Moldova
Terletak di bagian timur lengkung besar Pegunungan Karpatia, Moldova adalah negeri subur yang terdiri dari dataran, lembah yang dalam, jurang yang sempit, dan lereng yang diselimuti hutan. Lanskap seluas 34.000 kilometer persegi yang bervariasi ini merupakan tempat tinggal bagi beragam binatang, termasuk rubah, serigala, terwelu, teledu, kijang, cerpelai, kucing kutub, dan babi liar.
Tanah hitam yang subur di negeri ini serta iklim yang umumnya sejuk turut menghasilkan limpahnya buah, biji-bijian, sayur-sayuran, dan produk pertanian lainnya. Irigasi dan drainase disediakan dengan limpah oleh 2.200 mata air alami dan 3.000 sungai besar dan kecil, yang semuanya mengalir ke selatan menuju Laut Hitam. Sungai Dniester yang mengalir deras merupakan sungai utama dan dapat dilayari ke sebagian besar republik ini. Sebagian besar sungai ini menjadi perbatasan atau, kalau tidak, mengalir sejajar dengan perbatasan Ukraina, sebuah negeri yang terletak di utara, timur, dan selatan Moldova. Sungai Prut, salah satu anak Sungai Donau, adalah perbatasan dengan Rumania di sebelah barat.
Masa Lalu Moldova yang Penuh Gejolak
Negeri di antara Dniester dan Prut ini—dikenal selama berabad-abad sebagai Bessarabia dan Moldavia—terletak di rute darat utama menuju Eropa. Pada milenium pertama SM, wilayah ini adalah bagian dari Skit. Belakangan, daerah ini sebagian berada di bawah kendali Imperium Romawi. Sejarahnya yang penuh gejolak juga mencakup gelombang-gelombang invasi oleh berbagai bangsa seperti orang Goth, Hun, dan Avar. Pada abad ke-13 dan 14, Moldavia menjadi wilayah taklukan orang Tatar, dan pada abad ke-16, Moldavia menjadi bagian dari Imperium Ottoman. Dalam Traktat Bukares pada tahun 1812, orang-orang Turki menyerahkan kekuasaan atas Bessarabia dan setengah dari Moldavia kepada Rusia, dan pada saat itu nama Bessarabia diberlakukan atas seluruh wilayah itu.
Pada tahun 1918, Bessarabia menjadi bagian dari Rumania. Akan tetapi, ia kembali menjadi milik Rusia untuk sementara pada tahun 1940 dan sekali lagi pada tahun 1944. Di bawah kekuasaan Uni Soviet, wilayah ini dikenal sebagai Republik Sosialis Soviet (SSR) Moldavia. Akhirnya, dengan runtuhnya Komunisme Soviet, SSR Moldavia melepaskan hubungan dengan Moskwa, menjadi Republik Moldova yang merdeka pada tanggal 27 Agustus 1991.a Chisinau, sebelumnya Kishinev, adalah ibu kotanya.
Pada tahun 1960-an, Moldova mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat, tetapi hal ini telah melambat dan menjadi stabil sejak tahun 1970. Populasinya sekarang sekitar 4,3 juta jiwa. Banyak orang Moldova bekerja di industri primer negeri ini, yaitu penanaman anggur, yang menghasilkan sekitar 3 persen anggur dunia. Anggur Moldova khususnya populer di Rusia dan Eropa Timur. (Lihat kotak di halaman 71.) Namun, sebuah kebun anggur yang bahkan lebih besar lagi telah memperkaya Moldova, kebun anggur yang menghasilkan buah terbaik dari semua buah anggur—pujian yang manis bagi Yehuwa.
”Suatu Kebun Anggur dengan Anggur yang Berbusa!”
Melalui nabi Yesaya, Yehuwa melukiskan Israel rohani sebagai ”kebun anggur dengan anggur yang berbusa”. Sebagaimana dinubuatkan, kebun anggur kiasan itu telah memenuhi ”permukaan tanah yang produktif dengan hasil” berupa makanan rohani yang bergizi. (Yes. 27:2-6) Oleh karena itu, orang-orang Kristen terurap secara bertahap didampingi oleh jutaan ”domba-domba lain”.—Yoh. 10:16.
Umat Yehuwa di Moldova merasa tergetar karena turut menggenapi nubuat yang menakjubkan itu. Berkat produk rohani yang dialirkan secara konstan oleh organisasi Yehuwa, Moldova sekarang memiliki rasio 1 penyiar berbanding 229 penduduk. Malah, di sebuah desa, seperempat penduduknya adalah Saksi-Saksi Yehuwa!
Namun, sebagaimana akan kita lihat, pertumbuhan ini bukannya terjadi tanpa cobaan yang berat. Selama hampir 70 tahun, monarki Rumania, kaum Fasis, dan kaum Komunis melarang, menganiaya, dan memenjarakan umat Allah. Meskipun demikian, di Moldova, seperti juga di tempat-tempat lain, Yehuwa telah menggenapi kata-kata nubuat-Nya tentang ”kebun anggur [rohani-Nya] dengan anggur yang berbusa”. Melalui Yesaya, Ia berkata, ”Aku, Yehuwa, menjaganya. Setiap saat aku menyiraminya. Agar tidak seorang pun memalingkan perhatiannya untuk melawan dia, aku akan menjaganya bahkan malam dan siang.” (Yes. 27:2, 3) Seraya Saudara merenungkan sejarah umat Yehuwa di Moldova, semoga teladan ketegaran dan iman mereka membentengi tekad Saudara untuk terus menghasilkan buah yang berharga bagi kepujian Yehuwa, tidak soal rintangan apa yang dipasang Setan sang penentang di jalan Saudara.
Russell Menyurvei Ladang Ini
Pada pohon anggur harfiah, cabang-cabang penghasil buah berawal dari tunas-tunas kecil. Pertumbuhan rohani yang dimulai di Moldova juga seperti itu. Marilah kita lihat bagaimana Yehuwa membuat tunas lemah itu berkembang menjadi pohon anggur kekar penghasil buah yang kita lihat di Moldova dewasa ini. (1 Kor. 3:6) Penyelidikan ini membawa kita ke pengujung abad ke-19, sewaktu Siswa Alkitab Charles Taze Russell mengunjungi negeri ini dalam suatu perjalanan keliling Eropa.
Dalam Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence terbitan bulan September 1891, Russell menulis bahwa ia mengunjungi rumah seorang pengacara Yahudi beragama Kristen, Joseph Rabinowitch. ”Salah satu pengalaman kami yang paling menarik sejauh itu,” kata Russell, ”adalah kunjungan kami ke rumah Saudara Joseph Rabinowitch di Kischenev, Rusia [sekarang Chisinau, Moldova]. Ia menyambut kami dengan hangat, begitu pula seluruh keluarganya, yang semuanya percaya kepada Tuan Yesus. . . . Kami mendapati bahwa ia sangat mengenal ajaran di dalam DAWN [serial buku Millenial Dawn] dan sangat bersimpati pada ajaran tersebut.” Selama diskusi Alkitab mereka, kedua pria ini sependapat dalam banyak pokok Alkitab, yang tersirat dari fakta bahwa Russell menyebut temannya di Moldova ini sebagai ”Saudara Rabinowitch”.
Rabinowitch dan keluarganya aktif berpartisipasi dalam membantu orang-orang Yahudi—yang berjumlah lebih dari 50.000 di Chisinau—untuk menerima Kristus dan harapan Mesianik. Di samping rumah dan kantornya ada ”rumah ibadat yang baru dan sangat rapi, yang bisa menampung sekitar seratus dua puluh lima orang”, jelas Russell. Rabinowitch juga memiliki mesin cetak baru yang dioperasikan secara manual yang ia gunakan untuk memproduksi risalah yang secara khusus disesuaikan dengan cara berpikir orang Yahudi. Sekitar enam tahun kemudian, pada tahun 1897, Rabinowitch menulis kepada Russell, mengatakan, ”Saudara Russell yang sangat saya kasihi, Pada penutup tahun ini, saya sangat berterima kasih kepada Saudara atas kenikmatan rohani yang Saudara berikan kepada saya melalui jurnal Saudara yang terhormat, ZION’S WATCH TOWER, yang saya terima secara rutin. Bagi saya, ini bagaikan kapal saudagar—membawakan makanan rohani dari jauh.” Namun, terlepas dari kasih dan gairah akan kebenaran Alkitab yang dimiliki pria Yahudi ini, baru 30 tahun kemudian benih Kerajaan berakar kuat di Moldova dan mulai mengeluarkan hasil.—Mat. 13:1-8, 18-23.
Perang Dunia I Mengecewakan Banyak Orang
Perubahan-perubahan dramatis dalam bidang politik yang terjadi di Eropa selama perang dunia pertama menciptakan tanah yang subur bagi benih Kerajaan di Moldova. Sewaktu Perang Besar—sebutannya waktu itu—berakhir, Moldova memisahkan diri dari Rusia, tempat kaum Komunis telah merebut kekuasaan, dan bergabung dengan Rumania. Banyak tentara Moldova, setelah menyaksikan kengerian perang, pulang dalam keadaan kecewa. Kebanyakan telah dibesarkan dengan kesetiaan yang kuat pada Gereja Ortodoks, tetapi sekarang mereka mulai mempertanyakan ajaran-ajarannya.
Salah seorang pria seperti itu adalah Ion Andronic, yang pulang pada tahun 1919 ke desa asalnya, Corjeuţi. Minatnya akan Alkitab digugah oleh diskusi-diskusinya dengan para penganut Adven dan Baptis sewaktu ia menjadi tawanan perang. Ia membawa pulang Alkitabnya dari kamp penjara dan mendiskusikan isinya dengan keluarga dan tetangganya, sehingga menggugah minat mereka juga.
Ilie Groza adalah salah seorang tetangganya. Selama tahun-tahun perang, ia berada di Amerika Serikat, dan sewaktu pulang ia membawa Alkitab ”Perjanjian Baru”, yang ia peroleh dalam perjalanannya. Karena bertetangga dekat, keluarga Andronic dan Groza mulai mendiskusikan Firman Allah bersama-sama. Mereka juga memperoleh lektur yang diterbitkan oleh Siswa-Siswa Alkitab, sebutan untuk Saksi-Saksi Yehuwa pada masa itu.
Putri keluarga Groza, Ioana, mengenang, ”Saya pastilah baru berusia enam tahun sewaktu keluarga kami pertama kali memperoleh lektur dari Siswa-Siswa Alkitab. Saya tidak tahu pasti di mana kami memperoleh lektur itu, tetapi saya ingat orang tua dan kakak-kakak saya dengan bersemangat mendiskusikan keterangan-keterangan yang jelas dari Ayat-Ayat yang terdapat dalam publikasi-publikasi itu.”
Ion Andronic belakangan memilih untuk tidak membaktikan kehidupannya kepada Yehuwa. Tetapi, tidak demikian dengan yang lain-lain dalam keluarganya dan sebagian besar keluarga Groza. ”Perhimpunan kami pada awalnya hanya dihadiri oleh kedua keluarga ini,” kenang Ioana. ”Orang tua saya punya empat anak perempuan, dan keluarga Andronic punya beberapa anak lelaki dan juga anak perempuan. Jadi, tidak lama kemudian suatu hubungan asmara pun bersemi, sehingga Vasile Andronic menikah dengan saudara perempuan saya, Feodolina.
”Tak lama kemudian, kelompok pelajaran Alkitab kami juga diikuti oleh Tudor dan Daria Groza, sepasang suami istri yang berkerabat jauh dengan kami. Tudor adalah pelajar Alkitab yang sangat antusias. Ia bahkan pergi ke kantor cabang di Cluj-Napoca, Rumania, untuk memperoleh lektur dan jawaban atas banyak pertanyaan Alkitabnya. Dalam tahun-tahun berikutnya, ia menjadi pendukung rohani yang besar bagi sidang kecil kami.
”Keluarga Iacuboi, yang juga tinggal di daerah kami, ikut dalam diskusi Alkitab yang dilakukan di rumah kami. Petru Iacuboi, kepala keluarga itu, sebelumnya pernah menerima tamu seorang pria yang mendistribusikan Alkitab. Tamu ini telah menggugah minat Petru pada ayat-ayat Alkitab. Petru memeriksa ajaran Gereja Baptis selama beberapa waktu sebelum memutuskan bahwa kebenaran harus ditemukan di tempat lain. Pada saat itulah ia bergabung dengan kelompok Siswa-Siswa Alkitab kami yang semakin besar.
”Terdorong oleh apa yang kami pelajari, kelompok kami dengan bergairah membagikan kabar baik Kerajaan kepada semua teman dan kerabat kami, banyak dari mereka tinggal di desa kami dan di desa-desa tetangga.”
Sebuah laporan dalam The Watch Tower terbitan 15 Desember 1921, yang menyoroti betapa cepatnya berita Kerajaan menyebar di Moldova, menyatakan, ”Dari Bessarabia [sebutan untuk Moldova pada waktu itu] seorang saudara, yang belum lama ini berhenti menjadi penganut Adven, menulis, ’Sekitar 200 orang di tempat ini, selain di banyak tempat di sekitar sini, telah menerima kebenaran.’”
Pada awal tahun 1920-an di desa Şirăuţi, seorang anggota fanatik Gereja Ortodoks, Ilarion Bugaian, menerima pengetahuan tentang kebenaran. Ia melayani Yehuwa dengan setia sampai akhir hayatnya. Seorang Siswa Alkitab bernama Moise Ciobanu kembali dari Jerman ke kota Bălţi. Ia mempelajari kebenaran sewaktu dipenjarakan di Jerman selama Perang Dunia I. Tak lama kemudian, suatu kelompok dibentuk, yang kemudian menjadi sidang pertama di Bălţi.
Saksi-Saksi Asal Rumania Membantu
Untuk membantu menggarap ladang ini dan untuk memperkuat orang-orang yang baru bergabung dengan umat Allah, cabang Rumania mengutus saudara-saudara yang cakap ke Moldova pada tahun 1920-an. Di antara para penginjil masa awal itu terdapat Vasile Ciucaş dari Transilvania. Ia berbicara dalam bahasa Rumania dan Hongaria. Sewaktu Vasile mengunjungi sidang yang masih baru di Corjeuţi, ia selalu tinggal dengan Ilie Groza dan keluarganya. Ioana memiliki kenangan manis akan kunjungan-kunjungan itu. ”Saya pastilah baru berusia delapan tahun pada waktu itu,” katanya, ”tapi saya masih ingat kunjungan-kunjungan Saudara Ciucaş. Ia adalah seorang saudara yang sangat baik, dan ia selalu punya cerita yang begitu menarik sampai-sampai tidak ada yang mau tidur! Kakak perempuan saya dan saya selalu berebut untuk duduk di sampingnya.”
Para Saksi asal Rumania, bersama para penyiar setempat yang antusias, terus menyebarkan kabar baik ke desa-desa yang berdekatan. Di desa Tabani, 11 kilometer dari Corjeuţi, Cazimir Cislinschii membagikan kepada orang-orang lain hal-hal bagus yang ia telah pelajari dari Alkitab. Cazimir telah mendengar berita Kerajaan sewaktu ia berdinas militer di Rumania. Salah satu orang pertama di Tabani yang menyambut pengabaran Cazimir adalah Dumitru Gorobeţ, seorang siswa yang sangat antusias. Sekarang, berkat gairah Dumitru dan orang-orang lain seperti dia, populasi Tabani yang berjumlah 3.270 orang mencakup 475 Saksi.
Pada awal tahun 1920-an, berita Alkitab juga sampai ke desa Caracuşeni, sekitar tiga atau empat kilometer dari Corjeuţi. Salah seorang penduduk desa Caracuşeni yang pertama-tama menerima kebenaran adalah Vladimir Lungu, yang dibaptis pada tahun 1927. Vladimir bertekun menghadapi banyak penganiayaan akibat kepercayaan Kristennya dan meninggal dalam keadaan setia kepada Yehuwa pada tahun 2002. Selama masa hidupnya, ia melihat begitu banyak orang di desanya menerima kebenaran sehingga sekarang seperempat penduduk Caracuşeni, yang berpopulasi 4.200, adalah Saksi!
Alexandru Mikitkov, saudara lain yang setia, pertama kali mempelajari kebenaran pada tahun 1929 sewaktu ia mengunjungi kota Iasi di Rumania. Putranya, Ivan, mengatakan, ”Sewaktu Ayah pulang ke desa kami, Ţaul, ia langsung mulai memberitakan kabar baik, dan dalam waktu singkat terbentuklah perhimpunan di rumah kami.”
Ivan melanjutkan, ”Ayah terus mengadakan kontak dengan kantor cabang di Rumania, dan dari waktu ke waktu, saudara-saudara yang matang dari Rumania mengunjungi kami. Sayangnya, pada tahun 1931, dalam salah satu kunjungan itu, adik perempuan saya yang masih bayi meninggal. Karena keluarga kami dikenal dengan baik, banyak penduduk desa menghadiri pemakamannya. Tamu kami dari Rumania, Saudara Vănica, memimpin acara itu. Ia memberikan kesaksian yang sangat bagus, sehingga menyingkapkan kebohongan rumor yang disebarkan klerus setempat bahwa Siswa-Siswa Alkitab tidak mengadakan upacara pemakaman yang bermartabat. Selain itu, khotbah Saudara Vănica, yang dengan jelas membahas harapan kebangkitan, menanamkan benih yang bagus dalam hati beberapa orang yang hadir. Tak lama kemudian, mereka juga mengambil pendirian yang teguh demi kebenaran Alkitab.
”Anjuran rohani Saudara Vănica juga memiliki pengaruh yang dalam atas keluarga saya. Misalnya, abang saya, Dumitru, memutuskan untuk menjadi kolportir (rohaniwan sepenuh waktu). Karena sangat ingin membantu sebanyak mungkin orang, ia segera meninggalkan rumah untuk mengabar di daerah-daerah yang belum tersentuh di Moldova. Keluarga saya mendukung keputusannya dengan sepenuh hati. Tetapi, harus saya akui, saya kangen sekali pada abang saya. Di pihak lain, betapa bersukacitanya kami sewaktu ia pulang mengunjungi kami, membawa banyak sekali pengalaman seru dari lapangan.”
Tentangan Klerus Memuncak
Sejak awal, para klerus Ortodoks menentang pemberitaan kabar baik. Tetapi, mereka menjadi sangat murka sewaktu para mantan anggota gereja mereka, karena telah mempelajari kebenaran Alkitab, menolak membuat tanda salib dan membaptis bayi mereka.
Sewaktu Ioana Groza berusia sekitar sepuluh tahun, imam Ortodoks setempat menekan dia untuk mengkompromikan kepercayaannya. Ia mengingat, ”Ayah saya menjelaskan kepada kami anak-anaknya bahwa membuat tanda salib tidak sesuai dengan Alkitab. Tetapi, di sekolah, imam memaksa kami melakukannya. Saya takut kepadanya, tapi saya juga takut membuat Ayah tidak senang. Jadi, bukannya pergi ke sekolah, saya bersembunyi di sebuah lumbung. Namun, beberapa hari kemudian, Ayah tahu bahwa saya sering bolos. Meskipun begitu, dia tidak memarahi saya tetapi dengan ramah meminta penjelasan. Sewaktu saya menceritakan ketakutan saya pada sang imam, Ayah menggenggam tangan saya dan kami berangkat langsung ke rumah imam itu.
”Dengan nada yang tegas, Ayah berkata kepada imam itu, ’Kalau Anda yang memberikan makanan, pakaian, dan rumah kepada putri saya, barulah Anda boleh memberi tahu dia apa yang harus dilakukan menurut agama. Karena Anda tidak melakukan semua ini, Anda tidak boleh ikut campur dengan apa yang saya ajarkan kepada anak saya.’ Saya senang karena sejak itu, selama masa sekolah, sang imam tidak pernah menyulitkan saya lagi.”
Biasanya, klerus adalah pria-pria yang paling berpengaruh di masyarakat. Seperti para pemimpin agama pada zaman Yesus, mereka menggunakan pengaruh itu untuk merusak nama baik hamba-hamba Yehuwa sehingga anggota gereja mereka akan menolak mentah-mentah atau, kalau tidak, merasa takut berbicara dengan saudara-saudara. Salah satu taktik favorit klerus adalah memanfaatkan kebencian politis. Misalnya, orang-orang pada masa itu takut dan tidak percaya pada ”ancaman” Bolshevik di seberang perbatasan di Uni Soviet. Para imam Ortodoks memanfaatkan rasa takut ini dengan menyatakan bahwa ada motif politis di balik penolakan Siswa-Siswa Alkitab untuk membuat tanda salib, mengatakan bahwa mereka adalah Komunis.
Tetapi, bukan itu saja rencana jahat para klerus ini. Mereka menyalahgunakan jabatan mereka lebih jauh lagi dengan menghasut para pejabat pemerintah untuk menentang umat Allah, seperti yang dilakukan para penulis dan orang Farisi pada zaman Yesus.—Yoh. 18:28-30; 19:4-6; 12-16.
Dari tahun 1918 hingga 1940, Moldova berada di bawah kekuasaan Rumania, yang pada waktu itu adalah kerajaan, atau monarki. Pemerintah Rumania mengangkat seorang menteri perkultusan, yang memiliki yurisdiksi atas masalah-masalah agama. Karena tunduk pada kepercayaan Ortodoks, pria ini menentang pekerjaan Siswa-Siswa Alkitab dan berupaya melarang mereka dan publikasi mereka yang berdasarkan Alkitab. Tuduhannya, sebagaimana Saudara bisa tebak, adalah bahwa saudara-saudara bekerja sama dengan kaum Bolshevik.
Penghinaan resmi atas umat Yehuwa ini mengakibatkan dikeluarkannya surat perintah dari inspektur jenderal Moldova kepada seorang kepala polisi, tertanggal 25 April 1925. Isinya menyatakan, ”Dimotivasi oleh Surat Perintah Keamanan Kepolisian No. 17274/925, kami dengan hormat memberi tahu Saudara bahwa Kementerian Dalam Negeri memutuskan untuk melarang dan menghentikan propaganda ’Siswa-Siswa Alkitab’ internasional, dan kami ingin Saudara mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.”
Dampak tentangan resmi seperti itu terhadap saudara-saudara tercermin dalam laporan yang diserahkan kantor cabang Rumania ke kantor pusat sedunia pada tanggal 17 Oktober 1927. Kesimpulannya, laporan itu mengatakan bahwa perhimpunan di mana-mana dihentikan dan dilarangkan dan bahwa ’ratusan saudara dihadapkan ke pengadilan militer dan sipil’. Laporan ini juga mengatakan, ’Hanya sedikit perhimpunan yang bisa diselenggarakan pada musim panas, karena sidang-sidang masih diawasi dengan ketat oleh dinas rahasia dan kepolisian, khususnya di desa-desa, tempat kebanyakan sidang berada. Sebagian besar perhimpunan diadakan di hutan, di tempat-tempat yang tersembunyi dengan baik.’
Laporan itu melanjutkan, ’Pada bulan Maret, pekerjaan para pengawas keliling juga dibatasi. Pada bulan itu, menteri dalam negeri memberikan perintah yang ketat dan konfidensial untuk mencari para kolportir dan menahan semua ”propagandis” ini. Dalam waktu singkat, hampir semua kolpoltir dimasukkan ke penjara. Dan, meskipun kami maupun para saudara itu tidak gentar, karena telah menghadapi tentangan sejak awal pekerjaan di negeri ini, kali ini sistem pembubaran terhadap kami begitu menyeluruh sehingga kami hampir-hampir tidak bisa bergerak.’
Menjelang akhir tahun 1920-an, orang-orang dan keluarga-keluarga yang berani terus memisahkan diri dari Gereja Ortodoks dan mengambil pendirian yang teguh demi kebenaran Alkitab. Fakta ini tercermin dari surat yang ditulis imam sebuah desa kepada atasannya pada tahun 1928. Surat tersebut berisi daftar 43 nama orang dewasa dan anak-anak di paroki imam itu di Şirăuţi, bunyinya, ”Kami dengan hormat melampirkan daftar nama anggota sekte ’Siswa-Siswa Alkitab’. Meskipun sudah berupaya, mereka belum juga berhasil, dan mereka juga tidak punya rumah ibadat. Sebaliknya, mereka mengadakan pertemuan di rumah-rumah pribadi.”
Sesungguhnya, daftar nama dari sang imam itu berlawanan dengan pernyataannya bahwa Siswa-Siswa Alkitab ”belum juga berhasil”, karena kebanyakan dari ke-43 orang itu adalah mantan anggota Gereja Ortodoks. Salah seorang anak yang disebutkan adalah Agripina Barbuţă, yang sekarang berusia lebih dari 80 tahun dan masih aktif dalam dinas kepada Yehuwa.
Sewaktu mengalami kesulitan untuk mengabar di hadapan umum, saudara-saudara berkonsentrasi pada kesaksian tidak resmi, khususnya kepada kerabat. Pada masa itu para kerabat sering bersosialisasi. Saudara-saudara memanfaatkan kebiasaan ini untuk membagikan kabar baik. Tentu saja, tidak ada peraturan yang dapat menghentikan para anggota keluarga untuk mengobrol dengan satu sama lain.
Upaya untuk Mengesahkan Pekerjaan Pengabaran
Setelah pelarangan pada tahun 1925 terhadap pekerjaan pengabaran, saudara-saudara di kantor cabang di Cluj-Napoca, Rumania, menyerahkan laporan 50 halaman yang diketik kepada menteri perkultusan. Bersama dengan pernyataan singkat tentang ajaran dan kepercayaan kita, laporan tersebut menyertakan permohonan resmi untuk mencabut pelarangan. Setelah itu, pada bulan September 1927, salah seorang saudara diperbolehkan untuk berbicara kepada sang menteri pada tiga kesempatan yang berbeda. Ia meninggalkan pertemuan terakhir dengan harapan bahwa hukum itu akan diubah sehingga memberikan kebebasan beribadat. Namun, sayang sekali, pemerintah mengabaikan permohonan saudara-saudara. Malah, para pejabat terus merancang kesusahan melalui ketetapan, membuat segala sesuatu lebih buruk bagi umat Yehuwa, bukannya lebih baik. (Mz. 94:20; Dan. 6:5-9) Sehubungan dengan hal ini, sebuah dokumen resmi tertanggal 29 Mei 1932 menyatakan bahwa ”setiap jenis kegiatan” Siswa-Siswa Alkitab Internasional ”dilarang total”.
Namun, serangan terhadap umat Allah ini bukan suatu kampanye yang terpadu dan terkoordinasi di Rumania dan Moldova. Hingga taraf tertentu, pemerintah dan para pejabat setempat membuat keputusan mereka sendiri tentang Siswa-Siswa Alkitab. Jadi, saudara-saudara mendekati para pejabat ini guna membela dan secara hukum meneguhkan kabar baik, setidaknya di daerah setempat.—Flp. 1:7.
Di beberapa tempat, upaya ini menghasilkan buah. Itulah yang terjadi di Bukares, Rumania, setelah kantor cabang pindah ke sana dari Cluj-Napoca. Pada tahun 1933, setelah melalui suatu perjuangan yang berkepanjangan, kantor cabang akhirnya memperoleh pendaftaran resmi bagi Lembaga Alkitab dan Risalah Saksi-Saksi Yehuwa di Bukares.
Sungguh menarik, bahkan beberapa hakim terkemuka secara terbuka tidak setuju dengan pembatasan yang dikenakan atas umat Allah. Misalnya, pada tanggal 8 Mei 1935, Sidang Banding Cluj-Napoca dengan berani memutuskan bahwa pelarangan yang dikenakan atas Saksi-Saksi Yehuwa tidak konstitusional. Peraturan itu bahkan menyatakan, ”Buku-buku sitaan [yang diproduksi oleh Saksi-Saksi Yehuwa] menganjurkan kasih terhadap satu sama lain dan kepercayaan akan Allah dan Kristus. Untuk alasan ini, tidaklah benar untuk menyatakan bahwa buku-buku itu bersifat subversif; buku-buku itu tidak membahayakan keamanan Negara.”
Pemikiran Jernih Diabaikan
Akan tetapi, kalangan berwenang pada umumnya terus menentang pekerjaan umat Allah. Misalnya, pada tanggal 28 Maret 1934, kepala Kantor Keamanan kota Soroca, Moldova, menulis kepada atasannya, inspektur polisi regional di Chisinau, mengeluhkan bahwa pada tahun 1927 di desa tertentu dekat Soroca, ”hanya ada dua keluarga yang menganut sekte ini, tetapi sekarang mereka telah mengubah agama . . . 33 keluarga lain”. Ia juga menulis bahwa Saksi-Saksi ”menolak gereja” dan ”tradisi serta kebiasaan religius”-nya dan bahwa ”bukannya meminta pelayanan dari imam, mereka melakukan ibadat sendiri”. Ia menutup suratnya dengan mengatakan, ”[Saksi-Saksi] terus membuat orang-orang berpindah agama, dan hal ini mengancam ketertiban dan keamanan Negara.”
Pada tanggal 6 Mei 1937, saudara-saudara di distrik itu menyurati sang penguasa distrik, meminta agar Saksi-Saksi Yehuwa dihapuskan dari daftar sekte ilegal. Tanggapan resminya diperjelas dalam sepucuk surat dari kepala wilayah distrik Soroca kepada penguasa distrik itu. Surat tertanggal 15 Juni 1937 itu mengatakan, ”Kegiatan [Saksi-Saksi Yehuwa] dilarangkan oleh . . . Kementerian Perkultusan dan Kesenian. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengabulkan permohonan mereka untuk dihapus dari daftar sekte [ilegal], karena mereka terus bekerja dengan aktif demi kepentingan sekte tersebut.”
Untuk menegaskan pendirian yang bermusuhan tersebut, jurnal resmi pemerintah, Monitorul Oficial, mengatakan pada tanggal 12 Juli 1939 bahwa Saksi-Saksi Yehuwa dan badan hukum sah apa pun yang mungkin mereka gunakan ”dilarang total”. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kala itu Moldova berada di bawah kedaulatan Rumania, yang beragama Ortodoks Timur dan diperintah oleh monarki. Sayangnya, kefanatikan agama menggerakkan banyak pejabat bertindak lebih dari sekadar melarang secara resmi umat Yehuwa.
Para Pejabat Menjadi Brutal
Pengalaman Dumitru Gorobeţ dan Cazimir Cislinschii memperlihatkan bahwa api tentangan terhadap pekerjaan pengabaran sering kali dikipasi oleh kebencian agama di pihak para pejabat Ortodoks yang fanatik. Dumitru dan Cazimir pertama kali mempelajari kebenaran Alkitab di desa Tabani. Karena sifat-sifat mereka yang baik dan kegairahan mereka akan pelayanan, mereka segera dikenal dan dikasihi saudara-saudara. Kemudian, pada tahun 1936, mereka ditangkap dan dibawa ke kantor polisi di kota Khotin (sekarang di Ukraina).
Pertama-tama, polisi dengan kejam memukuli Dumitru dan Cazimir. Kemudian, polisi berupaya memaksa mereka membuat tanda salib. Tetapi, kedua pria itu tetap teguh, meskipun terus dipukuli. Akhirnya, polisi menyerah. Mereka bahkan memperbolehkan Dumitru dan Cazimir pulang. Namun, itu bukan akhir cobaan yang diderita kedua saudara yang setia ini. Di bawah pemerintahan Fasis maupun Komunis, mereka bertekun menahan lebih banyak kesulitan lagi demi kabar baik. Dumitru wafat pada awal tahun 1976 di Tomsk, Rusia. Cazimir meninggal pada bulan November 1990 di Moldova.
Pada tahun 1930-an, kantor cabang Rumania mengawasi pekerjaan di Moldova. Martin Magyarosi, yang dibaptis pada tahun 1922, adalah hamba cabang pada waktu itu. Karena keprihatinannya yang pengasih kepada saudara-saudara, khususnya mengingat cobaan yang sedang mereka alami, ia dan menantu lelakinya, Pamfil Albu, mengunjungi banyak sidang di bagian utara Moldova untuk membentengi dan memberikan dorongan moril kepada umat Allah. Sungguh tepat waktu kunjungan tersebut! Mengapa? Karena tak lama kemudian, Eropa menjadi pusat Perang Dunia II. Dan, Moldova, yang dianggap sebagai harta berharga, akan diperebutkan oleh negara-negara tetangga yang lebih kuat darinya.
Eropa Diguncang Perang Dunia II
Pada tanggal 23 Agustus 1939, Uni Soviet dan pemerintah Nazi Jerman menandatangani pakta nonagresi. Seminggu kemudian, pada tanggal 1 September 1939, Jerman menginvasi Polandia, memicu Perang Dunia II. Lalu, pada tanggal 26 Juni 1940, Menteri Luar Negeri Soviet Vyacheslav Molotov menyatakan tuntutan kepada pemerintah Rumania agar mereka menyerahkan tanpa syarat apa yang pada saat itu dikenal sebagai Bessarabia kepada Uni Soviet. Rumania menuruti tuntutan ini, dan pada tanggal 28 Juni 1940, pasukan Soviet berbaris memasuki Moldova. Pada bulan Agustus 1940, pemerintah Soviet menciptakan SSR Moldavia, dengan Chisinau sebagai ibu kotanya.
Akan tetapi, kekuasaan Soviet di Moldova tidak berlangsung lama. Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman melanggar pakta nonagresi tahun 1939 dan menyerang Rusia. Rumania, yang memanfaatkan perubahan ini, menyatakan dirinya berada di pihak Jerman dan berupaya merebut kembali SSR Moldavia dari Soviet.
Rencana ini berjalan mulus, karena pada tanggal 26 Juli 1941, pasukan Rumania telah memukul mundur pasukan Rusia ke Sungai Dniester. Jadi, setelah setahun lebih sedikit di bawah pemerintahan Soviet, Moldova kembali berada di bawah kekuasaan Rumania. Akan tetapi, kali ini, Rumania, sejak bulan September 1940, dikuasai oleh pemerintah Fasis yang sangat nasionalistis yang dikepalai oleh diktator Jenderal Ion Antonescu. Rezimnya tidak mentoleransi orang-orang yang tetap netral secara politis karena dengan loyal mendukung Kerajaan Allah.
Penggodokan pada Masa Fasis
Pemerintah Fasis Antonescu, yang bersekutu dengan Hitler dan kekuatan Poros, segera berupaya memaksakan keinginannya pada Saksi-Saksi Yehuwa. Perhatikan contoh Anton Pântea, yang lahir pada tahun 1919. Anton mempelajari kebenaran semasa remaja dan bergairah dalam pelayanan dari rumah ke rumah. Ia nyaris dipukuli pada sejumlah peristiwa, tetapi dengan menandaskan secara berani hak hukumnya sebagai warga negara Rumania untuk berbicara tentang kepercayaannya, ia berhasil menghindari serangan fisik untuk beberapa lama. Meskipun demikian, polisi akhirnya menangkap dia. Para petugas Fasis menyeretnya ke kantor polisi, memukulinya semalaman dan kemudian, anehnya, membebaskan dia. Saudara Pântea sekarang berusia 84 tahun dan masih bertekad untuk tetap setia kepada Yehuwa.
Pemegang integritas yang lain, Parfin Palamarciuc, mempelajari kebenaran Alkitab di Moldova pada tahun 1920-an. Ia juga menjadi pemberita kabar baik yang bergairah, sering meninggalkan rumah selama berminggu-minggu untuk mengabar di kota-kota dan desa-desa dari Chernovtsy hingga Lvov di Ukraina. Karena Parfin tidak mau mengangkat senjata, kaum Fasis menangkapnya pada tahun 1942 dan menghadapkannya ke pengadilan militer di Chernovtsy.
Putra Parfin, Nicolae, menceritakan peristiwa itu, katanya, ”Sebanyak 100 saudara divonis hukuman mati oleh pengadilan militer ini. Hukuman itu segera dilaksanakan. Para petugas mengumpulkan semua saudara dan memilih sepuluh orang pertama yang akan ditembak. Tetapi, sebelumnya saudara-saudara ini dipaksa untuk menggali kuburan mereka sendiri seraya ke-90 saudara lain menyaksikan. Namun, sebelum menembak saudara-saudara itu, para petugas memberi mereka satu lagi kesempatan untuk menyangkal iman mereka dan bergabung dengan angkatan bersenjata. Dua berkompromi; delapan lainnya ditembak mati. Kemudian, sepuluh saudara lagi dibariskan. Tetapi sebelum ditembak, mereka harus mengubur yang sudah mati tadi.
”Seraya saudara-saudara itu mengisi kuburan, seorang perwira berpangkat tinggi datang. Ia bertanya berapa banyak Saksi telah mengubah pikiran mereka. Sewaktu diberi tahu hanya dua, ia menyatakan bahwa jika 80 orang harus mati guna mendapatkan 20 orang dalam angkatan bersenjata, akan lebih menguntungkan untuk menyerahkan ke-92 orang sisanya ke kamp kerja paksa. Hasilnya, hukuman mati diubah menjadi 25 tahun kerja paksa. Namun, tidak sampai tiga tahun kemudian, Saksi-Saksi dari kamp-kamp Rumania dibebaskan oleh pasukan Soviet yang bergerak maju. Ayah saya selamat melewati cobaan ini dan cobaan-cobaan lain. Ia meninggal dalam keadaan setia kepada Yehuwa pada tahun 1984.”
Tidak Menuruti Ortodoks—Suatu Kejahatan!
Vasile Gherman adalah seorang pemuda yang sudah menikah. Istrinya baru saja melahirkan bayi perempuan sewaktu kaum Fasis menangkap Vasile pada bulan Desember 1942. Vasile dituduh melakukan dua ”kejahatan”—menolak menjalani dinas militer dan tidak membaptis putrinya di Gereja Ortodoks. Ia menceritakan apa yang terjadi, ”Pada bulan Februari 1943, kasus saya, serta kasus 69 saudara lainnya yang setia, akan diperdengarkan di Chernovtsy di hadapan sebuah pengadilan militer. Sebelum vonis dijatuhkan, para pejabat memaksa kami untuk menyaksikan eksekusi enam kriminal. Oleh karena itu, kami yakin bahwa kami akan dihukum mati juga.
”Kami membicarakan hal ini di antara kami dan memutuskan untuk tetap kuat dalam iman dan mengerahkan setiap upaya agar tetap dalam suasana hati bersukacita sepanjang cobaan ini. Dengan bantuan Yehuwa, kami berhasil. Sewaktu, sebagaimana telah diantisipasi, kami semua ber-70 menerima vonis hukuman mati, kami sungguh-sungguh merasa bahwa kami menderita demi keadilbenaran. Tidak seorang pun dari kami merasa kecil hati, sehingga sangat menyusahkan hati musuh-musuh kami. Kemudian, datanglah suatu kejutan. Sebaliknya dari menembak kami, para pejabat mengubah hukuman kami menjadi 25 tahun kerja paksa di kamp di Aiud, Rumania. Namun, bahkan hukuman itu tidak sepenuhnya dijalankan, karena hanya 18 bulan kemudian, pada bulan Agustus 1944, kamp tersebut dibebaskan oleh pasukan Soviet yang bergerak maju.”
Pada tahun 1942, kaum Fasis memaksa sekitar 800 pria dari desa Şirăuţi, Moldova, untuk berdinas di angkatan bersenjata Jenderal Antonescu. Di antaranya terdapat sejumlah Saksi, termasuk Nicolae Anischevici. ”Pada awal acara perekrutan itu,” kata Nicolae, ”polisi memerintahkan kami untuk berpartisipasi dalam upacara agama. Kami para Saksi menolak. Kami juga menolak untuk mengangkat senjata. Akibatnya, polisi menuduh kami sebagai Komunis dan menangkap kami. Namun, sebelum mengurung kami, mereka mengizinkan kami menjelaskan kepada semua yang hadir alasan pendirian netral kami.
”Keesokan harinya, kami dipindahkan ke Briceni, pusat pengadilan distrik itu. Di sini, kami ditelanjangi dan digeledah secara saksama. Seorang imam berpangkat tinggi dalam militer kemudian menanyai kami. Ia baik hati, memperlihatkan pengertian terhadap pendirian kami yang berdasarkan hati nurani, dan mengatur agar kami diberi makan. Selain itu, ia menulis bahwa alasan kami menolak angkat senjata adalah kepercayaan kami akan Yesus.
”Dari Briceni, kami dibawa ke kantor polisi di Lipcani. Di sana, polisi memukuli kami tanpa belas kasihan sampai malam. Kemudian, mereka memasukkan kami ke sebuah sel dengan dua saudara lain dan, yang mengejutkan kami, seorang wanita, yang rupanya adalah mata-mata. Kami dipukuli setiap hari selama beberapa hari. Kemudian, saya dikirim ke Chernovtsy untuk menghadapi pengadilan militer. Di sana, saya diberi seorang pengacara, yang terbukti sangat membantu. Meskipun demikian, kesehatan saya begitu merosot akibat penganiayaan itu sehingga para pejabat militer mengira saya mungkin akan mati. Akhirnya, mereka memutuskan untuk memulangkan saya tanpa menghukum saya.”
Para Saudari yang Berani Mempertahankan Integritas
Para saudari juga merasakan panasnya kemarahan Fasis. Salah satunya ialah Maria Gherman (tidak berkerabat dengan Vasile Gherman tetapi sidangnya sama). Maria, yang ditangkap pada tahun 1943, dibawa ke kantor polisi di Balasineşti. Ia mengingat, ”Polisi menangkap saya karena saya menolak pergi ke Gereja Ortodoks. Pertama, mereka mentransfer saya ke Lipcani, Moldova, dan kemudian ke Chernovtsy, Ukraina, tempat saya divonis.
”Sang hakim bertanya kepada saya mengapa saya tidak mau pergi ke gereja. Saya memberi tahu dia bahwa saya hanya menyembah Yehuwa. Untuk ’kejahatan’ ini, 20 saudari lainnya dan saya divonis 20 tahun penjara. Beberapa dari kami dijejalkan ke dalam sebuah sel kecil bersama 30 napi lain. Namun, pada siang hari, saya dikirim ke luar untuk melakukan pekerjaan rumah di tempat tinggal orang-orang kaya. Orang-orang ini, kalau boleh saya tambahkan, memperlakukan saya lebih baik daripada para pejabat penjara—setidaknya, mereka memberi saya cukup makanan!
”Akhirnya, kami mengadakan kontak dengan saudara-saudara yang berada di sayap lain kompleks penjara itu. Kontak ini terbukti merupakan berkat, karena kami dapat membantu saudara-saudara itu memperoleh makanan rohani maupun jasmani.”
Seperti banyak Saksi lain asal Moldova, para pemegang integritas ini, setelah bertekun menghadapi kemarahan Fasis, masih harus menghadapi serangan lain terhadap iman mereka. Serangan itu dilancarkan oleh kekuasaan regional berikutnya, Rusia Komunis.
Taktik Soviet—Deportasi
Pada tahun 1944, sewaktu perang akan berakhir dengan kekalahan di pihak Jerman, unsur-unsur di dalam pemerintahan Rumania yang dipimpin oleh Raja Michael menggulingkan rezim Antonescu. Rumania kemudian mengubah persekutuannya dari kekuatan Poros ke Rusia. Pada tahun itu juga, pasukan Soviet yang bergerak maju mengambil kembali kendali Rusia atas wilayah itu, menyatukan lagi Moldova ke dalam Uni Soviet sebagai SSR Moldavia.
Pada awalnya, para pemimpin Komunis di Moldova membiarkan Saksi-Saksi Yehuwa. Namun, kelegaan ini hanya sementara. Kenetralan Kristen, termasuk penolakan Saksi-Saksi untuk memberikan suara pada pemilihan partai setempat, segera menjadi berita hangat lagi. Sistem Soviet tidak memperbolehkan kenetralan politik. Jadi, pemerintah merencanakan untuk mengatasi problem ini dengan mendeportasi Saksi-Saksi Yehuwa bersama ”orang-orang yang tidak diinginkan” lainnya, mulai tahun 1949.
Sebuah dokumen resmi menjabarkan ”keputusan politbiro Komite Sentral Partai Komunis” berkenaan dengan orang-orang yang akan dideportasi dari SSR Moldavia. Mereka termasuk ”mantan pemilik tanah, pedagang besar, antek-antek aktif para penyerbu asal Jerman, orang-orang yang bekerja sama dengan Jerman dan para pejabat polisi Rumania, para anggota partai dan organisasi pro-Fasis, para anggota Garda Putih, para anggota sekte terlarang, serta keluarga-keluarga dari kategori di atas”. Semuanya akan dikirim ke Siberia bagian barat ”hingga waktu yang tak tertentu”.
Gelombang kedua deportasi dimulai pada tahun 1951, tetapi kali ini sasarannya hanya Saksi-Saksi Yehuwa. Stalin sendiri yang memerintahkan deportasi ini, yang ia sebut Operasi Utara. Lebih dari 720 keluarga Saksi—sekitar 2.600 orang—dikirim dari Moldova ke Tomsk, sekitar 4.500 kilometer di Siberia bagian barat.
Surat-surat perintah resmi menyatakan bahwa orang-orang harus diberi waktu yang cukup untuk mengumpulkan barang-barang pribadi sebelum dibawa ke kereta api yang sudah menunggu. Selain itu, gerbong-gerbong harus ”diatur dengan baik untuk transportasi manusia”. Kenyataannya cukup berbeda.
Pada tengah malam, sekitar delapan tentara dan petugas datang ke setiap rumah keluarga Saksi. Mereka membangunkan keluarga itu dan memperlihatkan kepada mereka surat perintah deportasi. Lalu, mereka memberi keluarga itu hanya beberapa jam untuk mengumpulkan barang apa pun yang bisa mereka kumpulkan sebelum membawa keluarga tersebut ke kereta api yang sudah menunggu.
Gerbong-gerbong kereta ternyata adalah gerbong barang. Hingga 40 orang dari segala usia dijejalkan ke dalam setiap gerbong untuk perjalanan dua minggu. Tidak ada tempat duduk dan tidak ada penyekat panas apa pun. Di salah satu ujung gerbong barang ada sebuah lubang di lantainya, yang berfungsi sebagai WC. Sebelum mendeportasi saudara-saudara, para pejabat setempat seharusnya mendaftarkan barang setiap orang. Namun, sering kali, mereka hanya mendaftarkan barang-barang yang nilainya sedikit; benda-benda berharga dianggap ”hilang”.
Tetapi, terlepas dari semua ketidakadilan dan kesulitan ini, saudara-saudara tidak pernah kehilangan sukacita Kristen mereka. Sesungguhnya, sewaktu kereta-kereta yang membawa Saksi-Saksi bertemu di persimpangan rel, lagu-lagu Kerajaan terdengar dari gerbong-gerbong lain. Jadi, saudara-saudara di tiap kereta tahu bahwa mereka tidak sendirian tetapi sedang dideportasi bersama-sama dengan ratusan rekan Saksi lain. Melihat dan mendengar satu sama lain saling mencerminkan semangat sukacita dalam keadaan-keadaan penuh cobaan demikian sungguh membesarkan hati semua orang dan membentengi tekad mereka untuk tetap setia kepada Yehuwa, tidak soal apa yang terjadi.—Yak. 1:2.
Iman yang Layak Ditiru
Di antara orang-orang Moldova yang dideportasi ke Siberia terdapat Ivan Mikitkov. Ivan pertama kali ditangkap di Moldova pada tahun 1951, bersama Saksi-Saksi lainnya, dan diasingkan ke Tomsk. Ia ditugasi untuk menebang pohon di taiga Siberia. Meskipun ia tidak dikurung di kamp kerja paksa, kebebasan bergeraknya dibatasi, dan polisi rahasia terus mengawasinya dengan ketat. Meskipun demikian, ia dan saudara-saudara rohaninya memberikan kesaksian kepada orang-orang lain pada setiap kesempatan.
Ivan berkata, ”Kami mengorganisasi diri kami menjadi sidang-sidang dalam lingkungan baru yang sulit ini. Kami bahkan mulai memproduksi lektur kami sendiri. Akhirnya, beberapa dari orang yang kami kabari menerima kebenaran dan dibaptis. Tetapi, kalangan pemerintah akhirnya mengetahui kegiatan kami dan mengirim beberapa dari kami ke kamp kerja paksa.
”Bersama dengan rekan Saksi Pavel Dandara, Mina Goraş, dan Vasile Şarban, saya divonis 12 tahun kerja paksa di bawah pengawasan ketat. Kalangan berwenang berharap bahwa hukuman berat ini akan membuat takut yang lain sehingga berhenti mengabar, tetapi itu tidak terjadi. Tidak soal ke mana saudara-saudara kita dikirim, mereka terus mengabar. Pada tahun 1966, saya dibebaskan setelah menghabiskan masa hukuman saya. Saya kembali ke Tomsk dan tinggal di sana selama tiga tahun.
”Pada tahun 1969, saya pindah ke Basin Donets, tempat saya bertemu dengan Maria, seorang saudari yang setia dan bergairah, yang kemudian saya nikahi. Pada tahun 1983, saya ditangkap lagi. Kali ini, saya menerima hukuman ganda—pemenjaraan lima tahun dan deportasi lima tahun lagi. Bisa dimengerti bila saya mendapati hukuman ini jauh lebih sulit daripada yang sebelumnya karena hal itu berarti saya berpisah dengan istri dan anak saya, yang kedua-duanya juga harus menderita kesulitan. Tetapi, syukurlah, saya tidak harus menjalani seluruh masa hukuman itu. Saya dibebaskan pada tahun 1987 setelah Mikhail Gorbachev menjadi sekretaris jenderal Partai Komunis Soviet. Saya diizinkan kembali ke Ukraina dan belakangan ke Moldova.
”Sewaktu saya kembali ke Bălţi, kota terbesar kedua di Moldova, kota itu memiliki 370 penyiar dan tiga sidang. Sekarang, ada lebih dari 1.700 penyiar dan 16 sidang!”
”Kamu Mau Bernasib seperti Vasile?”
Para pengurus kamp dan agen-agen KGB (Komite Keamanan Negara Soviet) merancang beberapa trik yang sadis guna melemahkan integritas saudara-saudara. Constantin Ivanovici Şobe menceritakan apa yang terjadi dengan kakeknya, Constantin Şobe, ”Pada tahun 1952, Kakek sedang menjalani hukumannya di salah satu kamp kerja paksa di distrik Chita, sebelah timur Danau Baikal di Siberia. Para pejabat kamp mengancam untuk menembak dia dan Saksi-Saksi lainnya jika mereka tidak menyangkal iman.
”Karena saudara-saudara menolak berkompromi, para pejabat itu mengumpulkan mereka di luar kamp, dekat pinggir hutan. Hari sudah mulai gelap sewaktu mereka membawa teman akrab Kakek, Vasile, masuk tidak begitu jauh ke dalam hutan, mengumumkan bahwa mereka akan menembaknya. Saudara-saudara menunggu dengan tegang. Tak lama kemudian, dua tembakan senapan memecah keheningan malam itu.
”Para penjaga kembali dan membawa Saksi berikutnya, kakek saya, ke dalam hutan. Setelah berjalan sedikit, mereka berhenti di sebuah tempat terbuka. Beberapa kuburan telah digali, dan salah satu sudah terisi. Sambil menunjuk ke kuburan itu, sang komandan berpaling kepada Kakek dan mengatakan, ’Kamu mau bernasib seperti Vasile, atau kamu mau dibebaskan dan pulang ke keluarga kamu? Kamu punya waktu dua menit untuk berpikir.’ Kakek tidak butuh dua menit. Ia langsung menjawab, ’Vasile, yang Bapak tembak, sudah saya kenal bertahun-tahun. Sekarang, saya ingin bertemu dengannya lagi dalam kebangkitan di dunia baru. Saya sangat yakin bahwa saya akan berada di dunia baru, bersama dengan Vasile. Tapi, apakah Bapak akan berada di sana?’
”Jawaban itu bukan yang diharapkan sang petugas. Ia membariskan Kakek dan yang lain-lainnya kembali ke kamp. Rupanya, Kakek tidak perlu menunggu sampai kebangkitan untuk bertemu dengan Vasile. Semua ini hanyalah gertakan kejam yang dirancang untuk meruntuhkan tekad saudara-saudara.”
Propaganda Komunis Menjadi Senjata Makan Tuan
Untuk menciptakan kebencian dan kecurigaan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa, pemerintah Komunis memproduksi buku, brosur, dan film yang memfitnah umat Allah. Salah satu brosur berjudul Double Bottom—istilah yang memaksudkan ruang rahasia untuk lektur yang dibuat saudara-saudara di bagian dasar koper dan tas. Nicolai Voloşanovschi mengingat bagaimana komandan kamp berupaya menggunakan brosur ini untuk mempermalukan dia di depan para tahanan lain.
Nicolai berkata, ”Sang komandan kamp mengumpulkan semua napi di sebuah barak. Kemudian, ia mulai mengutip bagian-bagian dari Double Bottom, termasuk bagian yang berisi pernyataan fitnah tentang saya secara pribadi. Sewaktu ia selesai berbicara, saya minta izin untuk bertanya. Sang komandan pasti mengira bahwa hal ini akan menyediakan kesempatan bagi dia untuk mempermainkan saya, soalnya ia mengabulkan permintaan saya.
”Kepada sang komandan kamp, saya bertanya apakah ia masih ingat pertama kali ia mewawancarai saya sewaktu saya dimasukkan ke kamp kerja paksa itu. Ia ingat wawancara itu. Kemudian saya bertanya kepadanya apakah ia ingat pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan kepada saya tentang negeri asal saya, kewarganegaraan saya, dan seterusnya seraya ia mengisi surat-surat saya. Sekali lagi, ia menjawab ya. Ia bahkan memberi tahu hadirin apa jawaban-jawaban saya. Kemudian, saya memintanya menceritakan apa yang sebenarnya ia tulis dalam formulir-formulir itu. Ia mengakui bahwa apa yang ia tulis tidak sesuai dengan jawaban-jawaban saya. Saya kemudian menghadap ke hadirin dan berkata, ’Seperti Anda lihat, brosur ini juga ditulis dengan cara begitu.’ Para tahanan memberikan aplaus, dan sang komandan meninggalkan tempat itu dengan marah.”
Siasat Adu Domba
Pada tahun 1960-an, kalangan berwenang Soviet yang frustrasi menerapkan metode-metode baru dalam upaya mereka untuk memecah-belah persatuan Saksi-Saksi Yehuwa. Buku The Sword and the Shield, yang diterbitkan pada tahun 1999, membahas beberapa catatan KGB, yang tadinya rahasia, yang disimpan dalam arsip pemerintah. Catatan itu menyatakan, ”Sebuah konferensi pada bulan Maret 1959 yang dihadiri para perwira KGB yang memimpin ’perjuangan melawan kaum Jehovis [Saksi-Saksi Yehuwa]’ menyimpulkan bahwa strategi yang tepat adalah ’melanjutkan tindakan menindas dengan tindakan memecah-belah’. KGB merencanakan untuk memecah-belah, menurunkan moral dan mendiskreditkan para penganut sekte tersebut, dan untuk menangkap para pemimpin mereka yang paling berpengaruh dengan tuduhan palsu.”
”Tindakan memecah-belah” ini mencakup kampanye besar-besaran untuk menabur ketidakpercayaan di antara saudara-saudara di seluruh Uni Soviet. Untuk itu, KGB mulai menyebarkan desas-desus yang keji, menyatakan bahwa sejumlah saudara yang mengambil pimpinan telah mulai bekerja sama dengan dinas keamanan Negara. Begitu pintarnya KGB mengkamuflase kebohongan mereka sehingga banyak Saksi mulai bertanya-tanya siapa yang dapat mereka percayai.
Siasat KGB lainnya adalah melatih agen-agen khusus untuk menyamar sebagai Saksi-Saksi Yehuwa yang ”aktif” yang kemudian akan berupaya memperoleh kedudukan sebagai pengemban tanggung jawab di organisasi. Tentu saja, para mata-mata ini akan terus memberikan informasi kepada KGB. KGB juga diam-diam mendekati Saksi-Saksi yang sejati, berupaya menyuap mereka dengan sejumlah besar uang agar bekerja sama.
Sungguh menyedihkan, metode-metode yang licik ini cukup berhasil dalam memecah-belah persatuan saudara-saudara, termasuk saudara-saudara di Moldova. Akibatnya, suatu atmosfer kecurigaan timbul. Beberapa saudara memisahkan diri dari organisasi dan membentuk kelompok independen yang dikenal sebagai oposisi.
Sebelum peristiwa-peristiwa ini, saudara-saudara di Uni Soviet mengacu ke organisasi Yehuwa, makanan rohani yang dihasilkannya, dan saudara-saudara pengemban tanggung jawab yang dilantiknya sebagai saluran. Sekarang, kebingungan dan ketidakpastian tentang saluran tersebut mulai memuncak. Bagaimana saudara-saudara dapat menjernihkan kebingungan ini? Sungguh mengejutkan, mereka melakukannya dengan bantuan Negara Soviet. Ya, si pembuat rencana jahat itu sendiri justru turut menyelesaikan masalah yang ia ciptakan. Bagaimana bisa demikian?
Mereka Gagal Memperhitungkan Roh Allah
Pada awal tahun 1960-an, kalangan berwenang Soviet menyatukan banyak ”pemimpin” Saksi dari seluruh penjuru Uni Soviet di sebuah kamp sekitar 150 kilometer dari kota Saransk di republik Mordvinia, bagian barat Rusia. Sebelumnya, jarak yang jauh memisahkan saudara-saudara ini, menghambat komunikasi dan menimbulkan kesalahpahaman. Tetapi sekarang, saudara-saudara, yang menjadi bagian dari apa yang disebut oposisi dan yang bukan, semuanya bertemu. Oleh karena itu, mereka dapat berbicara secara langsung dan mengetahui fakta sebenarnya. Mengapa kalangan berwenang menyatukan semua saudara itu? Rupanya, mereka berpikir bahwa saudara-saudara itu akan bertikai satu sama lain, sehingga menimbulkan perpecahan yang lebih parah. Meskipun pintar, rencana itu gagal memperhitungkan roh Yehuwa yang mempersatukan.—1 Kor. 14:33.
Salah seorang saudara yang dipenjarakan di Mordvinia adalah Gheorghe Gorobeţ. Ia menceritakan, ”Tidak lama setelah saya ditangkap dan dijebloskan ke penjara, seorang saudara yang telah bergabung dengan pihak oposisi dikurung bersama kami. Ketika ia melihat bahwa saudara-saudara pengemban tanggung jawab masih ditahan, ia terkejut, karena ia telah diberi tahu bahwa kami semua bebas seperti burung dan hidup mewah disponsori KGB!”
Saudara Gorobeţ melanjutkan, ”Selama tahun pertama saya di penjara, lebih dari 700 orang ditahan karena alasan agama. Mayoritas adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Kami semua bekerja bersama di sebuah pabrik dan punya waktu untuk berbicara dengan saudara-saudara yang telah bergabung dengan kelompok independen. Akibatnya, banyak hal diklarifikasi selama tahun 1960 dan 1961. Akhirnya, pada tahun 1962, panitia negeri yang mengurus Uni Soviet menulis sepucuk surat langsung dari kamp kerja paksa itu juga. Surat ini dikirimkan ke semua sidang di Uni Soviet dan mulai memulihkan banyak dari kerusakan yang disebabkan oleh kampanye dusta KGB.”
Mengidentifikasi Saluran yang Benar
Saudara Gorobeţ dibebaskan dari kamp kerja paksa itu pada bulan Juni tahun 1964, dan ia langsung pulang ke Moldova. Setibanya di Tabani, ia mendapati bahwa banyak Saksi setempat masih bingung tentang siapa yang Yehuwa gunakan untuk memberi makan dan mengarahkan umat-Nya. Sejumlah saudara hanya membaca Alkitab.
Sebuah panitia yang terdiri dari tiga saudara yang matang secara rohani dilantik untuk mengklarifikasi masalahnya. Salah satu hal pertama yang mereka lakukan adalah mengunjungi sidang-sidang di bagian utara Moldova, tempat kebanyakan Saksi tinggal. Kesetiaan yang tak berkesudahan dari saudara-saudara ini dan para pengawas Kristen lainnya, meskipun menderita banyak penindasan, meyakinkan banyak orang bahwa Yehuwa masih menggunakan organisasi yang sama yang mula-mula mengajarkan kebenaran kepada mereka.
Pada pengujung tahun 1960-an, tampak jelas bagi KGB bahwa pekerjaan pengabaran terus maju sekalipun ada penindasan dan taktik-taktik lain. Sewaktu melukiskan reaksi KGB, buku The Sword and the Shield menyatakan, ”Pusat [KGB] diguncang oleh laporan-laporan bahwa, bahkan di kamp-kamp kerja paksa, ’para pemimpin dan kalangan berwenang Yehuwa tidak meninggalkan kepercayaan non-Komunis mereka dan dalam kondisi kamp terus melakukan pekerjaan Yehuwa mereka’. Sebuah konferensi yang dihadiri oleh para perwira KGB yang merancang operasi melawan Saksi-Saksi Yehuwa diselenggarakan di [Chisinau] pada bulan November 1967 guna mendiskusikan metode-metode baru untuk ’menghentikan pekerjaan non-Komunis kaum sektarian’ dan ’subversi ideologis’.”
Diganggu oleh Mantan Saudara
Sayangnya, beberapa orang tertipu oleh ”metode-metode baru” ini dan masuk ke perangkap KGB. Beberapa telah takluk pada keserakahan atau rasa takut akan manusia; yang lainnya adalah para mantan saudara yang mengembangkan kebencian terhadap Saksi-Saksi. Kalangan berwenang mulai menggunakan orang-orang ini untuk mematahkan integritas saudara-saudara yang setia. Saksi-Saksi yang telah bertekun menghadapi pemenjaraan dan kamp kerja paksa mengatakan bahwa diganggu oleh para mantan saudara, yang beberapa di antaranya sudah murtad, merupakan salah satu situasi yang paling menyusahkan hati yang pernah mereka hadapi.
Banyak orang murtad berasal dari pihak oposisi yang disebutkan sebelumnya. Mula-mula, kelompok ini mencakup beberapa orang yang sekadar bingung akibat informasi sesat KGB. Namun, orang-orang yang masih berpaut pada oposisi pada akhir tahun 1960-an mencakup sejumlah orang yang mempertunjukkan roh fasik dari golongan budak yang jahat. Setelah mengabaikan peringatan Yesus, mereka mulai ”memukul sesama budak”.—Mat. 24:48, 49.
Namun, rencana untuk memecah-belah dan menaklukkan umat Allah gagal, sekalipun KGB dan antek-anteknya terus melancarkan tekanan yang tak henti-hentinya. Pada awal tahun 1960-an, sewaktu saudara-saudara yang setia mulai bekerja untuk mempersatukan kembali organisasi di Moldova, kebanyakan saudara di negeri itu berpaut pada oposisi. Namun, pada tahun 1972, mayoritas telah kembali bekerja dengan loyal bersama organisasi Yehuwa.
Seorang Penganiaya yang Penuh Penghargaan
Orang-orang setia yang masih berada di Moldova selama era Komunis meneruskan pekerjaan pengabaran mereka sebisa-bisanya. Mereka memberikan kesaksian tidak resmi kepada keluarga, sahabat, teman sekolah, dan rekan sekerja. Tetapi, mereka berhati-hati karena banyak pejabat partai di Moldova secara fanatik berpaut pada ideologi Komunis. Namun, tidak semua kaum Komunis membenci Saksi-Saksi Yehuwa.
Simeon Voloşanovschi mengenang, ”Polisi menggeledah rumah kami dan menyita banyak sekali lektur, yang didaftar oleh seorang petugas. Belakangan, ia kembali dengan daftarnya dan bertanya kepada saya untuk memastikan apakah daftarnya sudah betul. Sewaktu memeriksanya, saya melihat ada yang dihapus—majalah Menara Pengawal yang membahas keluarga dan bagaimana membuat kehidupan rumah tangga lebih bahagia. Saya menanyai sang petugas tentang hal itu. ’Oh, itu saya bawa pulang, dan kami membacanya sekeluarga,’ jawabnya agak malu-malu. ’Anda senang membacanya?’ tanya saya. ’Oh, sangat senang! Kami benar-benar menyukainya!’ katanya.”
Tentangan Mengendur, Pertumbuhan Berlanjut
Selama tahun 1970-an, kalangan berwenang Komunis tidak lagi menangkap dan mengasingkan umat Yehuwa. Namun, saudara-saudara secara perorangan ditangkap dan disidangkan karena mengabar atau menghadiri perhimpunan. Tetapi, hukumannya lebih ringan.
Pada tahun 1972, pengaturan penatua dimulai di Moldova, sebagaimana juga di tempat-tempat lain. Gheorghe Gorobeţ mengingat, ”Saudara-saudara menerima penyelenggaraan baru itu dengan sangat bersukacita, memandangnya sebagai bukti tambahan bahwa roh Yehuwa sedang bekerja. Selain itu, peningkatan jumlah pria terlantik membantu sidang-sidang di Moldova bertumbuh secara rohani maupun dalam jumlah.”
Tentu saja, pada saat itu, saudara-saudara telah memperoleh cukup banyak pengalaman dalam mengorganisasi pekerjaan pengabaran dan mencetak secara rahasia lektur berdasarkan Alkitab. Sewaktu penindasan dari kaum Komunis mulai, lektur dipersiapkan di dua lokasi di Moldova, dan kedua-duanya beroperasi hanya pada malam hari selama dekade-dekade penganiayaan yang sengit. Jadi, para pekerja harus menjalani kehidupan ganda—satu di siang hari, sewaktu mereka melakukan kegiatan sehari-hari mereka seperti halnya warga lain, dan satu lagi di malam hari, sewaktu mereka bekerja hingga dini hari untuk menghasilkan lektur bagi sidang-sidang.
Namun, situasi ini berubah sewaktu tentangan dan kegiatan mata-mata berkurang. Saudara-saudara itu sekarang dapat mengoperasikan percetakan bawah tanah dengan lebih efisien dan menugasi para relawan tambahan untuk mengurus pekerjaan itu. Hasilnya, produksi meningkat.
Saudara-saudara juga meningkatkan mutu teknik pencetakan mereka. Misalnya, mereka menggunakan pelat khusus yang dapat diketik. Mereka juga memodifikasi mesin cetak untuk mencetak pada kedua sisi kertas secara bersamaan. Semua perbaikan ini meningkatkan produksi lebih jauh lagi. Hari-harinya alat bantu pelajaran Alkitab disalin dengan tangan sekarang sudah tinggal kenangan!
Sewajarnya, lebih banyak lektur berarti bahwa saudara-saudara dapat melakukan lebih banyak pelajaran Alkitab secara pribadi. Hal ini serta komunikasi yang jauh lebih baik, turut menjernihkan sisa-sisa kebingungan yang masih ada. Namun, perbaikan-perbaikan ini hanyalah gambaran pendahuluan dari hal-hal yang lebih baik yang akan dinikmati umat Yehuwa di Moldova.
Ibadat Sejati Berkembang Pesat
Meskipun bagaikan Goliat politik dan militer pada masa kejayaannya, Komunisme Soviet gagal melenyapkan ibadat sejati. Malah, melalui program deportasinya, pihak Soviet tanpa sadar membantu menyebarkan kabar baik ke beberapa ”bagian yang paling jauh di bumi”. (Kis. 1:8) Yehuwa berjanji melalui Yesaya, ”Senjata apa pun yang ditempa untuk melawanmu tidak akan berhasil . . . Inilah milik pusaka hamba-hamba Yehuwa, dan keadilbenaran mereka berasal dariku.” (Yes. 54:17) Kata-kata itu sungguh terbukti benar!
Suatu perubahan pemerintahan pada tahun 1985 membuat kehidupan jauh lebih mudah bagi Saksi-Saksi Yehuwa di Uni Soviet. Mereka tidak lagi dibuntuti oleh polisi rahasia atau didenda karena menghadiri pertemuan agama. Meskipun saudara-saudara di Moldova terus mengadakan perhimpunan rutin mereka dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari sepuluh orang atau kurang, mereka mulai menggunakan acara-acara khusus, seperti pernikahan dan pemakaman, untuk mengadakan kebaktian wilayah kecil.
Kemudian, pada musim panas 1989, pekerjaan pengabaran meningkat pesat sewaktu tiga kebaktian internasional diselenggarakan di Polandia di kota Chorzow (dekat Katowice), Poznan, dan Warsawa. Ratusan delegasi dari Moldova hadir. Alangkah tergugahnya saudara-saudara yang setia ini, yang biasa berhimpun secara rahasia dalam jumlah kecil, sewaktu berada di antara sekumpulan besar Saksi-Saksi internasional yang bersukacita—semuanya menyembah Yehuwa bersama-sama!
Saudara-saudara di Moldova menikmati jamuan rohani lain pada tahun 1991 sewaktu mereka dapat menyelenggarakan kebaktian wilayah secara terbuka untuk pertama kalinya dalam sejarah pekerjaan di negeri itu. Pada tahun 1992, ada tonggak sejarah lain—kebaktian internasional di St. Petersburg, Rusia. Jumlah delegasi Moldova yang menghadiri kebaktian ini lebih banyak lagi daripada yang menghadiri ketiga kebaktian di Polandia pada tahun 1989. Ya, Yehuwa telah membuka pintu-pintu air di langit dan telah mulai mencurahkan berkat demi berkat kepada hamba-hamba-Nya yang loyal dan penuh penghargaan.
Pelatihan bagi Pengawas Keliling
Kebebasan yang lebih besar juga menciptakan komunikasi yang lebih lancar antara panitia negeri untuk Uni Soviet dan para pengawas keliling. Pada bulan Desember 1989, saudara-saudara yang matang secara rohani ini, yang kala itu berjumlah 60, berkumpul untuk menerima pelatihan di Lvov, Ukraina. Mengingat semua yang hadir telah bertekun menghadapi pemenjaraan, kamp kerja paksa, dan bentuk penindasan lainnya, pelatihan itu sungguh terbukti sebagai peristiwa yang menyukacitakan dan menguatkan! Sesungguhnya, banyak yang telah menjalin persahabatan yang akrab selama masa-masa sulit sebelumnya.
Empat pengawas keliling dalam kelas itu berasal dari Moldova. Ketika mereka pulang, mereka menyampaikan kepada sidang-sidang nasihat bijaksana yang mereka terima di Lvov, khususnya sehubungan dengan pekerjaan pengabaran. Misalnya, mereka mendesak saudara-saudara untuk terus mengabarkan Firman Allah dengan bijaksana, meskipun sekarang sudah bebas. (Mat. 10:16) Mengapa mereka masih perlu berhati-hati? Karena secara teknis, pekerjaan masih di bawah pelarangan.
Kebutuhan Mendesak akan Balai-Balai Kerajaan
Sejak pekerjaan pengabaran pertama kali ditetapkan di Moldova, saudara-saudara menyadari perlunya memiliki balai pertemuan mereka sendiri. Sesungguhnya, pada tahun 1922, Siswa-Siswa Alkitab di desa Corjeuţi membangun sebuah balai, menggunakan biaya sendiri. Balai yang disebut sebagai rumah pertemuan itu telah digunakan selama bertahun-tahun.
Pada pengujung tahun 1980-an, sewaktu tentangan resmi mulai sangat mengendur, banyak kota dan desa memiliki sidang yang penyiarnya berjumlah ratusan. Mereka berhimpun dalam kelompok-kelompok kecil di rumah-rumah pribadi. Jadi, sudahkah tiba saatnya untuk membangun Balai-Balai Kerajaan? Untuk mengetahui jawabannya, saudara-saudara mendekati berbagai pengurus desa.
Beberapa dari pejabat-pejabat ini terbukti sangat kooperatif. Itulah yang terjadi di Feteşti, sebuah desa berpenduduk 3.150 orang di bagian utara Moldova. Pada bulan Januari 1990, saudara-saudara setempat bertemu dengan sang wali kota, yang memberi tahu mereka bahwa di desanya mereka dapat menganggap pekerjaan mereka bebas dari pembatasan resmi. Saudara-saudara, karena masih khawatir, mendapati tawaran tersebut sulit dipercaya. Jadi, mereka meminta izin untuk memodifikasi rumah seorang saudara sehingga sidang dapat menggunakan rumah itu sebagai Balai Kerajaan kecil, meski sidang itu punya 185 penyiar!
Sang wali kota menyetujui proyek itu, dan saudara-saudara mulai bekerja. Namun, mereka segera menghadapi rintangan besar. Seandainya mereka menyingkirkan dinding tertentu agar proyek dapat berlangsung, rumah itu kemungkinan besar akan roboh! Jadi, pekerjaan berhenti mendadak. Apa yang akan mereka lakukan? Saudara-saudara memutuskan untuk mendekati sang wali kota lagi untuk menjelaskan masalahnya. Alangkah senangnya mereka sewaktu ia mengizinkan mereka membangun sebuah Balai Kerajaan baru! Sekarang sidang itu mengerahkan diri untuk proyek itu, dan menyelesaikannya hanya dalam 27 hari.
Agar semua dapat masuk ke dalam Balai Kerajaan yang baru itu, Sidang Feteşti dibagi dua. Namun, banyak penyiar baru belum dibaptis. Jadi, mengapa tidak menyertakan pembaptisan dalam acara penahbisan? Saudara-saudara menerapkan gagasan ini. Jadi, setelah khotbah baptisan, semuanya pergi ke sungai di dekat situ, dan 80 orang melambangkan pembaktian mereka kepada Yehuwa.
Tentu saja, banyak sidang lain juga sangat membutuhkan Balai Kerajaan. Setelah melihat gambar-gambar Balai Kerajaan di lektur, beberapa sidang memutuskan bahwa mereka dapat membangun balai seperti itu. Jadi, mereka mengumpulkan sumber daya mereka, menggunakan banyak sekali inisiatif, dan mulai bekerja. Dan, ini bukan cuma terjadi di satu atau dua tempat. Antara tahun 1990 dan 1995, saudara-saudara mendirikan lebih dari 30 Balai Kerajaan—semuanya dengan tenaga dan keuangan setempat.
Balai-Balai Kerajaan terpilih juga digunakan untuk kebaktian wilayah. Namun, balai-balai ini begitu sesak dengan hadirin sehingga banyak orang harus mendengarkan acara dari luar balai. Oleh karena itu, saudara-saudara mulai berpikir untuk membangun Balai Kebaktian. Sekali lagi, mereka tidak menunda-nunda. Pada tahun 1992, dalam waktu tiga bulan saja, mereka membangun Balai Kebaktian pertama di Moldova—sebuah bangunan berkapasitas 800 kursi di Corjeuţi. Pada tahun berikutnya, lagi-lagi menggunakan tenaga dan sumber daya mereka sendiri, Saksi-Saksi membangun Balai Kebaktian berkapasitas 1.500 kursi di Feteşti.
Pemilihan waktu untuk kegiatan pembangunan ini tampaknya sangat tepat, karena pada pertengahan tahun 1990-an, perubahan politik dan kemerosotan ekonomi turut mengakibatkan devaluasi mata uang Moldova. Akibatnya, uang yang dibutuhkan untuk membangun seluruh bagian Balai Kerajaan pada awal tahun 1990-an bahkan tidak cukup untuk membeli kursi-kursi beberapa tahun kemudian!
Pembangunan Balai Kerajaan di Selatan
Berbeda dengan sidang-sidang di bagian utara Moldova, sidang-sidang di bagian selatan punya lebih sedikit Balai Kerajaan. Oleh karena itu, seraya pekerjaan berkembang pesat selama tahun 1990-an, banyak sidang yang baru dibentuk di selatan kesulitan mencari tempat yang cocok untuk berhimpun. Sekolah-sekolah umum digunakan, tetapi menjadi semakin sulit disewa.
Sekali lagi, Yehuwa melalui organisasi-Nya membantu saudara-saudara. Pada waktu yang sangat tepat, Badan Pimpinan, melalui penyelenggaraan Dana Balai Kerajaan, menyediakan dana bagi pembangunan Balai-Balai Kerajaan di negeri-negeri seperti Moldova, yang sidang-sidangnya memiliki dana yang terbatas.
Saudara-saudara telah menggunakan persediaan ini dengan efektif. Chisinau adalah contoh yang bagus. Pada tahun 1999, belum ada satu pun Balai Kerajaan di ibu kota. Tetapi, pada bulan Juli 2002, sepuluh balai melayani kebutuhan 30 dari 37 sidang di kota itu, dan tiga lagi sedang dibangun.
Akhirnya, Pengakuan Resmi!
Pada tanggal 27 Agustus 1991, Moldova menjadi republik yang merdeka. Karena pelarangan atas pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa berasal dari Soviet, hal itu tidak berlaku lagi. Meskipun demikian, Saksi-Saksi Yehuwa, yang pada waktu itu berjumlah sekitar 4.000 orang, belum terdaftar secara resmi sebagai organisasi agama.
Setelah menerima petunjuk yang berguna dari Badan Pimpinan, kantor Moldova segera mendekati berbagai lembaga pemerintah yang terkait untuk mendapatkan pengakuan resmi bagi Saksi-Saksi Yehuwa. Pemerintahan yang baru rupanya mendukung permohonan itu. Dibutuhkan waktu beberapa lama untuk memproses urusan administrasinya, tetapi akhirnya, pada tanggal 27 Juli 1994, kantor menerima dokumen pendaftaran resmi.
Sungguh hari yang tak terlupakan bagi Saksi-Saksi Yehuwa di Moldova! Setelah bertekun sekitar enam dekade di bawah pelarangan, penganiayaan, dan pemenjaraan, mereka sekarang dapat menyembah Yehuwa dan memberitakan kabar baik secara terbuka. Mereka juga dapat mulai mengadakan kebaktian distrik sendiri. Sesungguhnya, pada bulan Agustus 1994, sebulan setelah mendapat pengakuan resmi, Saksi-Saksi Yehuwa berkumpul di stadion terbesar di Chisinau untuk menghadiri kebaktian distrik pertama Moldova. Sungguh menggetarkan peristiwa itu!
Ekspansi Betel
Pada tahun 1995, jumlah penyiar Kerajaan telah meningkat hingga lebih dari 10.000. Sebuah kantor kecil di Chisinau mengurus aspek-aspek tertentu dari pekerjaan di Moldova, tetapi kantor cabang Rusia—sekitar 2.000 kilometer dari situ—melakukan pengawasan secara umum. Namun, cabang Rumania hanya berjarak 500 kilometer dari situ, dan kebanyakan orang Moldova berbicara dalam bahasa Rumania. Malah, bahasa Rumania dijadikan bahasa resmi republik itu. Jadi, setelah mempertimbangkan semua faktanya, Badan Pimpinan menyarankan agar kantor cabang Rumania mengawasi pekerjaan di Moldova.
Sementara itu, pertumbuhan yang terus-menerus mulai membuat kewalahan kantor di Chisinau, yang hanya berupa sebuah apartemen kecil. Jelaslah, waktunya telah tiba untuk membentuk sebuah keluarga Betel. Di antara anggota pertamanya terdapat Ion dan Iulia Rusu. Saudara Rusu telah melayani sebagai pengawas keliling pengganti dari tahun 1991 hingga 1994. Anggota lain keluarga Betel adalah Gheorghe Gorobeţ, yang melayani sebagai pengawas distrik hingga ia dipindahkan ke tugas baru ini. Ia tinggal di luar Betel dan berkomuter setiap hari. Guenther dan Rosaria Matzura, para lulusan Gilead kelas ke-67, tiba pada tanggal 1 Mei 1996 setelah beberapa tahun melayani di Rumania.
Seraya jumlah penyiar terus meningkat, begitu pula kebutuhan akan lebih banyak pekerja Betel. Tetapi, ruang yang ada terbatas. Selain itu, pada tahun 1998, rumah Betel Moldova tersebar di lima apartemen di kota! Oleh karena itu, dimulailah pencarian akan lokasi yang cocok untuk membangun kompleks Betel yang menyatu. Kalangan berwenang pemerintah di Chisinau dengan baik hati menawari saudara-saudara sebidang tanah seluas 3.000 meter persegi tepat di jantung kota itu, yang mereka terima dengan penuh rasa syukur. Mengingat prospek akan ekspansi lebih lanjut, saudara-saudara juga membeli tanah di sebelahnya.
Sebuah firma setempat dikontrak untuk membangun kerangkanya. Para relawan internasional dan saudara-saudari setempat melakukan pekerjaan selebihnya. Pembangunan dimulai pada bulan September 1998, dan hanya 14 bulan kemudian, sebuah keluarga Betel yang penuh semangat pindah ke rumah baru mereka, tergetar karena akhirnya bisa berkumpul menjadi satu.
Acara penahbisan kompleks Betel yang baru ini diadakan pada tanggal 16 September 2000. Tamu dari 11 negeri menghadirinya. Pada hari berikutnya, Gerrit Lösch dari Badan Pimpinan berkhotbah di hadapan hadirin yang berjumlah lebih dari 10.000 orang di stadion olahraga setempat. Semua hadirin merasakan ikatan kasih yang hangat yang mempersatukan umat Yehuwa di seluruh dunia.
Sekarang, keluarga Betel Moldova memiliki 26 anggota. Beberapa anggota, seperti David dan Miriam Grozescu, datang dari luar negeri untuk melayani sebagai pekerja Betel dinas luar negeri. Yang lainnya, seperti Enno Schlenzig, menghadiri Sekolah Pelatihan Pelayanan di negeri asal mereka dan kemudian menerima tugas luar negeri di Moldova. Jadi, meskipun anggota keluarga Betel ini sedikit, jumlah kebangsaannya cukup beragam.
Melatih para Pekerja Panen
Selama dekade-dekade pelarangan dan penindasan, umat Yehuwa di Moldova membagikan kabar baik kepada orang-orang secara bijaksana dan, tentu saja, secara tidak resmi. Tetapi, sekarang sudah tiba saatnya bagi mereka untuk turut secara terbuka melakukan pengabaran dari rumah ke rumah dan memberi kesaksian di jalan. Dengan taat, saudara-saudara menyediakan diri untuk melakukan faset-faset dinas ini, kesaksian di jalan khususnya menjadi sangat populer. Namun, seraya jumlah penyiar meningkat, keseimbangan dibutuhkan. Oleh karena itu, sidang-sidang dianjurkan untuk berfokus pada pengabaran dari rumah ke rumah, yang mereka turuti dengan setia.
Sekarang, lebih dari sebelumnya, para penyiar mulai menyadari betapa laparnya sesama mereka akan makanan rohani yang sejati. Untuk turut memenuhi kebutuhan itu, organisasi Yehuwa memperlengkapi sidang-sidang dengan Menara Pengawal, Sedarlah!, dan alat bantu pelajaran Alkitab lainnya dalam bahasa Rumania dan Rusia. Pada saat yang sama, para penyiar bekerja keras untuk meningkatkan kualitas pelayanan mereka dengan menerapkan persembahan yang disarankan di Pelayanan Kerajaan Kita. Mereka juga memanfaatkan pelatihan progresif yang disediakan melalui Sekolah Pelayanan Teokratis.
Bantuan lebih jauh, khususnya pada tingkat organisasi, telah diberikan oleh saudara-saudara yang matang dan berpengalaman dari negeri-negeri lain. Seperti kerangka yang menopang pohon anggur penghasil buah, saudara-saudara internasional yang cakap dan rela ini telah menyediakan dukungan maupun stabilitas kepada sidang-sidang.
Periode Pertumbuhan Pesat
Pertumbuhan pesat jumlah murid di Moldova terlihat nyata di ibu kota, Chisinau, yang berpopulasi 662.000 orang. Pada bulan Januari 1991, sebelum Saksi-Saksi Yehuwa menerima pengakuan resmi, Chisinau hanya memiliki dua sidang dengan sekitar 350 penyiar. Tetapi, pada bulan Januari 2003, jumlah itu membengkak menjadi 37 sidang dengan lebih dari 3.870 penyiar! Di sebuah sidang, terdapat 101 pelajar Alkitab yang menjadi penyiar baru hanya dalam waktu sembilan bulan! Dengan peningkatan sepesat itu, sudah biasa bagi sidang-sidang di kota itu untuk dimekarkan dalam waktu kira-kira dua tahun saja.
Pada bulan Agustus 1993, Moldova secara keseluruhan memiliki 6.551 penyiar. Namun, pada bulan Maret 2002, jumlah itu membengkak menjadi 18.425—peningkatan 280 persen dalam sembilan tahun! Pada periode yang sama, jumlah perintis biasa meningkat dari 28 menjadi 1.232.
Dari Wakil Wali Kota menjadi Perintis
Di antara orang-orang yang mengenal pengetahuan tentang Yehuwa terdapat banyak mantan Komunis, beberapa di antaranya bahkan pernah memegang jabatan politik. Salah seorang seperti itu adalah Valeriu Mârza, mantan wakil wali kota Soroca, sebuah kota kecil yang berpopulasi sekitar 39.000 orang. Pada kesempatan-kesempatan khusus sewaktu parade-parade diadakan, Valeriu berada di antara para pembesar di balkon yang diberi salut oleh orang-orang yang berpawai. Jadi, ia sangat terkenal di kota itu.
Namun, belakangan, Valeriu mulai mempelajari Alkitab dan dibaptis. Bagaimana reaksi orang-orang sewaktu ia memberikan kesaksian kepada mereka? ”Hampir semua orang mengundang saya masuk,” kata Saudara Mârza. ”Alangkah bagus kesempatan yang saya miliki untuk mengabar, dan istri saya serta saya mendapati bahwa kota ini benar-benar daerah yang produktif!” Tak lama kemudian, Saudara Mârza dilantik menjadi perintis istimewa. Ia dan istrinya juga melayani di Betel selama setahun. Sekarang, mereka memiliki hak istimewa berupa pekerjaan keliling.
Para Perintis Membantu
Rasio penyiar banding penduduk di Moldova sekarang termasuk yang terbaik di Eropa. Meskipun demikian, masih banyak desa dan kota kecil yang belum memiliki Saksi. Karena kondisi ekonomi yang sulit, kebanyakan penyiar dan perintis tidak sanggup melayani di tempat yang lebih membutuhkan. Untuk turut memastikan bahwa kabar baik mencapai orang-orang di seluruh wilayah, cabang Rumania telah melantik hampir 50 perintis istimewa di Moldova. Lebih dari 20 di antaranya juga telah mendapat manfaat dari pelatihan dalam Sekolah Pelatihan Pelayanan, yang diselenggarakan di Rumania, Rusia, dan Ukraina.
Para penginjil yang suka bekerja keras ini memperoleh beberapa hasil yang sangat bagus. Misalnya, sewaktu pasangan perintis istimewa Serghei dan Oxana Zighel ditugasi ke Căuşeni pada tahun 1995, kota itu hanya memiliki satu kelompok yang terdiri dari 15 penyiar. Suami istri Zighel membantu saudara-saudara setempat untuk memulai banyak PAR yang baru. Mereka juga memanifestasikan semangat perintis yang penuh sukacita, dan hasilnya, banyak lagi yang bergabung dengan mereka dalam dinas sepenuh waktu. Sekarang, Căuşeni memiliki dua sidang dengan sekitar 155 penyiar—peningkatan sepuluh kali lipat dalam waktu hanya tujuh tahun! Sementara itu, suami istri Zighel telah memulai pekerjaan keliling, yang memungkinkan mereka membantu lebih banyak sidang lagi.
Kebebasan tetapi Bukannya Tanpa Kesulitan
Pemerintahan manusia, apa pun bentuknya, punya masalahnya sendiri-sendiri. Di bawah monarki Rumania, diktator Fasis, dan pemerintah Komunis, umat Yehuwa di Moldova harus bergumul dengan tentangan klerus, pelarangan, penindasan, dan deportasi. Sekarang, Saksi-Saksi Yehuwa, seperti sesama mereka, harus berjuang mengatasi kesulitan ekonomi, yang dapat memaksa kedua orang tua untuk bekerja. Yang lain-lain kesulitan mencari pekerjaan.
Sementara itu, kejahatan dan korupsi meningkat seraya materialisme dan kebobrokan moral merenggut korban. Dapatkah umat Yehuwa keluar sebagai pemenang dalam menghadapi ancaman terselubung ini terhadap kerohanian mereka? Ya, pasti! Mereka telah belajar melalui pengalaman bahwa Yehuwa tidak pernah menelantarkan umat-Nya yang loyal, yang mencari-Nya untuk memperoleh bantuan sewaktu cobaan dan godaan mengadang.—2 Tim. 3:1-5; Yak. 1:2-4.
Situasi sekarang ini mengingatkan kita pada pasal ke-14 buku Penyingkapan, yang membahas dua panen simbolis. Salah satunya adalah panen ”tanaman anggur di bumi”—tanaman jahat yang, seperti dinubuatkan, sedang berkembang dengan pesat selama hari-hari terakhir ini. (Pny. 14:17-20; Mz. 92:7) Tak lama lagi, ”tanaman anggur” ini, berikut semua buahnya yang busuk, akan dicabut sampai ke akar dan dicampakkan ”ke dalam tempat pemerasan anggur yang besar, yaitu kemarahan Allah”. Hamba-hamba Yehuwa sungguh mendambakan saat itu!
Sementara itu, orang-orang Kristen terurap dan rekan-rekan mereka bersukacita dalam kemakmuran rohani mereka. Ya, ”kebun anggur dengan anggur yang berbusa” milik Yehuwa akan terus menghasilkan makanan rohani yang bergizi secara berlimpah, menarik orang-orang yang seperti domba ke dalam kandangnya. Mengapa umat Allah dapat yakin akan hal ini? Karena Yehuwa sendiri menjaga kebun anggur-Nya yang berharga. (Yes. 27:2-4) Betapa nyatanya hal itu dipertunjukkan di Moldova! Benar, rancangan Setan—apakah berupa penindasan, deportasi, propaganda dusta, atau saudara-saudara palsu—telah menyulitkan umat Allah tetapi tidak pernah dapat mengalahkan mereka secara rohani.—Yes. 54:17.
Ya, ”berbahagialah orang yang terus bertekun menanggung cobaan, karena setelah diperkenan ia akan menerima mahkota kehidupan, yang dijanjikan Yehuwa kepada mereka yang terus mengasihi dia”. (Yak. 1:12) Sambil mencamkan kata-kata yang berharga tersebut, semoga Saudara tergugah oleh sejarah Saksi-Saksi Yehuwa di Moldova untuk ”terus mengasihi” Yehuwa, ”terus bertekun menanggung cobaan”, dan ”terus menghasilkan banyak buah”.—Yoh. 15:8.
[Catatan Kaki]
a Kecuali atas tuntutan konteks, nama Moldova akan digunakan, bukan Bessarabia dan Moldavia. Namun, ingatlah selalu bahwa batas-batas Moldova sekarang ini tidak sama dengan batas-batas Bessarabia dan Moldavia lama. Misalnya, sebagian dari Bessarabia sekarang berada dalam wilayah Ukraina, dan suatu bagian dari Moldavia berada di dalam Rumania.
[Kotak/Gambar di hlm. 71]
Sumber Anggur bagi Rusia dan Eropa Timur
Musim panas yang panjang dan tanah yang subur di Moldova membuatnya ideal bagi produksi anggur—suatu industri yang sudah berusia ribuan tahun. Pada akhir abad ketiga SM, produksi anggur mengalami peningkatan besar sewaktu populasi setempat mengadakan hubungan dengan orang Yunani dan kemudian pada abad kedua M, dengan orang Romawi.
Dewasa ini, produksi anggur adalah tulang punggung pertanian Moldova, dengan hampir 130 pabrik anggur yang memproduksi hingga 37 juta galon per tahun. Kira-kira 90 persen anggur itu diekspor, terutama ke Rusia dan Ukraina, yang masing-masing mengimpor sekitar 80 persen dan 7 persen.
[Kotak di hlm. 72]
Sekilas tentang Moldova
Negeri: Moldova bagian tengah dan utara adalah wilayah hutan yang mencakup dataran tinggi yang sangat subur dan stepa, atau padang rumput. Bagian selatannya kebanyakan adalah stepa garapan.
Penduduk: Etnik Moldova meliputi dua pertiga populasi. Selebihnya terutama terdiri dari orang Rusia, Ukraina, Gagauz, Bulgaria, dan Yahudi, diurut menurut banyaknya. Kebanyakan orang Moldova adalah anggota Gereja Ortodoks Timur.
Bahasa: Rumania adalah bahasa resminya. Banyak orang juga berbicara dalam bahasa Rusia, khususnya di kota-kota, sehingga penggunaan dua bahasa sudah menjadi norma.
Mata pencaharian: Pertanian dan pemrosesan makanan adalah tulang punggung ekonomi. Sektor manufaktur sedang mengalami perkembangan.
Makanan: Panenan mencakup anggur, gandum, jagung, bit gula, dan bunga matahari. Ternak utama adalah sapi potong, sapi perah, dan babi.
Iklim: Suhu berkisar dari minus 4 derajat Celsius pada bulan Januari hingga 21 derajat Celsius pada bulan Juli. Secara keseluruhan, iklimnya hangat dengan musim dingin yang relatif sedang. Rata-rata tahunan curah hujan sekitar 50 sentimeter.
[Kotak di hlm. 83-85]
Teladan Kenetralan Kristen yang Menonjol
George Vacarciuc: Saudara Vacarciuc dibesarkan sebagai salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa. Pada bulan Desember 1942, kaum Fasis memanggilnya untuk berdinas militer. Ia menolak angkat senjata dan dikurung dalam sebuah sel yang sama sekali gelap selama 16 hari dengan sangat sedikit makanan. Para pejabat memanggilnya lagi, berjanji akan membatalkan hukumannya—yang bahkan belum dibacakan kepadanya—jika ia melakukan perintah sebelumnya. Sekali lagi ia menolak.
Akibatnya, George divonis 25 tahun penjara. Namun, ia dibebaskan sewaktu pasukan Soviet tiba pada tanggal 25 September 1944. Tetapi, kurang dari dua bulan kemudian, pemerintah Soviet berupaya merekrutnya untuk wajib militer. Karena ia tidak mau melanggar hati nuraninya yang dilatih Alkitab, ia dihukum sepuluh tahun kerja paksa di berbagai kamp. Selama 12 bulan, keluarganya tidak tahu di mana ia berada. Setelah dipenjarakan selama lima tahun, Saudara Vacarciuc dibebaskan pada tanggal 5 Desember 1949. Ia kembali ke rumahnya di Corjeuţi dan tetap setia hingga ia meninggal pada tanggal 12 Maret 1980.
Parfin Goreacioc: Lahir pada tahun 1900, Saudara Goreacioc mengenal kebenaran Alkitab di desa Hlina pada tahun 1925 hingga 1927. Bersama adik dan kakak lelakinya, Nicolae dan Ion, ia mempelajari kebenaran dari Damian dan Alexandru Roşu, Siswa-Siswa Alkitab pertama di desa itu.
Pada tahun 1933, Parfin, bersama Saksi-Saksi lainnya, ditangkap dan dibawa ke kota Khotin, tempat ia ditanyai dan kemudian didenda karena mengabar. Pada tahun 1939, akibat hasutan imam desa, Parfin dibawa ke kantor polisi di desa tetangga, Ghilavăţ. Di sini polisi mengikatnya dalam keadaan tertelungkup di atas papan tempat tidur dan memukuli telapak kakinya.
Sewaktu kaum Fasis berkuasa, Parfin kembali ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Namun, pada tahun itu juga, pasukan Soviet membebaskannya, tetapi kemudian menangkapnya lagi karena menolak dinas militer. Mereka memenjarakannya di Chisinau selama beberapa bulan kemudian membebaskannya.
Pada tahun 1947, pasukan Soviet menangkap Parfin lagi, kali ini memvonisnya delapan tahun pengasingan karena memberitakan Kerajaan Allah. Pada tahun 1951, anak-anaknya dideportasi ke Siberia. Namun, mereka tidak ikut dengan sang ayah. Malah, mereka tidak pernah melihatnya lagi. Parfin sakit parah dalam pembuangan dan meninggal pada tahun 1953, setia sampai akhir.
Vasile Pădureţ: Lahir pada tahun 1920 di Corjeuţi, Saudara Pădureţ mempelajari kebenaran pada tahun 1941 selama era Fasis. Oleh karena itu, ia juga menderita di tangan kaum Fasis maupun pemerintah Soviet. Kepada pemerintah Soviet, ia dengan berani mengatakan, ”Saya tidak menembak kaum Bolshevik, dan saya tidak akan membunuh kaum Fasis.”
Karena pendiriannya yang berdasarkan hati nurani dan Alkitab ini, Vasile divonis sepuluh tahun penjara di kamp kerja paksa Soviet. Tetapi, hukumannya dikurangi hingga lima tahun, dan ia pulang pada tanggal 5 Agustus 1949. Sewaktu ia ditangkap untuk ketiga kalinya, Operasi Utara telah dimulai. Jadi, pada tanggal 1 April 1951, Vasile dan keluarganya diangkut dalam gerbong barang kereta menuju Siberia. Setelah berada di sana selama lima tahun, mereka diperbolehkan pulang ke Corjeuţi, Moldova. Vasile meninggal dalam keadaan setia kepada Yehuwa pada tanggal 6 Juli 2002, sewaktu laporan ini sedang dipersiapkan.
[Kotak/Gambar di hlm. 89, 90]
’Saya Tidak Akan Menukar Kehidupan Pelayanan Saya dengan Apa Pun Juga’
Ion Sava Ursoi
Lahir: 1920
Baptis: 1943
Profil: Melayani sebagai pengawas wilayah selama era komunis.
Saya lahir di Caracuşeni, Moldova, dan mempelajari kebenaran sebelum pecahnya Perang Dunia II. Istri saya meninggal pada tahun 1942. Pada upacara pemakamannya, segerombolan orang mengejar saya dari pekuburan. Mengapa? Karena saya telah berpindah agama. Belakangan pada tahun itu, pemerintah Fasis berupaya merekrut saya untuk dinas militer. Karena hasrat saya untuk tetap netral secara politik, saya menolaknya. Saya dijatuhi hukuman mati, tetapi belakangan hukuman itu diubah menjadi 25 tahun pemenjaraan. Saya dipindah dari kamp ke kamp. Sewaktu saya dipenjarakan di Craiova, Rumania, pasukan Soviet datang dan membebaskan kami.
Belum sempat saya mengecap kebebasan, pemerintah Komunis menjebloskan saya ke penjara lagi. Mereka mengirim saya ke Kalinin, Rusia. Dua tahun kemudian, pada tahun 1946, mereka memulangkan saya ke desa saya, dan di sana saya ikut mengorganisasi pekerjaan pengabaran. Kemudian, pada tahun 1951, pemerintah Soviet menangkap saya lagi. Kali ini mereka mendeportasi saya, bersama banyak Saksi lainnya, ke Siberia. Saya baru pulang ke rumah pada tahun 1969.
Sewaktu melihat ke masa lalu kehidupan saya, saya ingat banyak situasi manakala Yehuwa memberi saya kekuatan untuk mempertahankan integritas saya. Saya tidak akan menukar kehidupan pelayanan saya kepada Pencipta dengan apa pun juga di dunia ini. Sekarang, saya bergumul dengan keterbatasan karena usia tua dan kesehatan yang memburuk. Tetapi, harapan yang pasti berupa kehidupan di dunia baru, manakala tubuh saya akan pulih seperkasa sewaktu muda, membentengi tekad saya untuk tidak ”menyerah dalam melakukan apa yang baik”.—Gal. 6:9.
[Kotak/Gambar di hlm. 100-102]
”Saya Punya Banyak Hal untuk Dinyanyikan”
Alexandra Cordon
Lahir: 1929
Baptis: 1957
Profil: Menderita di bawah rezim Soviet dan sekarang melayani sebagai penyiar di sebuah sidang.
Kecintaan saya pada menyanyi membantu saya menemukan kebenaran dan, belakangan, tetap kuat secara rohani sewaktu iman saya diuji. Kisah saya dimulai pada tahun 1940-an ketika, semasih remaja, saya bertemu dengan sekelompok anak muda di Corjeuţi yang senang menggunakan waktu luang mereka untuk menyanyikan lagu Kerajaan dan mendiskusikan Alkitab. Kebenaran rohani yang saya pelajari selama diskusi-diskusi tersebut dan dari lagu-lagu itu sangat berkesan dalam diri saya.
Tak lama kemudian, saya menjadi penyiar kabar baik. Hal ini membuat saya ditangkap pada tahun 1953, bersama sepuluh Saksi lain. Sementara menunggu persidangan, saya ditahan di sebuah penjara di Chisinau. Saya mempertahankan kekuatan rohani saya dengan menyanyikan lagu-lagu Kerajaan, yang tampaknya membuat marah salah seorang penjaga. ”Kamu ada di dalam penjara,” katanya. ”Ini bukan tempat untuk menyanyi!”
Saya menjawab, ”Seumur hidup, saya telah menyanyi. Mengapa saya harus berhenti sekarang? Anda bisa mengunci saya di sini, tetapi Anda tidak bisa mengunci bibir saya. Hati saya bebas, dan saya mengasihi Yehuwa. Jadi, saya punya banyak hal untuk dinyanyikan.”
Saya divonis 25 tahun di kamp kerja paksa di Inta, dekat Lingkaran Arktik. Selama bulan-bulan musim panas yang pendek, Saksi-Saksi lain dan saya bekerja di hutan tak jauh dari situ. Lagi-lagi, lagu-lagu Kerajaan, yang kebanyakan sudah di luar kepala, membantu kami tetap kuat secara rohani dan merasa bebas dalam hati. Selain itu, para penjaga kami, tidak seperti yang di Chisinau, menganjurkan kami untuk bernyanyi.
Saya tetap berada di kamp Inta selama tiga tahun, tiga bulan, dan tiga hari. Kemudian, berkat sebuah amnesti, saya dibebaskan. Karena saya belum diizinkan pulang ke Moldova, saya pergi ke Tomsk, Rusia. Di sana, saya dipersatukan kembali dengan suami saya, yang tadinya juga dipenjarakan. Kami telah berpisah selama empat tahun.
Karena penangkapan saya, saya belum melambangkan pembaktian saya kepada Yehuwa melalui baptisan air. Jadi, saya menanyakan hal ini kepada saudara-saudara di Tomsk. Karena sejumlah orang lain juga ingin dibaptis, saudara-saudara segera membuat pengaturan untuk pembaptisan. Tetapi, karena pelarangan, mereka memutuskan untuk mengadakannya pada malam hari di sebuah danau di hutan dekat situ.
Pada waktu yang telah ditetapkan, kami meninggalkan daerah pinggiran Tomsk dan berjalan ke dalam hutan berdua-dua agar tidak menimbulkan kecurigaan. Tiap pasangan harus mengikuti pasangan di depannya hingga kami semua tiba dengan aman di danau. Setidaknya, itulah rencananya. Sayang sekali, dua saudari lanjut usia di depan rekan saya dan saya tersasar. Kami mengikuti mereka, dan pasangan-pasangan di belakang kami juga mengikuti kami. Tak lama kemudian, sekitar sepuluh dari kami benar-benar kehilangan arah dalam kegelapan, basah kuyup hingga ke kulit kami akibat semak-semak yang basah dan kami menggigil kedinginan. Beruang dan serigala terkenal berkeliaran di daerah situ, sehingga kami dicekam rasa takut bertemu dengan mereka. Saking tegangnya, setiap suara yang aneh mengagetkan kami.
Menyadari betapa pentingnya untuk tidak panik atau menyerah, saya menyarankan agar kami berdiri dengan tenang dan menyiulkan lagu Kerajaan, berharap yang lain-lainnya mendengar kami. Kami juga berdoa dengan khusyuk. Jadi, bayangkan betapa senangnya kami sewaktu mendengar nada yang sama mengalun kembali ke arah kami menembus kegelapan! Ya, saudara-saudara kami telah mendengar kami! Dengan cepat, mereka menyalakan senter sehingga kami dapat mencari jalan ke arah mereka. Tidak lama kemudian, kami dibenamkan ke dalam air yang sangat dingin, tetapi saking bahagianya, kami tidak merasakannya.
Sekarang, saya berusia 74 tahun dan sudah kembali ke Corjeuţi, tempat saya pertama kali menemukan kebenaran. Meskipun usia saya semakin lanjut, saya masih punya banyak hal untuk dinyanyikan, khususnya untuk memuji Bapak surgawi kita.
[Kotak/Gambar di hlm. 104-106]
Saya Berupaya Meniru Teladan Orang Tua Saya
Vasile Ursu
Lahir: 1927
Baptis: 1941
Profil: Melayani sebagai hamba sidang dan bekerja dalam pemroduksian lektur bawah tanah.
Orang tua saya, Simeon dan Maria Ursu, dibaptis pada tahun 1929. Dari lima anak mereka, saya yang tertua. Selama era Fasis, Ayah dan Ibu ditangkap dan dijatuhi hukuman 25 tahun kerja paksa karena pendirian mereka yang netral. Saudara-saudari rohani dari sidang di Corjeuţi yang berdekatan merawat kami anak-anak dan mengurus pertanian keluarga kami. Oleh karena itu, kami selalu punya cukup makanan. Nenek kami yang sudah lanjut usia, yang tidak berada dalam kebenaran, juga membantu merawat kami. Saya berusia 14 tahun pada waktu itu.
Berkat teladan orang tua saya, saya berupaya sangat keras untuk mengurus adik-adik saya secara rohani. Untuk itu, saya membangunkan mereka pagi-pagi setiap hari untuk membahas suatu bagian dari lektur berdasarkan Alkitab bersama-sama. Mereka tidak selalu mau bangun, tetapi saya tidak memberi mereka pilihan. Saya menyadari pentingnya kebiasaan belajar yang baik. Hasilnya, sewaktu orang tua kami dibebaskan lebih awal dan kembali ke rumah pada tahun 1944, mereka senang melihat betapa sehatnya kami secara rohani. Alangkah menyenangkannya reuni itu! Namun, kebahagiaan kami tidak bertahan lama.
Tahun berikutnya, pemerintah Soviet menangkap Ayah dan memenjarakannya di Norilsk, Siberia, di atas Lingkaran Arktik. Tiga tahun kemudian, saya menikahi Emilia, seorang saudari yang energik dan berpikiran rohani. Kami boleh dikatakan bertumbuh bersama, jadi saya kenal baik dia. Namun, hanya setahun setelah pernikahan kami, saya ditangkap bersama dengan Ibu. Kami dikirim ke Chisinau, tempat kami dihukum 25 tahun kerja paksa. Emilia dengan pengasih merawat adik-adik saya, yang sekarang harus hidup tanpa orang tua dan kakak mereka.
Akhirnya, saya dikirim ke tambang batu bara di Vorkuta, sebuah kamp kerja paksa yang terkenal kejam di sebelah utara Lingkaran Arktik. Dua tahun kemudian, pada tahun 1951, Emilia dan tiga adik lelaki saya dan satu adik perempuan diasingkan ke Tomsk, di bagian barat Siberia. Pada tahun 1955, Emilia minta dipindahkan ke Vorkuta agar berada bersama saya. Di sana, ia melahirkan anak yang pertama dari tiga anak kami, seorang anak perempuan bernama Tamara.
Pada bulan September 1957, sebuah amnesti diumumkan, dan kami dibebaskan. Namun, sebulan kemudian saya ditangkap lagi. Kali ini saya divonis tujuh tahun di kamp kerja paksa di Mordvinia, dekat Saransk, Rusia. Banyak saudara lain juga ditahan di sana, dan akan ada lebih banyak lagi. Sewaktu para istri kami datang berkunjung, mereka berhasil menyelundupkan persediaan lektur secara teratur, yang sangat kami hargai. Pada bulan Desember 1957, Emilia pindah ke Kurgan, Siberia bagian barat, untuk mengurus putri kami, Tamara, yang selama itu tinggal dengan orang tua Emilia. Akibatnya, Emilia dan saya terpisah selama tujuh tahun. Namun, inilah satu-satunya jalan bagi kami agar Tamara tidak sampai dikirim ke lembaga yang dikelola Negara.
Pada tahun 1964, saya dibebaskan tetapi tidak diperbolehkan pulang ke Moldova. Meskipun aktivitas saya secara resmi masih dibatasi, saya dapat berkumpul dengan istri dan putri saya di Kurgan, tempat saya melayani sebagai pemimpin PBS di sidang. Pada tahun 1969, kami pindah ke Krasnodar, di Kaukasus. Setelah melayani di sana selama delapan tahun, kami pindah ke Chirchik, Uzbekistan. Di sana, saya bekerja di percetakan bawah tanah. Akhirnya, pada tahun 1984 kami diperbolehkan kembali ke Moldova. Kami tinggal di Tighina, sebuah kota yang berpenduduk 160.000 orang dan hanya memiliki 18 penyiar. Dari tahun ke tahun, kelompok kecil ini telah bertumbuh menjadi sembilan sidang yang terdiri dari hampir 1.000 penyiar dan perintis.
Apakah saya menyesali tahun-tahun yang saya habiskan di kamp kerja paksa dan penjara demi sang Tuan? Sama sekali tidak! Bagi saya masalahnya sudah jelas, bahkan sewaktu saya baru dibaptis pada usia 14 tahun: kita mengasihi Allah atau, kalau tidak, mengasihi dunia! Karena telah memutuskan untuk melayani Yehuwa, saya tidak pernah berpikir untuk berkompromi.—Yak. 4:4.
[Gambar]
Kiri: Vasile Ursu
Kiri jauh: Vasile dan istri, Emilia, dan putri, Tamara
[Kotak/Gambar di hlm. 108-110]
Anak Lelaki Kecil dengan Bunga Menyentuh Hati Saya
Valentina Cojocaru
Lahir: 1952
Baptis: 1997
Profil: Seorang guru di bawah rezim Soviet, ia memasukkan ateisme ke dalam ajarannya.
Pada tahun 1978, saya adalah seorang guru TK di Feteşti, Moldova. Saya juga seorang ateis. Pada sebuah rapat staf, saya diinstruksikan untuk berkonsentrasi pada anak-anak Saksi-Saksi Yehuwa dengan tujuan mengajari mereka ateisme. Saya pikir ini adalah gagasan yang bagus. Jadi, saya berupaya merancang cara-cara yang imajinatif untuk mencapai hati murid-murid Saksi saya. Saya berhasil menemukan apa yang saya pikir adalah ide yang cemerlang.
Saya menugasi kelas untuk mempersiapkan dua bidang tanah untuk menanam bunga. Di salah satu bidang, anak-anak harus menanam bunga, mengairinya, dan menyingkirkan lalang yang ada. Tetapi mereka tidak boleh menyentuh bidang yang satunya. Itu milik Allah, saya memberi tahu mereka. Allah yang akan mengurusnya sendiri. Murid-murid menerima proyek ini dengan antusias. Tentu saja, seraya anak-anak menanam, menyiram, dan menyiangi tanah mereka, ”taman kecil milik Allah” justru sarat dengan lalang.
Kemudian, pada suatu hari yang cerah, saya mengumpulkan mereka di depan kedua bidang tanah itu. Saya memuji pekerjaan anak-anak atas upaya mereka yang bagus, dan setelah itu saya mulai melontarkan kata-kata yang sudah saya rancang dengan cermat. ”Apakah kalian memperhatikan bahwa Allah tidak melakukan apa-apa di sini?” saya bertanya. ”Kalian lihat betapa jelasnya bahwa tempat ini bukan kepunyaan siapa-siapa?”
Anak-anak setuju bahwa begitulah tampaknya. Saya kemudian mengucapkan komentar utama saya, ”Kalian lihat, anak-anak, tempat bunga ini menjadi seperti ini karena Allah hanya ada dalam imajinasi orang-orang. Jadi, jika Allah tidak benar-benar ada, bagaimana mungkin Ia dapat merawat bunga atau apa pun?”
Sambil berbicara, saya mengamati anak-anak untuk melihat bagaimana respons mereka. Saya melihat seorang anak lelaki kecil, yang orang tuanya adalah Saksi, menjadi semakin gelisah saja. Akhirnya, ia tidak dapat menahan diri lagi. Ia lari ke lapangan di sebelah, memetik sekuntum dandelion, dan memberikannya kepada saya, sambil mengatakan, ”Kalau Allah tidak ada, lalu siapa yang membuat bunga ini tumbuh? Tidak ada dari kita yang merawatnya.” Logikanya menampar saya dengan keras. Jauh di lubuk hati, saya sadar bahwa anak ini membuat kesimpulan yang ampuh.
Karena saya dibesarkan secara Komunis, butuh waktu bertahun-tahun bagi saya untuk mengambil langkah berikutnya—memeriksa Alkitab. Namun, pada tahun 1995, saya mendekati Saksi-Saksi setempat dan meminta pelajaran. Bayangkan betapa senangnya saya sewaktu tahu bahwa salah seorang mantan murid saya sekarang adalah salah seorang guru saya!
Memang, sistem Komunis memberi saya pendidikan sekuler yang bagus. Tetapi, sistem itu tidak dapat mengajarkan pelajaran-pelajaran terpenting dalam kehidupan. Sekarang, berkat Yehuwa dan anak lelaki yang berani itu, saya dapat menggunakan pengetahuan rohani maupun sekuler saya untuk membantu orang lain untuk sadar bahwa Allah benar-benar ada dan bahwa Ia sangat peduli kepada manusia ciptaan-Nya.
[Kotak/Gambar di hlm. 113-115]
Lahir di Pengasingan
Lidia Sevastian
Lahir: 1954
Baptis: 1995
Profil: Setelah dibesarkan oleh ibunya yang Saksi dan ayahnya yang tidak seiman, ia kehilangan kontak dengan Saksi-Saksi Yehuwa selama bertahun-tahun.
Ibu dan nenek saya menjadi Saksi-Saksi Yehuwa pada awal tahun 1940-an. Meskipun Ayah adalah orang yang baik, pada waktu itu ia belum menerima kebenaran Alkitab. Pada tahun 1951, Ibu memiliki dua anak dan sedang mengandung anak kembar. Pada bulan April tahun itu, kalangan berwenang berupaya memisahkan keluarga kami. Sewaktu Ayah sedang bekerja, mereka memasukkan Ibu—yang sebentar lagi akan melahirkan—dan kakak-kakak saya ke kereta api menuju Siberia. Tetapi, sebelum itu, Ibu berhasil menghubungi Ayah, yang bergegas pulang. Meskipun bukan seorang Saksi, ia naik ke kereta api dan pergi ke pengasingan bersama keluarganya.
Dalam perjalanan ke Siberia, Ibu diperbolehkan tinggal sebentar di kota Asino untuk melahirkan kedua anak kembarnya. Selebihnya dari keluarga kami harus melanjutkan perjalanan ke distrik Tomsk, tempat Ayah mengatur pemondokan. Ia ditugasi untuk bekerja bersama saudara-saudara. Beberapa minggu kemudian, Ibu dan kedua bayi kembarnya yang baru lahir datang. Tragisnya, bayi-bayi itu meninggal akibat kondisi tidak manusiawi yang harus dialami keluarga kami.
Meskipun demikian, empat anak lagi lahir di pengasingan, termasuk saudara lelaki kembar saya dan saya. Ayah dengan loyal mengurus kami semua. Akhirnya, pada tahun 1957, kami diperbolehkan pulang ke kampung halaman kami. Ibu terus menanamkan prinsip-prinsip Alkitab dalam hati kami, meskipun ia dibayang-bayangi polisi rahasia.
Ayah, di pihak lain, khususnya menginginkan anak-anaknya menerima pendidikan sekuler yang bagus. Jadi, pada usia 16 tahun, saya pergi ke Chisinau untuk kuliah di universitas. Belakangan, saya menikah dan pindah ke Kazakstan, sehingga saya menjadi terisolasi bukan hanya dari keluarga melainkan juga dari organisasi Yehuwa. Saya kembali ke Chisinau pada tahun 1982 dan langsung mulai mencari sidang umat Yehuwa, tetapi tidak berhasil. Selama delapan tahun, saya merasa bahwa sayalah satu-satunya orang di kota itu yang ingin menyembah Yehuwa.
Kemudian, pada suatu hari, sewaktu saya sedang berdiri di halte bus, saya mendengar dua wanita berbicara tentang Yehuwa. Saya mendekati mereka supaya bisa mendengar dengan lebih baik. Karena mengira saya adalah agen KGB, kedua wanita itu mengubah topik pembicaraan. Ketika mereka mulai beranjak dari situ, saya mengikuti, yang tampaknya mengagetkan mereka. Jadi, saya segera mendekati mereka dan, setelah sedikit pembahasan, meyakinkan mereka akan ketulusan saya. Akhirnya, mimpi saya untuk bergabung dengan organisasi Yehuwa menjadi kenyataan! Namun, sayangnya, suami saya menentang pendirian saya.
Pada waktu itu, kami memiliki dua anak. Pada tahun 1992, saya menjalani operasi pada tulang belakang dan harus terbaring tanpa bergerak selama enam bulan di ranjang rumah sakit. Pada tahap yang penuh depresi dalam kehidupan saya itu, sesuatu yang menakjubkan terjadi: Putra saya, Pavel, mengambil pendirian untuk Yehuwa dan dibaptis di kebaktian internasional tahun 1993 di Kiev. Akhirnya, saya pulih sampai bisa berjalan lagi. Jadi, pada tahun 1995, saya juga melambangkan pembaktian saya kepada Yehuwa.
Sekarang, banyak anggota keluarga saya adalah Saksi, dan untuk itu saya bersyukur kepada Yehuwa dan Ibu, yang teladan keteguhannya selalu ada bersama saya. Mengenai ayah saya yang luar biasa loyal, saya tergetar untuk mengatakan bahwa sebelum meninggal, ia juga menjadi salah seorang hamba Yehuwa.
[Kotak/Gambar di hlm. 117, 118]
Pengorbanan Kami Tidak Ada Apa-Apanya Dibanding Pengorbanan Yehuwa
Mihai Ursoi
Lahir: 1927
Baptis: 1945
Profil: Dianiaya oleh kaum Fasis maupun kaum Komunis.
Saya menjadi penyiar kabar baik pada tahun 1941. Pada tahun 1942, sewaktu saya berusia 15 tahun, saya diharuskan menerima pelatihan militer di sekolah setempat. Gambar Raja Michael dari Rumania, Jenderal Antonescu, dan Perawan Maria dipajang di ruang kelas. Sewaktu kelompok kami memasuki ruangan, kami harus membungkuk di depan gambar-gambar itu dan membuat tanda salib. Tiga dari kami menolak melakukannya.
Akibatnya, polisi setempat dengan kejam memukuli kami. Kami bermalam di sekolah. Pada pagi harinya, kami dikirim ke Corjeuţi, dan di sana kami dipukuli lagi. Dari Corjeuţi kami dibawa ke beberapa tempat lain sebelum dikirim, dengan berjalan kaki, sejauh kira-kira 100 kilometer ke tempat kami akan disidangkan di pengadilan militer. Kaki saya berdarah-darah karena perjalanan itu. Akhirnya, saya dipulangkan tanpa dihukum, mungkin karena usia saya.
Sewaktu saya berusia 18 tahun, saya direkrut oleh kalangan berwenang Soviet. Sekali lagi, saya menolak mengkompromikan kenetralan saya dan dipukuli dengan brutal, begitu pula teman saya Gheorghe Nimenco. Sesungguhnya, ia meninggal enam minggu kemudian akibat luka-lukanya. Sekali lagi, saya dipulangkan, saya kira karena usia saya. Pemerintah Soviet menangkap saya lagi pada tahun 1947, kali ini mengancam akan menembak saya jika saya menolak dinas militer. Akan tetapi, sebaliknya, mereka menjebloskan saya ke sel khusus selama dua bulan, lalu mengirim saya untuk kerja paksa di proyek Kanal Volga-Don. Ternyata itu adalah pekerjaan yang sangat berbahaya, dan banyak yang tewas. Dalam suatu kecelakaan yang merenggut banyak korban jiwa, saya nyaris cedera dan dipulangkan ke Moldova.
Di sana, saya menikah. Pada tahun 1951, istri saya yang sedang hamil, Vera, dan saya diasingkan, melakukan perjalanan pertama-tama dengan kereta api dan kemudian dengan perahu ke taiga Siberia, suatu kawasan hutan subarktik yang sangat luas, tempat saya harus memotong kayu. Vera dan saya tinggal di sebuah pondok bersama 16 keluarga lain. Syukurlah, pada tahun 1959 kami diperbolehkan pulang ke Moldova.
Ada sejumlah hal yang telah membentengi saya selama tahun-tahun yang penuh kesulitan itu dan setelahnya. Salah satunya adalah teladan iman abang saya, Ion. (Lihat halaman 89.) Ia dihukum mati, dan meskipun ia tidak tahu bahwa hukumannya akan diperingan, ia menolak berkompromi. Saya juga dikuatkan sewaktu saya merenungkan bagaimana Yehuwa selalu merawat saya dan, belakangan, istri saya selama cobaan yang kami alami demi nama-Nya. Namun, pengorbanan kami tidak ada apa-apanya dibanding apa yang Yehuwa lakukan demi kita dengan mengirim Putra-Nya untuk mati sebagai tebusan bagi kita. Merenungkan persediaan yang luar biasa ini membantu saya menghadapi hari demi hari dengan sukacita.
[Kotak/Gambar di hlm. 121-123]
Saya Merasakan Kepedulian Yehuwa yang Lembut
Mihailina Gheorghiţa
Lahir: 1930
Baptis: 1947
Profil: Bekerja sebagai kurir dan penerjemah selama tahun-tahun pelarangan.
Saya mempelajari kebenaran pada tahun 1945 dan senang membagikan kabar baik kepada tetangga-tetangga saya di kampung halaman saya, Glodeni, dan di desa yang berdekatan, Petrunea. Karena saya memberikan kesaksian di sekolah, pihak berwenang sekolah menolak memberi saya ijazah. Meskipun demikian, saya senang menggunakan pendidikan saya untuk membantu penerjemahan publikasi berdasarkan Alkitab dari bahasa Rumania dan Ukraina ke bahasa Rusia.
Tidak lama setelah saya dibaptis, saya tertangkap basah sedang menerjemah dan divonis 25 tahun kerja paksa di Vorkuta, bagian utara Lingkaran Arktik, tempat adanya banyak saudari lain. Meskipun kondisinya penuh cobaan, kami semua tetap mengabar. Kami juga berhasil mendapatkan lektur. Bahkan, kami memproduksi beberapa lektur untuk kami gunakan di kamp itu juga.
Pada suatu hari, saya bertemu dengan seorang wanita muda yang ditangkap karena kalangan berwenang mengira ia seorang Saksi. Saya menyarankan agar ia menyelidiki Firman Allah, karena Yehuwa memiliki kuasa untuk membebaskan umat-Nya jika itu adalah kehendak-Nya. Akhirnya, ia setuju untuk belajar Alkitab dan menjadi salah seorang saudari kita. Tak lama setelah itu, ia dibebaskan lebih awal dari kamp itu.
Belakangan, saya dipindahkan ke Karaganda, Kazakstan. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1956, saya juga dibebaskan. Saya pindah ke Tomsk, dan di sana saya bertemu dan menikah dengan Alexandru Gheorghiţa, yang pernah dipenjara selama enam tahun demi imannya. Kami berdua terus mengabar di daerah Siberia yang luas, meski sadar bahwa polisi rahasia masih mengawasi kami. Kemudian, kami pindah ke Irkutsk, sedikit ke arah barat dari Danau Baikal. Di sana, kami terus memproduksi lektur secara rahasia. Belakangan, kami juga melayani di Bishkek, Kirghizistan. Meskipun berhati-hati sewaktu mengabar, Alexandru tertangkap dan divonis sepuluh tahun penjara.
Sang jaksa penuntut mengatakan bahwa saya dapat mengunjungi Alexandru selama ia berada di penjara sambil menunggu persidangan. Karena hal ini biasanya tidak diperbolehkan, saya bertanya kepadanya mengapa ia mengulurkan kebaikan hati ini. ”Kalian adalah pasangan muda,” katanya, ”dan kalian punya anak. Mungkin kalian akan mempertimbangkan kembali keputusan kalian.” Saya memberi tahu sang jaksa bahwa Alexandru dan saya sudah lama membuat keputusan kami untuk melayani Yehuwa dan bahwa kami bertekad untuk tetap setia. Ia membalas, ”Malah Alkitab kalian mengatakan bahwa anjing yang hidup jauh lebih baik ketimbang singa yang mati.” (Pkh. 9:4) ”Benar,” kata saya, ”tetapi anjing yang Anda sebut itu tidak akan mewarisi dunia baru Allah.”
Alexandru menjalani kesepuluh tahun hukuman penjaranya dan satu tahun lagi sebagai tahanan rumah. Setelah dibebaskan, kami pindah ke Kazakstan dan kemudian ke Uzbekistan untuk membantu pekerjaan di sana. Akhirnya, pada tahun 1983, kami kembali ke Moldova, merasa senang karena telah mendapat hak istimewa yang tak ada tandingannya berupa membantu orang-orang yang berhati jujur di banyak tempat untuk belajar mengenai Yehuwa.
Jika saya merenungkannya, saya akui bahwa kehidupan saya tidak selalu mudah. Tetapi halnya juga demikian bagi sesama saya yang non-Saksi. Mereka juga punya banyak problem untuk diatasi. Tetapi, perbedaannya adalah bahwa penderitaan kami itu demi kabar baik. Dengan demikian, kami telah merasakan perlindungan dan kepedulian Yehuwa yang lembut. Selain itu, kami dapat melihat melampaui cobaan kami ke masa depan yang gemilang dan kekal.
[Diagram/Grafik di hlm. 80, 81]
MOLDOVA—LINTAS SEJARAH
1891: C. T. Russell mengunjungi Kishinev, Bessarabia (sekarang Chisinau, Moldova).
1895
1921: Laporan tahunan menunjukkan bahwa lebih dari 200 orang telah menerima kebenaran Alkitab.
1922: ”Rumah pertemuan” pertama dibangun, di Corjeuţi.
1925: Pekerjaan Siswa-Siswa Alkitab dilarangkan.
1930
1940: Rumania menyerahkan Bessarabia ke USSR, dan dinamai SSR Moldavia.
1941: Rumania mengambil kembali Moldova. Fasisme dan histeria perang mengakibatkan penindasan terhadap Saksi-Saksi.
1944: USSR menduduki kembali Moldova. Penindasan berlanjut.
1949: Soviet mulai mendeportasi Saksi-Saksi Yehuwa dan orang-orang lain.
1951: Stalin memulai Operasi Utara.
1960-an: KGB berupaya menyebabkan kekacauan dan perpecahan di kalangan umat Allah.
1965
1989: Saksi-Saksi menikmati kebebasan beragama yang lebih besar. Para delegasi dari Moldova menghadiri kebaktian-kebaktian di Polandia.
1991: SSR Moldavia dinamai kembali menjadi Republik Moldova. Kebaktian-kebaktian wilayah pertama diselenggarakan. Kunjungan zona yang pertama oleh wakil dari kantor pusat.
1994: Saksi-Saksi Yehuwa memperoleh pendaftaran resmi. Kebaktian distrik pertama diadakan di Chisinau.
2000
2000: Rumah Betel baru di Chisinau ditahbiskan.
2003: 18.473 penyiar aktif di Moldova
[Grafik]
(Lihat publikasinya)
Total Penyiar
Total Perintis
20.000
10.000
1895 1930 1965 2000
[Peta di hlm. 73]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
UKRAINA
MOLDOVA
Briceni
Tabani
Lipcani
Şirăuţi
Căuşeni
Corjeuţi
Ţaul
Feteşti
Soroca
Bălţi
Petrunea
CHISINAU
Sungai Dniester
Sungai Prut
RUMANIA
Iasi
[Gambar penuh di hlm. 66]
[Gambar di hlm. 74]
Ilie Groza, salah seorang Saksi pertama di Moldova
[Gambar di hlm. 75]
Tudor Groza
[Gambar di hlm. 78]
Ioana Groza
[Gambar di hlm. 92]
Parfin Palamarciuc dan putranya Nicolae
[Gambar di hlm. 93]
Vasile Gherman
[Gambar di hlm. 94]
Nicolae Anischevici
[Gambar di hlm. 95]
Maria Gherman
[Gambar di hlm. 96]
Gerbong-gerbong barang yang digunakan untuk mengangkut Saksi-Saksi ke Siberia
[Gambar di hlm. 98]
Ivan Mikitkov
[Gambar di hlm. 99]
Constantin Şobe
[Gambar di hlm. 107]
Nicolai Voloşanovschi dan brosur ”Double Bottom”
[Gambar di hlm. 111]
Gheorghe Gorobeţ
[Gambar di hlm. 126]
Balai Kebaktian di Feteşti
[Gambar di hlm. 131]
Panitia negeri Moldova, kiri ke kanan: David Grozescu, Anatolie Cravciuc, dan Tiberiu Kovacs