjaga-jaga dan berdoa, agar kamu tidak masuk ke dalam godaan.” (Mrk. 14:38) Tetapi Petrus tertidur lagi, dan belakangan ia dikalahkan oleh rasa takut dan tekanan orang lain.

      13. Bagaimana kita bisa melawan tekanan untuk melakukan perbuatan salah?

      13 Jadi, pelajaran penting dari contoh Pilatus dan Petrus: Kita membutuhkan pengetahuan, kerendahan hati, kesahajaan, kasih akan Allah, dan rasa takut akan Allah agar berhasil melawan tekanan. Jika iman kita didasarkan atas pengetahuan yang saksama, kita akan memiliki keberanian untuk menyatakannya. Hal ini akan membantu kita melawan tekanan dan mengatasi rasa takut akan manusia. Tentu saja, kita tidak boleh terlalu percaya diri. Sebaliknya, kita perlu dengan rendah hati mengakui bahwa kita membutuhkan kekuatan dari Allah untuk melawan tekanan. Maka, kita perlu berdoa memohon roh Yehuwa. Dan, kasih kita kepada-Nya akan menggerakkan kita untuk menaati Dia dan menjaga nama baik-Nya. Kita juga perlu mempersiapkan diri sebelum godaan datang. Misalnya, kita bisa berdoa bersama anak-anak kita dan mempersiapkan mereka untuk memberi jawaban yang jitu sewaktu teman-teman menggoda mereka untuk melakukan perbuatan salah.​—2 Kor. 13:7.a

      HINDARI PERANGKAP RASA BERSALAH YANG BERLEBIHAN

      14. Iblis ingin agar kita menyimpulkan apa tentang kesalahan kita di masa lalu?

      14 Kadang-kadang, pemburu menggantung sebuah balok kayu atau batu besar di atas tempat yang biasa dilalui binatang. Binatang yang tidak waspada akan menyenggol tali pemicu jebakan sehingga balok kayu atau batu besar tadi jatuh dan meremukkan binatang itu. Perasaan bersalah yang berlebihan dapat disamakan dengan balok kayu atau batu besar itu. Sewaktu mengingat kesalahan di masa lalu, kita mungkin merasa ”sangat remuk”. (Baca Mazmur 38:3-5, 8.) Setan ingin agar kita menyimpulkan bahwa dosa kita terlalu besar sehingga kita tidak layak mendapat belas kasihan Yehuwa dan bahwa kita tidak mungkin sanggup memenuhi tuntutan-Nya.

      15, 16. Bagaimana Saudara dapat menghindari perangkap perasaan bersalah yang berlebihan?

      15 Bagaimana Saudara dapat menghindari perangkap perasaan bersalah yang berlebihan? Jika Saudara melakukan dosa serius, segeralah pulihkan hubungan baik Saudara dengan Yehuwa. Hubungi para penatua, dan mintalah bantuan mereka. (Yak. 5:14-16) Kerahkan upaya untuk memperbaiki kesalahan Saudara. (2 Kor. 7:11) Jika Saudara mendapat disiplin, jangan berkecil hati. Disiplin adalah bukti bahwa Yehuwa mengasihi Saudara. (Ibr. 12:6) Bertekadlah untuk tidak mengulangi perbuatan apa pun yang bisa membuat Saudara jatuh ke dalam dosa yang sama dan bertindaklah selaras dengan tekad Saudara itu. Setelah bertobat dan berbalik, Saudara harus beriman bahwa dosa Saudara dapat diampuni Allah melalui korban tebusan Yesus Kristus.—1 Yoh. 4:9, 14.

      16 Beberapa orang terus merasa bersalah atas dosa-dosa mereka yang sebenarnya telah diampuni. Jika Saudara merasa seperti itu, ingatlah bahwa Yehuwa mengampuni Petrus dan rasul-rasul lain yang meninggalkan Putra kesayangan-Nya pada saat ia sangat membutuhkan mereka. Yehuwa juga mengampuni pria di sidang Korintus yang dipecat karena amoralitas tetapi belakangan bertobat. (1 Kor. 5:1-5; 2 Kor. 2:6-8) Dan, masih banyak orang lain yang dicatat dalam Firman Allah yang melakukan dosa serius tetapi diampuni karena mereka bertobat.​—2 Taw. 33:2, 10-13; 1 Kor. 6:9-11.

      17. Seberapa besarkah kuasa tebusan bagi Saudara?

      17 Yehuwa akan mengampuni dan melupakan kesalahan Saudara di masa lalu jika Saudara sungguh-sungguh bertobat dan yakin bahwa Ia akan berbelaskasihan kepada Saudara. Jangan pernah menganggap bahwa korban tebusan Yesus tidak cukup untuk menutup dosa-dosa Saudara. Kalau Saudara merasa demikian, itu berarti Saudara telah jatuh dalam perangkap Setan. Tidak soal apa yang Iblis siratkan, tebusan dapat menutup dosa semua orang yang bertobat. (Ams. 24:16) Iman akan tebusan dapat menyingkirkan beban perasaan bersalah yang Saudara tanggung dan dapat memberikan kekuatan kepada Saudara untuk melayani Allah dengan sepenuh hati, jiwa, dan pikiran.​—Mat. 22:37.

      KITA TAHU SIASAT SETAN

      18. Bagaimana kita bisa menghindari jerat-jerat Iblis?

      18 Bagi Setan, tidak menjadi soal perangkap mana yang akan ia gunakan, yang penting kita tertangkap. Karena kita tahu siasat-siasat Setan, kita bisa menghindar agar tidak dikalahkan olehnya. (2 Kor. 2:10, 11) Kita tidak akan terjerat, atau masuk ke dalam perangkapnya, jika kita berdoa meminta hikmat untuk menghadapi ujian iman. ”Jika di antara kamu ada yang kekurangan hikmat,” tulis Yakobus, ”biarlah ia terus meminta kepada Allah, karena dia memberi semua orang dengan murah hati dan tanpa mencela; dan itu akan diberikan kepadanya.” (Yak. 1:5) Lalu, kita perlu bertindak sesuai dengan doa kita. Caranya adalah dengan belajar pribadi secara teratur dan menerapkan Firman Allah. Publikasi yang disediakan golongan budak yang setia dan bijaksana memberi tahu kita tentang perangkap-perangkap Iblis dan cara menghindarinya.

      19, 20. Mengapa kita harus membenci apa yang jahat?

      19 Doa dan pelajaran Alkitab akan membantu kita lebih mengasihi apa yang baik. Tetapi, yang tidak kalah penting, kita juga harus belajar membenci apa yang jahat. (Mz. 97:10) Kita bisa menjauhi apa yang jahat jika kita merenungkan akibat buruk dari hasrat-hasrat yang mementingkan diri. (Yak. 1:14, 15) Kalau kita belajar membenci apa yang jahat dan benar-benar mengasihi apa yang baik, umpan Setan tidak menarik lagi bagi kita karena kita membencinya.

      20 Alangkah bersyukurnya kita karena Allah membantu kita agar tidak dikalahkan Setan! Yehuwa membebaskan kita ”dari si fasik” melalui roh, Firman, dan organisasi-Nya. (Mat. 6:13) Dalam artikel berikutnya, kita akan belajar caranya menghindari dua perangkap lain yang Setan gunakan untuk menangkap hamba-hamba Allah.

  • Berdirilah Teguh dan Hindari Perangkap Setan!
    Menara Pengawal—2012 | 15 Agustus
    • Berdirilah Teguh dan Hindari Perangkap Setan!

      ”Berdiri teguh melawan siasat-siasat licik Iblis.”​—EF. 6:11.

      APA JAWABAN SAUDARA?

      Bagaimana hamba Yehuwa bisa menghindari perangkap materialisme?

      Apa yang dapat membantu suami dan istri Kristen agar tidak jatuh ke dalam lubang perzinaan?

      Mengapa Saudara yakin bahwa menghindari materialisme dan amoralitas seksual itu bermanfaat?

      1, 2. (a) Mengapa Setan membenci kaum terurap dan ”domba-domba lain”? (b) Perangkap Setan apa saja yang akan dibahas dalam artikel ini?

      SETAN membenci umat manusia, terutama orang-orang yang melayani Yehuwa. Ia bahkan memerangi kaum sisa terurap. (Pny. 12:17) Orang-orang Kristen yang tangguh itu telah memelopori pekerjaan pemberitaan Kerajaan pada zaman modern dan mengungkap kedok Setan sebagai penguasa dunia ini. Iblis juga membenci ”domba-domba lain”, yang mendukung kaum terurap dan bakal menerima kehidupan abadi​—kesempatan yang tidak dimiliki lagi oleh Setan. (Yoh. 10:16) Maka, tidak mengherankan bahwa ia murka! Entah kita berharap untuk hidup di surga atau di bumi, Setan jelas tidak ingin kita bahagia. Ia ingin menjadikan kita korbannya.​—1 Ptr. 5:8.

      2 Untuk mencapai tujuannya, Setan memasang berbagai perangkap, atau jerat. Ia ”membutakan pikiran” orang-orang yang tidak percaya sehingga mereka menolak kabar baik dan tidak dapat melihat berbagai perangkap itu. Tetapi, Iblis juga menjerat beberapa orang yang telah menerima berita Kerajaan. (2 Kor. 4:3, 4) Artikel sebelumnya menunjukkan caranya kita dapat menghindari tiga perangkap Setan: (1) tutur kata yang tidak terkendali, (2) rasa takut dan tekanan orang lain, dan (3) rasa bersalah yang berlebihan. Sekarang, mari kita bahas caranya kita dapat menghindari dua perangkap lain, yaitu materialisme dan godaan untuk melakukan perzinaan.

      MATERIALISME​—JERAT YANG MENCEKIK

      3, 4. Bagaimana kekhawatiran sistem ini bisa membuat seseorang mementingkan uang?

      3 Dalam salah satu perumpamaannya, Yesus menyebutkan tentang benih yang ditabur di antara tanaman berduri. Ia menunjukkan bahwa seseorang bisa jadi mendengar firman, ”tetapi kekhawatiran sistem ini dan tipu daya kekayaan mencekik firman itu, dan ia menjadi tidak berbuah”. (Mat. 13:22) Ya, materialisme, atau sikap mementingkan uang, merupakan salah satu jerat yang digunakan oleh musuh kita, Setan.

      4 Jika digabung, dua faktor berikut ini bisa mencekik firman. Salah satunya adalah ”kekhawatiran sistem ini”. Pada ”masa kritis yang sulit dihadapi” ini, ada banyak hal yang bisa membuat kita khawatir. (2 Tim. 3:1) Meningkatnya biaya hidup dan tingginya angka pengangguran bisa membuat kita sulit memenuhi kebutuhan pokok kita. Saudara juga mungkin khawatir akan masa depan dan berpikir, ’Apakah saya masih punya cukup uang setelah saya pensiun?’ Kekhawatiran seperti itu membuat orang mengejar kekayaan karena menganggap bahwa uang akan menjamin kehidupan mereka.

      5. Bagaimana ”kekayaan” dapat menipu seseorang?

      5 Yesus menyebutkan faktor lain​—”tipu daya kekayaan”. Hal itu, ditambah dengan kekhawatiran, dapat mencekik firman. Alkitab mengakui bahwa ”uang adalah untuk perlindungan”. (Pkh. 7:12) Tetapi, mengejar kekayaan tidaklah bijaksana. Banyak yang mengalami bahwa semakin keras mereka berupaya mengejar kekayaan, semakin kuat jerat materialisme mencekik mereka. Ada yang bahkan sampai menjadi budak kekayaan.​—Mat. 6:24.

      6, 7. (a) Situasi apa di tempat kerja yang bisa membuat Saudara menjadi materialistis? (b) Apa saja yang perlu dipikirkan seorang Kristen jika ia diminta untuk bekerja lembur?

      6 Tanpa sadar, seseorang bisa ingin menjadi kaya. Misalnya, bayangkan situasi ini. Majikan Saudara menemui Saudara dan mengatakan, ”Ada kabar baik, nih! Perusahaan kita menang tender besar. Jadi, dalam beberapa bulan ke depan kita harus sering lembur. Tapi saya jamin, kamu akan dapat bayaran besar.” Bagaimana tanggapan Saudara? Memang, Saudara harus menyediakan kebutuhan materi keluarga Saudara. Tetapi, tanggung jawab Saudara bukan hanya itu. (1 Tim. 5:8) Ada hal-hal lain yang perlu Saudara pertimbangkan. Misalnya, seberapa sering Saudara harus bekerja lembur? Apakah pekerjaan Saudara akan mengganggu kegiatan rohani Saudara, seperti perhimpunan dan malam Ibadat Keluarga?

      7 Sewaktu menimbang-nimbang keputusan yang akan diambil, yang mana yang Saudara anggap paling penting​—tabungan Saudara atau kerohanian Saudara? Apakah karena ingin sekali mendapat lebih banyak uang, Saudara tidak lagi menomorsatukan kepentingan kerajaan? Apakah Saudara menyadari dampak buruk yang bisa ditimbulkan oleh materialisme kalau Saudara mengabaikan kesehatan rohani Saudara dan keluarga? Jika hal itu yang Saudara hadapi sekarang, bagaimana Saudara dapat memegang teguh pendirian Saudara sehingga tidak tercekik oleh materialisme?​—Baca 1 Timotius 6:9, 10.

      8. Contoh apa dalam Alkitab yang dapat membantu kita memeriksa kembali gaya hidup kita?

      8 Agar tidak tercekik oleh materialisme, seringlah periksa gaya hidup Saudara. Jangan sekali-kali menjadi seperti Esau, yang menganggap sepele hal-hal rohani! (Kej. 25:34; Ibr. 12:16) Juga, jangan menjadi seperti pria kaya yang diundang oleh Yesus. Sewaktu diminta untuk menjual hartanya, memberikannya kepada orang miskin, dan mengikuti Yesus, dia malah ”pergi dengan pedih hati, sebab dia memiliki banyak harta”. (Mat. 19:21, 22) Kekayaan telah menjerat pria itu. Sungguh disayangkan, ia menolak hak istimewa yang besar untuk menjadi pengikut Yesus, tokoh terbesar sepanjang masa! Maka, hati-hatilah agar Saudara juga tidak kehilangan hak istimewa menjadi murid Yesus Kristus.

      9, 10. Menurut Alkitab, bagaimana seharusnya kita memandang hal-hal materi?

      9 Agar tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal materi, indahkanlah nasihat Yesus, ”Jangan sekali-kali khawatir dan mengatakan, ’Apa yang akan kami makan?’ atau, ’Apa yang akan kami minum?’ atau, ’Apa yang akan kami kenakan?’ Karena semua ini adalah perkara-perkara yang dikejar bangsa-bangsa dengan penuh semangat. Sebab Bapak surgawimu mengetahui bahwa kamu membutuhkan semua perkara ini.”​—Mat. 6:31, 32; Luk. 21:34, 35.

      10 Agar tidak menjadi korban dari tipu daya kekayaan, berupayalah untuk berpikir seperti penulis Alkitab Agur. Ia menyatakan, ”Jangan biarkan aku miskin atau kaya. Berikanlah kepadaku hanya apa yang kuperlukan.” (Ams. 30:8, Bahasa Indonesia Masa Kini) Jelaslah, Agur tahu bahwa ia membutuhkan uang untuk hidup, tetapi ia juga sadar bahwa kekayaan bisa menipu. Kita juga perlu menyadari bahwa kekhawatiran sistem ini dan tipu daya kekayaan dapat menghancurkan hubungan kita dengan Yehuwa. Jika kita terlalu mengkhawatirkan hal-hal materi, waktu dan tenaga kita akan terkuras sehingga kita tidak ingin lagi menomorsatukan kepentingan Kerajaan. Maka, bertekadlah untuk tidak terjerat dalam perangkap materialisme Setan!​—Baca Ibrani 13:5.

      PERZINAAN​—LUBANG YANG TERSELUBUNG

      11, 12. Bagaimana seorang Kristen bisa jatuh sehingga melakukan perzinaan dengan teman sekerja?

      11 Pemburu yang ingin menangkap binatang yang kuat kadang-kadang menggali lubang di jalan yang sering dilalui buruannya itu. Lubang itu biasanya disamarkan dengan ranting-ranting dan dedaunan. Salah satu godaan yang paling ampuh yang Setan gunakan mirip dengan perangkap itu. Itu adalah dosa perbuatan amoral. (Ams. 22:14; 23:27) Banyak orang Kristen telah jatuh ke dalam lubang itu karena mereka tidak segera lari dari situasi yang mengarahkan mereka ke perbuatan amoral. Beberapa orang Kristen yang telah menikah melakukan perzinaan setelah menjalin hubungan romantis yang tidak patut.

      12 Hubungan romantis yang tidak patut dapat berkembang di tempat kerja Saudara. Bahkan, menurut sebuah penelitian, lebih dari separuh wanita dan sebagian besar pria yang berzina melakukannya dengan teman sekerja. Apakah Saudara biasanya bekerja sama dengan lawan jenis di tempat kerja Saudara? Kalau begitu, bagaimana hubungan Saudara dengan mereka? Apakah Saudara menjaga jarak sebatas hubungan kerja saja? Sebagai contoh, mungkin seorang saudari Kristen sering mengobrol dengan rekan sekerja pria. Tetapi, lama-kelamaan pria ini menjadi tempat ia mencurahkan isi hati dan bahkan menceritakan problem perkawinannya. Contoh lain, karena mulai berteman dengan rekan sekerja wanita, seorang pria Kristen mungkin berpikir, ”Dia menghargai pendapatku dan selalu mau mendengarkan aku. Dia juga merespek aku. Seandainya saja istriku seperti itu!” Bukankah orang Kristen yang berada dalam situasi seperti itu akan mudah jatuh sehingga melakukan perzinaan?

      13. Bagaimana hubungan romantis yang tidak patut bisa berkembang di sidang?

      13 Di sidang pun hubungan romantis yang tidak patut bisa berkembang. Perhatikan kisah nyata ini. Daniel dan istrinya, Sarah,a adalah perintis biasa. Daniel juga seorang penatua dan ia tidak pernah menolak tugas apa pun. Ia memandu lima PAR dengan pria-pria yang lebih muda. Tiga di antara mereka akhirnya dibaptis. Saudara-saudara yang baru dibaptis ini membutuhkan banyak dukungan. Karena Daniel sangat sibuk dengan tugas-tugas teokratisnya, Sarah-lah yang sering kali membantu mereka. Sebaliknya, setiap kali Sarah membutuhkan perhatian, ia mendapatkannya dari saudara-saudara itu. Mereka pun kini bagaikan berada di tepi lubang yang menganga. Daniel mengatakan, ’Selama berbulan-bulan istri saya terkuras secara rohani dan emosi karena membantu orang lain, dan saya mengabaikan dia. Hal ini mengarah kepada bencana. Istri saya akhirnya berzina dengan salah seorang mantan PAR saya. Karena begitu sibuk, saya tidak menyadari bahwa ia makin lemah secara rohani.’ Bagaimana Saudara dapat menghindari bencana seperti itu?

      14, 15. Apa saja yang dapat membantu pasangan Kristen terhindar dari perangkap perzinaan?

      14 Untuk menghindari perangkap perzinaan, renungkanlah apa artinya komitmen perkawinan, atau kesetiaan kepada teman hidup. Yesus mengatakan, ”Apa yang telah Allah letakkan di bawah satu kuk hendaknya tidak dipisahkan manusia.” (Mat. 19:6) Jangan sekali-kali menganggap hak istimewa teokratis lebih penting daripada suami atau istri. Lagi pula, sering sibuk sendiri-sendiri untuk kegiatan yang tidak penting merupakan tanda bahwa perkawinan sedang melemah. Hal ini dapat mengarah kepada godaan, dan bisa jadi kepada dosa serius.

      15 Lalu, jika Saudara adalah penatua, bagaimana dengan sidang? Rasul Petrus menulis, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada dalam pemeliharaanmu, tidak dengan terpaksa, tetapi dengan rela; juga tidak karena mencintai keuntungan yang diperoleh dengan tidak jujur, tetapi dengan penuh semangat.” (1 Ptr. 5:2) Tentu saja, para anggota sidang tidak boleh diabaikan. Tetapi, jangan korbankan peran Saudara sebagai suami demi memenuhi peran Saudara sebagai gembala. Tentu tidak masuk akal jika Saudara sibuk memberi makan sidang sedangkan teman hidup Saudara ”kelaparan” di rumah. Hal itu malah bisa membahayakan perkawinan Saudara. Daniel (yang disebutkan sebelumnya) mengatakan, ’Jangan sampai kita terlalu sibuk mengurusi hak istimewa sehingga keluarga jadi korban.’

      16, 17. (a) Di tempat kerja, apa saja yang dapat dilakukan suami atau istri Kristen untuk menunjukkan bahwa mereka tidak mau dirayu? (b) Berikan contoh artikel yang dapat membantu orang Kristen menghindari perzinaan.

      16 Ada banyak nasihat bagus yang telah dimuat dalam majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! yang dapat membantu pasangan Kristen menghindari jerat perzinaan. Misalnya, Menara Pengawal 15 September 2006 memberikan nasihat ini, ”Di tempat kerja dan tempat lain, waspadailah situasi yang dapat menyuburkan keakraban. Misalnya, bekerja lembur bersama seorang lawan jenis bisa menimbulkan godaan. Sebagai pria atau wanita yang sudah menikah, Saudara harus memperlihatkan dengan jelas melalui tutur kata dan pembawaan bahwa Saudara tidak mau diganggu. Sebagai orang yang mengejar pengabdian yang saleh, Saudara tentu tidak mau mengundang perhatian yang tidak pantas dengan suka menggoda lawan jenis atau mengenakan pakaian dan dandanan yang tidak bersahaja. . . . Memajang foto suami atau istri dan anak-anak di tempat kerja akan menjadi pengingat visual bagi Saudara serta orang lain bahwa keluarga merupakan hal yang penting bagi Saudara. Bertekadlah untuk tidak pernah membuka peluang bagi​—atau bahkan mentoleransi—​rayuan dari orang lain.”

      17 Artikel berjudul ”Kesetiaan dalam Perkawinan​—Apa Arti Sebenarnya?” dalam Sedarlah! April 2009 memperingatkan kita akan bahaya dari khayalan seksual dengan orang yang bukan teman hidup. Artikel itu menunjukkan bahwa khayalan semacam itu dapat memperbesar kemungkinan seseorang melakukan perzinaan. (Yak. 1:14, 15) Jika Saudara sudah menikah, ada baiknya Saudara sekali-sekali memeriksa lagi informasi seperti itu bersama teman hidup Saudara. Perkawinan berasal dari Yehuwa, dan perkawinan itu suci. Maka, sisihkanlah waktu untuk membicarakannya dengan teman hidup Saudara. Hal itu menunjukkan bahwa Saudara menghargai hal-hal suci.​—Kej. 2:21-24.

      18, 19. (a) Apa saja dampak buruk perzinaan? (b) Apa saja manfaatnya jika kita setia kepada teman hidup?

      18 Jika Saudara tergoda untuk menjalin hubungan romantis yang tidak patut, pikirkanlah kerusakan yang dapat diakibatkan oleh percabulan dan perzinaan. (Ams. 7:22, 23; Gal. 6:7) Orang yang melakukan perbuatan amoral membuat Yehuwa tidak senang dan menyakiti teman hidup serta diri mereka sendiri. (Baca Maleakhi 2:13, 14.) Sebaliknya, renungkanlah manfaatnya jika Saudara mempertahankan tingkah laku yang bersih. Saudara tidak hanya akan memiliki harapan untuk hidup selama-lamanya, tetapi juga kehidupan yang bahagia sekarang, serta hati nurani yang bersih.​—Baca Amsal 3:1, 2.

      19 Pemazmur bernyanyi, ”Berlimpahlah kedamaian bagi orang-orang yang mencintai hukummu [Allah], dan tidak ada balok sandungan bagi mereka.” (Mz. 119:165) Maka, cintailah kebenaran, dan ”teruslah perhatikan dengan cermat bagaimana kamu berjalan, yaitu bukan sebagai orang yang tidak berhikmat melainkan sebagai orang yang berhikmat” pada hari-hari yang fasik ini. (Ef. 5:15, 16) Jalan yang kita tempuh penuh dengan perangkap yang dipasang oleh Setan untuk menjerat umat Yehuwa. Tetapi, Yehuwa memberi kita semua yang kita butuhkan agar dapat ”berdiri teguh” dan ”sanggup memadamkan semua senjata lempar yang berapi dari si fasik”!​—Ef. 6:11, 16.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan