PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb99 hlm. 66-147
  • Jerman

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Jerman
  • Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1999
  • Subjudul
  • Memanfaatkan Sebaik-baiknya Kesempatan Mereka Seusai Perang
  • Ladang Utusan Injil di Negeri Sendiri
  • Beberapa Kelompok Berbahasa Asing
  • Bahkan Bahasa Rusia, Serbia-Kroasia, dan Cina!
  • Sangat Antusias untuk Membagikan Apa yang Mereka Pelajari
  • Apa yang Sedang Terjadi di Jerman Timur?
  • Berhimpun secara Bijaksana
  • Belajar Memberikan Kesaksian di Bawah Pelarangan
  • Tidak Soal Adanya Pelarangan, Terus Ada Pertambahan
  • Reorganisasi untuk Menguatkan Persaudaraan
  • Fasilitas Percetakan untuk Memenuhi Kebutuhan yang Meluas
  • Keputusan untuk Melakukan Pencetakan Ofset
  • Kompleks Kantor Cabang yang Baru
  • Perpindahan ke Selters
  • Hari Penahbisan
  • ’Rumah-Rumah bagi Nama Yehuwa’
  • Para Pengawas Keliling Menggembalakan Kawanan
  • Pengawas Keliling Pindah ke Brooklyn
  • Sekolah-Sekolah Khusus Turut Memenuhi Kebutuhan Internasional
  • Mengatasi Kendala dengan Pendidikan dan Kasih
  • Tiba-Tiba—Tembok Berlin Runtuh!
  • Sebuah Trabi Berkunjung
  • Makanan Rohani yang Berlimpah!
  • Penyesuaian untuk Beribadat secara Terbuka
  • Tentangan Gagal Memperlambat Pekerjaan
  • Beberapa yang Menyambut Kebenaran
  • Sekarang Mereka Boleh Menceritakannya
  • Perayaan Kemenangan di Berlin
  • Menyediakan Tempat-Tempat untuk Berhimpun
  • Kebaktian-Kebaktian Internasional yang Menggugah
  • Lebih Banyak Bangunan—Untuk Memenuhi Kebutuhan yang Mendesak
  • Akhir Pekan Penahbisan
  • Membangun, tetapi Mengabar Juga
  • Apa Saja yang Terjadi di Magdeburg?
  • Kantor Penerjemahan
  • Tempat untuk Seminar-Seminar Internasional
  • Kebencian terhadap Orang-Orang Kristen Sejati—Tidak Hanya di Masa Lalu
  • Menyediakan Informasi Faktual bagi Media Massa
  • Setelah Setengah Abad Berlalu, Masih Berdiri Teguh
Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1999
yb99 hlm. 66-147

Jerman

JERMAN merupakan poros kegiatan internasional. Setiap tahun, rata-rata sekitar 15.000.000 orang datang dari luar negeri untuk berwisata. Sebagian besar wisatawan itu berlibur di Pegunungan Alpen Bavaria, Pegunungan Black Forest, sepanjang Sungai Rhine yang indah, atau mengunjungi pusat kebudayaan di beberapa kota. Ada pula yang datang ke Jerman untuk berbisnis. Jerman merupakan salah satu negara perdagangan utama di dunia, dan memiliki koneksi bisnis di seputar bola bumi. Selama beberapa tahun, perekonomian yang maju pesat di negara ini memikat begitu banyak pekerja dari negeri-negeri lain sehingga hal ini berpengaruh besar terhadap komposisi penduduk di kota-kota besar. Ini juga berpengaruh terhadap pelayanan Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman.

Pelayanan mereka juga banyak dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi selama dan pada akhir Perang Dunia II. Di bawah kediktatoran Adolf Hitler, Saksi-Saksi menjadi sasaran serangan yang biadab dan berkepanjangan. Dengan direstui para pemimpin agama Katolik maupun Protestan, Hitler berikrar untuk membasmi Ernste Bibelforscher (Siswa-Siswa Alkitab yang Rajin), sebutan untuk Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman pada waktu itu. Tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengkompromikan iman mereka. Mereka berdiri teguh menghadapi serangan yang tidak berbelaskasihan.

Dua belas tahun setelah Saksi-Saksi dilarang di Jerman, Hitler dan partai politiknya lenyap. Sebaliknya, Saksi-Saksi Yehuwa terus sibuk memberi tahu orang-orang tentang Kerajaan Allah dan maknanya bagi umat manusia. Semua pengalaman mereka pada era Nazi serta cara mereka menghadapinya senantiasa menjadi kesaksian yang abadi—dan sekarang, bagi seluruh dunia.

Apa yang memungkinkan Saksi-Saksi tampil berkemenangan? Bukan karena kelihaian mereka. Dan, yang pasti, bukan karena jumlah mereka. Pada awal Perang Dunia II, jumlah Saksi di seluruh Jerman tidak melebihi 20.000 orang, sungguh kontras bila dibandingkan dengan rezim Nazi yang sangat besar. Jawabannya terdapat dalam kata-kata Gamaliel, seorang guru yang bijaksana, yang ia nyatakan lama berselang dan dicatat dalam Alkitab, ”Jika rancangan ini atau pekerjaan ini dari manusia, ini akan digulingkan; tetapi jika ini dari Allah, kamu tidak akan dapat menggulingkan mereka.” (Kis. 5:34-39) Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman terbukti loyal kepada Allah, bahkan di bawah ancaman kematian, dan Yehuwa memenuhi janji bahwa Ia ”tidak akan meninggalkan orang-orangnya yang loyal”.—Mzm. 37:28, NW.

Memanfaatkan Sebaik-baiknya Kesempatan Mereka Seusai Perang

Saksi-Saksi yang berhasil melewati tahun-tahun perang dapat melihat bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka baru saja mengalami peristiwa-peristiwa yang merupakan sebagian penggenapan nubuat yang pasti dari Yesus Kristus tentang tanda kehadirannya dan penutup sistem perkara. Mereka berada di tengah-tengah suatu peperangan dalam skala yang belum pernah ada sepanjang sejarah. Mereka mengalami bagaimana rasanya diserahkan kepada kesengsaraan, dikhianati, menjadi sasaran kebencian bangsa-bangsa, dan dibunuh. Mereka mengalami sendiri kekurangan pangan yang telah dinubuatkan. Orang-orang harus diberi tahu tentang makna peristiwa-peristiwa ini. Bahkan dalam kamp-kamp konsentrasi, Saksi-Saksi Yehuwa tidak pernah berhenti mengabar. Sebaliknya, mereka tahu bahwa Yesus telah menubuatkan, ”Kabar baik kerajaan ini akan diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk untuk suatu kesaksian kepada semua bangsa.” (Mat. 24:3-14) Masih banyak lagi yang harus dilakukan, dan mereka sangat antusias untuk ambil bagian dalam pekerjaan tersebut.

Segera setelah perang usai, Saksi-Saksi di Jerman mengorganisasi kembali pekerjaan pemberitaan Kerajaan. Erich Frost, yang dibebaskan setelah sembilan tahun ditahan, segera mempersiapkan saudara-saudara yang matang untuk mengunjungi, mengorganisasi kembali, dan menguatkan sidang-sidang. Beberapa Saksi sangat lemah kondisinya akibat kelaparan sampai-sampai mereka pingsan di perhimpunan, tetapi mereka bertekad hadir guna mengambil manfaat dari makanan rohani. Pada hari pertama ia dibebaskan, Gertrud Poetzinger berjalan sepanjang hari menuju Munich, dengan harapan dapat menemukan suaminya di sana. Tetapi, pada petang harinya sewaktu orang-orang yang baik hati menyediakan makanan dan tempat menginap baginya, ia masih terjaga hingga lewat tengah malam, memberikan kesaksian kepada orang-orang itu tentang maksud-tujuan Yehuwa. Konrad Franke, pada saat dibebaskan, langsung memulai dinas perintis, meskipun pada mulanya, pakaian yang ia miliki hanyalah seragam loreng dari penjara.

Pada tahun 1947, terdapat 15.856 Saksi di Jerman yang kembali ambil bagian dalam kesaksian umum, dengan berani memberitakan bahwa Kerajaan Allah adalah satu-satunya harapan untuk perdamaian dan keamanan yang abadi. Yehuwa memberkati pelayanan mereka yang bergairah, dan pada bulan Mei 1975, tiga puluh tahun setelah perang usai, terdapat 100.351 pemberita Kerajaan yang aktif di Jerman Barat.

Pada tahun-tahun itu, bukan hanya ladang berbahasa Jerman yang menerima kesaksian. Saksi-Saksi yang bergairah di Jerman mendapati bahwa pelayanan mereka menggugah hati orang-orang dari banyak bangsa. Bagaimana caranya?

Ladang Utusan Injil di Negeri Sendiri

Untuk memenuhi kebutuhan perekonomiannya yang kian makmur, Jerman mulai merekrut Gastarbeiter, atau ”pekerja tamu” dari negara-negara lain, pada pertengahan tahun 1950-an. Sejumlah besar pekerja datang ke negara itu dari Italia, Portugal, Spanyol, Turki, bekas Yugoslavia, dan Yunani. Pada tahun 1972, angkatan kerja asing telah membengkak hingga lebih dari 2,1 juta jiwa.

Setelah menerima arus pekerja tamu dari tahun 1950-an hingga tahun 1970-an, Jerman dilanda gelombang pengungsi dari Afrika dan Asia pada tahun 1980-an. Pada tahun 1990-an, pengungsi dari Eropa Timur dan kawasan Balkan pun menyusul. Akibat undang-undang pada waktu itu yang dengan murah hati menawarkan suaka politik, Jerman menduduki peringkat pertama dalam jumlah penduduk asingnya di seluruh Eropa.

Saksi-Saksi Yehuwa melihatnya sebagai daerah utusan injil yang bagus sekali, persis di negeri mereka sendiri. Karena ”Allah tidak berat sebelah” dan karena orang-orang yang mengungsi dari negeri asalnya pasti membutuhkan penghiburan yang hanya dapat diberikan oleh Firman Allah, Saksi-Saksi Yehuwa merasakan kewajiban yang serius untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang ini. (Kis. 10:34, 35; 2 Kor. 1:3, 4) Tetapi, untuk menjangkau sebanyak 7.500.000 orang asing di Jerman dengan bahasa mereka masing-masing bukanlah tugas kecil.

Agar dapat membagikan kebenaran Alkitab dengan lebih efektif kepada orang-orang dari luar negeri ini, banyak Saksi-Saksi di Jerman mempelajari bahasa baru. Ini benar-benar bukti yang bagus akan kasih mereka yang sungguh-sungguh terhadap sesama, selaras dengan apa yang diajarkan Yesus kepada para pengikutnya! (Mat. 22:39) Meskipun sebagian besar dari Saksi-Saksi ini tidak dapat menjadi utusan injil ke luar negeri, mereka sangat antusias memanfaatkan sepenuhnya kesempatan di dalam negeri mereka sendiri. Oleh karena itu, pada bulan Agustus 1998, lebih dari 23.600 penyiar memberitakan kabar baik di 371 sidang berbahasa asing dan 219 kelompok penyiar. Tentu saja, tujuan dibentuknya sidang-sidang berbahasa asing bukan untuk mengucilkan orang-orang yang kurang bisa berbahasa Jerman, melainkan sebaliknya, untuk memudahkan mereka mempelajari kebenaran dalam bahasa ibu mereka. Banyak penyiar mengakui bahwa bahasa kedua bisa saja mencapai pikiran, tetapi sering kali butuh bahasa ibu untuk mencapai hati.

Walaupun orang-orang asing diperlakukan dengan buruk dan dianggap mengesalkan oleh beberapa kelompok masyarakat di Jerman, di kalangan umat Yehuwa mereka disambut dengan kasih Kristen yang tulus. Bahasa Albania, Amhara, Arab, Cina, Hindi, Jepang, Magyar, Persia, Rumania, Tamil, Tigrinya, dan Vietnam termasuk di antara ke-24 bahasa non-Jerman yang sedang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam perhimpunan. Pada Kebaktian Distrik ”Pengajaran Ilahi” tahun 1993 di Jerman, sekitar 10 persen dari 194.751 hadirin mengikutinya dalam kebaktian berbahasa asing. Dan, hampir 14 persen dari jumlah yang dibaptis pada kebaktian-kebaktian ini adalah orang berbahasa asing.

Dari antara orang-orang yang menyambut berita Kerajaan dengan penuh penghargaan terdapat satu keluarga Hindu yang meninggalkan Sri Lanka pada tahun 1983 karena perang di sana dan yang berharap mendapatkan perawatan medis bagi putra mereka yang berusia enam tahun. Sungguh menyedihkan, anak itu meninggal. Tetapi, keluarga itu belakangan mengenal Yehuwa, yang akan membangkitkan orang mati dan mengaruniai mereka kesempatan untuk hidup selama-lamanya. (Kis. 24:15) Ada juga seorang wanita Nigeria yang semasa remajanya ikut dalam perang Biafra. Setelah ia pindah ke Jerman, kehidupannya berubah sewaktu mengetahui apa yang sedang Yehuwa ajarkan kepada umat-Nya mengenai hidup bersama dalam perdamaian.—Yes. 2:3, 4.

Dari antara orang-orang Italia yang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa sewaktu berada di Jerman, bukan hal yang aneh untuk mendengar peribahasa, ”Non tutti i mali vengono per nuocere” (”Tidak semua kemalangan mendatangkan kerugian”). Betapa tepatnya kata-kata itu! Banyak dari orang-orang Italia itu, serta orang-orang dari negara lain, melarikan diri ke Jerman untuk menghindari problem ekonomi, dan kemudian menemukan sesuatu yang jauh lebih bernilai daripada perkara-perkara materi—kebenaran tentang Allah dan maksud-tujuan-Nya.

Kegiatan Saksi-Saksi yang bergairah di antara orang-orang ini tidak luput dari pengamatan orang lain. Sidang Halberstadt menerima surat ini, ”Kami bekerja di kamp pusat bagi para pencari suaka dan, kami senantiasa mengurus orang-orang dari 40 bangsa lebih. . . . Orang-orang ini, yang berasal dari beraneka ragam kebudayaan, terpaksa meninggalkan anggota keluarga, negeri asal, bahasa, dan tradisi. Sering kali, mereka mengalami trauma, dan mereka menghadapi masa depan yang tidak pasti. . . . Itulah sebabnya banyak dari mereka berpaling pada agama untuk memperoleh dukungan dan harapan. Kami sangat bersyukur atas hadiah Anda yang murah hati [berupa Alkitab dalam berbagai bahasa] yang memungkinkan orang-orang ini mendapatkan penghiburan dan keyakinan dengan membaca Alkitab dalam bahasa mereka sendiri.”

Beberapa Kelompok Berbahasa Asing

BAHASA INGGRIS: Para pengungsi dari Nigeria, Ghana, Sri Lanka, India, dan tempat-tempat lain memperoleh manfaat dari pekerjaan sidang berbahasa Inggris. Steven Kwakye, dari Ghana, termasuk salah seorang yang memperoleh manfaat. Di Jerman, sewaktu seorang pemuda asal Bangladesh memberi tahu Steven bahwa ia berupaya menghindari Saksi-Saksi, Steven menyarankan agar pemuda itu meminta Saksi-Saksi untuk mengunjungi dia sebagai gantinya. Semasa muda, seorang Saksi di Ghana berbicara kepada Steven. Kini, setelah berada jauh dari tekanan sanak saudaranya, Steven ingin tahu lebih banyak. Sekarang, ia adalah seorang penatua Kristen, dan keluarganya ambil bagian bersama dia dalam melayani Yehuwa.

BAHASA TURKI: Istri dan putra-putra Rasim telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa selama sepuluh tahun lebih, meskipun Rasim sendiri tetap beragama Islam. Akan tetapi, ia kemudian sadar bahwa tafsiran Quran sangat berbeda dari satu mesjid ke mesjid lain sehingga beberapa orang Islam tidak mau pergi ke mesjid lain kecuali mesjidnya sendiri. Sewaktu berkunjung ke Turki, ia pergi ke sebuah mesjid dan juga ke perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa. Di mesjid, ia mendengarkan tafsiran Islam yang berbeda dari yang diajarkan di Jerman. Tidak ada persatuan. Tetapi, sekembalinya ke Jerman, ia berkata, ”Kasih yang sama dan acara yang sama terdapat di Balai Kerajaan di sini seperti di Balai Kerajaan di Turki. Ini pasti kebenaran.”

BAHASA HINDI: Pada tahun 1985, dua Saksi mengetuk pintu rumah Sharda Aggarwal, persis setelah ia berdoa agar menemukan allah yang kepadanya ia dapat mencurahkan isi hatinya. Suaminya menderita kanker paru-paru. Ia sedang putus asa, karena merasa bahwa dewa-dewi Hindu mengabaikan doa-doanya. Ia bertanya kepada Saksi-Saksi apakah Yesus itu Allah. Penjelasan mereka meyakinkan dia bahwa doanya telah terjawab. Yehuwa kedengarannya seperti jenis allah yang ia ingin ketahui. Meskipun pada mulanya ia ragu-ragu untuk meninggalkan dewa-dewi Hinduisme karena takut membuat mereka tidak senang, tak lama kemudian, ia membuang gambar-gambar mereka dan menerima Yehuwa sebagai Allah yang benar. Ia dibaptis pada tahun 1987. Sekarang, ia adalah perintis biasa dan ia bersyukur dapat melayani suatu Allah yang berkepribadian tempat ia dapat menumpahkan isi hatinya. Suami dan putranya adalah hamba pelayanan.—Mzm. 62:9.

BAHASA POLSKI: Pada tahun 1992, sebuah sidang berbahasa Polski dibentuk di Berlin, dan pada tahun yang sama, sebuah kebaktian istimewa diadakan dalam bahasa Polski. Meskipun kebaktian itu diadakan di sebuah daerah Jerman yang dihuni oleh banyak orang berlatar belakang Polandia, tidak ada yang menyangka bahwa Balai Kebaktian, Balai Kerajaan yang berdekatan, dan kafetarianya akan penuh sesak. Di luar dugaan, total sebanyak 2.523 orang hadir! Beberapa dari mereka adalah Saksi-Saksi asal Polandia yang bergabung dengan sidang berbahasa Jerman, tetapi mereka senang melihat pekerjaan pemberitaan Kerajaan dibuka di ladang berbahasa Polski, dan mereka sendiri bersyukur dapat mendengar kebenaran Alkitab disampaikan dalam bahasa ibu mereka.

Bahkan Bahasa Rusia, Serbia-Kroasia, dan Cina!

BAHASA RUSIA: Setelah berakhirnya Perang Dingin, banyak orang yang dibesarkan di Rusia dan yang berbahasa Rusia namun berdarah Jerman kembali ke negeri leluhur mereka. Ada juga anggota angkatan bersenjata Soviet yang berdinas militer di bekas wilayah Jerman Timur, bersama tanggungan mereka. Semua manusia memiliki kebutuhan rohani semenjak lahir, dan kebutuhan rohani orang-orang Rusia ini belum terpuaskan.

Pada tahun 1992, keluarga Schlegel yang beretnik Jerman pindah dari Semenanjung Krim di Ukraina ke negeri leluhur mereka. Di sana, mereka dikunjungi oleh salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa asal Uzbekistan yang telah menjadi seorang Saksi di Jerman. Setelah belajar Alkitab, seluruh keluarga itu dibaptis.

Sergej dan istrinya, Zhenya, adalah ateis. Tetapi, sewaktu diperlihatkan jawaban Alkitab untuk pertanyaan mereka, khususnya mengenai masa depan, mereka terkesima. Dengan rendah hati, mereka mengembangkan iman akan Yehuwa dan mengadakan penyesuaian dalam kehidupan mereka, sekalipun itu berarti bahwa Sergej harus berganti pekerjaan dan melepaskan haknya untuk mendapat uang pensiun yang tinggal beberapa waktu lagi.

Marina, seorang perawat di rumah sakit militer, telah mencari-cari makna kehidupan. Sewaktu menerima buku Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, ia langsung membacanya dan segera sadar bahwa ia telah menemukan apa yang sedang ia cari. Sekembalinya ke Rusia, ia mengunjungi orang-orang lain yang telah belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman, untuk menganjurkan mereka. Tak lama kemudian, ia mulai mengejar tujuan hidupnya sebagai perintis.

Pada bulan Agustus 1998, terdapat 31 sidang dan 63 kelompok kecil berbahasa Rusia, dengan jumlah penyiar sebanyak 2.119 orang—kenaikan 27 persen dari tahun sebelumnya.

BAHASA SERBIA-KROASIA: Johann Strecker, pengawas keliling di ladang berbahasa Serbia-Kroasia, menyatakan bahwa setidak-tidaknya 16 kebangsaan yang berbeda pernah tinggal di bekas Yugoslavia. Ia berkata, ”Sungguh menakjubkan untuk melihat bagaimana kebenaran kini mempersatukan mereka.” Sewaktu Munib, seorang Islam yang telah berdinas dalam angkatan bersenjata Yugoslavia selama delapan tahun, diundang ke sebuah perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman, ia mendapati orang Kroasia, Serbia, dan orang-orang berlatar belakang Islam berkumpul bersama dengan penuh damai. Baginya, ini sesuatu yang sulit dibayangkan! Selama satu bulan, ia hanya menjadi pengamat. Sewaktu ia merasa yakin bahwa perdamaian dan persatuan di antara Saksi-Saksi itu nyata, ia setuju untuk mulai mempelajari Alkitab. Pada tahun 1994, ia dibaptis.

Rosanda, seorang penganut Katolik Roma asal Kroasia yang telah beberapa tahun tinggal di sebuah biara, datang untuk mengunjungi sanak saudara yang telah menjadi Saksi di Jerman. Setelah menghadiri Sekolah Pelayanan Teokratis dan Perhimpunan Dinas bersama mereka, ia mengakui, ”Kalian memiliki kebenaran. Saya selalu bertanya-tanya bagaimana orang Kristen yang mula-mula mengabarkan injil. Sewaktu saya melihat dua saudari di panggung, yang satu mengabar kepada yang lain, terlintas dalam pikiran saya, ’Pasti demikianlah caranya orang Kristen yang mula-mula melakukannya.’” Sekarang, ia adalah seorang perintis, mengikuti teladan orang Kristen masa awal.

Beberapa dari Saksi-Saksi asal Jerman, yang mempelajari bahasa dari negara-negara bekas Yugolsavia guna memberikan kesaksian kepada orang-orang dari sana, belakangan benar-benar pindah ke negara-negara ini untuk melayani apabila memungkinkan.

BAHASA CINA: Pekerjaan di ladang berbahasa Cina di Jerman telah dibuka belum lama ini. ”Mayoritas orang dari Cina belum pernah mendengar tentang kita, apalagi membaca Alkitab,” jelas Egidius Rühle, mantan utusan injil di Taiwan. Ia menambahkan, ”Karena sebagian besar orang Cina sangat antusias untuk belajar, mereka menyerap pengetahuan seperti karet busa kering menyerap air.”

Sewaktu para siswa kelas ke-12 Sekolah Pelatihan Pelayanan diperkenalkan pada keluarga Betel Selters pada bulan Oktober 1996, alangkah senangnya untuk bertemu dengan siswa Cina yang pertama mengikuti sekolah tersebut di Jerman. Ia telah mempelajari kebenaran di Jerman. Selanjutnya, ia memberikan kesaksian kepada seorang profesor geologi asal Cina dan memberinya buku Kehidupan—Bagaimana Asal Mulanya? Melalui Evolusi atau melalui Penciptaan? Sang profesor membaca seluruh buku itu dalam seminggu. Sekarang, sebaliknya daripada mengajarkan evolusi, profesor ini memimpin pengajaran Alkitab di rumah—kepada sebanyak 16 orang pada akhir tahun 1996.

Sangat Antusias untuk Membagikan Apa yang Mereka Pelajari

Selama bertahun-tahun, ratusan penduduk asing telah mempelajari kebenaran di Jerman dan kemudian kembali ke negeri asal mereka untuk meneruskan pemberitaan kabar baik. Banyak yang kini melayani sebagai penatua atau hamba pelayanan atau dalam kedudukan lain sebagai pengemban tanggung jawab. Petros Karakaris adalah anggota keluarga Betel di Yunani; Mamadou Keita melayani sebagai utusan injil di Mali; dan Paulin Kangala—dikenal oleh banyak orang sebagai Pepe—adalah utusan injil di Republik Afrika Tengah, bersama istrinya, Anke.

Sejak awal tahun 1990-an, lebih dari 1.500 penyiar berbahasa Yunani telah kembali ke Yunani, beberapa dari mereka sebagai penatua yang cakap. Ada pula yang pindah ke Swedia, Belgia, Inggris, dan Kanada untuk memajukan pekerjaan pengabaran di antara penduduk berbahasa Yunani di sana. Dan, barangkali, kecuali Yunani sendiri, tidak ada negara lain di dunia yang memiliki penyiar berbahasa Yunani sebanyak di Jerman.

Apa yang Sedang Terjadi di Jerman Timur?

Pada akhir Perang Dunia II, Jerman diduduki oleh bala tentara Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet. Karena kalah perang, Jerman dibagi menjadi empat zona pendudukan; keempat negara yang menang itu masing-masing menerima yurisdiksi atas satu zona. (Berlin, ibu kotanya, juga dibagi menjadi empat sektor pendudukan.) Karena zona pendudukan Soviet merupakan bagian timur dari negara itu, zona itu segera dikenal sebagai Zona Timur. Pada tahun 1949, kedaulatan diserahkan kembali ke bagian milik Jerman ini, yang kemudian dikenal sebagai Republik Demokratik Jerman. Tetapi, kenyataannya, istilah ”Zona Timur” kemudian hanya berganti menjadi Jerman Timur. Sewaktu ketiga zona pendudukan lainnya menjadi Republik Federasi Jerman pada tahun 1955, maka, selaras dengan sebutan yang populer, aliansi ini kemudian dikenal sebagai Jerman Barat.

Setelah runtuhnya negara Nazi, Saksi-Saksi Yehuwa yang tinggal di Zona Timur segera memanfaatkan kesempatan untuk mengadakan perhimpunan secara umum dan dengan bergairah ambil bagian dalam dinas pengabaran. Pada pertengahan tahun 1949, ada lebih dari 17.000 penyiar yang melaporkan kegiatan dinas pengabaran mereka di Jerman Timur. Tetapi, kelegaan yang mereka rasakan setelah jatuhnya rezim Nazi tidak bertahan lama. Perhimpunan sidang sekali lagi digerebek polisi. Lektur disita. Jalan-jalan diblokade untuk mencegah Saksi-Saksi menghadiri kebaktian. Saudara-saudara ditangkap. Pada tanggal 31 Agustus 1950, pelarangan resmi diberlakukan. Saksi-Saksi di Jerman Timur kembali terpaksa bekerja bawah tanah, kali ini oleh rezim Komunis, dan baru muncul kembali hampir 40 tahun kemudian.

Penganiayaan di Jerman Timur sangat hebat pada awal pelarangan. Pada tahun 1990, surat kabar Jerman, Berliner Morgenpost, melaporkan, ”Antara tahun 1950 dan 1961 [sewaktu Tembok dibangun], para pejabat Jerman Timur menangkap 2.891 Saksi-Saksi Yehuwa; 2.202 dari mereka, termasuk 674 wanita, dihadapkan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman penjara yang secara keseluruhan mencapai 12.013 tahun. Selama pemenjaraan, 37 pria dan 13 wanita meninggal karena perlakuan yang buruk, gangguan kesehatan, kekurangan gizi, atau usia lanjut. Pengadilan menjatuhi hukuman penjara seumur hidup atas 12 pria tetapi belakangan menguranginya menjadi 15 tahun.”

Tentu saja, itu barulah permulaan. Pelarangan tersebut berlangsung selama empat dasawarsa. Ada masanya tekanan atas Saksi-Saksi agak mereda. Kemudian, rumah-rumah mereka kembali digerebek dan lebih banyak lagi yang ditangkap. Meskipun angka pastinya tidak dapat diperoleh, catatan sejarah dari Lembaga sendiri memperlihatkan bahwa selama tahun-tahun pelarangan, sebanyak 4.940 Saksi di Jerman Timur dipenjarakan di 231 tempat.

Berhimpun secara Bijaksana

Bahkan di bawah kondisi yang sedemikian sulit pun, Saksi-Saksi Yehuwa selalu menemukan cara memperoleh lektur Alkitab untuk bahan pelajaran. Ratusan saudara-saudari dengan berani mempertaruhkan kebebasan mereka dan adakalanya bahkan nyawa mereka untuk mengurus kebutuhan rohani. Saudari-saudari sering kali memainkan peranan kunci. Sebelum Tembok Berlin berdiri pada tahun 1961, mereka mengadakan perjalanan ke sektor Barat Berlin, mengambil lektur dari kantor Lembaga di sana, dan membawanya kembali. Sewaktu mata-mata Jerman Timur mulai mengamati kantor tersebut untuk melihat siapa yang mengambil lektur, beberapa dari kurir tersebut ditangkap. Jadi, taktik lain pun digunakan. Saudari-saudari yang menjadi kurir akan mengambil lektur di rumah Saksi-Saksi lain di Berlin dan kemudian pulang ke rumah mereka. Meskipun beberapa dari mereka ditangkap, diseret ke pengadilan, dan dijatuhi hukuman penjara, arus makanan rohani tidak pernah kering sama sekali.

Apakah mungkin bagi mereka untuk mengadakan perhimpunan Kristen di bawah keadaan demikian? Dapat dimaklumi, beberapa merasa agak cemas pada mulanya. Tetapi, mereka sadar bahwa berhimpun bersama rekan-rekan Kristen benar-benar penting jika mereka ingin tetap kuat secara rohani. (Ibr. 10:23-25) Mereka menyelenggarakannya secara bijaksana, dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk alasan keamanan, mereka hanya menggunakan nama kecil untuk menyapa satu sama lain. Perhimpunan biasanya diadakan setelah hari gelap, di tempat yang berbeda dan pada hari yang berbeda. Pada musim panas, perhimpunan hanya dapat dimulai setelah pukul 22.00. Meskipun demikian, saudara-saudara melakukannya tanpa mengeluh.

Walaupun Balai-Balai Kerajaan tidak dapat digunakan, seorang petani yang ramah di Saxony menawarkan lumbungnya untuk digunakan. Lumbung itu memiliki pintu belakang yang terbuka menuju sebuah jalur yang tersembunyi oleh semak-semak. Selama musim dingin, lumbung itu menampung kelompok yang terdiri dari 20 orang, yang berhimpun di bawah cahaya lilin. Tak lama kemudian, sang petani pun menjadi seorang Saksi.

Yang teristimewa adalah sewaktu mereka menyelenggarakan perayaan Perjamuan Malam Tuan. Manfred Tamme mengenang peristiwa sewaktu ia menyediakan lambang-lambang untuk Peringatan kepada saudara-saudara yang dipenjarakan, ”Saya mengisi anggur di dalam botol tonik rambut dan meminta agar itu disampaikan kepada seorang saudara yang dipenjarakan. Petugas membuka botol tersebut, mengendus isinya, dan berkata, ’Ini untuk mencegah kerontokan rambut?’ ’Yah, katanya sih begitu,’ jawab saya. Ia menutup botol itu kembali dan menyerahkannya ke saudara yang dimaksud!”

Belajar Memberikan Kesaksian di Bawah Pelarangan

Pekerjaan memberitakan kabar baik Kerajaan Allah tidak berhenti di Jerman Timur. Alkitab tidak dilarang, jadi saudara-saudara sering memulai percakapan hanya dengan mengacu pada Alkitab. Karena tidak banyak, atau bahkan tidak ada lektur yang dapat ditawarkan, mereka mengembangkan pembahasan Alkitab berdasarkan serangkaian ayat yang dipersiapkan untuk berbagai topik. Tentu saja, mengabar adalah kegiatan yang berbahaya. Setiap hari dalam dinas dapat berarti hari terakhir kebebasan. Saksi-Saksi menjadikan doa sebagai ”rekan permanen” mereka, menurut istilah seorang Saksi, sambil menambahkan, ”Doa menenteramkan kami dan memberikan ketenangan. Kami tidak pernah merasa sendirian. Akan tetapi, kami harus selalu siaga.”

Sekalipun mereka berupaya untuk berhati-hati, ada saatnya mereka harus berhadapan muka dengan polisi. Sekali peristiwa sewaktu Hermann dan Margit Laube sedang mengunjungi rumah-rumah yang direkomendasikan oleh kenalan-kenalan, mereka melihat seragam polisi di rak pakaian di belakang pria yang membuka pintu. Wajah Margit menjadi pucat; jantung Hermann pun berdebar-debar. Mereka berdoa di dalam hati. Mereka pasti akan dipenjarakan! ”Kalian siapa?” tanya pria itu dengan singkat. Margit yang menjawab, ”Rasanya saya pernah bertemu Anda, tapi di mana ya? Oh ya, Anda seorang polisi. Pasti saya pernah melihat Anda sewaktu bertugas.” Dengan nada yang agak ramah, ia menjawab, ”Apakah kalian Saksi?” ”Ya,” jawab Hermann, ”betul, dan Anda tentu mengakui bahwa kami membutuhkan keberanian untuk mengetuk pintu Anda. Kami berminat kepada Anda secara pribadi.” Mereka diundang masuk ke dalam rumah itu. Setelah beberapa kali berkunjung, sebuah pengajaran Alkitab dimulai. Belakangan, ia menjadi seorang saudara Kristen.

Beberapa kesaksian bahkan diberikan di dalam penjara. Wolfgang Meise berada di penjara di Waldheim. Pada suatu hari, ia menerima sepucuk surat dari istrinya yang mengatakan bahwa ia telah berada ”di Berlin dan menikmati sup Knorr”. (Knorr adalah merek dagang sebuah sup yang populer di Jerman.) Wolfgang menggunakan kesempatan itu untuk menjelaskan kepada seorang rekan tahanan bahwa ini berarti ada kebaktian di Berlin dan N. H. Knorr, presiden Lembaga Menara Pengawal, telah menyampaikan khotbah di sana. Pria itu tidak pernah melupakan sinar mata Wolfgang yang mencerminkan sukacita yang dirasakannya, seraya ia menjelaskan surat dari istrinya. Sekitar 14 tahun kemudian, setelah pindah ke Jerman Barat, pria tersebut mulai mempelajari Alkitab, dan dua tahun kemudian ia dibaptis di Würzburg.

Hildegard Seliger, yang telah bertahun-tahun mendekam di kamp konsentrasi Nazi, dijatuhi hukuman penjara sepuluh tahun lagi oleh pengadilan Komunis di Leipzig. Belakangan, seorang sipir wanita di Halle memberi tahu Hildegard bahwa ia dianggap sangat berbahaya karena ia ’berbicara tentang Alkitab sepanjang hari’.

Tidak Soal Adanya Pelarangan, Terus Ada Pertambahan

Gairah yang diperlihatkan oleh saudara-saudara membawa hasil yang baik. Horst Schramm melaporkan bahwa pada awal tahun 1950-an, terdapat 25 penyiar di Sidang Königs Wusterhausen, tetapi sewaktu Tembok Berlin runtuh, terdapat 161 penyiar. Namun, 43 penyiar telah pindah ke Barat, dan beberapa telah meninggal. Kenyataannya, di beberapa sidang, lebih dari 70 persen dari Saksi-Saksi yang sekarang aktif justru mempelajari kebenaran semasa pelarangan.

Misalnya, perhatikan keluarga Chemnitz. Bernd dan Waltraud mempelajari kebenaran dan dibaptis ketika masih sangat muda, pada masa awal pelarangan. Setelah mereka menikah dan mulai mengurus keluarga, mereka tidak membiarkan pelarangan mencegah mereka mengasuh anak-anak mereka untuk menjadi hamba-hamba Yehuwa. Pada tahun 1980-an, sewaktu pekerjaan masih dilarang, Andrea, Gabriela, Ruben, dan Esther, mengikuti teladan orang-tua mereka, membaktikan diri kepada Yehuwa dan dibaptis. Hanya yang bungsu, Mathias, yang dibaptis setelah pelarangan dicabut. Yehuwa dengan limpah memberkati tekad pasangan ini meskipun harus menghadapi tentangan. Betapa besar pahala yang mereka rasakan bahwa sekarang kelima anak mereka semuanya adalah anggota keluarga Betel Selters!

Seorang penatua yang membantu mengumpulkan dan menyusun laporan dinas pengabaran setiap bulan untuk Lembaga mengatakan, ”Selama 40 tahun pelarangan, tidak satu bulan pun berlalu tanpa ada laporan pembaptisan.” Ia kemudian memerinci, ”Pembaptisan biasanya berskala kecil dan dilakukan di rumah-rumah pribadi. Seusai sebuah khotbah, para calon untuk pembaptisan dibenamkan dalam bak mandi. Sering kali masalahnya adalah membenamkan mereka seluruhnya. Terlepas dari kesulitan sepele demikian, setiap orang masih mengenang dengan sukacita hari ia dibaptis.”

Sewaktu laporan dinas pengabaran di Jerman Timur dapat diterbitkan lagi, sungguh suatu sukacita untuk tahu bahwa pada tahun 1980-an, terdapat sebanyak 20.704 penyiar aktif di daerah itu! Tentu saja, sekarang tidak lagi diperlukan laporan terpisah. Pada tahun 1990, jumlah penyiar untuk Jerman yang telah dipersatukan kembali, membengkak hingga 154.108.

Reorganisasi untuk Menguatkan Persaudaraan

Semasa pemerintah Komunis berupaya memutuskan hubungan Saksi-Saksi di bagian dunia tersebut dari saudara-saudara Kristen mereka di negeri lain, terjadi perubahan penting di seluas dunia dalam pengorganisasian Saksi-Saksi Yehuwa sendiri. Perubahan-perubahan ini, yang dibuat agar sidang-sidang dapat lebih selaras dengan gambaran Alkitab mengenai sidang Kristen abad pertama, berfungsi untuk menguatkan persaudaraan internasional dan mempersiapkan organisasi untuk pertumbuhan pesat pada tahun-tahun mendatang.—Bandingkan Kisah 20:17, 28.

Jadi, mulai bulan Oktober 1972, sidang tidak lagi diawasi oleh satu pribadi, yang disebut hamba sidang, yang mengurus pekerjaan yang perlu dengan dibantu para asisten. Sebaliknya, suatu badan penatua dilantik untuk mengawasi setiap sidang. Pada tahun 1975, hasil-hasil bagus dari perubahan ini telah terlihat jelas.

Akan tetapi, seorang pengawas keliling kawakan, Erwin Herzig, mengingat bahwa perubahan tersebut tidak disambut semua orang. Hal itu ternyata menyingkapkan ”keadaan hati dari beberapa hamba sidang”, katanya. Meskipun mayoritas memiliki hati yang loyal, perubahan itu menyaring beberapa yang ambisius dan yang lebih berhasrat untuk ”menjadi nomor satu” sebaliknya daripada melayani saudara-saudara mereka.

Lebih banyak perubahan yang akan dilakukan. Pada tahun 1970-an, Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa diperbesar dan kemudian direorganisasi, pekerjaannya dibagi di antara enam panitia yang mulai berfungsi pada tanggal 1 Januari 1976. Sebulan kemudian, mulai tanggal 1 Februari 1976, pengawasan kantor cabang di seluas dunia mengalami penyesuaian. Kantor cabang tidak lagi beroperasi di bawah yurisdiksi seorang hamba cabang. Sebaliknya, setiap kantor cabang diawasi oleh suatu Panitia Cabang yang dilantik oleh Badan Pimpinan.

Saudara Frost, Franke, dan Kelsey masing-masing pernah melayani sebagai hamba cabang di Jerman selama periode yang berbeda-beda. Saudara Frost merasa harus meninggalkan Betel untuk alasan kesehatan. (Ia meninggal pada tahun 1987 pada usia 86 tahun. Kisah hidupnya dimuat dalam The Watchtower terbitan 15 April 1961.) Sewaktu suatu Panitia Cabang beranggotakan lima orang dibentuk di Jerman pada tahun 1976, ini termasuk Konrad Franke (yang berulang-kali dipenjarakan pada era Nazi) dan Richard Kelsey (lulusan Gilead yang hingga saat itu telah melayani di Jerman selama 25 tahun). Termasuk juga Willi Pohl (yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi dan telah mengikuti kelas ke-15 Gilead), Günter Künz (lulusan kelas ke-37 Gilead), dan Werner Rudtke (mantan pengawas keliling).

Anggota-anggota semula ini, kecuali Saudara Franke yang meninggal pada tahun 1983, kini masih melayani dalam Panitia Cabang. (Kisah hidup Konrad Franke dimuat dalam The Watchtower terbitan 15 Maret 1963.) Dua saudara lain yang melayani untuk suatu waktu sebelum mereka meninggal: Egon Peter, dari tahun 1978 hingga tahun 1989, dan Wolfgang Krolop, dari tahun 1989 hingga tahun 1992.

Sekarang ini, Panitia Cabang tersebut beranggotakan delapan orang. Selain yang telah disebutkan, terdapat Edmund Anstadt (sejak tahun 1978), Peter Mitrega (sejak tahun 1989), juga Eberhard Fabian dan Ramon Templeton (sejak tahun 1992).

Sewaktu penyesuaian untuk penyelenggaraan pengawasan kantor cabang diresmikan pada tahun 1976, hanya ada 187 anggota keluarga Betel di Wiesbaden, Jerman Barat. Sejak waktu itu, anggota Betel telah bertambah hingga 1.134 orang, termasuk orang-orang dari 30 bangsa. Hingga suatu taraf, ini mencerminkan aspek internasional dari pekerjaan yang merupakan hak istimewa bagi kantor cabang tersebut.

Fasilitas Percetakan untuk Memenuhi Kebutuhan yang Meluas

Pada pertengahan tahun 1970-an, fasilitas kantor cabang di Jerman berada di bagian dari Wiesbaden yang dikenal sebagai Kohlheck, dulunya adalah daerah pinggiran yang tenang di pinggir hutan, tetapi kini merupakan bagian kota yang berkembang dengan pesat. Lembaga telah menambah propertinya di daerah ini sebanyak 13 kali. Tetapi, jumlah pemberita Kerajaan di Jerman Barat telah bertumbuh hingga sekitar 100.000. Sebuah kantor yang besar dibutuhkan untuk mengawasi ladang tersebut. Percetakan yang lebih luas diperlukan agar dapat menyediakan lektur Alkitab. Semakin sulit memperoleh properti tambahan untuk ekspansi. Bagaimana jalan keluar untuk problem tersebut? Panitia Cabang berdoa memohon pengarahan Yehuwa.

Pada akhir tahun 1977, para anggota Panitia Cabang yang baru dilantik mulai mempertimbangkan kemungkinan membangun sebuah rumah Betel di lokasi lain. Tetapi, apakah hal ini benar-benar perlu? Pada umumnya, ada perasaan bahwa akhir sistem tua pastilah sudah sangat dekat. Akan tetapi, faktor lain juga harus dipertimbangkan. Metode pencetakan sedang berubah, dan Lembaga terdesak untuk menerapkan metode ini jika masih ingin melanjutkan pencetakan dalam skala besar selama waktu yang masih sisa dari sistem tua ini. Menarik, pengalaman yang diperoleh dalam menghadapi situasi di Jerman Timur selama pelarangan atas Saksi-Saksi Yehuwa lebih memudahkan saudara-saudara di Wiesbaden untuk mengadakan penyesuaian, sewaktu ini kemudian dibutuhkan. Bagaimana demikian?

Keputusan untuk Melakukan Pencetakan Ofset

Setelah Tembok Berlin didirikan pada tahun 1961, penyediaan lektur bagi Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman Timur semakin sulit. Untuk mempermudah pekerjaan ini, edisi khusus Menara Pengawal dalam format mini dipersiapkan bagi mereka. Edisi ini hanya memuat artikel-artikel pelajaran. Untuk menghasilkannya, penyusunan huruf artikel harus dikerjakan sekali lagi. Mencetak di atas kertas yang ekstra tipis benar-benar sulit, dan melipat lembaran-lembaran tercetak pun merupakan tantangan. Sewaktu saudara-saudara memperoleh sebuah mesin pelipat otomatis yang sanggup melakukan pekerjaan tersebut, ternyata mesin itu dirakit di Leipzig, Jerman Timur—sungguh ironis mengingat di sanalah Saksi-Saksi Yehuwa dilarang dan untuk negara itulah edisi Menara Pengawal yang tidak terlalu mencolok ini dirancang.

Untuk menyederhanakan pekerjaan, seorang saudara yang pernah mempelajari pencetakan ofset sebelum datang ke Betel menyarankan untuk mereproduksi majalah dengan cara itu. Artikel pelajaran dapat dipotret, diperkecil ukurannya, dan kemudian dibuatkan pelat ofsetnya. Sebuah mesin cetak ofset sheetfed yang kecil diberikan kepada kantor cabang sebagai hadiah. Belakangan, kami bukan hanya dapat mencetak artikel pelajaran, melainkan juga seluruh majalah, mula-mula dalam hitam putih dan akhirnya dalam tata warna penuh. Dengan cara yang sama, buku-buku berukuran kecil pun dihasilkan.

Sewaktu Nathan Knorr, presiden Lembaga Menara Pengawal pada waktu itu, mengunjungi Wiesbaden pada tahun 1975, ia mengamati kegiatan tersebut dengan penuh minat. ”Cukup bagus,” katanya setelah memeriksa bahan tercetak. Sewaktu dijelaskan bahwa ini adalah edisi khusus untuk Jerman Timur dan bahwa kami merasa senang menggunakan metode pencetakan yang baru ini, Saudara Knorr menjawab, ”Saudara-saudara yang menjalani kesukaran yang sedemikian berat layak mendapatkan pelayanan yang terbaik dari kita.” Ia langsung memberikan izin untuk membeli mesin tambahan guna melakukan pekerjaan tersebut.

Jadi, sewaktu Grant Suiter, seorang anggota Badan Pimpinan, mengunjungi Jerman pada tahun 1977 dan menyebutkan bahwa Lembaga telah lama mempertimbangkan dengan serius untuk beralih ke pencetakan ofset dan kini memutuskan untuk melakukannya dalam skala besar, saudara-saudara di Wiesbaden telah berpengalaman untuk itu. Secara tidak langsung, pelarangan di Jerman Timur telah mempersiapkan mereka untuk menyambut penyesuaian ini.

Akan tetapi, rencana pengubahan metode pencetakan itu melibatkan lebih banyak hal lain. Saudara Suiter menjelaskan bahwa akan dibutuhkan mesin-mesin cetak yang lebih besar dan lebih berat. Tetapi, di mana mesin-mesin ini akan diletakkan? Merealisasikan pencetakan dengan mesin cetak web ofset dalam tata warna penuh ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa kemungkinan untuk perluasan lebih lanjut di Kohlheck pun diselidiki, tetapi semuanya ternyata bermasalah. Apa yang harus dilakukan?

Kompleks Kantor Cabang yang Baru

Pencarian properti di lokasi lain pun dimulai. Pada tanggal 30 Juli 1978, sekitar 50.000 Saksi yang berkumpul pada sebuah kebaktian di Düsseldorf dan sebanyak hampir 60.000 orang yang berkumpul di Munich mendapat kejutan sewaktu diberi tahu mengenai rencana membeli properti yang dapat digunakan untuk membangun sebuah kompleks kantor cabang yang benar-benar baru.

Selama hampir setahun, 123 lokasi diselidiki. Akhirnya, pilihan jatuh pada properti yang terletak di sebuah bukit yang menjulang di atas desa Selters. Atas persetujuan Badan Pimpinan, pembelian dilakukan pada tanggal 9 Maret 1979. Negosiasi lebih lanjut dengan 18 pemilik properti memungkinkan diperolehnya 65 bidang tanah yang berdekatan, sehingga tersedia 30 hektar lahan untuk pembangunan. Terletak sekitar 40 kilometer di sebelah utara Wiesbaden, Selters memiliki lalu lintas yang mudah bagi truk. Bandara Internasional Rhein-Main di Frankfurt terletak kurang dari 65 kilometer jauhnya.

Proyek konstruksi terbesar dalam sejarah Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman akan segera dimulai. Apakah kami benar-benar sanggup melakukannya? Rolf Neufert, seorang anggota Panitia Pembangunan, mengenang, ”Tidak seorang pun, kecuali saudara yang menjadi arsitek kami, yang pernah bekerja pada proyek sebesar ini. Tak terbayangkan betapa sulitnya tugas tersebut. Biasanya, proyek sedemikian besar dan rumit hanya dapat ditangani oleh perusahaan yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun dan didukung oleh semua pakar yang dibutuhkan.” Akan tetapi, saudara-saudara bernalar bahwa jika Yehuwa memang ingin mereka membangun fasilitas ini, Ia pasti akan memberkati hasilnya.

Empat puluh izin bangunan yang berbeda harus diperoleh, tetapi para pejabat setempat bekerja sama dengan baik dan ini sangat dihargai. Memang, ada beberapa tentangan pada tahap-tahap awal, tetapi ini terutama datang dari pemimpin agama, yang menyelenggarakan pertemuan-pertemuan guna menyulut tentangan, tetapi hasilnya nihil.

Saksi-Saksi di seluruh negeri merelakan diri untuk membantu pekerjaan tersebut. Semangat yang mereka perlihatkan sungguh luar biasa. Rata-rata, ada 400 pekerja tetap di lokasi konstruksi setiap harinya, bersama kira-kira 200 pekerja ”liburan” yang sewaktu-waktu membantu. Selama empat tahun pembangunan, tak kurang dari 15.000 Saksi menyumbangkan tenaga mereka.

Seorang saudara mengenang, ”Apa pun cuacanya, bagaimanapun sulitnya, panas atau sejuk atau bahkan dingin membeku sekalipun, pekerjaan berjalan terus. Adakalanya sewaktu yang lainnya telah selesai bekerja, kami baru saja mulai.”

Bantuan juga datang dari negeri lain. Mengadakan perjalanan sejauh ribuan kilometer untuk membantu pun tidak terlalu jauh bagi Jack dan Nora Smith, bersama putri mereka, Becky, yang berusia 15 tahun, dari Oregon, di Amerika Serikat. Mereka menghadiri kebaktian internasional di Munich sewaktu diumumkan bahwa Lembaga merencanakan untuk membangun fasilitas kantor cabang yang baru di Jerman. ”Sungguh suatu hak istimewa untuk bekerja pada konstruksi Betel baru!” kata mereka. Mereka memberitahukan bahwa mereka siap membantu. Jack mengenang, ”Sewaktu melakukan pekerjaan prakebaktian pada tahun 1979, kami menerima formulir permohonan dan surat undangan untuk datang sesegera mungkin. Kami begitu gembira sehingga sulit berkonsentrasi pada pekerjaan kami atau pun pada kebaktian.”

Untuk menampung para pekerja konstruksi, bangunan-bangunan yang telah ada di properti itu harus dimodifikasi. Pada musim dingin tahun 1979/80, rumah pertama telah rampung. Pada bulan September 1980, fondasi diletakkan untuk rumah Betel yang baru. Pekerjaan juga dimulai untuk bangunan percetakan, dan semuanya berlangsung pada waktunya. Mesin cetak web ofset sepanjang 27 meter yang dipesan pada bulan Januari 1978 akan dikirimkan pada awal tahun 1982. Pada waktu itu, percetakan, setidaknya sebagian, sudah harus rampung.

Kami dapat melakukan sendiri sebagian besar pekerjaan itu. Seorang saudara masih mengingat dengan perasaan takjub, ”Tidak seorang pun dari kami yang memiliki pengalaman kerja pada proyek yang sedemikian besarnya dengan kru kerja yang senantiasa berubah. Kami sering berpikir bahwa di bidang-bidang tertentu kami sudah menemui jalan buntu, karena untuk pekerjaan tertentu tidak tersedia spesialis yang dibutuhkan. Tetapi, sering kali pada saat-saat terakhir, tiba sepucuk surat lamaran dari saudara yang memenuhi syarat. Kapan saja saudara-saudara dibutuhkan, mereka pun muncul.” Kami bersyukur kepada Yehuwa atas pengarahan dan berkat-Nya.

Perpindahan ke Selters

Banyak pekerjaan yang tersangkut dalam memindahkan perabotan dan barang milik pribadi dari sekitar 200 anggota keluarga Betel, belum lagi mesin dan peralatan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka. Pekerjaan ini terlalu besar untuk dilakukan sekaligus. Seraya pekerjaan konstruksi berlangsung, keluarga Betel pindah ke Selters secara bertahap, departemen demi departemen.

Dari antara yang lebih dahulu pindah adalah para personel percetakan, karena bagian inilah dari kompleks tersebut yang pertama-tama rampung. Sedikit demi sedikit, mesin-mesin di Wiesbaden dipreteli dan dipindahkan ke Selters. Sementara itu, pada tanggal 19 Februari 1982, pencetakan dalam tata warna penuh dengan mesin cetak ofset rotari yang baru di Selters dimulai. Ini benar-benar peristiwa yang pantas dirayakan! Pada bulan Mei, percetakan Wiesbaden telah sepi. Setelah 34 tahun, kegiatan pencetakan kami di Wiesbaden pun berakhir.

Tugas besar pertama untuk mesin cetak ofset yang baru ini adalah pencetakan buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi. Publikasi baru ini direncanakan akan diperkenalkan pada kebaktian distrik tahun 1982, dan Jerman diminta menghasilkannya dalam tujuh bahasa. Masalahnya adalah bahwa mesin penjilid bukunya masih berada di Wiesbaden. Bahkan, mesin itu baru dipindahkan ke Selters setahun kemudian. Jadi, setelah bundel-bundel kertas (signature) keluar dari mesin cetak di Selters, ini segera diangkut dengan truk Lembaga ke Wiesbaden untuk dijilid. Meskipun ini menuntut kerja ekstra, saudara-saudara berhasil menyelesaikan 485.365 eksemplar dari 1.348.582 dalam cetakan pertama, memungkinkan kumpulan besar orang pada kebaktian di beberapa negara bersukacita atas terbitan baru tersebut.

Dapat dimaklumi apabila perpindahan tersebut membawa perasaan campur aduk. Bagi beberapa anggota keluarga Betel, Wiesbaden telah menjadi rumah mereka selama hampir 35 tahun. Tetapi, tak lama kemudian kompleks Betel di Wiesbaden dibagi dan dijual kepada beberapa pihak. Hanya satu bagian kecil dari bekas ruang penjilidan buku yang dipertahankan dan dimodifikasi menjadi sebuah Balai Kerajaan. Sebagai cermin persatuan internasional yang khas di antara umat Yehuwa, balai ini sekarang menampung empat sidang—dua dalam bahasa Jerman, satu dalam bahasa Inggris, dan satu dalam bahasa Rusia.

Hari Penahbisan

Setelah sentuhan akhir diberikan pada kompleks Betel Selters, acara penahbisan pun diselenggarakan pada tanggal 21 April 1984. Semua yang ambil bagian dalam proyek itu merasakan betapa tangan Yehuwa menyertai mereka. Mereka mencari pengarahan dari-Nya dan bersyukur kepada-Nya seraya kendala-kendala yang tampaknya tak tertanggulangi dapat disingkirkan. Kini mereka menyaksikan bukti nyata dari berkat-Nya berupa fasilitas yang telah rampung ini, yang telah dan sedang digunakan untuk memajukan ibadat sejati. (Mzm. 127:1) Sesungguhnya, inilah waktu yang istimewa untuk bersukacita.

Pada awal minggu itu, kompleks tersebut dibuka untuk umum. Berbagai pejabat yang berurusan dengan Lembaga diundang untuk mengadakan tur ke kompleks itu. Para tetangga juga disambut. Seorang pengunjung memberi tahu bahwa kedatangannya adalah berkat pastornya. Ia menjelaskan bahwa beberapa tahun belakangan ini, sang pastor sangat sering menggerutu tentang Saksi-Saksi sehingga seluruh jemaat bosan mendengarnya. Pada hari Minggu sebelumnya, ia sekali lagi mencerca Saksi-Saksi, memperingatkan kawanannya untuk tidak menerima undangan Saksi-Saksi ke acara pembukaan. ”Saya tahu mengenai undangan Anda,” jelas pengunjung tersebut, ”tetapi saya lupa tanggalnya. Kalau pastor tidak menyebutnya pada hari Minggu yang lalu, saya pasti telah melewatkannya.”

Seusai tur-tur pendahuluan, hari untuk acara penahbisan akhirnya tiba. Sewaktu acara tersebut dimulai dengan musik pada pukul 9.20, alangkah bersukacitanya ketika tahu bahwa dari ke-14 anggota Badan Pimpinan pada waktu itu, 13 orang sanggup memenuhi undangan untuk hadir! Karena tidak mungkin bagi semua orang yang telah mendukung keberhasilan proyek tersebut untuk hadir secara pribadi, dibuatlah pengaturan guna menghubungkan 11 lokasi lain di seluruh negeri tersebut melalui telepon. Dengan demikian, acara yang bagus itu dapat dinikmati oleh 97.562 hadirin.

Acara yang tak terlupakan di Selters itu dihadiri pula oleh orang-orang yang telah membuktikan imannya sewaktu ditahan dalam kamp-kamp konsentrasi Nazi pada Perang Dunia II, serta beberapa yang belum lama dibebaskan dari pemenjaraan di Jerman Timur. Termasuk di antaranya Ernst dan Hildegard Seliger. Saudara Seliger telah memulai kariernya dalam dinas sepenuh waktu persis 60 tahun sebelumnya, dan bersama istrinya, mereka telah menghabiskan lebih dari 40 tahun dalam penjara dan kamp konsentrasi di bawah rezim Nazi dan Komunis. Setelah menghadiri acara penahbisan, mereka menulis, ”Dapatkah Saudara bayangkan bagaimana perasaan kami sewaktu diizinkan menghadiri perjamuan rohani yang menakjubkan ini dalam firdaus rohani kita? Dari awal hingga akhir, mendengarkan acara yang luar biasa ini bagaikan mendengar simfoni ilahi berupa persatuan dan keharmonisan teokratis.” (Untuk perincian mengenai ujian iman yang mereka alami, silakan lihat The Watchtower terbitan 15 Juli 1975.)

’Rumah-Rumah bagi Nama Yehuwa’

Orang-orang sering kali terpukau melihat Saksi-Saksi Yehuwa membangun Balai Kerajaan dalam waktu beberapa minggu—atau mungkin beberapa hari saja—membangun Balai Kebaktian besar dengan tenaga kerja sukarela, dan membiayai kompleks Betel senilai jutaan dolar dengan sumbangan sukarela. Para penduduk Jerman memiliki banyak kesempatan untuk melihat langsung semua kegiatan ini.

Balai Kebaktian yang pertama di Jerman Barat ditahbiskan di Berlin Barat pada awal tahun 1970-an. Proyek-proyek lain menyusul, sehingga pada tahun 1986 seluruh kebaktian wilayah di Jerman Barat diadakan di balai-balai milik Saksi.

Berkat Yehuwa tampak jelas seraya saudara-saudara bekerja pada proyek-proyek ini. Di Munich, berkat kerja sama para pejabat kota, properti untuk sebuah Balai Kebaktian diperoleh dengan harga yang sangat murah di seberang jalan raya dari Stadion Olimpiade raksasa, berbatasan dengan Taman Olimpiade yang lanskapnya indah.

Upaya yang sungguh-sungguh dikerahkan untuk menekan biaya peralatan dan konstruksi hingga seminim mungkin. Ketika sebuah pusat pembangkit tenaga listrik sedang dipindahkan ke lokasi yang baru dan mengobral kotak-kotak saklar listrik serta sebuah papan saklar telepon, saudara-saudara berhasil membelinya dengan harga di bawah 5 persen dari harga semula. Dan, benar-benar tepat pada waktunya ketika sebuah kompleks bangunan diruntuhkan, sehingga saudara-saudara dapat memperoleh wastafel, toilet, pintu, jendela, serta ratusan meter pipa untuk air, gas, dan ventilasi dengan harga yang sangat murah. Penghematan lebih lanjut dilakukan dengan membuat sendiri kursi dan meja. Sesuai dengan kebijakan lanskap kota, saudara-saudara harus menanam 27 pohon linden pada properti Balai Kebaktian. Sebuah tempat pembibitan yang pailit memiliki pohon tersebut dalam jumlah yang persis dan masing-masing dengan tinggi yang persis menurut peraturan, dan ini dibeli dengan harga sepersepuluh dari harga biasa. Setelah kota Munich selesai melapisi jalannya dengan batu-batu kerakal, berton-ton batu ini dapat diperoleh dengan harga yang sangat rendah, dan ini digunakan untuk melapisi jalan di sekeliling balai dan tempat parkirnya yang berdekatan.

Hal serupa juga terjadi pada proyek pembangunan Balai Kebaktian lain di Jerman, yang masing-masing dirancang secara unik dan memiliki keindahan tersendiri. Seperti ungkapan Raja Salomo sewaktu melukiskan bait di Yerusalem lebih dari 3.000 tahun yang lalu, semua Balai Kebaktian ini adalah ”rumah bagi nama Yehuwa”.—1 Raj. 5:5, NW.

Selain itu, pembangunan Balai Kerajaan berlangsung dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan ke-2.083 sidang di Jerman. Kini, ada 17 Panitia Pembangunan Regional. Sebelum yang pertama dari Panitia ini dibentuk pada tahun 1984, Saksi-Saksi hanya memiliki 230 Balai Kerajaan di seluruh Jerman. Sejak saat itu, hingga bulan Agustus 1998, rata-rata 58 balai baru dibangun setiap tahun—lebih dari satu balai setiap minggu selama 12 tahun terakhir!

Dalam hal konstruksi pun Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman tidak dihalangi batas-batas nasional. Mereka adalah bagian dari suatu keluarga global. Sebanyak 40 orang dari Jerman telah melayani sebagai hamba internasional, bersedia ambil bagian dalam pekerjaan konstruksi di mana pun Lembaga mengutus mereka dan selama dibutuhkan. Terdapat juga 242 orang yang melayani untuk jangka waktu yang berbeda-beda pada proyek semacam itu di negeri-negeri lain.

Para Pengawas Keliling Menggembalakan Kawanan

Satu faktor penting yang menentukan kondisi rohani organisasi adalah pekerjaan para pengawas keliling. Pria-pria semacam itu sesungguhnya adalah gembala kawanan Allah. (1 Ptr. 5:1-3) Sebagaimana rasul Paulus lukiskan, mereka adalah ”pemberian berupa pria-pria”.—Ef. 4:8.

Seusai Perang Dunia II, para pengawas keliling mengunjungi sidang-sidang, membina mereka, dan bekerja bersama mereka dalam dinas pengabaran. Di antara para pengawas keliling ini terdapat Gerhard Oltmanns, Josef Scharner, dan Paul Wrobel, semuanya dibaptis pada tahun 1925. Juga Otto Wulle dan Max Sandner, yang telah dibaptis pada tahun 1930-an.

Seraya kebutuhan meningkat, saudara-saudara lain pun ditambahkan ke dalam barisan pengawas keliling. Sejak akhir perang dunia hingga sekarang, sebanyak 290 saudara telah ambil bagian dalam pekerjaan keliling di Jerman Barat dan lebih dari 40 saudara di Jerman Timur. Mereka benar-benar mengerahkan diri dalam memajukan kepentingan Kerajaan. Bagi beberapa, ini berarti mereka tidak dapat sering-sering melihat anak atau cucu mereka yang telah dewasa. Ada pula yang seraya mengurus tugas-tugasnya, juga menyempatkan diri menggunakan waktu bersama orang-tua yang lanjut usia atau yang sedang sakit.

Beberapa dari rohaniwan keliling tersebut telah melayani dalam pekerjaan yang berat namun memuaskan ini selama puluhan tahun. Misalnya, Horst dan Gertrud Kretschmer telah berada dalam pekerjaan keliling di seluruh Jerman sejak pertengahan tahun 1950-an. Saudara Kretschmer masih ingat ketika ia tinggal sebentar di Betel Wiesbaden pada tahun 1950, Erich Frost dengan pengasih meletakkan tangan di bahunya dan berkata, ”Horst, jangan pernah khawatir. Jika kamu tetap setia kepada Yehuwa, Ia akan memeliharamu. Saya telah mengalaminya; kamu pun akan mengalaminya. Yang penting harus tetap setia.”

Pada tahun 1998, terdapat 125 saudara di Jerman yang melayani sebagai pengawas wilayah atau distrik. Mereka adalah pria-pria matang, yang rata-rata telah 30 tahun dalam dinas sepenuh waktu kepada Yehuwa. Istri-istri mereka juga bergairah dalam dinas dan merupakan anjuran istimewa bagi para saudari di sidang-sidang yang mereka kunjungi.

Pengawas Keliling Pindah ke Brooklyn

Martin dan Gertrud Poetzinger dikenal baik di antara umat Yehuwa di Jerman. Keduanya telah melayani Yehuwa dengan setia sebelum, selama, dan setelah Rezim Nazi. Setelah dibebaskan dari pemenjaraan Nazi, mereka langsung melanjutkan kembali kegiatan sepenuh waktu. Selama 30 tahun lebih, mereka telah berada dalam pekerjaan keliling, melayani wilayah di seluruh Jerman. Mereka dikasihi dan direspek oleh ribuan Saksi.

Pada tahun 1959, Saudara Poetzinger menghadiri kelas ke-32 Gilead. Gertrud, yang tidak bisa berbahasa Inggris, tidak menemaninya, tetapi turut bersukacita dalam hak istimewanya. Terpisah dari suaminya bukan hal baru baginya. Penganiayaan oleh Nazi secara paksa memisahkan mereka selama sembilan tahun dan ini terjadi hanya beberapa bulan setelah perkawinan mereka. Kini, sewaktu organisasi Yehuwa meminta mereka untuk berpisah secara sukarela demi kegiatan teokratis, mereka tidak ragu-ragu, apalagi mengeluh.

Pelayanan mereka kepada Yehuwa tidak pernah demi keuntungan pribadi. Mereka selalu rela menerima tugas teokratis. Meskipun demikian, sungguh mengejutkan sewaktu, pada tahun 1977, mereka diundang untuk menjadi anggota keluarga Betel di kantor pusat sedunia di Brooklyn, New York, AS. Saudara Poetzinger akan menjadi seorang anggota Badan Pimpinan!

Mereka diinstruksikan untuk tinggal di Betel di Wiesbaden hingga mereka dapat memperoleh dokumen-dokumen sebagai penduduk AS. Penantian mereka ternyata lebih lama daripada yang diperkirakan, tertunda hingga beberapa bulan. Seraya Martin memperbaiki bahasa Inggrisnya, istrinya yang energik, Gertrud, juga mempelajarinya. Mempelajari bahasa baru bukan tugas mudah bagi seorang wanita pada usia pertengahan 60-an tahun. Tetapi, apa pun akan mereka lakukan demi dinas kepada Yehuwa!

Beberapa anggota keluarga Betel Wiesbaden yang berbahasa Inggris sangat bersukacita membantu Martin dan Gertrud mempelajari bahasa itu. Setiap kali Gertrud merasa kesal sewaktu belajar bahasa Inggris, suaminya dengan ramah mengingatkan, ”Santai, Gertrud, santai saja.” Tetapi, Gertrud tidak pernah berhasil ”santai”. Seluruh kehidupannya dalam dinas Yehuwa telah bercirikan tekad dan pengerahan diri yang sepenuh jiwa. Dengan semangat yang sama ini, ia mengerahkan diri untuk mempelajari bahasa itu, dan pada bulan November 1978, segera setelah visa izin masuk permanen diperoleh, ia menemani suaminya ke Brooklyn.

Meskipun terdapat perasaan campur aduk sewaktu mereka berangkat, saudara-saudara di Jerman bersukacita bersama mereka untuk hak istimewa dinas yang baru. Mereka juga sangat terharu, sewaktu, sekitar satu dasawarsa kemudian, mereka mendengar bahwa pada tanggal 16 Juni 1988, pada usia 83 tahun, Martin menyelesaikan haluan hidupnya di bumi.

Setelah kematian suaminya, Gertrud kembali ke Jerman, tempat ia melayani sebagai anggota keluarga Betel. Ia masih belum ”santai”. Dan, tampaknya, ia tidak akan pernah santai. Selain mengurus tugas Betelnya, Gertrud sering menggunakan hari liburnya untuk merintis ekstra. (Untuk informasi lebih lanjut tentang suami-istri Poetzinger, silakan lihat The Watchtower terbitan 1 Desember 1969; 1 Agustus 1984; dan 15 September 1988.)

Sekolah-Sekolah Khusus Turut Memenuhi Kebutuhan Internasional

Sejak tahun 1978, tak lama setelah suami-istri Poetzinger berangkat ke Brooklyn, Sekolah Dinas Perintis, sebuah kursus pelatihan praktis selama sepuluh hari, telah berfungsi untuk menguatkan para perintis di Jerman. Setiap tahun, sekolah tersebut diadakan di wilayah-wilayah di seluruh negeri. Semua perintis yang telah terdaftar sekurang-kurangnya satu tahun dan yang belum pernah menghadirinya diundang. Menjelang awal tahun 1998, sebanyak 16.812 perintis telah mengikuti sekolah tersebut. Selain dalam bahasa Jerman, diselenggarakan juga kelas-kelas dalam bahasa Inggris, Italia, Polski, Portugis, Prancis, Rusia, Serbia-Kroasia, Spanyol, Turki, dan Yunani.

Beberapa yang menghadiri Sekolah Dinas Perintis melakukannya meskipun di bawah keadaan yang sangat sukar. Kurang dari seminggu sebelum Christine Amos mengikuti sekolah tersebut, putranya tewas karena kecelakaan mobil dalam perjalanan pulang dari perhimpunan. Di bawah keadaan ini, apakah ia akan mendapat manfaat dari sekolah tersebut? Bagaimana keadaan suaminya jika ditinggal sendirian di rumah selama masa ini? Mereka memutuskan agar Christine pergi ke sekolah itu; merupakan suatu berkat untuk menyibukkan pikirannya dengan perkara-perkara rohani. Suaminya diundang untuk bekerja di Betel pada waktu itu. Tak lama setelah itu, keduanya diundang ke Selters untuk ikut dalam pekerjaan konstruksi. Sewaktu proyek itu rampung, mereka senang untuk ambil bagian dalam proyek-proyek konstruksi di Spanyol, Yunani, dan Zimbabwe. Dan, kini, mereka kembali merintis di Jerman.

Dari antara para peserta Sekolah Dinas Perintis, ada yang dapat menjadikan dinas perintis sebagai karier—yang bagi mereka, senantiasa menantang namun sangat memuaskan. Inge Korth, seorang perintis sejak tahun 1958, berkata, ”Dinas sepenuh waktu menawarkan kesempatan istimewa untuk memperlihatkan kasih dan rasa syukur saya yang dalam kepada Yehuwa dari hari ke hari.” Waldtraut Gann, yang mulai merintis pada tahun 1959, menambahkan, ”Dinas perintis merupakan perlindungan dalam sistem yang fasik ini. Merasakan uluran bantuan Yehuwa membawa kebahagiaan sejati dan kepuasan batiniah. Ini tidak terbandingkan dengan nilai materi.” Martina Schaks, yang merintis bersama suaminya, menambahkan, ”Dinas perintis merupakan ’sekolah kehidupan’, karena dinas ini membantu saya mengembangkan sifat-sifat tertentu, seperti pengendalian diri dan kesabaran. Sebagai perintis, saya merasa sangat dekat dengan Yehuwa dan organisasi-Nya.” Bagi yang lainnya, dinas perintis terbukti sebagai batu loncatan untuk dinas Betel, pekerjaan utusan injil, atau pekerjaan wilayah.

Guna membantu memenuhi kebutuhan mendesak akan lebih banyak utusan injil, Sekolah Perluasan Gilead dibentuk di Jerman pada tahun 1981, agar kursus yang bagus sekali ini tersedia bagi para perintis berbahasa Jerman. Karena kompleks Betel yang baru di Selters belum rampung, dua kelas pertama diadakan di Wiesbaden. Setelah perpindahan ke Selters, tiga kelas diselenggarakan di sana. Selain 100 siswa dari Jerman, siswa-siswa berbahasa Jerman dari Luksemburg, Swiss, dan Belanda, juga menghadiri lima kelas ini. Setelah lulus, siswa-siswa tersebut disebarkan ke sejumlah 24 negeri lain, termasuk tempat-tempat di Afrika, Amerika Latin, Eropa Timur, dan kepulauan Pasifik.

Pada pertengahan tahun 1970-an, sebanyak 183 pelayan sepenuh waktu dari Jerman telah menghadiri Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal. Pada akhir tahun 1996, sebagian adalah berkat Sekolah Perluasan Gilead, jumlah ini telah meningkat hingga 368. Betapa menyenangkan untuk tahu bahwa hingga bulan Januari 1997, kira-kira setengah dari siswa-siswa ini masih melayani sebagai utusan injil dalam tugas di negeri asing! Di antaranya adalah Paul Engler, yang telah berada di Thailand sejak tahun 1954, Günter Buschbeck, yang melayani di Spanyol dari tahun 1962 hingga ia ditugaskan ke Austria pada tahun 1980; Karl Sömisch, yang melayani di Indonesia dan Timur Tengah sebelum dipindahkan ke Kenya; Manfred Tonak, yang setelah melayani di Kenya, diminta memenuhi kebutuhan kantor cabang Etiopia; dan Margarita Königer, yang dinas utusan injilnya selama 32 tahun telah membawanya ke Madagaskar, Kenya, Benin, dan Burkina Faso.

Sekolah lain lagi, Sekolah Pelatihan Pelayanan, menyediakan instruksi bagi para penatua dan hamba pelayanan yang lajang, dan ini telah menjadi corak tetap di Jerman sejak tahun 1991. Saudara-saudara berbahasa Jerman dari Austria, Belanda, Belgia, Denmark, Hongaria, Luksemburg, Republik Ceko, dan Swiss telah bergabung dengan saudara-saudara dari Jerman untuk menikmati pelatihan yang sangat luar biasa yang ditawarkan oleh sekolah tersebut. Dan, setelah lulus, beberapa siswa mengemban tanggung jawab tambahan, diutus ke Afrika, Eropa Timur, dan tempat-tempat lain yang memiliki kebutuhan khusus.

Rumah Betel dan percetakan di Selters juga terbukti sebagai ”sekolah”, yang memperlengkapi saudara-saudara untuk memenuhi kebutuhan sewaktu pekerjaan pemberitaan mulai terbuka di Eropa Timur. Kehidupan Betel mengajar mereka untuk bekerja sama dengan segala macam orang dan untuk sadar bahwa Yehuwa dapat menggunakan segala macam orang, tidak soal adanya ketidaksempurnaan manusiawi, guna menyelesaikan pekerjaan-Nya. Saudara-saudara yang bekerja di Departemen Dinas sadar bahwa problem-problem dapat tuntas apabila prinsip-prinsip Alkitab diterapkan secara konsisten dan dengan mengikuti pengarahan dari Badan Pimpinan secara saksama. Mereka telah belajar dari saudara-saudara yang, meskipun di bawah tekanan hebat, senantiasa menunjukkan buah-buah roh, memperlihatkan sikap yang seimbang, dan menaruh kepercayaan mutlak kepada Yehuwa. Sungguh pelajaran yang berharga untuk dibagikan kepada saudara-saudara mereka di kantor cabang lain!

Mengatasi Kendala dengan Pendidikan dan Kasih

Selama dekade terakhir, sebuah program pendidikan seluas dunia telah diselenggarakan guna memperkuat kedudukan Saksi-Saksi Yehuwa dalam tekad mereka untuk menaati larangan berdasarkan Alkitab berkenaan dengan penggunaan darah. (Kis. 15:28, 29) Ini berkaitan dengan meruntuhkan tembok prasangka dan salah informasi. Sehubungan dengan program ini, Pelayanan Informasi Rumah Sakit diperkenalkan ke Jerman pada tahun 1990. Pada bulan November tahun itu, sebuah seminar di Jerman dihadiri oleh 427 saudara, banyak yang berasal dari Jerman, tetapi selebihnya dari sembilan negara lain. Ini memperkuat ikatan internasional. Para penatua sangat menghargai bantuan yang mereka terima. Seorang penatua dari Mannheim menulis, ”Kami diperlengkapi untuk memperjelas sudut pandangan kami secara tegas dan dengan respek yang sepatutnya namun tanpa dibelenggu rasa takut.” Seorang penatua yang datang dari Austria mengatakan, ”Saya belum pernah menghadiri seminar yang mengulas bidang informasi yang sedemikian luasnya dengan cara yang sedemikian sederhana dan mudah.”

Sejak itu, beberapa seminar lain telah diselenggarakan untuk menginstruksikan ke-55 Panitia Penghubung Rumah Sakit yang sementara itu telah dibentuk di Jerman guna melayani kebutuhan Saksi-Saksi sehubungan dengan perawatan medis nondarah. Pekerjaan yang dilakukan panitia ini telah membuahkan hasil-hasil yang baik. Pada bulan Agustus 1998, lebih dari 3.560 dokter di seluruh Jerman telah menyatakan kesediaan mereka untuk bekerja sama dalam merawat Saksi-Saksi tanpa menggunakan darah. Jumlah ini mencakup seperempat dari para dokter yang beberapa tahun lalu disebut oleh majalah Focus sebagai ”1.000 dokter terbaik di Jerman”.

Pada bulan Januari 1996, Panitia Penghubung Rumah Sakit mulai membagikan buku pegangan, Family Care and Medical Management for Jehovah’s Witnesses (Pemeliharaan Keluarga dan Penanganan Medis untuk Saksi-Saksi Yehuwa) yang dirancang secara khusus. (Buku pegangan yang indah ini, yang dirancang untuk digunakan secara eksklusif oleh para personel dan kalangan berwenang medis, memuat informasi tentang alternatif medis nondarah yang tersedia. Suatu upaya terpadu telah dibuat untuk memberikannya kepada hakim, pekerja sosial, ahli neonatal, dan ahli penyakit anak.) Kebanyakan hakim menyatakan penghargaan dan sering kali mengomentari mutu yang tinggi dari buku pegangan tersebut dan kepraktisannya. Banyak yang terkejut sewaktu mengetahui banyaknya perawatan alternatif nondarah yang tersedia bagi orang-orang yang tidak bersedia menerima transfusi darah. Seorang hakim di Nördlingen berkata, ”Inilah tepatnya yang saya butuhkan.” Seorang profesor di University of Saarland menggunakan bahan dalam buku pegangan tersebut sebagai dasar untuk diskusi dan ujian tertulis bagi sekelompok mahasiswa yang mengambil kursus lanjutan dalam bidang hukum sipil.

Karena Panitia Penghubung Rumah Sakit kini beroperasi di seluruh dunia, kerja sama internasional dalam situasi darurat pun dimungkinkan. Bila timbul situasi sewaktu pengobatan tertentu yang diresepkan seorang dokter tidak tersedia di negara tempat sang pasien berada, jaringan internasional kita memudahkan diperolehnya obat ini dan pengirimannya dari Jerman. Selain itu, dibuat penyelenggaraan untuk mempertemukan saudara-saudari dari puluhan negara dengan para dokter yang mau bekerja sama di Jerman, agar dapat memperoleh perawatan menurut kemampuan mereka.

Tentu saja, saudara-saudara yang tinggal di Jerman juga memperoleh manfaat dari kerja sama internasional ini. Pada tahun 1995, dalam perjalanan ke Norwegia, seorang saudari mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Segera setelah diberi tahu, putranya di Jerman langsung meminta bantuan Pelayanan Informasi Rumah Sakit. Mereka memberi tahu kantor cabang Norwegia. Pada hari berikutnya, saudari tersebut dijenguk oleh seorang Saksi Norwegia yang, agar dapat memberikan bantuan lebih besar, telah menempuh perjalanan sejauh 130 kilometer guna menjemput seorang peminat yang berbicara bahasa Jerman. Belakangan, sang putra mengungkapkan penghargaannya, dengan menulis, ”Organisasi yang sungguh luar biasa! Kasih yang sungguh menakjubkan! . . . Tidak ada kata-kata yang dapat melukiskan perasaan saya. Ini benar-benar unik.”

Jadi melalui pendidikan dan kasih, kemajuan besar telah dibuat dalam mengatasi kendala yang sebelumnya tak tertanggulangi. Persis baru-baru ini, kendala lain juga telah disingkirkan.

Tiba-Tiba—Tembok Berlin Runtuh!

Peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba itu memukau dunia! Orang di seputar dunia menontonnya di televisi. Di Berlin, ribuan orang merayakannya dengan gegap gempita. Perintang antara Timur dan Barat telah disingkirkan. Peristiwanya pada tanggal 9 November 1989.

Lebih dari 25 tahun sebelumnya, pada dini hari tanggal 13 Agustus 1961, warga Berlin termangu sewaktu melihat para pejabat Berlin Timur membangun sebuah tembok yang memisahkan sektor yang dikendalikan Komunis tersebut dari bagian lain kota itu. Berlin secara fisik dibagi menjadi timur dan barat, dengan demikian mencerminkan situasi antara Jerman Timur dan Barat. Barangkali, yang lebih dramatis lagi, Tembok Berlin kemudian melambangkan pergumulan antara dua negara adidaya selama Perang Dingin.

Kemudian, pada tanggal 12 Juni 1987, hanya dua tahun sebelum peristiwa mencengangkan pada tahun 1989 tersebut, Presiden AS, Ronald Reagan, berbicara sambil menghadap Gerbang Brandenburg dan membelakangi Tembok Berlin, menuntut, ”Tuan Gorbachev, buka gerbang ini. Tuan Gorbachev, runtuhkan Tembok ini.” Tetapi, apakah ada petunjuk bahwa permohonannya akan dikabulkan? Apakah ini lebih daripada sekadar pertanyaan retorik Perang Dingin? Tampaknya tidak. Pada awal tahun 1989, Erich Honecker, kepala rezim Jerman Timur, seolah-olah sebagai jawaban, menyatakan bahwa Tembok itu ”akan terus ada hingga 50 dan bahkan 100 tahun”.

Namun, di luar dugaan, tiba-tiba Gerbang Brandenburg dibuka dan Tembok Berlin pun runtuh. Seorang anggota keluarga Betel Selters mengenang bahwa seusai menghadiri perhimpunan sidang pada hari Kamis malam, tanggal 9 November, ia kembali ke rumah dan menyalakan pesawat TV-nya untuk menonton berita tengah malam. Dengan rasa tidak percaya, ia mengikuti laporan bahwa perbatasan antara Berlin Timur dan Barat telah dibuka. Warga Berlin Timur dengan leluasa memasuki Berlin Barat untuk pertama kalinya dalam 27 tahun! Ia nyaris tidak mempercayai penglihatannya: mobil-mobil menyeberangi perbatasan sambil membunyikan klakson tanda puas seraya semakin banyak warga Berlin Barat—beberapa masih mengenakan baju tidur—pergi ke perbatasan dan berbaris di sepanjang jalan untuk menyambut para pengunjung yang tidak terduga ini. Banyak yang meneteskan air mata. Tembok itu telah runtuh—benar-benar dalam semalam!

Selama 24 jam berikutnya, orang-orang di seluruh dunia nyaris tidak beranjak dari pesawat televisi mereka. Inilah salah satu peristiwa bersejarah. Apa maknanya itu bagi Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman? Apa maknanya itu bagi Saksi-Saksi di seluruh dunia?

Sebuah Trabi Berkunjung

Pada hari Sabtu pagi berikutnya menjelang pukul delapan, sewaktu seorang saudara pekerja Betel berjalan menuju tempat kerjanya di Selters, ia bertemu seorang rekan anggota keluarga Betel, Karlheinz Hartkopf, yang kini melayani di Hongaria. Dengan girang, saudara itu berkata, ”Saya yakin tidak lama lagi saudara-saudara dari Jerman Timur akan tiba di sini di Selters!” Saudara Hartkopf menanggapi dengan gayanya yang selalu tenang dan terus terang, ”Mereka sudah di sini.” Sebenarnya, pada dini hari itu, dua saudara telah tiba dengan Trabi, mobil dua tak buatan Jerman Timur, dan parkir di luar gerbang Betel, menunggu mulainya jam kerja.

Berita itu tersebar dengan cepat ke seluruh Betel. Akan tetapi, sebelum semua orang berkesempatan untuk sekadar melihat dan menyalami para pengunjung yang tidak terduga ini, mereka telah kembali ke Jerman Timur, dengan semobil penuh lektur. Meskipun secara resmi lektur masih dilarang, demikian juga dengan pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa, kegirangan akan momen tersebut memberikan keberanian baru kepada saudara-saudara tersebut. ”Kami harus kembali untuk perhimpunan besok pagi,” jelas mereka. Bayangkan betapa bersukacitanya sidang tersebut sewaktu saudara-saudara ini muncul membawa berkardus-kardus lektur yang sudah sedemikian lama ini hanya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas!

Selama minggu-minggu berikutnya, ribuan orang Jerman Timur berbondong-bondong melewati perbatasan menuju Jerman Barat, bagi banyak di antara mereka, ini adalah yang pertama kali dalam hidup. Jelaslah, mereka menikmati kebebasan bergerak yang telah sedemikian lama terbelenggu. Di perbatasan, mereka disambut oleh lambaian tangan orang-orang Jerman Barat. Saksi-Saksi Yehuwa pun ada di sana, menyambut para pengunjung tersebut—namun, dengan sesuatu yang lebih penting daripada sekadar pertunjukan emosi secara lahiriah. Mereka membagikan lektur Alkitab secara cuma-cuma kepada para pengunjung dari Timur ini.

Di beberapa kota perbatasan, sidang-sidang mengerahkan upaya khusus untuk mencapai orang-orang Jerman Timur yang berkunjung ini. Karena lektur Saksi-Saksi Yehuwa telah dilarang selama puluhan tahun, banyak yang hanya sedikit atau sama sekali tidak mengetahuinya. Sebaliknya daripada melakukan kegiatan dari rumah ke rumah, dinas ”dari Trabi ke Trabi” menjadi populer. Orang-orang sangat antusias untuk menyelidiki segala sesuatu yang baru, termasuk agama. Dalam beberapa peristiwa, para penyiar cukup berkata, ”Anda mungkin belum pernah membaca kedua majalah ini, soalnya majalah-majalah ini telah dilarang di negeri Anda selama hampir 40 tahun.” Jawaban yang biasa terdengar adalah, ”Wah, kalau dilarang, pasti itu sesuatu yang bagus. Saya mau menerimanya.” Dua penyiar di kota perbatasan, Hof, masing-masing menempatkan hingga 1.000 majalah dalam satu bulan. Seperti yang diharapkan, sidang-sidang setempat dan tetangga segera kehabisan persediaan majalah mereka yang berlebih.

Sementara itu, saudara-saudara di Jerman Timur menikmati kebebasan baru mereka, meskipun pada awalnya dengan perasaan waswas. Wilfried Schröter, yang mempelajari kebenaran sewaktu di bawah pelarangan pada tahun 1972, mengenang, ”Selama beberapa hari pertama setelah tembok itu runtuh, sewajarnya kami sedikit takut kalau-kalau segala sesuatu bisa saja mendadak berbalik.” Tidak sampai dua bulan kemudian, ia menghadiri kebaktian di Balai Kebaktian Berlin. Mengenai kebaktian itu, ia belakangan melaporkan, ”Saya benar-benar terharu karena dapat bergaul dengan begitu banyak saudara. Saya menitikkan air mata sewaktu kami menyanyikan lagu-lagu Kerajaan, demikian juga dengan saudara-saudara lainnya. Sungguh besar rasa sukacita kami untuk hadir ’secara langsung’ di sebuah kebaktian.”

Ungkapan penghargaan yang serupa datang dari Manfred Tamme. Selama pelarangan, perhimpunan diadakan dalam kelompok kecil, dan tidak butuh peralatan pengeras suara. Tetapi, kini ia berkata, ”Meskipun saya telah menjadi perintis istimewa selama 30 tahun lebih, untuk pertama kalinya dalam hidup, saya sekarang berbicara melalui mikrofon. Saya masih ingat betapa takutnya saya sewaktu mendengar suara saya keluar dari pengeras suara.” Meskipun demikian, katanya, ”sungguh menakjubkan untuk tiba-tiba dapat duduk bersama seluruh sidang di sebuah balai sewaan”.

Dan, betapa memuaskan untuk mendengar pendapat dari orang-orang lain, seperti yang didengar Manfred beberapa bulan kemudian. Ia melaporkan, ”Pada bulan Januari 1990, saya sedang di sebuah sauna untuk perawatan medis. Di sana, saya bertemu mantan agen berwenang dari Angkatan Kepolisian Nasional. Dalam suatu diskusi yang ramah, ia mengatakan, ’Manfred, kini saya sadar bahwa kami tidak seharusnya menyerang kalian.’”

Makanan Rohani yang Berlimpah!

”Manusia harus hidup, bukan dari roti saja, tetapi dari setiap ucapan yang keluar melalui mulut Yehuwa.” Saksi-Saksi Yehuwa di mana pun mereka berada sangat mengenal kebenaran dasar tersebut yang dikutip oleh Yesus Kristus dari Kitab-Kitab Ibrani yang terilham. (Mat. 4:4; Ul. 8:3) Dengan bantuan yang pengasih dari persaudaraan internasional, bahkan selama tahun-tahun pelarangan, Saksi-Saksi di Jerman Timur menerima makanan rohani, tetapi dalam jumlah terbatas. Mereka sangat mendambakan makanan rohani yang berlimpah yang dinikmati oleh saudara-saudara mereka di negeri lain!

Segera setelah Tembok Berlin runtuh, Saksi-Saksi secara perorangan mulai membawa persediaan lektur ke Timur. Sekitar empat bulan kemudian, pada tanggal 14 Maret 1990, pengakuan resmi diberikan kepada Saksi-Saksi Yehuwa di Republik Demokratik Jerman. Kini, Lembaga dapat melakukan pengiriman langsung. Pada tanggal 30 Maret, sebuah truk bermuatan 25 ton makanan rohani meninggalkan kompleks Selters dan menuju ke timur. Sebagaimana selanjutnya dikomentari 1991 Britannica Book of the Year, ”Hanya dalam waktu dua bulan, kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Jerman Barat mengirimkan 275 ton lektur berdasarkan Alkitab, termasuk 115.000 Alkitab, ke Jerman Timur saja.”

Pada waktu itu, seorang saudara dari Leipzig menulis kepada seorang rekan Saksi di Jerman Barat, ”Seminggu yang lalu kami masih diam-diam mengimpor makanan dalam jumlah kecil; tak lama lagi kami akan mengosongkan sebuah truk bermuatan empat ton makanan!”

”Pengiriman lektur pertama tiba terlalu cepat,” kenang Heinz Görlach dari Chemnitz, ”sehingga kami tidak siap. Setelah pengiriman pertama tiba, saya kesulitan mencapai tempat tidur saya—seluruh kamar tidur saya penuh dengan kardus lektur. Saya merasa seolah-olah sedang tidur di ruang harta.”

Saudara-saudara di Selters juga secara kecil-kecilan merasakan makna situasi baru itu bagi orang-orang yang telah sedemikian lama terasing dari perkara-perkara, yang sering kali diabaikan oleh Saksi-Saksi di negara-negara bebas. Seorang pengawas percetakan melaporkan, ”Seorang saudara lanjut usia yang berpakaian sederhana berdiri sambil mengamati salah satu mesin cetak kami. Kelompok turnya telah berlalu, tetapi ia masih tinggal, sambil merenung dalam-dalam, seraya mengamati majalah-majalah membanjir keluar dari mesin dengan kecepatan tinggi. Sambil menitikkan air mata, ia mendekati salah seorang saudara; tampak jelas ia sangat tergugah. Sambil berupaya mengatakan sesuatu dalam bahasa Jerman yang terpatah-patah, suaranya tergagap. Tetapi, kami memahami senyumnya seraya ia mengeluarkan beberapa lembaran kertas dari kantong dalam jaketnya, menyerahkannya kepada kami, dan segera pergi. Apa yang ia berikan kepada kami? Menara Pengawal berbahasa Rusia yang nyaris tidak terbaca yang telah disalin pada lembaran-lembaran buku tulis. Berapa lama dibutuhkan untuk membuat salinan majalah ini? Kami tidak mengetahuinya namun, yang pasti, ratusan kali lebih lama daripada sepersekian detik yang kami butuhkan untuk menghasilkan satu majalah dengan mesin cetak tersebut.”

Saksi-Saksi di setiap kelompok pelajaran tidak perlu lagi menggunakan majalah berukuran kecil atau salinan tangan dalam jumlah sedikit yang hanya dapat mereka simpan selama beberapa hari. Kini setiap orang memiliki eksemplarnya sendiri—dengan ilustrasi dalam tata warna penuh—dan eksemplar tambahan untuk digunakan dalam dinas pengabaran.

Penyesuaian untuk Beribadat secara Terbuka

Memperoleh kebebasan yang lebih besar menghadirkan tantangan tersendiri. Mengabar di bawah pelarangan pemerintah menuntut keberanian. Hal itu juga mengajar mereka untuk sepenuhnya bersandar kepada Yehuwa. Akan tetapi, setelah pelarangan dicabut, Ralf Schwarz, seorang penatua Kristen di Limbach-Oberfrohna, berkata, ”Kami harus lebih berhati-hati agar tidak disimpangkan oleh materialisme dan kekhawatiran hidup.” Dalam beberapa kasus, setelah Jerman Timur berintegrasi ke dalam Republik Federal, pada bulan Oktober 1990, keluarga-keluarga Saksi di Timur pindah ke perkampungan yang sederhana sehingga mereka dapat membayar sewa tanpa harus bekerja lembur dan melalaikan perhimpunan apabila biaya sewa naik.—Mat. 6:22, 24.

Bahkan selama tahun-tahun yang sulit di bawah pemerintahan Komunis, saudara-saudara terus ambil bagian dalam dinas pengabaran. Mereka bahkan pergi dari rumah ke rumah—tetapi dengan bijaksana, barangkali dengan mengunjungi satu rumah di satu blok dan kemudian pergi ke blok lain untuk mengunjungi rumah yang lain. Ada yang bahkan melakukannya di saat bahaya pemenjaraan sedang hebat-hebatnya. Martin Jahn, yang baru berusia 11 tahun sewaktu pelarangan diberlakukan, menjelaskan beberapa perubahan yang sekarang mereka hadapi, ”Seluruh daerah harus dikerjakan kembali sehingga para penyiar kini dapat mengerjakan seluruh bagian perumahan. Kami terbiasa dengan sistem lama, yakni hanya mengerjakan sejumlah rumah atau lantai tertentu. Hal ini telah menjadi cara normal untuk waktu yang sedemikian lama sehingga kami harus bersabar dengan mereka yang sulit untuk menyesuaikan diri. Tidak lagi meminjamkan lektur, tetapi sebaliknya, menempatkannya merupakan hal baru bagi penyiar maupun peminat. Karena kami terbiasa melakukannya dengan cara yang berbeda, adakalanya para penyiar memiliki lebih banyak lektur di tas mereka seusai dinas pengabaran daripada sewaktu mereka mulai berdinas.”

Terdapat juga perubahan dalam sikap orang-orang. Selama tahun-tahun pelarangan, banyak orang memandang Saksi-Saksi Yehuwa sebagai pahlawan karena Saksi-Saksi memiliki keberanian untuk berdiri teguh demi keyakinan mereka. Ini mendatangkan respek terhadap mereka. Dengan adanya kebebasan yang lebih besar, banyak orang menyambut Saksi-Saksi dengan antusiasme hingga taraf tertentu. Akan tetapi, dalam waktu beberapa tahun, keadaannya berubah. Orang-orang semakin sibuk dengan gaya hidup yang dibawa oleh perekonomian pasar bebas. Beberapa dari mereka mulai menganggap kunjungan Saksi-Saksi sebagai gangguan terhadap perdamaian dan ketenangan mereka, bahkan menganggapnya mengesalkan.

Memberikan kesaksian di bawah pelarangan membutuhkan keberanian. Membuat penyesuaian terhadap situasi baru menuntut tekad yang sama besarnya. Malahan, banyak Saksi sependapat dengan pernyataan seorang pengawas di sebuah negara Eropa Barat tempat pekerjaan telah lama dilarang, yakni, ”Bekerja di bawah pelarangan lebih mudah daripada melakukannya sewaktu keadaan bebas.”

Tentangan Gagal Memperlambat Pekerjaan

Meskipun memberitakan kabar baik di Jerman Timur dimulai dengan kekuatan yang diperbarui, pemimpin agama Susunan Kristen pada mulanya tidak terlalu prihatin. Akan tetapi, sewaktu tampak jelas bahwa orang-orang mendengarkan Saksi-Saksi Yehuwa dengan sungguh-sungguh, para pemimpin agama pun mulai resah. Menurut Deutsches Allgemeines Sonntagsblatt, seorang rohaniwan dari Dresden yang menganggap dirinya sebagai pakar agama menyatakan bahwa ”Saksi-Saksi Yehuwa sama seperti Partai Komunis”. Jadi, sebaliknya daripada menyatakan bahwa Saksi-Saksi adalah mata-mata Amerika yang menentang Komunisme, sebagaimana dilakukan pemimpin agama pada tahun 1950-an, mereka kini mencoba mengaitkan Saksi-Saksi dengan Komunis. Tentu saja, orang-orang yang tahu bahwa Saksi-Saksi telah dilarang oleh pemerintah Komunis selama 40 tahun sadar bahwa ini adalah penyalahgambaran yang jelas-jelas keliru.

Apa tujuannya? Pemimpin agama berharap agar Saksi-Saksi Yehuwa kembali dilarang, persis seperti pada era Nazi dan sekali lagi di bawah pemerintahan Komunis. Meskipun unsur-unsur agama, yang didukung oleh orang-orang murtad, berjuang untuk mencegah Saksi-Saksi Yehuwa menikmati kebebasan yang dilindungi oleh undang-undang, Saksi-Saksi memanfaatkan sepenuhnya kesempatan untuk memberikan kesaksian, sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Yesus Kristus.—Mrk. 13:10.

Beberapa yang Menyambut Kebenaran

Di antara orang-orang yang menyambut berita Kerajaan terdapat mereka yang telah jauh terlibat dalam sistem tua. Selama 38 tahun, Egon menjadi polisi Jerman Timur. Ia sama sekali tidak senang sewaktu istrinya mulai belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Akan tetapi, ia terkesan oleh perilaku mereka yang ramah, pengasih, dan berdisiplin, serta artikel-artikel tepat waktu dalam Sedarlah! yang sering mereka bawa ke rumahnya. Sewaktu menghadiri kebaktian istimewa bersama istrinya, ia terkejut sewaktu bertemu muka dengan seorang saudara yang pernah ia tangkap. Dapat dibayangkan betapa ia merasa gelisah, ya, bahkan bersalah. Tetapi, terlepas dari peristiwa masa lalu, persahabatan berkembang di antara mereka berdua. Kini Egon dan istrinya adalah Saksi-Saksi yang terbaptis.

Selama 19 tahun, Günter menjadi anggota Dinas Keamanan Negara, dan ia telah mencapai pangkat mayor. Dengan perasaan sakit hati dan kecewa setelah runtuhnya sistem yang untuknya ia bekerja selama ini, ia bertemu Saksi-Saksi untuk pertama kalinya pada tahun 1991. Ia terkesan oleh tingkah laku dan pengertian yang mereka perlihatkan kepadanya serta problemnya. Sebuah pengajaran Alkitab dimulai dan, meskipun ia seorang ateis, akhirnya ia diyakinkan bahwa Allah itu ada. Pada tahun 1993, ia siap untuk pembaptisan. Kini, ia dengan bahagia bekerja mendukung Kerajaan Allah.

Pria lain, yang tidak beriman akan Allah dan sepenuhnya yakin bahwa Komunisme adalah satu-satunya harapan bagi umat manusia, tidak segan-segan untuk menyusup ke dalam organisasi Yehuwa guna menyampaikan informasi mengenai kegiatan mereka kepada Dinas Keamanan Negara. Setelah ”dibaptis” pada tahun 1978, ia menjalani kehidupan bermuka dua selama sepuluh tahun. Tetapi, kini ia mengakui, ”Perilaku Saksi-Saksi Yehuwa, yang saya alami secara langsung, dan pelajaran dari buku Penciptaan dan Wahyu Klimaksnya meyakinkan saya bahwa banyak dari apa yang dikatakan oleh musuh mengenai Saksi-Saksi tidaklah benar. Bukti keberadaan seorang Pencipta sungguh berlimpah.” Tidak lama sebelum Tembok Berlin runtuh, ia menghadapi keputusan yang sulit: apakah akan mencari alasan untuk mengundurkan diri dari umat Yehuwa dan terus mendukung sistem yang tidak lagi ia percayai atau mengaku sebagai pengkhianat dan kemudian berupaya keras untuk menjadi hamba Yehuwa yang sejati. Ia memilih yang terakhir. Pertobatannya yang tulus mengarah pada pengajaran Alkitab dan pembaptisan untuk kedua kalinya, kali ini didasarkan atas pengetahuan yang saksama dan pembaktian yang sejati.

Sekarang Mereka Boleh Menceritakannya

Setelah pelarangan dicabut, Saksi-Saksi dari Timur dapat berbicara dengan lebih leluasa mengenai pengalaman mereka di bawah pemerintahan Komunis. Dalam upacara penahbisan sebuah bangunan administratif milik Saksi-Saksi Yehuwa di Berlin pada tanggal 7 Desember 1996, beberapa penatua yang memainkan peranan penting dalam memelihara kawanan di Jerman Timur agar tetap kuat secara rohani mengenang masa lalu.

Wolfgang Meise, yang menjadi Saksi selama 50 tahun, mengenang kejadian pada bulan Juni 1951, sewaktu ia berusia 20 tahun. Dalam sebuah persidangan terbuka yang dipublisitaskan, ia dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun. Sewaktu ia dan beberapa saudara lain yang tertuduh digiring keluar, sekitar 150 Saksi yang juga hadir di persidangan tersebut mengelilingi mereka, menyalami tangan mereka, dan mulai menyanyikan sebuah lagu Kerajaan. Kepala-kepala menyembul dari semua jendela gedung pengadilan seraya orang-orang mencoba melihat apa yang sedang terjadi. Itu bukanlah kesan yang ingin ditanamkan kalangan berwenang dalam benak publik. Peristiwa ini mengakhiri pengadilan terbuka semacam itu terhadap Saksi-Saksi.

Egon Ringk mengenang bahwa pada masa-masa awal pelarangan, setiap artikel Menara Pengawal diketik dengan enam hingga sembilan salinan kertas karbon sekaligus. ”Guna menyediakan makanan rohani bagi sidang-sidang, seorang saudara dari Berlin Barat, pengemudi truk yang pulang-pergi antara Berlin Barat dan Jerman Timur, merelakan diri untuk digunakan. ’Makanan’ tersebut dipindahkan dengan cepat—hanya dalam waktu tiga atau empat detik—dalam bentuk dua boneka beruang besar dengan ukuran yang sama yang dipindahkan dari satu kendaraan ke kendaraan lain. Setibanya di rumah, perut mereka ’dikosongkan’ untuk menyingkapkan berita dan informasi penting mengenai jadwal yang baru.”—Bandingkan Yehezkiel 3:3.

Pengalaman-pengalaman disampaikan mengenai keberanian para kurir yang memperoleh lektur di Berlin Barat sebelum tembok dibangun dan menyelundupkannya ke Jerman Timur. Tentu saja, ada kemungkinan bahwa akses ke Berlin Barat akan terputus pada suatu hari kelak. Guna membahas kemungkinan itulah sejumlah saudara dari Jerman Timur diundang untuk pertemuan pada tanggal 25 Desember 1960. ”Ini jelas merupakan pengarahan Yehuwa,” Saudara Meise menyatakan, ”karena pada tanggal 13 Agustus 1961, sewaktu tembok itu tiba-tiba dibangun, organisasi kita telah siap.”

Hermann Laube mengisahkan bahwa ia pertama kali mengenal kebenaran sewaktu menjadi tahanan perang di Skotlandia. Sekembalinya ke Jerman Timur, setelah pelarangan diberlakukan, ia melihat pentingnya menyediakan sebanyak mungkin makanan rohani bagi saudara-saudara. Jadi, Saksi-Saksi memulai kegiatan percetakan mereka sendiri, menggunakan sebuah mesin cetak seadanya. ”Tetapi tanpa kertas, mesin cetak terbaik pun tidak ada nilainya,” komentar Saudara Laube, sambil mengenang hari sewaktu ia diberi tahu bahwa kertas yang tersisa hanya cukup untuk tiga terbitan saja. Jadi, bagaimana?

Saudara Laube melanjutkan, ”Beberapa hari kemudian, kami mendengar seseorang mengetuk talang rumah. Ternyata seorang saudara dari Bautzen yang mengatakan, ’Kalian yang di bagian percetakan. Beberapa gulungan kertas surat kabar tergeletak di tempat pembuangan Bautzen, sisa-sisa dari pabrik percetakan surat kabar, dan mereka merencanakan untuk menguburnya. Dapatkah kalian menggunakannya?’”

Saudara-saudara tidak membuang-buang waktu. ”Pada malam itu juga kami berkumpul bersama, dan berangkat menuju Bautzen. Rupanya itu bukan hanya beberapa gulungan, melainkan hampir dua ton kertas! Benar-benar luar biasa bahwa mobil rongsokan kami sanggup membawa kertas itu, namun dalam waktu singkat, semuanya telah dipindahkan. Setelah itu, kami punya cukup kertas untuk terus mencetak hingga Lembaga mengatur agar menyediakan bagi kami publikasi dengan kertas tipis dan huruf-huruf kecil.”

Keadaan menuntut diberinya perhatian terbesar untuk merahasiakan identitas setiap anggota kawanan. Rolf Hintermeyer mengenang, ”Sekali waktu, setelah bertemu saudara-saudara, saya ditangkap dan dibawa ke sebuah bangunan untuk diinterogasi. Saya memiliki beberapa lembar kertas berisi alamat dan informasi lain. Setelah tiba, kami harus memanjat sebuah tangga lingkar. Ini memberi saya kesempatan untuk menelan lembaran-lembaran itu. Tetapi, karena jumlahnya begitu banyak, perlu waktu cukup lama. Setibanya di puncak tangga, para petugas menyadari apa yang saya lakukan dan mencengkeram leher saya. Saya juga menaruh tangan di leher dan berbicara terbata-bata, ’Yah, akhirnya tertelan juga’. Sewaktu mendengar ini, mereka melepaskan saya, sehingga memberi saya kesempatan untuk benar-benar menelan habis lembaran-lembaran itu, yang kini sudah lebih kecil dan basah.”

Horst Schleussner menerima kebenaran pada pertengahan tahun 1950-an sewaktu penganiayaan sedang hebat-hebatnya, jadi ia sadar betul akan pernyataannya berikut ini, ”Yang pasti, Allah Yehuwa dengan pengasih melindungi hamba-hamba-Nya sewaktu mereka di bawah pelarangan selama hampir 40 tahun.”

Perayaan Kemenangan di Berlin

Dengan berakhirnya era penindasan oleh Komunis, saudara-saudara sangat ingin merayakannya. Yang terutama, mereka rindu untuk mengungkapkan kepada Yehuwa, dalam bentuk kebaktian umum, rasa syukur mereka akan kesempatan yang kini terbuka bagi mereka untuk melayani Dia dengan kebebasan yang lebih besar.

Segera setelah Tembok Berlin runtuh pada bulan November 1989, Badan Pimpinan memberikan pengarahan untuk mulai merencanakan penyelenggaraan kebaktian internasional di Berlin. Pengorganisasian kebaktian pun segera dibentuk. Pada petang tanggal 14 Maret 1990, kelompok itu dijadwalkan untuk bertemu guna membahas penyelenggaraan kebaktian. Helmut Martin masih mengingat sewaktu pengawas kebaktian yang dilantik, Dietrich Förster, meminta dia untuk mengumumkan kepada saudara-saudara yang berkumpul bahwa pada awal hari itu, pengakuan resmi telah diberikan kepada Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman Timur. Ya, pelarangan tersebut secara resmi berakhir!

Karena perencanaan kebaktian itu dilakukan pada waktu yang relatif terlambat, Stadion Olimpiade tidak lagi tersedia untuk akhir pekan. Jadi, kebaktian tersebut dijadwalkan berlangsung pada hari Selasa hingga hari Jumat, tanggal 24 hingga 27 Juli. Sewaktu tiba saatnya untuk bergerak, saudara-saudara hanya memiliki satu hari untuk mempersiapkan fasilitas tersebut dan hanya beberapa jam untuk membongkar segala sesuatu setelah itu.

Maka, pada hari Senin tanggal 23 Juli, ratusan sukarelawan telah berada di stadion pada pukul lima pagi. Gregor Reichart, seorang anggota keluarga Betel Selters, mengenang bahwa ”saudara-saudari dari Jerman Timur mengerahkan diri dengan antusias, seolah-olah mereka telah melakukannya selama bertahun-tahun.” Seorang pejabat stadion belakangan mengomentari bahwa ia senang karena ”untuk pertama kalinya, stadion tersebut dibersihkan secara saksama”.

Sekitar 9.500 warga Jerman Timur mengadakan perjalanan ke kebaktian dengan menggunakan 13 kereta api sewaan. Yang lain datang dengan 200 bus sewaan. Seorang penatua melaporkan bahwa sewaktu hendak menyewa salah satu kereta api itu, ia memberi tahu seorang pejabat kereta api bahwa direncanakan akan ada tiga kereta api sewaan untuk mengangkut Saksi-Saksi dari daerah Dresden saja. Mata sang pejabat membelalak karena takjub, dan bertanya, ”Benarkah ada sedemikian banyak Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman Timur?”

Bagi mereka yang mengadakan perjalanan dengan kereta api sewaan, pertemuan dimulai bahkan sebelum mereka tiba di Berlin. ”Kami berkumpul di stasiun kereta api Chemnitz untuk naik kereta api yang dikhususkan bagi kami,” kenang Harald Pässler, seorang penatua dari Limbach-Oberfrohna. ”Perjalanan ke Berlin itu sungguh tak terlupakan. Setelah bertahun-tahun di bawah pelarangan, manakala kami mengadakan kegiatan dalam kelompok kecil dan di bawah tanah, tiba-tiba kami berkesempatan untuk melihat begitu banyak saudara sekaligus. Sepanjang perjalanan, kami berbaur dalam berbagai gerbong kereta, berbicara dengan saudara-saudara yang telah bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun, tidak kami temui. Reuni ini membawa sukacita yang sungguh tak terlukiskan. Semua orang telah bertambah usia beberapa tahun namun terus bertekun dan setia. Kami disambut di stasiun Berlin-Lichtenberg dan melalui pengeras suara diarahkan ke berbagai tempat berkumpul yang berbeda dan di sana, saudara-saudara dari Berlin sudah berdiri menunggu dengan papan-papan tanda yang besar. Ini benar-benar pengalaman baru—kami muncul tanpa dikenal siapa pun! Kami mengalami sendiri apa yang hingga saat itu hanya kami baca atau dengar: Kami benar-benar menjadi bagian dari persaudaraan internasional yang besar!”

Malahan, bagi banyak Saksi, ini adalah kebaktian mereka yang pertama. ”Kami semua tergetar sewaktu menerima undangan tersebut,” kenang Wilfried Schröter. Karena ia membuat pembaktiannya pada tahun 1972 semasa pelarangan, kami dapat memahami perasaannya. ”Berminggu-minggu sebelumnya, kami menanti-nantikan kebaktian ini dengan perasaan tegang. Seumur hidup, saya belum pernah merasa seperti ini, demikian pula dengan banyak saudara lain. Benar-benar tak terbayangkan bahwa kami akan menyaksikan suatu persaudaraan internasional yang berkumpul bersama di sebuah stadion yang sangat besar.”

Betapa seringnya saudara-saudara di Berlin Timur mendambakan untuk menempuh perjalanan sejauh beberapa kilometer menyeberangi kota ke tempat saudara-saudara mereka berhimpun dalam kebaktian! Dan, sekarang, dambaan mereka terwujud.

Hampir 45.000 orang dari 64 negara yang hadir. Di antaranya termasuk tujuh anggota Badan Pimpinan. Mereka datang untuk bersukacita bersama saudara-saudara Kristen mereka dari Jerman Timur pada peristiwa penting ini. Di stadion inilah Rezim Nazi berupaya menggunakan Pesta Olahraga Olimpiade pada tahun 1936 untuk membuat dunia terkesan akan prestasi mereka. Kini, stadion itu kembali bergema oleh tepuk tangan yang bergemuruh, namun kali ini bukan untuk memuji para atlet atau karena kebanggaan nasional. Mereka adalah anggota dari sebuah keluarga internasional yang benar-benar berbahagia dari umat Yehuwa, dan tepuk tangan mereka merupakan ungkapan syukur kepada Yehuwa dan penghargaan atas kebenaran yang berharga di dalam Firman-Nya. Pada peristiwa ini, 1.018 orang mempersembahkan diri dalam pembaptisan air, sebagian besar dari mereka telah mempelajari kebenaran di Jerman Timur semasa pelarangan.

Di antara hadirin, barangkali yang paling dapat memahami perasaan saudara-saudara dari Jerman Timur adalah sekitar 4.500 delegasi yang antusias dari Polandia, tetangga dekat Jerman Timur. Mereka juga telah bertekun menghadapi pelarangan selama bertahun-tahun dan baru belakangan itu mengalami kebaktian besar mereka yang pertama setelah bertahun-tahun berlalu. Seorang Saksi asal Polandia belakangan menulis, ”Saudara-saudara dari Polandia sangat menghargai semangat rela berkorban dari tetangganya di barat, yang menyediakan bagi mereka akomodasi, makanan, dan transportasi pulang-pergi ke tempat kebaktian secara cuma-cuma, yang tanpa itu tidak mungkin bagi banyak dari kami untuk datang.”

Saudara-saudara dari Jerman Barat, yang meskipun sudah biasa menikmati kebaktian dengan bebas, juga merasa sangat terkesan. ”Sungguh menghangatkan hati untuk melihat sejumlah saudara lanjut usia yang setia—beberapa di antaranya bukan hanya dianiaya selama 40 tahun pemerintahan Komunis melainkan juga selama Rezim Nazi—duduk di bagian khusus yang pernah diduduki oleh Adolf Hitler dan orang-orang penting Nazi lainnya,” komentar Klaus Feige, dari keluarga Betel Selters. Bagian terbaik dari stadion tersebut telah dengan penuh kasih dikhususkan bagi orang lanjut usia dan cacat. Ini benar-benar lambang yang mencolok dari Kerajaan Allah, yang kini berkemenangan atas kekuasaan politik yang berkomplot untuk menghentikan derap langkahnya menuju kemenangan akhir!

Menyediakan Tempat-Tempat untuk Berhimpun

Segera setelah dicabutnya pelarangan di Jerman Timur, penyelenggaraan dibuat bagi saudara-saudara di sana untuk memperoleh manfaat dari acara kebaktian yang secara teratur dinikmati oleh hamba-hamba Yehuwa di seluruh dunia. Bahkan sebelum wilayah-wilayah direorganisasi sepenuhnya, sidang-sidang diundang untuk menghadiri kebaktian istimewa dan kebaktian wilayah di Jerman Barat. Pada mulanya, para penyiar yang hadir dibagi rata antara yang berasal dari Jerman Barat dan yang dari Jerman Timur. Ini memperkuat ikatan persaudaraan dan juga memberikan kesempatan bagi saudara-saudara dari Jerman Timur untuk mempelajari prosedur kebaktian melalui kerja sama dengan rekan-rekan mereka dari Jerman Barat.

Seraya wilayah-wilayah terbentuk, saudara-saudara dari Timur diundang untuk memanfaatkan Balai-Balai Kebaktian yang sudah ada di Jerman Barat. Lima balai—yakni yang ada di Berlin, Munich, Büchenbach, Möllbergen, dan Trappenkamp—terletak cukup dekat ke bekas perbatasan sehingga cocok untuk digunakan. Meskipun demikian, sesegera mungkin, pekerjaan dimulai untuk membangun sebuah Balai Kebaktian di Jerman Timur. Balai yang letaknya di Glauchau, dekat Dresden, itu ditahbiskan pada tanggal 13 Agustus 1994, dan sekarang merupakan Balai Kebaktian terbesar milik Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman, yang dapat menampung 4.000 orang.

Perhatian juga diberikan untuk membangun Balai-Balai Kerajaan. Sebelumnya ini tidak diizinkan di Republik Demokratik Jerman, tetapi sekarang balai-balai tersebut dibutuhkan guna mengurus lebih dari 20.000 Saksi di daerah itu. Caranya pekerjaan pembangunan dilakukan membuat orang-orang lain takjub.

Mengenai pembangunan Balai Kerajaan di Stavenhagen, sebuah surat kabar menulis, ”Caranya dan seberapa cepat bangunan itu ditegakkan telah memukau banyak pengamat yang ingin tahu. . . . Bangunan tersebut didirikan oleh sekitar 240 pembangun yang terlatih dalam 35 jenis keterampilan, semuanya bekerja dengan sukarela dan adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Semuanya bekerja pada akhir pekan tanpa dibayar.”

Surat kabar lain menulis mengenai balai yang dibangun di Pulau Rügen di Laut Baltik, di Sagard, ”Sekitar 50 pria dan wanita, yang sibuk seperti lebah, sedang mempersiapkan fondasi bangunan. Tetapi, mereka melakukannya tanpa terburu-buru. Suasananya sungguh unik, santai dan bersahabat. Meskipun mereka bekerja dengan cepat, tidak ada yang tampak gugup dan tidak ada yang membentak rekan sekerjanya seperti halnya di kebanyakan lokasi pembangunan.”

Pada akhir tahun 1992, tujuh Balai Kerajaan telah dibangun dan sedang digunakan oleh 16 sidang. Sekitar 30 lainnya sedang dalam tahap perencanaan. Pada tahun 1998, lebih dari 70 persen sidang di bekas Jerman Timur telah berhimpun dalam Balai Kerajaan mereka sendiri.

Kebaktian-Kebaktian Internasional yang Menggugah

Seiring dengan dicabutnya pembatasan pemerintah di satu demi satu negara di Eropa Timur, Badan Pimpinan mengatur agar kebaktian diselenggarakan di negara-negara itu. Inilah kesempatan-kesempatan yang membina secara rohani, kesempatan untuk memberikan anjuran agar terus memusatkan perhatian pada pekerjaan yang telah Allah tugaskan kepada hamba-hamba-Nya. (Mat. 6:19-24, 31-33; 24:14) Karena selama bertahun-tahun banyak dari Saksi di negeri-negeri ini hanya dapat bertemu dalam kelompok kecil, kebaktian-kebaktian ini memungkinkan mereka mengenal rekan-rekan Saksi dan dianjurkan oleh bukti berkat Yehuwa atas ketekunan dan kesetiaan mereka. Banyak delegasi juga diundang dari negeri lain sehingga saudara-saudara dapat lebih sepenuhnya merasakan bahwa mereka adalah bagian dari persaudaraan internasional. Di antara delegasi tersebut, banyak yang datang dari Jerman. Cukup banyak dari mereka yang hadir pada kebaktian-kebaktian internasional yang diadakan antara tahun 1989 dan 1993 di Polandia, Hongaria, Cekoslowakia, dan bekas Uni Soviet.

Sehari sebelum Kebaktian Internasional ”Para Pencinta Kemerdekaan Ilahi” pada tahun 1991 dimulai di Praha, di Republik Ceko yang sekarang, surat kabar Lidové noviny melaporkan tentang pekerjaan luar biasa yang dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari sekitar 40 Saksi untuk memasang ”peralatan tata suara yang dipinjamkan kepada mereka oleh ’saudara-saudara dari Jerman’.” Saudara-saudara dari Jerman itu bukan hanya meminjamkan peralatan tata suara tetapi mereka juga adalah bagian dari tim yang memasangnya. Mereka senang karena dengan cara ini, mereka dapat membagikan kepada saudara-saudara mereka dari Ceko beberapa manfaat dari pengalaman selama puluhan tahun dalam menyelenggarakan kebaktian. Meskipun delegasi dari Jerman untuk kebaktian internasional biasanya dibatasi hingga beberapa ratus saja, 30.000 delegasi diundang ke kebaktian di Praha ini. Dan, ini benar-benar kebaktian yang luar biasa!

Dieter Kabus, yang telah melayani sebagai pengawas distrik di Cekoslowakia pada tahun 1955 dan hadir pada kebaktian ini sebagai delegasi dari Jerman, menulis, ”Sewaktu Terjemahan Dunia Baru [kini dicetak dengan mesin cetak Lembaga] diperkenalkan, semua orang berdiri, dan seluruh stadion bergemuruh dengan tepuk tangan yang spontan, yang seolah-olah tidak akan berakhir. Kami semua saling berpelukan; ribuan orang tanpa malu-malu menitikkan air mata sukacita. Kami mengenang masa di kamp penjara sewaktu kami 16 saudara hanya memiliki satu Alkitab. Banyak yang tinggal satu jam lebih seusai acara, menyanyikan lagu, dan menikmati pergaulan yang menakjubkan.”

Pada tahun berikutnya, 1992, delegasi dari Jerman juga hadir pada kebaktian internasional di St. Petersburg, Rusia. Beberapa delegasi mungkin mengingat bahwa tidak semuanya berjalan mulus, setidak-tidaknya dalam soal pemondokan bagi delegasi dari Jerman. Tetapi, ini pun ternyata menjadi kesaksian tersendiri. Ketika sekelompok delegasi harus pindah dari satu hotel ke hotel lain pada saat-saat terakhir, sang penerjemah berusia 50 tahun dari Rusia untuk kelompok itu sedemikian terkesan oleh perilaku Saksi-Saksi sehingga ia berseru, ”Kalian tidak normal; kalian tidak berteriak-teriak, juga tidak merasa kesal!” Akan tetapi, yang menjadi perhatian terbesar bagi delegasi ini adalah semangat yang diperlihatkan oleh saudara-saudari mereka dari Rusia. Seusai kebaktian, seorang delegasi dari Jerman menulis, ”Tak terlukiskan dengan kata-kata betapa saudara-saudara menghargai acara itu. Tanpa Alkitab, tanpa buku nyanyian [pada waktu itu keduanya masih terbatas di Rusia], mereka mendengarkan dengan antusias dan penuh perhatian apa yang Yehuwa beri tahukan kepada mereka.”

Pada tahun berikutnya, lebih dari 1.200 Saksi dari Jerman menghadiri kebaktian internasional di Moskwa, Rusia, dan di Kiev, Ukraina. Sungguh menggetarkan cerita-cerita yang mereka bawa kembali ke rumah! Di antara delegasi itu terdapat Titus Teubner, seorang pengawas keliling sejak tahun 1950, yang berkata, ”Saya telah berjanji kepada istri saya bahwa seandainya pekerjaan dibuka di Timur, saya akan termasuk di antara mereka yang menghadiri kebaktian pertama di Moskwa.” Setelah benar-benar melakukannya pada tahun 1993, ia berkata, ”Sungguh bagaikan mukjizat bahwa di Lapangan Merah, saya dapat menyiarkan majalah mengenai pemerintahan ilahi.” Delegasi lain menulis, ”Kami menghadiri kebaktian ini untuk menganjurkan saudara-saudara kami dari Rusia—dan tidak diragukan, kami melakukannya. Tetapi, demikian pula sebaliknya. Saudara-saudara dari Rusia menganjurkan kami dengan cara yang menakjubkan melalui teladan mereka berupa kasih, rasa syukur, kesetiaan, dan penghargaan.”

Para anggota keluarga Betel Selters sangat bersyukur atas hak istimewa melayani saudara-saudari yang sedemikian setia. Penghargaan atas hak istimewa itu lebih diperdalam sewaktu mereka mendengar laporan-laporan dari para pengemudi truk Betel yang kembali dari pengiriman ke negeri lain dan yang menceritakan mengenai betapa bergairahnya sambutan yang mereka terima, sukacita saudara-saudara sewaktu ambil bagian dalam mengosongkan persediaan bahkan hingga larut malam, dan doa bersama yang dipanjatkan saudara-saudara sebelum melambaikan tangan sebagai ucapan selamat jalan kepada mereka yang melakukan pengiriman.

Lebih Banyak Bangunan—Untuk Memenuhi Kebutuhan yang Mendesak

Di satu demi satu bagian dari Eropa Timur, pelarangan sedang dicabut. Kebaktian-kebaktian besar diselenggarakan. Pemberitaan kabar baik sedang dipercepat. Permintaan akan lektur Alkitab untuk memenuhi kebutuhan di bagian dari ladang itu meningkat dengan pesat. Bagaimana ini dapat dipenuhi? Kantor cabang di Jerman diundang untuk mengambil peranan lebih lanjut.

Bahkan pada tahun 1988, sebelum Tembok Berlin runtuh, Badan Pimpinan telah mengesahkan perluasan fasilitas kantor cabang di Jerman hingga 50 persen. Pada mulanya, Panitia Cabang sulit memahami mengapa perluasan demikian dibutuhkan. Empat tahun sebelumnya, mereka baru menahbiskan sebuah kompleks yang besar dan benar-benar baru. Akan tetapi, saudara-saudara mengajukan permohonan kepada kalangan berwenang pemerintah setempat. Saudara Rudtke mengenang, ”Sewaktu kami mempresentasikan rencana kami, komisioner pembangun Selters mengatakan kepada saya dengan suara yang sangat pelan, ’Saya sarankan agar kalian membangunnya sebesar mungkin karena pihak berwenang tidak akan pernah memberi kalian izin perluasan lagi.’ Ini menjadi bahan pemikiran bagi kami.” Sungguh luar biasa, dalam waktu beberapa bulan, kami telah memperoleh izin dari semua kantor pemerintah yang berlainan, dan perluasan yang pada awalnya direncanakan sebesar 50 persen telah meningkat hingga 120 persen!

Pekerjaan konstruksi yang sebenarnya dimulai pada bulan Januari 1991. Akan tetapi, tampaknya tidak semua saudara-saudari merasa yakin bahwa itu dibutuhkan, sebagaimana dibuktikan oleh lambatnya tanggapan terhadap pengumuman mengenai kebutuhan akan pekerja terampil untuk ambil bagian dalam proyek tersebut, serta dukungan finansial yang terbatas. Apa yang harus dilakukan?

Jelaslah, saudara-saudara hanya perlu diberi lebih banyak informasi, maka pertemuan khusus diselenggarakan bersama para penatua hasil seleksi di semua Balai Kebaktian di Jerman pada tanggal 3 Oktober 1991. Mereka diberi penjelasan bahwa dalam dasawarsa sebelumnya, produksi buku di kantor cabang Jerman telah meningkat hampir tiga kali lipat. Pelarangan telah dicabut di Polandia, Hongaria, Jerman Timur, Rumania, Bulgaria, Ukraina, dan Uni Soviet. Lektur dikirim ke negeri-negeri yang jauh di luar perbatasan Jerman. Para penyiar di negara-negara ini meminta lebih banyak lektur lagi. Selters diminta untuk memainkan peranan utama dalam menyediakannya. Segera setelah saudara-saudara itu melihat jelas kebutuhannya, mereka memberikan dukungan dengan murah hati.

Sebenarnya, kurangnya tanggapan pada awal itu ternyata membawa berkat. Bagaimana demikian? Sebaliknya daripada sepenuhnya bergantung pada pekerja sukarela dari Jerman, kantor cabang memutuskan untuk memanfaatkan persediaan yang dibuat oleh Badan Pimpinan pada tahun 1985. Pada waktu itu, program konstruksi oleh pekerja sukarela internasional telah diresmikan. Sebelum pekerjaan di kantor cabang Jerman rampung, 331 sukarelawan dari 19 negara telah melayani bersama keluarga Betel.

Banyak Saksi dari Jerman juga membantu pekerjaan itu; sebagian besar melakukannya pada masa liburan mereka. Ini termasuk sekitar 2.000 penyiar dari negara-negara bekas Jerman Timur, sebagian besar darinya yang pada masa pelarangan mungkin tidak pernah mengimpikan bahwa pada suatu hari mereka akan dapat bekerja di Betel.

Akhir Pekan Penahbisan

Baik melalui dukungan fisik atau finansial maupun melalui doa, semua Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman telah membantu proyek pembangunan ini. Selters adalah Betel mereka, kompleks yang telah sangat diperbesar yang sekarang mereka ingin baktikan kepada Yehuwa. Jadi, lama sebelum pekerjaan konstruksi berakhir, dibuat penyelenggaraan bagi segenap persaudaraan di Jerman, serta banyak tamu dari luar negeri, untuk berkumpul bersama guna merayakannya.

Acara dimulai pada hari Sabtu pagi, 14 Mei 1994, dengan penekanan pada ”pintu besar yang menuju kepada kegiatan” yang terbuka di Eropa Timur. (1 Kor. 16:9) Sungguh menguatkan iman untuk mendengar saudara dari negara-negara ini secara pribadi menyampaikan laporan mengenai pertambahan yang bagus yang telah dinikmati dan prospek untuk pertumbuhan lebih lanjut. Perasaan antusias pada hari itu, yang dinikmati oleh 3.658 hadirin di Selters, masih terbawa hingga hari Minggu. Semua Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman diundang untuk berkumpul di enam stadion yang disewa untuk peristiwa itu—di Bremen, Cologne, Gelsenkirchen, Leipzig, Nuremberg, dan Stuttgart.

Seraya ratusan ribu yang hadir menunggu dengan tenang, acara dimulai secara simultan di enam lokasi. Setelah tinjauan singkat terhadap acara penahbisan pada hari Sabtu di Selters, laporan lebih lanjut yang menghangatkan hati disampaikan para delegasi asing. Corak yang menonjol adalah ceramah yang disampaikan di Gelsenkirchen, Leipzig, dan Stuttgart, masing-masing oleh seorang anggota Badan Pimpinan yang hadir. Demi manfaat para pendengar di tiga lokasi lainnya, ceramah ini disampaikan melalui sambungan telepon. Seluruh hadirin yang berjumlah 177.902 orang dianjurkan agar tetap kuat dalam iman dan menolak upaya apa pun untuk memperlambat mereka. Kinilah waktunya untuk bertindak! Di luar dugaan, Yehuwa telah membuka pintu untuk ekspansi di Eropa Timur, dan tidak ada yang akan dibiarkan merintangi terlaksananya pekerjaan ini. Sebelum menundukkan kepala sebagai rasa syukur kepada Yehuwa, mereka bergabung dalam menyanyikan, ”Berlaksa-laksa saudara/ Ada di sampingku/ S’bagai saksi Yehuwa/ Melayani tak jemu.” Sungguh akbar manifestasi persatuan dan tekad yang mencirikan umat Yehuwa.

Meskipun akhir pekan penahbisan yang gemilang telah berakhir, ekspansi terus berlanjut. Pagi hari berikutnya, para pekerja konstruksi kembali sibuk. Pengaturan baru untuk bangunan gudang, yang belum lama itu ditetapkan Lembaga untuk menghindari kerja dua kali dan biaya yang tidak perlu, menuntut ruang tambahan untuk bagian pengiriman di Selters.

Pada tahun 1975, kantor cabang Jerman menghasilkan 5.838.095 buku dan 25.289.120 majalah. Dua dekade kemudian, pada tahun dinas 1998, produksi telah meningkat hingga 12.330.998 buku, 199.668.630 majalah, dan 2.656.184 kaset audio. Pertumbuhan yang hebat ini terutama disebabkan oleh permintaan dari negara-negara di Eropa Timur.

Seraya satu demi satu pelarangan dicabut, Selters mulai mengirimkan lektur ke lebih banyak negara di Eropa Timur. Malahan, 68 persen dari produksi lektur di Selters antara bulan Mei 1989 dan Agustus 1998 yakni sebanyak 50.583 ton, dikirim ke 21 negara di Eropa Timur dan Asia. Jumlah ini setara dengan barisan 2.529 truk, masing-masing bermuatan 20 ton lektur.

Membangun, tetapi Mengabar Juga

Sejak tahun 1975, Saksi-Saksi Yehuwa telah melakukan banyak sekali pekerjaan konstruksi. Dan, seperti Nuh, yang selain menjadi pembangun adalah juga ”seorang pemberita keadilbenaran”, Saksi-Saksi berupaya menyeimbangkan tanggung jawab mereka. (2 Ptr. 2:5) Mereka sadar bahwa kegiatan pembangunan merupakan unsur penting dari ibadat sejati dewasa ini. Pada waktu yang sama, mereka menjaga mata tetap terfokus jelas pada pentingnya dan mendesaknya pemberitaan kabar baik.

Malahan, Departemen Dinas mengomentari bahwa kegiatan ekstra yang berkaitan dengan pekerjaan konstruksi di Selters sebenarnya menyebabkan peningkatan jumlah jam dalam dinas pengabaran. Dan, tentu saja, mendirikan bangunan teokratis dengan sendirinya merupakan suatu kesaksian. Balai Kerajaan serta Balai Kebaktian yang dibangun dengan cepat senantiasa menimbulkan perasaan takjub di pihak para pengamat. Dengan demikian, bangunan yang dirampungkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yang dilakukan dengan gairah dan pengabdian, turut mengarahkan perhatian pada kabar baik yang mereka beritakan. Orang-orang yang jujur ingin mengetahui kekuatan apa yang memotivasi Saksi-Saksi Yehuwa dengan cara yang tidak tampak pada kelompok agama lain mana pun.

Apa Saja yang Terjadi di Magdeburg?

Salah satu Balai Kerajaan yang ditahbiskan pada masa ini adalah di Magdeburg. Kembali ke tahun 1923, Lembaga telah memindahkan kantornya di Jerman dari Barmen ke Magdeburg. Pada tahun 1927/28, sebuah balai kebaktian yang bagus berkapasitas sekitar 800 orang dibangun di sana. Sebagai penghargaan atas buku The Harp of God dari Lembaga Menara Pengawal, saudara-saudara menyebutnya Balai Harpa. Tembok belakangnya dihiasi gambar ukiran timbul Raja Daud yang sedang bermain harpa.

Pada bulan Juni 1933, Nazi menyita properti Lembaga di Magdeburg, menutup percetakan, dan memasang lambang swastika di seluruh bangunan. Seusai Perang Dunia II, properti itu dikembalikan kepada Saksi-Saksi, tetapi ini tidak berlangsung lama. Pada bulan Agustus 1950, para pejabat Komunis mengalihnamakan properti itu.

Pada tahun 1993, setelah Jerman dipersatukan kembali, sebagian besar dari properti itu dikembalikan kepada Lembaga, dan ganti rugi diberikan untuk sisanya. Bagian yang dikembalikan mencakup bekas Balai Harpa. Setelah beberapa bulan dilakukan renovasi terhadap properti itu, Magdeburg memiliki sebuah Balai Kerajaan yang cocok dan dibutuhkan.

”Inilah untuk ketiga kalinya tempat ini ditahbiskan—pertama pada tahun 1920-an, kemudian tahun 1948, dan kini sekali lagi pada tahun 1995,” Peter Konschak menjelaskan pada upacara penahbisan. Willi Pohl, yang mewakili Panitia Cabang Jerman, menyampaikan khotbah penahbisan. Sewaktu masih muda, ia telah melayani di Betel Magdeburg. Bahkan, pada tahun 1947, sewaktu Hayden Covington dari kantor pusat sedunia berkunjung dan berbicara kepada saudara-saudara di balai yang sama ini, Saudara Pohl bertindak sebagai juru bahasanya. ”Saudara-saudara dapat membayangkan perasaan saya sewaktu menyampaikan khotbah ini,” ia mengutarakan kepada sebanyak 450 tamu yang diundang.

Sekarang, beberapa sidang di Magdeburg yang secara tetap tentu berhimpun di bekas Balai Harpa merupakan bukti hidup akan betapa benarnya kata-kata Yehuwa kepada hamba-hamba-Nya, sebagaimana ditulis oleh Yesaya lebih dari 2.700 tahun yang lalu, ”Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil.” Atau, sebagaimana Raja Hizkia pernah mengingatkan orang-orangnya, ”Yang menyertai kita adalah TUHAN, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita.”—Yes. 54:17; 2 Taw. 32:8.

Kantor Penerjemahan

Aspek mencolok dari pekerjaan di kantor cabang Jerman adalah penerjemahan. Departemen Penerjemahan Jerman dipindahkan dari Bern, Swiss, ke Wiesbaden, pada tahun 1956. Pada waktu itu, departemen ini hanya terdiri dari empat orang. Alice Berner dan Erika Surber, yang termasuk dalam kelompok itu, melayani dengan setia hingga akhir hayatnya. Anny Surber, salah seorang dari keempat penerjemah yang mula-mula itu, masih melayani di departemen ini. Seraya tahun-tahun berlalu, departemen ini berkembang, sehingga sekarang, pada umumnya, bukan hanya majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! melainkan juga buku-buku terjilid diterima oleh Saksi-Saksi di Jerman dalam bahasa mereka bersamaan waktu dengan diperkenalkannya ini dalam bahasa Inggris.

Selain penerjemahan ke dalam bahasa Jerman, sejumlah pekerjaan penerjemahan ke dalam bahasa Rusia dan Polski juga telah dilakukan di Jerman sejak tahun 1960-an. Ini diawasi oleh Departemen Dinas Asing, yang mengurus pekerjaan di beberapa negara tempat pekerjaan dilarang, termasuk Jerman Timur, Polandia, dan Uni Soviet.

Setelah keadaan memungkinkan, beberapa penerjemah berpengalaman dari Polandia dan sejumlah calon penerjemah dari Uni Soviet diundang ke Selters. Di sana terdapat peralatan yang dibutuhkan serta lingkungan yang nyaman guna memberi mereka pelatihan lebih lanjut untuk pekerjaan tersebut. Mereka juga dapat menarik manfaat dari pengalaman para penerjemah Jerman, yang menawarkan bantuan mengenai cara mengatasi problem yang umum dihadapi oleh semua penerjemah, apa pun bahasanya. Para penerjemah itu segera diterima dengan penuh kasih sayang oleh anggota-anggota keluarga Betel Selters.

Tentu saja, penyelenggaraan untuk pelatihan itu sifatnya sementara. Pada waktunya, para penerjemah itu harus kembali ke negara asal mereka. Jadi, setelah kompleks Betel yang baru di dekat Warsawa, Polandia, ditahbiskan pada tahun 1992 dan setelah para penerjemah itu merampungkan sebuah proyek besar, mereka bergabung dengan seluruh anggota tim penerjemah untuk bahasa Polski di Polandia.

Akan tetapi, sebelum mereka berangkat, lebih banyak calon penerjemah—untuk bahasa Rusia dan Ukraina—mulai tiba untuk menjalani pelatihan. Lima yang pertama datang pada tanggal 27 September 1991, dan yang lainnya belakangan. Secara keseluruhan, lebih dari 30 telah datang.

Pada bulan Januari 1994, para penerjemah untuk bahasa Rusia berangkat untuk tinggal di Betel yang pada waktu itu sedang dibangun di Solnechnoye, dekat St. Petersburg. Di pihak lain, hingga bahan ini dipersiapkan, para penerjemah untuk bahasa Ukraina sedang menanti-nantikan kepindahan ke sebuah rumah Betel baru yang sedang direncanakan untuk Ukraina. Dari waktu ke waktu, tim-tim penerjemah lain juga telah bekerja di Selters dan mendapat manfaat dari bantuan yang diberikan. Semua ini senantiasa menjadi pengingat akan maksud-tujuan Yehuwa untuk mengumpulkan orang-orang ”dari semua bangsa dan suku dan umat dan bahasa” dengan tujuan menjadikan mereka ”bumi baru”, fondasi dari suatu masyarakat manusia yang dibaktikan untuk melayani satu-satunya Allah yang benar, Yehuwa.—Pny. 7:9, 10; 2 Ptr. 3:13.

Tempat untuk Seminar-Seminar Internasional

Lokasi kantor cabang Jerman yang nyaman telah menarik banyak pengunjung. Frankfurt disebut-sebut memiliki gerbang penumpang terbesar di Eropa, yakni Bandara Rhein-Main. Karena Selters terletak kurang dari 60 kilometer dari bandara Frankfurt, banyak Saksi, meskipun sedang mengadakan perjalanan ke tempat tujuan lain, merasa disegarkan untuk berkunjung sejenak dan menikmati tur ke fasilitas tersebut serta untuk waktu singkat menikmati keramahtamahan keluarga di kantor cabang.

Selters juga ternyata merupakan lokasi yang bagus untuk mengadakan seminar internasional dan pertemuan, tempat wakil-wakil dari berbagai kantor cabang dapat saling berkonsultasi. Itulah sebabnya, Panitia Penerbitan dari Badan Pimpinan mengatur agar wakil-wakil dari 16 kantor cabang di Eropa bertemu dengan saudara-saudara dari Brooklyn selama empat hari pada tahun 1992. Tujuan mereka adalah untuk mengkoordinasi pekerjaan mereka guna memastikan agar terdapat cukup banyak persediaan makanan rohani bagi seluruh kantor cabang di Eropa, termasuk di negeri-negeri yang kurang beruntung secara ekonomi.

Bahkan sebelumnya pun, Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman telah menawarkan lektur Alkitab secara cuma-cuma bagi semua orang yang berminat untuk membacanya. Jelaslah, ini membuktikan kekeliruan dari tuduhan para penentang bahwa Lembaga Menara Pengawal menjual lektur sebagai kegiatan mencari uang.

Sebagai tindak lanjut dari seminar di Selters, penyelenggaraan ini diulurkan ke seluruh Eropa. Ini terbukti sangat bermanfaat di Eropa Timur, tempat sejumlah orang memperlihatkan rasa lapar akan perkara-perkara rohani namun, sering kali di bawah tekanan yang sangat berat secara ekonomi. Kalau begitu, bagaimana biaya pekerjaan Kerajaan di seluas dunia dapat ditutupi? Melalui sumbangan sukarela dari Saksi-Saksi Yehuwa dan orang-orang lain yang menghargai. Dan, mengapa mereka memberikan sumbangan semacam itu? Ada yang melakukannya karena menyadari betapa bernilainya memberikan semua orang kesempatan untuk tahu bahwa menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dapat meningkatkan mutu kehidupannya sekarang. (Yes. 48:17; 1 Tim. 4:8) Ada pula yang dimotivasi oleh hasrat untuk ambil bagian dengan cara ini agar memungkinkan kabar baik Kerajaan Allah mencapai orang-orang di semua negeri sebelum Allah mengakhiri sistem perkara yang fasik dewasa ini.—Mat. 24:14.

Seminar kedua yang belakangan diselenggarakan pada tahun 1992 membahas usulan agar kantor cabang Jerman mengirimkan lektur secara langsung ke setiap sidang di negara-negara Eropa daripada mengirimkannya ke kantor-kantor cabang untuk dikirimkan kembali, sebagaimana penyelenggaraan yang berlaku hingga waktu itu. Dalam seminar ketiga, pada bulan April 1993, diambil langkah untuk melibatkan enam negara Eropa Tengah dalam penyelenggaraan ini. Pada bulan Februari 1994, sebuah seminar untuk negara-negara di Eropa Timur diselenggarakan di Wina, Austria, dan persediaan dibuat demi manfaat sidang-sidang di 19 negara lagi.

Keuntungan dari penyelenggaraan ini tampak jelas. Biaya berkurang karena tidak perlu menyimpan lektur di tiap-tiap kantor cabang; jadi, tidak diperlukan lagi departemen pengiriman yang besar di setiap negara. Di beberapa negara, pengaturan ini telah menghapus kebutuhan untuk memperluas fasilitas Betel yang sudah ada. Dan, sewaktu dibangun rumah-rumah Betel yang baru, ini tidak perlu dibuat sedemikian besar, karena penyimpanan, pengemasan, dan pengiriman lektur telah diurus di Jerman.

Bila pada tahun 1989 kantor cabang Jerman menyimpan persediaan sekitar 2.000 jenis barang dalam 59 bahasa, maka pada tahun 1998, terdapat 8.900 jenis barang dalam 226 bahasa. Hingga bulan April 1998, kantor cabang di Selters, Jerman, menyediakan lektur yang dibutuhkan 742.144 penyiar dalam 8.857 sidang di 32 negara.

Kebencian terhadap Orang-Orang Kristen Sejati—Tidak Hanya di Masa Lalu

Pada malam terakhir sebelum kematiannya, Yesus Kristus memberi tahu para rasulnya, ”Karena kamu bukan bagian dari dunia, tetapi aku telah memilih kamu dari dunia, atas dasar ini dunia membenci kamu. . . . Jika mereka telah menganiaya aku, mereka akan menganiaya kamu juga.” (Yoh. 15:19, 20) Jadi, dapat diharapkan bahwa setelah jatuhnya Rezim Nazi dari Hitler, penganiayaan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa tidak akan lenyap sama sekali di Jerman. Demikian pula, setelah pelarangan oleh rezim Komunis dicabut, meskipun pada umumnya terdapat kebebasan pribadi yang lebih besar bagi orang-orang, penganiayaan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa tidak berhenti. Bentuknya saja yang berbeda.—2 Tim. 3:12.

Sekarang, sebagai ganti para bekas penganiaya umat Yehuwa, orang-orang murtad seolah-olah mengangkat pentung untuk memukul mantan rekan-rekan Kristen mereka. (Mat. 24:48-51) Pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, orang-orang murtad ini semakin vokal, tuduhan palsu mereka semakin banyak dan ganas. Produser dari beberapa acara temu wicara di TV menampilkan mereka sebagai ”pakar” tentang Saksi-Saksi Yehuwa. Akan tetapi, beberapa orang yang jujur mempertanyakan perihal menghakimi Saksi-Saksi berdasarkan pernyataan para bekas anggotanya yang kecewa. Seusai salah satu tayangan TV semacam itu, seorang pemuda menelepon kantor Lembaga di Selters dan menjelaskan bahwa beberapa tahun sebelumnya, bekas Saksi yang diwawancarai tersebut memberikan pengajaran Alkitab kepadanya. Karena alasan pribadi, pemuda tersebut berhenti belajar. Tetapi, sewaktu menyaksikan acara TV tersebut dan mengenali bekas gurunya, pemuda tersebut merasa kesal. Ia bertanya, ”Bagaimana mungkin ia berkata demikian? Toh ia tahu bahwa apa yang ia katakan mengenai Saksi-Saksi itu tidak benar.” Hasilnya, pemuda tersebut melanjutkan kembali pelajaran Alkitabnya, kali ini dengan seorang penatua di sidang setempat.

Tentu saja, banyak orang menerima mentah-mentah apa yang mereka dengar di TV atau baca di surat kabar. Mengingat seringnya serangan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa oleh media massa, Lembaga secara spesifik mempersiapkan sebuah brosur 32 halaman untuk melawan banjir propaganda yang menyesatkan ini. Judulnya Sesama Anda, Saksi-Saksi Yehuwa—Siapakah Mereka? (dalam bahasa Jerman)

Brosur tersebut memuat informasi faktual yang diambil dari sebuah survei pada tahun 1994 terhadap sekitar 146.000 Saksi di Jerman. Hasil survei tersebut langsung menangkis banyak gagasan keliru yang dimiliki orang-orang mengenai Saksi-Saksi. Agamanya wanita lanjut usia? Empat dari sepuluh Saksi di Jerman adalah pria dan rata-rata usia Saksi adalah 44 tahun. Agamanya orang-orang yang telah dicuci otak sejak masa kanak-kanak? Lima puluh dua persen dari semua Saksi menjadi Saksi setelah dewasa. Agama yang memecah-belah keluarga? Sembilan belas persen Saksi masih lajang, 68 persen menikah, 9 persen menjanda, dan hanya 4 persen yang bercerai, cukup banyak dari antaranya bercerai jauh sebelum mereka menjadi Saksi. Agama yang menentang untuk mempunyai anak? Hampir empat perlima dari Saksi yang menikah adalah orang-tua. Terdiri dari orang-orang yang kesanggupan mentalnya di bawah rata-rata? Sepertiga dari Saksi berbicara sekurang-kurangnya satu bahasa asing, dan 69 persen secara teratur mengikuti peristiwa terkini. Agama yang melarang anggotanya menikmati hidup? Setiap minggu, setiap Saksi meluangkan 14,2 jam untuk berbagai bentuk rekreasi. Selain itu, perkara-perkara rohani tetap diprioritaskan, dengan rata-rata 17,5 jam digunakan setiap minggu untuk kegiatan agama.

Sebuah masalah yang mendapat perhatian khusus dalam brosur tersebut berkaitan dengan ”Oliver kecil”. Tak lama setelah kelahirannya pada tahun 1991, dokter menemukan adanya lubang kecil pada jantungnya. Kemudian, ibu Oliver merelakan anaknya untuk dioperasi, dan selaras dengan kepercayaan agamanya, ia mendapatkan dokter yang bersedia melakukannya tanpa darah. Tetapi, para penentang memutarbalikkan kisah tersebut untuk menjelek-jelekkan Saksi-Saksi Yehuwa. Bahkan setelah operasi tersebut berhasil dilakukan tanpa transfusi darah setetes pun, sebuah surat kabar memuat kasus tersebut sebagai kepala berita, menyiratkan bahwa Oliver kini selamat berkat pemberian ’darah yang menyelamatkan kehidupan’, meskipun sang ibu yang ”fanatik” menentang tindakan itu. Berita yang sangat tidak benar ini ditangkis dalam brosur tersebut.

Pada awalnya, brosur tersebut hanya dimaksudkan untuk orang-orang yang mempertanyakan tuduhan palsu terhadap Saksi-Saksi. Akan tetapi, pada tahun 1996, sampulnya dirancang ulang, di bagian belakang dicantumkan tawaran untuk sebuah pengajaran Alkitab di rumah secara cuma-cuma, dan 1.800.000 eksemplar disiarkan di seluruh Jerman.

Menyediakan Informasi Faktual bagi Media Massa

Pada tahun yang sama, langkah lain juga diambil untuk menghadapi upaya keras para penentang yang menggunakan media massa guna menyampaikan gambaran yang menyimpang mengenai Saksi-Saksi Yehuwa. Walter Köbe adalah ketua yang dilantik untuk sebuah panitia yang bertanggung jawab atas Departemen Informasi. Ia menjelaskan, ”Kampanye besar-besaran yang dilancarkan oleh para penentang telah memaksa kami memberikan tanggapan yang terawasi dengan cara menyediakan lebih banyak informasi.” Orang-orang yang berpotensi menjalin hubungan masyarakat dengan efektif dicari. Seminar-seminar diadakan untuk melatih mereka. Negara itu dibagi menjadi 22 daerah yang cocok, dan pada tahun 1998 sudah ada ratusan pekerja departemen informasi yang terlatih untuk mengurus kebutuhan di bidang ini. Mereka khususnya memberikan perhatian untuk mengadakan kontak pribadi dengan para redaktur dan wartawan.

Berkaitan dengan pekerjaan departemen ini, diselenggarakan juga penayangan video Saksi-Saksi Yehuwa Berdiri Teguh di Bawah Serangan Nazi kepada publik. Penayangan perdana sedunia untuk video Berdiri Teguh edisi bahasa Jerman adalah pada tanggal 6 November 1996, di memorial kamp konsentrasi Ravensbrück, tempat banyak Saksi-Saksi Yehuwa pernah ditahan. Yang hadir adalah para anggota pers dan sejarawan terkemuka.

Hingga 1 September 1998, sebanyak lebih dari 269.000 orang telah berkumpul untuk 331 penayangan video kepada publik ini. Bukan hanya Saksi-Saksi yang hadir, melainkan juga wakil-wakil dari pers, pejabat pemerintah, dan khalayak ramai. Ratusan surat kabar mengomentari penayangan ini dalam bentuk artikel-artikel yang semuanya bernada positif. Dari presentasi-presentasi video ini, 176 mencakup ekshibisi yang memperlihatkan penganiayaan Nazi atas Saksi-Saksi Yehuwa.

Semakin banyak wakil dari media massa berbagi perasaan dengan sang wartawan yang pada bulan November 1993 menulis dalam Meissner Zeitung, ”Orang-orang yang berpendapat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa dengan polos dan membabi buta mengikuti ajaran Alkitab yang tidak realistis, akan terkejut sewaktu mendapati bagaimana cermatnya Saksi-Saksi dalam mengidentifikasi sang Teladan mereka, Yesus Kristus, dan bagaimana mereka menerapkan pengetahuan ini dalam kehidupan yang bertujuan.”

Setelah Setengah Abad Berlalu, Masih Berdiri Teguh

Lebih dari setengah abad telah berlalu sejak Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman dibebaskan dari kamp-kamp konsentrasi. Tetapi, catatan integritas mereka tidak pudar dan terlupakan dalam sejarah. Melalui catatan itu, suatu kesaksian yang ampuh masih diberikan kepada dunia. Beberapa Saksi yang dulunya berada dalam kamp konsentrasi karena iman mereka yang tidak dapat dikompromikan, masih hidup pada waktu bahan ini dipersiapkan, dan mereka masih memiliki gairah yang sama dalam dinas kepada Yehuwa sebagaimana pada waktu itu. Pendirian mereka yang berani merupakan bukti bahwa Yehuwa dapat memelihara umat-Nya. Dengarkan pernyataan beberapa orang dari antara yang selamat melewati kamp konsentrasi, yang mewakili ratusan orang seperti mereka, dan perhatikan usia mereka (pada awal tahun 1998), seperti diperlihatkan dalam kurung:

Heinrich Dickmann (95), ”Di Sachsenhausen, saya dipaksa melihat adik laki-laki saya, August, dieksekusi di depan mata seluruh kamp. Saya punya kesempatan untuk langsung dibebaskan dengan menyangkal iman saya. Karena saya menolak untuk berkompromi, komandan kamp berkata, ’Pikirkan kembali dan lihat seberapa lama lagi kamu akan hidup.’ Lima bulan kemudian, ia, bukan saya, yang mati. Moto saya pada waktu itu adalah, ’Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu.’ Itu masih menjadi moto saya sekarang.”

Änne Dickmann (89), ”Saya menganggap [pengalaman di kamp konsentrasi] sebagai pelatihan untuk membantu saya mempertahankan integritas kepada Pencipta yang agung dan Pemberi Kehidupan, Yehuwa. Seluruh pengalaman itu memperkaya kehidupan saya dan membawa saya lebih dekat kepada Allah. Iman dan kasih kepada Allah, itulah yang telah memotivasi saya selama bertahun-tahun ini. Saya tidak pernah merasa dipaksa.”

Josef Rehwald (86), ”Saya dapat melihat kembali dengan rasa puas masa-masa pengujian yang sulit ini karena tidak soal adanya tekanan dan penderitaan, saya mempertahankan iman dan kenetralan Kristen. Saya yakin bahwa saya hanya dapat selamat dengan bantuan Allah Yang Mahakuasa, Yehuwa! Keyakinan Kristen saya kini bahkan lebih kuat dibandingkan dengan pada waktu itu, dan keinginan saya adalah terus berdiri tanpa kompromi di pihak Allah.”

Elfriede Löhr (87), ”Sewaktu saya mengenang hal-hal yang saya alami selama delapan tahun pemenjaraan di bawah Hitler, dapat saya katakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang di luar dugaan. Jelas bahwa, di satu pihak, jalan kebenaran berarti perjuangan dan penganiayaan tetapi, di pihak lain, sukacita dan kemenangan. Saya tidak menganggap bahwa waktu itu terbuang secara sia-sia.”

Maria Hombach, (97), ”Saya meluap-luap dengan sukacita sewaktu tahu bahwa saya memiliki hak istimewa yang unik untuk membuktikan kasih dan rasa syukur saya kepada Yehuwa di bawah keadaan yang paling kejam. Tidak seorang pun yang memaksa saya melakukan ini! Sebaliknya, orang-orang yang mencoba memaksa kami adalah musuh-musuh yang mencoba menggunakan ancaman agar kami lebih menaati Hitler daripada Allah. Tetapi, itu tidak berhasil! Dengan hati nurani yang baik, saya merasa bahagia bahkan sewaktu berada di balik tembok penjara.”

Gertrud Poetzinger (86), ”Saya dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara di sel khusus. Sewaktu saya dibawa kembali ke sel setelah dijatuhi vonis, petugasnya berkata, ’Terima kasih. Anda telah menganjurkan saya untuk kembali percaya akan Allah. Tetaplah berani seperti sekarang, dan Anda tidak akan mengalami kesulitan melewati tiga setengah tahun ini.’ Betapa benarnya kata-kata itu! Justru sewaktu di sel khususlah saya teristimewa merasakan kasih dan kekuatan Yehuwa yang diberikan-Nya.”

Ya, mereka yang selamat dari kamp konsentrasi terus berdiri teguh. Kini, lebih dari setengah abad setelah mereka dibebaskan, haluan integritas dari Saksi-Saksi ini masih menjadi kesaksian kepada dunia dan pujian kepada Yehuwa. Ini benar-benar anjuran besar bagi semua hamba-hamba Allah!

Pemberitaan kabar baik belum berakhir di Jerman. Sejak usainya Perang Dunia II, sebanyak 800.000.000 jam telah dibaktikan untuk memberi tahu orang-orang di sini mengenai Kerajaan Allah. Pada waktu yang sama, pelayanan Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman telah mempengaruhi kehidupan orang-orang di banyak negeri lain. Mereka melihat diri mereka, bukan sebagai kelompok nasional yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari suatu keluarga global yang terdiri dari para penyembah Yehuwa.

Bukti yang mencolok mengenai persatuan internasional ini terlihat pada tahun 1998 sewaktu 217.472 orang menghadiri lima Kebaktian Internasional ”Jalan Hidup Ilahi” di Jerman. Delegasi-delegasi datang dari banyak negeri; seluruh acara disampaikan dalam 13 bahasa. Kebaktian itu menekankan pentingnya untuk terus setia dan berkanjang dalam memberitakan kabar baik. Dengan bantuan Yehuwa, Saksi-Saksi Yehuwa bertekad untuk terus menempuh jalan hidup ilahi dengan loyal.

[Peta di hlm. 79]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

JERMAN BARAT

Hamburg

Meckenheim

Selters

Frankfurt

Wiesbaden

Reutlingen

Munich

JERMAN TIMUR

Berlin

Magdeburg

Glauchau

[Gambar penuh di hlm. 66]

[Gambar di hlm. 69]

Kebaktian Internasional ”Kerajaan yang Berkemenangan”, Nuremberg, 1955

[Gambar di hlm. 73]

Saksi-Saksi di Jerman telah membantu banyak imigran memperoleh manfaat dari kebenaran Alkitab

[Gambar di hlm. 88]

Kompleks Betel Wiesbaden pada tahun 1980

[Gambar di hlm. 90]

Panitia Cabang (kiri ke kanan). Barisan depan: Günter Künz, Edmund Anstadt, Ramon Templeton, Willi Pohl. Belakang: Eberhard Fabian, Richard Kelsey, Werner Rudtke, Peter Mitrega

[Gambar di hlm. 95]

Beberapa dari sepuluh Balai Kebaktian di Jerman

1. Glauchau

2. Reutlingen

3. Munich

4. Meckenheim

5. Berlin

[Gambar di hlm. 99]

Martin dan Gertrud Poetzinger

[Gambar di hlm. 100]

Fasilitas kantor cabang di Selters

[Gambar di hlm. 102]

Beberapa dari Jerman dalam dinas utusan injil di negeri asing: (1) Manfred Tonak, (2) Margarita Königer, (3) Paul Engler, (4) Karl Sömisch, (5) Günter Buschbeck

[Gambar di hlm. 110]

Sewaktu pelarangan dicabut, pengiriman lektur besar-besaran dilakukan ke Eropa Timur

[Gambar di hlm. 118]

Kebaktian Berlin, tahun 1990

[Gambar di hlm. 124]

Balai Kerajaan pertama yang dibangun di bekas Jerman Timur

[Gambar di hlm. 132, 133]

Acara penahbisan—di Selters (gambar di atas), kemudian di enam stadion di seluruh Jerman

[Gambar di hlm. 139]

Sarana untuk menangkis serbuan informasi yang keliru

[Gambar di hlm. 140, 141]

Meskipun ditahan di dalam kamp-kamp konsentrasi (tempat Saksi-Saksi Yehuwa diidentifikasi dengan segitiga ungu), orang-orang Kristen yang loyal ini (diperlihatkan di sini di Brandenburg pada tahun 1995) tetap teguh dalam iman

[Gambar di hlm. 147]

Halaman di sebelah, searah jarum jam: Heinrich Dickmann, Änne Dickmann, Gertrud Poetzinger, Maria Hombach, Josef Rehwald, Elfriede Löhr

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan