PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb94 hlm. 116-169
  • Haiti

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Haiti
  • Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1994
  • Subjudul
  • Kabar Baik Sampai ke Aquin
  • Para Utusan Injil Menara Pengawal yang Pertama
  • Vieux-bourg Bertemu dengan Utusan Injil
  • Seorang Pastor Belajar tentang Dunia Baru
  • Yang Lain Belajar dan Segera Mulai Membagikan
  • Kebaktian Distrik Kami yang Pertama
  • Lebih Banyak Buah di Selatan
  • Kebenaran Akhirnya Menang
  • Menyebarkan Kabar Baik dalam Bahasa Kreol
  • Larangan Mendadak!
  • Pertemuan dengan Voodoo
  • Perjalanan Wilayah yang Penuh Peristiwa
  • Mencapai Daerah-Daerah Baru
  • Pastor yang Kurang Berpengetahuan
  • Saksi-Saksi Yehuwa dalam Media Massa
  • Saudara-Saudara Haiti Menerima Lebih Banyak Tanggung Jawab
  • Fred Lukuc Kembali
  • Laki-Laki Dapat Melakukannya!
  • Utusan Injil untuk Saint-Marc
  • Di Wilayah dengan Film Lembaga
  • Para Perintis yang Produktif
  • Melalui Badai dan Banjir
  • Mereka Mantan Saka Guru Gereja
  • Membuat Kemajuan walaupun Ditentang
  • Buah-Buah Pekerjaan Baik
  • Lebih Banyak Utusan Injil Membantu
  • Seorang Suami Berubah Pendirian
  • Jangan Berada di Luar Bersama Agama-Agama Palsu
  • Bersiap-siap untuk Pertumbuhan yang Lebih Besar
  • Ditangkap!
  • Dideportasi!
  • Para Pemuka Agama Merasa Senang
  • Orang-Orang Haiti Melanjutkan
  • Tambahan Dua Pria Muda yang Memberi Harapan
  • Dengan Berani Menghadapi Tentangan
  • Putri-Putri Walikota Adalah Domba
  • Seorang Haiti yang Pergi ke Luar Negeri Kembali untuk Membantu
  • Seorang Pembela yang Tak Disangka-sangka
  • Mencari Fasilitas Cabang yang Lebih Baik
  • Dipuji oleh Beberapa Pemimpin Agama; Dikutuk oleh yang Lainnya
  • Saksi-Saksi Yehuwa Mengudara
  • Problem Mengenai Balai-Balai yang Tidak Memadai
  • Panitia Cabang
  • Akhirnya Utusan-Utusan Injil Baru!
  • Melayani di Daerah yang Lebih Membutuhkan
  • Seorang Houngan Menemukan Kebenaran
  • Suatu Revolusi namun Bukan Suatu Dunia Baru
  • Membangun Sebuah Betel Baru
  • Lektur yang Sangat Dihargai
  • Pengakuan yang Sah dan Resmi
  • Kewarganegaraan yang Baik Diakui
  • Balai Pertama yang Dibangun secara Kilat
  • Mengharapkan Dunia Baru
Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1994
yb94 hlm. 116-169

Haiti

DI SEBUAH pulau karang tidak jauh dari pulau yang ditempati bersama-sama oleh Haiti dan Republik Dominika di laut Karibia, kapal bendera Christopher Columbus hilang selama penjelajahannya pada tahun 1492. Meskipun demikian, perjalanan itu telah membubuh dasar bagi kolonialisme Eropa di Dunia Baru ini. Ia menemukan orang-orang Indian Amerika yang cinta damai, suku Arawak. Dari bahasa merekalah berasal nama Haiti, yang berarti ”Negeri Pegunungan”. Sejak tahun 1492, ”Negeri Pegunungan” ini telah mengalami banyak perubahan.

Columbus menduduki negeri itu atas nama Isabella, ratu Spanyol, dan menamainya Hispanyola (Pulau Spanyol). Para penakluk Spanyol menundukkan suku Arawak untuk memperbudaknya secara keji. Tidak lama kemudian, orang Arawak hanya tinggal sedikit. Kemudian orang Afrika didatangkan ke sana untuk menggantikan mereka.

Seraya berlalunya waktu, para petualang Prancis menetap di bagian barat pulau itu, yang disebut Saint-Domingue oleh Prancis pada tahun 1697. Tanah itu subur, perkebunan-perkebunan besar berkembang dengan bantuan kerja keras para budak, dan Saint-Domingue menjadi daerah yang makmur.

Kira-kira 100 tahun kemudian, Toussaint Louverture, seorang pria keturunan bangsawan Afrika namun terlahir sebagai budak, memperoleh kemenangan-kemenangan militer dan diplomatik untuk membebaskan para budak. Ia menjadi penguasa Saint-Domingue pada tahun 1801. Jean-Jacques Dessalines, yang juga terlahir sebagai budak, belakangan mengusir Prancis dan mengubah nama daerah itu kembali ke nama yang telah diberikan suku Arawak. Maka, bangsa kulit hitam pertama yang merdeka di Amerika muncul pada tahun 1804: negara yang makmur saat itu, yakni Haiti.

Setelah kematian Dessalines pada tahun 1806, Henry Christophe menguasai bagian utara negeri itu. Beberapa hal yang dicapainya membantu bangsa itu menjadi suatu negara yang, selama suatu waktu, tergolong sebagai negara terkuat dalam Dunia Baru. Ia membangun istana Sans-Souci yang mengagumkan dan Citadelle Laferrière yang anggun—sebuah benteng di atas puncak gunung. Akan tetapi, pada waktunya, perebutan kekuasaan, revolusi, dan penyalahgunaan dana masyarakat membuat negara itu jatuh miskin.

Meskipun demikian, Haiti masih memiliki karakter yang unik dalam hal bahasa, kebudayaan, dan rakyat. Banyak yang berbahasa Prancis, tetapi bahasa rakyat pada umumnya adalah Kreol Haiti—patois (dialek) ekspresif yang mengkombinasikan kata-kata Prancis dengan tata bahasa Afrika Barat. Penduduknya membaurkan ciri-ciri orang Afrika dan Eropa sehingga membentuk rakyat yang penuh semangat dan menarik. Gunung-gunung yang megah tetap mendominasi negeri itu. Tetapi sebagian besar darinya telah menjadi gersang—digunduli—dan dataran yang dahulu subur telah menjadi kering.

Inilah negeri yang dahulu pernah menjadi kebanggaan, meratapi keadaan sekarang, dan mengharapkan masa depan yang lebih baik—suatu dunia baru. Maka cocok sekali, kabar baik tentang dunia baru yang sesungguhnya di bawah Kerajaan Allah sedang disampaikan kepada orang-orang ini, bahkan di desa-desa terpencil di balik gunung-gunung.

Kabar Baik Sampai ke Aquin

Cara kabar baik tentang Kerajaan Allah mula-mula mencapai Haiti tidak jelas diingat. Pada bulan Februari 1887, Zion’s Watch Tower sudah mendaftarkan Hayti (atau, Haiti) di antara tempat-tempat asal datangnya surat-surat yang ditulis oleh para peminat. Akan tetapi, baru puluhan tahun kemudian, selama musim dingin tahun 1929/30, seorang Saksi, perintis, yang membaktikan seluruh waktunya untuk memberi kesaksian kepada orang-orang lain tentang maksud-tujuan Allah, menggunakan waktu beberapa bulan di sana. Kemudian, pada tahun 1938, seorang pengacara bernama Démosthène Lhérisson entah bagaimana memperoleh buku Creation dan buku Prophecy dan buku kecil Cause of Death di Port-au-Prince. Ia membawa buku-buku ini pulang ke Aquin, di pantai selatan. Apa hasilnya? Dari apa yang dibacanya, ia diyakinkan bahwa publikasi ini menunjukkan jalan kepada kekristenan sejati. Ia keluar dari Gereja Katolik dan mulai membagikan kebenaran Alkitab kepada orang-orang lain, termasuk keponakannya.

Setelah pengacara itu meninggal, keponakannya ini mengundang teman-temannya untuk mempelajari buku-buku ini bersamanya, dan mereka melakukannya secara tetap tentu. Salah seorang dari mereka mengatakan, ”Kami menyadari bahwa kami hidup pada hari-hari terakhir dari dunia ini, bahwa Kerajaan Yehuwa telah berdiri di surga sejak tahun 1914, dan bahwa agama-agama akan dibinasakan karena menjadi bagian dunia ini.” Mereka mulai menaruh harapan mereka kepada suatu dunia baru.

Sekitar tahun 1943, di Cayes, sebuah kota besar di sebelah barat Aquin, seorang wisatawan yang baru pulang dari Kuba memiliki beberapa publikasi Menara Pengawal. Lektur ini sampai ke tangan Solomon Sévère, yang tinggal di desa Vieux-bourg, sekitar sepuluh kilometer dari Aquin.

Pada waktunya, para peminat di Aquin dan mereka yang ada di Vieux-bourg bertemu. Tetapi beberapa dari mereka berpaut kepada ajaran dari sebuah agama minoritas yang dikenal sebagai Kristenisme, atau para pengikut Solomon, dan beberapa prakteknya, seperti mempunyai banyak istri, sama sekali tidak bersifat Kristen. Mereka yang dengan tulus mencari kebenaran mulai menyadari bahwa mereka perlu memutuskan ikatan dengan Susunan Kristen dan berhenti mengikuti praktek-prakteknya.

Menjelang tahun 1944, tujuh orang di Haiti ambil bagian dalam pemberitaan kabar baik kepada orang lain, dan mereka melaporkan seluruhnya 1.500 jam yang dibaktikan untuk kegiatan tersebut selama tahun ini. Pada tahun berikutnya, lima orang lagi bergabung dalam pelayanan pengabaran, dan jumlah total jam yang mereka baktikan untuk mengabarkan berita Kerajaan kepada umum melonjak menjadi 6.164 jam. Mendekati akhir tahun dinas itu, dua utusan injil yang terlatih dengan baik menjadi bagian dari kelompok ini.

Para Utusan Injil Menara Pengawal yang Pertama

Dua utusan injil Menara Pengawal yang masih muda, Roland Fredette dan Harold Wright, dari Amerika Utara, tiba di Port-au-Prince pada bulan Agustus 1945. Mereka telah mempelajari bahasa Prancis di Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal, tetapi sebagaimana yang segera mereka dapati, sekarang mereka harus mempelajari bahasa Kreol. Tidak aneh lagi melihat mereka berjalan ke mana-mana, mengabar dengan bantuan kartu kesaksian dan fonograf.

Karena ingin sekali melihat pemberitaan kabar baik menjadi terorganisasi dengan baik di Haiti, N. H. Knorr dan F. W. Franz, yang adalah presiden dan wakil presiden Lembaga Menara Pengawal pada waktu itu, juga datang ke Port-au-Prince, dan tiba pada tanggal 19 Maret 1946. Sebelas orang menghadiri perhimpunan khusus bagi Saksi-Saksi yang diadakan di rumah utusan injil malam itu. Setelah sebuah khotbah oleh Saudara Franz, Saudara Knorr berbicara tentang mengorganisasi pekerjaan pengabaran di Haiti. Ia mengumumkan didirikannya kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Haiti, dengan Saudara Fredette sebagai pengawas cabang. Kemudian, keesokan harinya pada pukul tujuh malam, sekelompok yang terdiri dari 74 orang berkumpul di rumah utusan injil untuk mendengar Saudara Knorr berbicara tentang pokok ”Bergembiralah, Hai Bangsa-Bangsa”.

Kantor cabang dibuka pada tanggal 1 April 1946. Segera setelahnya, pengakuan pemerintah diberikan kepada Lembaga Menara Pengawal. Lima utusan injil baru tiba, dan pemberitaan kabar baik menyebar ke kota-kota dekat Port-au-Prince dan ke utara sampai sejauh Cap-Haïtien, di pantai utara.

Vieux-bourg Bertemu dengan Utusan Injil

Selama waktu ini, anggota-anggota dari kelompok di Vieux-bourg sering berbicara kepada seorang pria bernama Cassindo. Ketika mengunjungi Port-au-Prince pada tahun 1948, ia mendengarkan salah seorang utusan injil yang sedang berkhotbah di Place Jérémie dan setelah itu memberi tahu utusan injil tersebut bahwa ada orang-orang yang berbicara seperti dia di Vieux-bourg. Cassindo pulang ke rumah dengan berita, ”Genyen moun kom sa yo nan Port-au-Prince” (Ada orang-orang seperti ini di Port-au-Prince). Kelompok di Vieux-bourg merasa sangat gembira.

Mereka menghubungi para utusan injil, yang kemudian datang mengunjungi mereka. Alangkah bersukacitanya kelompok di Vieux-bourg itu! Mereka sangat bahagia, mereka menghabiskan seluruh hari pertama itu bersama tamu mereka dalam dinas pengabaran. Malam itu, sebuah khotbah Alkitab disampaikan di alun-alun umum di bawah cahaya sebuah lampu minyak.

Pada kunjungan selanjutnya, mereka yang memenuhi syarat dibaptis, dan kelompok itu diorganisasi menjadi sebuah sidang, salah satu sidang pertama di Haiti. Namun ada problem-problem. Solomon Sévère cenderung memerintah saudara-saudara yang lain. Maka, seorang saudara yang lebih rendah hati dilantik menjadi pengawas sidang. Setelah itu, Sévère memberontak dan mempengaruhi beberapa orang agar mengikuti dia untuk menarik diri dari sidang.—Kis. 20:29, 30.

Kedua belas saudara yang tetap setia, mengakui Yesus Kristus sebagai Pemimpin dan dengan loyal terus berada dalam dinas Yehuwa. (Mat. 23:10) Hal ini mendatangkan berkat limpah. Menjelang tahun 1949, Vieux-bourg, yang memiliki penduduk sekitar 400 orang, melaporkan 21 penyiar—lebih banyak daripada yang ada di Port-au-Prince.

Seorang Pastor Belajar tentang Dunia Baru

Selama waktu tersebut, beberapa pemimpin agama Susunan Kristen tanpa sadar membawa kebenaran kepada anggota-anggota gereja mereka sendiri. Mari kita persilakan Diego Scotland, seorang penduduk asli Dominika, menceritakan sendiri apa yang terjadi dengannya,

”Ketika saya menjadi pastor di sebuah gereja Pantekosta, pastor kepala gereja itu membawa beberapa publikasi Menara Pengawal dari Amerika Serikat untuk ia gunakan sendiri. Ketika saya mulai mempelajarinya, ia memperingatkan saya bahwa saya dapat kehilangan kewarasan saya. Saya tidak memedulikan hal ini karena saya melihat bahwa buku-buku tersebut berisi kebenaran. Tetapi ketika saya mulai menolak untuk memimpin kebaktian gereja, ketegangan berkembang di antara kami. Suatu keretakan terakhir muncul setelah kami berdebat tentang doktrin jiwa yang tidak berkematian.”

Karena kalah, pastor senior itu menyatakan bahwa ia tidak akan membiarkan Saksi-Saksi Yehuwa berakar di Haiti. Sambil mengutip kata-kata Gamaliel, Diego, pria ramping berkepribadian tenang, menjawab bahwa jika Saksi-Saksi Yehuwa memiliki agama sejati, tidak seorang pun dapat menghentikan mereka. (Kis. 5:39) Ia mulai belajar dengan Saksi-Saksi, membuat kemajuan pesat, dan segera menjadi seorang penyiar terbaptis.

Yang Lain Belajar dan Segera Mulai Membagikan

Empat orang lagi lulusan Gilead datang ke Haiti pada tahun 1948—Alexander Brodie serta Harvey Drinkle pada bulan April dan Fred serta Peter Lukuc pada musim panas. Mereka semua orang Kanada. Dengan bekerja mulai dari rumah utusan injil mereka di Rue Capois No. 32, mereka melakukan banyak hal untuk meningkatkan pemberitaan kabar baik di Port-au-Prince.

Fred Lukuc berusia 23 tahun pada tahun itu dan telah merintis sejak tahun 1943. Setelah tiba di Haiti, ia menempatkan buku ”The Truth Shall Make You Free” (Kebenaran Akan Memerdekakan Kamu) kepada pemilik sebuah toko yang membuat barang-barang kulit, dan ia berjanji untuk kembali pada hari Minggu. Tetapi, banyak yang terjadi sebelum hari Minggu tiba. Menantu laki-laki pria ini, Maurice Sanon, melihat buku itu dan mulai membacanya. Setiap sore, mantan kepala sekolah ini duduk mempelajari Alkitab dengan bantuan buku milik ayah-mertuanya itu. Hanya dalam beberapa hari, ia mulai menunjukkan kepada teman-temannya doktrin-doktrin palsu yang telah diajarkan Gereja Katolik kepada mereka. Ia ingin sekali bertemu dengan Fred Lukuc.

”Maurice mengajukan banyak pertanyaan,” kata Saudara Lukuc beberapa tahun kemudian, ”dan kami memulai sebuah pengajaran Alkitab. Ia membuat kemajuan yang sangat pesat, menceritakan kebenaran yang baru ia dapatkan kepada sanak saudara dan orang-orang lain. Namun ketika saya mengundang dia untuk pergi bersama saya dalam dinas, ia menyatakan keberatan, ’Saya belum tahu banyak.’ Saya menjawab, ’Engkau tahu lebih banyak mengenai Alkitab dibanding orang-orang di luar sana. Lagi pula, saya yang akan berbicara.’ Ia setuju. Namun sejak rumah pertama, pria yang bergairah inilah yang lebih banyak berbicara.” Pada waktunya, istri dan keempat anaknya ikut belajar, dan seluruh keluarga ini, bersama beberapa keponakan laki-laki dan perempuan, menjadi Saksi-Saksi yang berbakti.

Pada tahun berikutnya, tahun 1949, Fred bertemu dengan seorang Protestan yang tulus berusia 40 tahun di Carrefour, dekat Port-au-Prince. Pria ini juga haus akan kebenaran. ”Dumoine Vallon mengajukan banyak pertanyaan mengenai doktrin,” tutur Fred. ”Saya kembali pada minggu berikutnya, sesuai perjanjian, tetapi ia tidak ada di rumah. Saya kecewa, karena saya telah mengadakan perjalanan jauh dengan sepeda.” Apa yang terjadi? Fred mengatakan, ”Tidak lama kemudian ia pulang dan menjelaskan bahwa ia baru saja pergi mengabar kepada orang-orang di lingkungan itu. ’Mereka tidak tahu apa-apa mengenai Allah,’ katanya.” Dengan bantuan sebuah pengajaran Alkitab di rumah, ia membuat kemajuan pesat dan dibaptis pada bulan Juni 1950. Ia terus menjadi rohaniwan yang loyal dari kabar baik.

Kebaktian Distrik Kami yang Pertama

Kebaktian distrik kami yang pertama diadakan pada tahun 1950. Saudara Knorr hadir dan ikut serta bersama para penyiar mengenakan ”papan sandwich” (dua papan iklan, satu diletakkan di depan tubuh, satu di belakang) untuk mengiklankan khotbah umum. Melihat pemandangan yang tidak lazim ini, orang-orang berkumpul mengelilingi mereka di sepanjang jalan, dan ada yang mengejek mereka. Namun betapa gembiranya mereka ketika 474 orang hadir untuk mendengarkan khotbah itu di sebuah teater terbuka di samping pelabuhan! Pada pagi itu, 13 orang dibaptis di pantai Club Thorland.

Saudara Knorr memberi instruksi mengenai cara memperbaiki organisasi sidang, melatih para penyiar, dan mengoreksi orang-orang yang menghadiri perhimpunan namun memiliki motif yang salah. Orang-orang harus belajar bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak seperti orang-orang Protestan, yang menarik anggota dari Gereja Katolik dengan cara menawarkan keuntungan materi.

Saudara Knorr memperhatikan bahwa setelah lima tahun kegiatan utusan injil, hanya 86 penyiar yang melapor, maka ia menyarankan agar pelayanan mungkin dapat lebih produktif jika bahasa Kreol dan bukan bahasa Prancis digunakan dalam perhimpunan dan dinas pengabaran. Ketika perubahan itu dilakukan, hasil-hasil baik datang dengan cepat.

Saudara Knorr juga mengumumkan bahwa buku kecil Can You Live Forever in Happiness on Earth? akan diterjemahkan ke dalam bahasa Kreol. Akan tetapi, penerjemahnya menggunakan sistem fonetik yang dibuat oleh seorang Jerman bernama Laubach. Sistem ini membuat bahasa Kreol mudah diucapkan oleh orang-orang berbahasa Inggris, namun itu bukanlah apa yang biasa digunakan oleh penduduk beragama Katolik, maka sirkulasi buku kecil itu terbatas.

Lebih Banyak Buah di Selatan

Sidang Vieux-bourg telah meluaskan pekerjaan pengabaran ke sebelah selatan ke desa Saint-Louis du Sud, tempat kediaman Benoît Sterlin, seorang pengusaha terkenal yang telah belajar dengan Saksi-Saksi sejak tahun 1946. Ia juga mengabar. Pada tahun 1950, kelompok yang terdiri dari tujuh penyiar di sana di Saint-Louis du Sud itu menjadi sidang kedua di selatan. Benoît dibaptis pada bulan Maret berikutnya, dan ia serta istrinya menjadi penyiar yang sangat aktif.

Hingga saat itu, hanya sedikit utusan injil yang mendapat izin untuk menyelenggarakan pernikahan. Ketika saudara-saudara Haiti juga mulai dilantik menjadi petugas pernikahan, Benoît adalah salah seorang yang disumpah oleh hakim di Port-au-Prince.

Kebenaran Akhirnya Menang

Suatu hari pada tahun 1951 Alex Brodie sedang memberi kesaksian di sebuah kawasan bisnis di Rue des Miracles di ibu kota ketika ia singgah di sebuah toko bernama The Elegant Tailor. Ia bertemu dengan Rodrigue Médor yang berusia 32 tahun dan menempatkan buku ”Karena Allah Itu Benar Adanya”. Ahli jahit yang berpenampilan rapi ini setuju untuk belajar Alkitab; tetapi Alex jarang bertemu dengan dia pada kunjungan-kunjungan berikutnya. Rodrigue sendiri mengakui, ”Saya mengambil buku itu supaya ia cepat pergi. Saya dan istri saya adalah penganut Katolik yang setia. Sewaktu Alex menawarkan pengajaran, saya mengatakan bahwa ia dapat datang. Tetapi kemudian, saya menghindar setiap kali ia datang.”

Akan tetapi, kebenaran akhirnya menang. Ia mengenang, ”Saya mencoba mengalahkan dia dengan sebuah pertanyaan mengenai sang Perawan; tetapi ia menjawabnya dengan memuaskan, dan kemudian saya mulai belajar dengan serius. Istri saya menentang hal ini, bahkan meminta seorang imam berdoa selama sembilan hari agar saya berhenti belajar. Maka kami belajar di tempat lain.”

Setelah Rodrigue mempelajari apa yang Alkitab katakan tentang penggunaan patung-patung, ia mengambil tindakan yang tegas, yaitu membuang patung Perawan Suci dari ruang tamu dan menghancurkannya. Istrinya sangat marah. Tetapi akhirnya, karena minat utamanya berubah, istrinya terkesan. Misalnya, Rodrigue menggunakan waktu malam untuk membaca lektur Alkitab dan bukannya pergi bersama teman-temannya. Karena mengamati hal ini, istrinya juga mulai belajar. Rodrigue dibaptis pada bulan Februari 1952, dan istrinya dibaptis tiga tahun kemudian.

Utusan injil lain, David Homer, mengunjungi Albert Jérome di toko kelontongnya yang kecil. Pada mulanya, pria ini cenderung meremehkan kebenaran. Tetapi karena merasa bahwa ada ”sesuatu yang tulus” pada diri pria ini, David terus berkunjung. Sebuah pengajaran Alkitab akhirnya dimulai dengan Albert, dan ia membuat kemajuan pesat. Setelah ia dibaptis, mereka terus belajar bersama, menggunakan bahan dalam buku ”Equipped for Every Good Work” (Diperlengkapi untuk Setiap Pekerjaan Baik) dan ”Qualified to Be Ministers”. Hal ini membantu Albert menjadi seorang pelayan yang berguna dalam sidang.

Menyebarkan Kabar Baik dalam Bahasa Kreol

Memimpin pengajaran Alkitab memberikan tantangan yang tidak biasa bagi para utusan injil. Buku-buku ditulis dalam bahasa Prancis, tetapi bagi kebanyakan orang penjelasan harus diberikan dalam bahasa Kreol. Di beberapa daerah, satu-satunya penerangan yang ada pada malam hari adalah sebuah lampu minyak kecil yang dibuat dari kaleng susu Carnation. ”Cahayanya remang-remang,” kenang Alex Brodie, ”tetapi hasrat belajar yang diperlihatkan para pelajar menghapuskan ketidaknyamanan ini.”

Pada khotbah-khotbah umum dalam bahasa Kreol yang disampaikan di sebuah taman di pinggiran Port-au-Prince, dan kadang-kadang di tepi pantai, jumlah hadirin selalu baik. Para utusan injil membawa peralatan tata suara mereka yang portabel dengan sepeda dan memasang pengeras suaranya di atas pohon-pohon kelapa. Orang-orang membawa kursi mereka sendiri atau duduk di atas rumput.

Banyak orang berminat ditemukan di daerah Carrefour, tempat Dumoine Vallon tinggal. Maka, sebuah Pelajaran Buku Sidang dibentuk di rumahnya. Dan apa yang terjadi di Vieux-bourg? Para penyiar dengan bergairah mengabar di daerah pedesaan di sekelilingnya, sambil menyampaikan khotbah-khotbah umum seraya mereka pergi dari satu tempat ke tempat lain. Mereka bepergian dengan kuda, keledai, atau bagal dan jika kemalaman di jalan mereka tidur beratapkan bintang. Kemudian, secara tiba-tiba, problem-problem serius muncul di Haiti.

Larangan Mendadak!

Dalam sepucuk surat tertanggal 19 April 1951, Kementerian Urusan Agama memberi tahu kantor cabang bahwa semua kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Haiti harus berhenti. Surat itu menuduh Saksi-Saksi ”antinasional” dan menggunakan Sedarlah! untuk mempropagandakan ide-ide komunis. Mengapa perubahan ini terjadi?

Para pemimpin agama ada di belakangnya. Selama berbulan-bulan mereka telah menarik perhatian pemerintah kepada masalah salut bendera. Umat Katolik mencela saudara-saudara sebagai komunis. ”Ganyang komunis!” merupakan pernyataan yang sering mereka teriakkan terhadap Saksi-Saksi.

Dibutuhkan lebih dari tiga bulan dan banyak surat harus dikirimkan untuk meyakinkan kalangan berwenang bahwa mereka telah diberi informasi yang salah dan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak memiliki hubungan apa pun dalam bidang politik. Akhirnya larangan dicabut pada bulan Agustus.

Bagaimana semua ini mempengaruhi pekerjaan? Polisi telah menutup Balai-Balai Kerajaan. Tetapi perhimpunan terus diadakan di rumah-rumah tempat kelompok Pelajaran Buku Sidang berhimpun. Selama bulan Juli, sementara larangan masih berlaku, sepuluh penyiar di Carrefour telah dibentuk menjadi sebuah sidang, dengan Peter Lukuc sebagai pengawas. Selain itu, lima lulusan Gilead lain tiba. Lalu, setelah larangan dicabut, mereka segera memperoleh izin menetap. Ketika saudara-saudara di sebuah kota di bagian selatan pergi ke kantor polisi untuk meminta kembali Balai Kerajaan yang telah disita, sang kapten menyerahkannya dan berkata, ”Pergilah, bekerjalah untuk Yehuwa sampai akhir!”

Pertemuan dengan Voodoo

Victor Winterburn adalah salah seorang utusan injil yang baru tiba. Ia berbangsa Kanada, berusia 23 tahun, dibaptis pada tahun 1940 ketika berusia 12 tahun, dan merintis sejak tahun 1946. Segera setelah Victor menjadi pengawas cabang pada bulan September 1951, kehidupan salah seorang dari Saksi-Saksi, Frank Paul, terancam oleh takhayul voodoo. Victor Winterburn dan Alex Brodie pergi untuk menolong Frank. Mari kita persilakan mereka menceritakan apa yang terjadi,

”Pada tahun 1952, karena menanggapi laporan dari saudara-saudara, kami menemukan Frank dalam keadaan setengah pingsan di atas dipan dalam sebuah kuil voodoo. Tangannya terikat pada tiang di belakangnya. Kakinya juga terikat. Mulutnya disumbat sehingga tidak dapat tertutup. Bibirnya pecah-pecah. Mukanya yang kurus penuh dengan luka memar. Kami mencoba berbicara kepada sang mambo (pendeta perempuan), tetapi ia tidak memedulikan kami. Kami tidak dapat berkomunikasi dengan Frank. Dan kami tidak dapat memindahkan dia. Bahkan polisi mengatakan bahwa mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena dia telah dibawa ke sana oleh orang-tuanya.

”Kami mengunjungi orang-tuanya dan akhirnya mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Istri Frank meninggalkan dia, dan dia membesarkan sendiri anak lelakinya, dengan menerima jahitan di rumahnya. Dia jatuh sakit dan sering mengigau, maka dia dirawat di rumah sakit. Karena percaya bahwa dia dirasuk roh jahat, orang-tuanya memindahkan dia ke kuil. Kami belakangan diberi tahu bahwa orang sakit dipukuli dan cabe dimasukkan ke dalam mata mereka untuk mengusir roh-roh jahat.

”Karena mengkhawatirkan kondisi Frank yang semakin memburuk, orang-tuanya memanggil seorang saudara, yang mencoba untuk membawanya kembali ke rumah sakit. Tetapi setelah mengetahui dari mana Frank dibawa, rumah sakit tidak mau menerima dia. Ia baru diterima setelah seorang saudari yang berpengalaman sebagai perawat menawarkan untuk membeli obat-obat yang diperlukan dan merawat dia. Sidang menyediakan makanan untuknya—pelayanan yang biasanya diberikan oleh keluarga pasien.

”Para dokter mengatakan bahwa Frank terkena tifus dan malaria. Kami ragu-ragu apakah dia akan sembuh. Namun, ia menjadi sehat lagi, memulai pelayanannya kembali, dan akhirnya menikah lagi. Ia sangat menghargai bantuan yang diberikan oleh saudara-saudara, dan semangat yang hangat dan suka menolong dari sidangnya.”

Perjalanan Wilayah yang Penuh Peristiwa

Pengawas cabang, yang pada umumnya ditemani oleh utusan injil lain, biasa mengunjungi sidang-sidang sebagai pengawas wilayah, sambil mengabar di sepanjang perjalanan.

Pada salah satu perjalanan demikian pada bulan November 1951, Victor Winterburn dan rekannya bersepeda sepanjang 520 kilometer, dan tiba di desa Les Anglais di selatan. Mereka menggunakan rata-rata sepuluh jam sehari dalam dinas selama perjalanan itu dan menempatkan lebih dari 500 buah lektur.

Ketika Fred Lukuc mengunjungi sidang-sidang ini pada musim semi tahun 1952, ia terpaksa mempersingkat kunjungannya karena ia terjangkit malaria. Ia belakangan menulis, ”Saya memulai perjalanan pulang dari desa Cavaillon, sepeda saya dibebani dengan barang-barang pribadi dan lektur, untuk perjalanan sejauh 174 kilometer ini. Pada malam pertama, saya beristirahat di Vieux-bourg-d’Aquin dan meminum obat saya yang terakhir. Perjalanan hari berikutnya sungguh melelahkan, karena saya mengayuh melalui bukit-bukit menuju kota Grand-Goâve. Malam itu saya tinggal di rumah seorang pria lanjut usia yang berminat. Saya hanya tidur sebentar. Demam dan keringat membuat tubuh saya lemah. Maka, pria tua yang rendah hati ini mengatur agar saya pergi dengan truk ke Port-au-Prince. Setelah kembali ke Betel, kondisi saya menjadi kritis, dan dokter saya menyarankan agar saya kembali ke Kanada untuk memulihkan kesehatan.”

Karena hal ini, Fred Lukuc meninggalkan Haiti pada tahun 1952. Tetapi ia memiliki semangat utusan injil yang gigih, dan tiga tahun kemudian ia kembali untuk meneruskan pekerjaan baik yang telah ia lakukan. Peter Lukuc akhirnya juga harus kembali ke Kanada untuk dirawat karena infeksi amuba yang parah. Namun dengan semangat keuletan yang sama, ia juga kembali untuk melanjutkan pelayanan di Haiti.

Mencapai Daerah-Daerah Baru

Sekarang ada sidang-sidang di Port-au-Prince dan sepanjang jalan di bagian selatan menuju Cayes. Upaya juga sedang dikerahkan untuk membentuk kelompok di daerah-daerah lain. Alex Brodie dan Harvey Drinkle mengadakan perjalanan melalui rawa-rawa dan sawah-sawah di dataran Artibonite menuju kota Saint-Marc dan terus ke Gonaïves di daerah yang ditumbuhi banyak kaktus. Harvey adalah seorang yang berani namun tidak suka menonjolkan diri. Lama setelah waktu itu, ia menjalani operasi di Kanada, yang menyebabkan mata kanannya diambil karena kanker. Tetapi ia kembali ke Haiti untuk meneruskan penugasannya.

Ia dan Alex mengadakan perjalanan melalui jalan-jalan tidak beraspal dengan sepeda yang dimuati lektur seraya mereka mengunjungi rumah-rumah dan desa-desa di sepanjang perjalanan. Orang bangun pagi-pagi di daerah pedesaan Haiti. Utusan-utusan injil ini akan mengadakan kunjungan pertama mereka pada pukul enam pagi dan terus mengabar sampai malam. Kemudian mereka akan bermalam di rumah beratap rumbia milik penduduk desa yang ramah. Di Saint-Marc dan Gonaïves terdapat hotel-hotel tempat mereka dapat tinggal. Dengan penuh kehangatan, Alex belakangan berkata, ”Mengunjungi orang-orang yang periang ini merupakan saat yang menyenangkan.”

Utusan-utusan injil lain meluaskan pekerjaan pengabaran jauh ke barat daya. Marigo Lolos, yang belakangan menjadi istri Alex, menceritakan perjalanannya ke Jérémie bersama tiga saudari utusan injil lajang lainnya—Naomi Adams, Virnette Curry, dan Frances Bailey,

”Pada bulan Januari 1952, kami menjadi penumpang Clarion—sebuah perahu layar yang diperlengkapi dengan motor tempel. Laut sedang bergelombang, perahu terguncang ke sana kemari, dan kami benar-benar mabuk laut; tetapi kami sampai di Jérémie, dan di sana kami menikmati pengabaran dan menempatkan banyak lektur.

”Kami pergi dengan camion (sebuah truk yang digunakan sebagai bus) sampai sejauh Anse-d’Hainault. Para penumpang pria duduk di atas muatan hasil bumi di truk itu. Pada perjalanan pulang, kami bertabrakan dengan truk lain, dan Frances terluka. Naomi membawa peralatan pertolongan pertama dan dapat membalut lukanya; tetapi kami terdampar di tengah pegunungan. Sambil berdoa dalam hati, kami duduk di pinggir jalan, dengan Frances yang berselimut di atas pelbet.

”Seorang anak laki-laki mendengar suara tabrakan itu dari lembah di bawahnya dan datang membawa ketel besi, beberapa singkong, dan pisang raja. Ia menyalakan api dan memasak makanan untuk kami—suatu tindakan kebaikan hati yang menyentuh hati kami.

”Malam pun tiba, dingin dan gelap. Pada pukul 10.00 malam kami mendengar sebuah kendaraan mendekat dan mengetahui bahwa kendaraan itu tidak dapat lewat. Jalannya sempit, dengan jurang di satu sisinya. Maka Naomi mendekati kendaraan itu dengan lampu senter dan memberi tanda kepada pengemudinya agar berhenti. Yang mengherankan kami, ia berhasil memutar truknya; dan yang melegakan kami, ia membawa kami ke Jérémie. Kami pulang ke Port-au-Prince keesokan harinya, gembira karena telah ikut menyebarkan kabar baik di daerah terpencil itu.”

Banyak orang masih mengingat dan membicarakan saudari-saudari utusan injil yang berani tersebut. Seorang saudari Haiti, yang dibaptis pada tahun 1990 pada usia 72 tahun, mengenang bahwa kontaknya yang pertama dengan kebenaran adalah melalui salah seorang dari mereka lebih dari 30 tahun yang silam. Ia berkata, ”Seandainya saja saya dahulu belajar dengan dia dan menjadi Saksi pada waktu itu. Maka saya tidak akan kehilangan tahun-tahun tersebut yang seharusnya dapat saya gunakan untuk melayani Yehuwa.”

Pastor yang Kurang Berpengetahuan

Pada waktu memberi kesaksian kepada para pemimpin agama, saudara-saudara kita yang berani, yakin akan Firman Allah. Pada tahun 1954, seorang penyiar berdiskusi dengan seorang pastor Protestan dan tiga anggota gerejanya. Topiknya adalah jiwa yang tidak berkematian. Ketika diperlihatkan dalam Alkitabnya sendiri bahwa Yehezkiel 18:4 berkata, ”L’âme qui pèche est celle qui mourra” (Jiwa yang berdosa, itulah yang akan mati), pastor itu terus terang mengatakan bahwa ia tidak dapat mempercayainya. (La Sainte Bible, diterjemahkan oleh L. Segond) Saudara itu menceritakan beberapa perkembangan selanjutnya,

”Saya bertanya kepadanya, ’Apa nasib orang jahat dan orang adil-benar?’ Ia menjawab bahwa orang fasik akan menderita api kekal, sedangkan jiwa-jiwa orang benar, termasuk Adam, akan dibangkitkan untuk bergembira bersama Allah dalam Kerajaan-Nya. Ia mengatakan bahwa Allah telah mengampuni dosa Adam ketika Ia menutupi dia dengan kulit binatang. Pastor itu tidak dapat menjelaskan bagaimana jiwa yang tidak mati dapat dibangkitkan. Dengan membahas beberapa ayat Alkitab, saya memperlihatkan kepadanya bahwa Adam telah dengan sengaja berdosa, sadar akan apa yang dilakukannya; dan bahwa jika Allah telah mengampuni dia, maka keturunannya pasti dilahirkan sempurna, tidak berada di bawah kutuk dosa.

”Beberapa hari kemudian, salah seorang anggota gerejanya mengatakan kepada saya bahwa pastornya ingin tahu di mana Saksi-Saksi Yehuwa belajar Alkitab dengan begitu baik. Anggota ini dan yang lain-lain mulai belajar dengan kami, dan tidak lama kemudian, salah seorang dari mereka mulai melakukan pekerjaan pengabaran.”

Saksi-Saksi Yehuwa dalam Media Massa

Hingga awal tahun 1950-an, hampir tidak ada berita apa pun tentang Saksi-Saksi Yehuwa dalam surat kabar setempat. Tetapi ini berubah pada waktu Kebaktian Masyarakat Dunia Baru di Yankee Stadium, New York, pada bulan Juli 1953. Enam surat kabar secara cuma-cuma memuat berita tentang delegasi Haiti. Surat kabar Le National memuat foto tentang hari pertama di stadion itu dan belakangan melaporkan tentang rencana untuk mengadakan kebaktian dengan acara yang serupa di Haiti.

Stasiun-stasiun radio di dua kota juga memberi waktu siaran secara cuma-cuma kepada kami. Setelah melihat naskah untuk program pelayanan umum Menara Pengawal dengan tema ”Hal-Hal yang Dipikirkan Orang-Orang”, seorang manajer merevisi jadwal siarannya agar acara itu dapat masuk. Stasiun radio lain meminta agar acara tersebut ditingkatkan menjadi 30 menit.

Saudara-Saudara Haiti Menerima Lebih Banyak Tanggung Jawab

Dua direktur Lembaga Menara Pengawal mengunjungi Haiti pada tahun 1954. Kunjungan Milton Henschel untuk melayani kebaktian bertepatan dengan Peringatan tanggal 17 April, dan saudara-saudara menikmati khotbah yang disampaikannya. Selama kunjungannya, Saudara Henschel menyarankan agar saudara-saudara setempat diberi lebih banyak tanggung jawab. Maka penyesuaian dilakukan, dan dengan segera Panitia Dinas Sidang seluruhnya terdiri dari saudara-saudara Haiti. Hal ini membuat para utusan injil lebih bebas melaksanakan pelayanan pengabaran. Saudara Henschel juga meninggalkan satu set rol film The New World Society in Action (Masyarakat Dunia Baru Beraksi). Film ini dipertunjukkan kepada banyak penonton di seluruh negeri.

Pada bulan Agustus, ketika Fred Franz mengunjungi Haiti, ia menyarankan agar kantor cabang dan Balai-Balai Kerajaan pindah ke daerah yang lebih baik dalam kota. Kontrak dari bangunan yang dipakai sebagai kantor cabang dan rumah utusan injil, dan juga sebuah Balai Kerajaan, sebentar lagi habis. Untuk memacu saudara-saudara bertindak, pengawas sidang, Maurice Sanon, berulang kali memberi tahu mereka, ”Jika kita tidak menemukan balai kita sendiri, kita akan berhimpun di luar di udara terbuka.”

Lokasi baru untuk kantor cabang, di Rue Lafleur Duchène No. 39, memang menyediakan balai sementara ”di luar di udara terbuka” di pekarangannya yang besar dan beraspal. Perhimpunan-perhimpunan diadakan di sana selama beberapa bulan pada tahun 1955, hingga saudara-saudara mengontrak sebuah bungalo di Grande Rue. Kemudian, dengan seizin pemiliknya, mereka membongkar dinding-dinding dalam di rumah itu untuk memperbesar ruangan menjadi lebih dari dua kali lipat besarnya dibanding ruangan yang telah digunakan sebagai Balai Kerajaan dalam rumah di Rue Capois.

Setelah menyadari bahwa mereka segera akan menjadi orang-tua, suami-istri Brodie pulang ke Kanada persis sebelum kepindahan ke rumah di Lafleur Duchène. Kini mereka tinggal di Toronto, dan di sana Alex melayani sebagai penatua.

Fred Lukuc Kembali

Selama kebaktian distrik tahun 1955 di Dallas, Texas, Fred Lukuc, yang sedang mencoba memulihkan kesehatannya, tanpa diduga bertemu dengan Roland Fredette, yang mendesak dia, ”Fred, kembalilah ke Haiti. Keadaanmu akan lebih baik di sana.” Fred pada saat itu melayani di Perladangan Menara Pengawal di Norval, Kanada. Tetapi kesehatannya buruk, dan penyakitnya sering kambuh. Apa yang harus ia lakukan?

”Pada bulan September 1955, dengan berat badan hanya 54 kilogram, saya kembali ke Cap Haïtien bersama Roland Fredette,” tulis Fred belakangan. ”Lembaga dan semua saudara sangat baik hati. Beberapa bulan kemudian, Lembaga mengundang saya untuk melakukan pekerjaan wilayah di Haiti utara. Sungguh suatu hak istimewa! Tetapi dapatkah saya melakukannya? Saya merasa tidak cukup kuat. Saya berdoa. Lalu saya menulis kepada Lembaga, ’Saya akan mencobanya.’ Jadi, saya kembali kepada pekerjaan wilayah pada bulan Juni 1956. Selama enam tahun berikutnya, saya diberkati dengan limpah oleh Yehuwa. Berat badan saya naik 18 kilogram dan kesehatan saya pulih sepenuhnya.”

Laki-Laki Dapat Melakukannya!

Barisan para lulusan Gilead sekali lagi diperkuat pada tahun 1956. Di antara mereka termasuk Max Danyleyko, yang telah menjadi utusan injil di Quebec dan dapat berbahasa Prancis. Ia tiba bulan Februari dan ditugaskan untuk bekerja bersama Grady Rains, yang berada di Haiti sejak 1952. Mengenai pengalaman-pengalamannya yang mula-mula, Saudara Danyleyko mengatakan,

”Rumah yang kami sewa di Petit-Goâve tidak mempunyai saluran air. Jadi, sambil membawa ember di tangan, kami pergi ke mata air umum; tetapi para wanita datang berlari-lari, mengambil ember itu, dan membawakannya bagi kami. Mereka berkata, ’Yon nonm pa kapab fè sa!’ (Laki-laki tidak dapat melakukan itu!) Itu adalah tugas wanita. Hal yang sama terjadi di pasar. Diperlukan cukup banyak waktu untuk membuat mereka mengerti bahwa laki-laki dapat melakukannya. Belakangan kami mulai melihat laki-laki lain meniru teladan kami.”

Pasar-pasar sebagian berada di bawah tenda besar. Tetapi ada juga yang sampai berada di luar tenda. Pajangan berupa barang-barang dagangan yang tak habis-habisnya, jika tidak diatur pada meja-meja panjang di bawah tenda, digelarkan langsung di atas trotoar jalan di luar tenda. Mari kita mengunjungi salah satu dari pasar-pasar ini.

Kami berdesak-desakan di antara orang banyak, sambil melangkah dengan hati-hati di sekeliling para pedagang atau di atas barang-barang mereka. Ketika melihat beberapa buah limau yang bagus, kami mendekati wanita yang berjongkok di dekatnya, dan terjadilah percakapan berikut ini, ’Berapa harga empat tumpukan limau ini?’ ’Delapan puluh sen.’ ’Kami akan beli dengan harga 50 sen.’ ’Jangan, harga pasnya 70 sen.’ Kami berkata, ’Enam puluh sen,’ dan kami berjalan pergi. Lalu ia memanggil kami kembali dengan suara yang tidak jelas. Kami membayar 60 sen, mengambil buah-buah limau itu, dan bertanya, ’Wa ba m’ degi?’ (Boleh dapat tambahan?) Ia tersenyum dan memberi kami sebuah limau dengan cuma-cuma. Semuanya senang.

Utusan Injil untuk Saint-Marc

Ketika utusan injil George dan Thelma Corwin tiba di Haiti pada bulan April 1956, George langsung diajak mengabar. Ia berkata, ”Kami tiba di Betel dari bandar udara dan menikmati makan siang, lalu Peter Lukuc mengundang saya berdinas. Kami mengunjungi beberapa rumah bersama-sama, kemudian ia meminta saya untuk pergi ke satu rumah sedangkan dia pergi ke rumah yang lain. Hari pertama saya di Haiti! Dan bahasa yang aneh! Tetapi orang-orang Haiti penuh pengertian, dan saya dapat mengatasinya.”

Suami-istri Corwin diutus ke Saint-Marc bersama Peter Lukuc. Sebagai permulaan, mereka diberi beberapa slip langganan yang sudah berakhir masa berlakunya. Ketika sedang mencari seorang wanita yang namanya tercantum pada salah satu slip, suami-istri Corwin bertemu dengan kakak perempuan dari wanita tersebut, guru sekolah yang sudah pensiun bernama Adèle Canel. Mereka bersama-sama mempelajari buku ”Karena Allah Itu Benar Adanya”—buku miliknya berbahasa Prancis, dan buku mereka berbahasa Inggris. Suaminya akhirnya ikut belajar. Tidak lama kemudian pasangan ini menyekat sebagian ruangan untuk dijadikan tempat tinggal mereka dan menyisihkan bagian yang lebih besar untuk perhimpunan. Keduanya menjadi Saksi-Saksi, dan demikian Sidang Saint-Marc mulai berdiri pada tahun 1956.

Di antara mereka yang belajar dengan suami-istri Corwin terdapat Marc-Aurel Jean, di toko penjahit miliknya. Ayahnya, Emmanuel, mendengarkan dan belajar, walaupun ia tidak dapat membaca. Keduanya segera menghadiri perhimpunan dan ikut mengabar—sang ayah menyampaikan khotbah yang ia hafalkan. Pada waktunya, ia memulai sebuah pengajaran Alkitab dengan seorang nelayan. Sebelumnya ia akan membahas beberapa paragraf dengan anaknya dan menyerap informasinya; kemudian sambil membawa Alkitab, buku kecil, dan buku nyanyian, ia akan pergi memimpin pengajaran itu, membuka dan menutup pengajaran itu dengan nyanyian dan doa—persis seperti di perhimpunan.

Di Wilayah dengan Film Lembaga

Sebagai pengawas wilayah, Fred Lukuc mengunjungi banyak bagian negeri itu. Sejak tahun 1956 dan seterusnya, ia mempertunjukkan film The New World Society in Action (Masyarakat Dunia Baru Beraksi) di kota-kota yang ia kunjungi. Di kota Hinche di pedalaman, lokasi yang ia pilih adalah sebuah taman yang berhadapan dengan Gereja Katolik. Ketika kebaktian gereja berakhir, ia memperlihatkan beberapa adegan pembukaan dari rol pertama untuk menarik perhatian orang-orang yang meninggalkan gereja. Lalu ia memutar kembali rol itu, menyampaikan kata-kata pembukaan, dan memutar seluruh film. Walaupun hanya ada dua perintis istimewa dan dua penyiar lain di Hinche pada waktu itu, jumlah penontonnya lebih dari seribu.

Listrik belum ada di Mirebalais, sebelah selatan Hinche. Jadi bagaimana ia dapat mempertunjukkan film itu di sana? Fred memberi kesaksian kepada seorang sersan tentara dan menyebutkan problem ini. Sersan itu mengatur agar film tersebut dipertunjukkan di barak militer, dengan menggunakan generator mereka. Penduduk kota tidak dapat diundang, tetapi ia mengizinkan beberapa saudara hadir. Hadirin yang berjumlah 75 orang itu juga mencakup istri-istri dan teman-teman para tentara.

Bertahun-tahun kemudian, pada tahun 1988, setelah Fred Lukuc menyampaikan khotbah di sidang berbahasa Prancis di Pantai Delray, Florida, pengawas umumnya, Saudara Fabien, memperkenalkan diri dan berkata, ”Saudara mengunjungi saya pada tahun 1957 ketika saya seorang sersan di Mirebalais. Saya meninggalkan ketentaraan pada tahun 1971. Sekarang saya adalah saudaramu. Anak perempuan saya menjadi perintis biasa.” Suatu reuni yang sungguh menyenangkan setelah kira-kira 30 tahun!

Juga di Mirebalais seorang pemuda berusia 20 tahun menjadi teladan ketabahan bagi saudara-saudara. Kedua kakinya lumpuh, tetapi ia datang ke kota dengan keledainya untuk kunjungan wilayah yang Fred adakan. Ia harus digendong di punggung ke dalam dan ke luar Balai Kerajaan untuk perhimpunan. Dengan mengendarai keledainya, ia juga ikut dalam dinas pengabaran di desanya, yang berjarak 18 kilometer dari kota. Ia berada di antara ke-54 orang yang dibaptis pada kebaktian distrik di Port-au-Prince tahun 1957.

Lebih dari 30 tahun kemudian, Fred juga dengan jelas mengingat beberapa penyiar di Sidang Ouanaminthe di perbatasan Republik Dominika. Ia mengingat kembali bahwa tiga Saksi-Saksi yang setia ini yang tinggal 19 kilometer dari Balai Kerajaan datang dengan berjalan kaki untuk dinas pengabaran pada hari Minggu pagi. Mereka berdinas seharian penuh, menghadiri perhimpunan pada malam hari, lalu berjalan pulang menempuh jarak 19 kilometer itu di bawah cahaya bulan.

Para Perintis yang Produktif

Ketika Fred bepergian, ia melihat pemandangan-pemandangan yang indah. Akan tetapi, yang lebih indah lagi adalah kenyataan bahwa saudara-saudara menemukan orang-orang yang mencari kebenaran.

Di Petite-Rivière-de-l’Artibonite, Fred mengunjungi dua perintis istimewa. Apa hasil yang mereka peroleh? Baru 14 bulan berada di sana, mereka telah ditemani oleh beberapa pelajar Alkitab dalam dinas pengabaran. Yang termasuk di antara mereka adalah Gaston Antoine (seorang apoteker) dan istrinya, juga adik perempuan Gaston serta suaminya, seorang bekas pastor Gereja Allah. Sebelas orang ikut dalam dinas pengabaran pada minggu itu, enam orang untuk pertama kali. Dan lebih banyak lagi yang memperlihatkan minat. Kira-kira 800 orang hadir pada pertunjukan film Lembaga di sebuah taman, dan perhimpunan-perhimpunan lain juga dihadiri oleh banyak orang.

Melalui Badai dan Banjir

Peter Lukuc mengadakan perjalanan wilayah di selatan pada tahun 1957. Ia pergi dengan perahu motor dari Anse-à-Veau menuju Baradères, sebuah kota yang sering dilanda banjir. Setelah ia menyampaikan khotbah umum kepada hadirin yang berjumlah 30, ia melihat kumpulan besar awan-awan. Ia pergi dengan perahu keesokan paginya, tetapi badai hebat melanda selagi ia masih dalam perahu; hujan yang lebat membuat para penumpang basah kuyup. Maka perahu merapat ke Petit-Trou de Nippes.

Cuaca tidak menghalangi Peter. Karena berpikir bahwa ini merupakan kali yang pertama kota itu akan menerima kesaksian, maka ia pergi mengabar di tengah-tengah hujan siang itu. Tetapi seorang penyiar yang telah ia temui di Miragoâne sudah ada di sana. Saudara ini tergetar ketika melihat Peter lagi. Keesokan paginya, ketika perahu itu kembali menuju Anse-à-Veau, terjadi badai lagi. Akan tetapi, mereka berhasil tiba dengan selamat di kota yang sudah dilanda banjir itu.

Dalam perjalanan dari sana melalui darat, Peter masih harus menyeberangi Grande-Rivière (Sungai Besar). Dari jarak tiga kilometer, ia sudah dapat mendengar deru air yang mengalir turun dari gunung. Sungai mustahil diseberangi. Orang-orang yang berada di kedua sisi sungai telah menunggu sepanjang hari dan sepanjang malam. Sementara itu, Peter berjalan tanpa alas kaki melalui lumpur untuk memberi kesaksian dan menempatkan majalah di beberapa rumah. Menjelang pagi keesokan harinya, sungai telah surut sampai ketinggian persis di bawah pundak, maka Peter berjalan menyeberang.

Saudara-saudara juga memberi kesaksian di Miragoâne, pelabuhan kuno di timur laut Vieux-bourg, dan orang-orang seperti domba memberi tanggapan. Suatu hari, putra seorang penginjil Baptis menghadiri sebuah pengajaran Alkitab yang sedang membahas dunia baru di masa depan. Ia terkesan oleh bukti-bukti Alkitab bahwa bumi akan menjadi firdaus yang bebas dari penderitaan, kematian, dan kejahatan. Ia menemukan kesimpulan yang masuk akal bahwa tidak semua orang baik akan pergi ke surga. (2 Ptr. 3:13; Why. 7:9; 21:4, 5) Segera ia pulang ke desanya di pegunungan, mengumpulkan anggota-anggota gereja, beserta ayahnya, dan memperlihatkan kepada mereka apa yang Alkitab katakan tentang masa depan bumi yang sesungguhnya. Keesokan harinya, mereka mengirim suatu delegasi ke Miragoâne untuk meminta agar Saksi-Saksi datang dan mengajar mereka Alkitab. Sebagian besar dari kelompok gereja itu, termasuk sang penginjil, mulai belajar, dan kira-kira 30 orang menjadi Saksi-Saksi.

Mereka Mantan Saka Guru Gereja

Di utara pun, orang-orang yang sangat terlibat dalam kegiatan gereja dengan penuh syukur menerima kebenaran Alkitab. Misalnya, setelah tujuh bulan di Port-de-Paix, di pantai utara, François Doccy dan Jean Sénat gembira karena menemukan sejumlah orang yang ingin sekali melayani Yehuwa. Selama kunjungan pengawas wilayah, sembilan orang ambil bagian dalam dinas pengabaran. Suatu percakapan antara Fred Lukuc dan seorang gadis Katolik menyingkapkan siapa sebenarnya beberapa di antara orang-orang ini. Inilah yang diingatnya,

”Gadis itu bertanya, ’Apakah engkau tadi keluar sendirian hari ini?’ Saya menjawab, ’Tidak, Rock St.-Gérard pergi bersama saya.’ ’Rock St.-Gérard?’ tanyanya terkejut. ’Ia seorang Saksi-Saksi Yehuwa sekarang,’ kata saya, ’Tetapi,’ serunya, ’ia adalah presiden dari asosiasi Légionnaires! (Sebuah perkumpulan yang terdiri atas umat Katolik yang aktif di kota itu) Seorang saka guru Gereja Katolik!’ Lalu saya menambahkan, ’Istrinya juga seorang Saksi.’ Ia bertanya, ’Benarkah Irlande Sarette belajar dengan kalian Saksi-Saksi?’ Saya mengatakan, ’Ya. Ia menghadiri perhimpunan kami dan pergi mengabar bersama kami.’ Ia berkata, ’Wah! Wah! Ia adalah presiden dari organisasi Croisée!’ Saya berkata, ’Lalu ada juga Lucianne Lublin . . .’ Ia menyela saya, ’Itu berarti empat saka guru gereja!’ ’Kalau begitu,’ kata saya, ’engkau harus belajar juga.’ ’Saya mau,’ jawabnya.”

Mereka yang disebutkan di atas dan yang lain-lain dibaptis pada kebaktian distrik bulan Desember tahun itu—1957. Don Adams dari kantor pusat di Brooklyn hadir sebagai pengawas zona.

Membuat Kemajuan walaupun Ditentang

Penyebaran kabar baik yang menembus daerah-daerah baru menyebabkan timbulnya tuduhan-tuduhan palsu dari para pemimpin gereja. Ketika Roland Fredette, Fred Lukuc, dan Hiram Rupp, seorang utusan injil kelas keempat Gilead, mulai mengunjungi orang-orang di Mont-Organisé, yang jaraknya 35 kilometer di sebelah selatan Ouanaminthe, pada tahun 1957, para pemimpin agama bereaksi dengan memberikan peringatan-peringatan. ”Nabi-nabi palsu telah tiba!” kata mereka. ”Mata-mata Amerika ada di desa ini.” ”Hati-hatilah terhadap orang-orang komunis!”

Saudara-saudara dengan bijaksana membuktikan bahwa tuduhan-tuduhan itu salah. Seorang pria terkemuka di kota itu, François Codio, terlibat dalam suatu diskusi dengan saudara-saudara selama tiga jam. Karena terkesan oleh penjelasan mereka, ia mengambil satu eksemplar dari setiap publikasi yang mereka miliki. Orang-orang lain mulai mendengarkan, sebaliknya daripada berbantah-bantah, dan banyak yang menerima lektur.

Pekerjaan juga terus meluas di Port-au-Prince, dan hal ini membuat timbulnya kebutuhan akan kantor cabang yang lebih besar. Lagi pula, selama kerusuhan politik pada tahun 1957, daerah sekitar gedung kantor cabang di Lafleur Duchène menjadi ajang kekerasan. Maka ketika kontrak rumah itu berakhir, Rumah Betel dan kantor pindah ke Pont-Pradel No. 3 di Bois-Verna, wilayah yang lebih baik dari kota itu. Sebuah sidang baru yang dapat berhimpun di rumah ini dan mengadakan perhimpunan dalam bahasa Prancis dibentuk.

Kerusuhan politik, dengan enam pergantian pemerintahan dalam sepuluh bulan, berlanjut hingga tahun 1958. Tetapi saudara-saudara terus memberitakan Kerajaan Allah sebagai jawaban yang sesungguhnya atas problem-problem pemerintahan, sementara tetap netral, seperti yang selalu mereka lakukan.

Buah-Buah Pekerjaan Baik

Menjelang tahun 1958, sekelompok kecil penyiar di Saint-Marc telah berkembang menjadi sidang yang matang. Hal ini terlihat pada bulan Agustus ketika mereka ditinggal sendirian sementara para utusan injil menghadiri kebaktian internasional di New York. Dinas pengabaran dari para penyiar setempat lebih baik dibandingkan pada bulan mana pun sebelumnya, dan dua orang baru mulai mengabar. Sungguh suatu contoh yang baik tentang kestabilan rohani dan gairah dalam dinas!

George Corwin dan istrinya merasa bahagia karena dapat ambil bagian dalam membangun sidang ini. Tetapi kemudian, ketika mereka menyadari bahwa mereka akan segera memikul tanggung jawab sebagai orang-tua, mereka meninggalkan Saint-Marc pada bulan Mei 1960 dan kembali ke Kanada.

Lebih Banyak Utusan Injil Membantu

Empat utusan injil lain—Roland Sicard, Stanley Boggus, Steve Simmons, dan Maceo Davis—tiba pada tahun 1958. Ketika Daniel Eyssallenne membawa mereka ke rumah dari bandar udara, mereka mendapati Peter Lukuc sudah menunggu di ruangan tempat mereka akan diajar bahasa Prancis. Sebulan kemudian mereka mulai mencoba bahasa baru mereka kepada orang-orang di dekat rumah utusan injil. Stanley Boggus mengatakan, ”Kami takjub karena orang-orang berbuat sebisa-bisanya untuk membantu kami menyatakan diri.”

Tiga bulan kemudian, Stanley dan Steve ditugaskan ke Cayes, dan mereka segera mendapati bahwa belajar bahasa Prancis belum cukup. Suatu hari, Stanley yang ditemani oleh Max Danyleyko sebagai pengawas wilayah, berbicara kepada seorang wanita yang terus mengatakan, ’M’pa sou sa.’ Karena mengira bahwa wanita itu memaksudkan, ’Saya tidak mengetahui hal itu,’ Stanley mengatakan kepadanya bahwa ia datang untuk memberi tahu dia tentang hal tersebut. Belakangan, Max memberi tahu dia bahwa wanita itu mengatakan, ’Saya tidak berminat akan hal itu.’ Maka Stanley mulai mempelajari bahasa Kreol.

Seorang Suami Berubah Pendirian

Stanley Boggus menikah dengan Bertha Jean, seorang perintis Haiti, pada bulan Oktober 1960, dan mereka tetap tinggal di Cayes sebagai perintis istimewa. Dua bulan kemudian, mereka bertemu dengan Edèle Antoine, yang mengatakan, ’Saya percaya Allah menyertai kalian. Maukah kalian mengajar saya cara menyembah Dia?’ Wanita ini membuat kemajuan yang baik meskipun mendapat tentangan yang keras dari suami serta para tetangganya, dan ia dibaptis pada kebaktian wilayah berikutnya. Sepulangnya dari kebaktian, ia terheran-heran karena suaminya mencium dia dan ketiga anak mereka serta mengatakan, ’Selamat datang. Saya dengar kamu telah dibaptis.’ Sang suami mulai menghadiri perhimpunan, menjadi seorang Saksi, dan tetap setia sampai saat ia meninggal bertahun-tahun kemudian.

Kira-kira 25 tahun setelah meninggalkan Haiti, Stanley Boggus menambahkan kepada kisah pengalamannya catatan kaki ini, ”Pada tahun 1987, saya diminta untuk membantu mengajar di Sekolah Dinas Perintis berbahasa Prancis di New York City. Sewaktu saya memeriksa daftar siswa, saya menemukan nama Edèle Antoine. Ya, ia adalah orang yang sama yang telah saya bantu masuk kebenaran 27 tahun sebelumnya. Sangat membesarkan hati untuk melihat dia berada di sana di antara para perintis.”

Jangan Berada di Luar Bersama Agama-Agama Palsu

Tidak lama setelah tiba di Mont-Organisé pada bulan Mei 1960 untuk bekerja sebagai inspektur kesehatan, Sénèque Raphaël menerima undangan François Codio untuk menghadiri perhimpunan yang ia adakan di rumahnya. Sebagai pemuda berusia 24 tahun yang bergairah, ia memperlihatkan keinginan yang besar untuk mengetahui lebih banyak tentang Alkitab. Maka François meminjamkan dia buku ”Karena Allah Itu Benar Adanya”, dan Sénèque mempelajarinya dari awal sampai akhir. Pada bulan Agustus, sewaktu Sénèque hendak pergi ke Ouanaminthe untuk menemui orang-tuanya dan dibaptis menurut aliran agama Baptis, François menganjurkan dia untuk mengunjungi Balai Kerajaan di sana dan menghubungi seorang perintis bernama Mercius Vincent.

Mercius menanyakan kepada Sénèque tentang kepercayaannya dan melihat bahwa ia memahami doktrin-doktrin gereja jelas berbeda dengan apa yang diajarkan Alkitab. Maka, sambil mengamati dengan saksama pemuda pendek-gemuk dan berkulit gelap ini, ia berkata, ”Sekarang, Pak, Alkitab mengatakan di sini di Wahyu 22:15 bahwa setiap orang yang mengasihi dan mempraktekkan dusta berada di luar. Itu termasuk mereka yang mengajarkan hal-hal yang palsu. Maka Anda akan berada ’di luar’ bersama mereka jika Anda bergabung dengan agama itu.”

Setelah hening sejenak, Sénèque bertanya, ”Apa yang harus saya lakukan?” Mercius memberinya sebuah buku kecil ”This Good News of the Kingdom” dan berjanji untuk membahasnya bersama dia keesokan paginya. Sénèque membacanya, menghafal banyak hal dari buku tersebut. Setelah pembahasan pertama, ia menghadiri perhimpunan pada sore itu dan kemudian ikut dalam dinas pengabaran keesokan paginya. Ia dibaptis pada bulan Januari 1961. Namun François Codio, yang telah memperkenalkan kebenaran kepadanya, tidak pernah menjadi seorang Saksi, meskipun istrinya adalah seorang Saksi.

Bersiap-siap untuk Pertumbuhan yang Lebih Besar

Sidang Carrefour telah berkembang sehingga mencapai jumlah 54 penyiar, dan mereka mulai membangun sebuah balai yang cukup besar. Ketika mereka mencor atap beton, 67 sukarelawan bekerja keras sepanjang hari dalam pembangunan itu, sementara saudari-saudari menyiapkan makanan bagi mereka. Pada tanggal 17 Desember 1960, Fred Lukuc menyampaikan khotbah penahbisan di balai baru ini kepada sejumlah besar hadirin yang memperlihatkan penghargaan. Dumoine Vallon melayani sebagai pengawas umum di sini selama bertahun-tahun. Ia menjadi perintis istimewa pada tahun 1978 dan pada tahun 1993, pada usia 84 tahun, ia masih melayani sebagai perintis istimewa di Sidang Thorland-Carrefour.

Menjelang pertengahan tahun 1960, ada lebih dari 800 penyiar di 23 sidang di Haiti, dibandingkan dengan 99 penyiar pada tahun 1950. Pada waktu itu Max Danyleyko dipanggil untuk masuk Betel sebagai pengawas cabang. Victor Winterburn sedang merencanakan untuk menikah, dan kira-kira setahun kemudian ia kembali ke Kanada bersama istrinya untuk mengemban tanggung jawab keluarga yang akan segera dihadapinya.

Pada tahun 1961, Fred Lukuc dipanggil untuk bekerja penggal waktu di kantor cabang dan melayani sebagai instruktur Sekolah Pelayanan Kerajaan dari bulan Mei sampai Agustus. Pelatihan 40 pengawas dan perintis istimewa dalam kursus dua minggu ini sangat tepat waktu, karena hal ini membantu memperlengkapi dan memperkuat mereka menghadapi ujian-ujian yang akan segera dihadapi oleh saudara-saudara tersebut.

Kebaktian distrik pada bulan Januari 1962 juga mempersiapkan saudara-saudara setempat untuk menjalankan pelayanan pengabaran yang meluas. Sewaktu berbicara tentang merintis, pengawas cabang menganjurkan saudara-saudara yang memenuhi syarat yang tidak memiliki tanggung jawab keluarga untuk mendaftarkan diri sebagai perintis istimewa. Sénèque Raphaël, yang mengajukan permohonan, memberikan komentar ini,

”Saya melayani di Artibonite sebagai perintis biasa bersama Emile Cinéus dan ingin sekali menjadi perintis istimewa. Maka saya meninggalkan pekerjaan saya di Departemen Kesehatan. Saya mempunyai 40 dolar AS, gunting cukur, dan sebuah gunting yang saya harap dapat saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan saya dengan bekerja sebagai tukang cukur—namun kebutuhan-kebutuhan ini selalu terpenuhi, syukur kepada Yehuwa.” Sénèque tidak menduga bahwa tindakan pemerintah menentang Saksi-Saksi Yehuwa akan dimulai beberapa hari setelah ia mengajukan permohonan menjadi perintis istimewa.

Ditangkap!

Pada tanggal 23 Januari 1962, Max Danyleyko dan Andrew D’Amico ditangkap di kantor cabang, dan persediaan majalah Sedarlah! tanggal 8 Januari 1962 (dalam bahasa Prancis), disita. Andrew dan Helen D’Amico, para utusan injil dari Kanada, tinggal di Betel. Helen terhindar dari penangkapan karena Andrew telah menyuruhnya bersembunyi di kamar mandi. Mereka berharap bahwa ia akan tetap bebas agar dapat memberi tahu yang lain tentang apa yang telah terjadi.

Ia mengatakan, ”Saya berdiri di belakang pintu yang terkunci dan berdoa.” Ia mendengar orang-orang menggeledah ruangan. Mereka tiba di depan pintu kamar mandi. Namun, seseorang mengatakan sesuatu tentang pintu WC yang lain, dan mereka pergi untuk menggeledah bagian lain dari rumah itu. Ketika mereka pergi, seorang penjaga tetap berada di luar sampai malam tiba. Ia pergi tepat sebelum Donald Rachwal, seorang utusan injil lain yang tinggal di rumah itu, pulang dari dinas. Setelah diberi tahu tentang apa yang telah terjadi, ia menyuruh Helen tinggal bersama saudari-saudari di rumah utusan injil yang lain, dan kemudian ia mulai menghubungi saudara-saudara yang memenuhi syarat lainnya.

Sementara itu, saudara-saudara yang ditangkap ditahan bersama 17 pria lain dalam sebuah sel yang sempit di kantor polisi. Mereka tidur sebisanya, sambil duduk di lantai, atau sambil berdiri, karena tidak ada tempat untuk berbaring. Mereka diinterogasi sepanjang hari Rabu namun mereka tidak diberi tahu apa tuduhan-tuduhannya. Keesokan paginya mereka dibawa menghadap seorang pejabat berpangkat tinggi yang mengacu kepada sebuah artikel tentang Haiti dalam Sedarlah! 8 Januari dan menguliahi mereka mengenai persamaan ras. (Artikel berita tersebut merupakan kutipan dari artikel dalam majalah Le Monde dan Le Soir yang menyebutkan tentang praktek voodoo.) Ia menyuruh mereka pergi tanpa mengizinkan mereka untuk memberi penjelasan, dan mereka dibebaskan.

Tiga minggu kemudian, pada tanggal 14 Februari, Sekretaris Negara untuk Urusan Luar Negeri dan Agama mengatakan, ”Kami harus mengeluarkan anak-anak Saksi-Saksi Yehuwa dari sekolah-sekolah Negeri kami.” Ini terjadi sehubungan dengan diusirnya seorang saudari muda yang telah menulis surat kepada kepala sekolahnya menjelaskan alasan ia tidak dapat memberi salut kepada bendera. Kepala sekolah tersebut—seorang biarawati Katolik Roma—telah mengirim surat itu kepada kalangan berwenang pemerintahan. Pada waktu itu, seorang saudari lain juga dikeluarkan. Kedua gadis tersebut duduk di kelas terakhir dan adalah penyiar-penyiar yang mahir.

Dideportasi!

Empat minggu kemudian, pada tanggal 17 Maret, Max, Donald, Andrew, dan Helen secara pribadi diberi tahu oleh kepala polisi bahwa semua utusan injil itu diberi waktu 24 jam untuk meninggalkan negeri tersebut. Mereka tidak diberi penjelasan. Mereka kemudian dibawa pulang untuk mengambil paspor mereka. Di sana mereka melihat Albert Jérome, yang saat itu menjadi pengawas kota, dan dalam komunikasi yang singkat, menceritakan kepadanya apa yang sedang terjadi.

Setelah kembali ke kantor polisi, mereka dijaga ketat. Akan tetapi, seorang sersan yang tengah bertugas saat itu sedang belajar dengan Rodrigue Médor, maka Max mengutus sersan tersebut untuk menyampaikan sebuah memo yang memberi tahu saudara-saudara agar menghubungi kedutaan Kanada. Melalui sersan itu, Rodrigue dapat mengunjungi utusan-utusan injil yang dipenjarakan pada malam hari dan menerima kunci kotak pos Lembaga dari mereka. Perwira ini sangat membantu untuk mondar-mandir membeli makanan bagi mereka, menghubungi saudara-saudara, dan memeriksa kotak pos.

Pada hari Minggu, tanggal 18 Maret, ketiga orang Kanada itu dibawa ke bandara dengan penjagaan ketat untuk berangkat ke Kingston, Jamaika. Namun karena mereka tidak memiliki tiket untuk pergi ke Kanada, perusahaan penerbangan menolak mereka masuk. Sejumlah saudara berada di bandara, dan Max Danyleyko dapat berbicara dengan singkat kepada Albert Jérome dan beberapa orang lain. Hari berikutnya, mereka dikawal langsung ke pesawat dan diterbangkan ke Kingston, tempat mereka tinggal selama beberapa minggu sebelum melanjutkan perjalanan ke Kanada. Donald Rachwal, yang berasal dari Amerika Serikat, terbang dengan pesawat yang berbeda.

Stanley Boggus, yang sedang berkeliling dalam pekerjaan wilayah, dideportasi bersama utusan-utusan injil yang masih berada di sana pada tanggal 3 April. Ia kemudian melayani di Zaire. Sewaktu kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1971, ia melanjutkan dengan melayani di sidang-sidang berbahasa Prancis di New York. Setelah beberapa bulan di Kanada, Max Danyleyko melanjutkan dengan melayani di Kongo-Brazzaville, Republik Afrika Tengah, Cad, Nigeria, dan sekarang Pantai Gading. Fred Lukuc melayani di Kongo-Brazzaville dan Pantai Gading. Karena alasan kesehatan, ia beserta istrinya dipindahkan ke Betel Kanada pada tahun 1985. Peter saat ini melayani di sidang-sidang berbahasa Spanyol di Amerika Serikat. Para utusan injil lainnya masih melayani Yehuwa dengan loyal atau telah meninggal dengan setia.

Para Pemuka Agama Merasa Senang

Para pemuka agama sibuk memberi tahu para pejabat pemerintah bahwa Saksi-Saksi Yehuwa adalah komunis yang tidak mendukung pemerintah. Para pemimpin agama juga mengatakan kepada Saksi-Saksi bahwa mereka tinggal menunggu perintah dari kalangan berwenang pemerintah untuk memusnahkan mereka.

Maka mereka dengan sukacita menyambut pengusiran para utusan injil. Sebuah stasiun radio evangelis di pantai selatan dengan senang hati menyiarkan berita dengan cara ini, ”Kristus dan Negara telah mengusir nabi-nabi palsu dari negeri ini.” Para pemimpin agama berharap agar pekerjaan Kerajaan berhenti. Namun, harus diperhatikan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa belum dilarang.

Orang-Orang Haiti Melanjutkan

André René, salah-satu orang Haiti pertama yang menerima pelatihan Gilead, menjadi pengawas cabang, dan saudara-saudara setempat melanjutkan pekerjaan sebaik mungkin. Renan Sanon (yang telah melayani dalam waktu singkat sebagai pengawas wilayah), Emile Cinéus, dan Don Delva dipilih untuk menangani tiga wilayah. Dengan perasaan menyesal di pihak para penentang, pekerjaan terus bertumbuh secara menakjubkan.

Bahkan beberapa orang dari barisan pemimpin agama menerima kebenaran. Misalnya, Sénèque Raphaël mengadakan pembahasan yang panjang tentang dunia baru bersama Augustin Josémond, seorang pemimpin agama Protestan di Liancourt. Pria ini menerima suatu pengajaran Alkitab, mengundurkan diri dari gerejanya, dan dibaptis. Ia beserta keluarganya yang terdiri dari sepuluh anak adalah Saksi-Saksi yang sangat aktif.

Semakin banyak orang memasuki dinas perintis. Ini termasuk beberapa orang yang telah belajar membaca dan menulis dalam kelas-kelas melek huruf di sidang. Saudara-saudara menganjurkan dan membantu para perintis ini. Mereka yang memiliki bisnis tertentu bahkan memberikan kepada mereka ”tarif perintis”—harga yang lebih murah untuk barang dan jasa.

Sidang-sidang terus bertumbuh dengan baik sehingga pada tahun 1963 angka seribu penyiar dilalui, dengan jumlah keseluruhan 1.036. Suatu wilayah baru dibentuk selama tahun itu, dan Sénèque Raphaël, sekarang seorang pembicara yang sangat bersemangat, ditugaskan sebagai pengawas wilayah di utara. Wilayahnya yang kecil dapat dikerjakan dalam empat bulan. Maka ia menggunakan ”bulan-bulan bebas” untuk mengunjungi kota-kota yang tidak terdapat Saksi-Saksi.

Tambahan Dua Pria Muda yang Memberi Harapan

Di antara mereka yang menjadi Saksi-Saksi selama masa ini terdapat beberapa orang yang menjadi penganjur yang bergairah dari ibadat yang murni.

Kembali ke tahun 1961, Fulgens Gaspard, seorang pria berusia 22 tahun telah melihat seorang pria Adven merobek sebuah halaman dari Alkitabnya sendiri ketika ia tidak dapat menyangkal ayat-ayat yang digunakan seorang Saksi sewaktu berhadapan dengannya. Meskipun Fulgens seorang Katolik yang loyal, ia mengakui bahwa Saksi-Saksi Yehuwa mengenal betul Alkitab. Ia menyadari bahwa ia tidak dapat mengerti apa yang telah dibacanya dalam Alkitab yang biasanya ia pinjam, maka ia meminta Saksi ini untuk membantunya. Mereka belajar setiap hari Minggu. Ia segera mulai menghadiri perhimpunan, berhenti pergi ke gereja, dan mulai ambil bagian dalam dinas pengabaran. Ketika ia dibaptis pada bulan Maret 1965, target berikut baginya adalah menjadi perintis.

Pada tahun 1962, Wilner Emmanuel, ketika berusia 15 tahun, belajar paham Marxisme bersama pemuda-pemuda lainnya. Namun ia percaya bahwa Allah ada dan bertanggung jawab atas ketertiban di alam semesta. Siswa lain, putra dari Diego Scotland, sering meminjamkan kepadanya Menara Pengawal, Sedarlah!, dan lektur lainnya. Dan Alphonse Hector, seorang tetangga berusia 35 tahun yang belum menjadi Saksi, memberi dia buku ”Karena Allah Itu Benar Adanya” dan menganjurkan dia untuk belajar Alkitab.

Wilner sekarang mengatakan, ”Saya membaca seluruh buku tersebut pada malam itu dan mulai membayangkan diri saya berbakti kepada Yehuwa. Beberapa hari kemudian, Alphonse mengatur agar Saudari Derenoncourt belajar bersama saya. Ia kagum akan betapa baik saya memahami apa yang telah saya baca.” Wilner membuat kemajuan dengan cepat dan dibaptis pada bulan Agustus 1965. Ia juga bertumbuh menjadi seorang pekerja keras bagi Kerajaan Yehuwa dan dunia baru.

Sementara itu, pada tahun 1966, orang yang pada waktu itu melayani sebagai pengawas cabang terbukti tidak setia kepada kepercayaan Kristennya dan dipecat. Prophète Painson, seorang pria berwatak lembut dan penuh pertimbangan yang berusia 29 tahun, menjadi pengawas cabang dan melayani selama enam tahun berikutnya. Ia dibaptis pada tahun 1960 dan mulai merintis pada tahun 1962. Kantor cabang sekarang terletak di simpang Ruelle Waag dan Avenue Christophe di Port-au-Prince.

Pada tahun 1967, Fulgens Gaspard, yang baru dibaptis dua tahun sebelumnya, bekerja sebagai seorang guru sekolah. Karena ia mempunyai rencana untuk merintis, ia memohon agar diizinkan untuk mengajar penggal waktu. Hal ini ditolak, maka ia mengundurkan diri dari pekerjaannya dengan harapan bahwa ia dapat mencari nafkah melalui hobinya sebagai seorang pelukis. Namun, sebelum ia dapat mengajukan permohonannya untuk menjadi perintis biasa, ia diangkat menjadi perintis istimewa. Tiga bulan kemudian ia diundang untuk bekerja di Betel dan kemudian, pada bulan Januari 1969, ia mulai melayani sebagai pengawas wilayah. Dengan wataknya yang tenang, ia telah menjadi seorang pembicara umum yang fasih, menyenangkan untuk didengar.

Dengan Berani Menghadapi Tentangan

Pada tahun 1969, para pemimpin agama sekali lagi memulai desas-desus bahwa Saksi-Saksi Yehuwa adalah komunis. Pemerintah memerintahkan untuk mencari lektur subversif yang menurut dugaan digunakan oleh Saksi-Saksi. Ini menimbulkan desas-desus bahwa mereka sedang ditangkapi di Port-au-Prince. Banyak orang cepat-cepat melenyapkan majalah-majalah yang telah mereka terima dan tidak lagi menyambut saudara-saudara dengan baik.

Dalam kasus-kasus tersendiri, para petugas setempat mengambil tindakan terhadap saudara-saudara kita, meskipun mereka tidak mendapat perintah dari pemerintahan pusat untuk melakukan hal tersebut. Dua saudari perintis istimewa, Furcina Charles dan Yolande Fièvre, menerima memo dari seorang pejabat tinggi di Limbé, yang berbunyi, ”Kalian telah diadukan oleh protes keras publik sebagai orang-orang yang tidak diinginkan di Limbé. Saya memberi tahu kalian bahwa kalian tidak lagi disambut dengan baik di antara kami.” Sang walikota mengatakan kepada mereka bahwa ia tidak dapat membiarkan mereka mengabar dan mengadakan perhimpunan kecuali jika mereka memiliki izin dari kalangan berwenang di Port-au-Prince. Ia menyuruh agar Balai Kerajaan ditutup. Namun, saudari-saudari ini dan beberapa penyiar lain di sana terus mengabar dan mengadakan perhimpunan di rumah-rumah pribadi—menentukan lokasi dan hari perhimpunan yang berbeda-beda.

Beberapa bulan kemudian, Furcina menikah dengan Jacques François, seorang perintis istimewa. Ia berusia 39 tahun, dibaptis pada tahun 1959, dan merintis sejak tahun 1961. Jacques berusia 29 tahun. Setibanya di Limbé, ia mulai lagi mengadakan perhimpunan di Balai Kerajaan. Ia berkata, ”Saksi-Saksi Yehuwa adalah agama yang diakui, dan saya tahu bahwa tidak ada dekret yang melarang mereka.”

Sekarang ia dan Furcina ditangkap dan dibawa ke kantor pejabat tinggi. Pejabat tinggi tersebut mengatakan kepada mereka bahwa ia tidak memiliki tuduhan apa pun terhadap mereka namun Pak walikota-lah yang bertanggung jawab atas tindakan tersebut. Keesokan harinya, walikota mengatakan kepada mereka bahwa pemimpin milisi-lah yang bertanggung jawab. Selanjutnya, pemimpin milisi mengatakan bahwa ia tidak memiliki alasan apa pun untuk menentang mereka. Maka mereka terus mengadakan perhimpunan tanpa mengalami problem lebih lanjut. Jacques meninggal pada tahun 1993, sewaktu melayani dengan setia sebagai seorang penatua di Port-au-Prince.

Putri-Putri Walikota Adalah Domba

Di Bassin-Bleu, seorang perintis istimewa mulai memimpin pengajaran Alkitab bersama seorang imam pada tahun 1970, dan imam tersebut menghadiri Peringatan. Akan tetapi, walikota di kota kecil itu berupaya mengecilkan hatinya, dengan mengatakan, ”Pater, Anda telah mengenyam pendidikan. Tidak pantas bila Anda duduk di hadapan seorang Saksi Yehuwa yang kecil ini dan diajar olehnya.” Akhirnya imam tersebut menghentikan pelajarannya.

Akan tetapi, Josette, putri sulung dari Pak walikota, belakangan mulai belajar. Ayahnya menentang hal ini, namun ia mengambil pendirian yang teguh demi kebenaran dan dibaptis. Pada waktunya, adik-adik perempuannya mengikuti contohnya. Pak walikota tidak; namun ia menjadi ramah terhadap Saksi-Saksi. Sehubungan dengan Josette, ia kini seorang perintis biasa dan istri seorang penatua.

Desas-desus palsu mempersulit upaya saudara-saudara kita menyewa balai untuk kebaktian. Maka mereka membangun sebuah balai kebaktian yang sederhana di Mariani, Port-au-Prince. Mereka mulai menggunakannya pada tahun 1970 dan memperluasnya seraya jumlah hadirin bertambah setiap tahun. Berada di bawah atap besi bergelombang memang panas; namun bagi ke-2.049 penyiar yang melapor pada tahun 1970, hal ini lebih baik daripada sama sekali tidak memiliki balai.

Seorang Haiti yang Pergi ke Luar Negeri Kembali untuk Membantu

Pada masa ini, orang-orang Haiti yang pergi ke Amerika Utara terus meningkat. Dimulai dengan segelintir orang pada tahun 1960-an, yang menjelang akhir tahun 1970-an menjadi bagaikan banjir orang yang pergi dengan perahu-perahu yang ringkih. Jumlah orang Haiti di New York pada awal tahun 1960-an sudah cukup untuk dijadikan suatu wilayah utusan injil berbahasa Prancis di sana. Sidang berbahasa Prancis yang pertama dibentuk pada tahun 1969, dan dari sinilah Michel Mentor berasal.

Sebagai seorang penduduk Haiti di Amerika Serikat, ia mulai belajar bersama Saksi-Saksi pada tahun 1966. Ia membuat kemajuan pesat dan dibaptis pada tahun 1967. Ia mendapat pelatihan di Sekolah Gilead pada tahun 1971 dan ditugaskan ke Haiti sebagai pengawas cabang. Pria pendek gemuk ini, yang ketika itu, berstatus lajang berusia 34 tahun, adalah seorang yang ramah dan memperlihatkan kemampuan kepemimpinan yang baik. Kedatangannya teristimewa disambut baik, karena upaya untuk mendatangkan utusan injil ke negeri ini belum berhasil.

Saksi-Saksi lain datang atas keinginan mereka sendiri untuk melayani sebagai perintis di tempat-tempat yang lebih membutuhkan. Kemudian, pada tahun 1972, Lembaga memutuskan untuk menguji situasi lebih lanjut dengan mengirim empat lulusan Gilead yang baru untuk pekerjaan utusan injil. Akan tetapi, dengan dukungan Menteri Dalam Negeri, seorang pejabat senior mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan dituntut jika mereka masih berada di negeri itu setelah visa turis mereka habis masa berlakunya. Maka mereka pergi ke Puerto Riko untuk menunggu penugasan yang baru. Tidak lama setelah mereka pergi, pejabat senior itu meninggal. Tiga bulan kemudian, menteri yang disebut di atas melakukan perbuatan yang memalukan, dipecat dari jabatan, dan diasingkan.

Seorang Pembela yang Tak Disangka-sangka

Aksi-aksi tentangan terutama berasal dari para pejabat yang dihasut atau dipermalukan oleh propaganda para pemimpin agama sehingga mereka terpaksa bertindak. Ada yang memiliki prasangka pribadi. Tindakan mereka bukanlah pendirian resmi pemerintah. Presiden Haiti yang ketika itu baru saja meninggal dunia pernah belajar bersama Saksi-Saksi ketika ia masih muda. Meskipun ia memilih haluan hidup yang berbeda, ia masih memperlihatkan respek kepada saudara-saudara. Lagi pula, kejujuran, kenetralan politik, dan respek kepada hukum yang diperlihatkan Saksi-Saksi membuat mereka layak dikagumi oleh orang-orang lain di kalangan atas. Misalnya, seorang perintis menceritakan pengalaman ini,

”Sewaktu saya menawarkan majalah kepada dua pria di Port-au-Prince, salah seorang di antara mereka mengatakan, ’Seandainya saya memiliki wewenang, saya akan menjebloskan kalian semua Saksi-Saksi Yehuwa ke dalam penjara.’ Pria lainnya, seorang menteri negara, menyela sebelum saya dapat menjawab. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa, dari apa yang ia telah lihat dalam perjalanannya dan pada upacara-upacara agama, semua agama kecuali Saksi-Saksi Yehuwa mencampurkan spiritisme ke dalam ibadat mereka. Kemudian ia menambahkan, ’Saksi-Saksi Yehuwa adalah orang-orang yang mempraktekkan kekristenan yang sejati.’”

Mencari Fasilitas Cabang yang Lebih Baik

Akan tetapi, karena tidak ada kantor cabang milik Lembaga di Haiti, pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di sana dianggap tidak bergengsi dan tidak beridentitas oleh beberapa orang. Pada tahun 1971, seorang pengacara telah menyewakan sebuah rumah yang terletak di Rue St.-Gérard kepada Lembaga. Namun, ketika ia mengetahui bahwa rumah itu digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, ia menolak untuk memperbarui kontrak sewanya.

Setelah dikerahkan banyak upaya untuk menemukan tempat lain, kantor cabang pindah ke sebuah rumah di Rue Chérièz di Canapé-Vert. Kantor tersebut tetap berada di sana selama empat tahun sebelum dipindahkan ke Delmas pada tahun 1975, namun rumah itu terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan kami. Michel Mentor mengenang, ”Kami harus menyimpan persediaan lektur dalam kamar-kamar tidur, ruang gambar, dan pada anak tangga. Maka pengawas zona menganjurkan kami agar mencari tempat lain dan gagasan untuk menemukan lahan guna membangun mulai dikembangkan.”

Dipuji oleh Beberapa Pemimpin Agama; Dikutuk oleh yang Lainnya

Pada tahun 1968, saudara-saudara menerima buku Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal. Mereka sangat bergairah untuk menggunakannya. Publikasi ini membantu memenangkan hati kaum muda kepada Alkitab. Para pemimpin agama tertentu bahkan menggunakan bahan dari buku ini dalam khotbah-khotbah mereka, namun nama Yehuwa mereka lenyapkan.

Pada tahun 1972, seorang imam Katolik bahkan memajang buku tersebut di katedral di Port-au-Prince dan mengatakan, ”Jika Saksi-Saksi Yehuwa menawarkan kepada Anda buku biru yang kecil ini, terimalah. Ini adalah kebenaran.” Seorang wanita menatap imam tersebut dengan terheran-heran. Putranya seorang Saksi, dan ia sendiri menentang putranya. Ia pulang ke rumah dan menanyakan kepada putranya apakah Saksi-Saksi Yehuwa memiliki sebuah buku biru yang kecil. ”Ya,” jawabnya. Ia kemudian mengatakan kepada putranya hal-hal yang telah dikatakan sang imam dan ia menerima tawaran putranya untuk belajar bersama. Ia menjadi seorang Saksi yang terbaptis.

Akan tetapi, pada umumnya para pemimpin agama marah sewaktu melihat para anggota gereja meninggalkan kawanan mereka. Mereka mulai mengkritik buku Kebenaran dari mimbar. Para pastor Protestan—Evane Antoine, Louis Désiré, dan lain-lain—mulai membuat siaran radio anti-Saksi. Antoine mendapat kepuasan yang penuh dengki dalam mengkritik buku tersebut kalimat per kalimat dalam sebuah program di radio MBC di Port-au-Prince setiap hari Minggu siang dan mengeluarkan komentar-komentar yang keji tentang ajaran dari Saksi-Saksi Yehuwa. Tujuannya adalah untuk membuat orang-orang berbalik melawan buku Kebenaran.

Hal yang sebaliknya terjadi. Orang-orang menjadi penasaran, dan buku tersebut tersebar luas dari tahun 1972 hingga 1975. Orang-orang sering mencegat para penyiar yang ada di jalan-jalan dan meminta ”ti liv po ble a” (buku kecil bersampul biru). Banyak di antara orang-orang ini menjadi Saksi-Saksi.

Program-program radio juga menarik simpati para pejabat tinggi pemerintahan kepada Saksi-Saksi Yehuwa. Berkenaan hal ini, Rodrigue Médor mengatakan,

”Michel Mentor dan saya dipanggil oleh Menteri Urusan Agama sehubungan masalah salut kepada bendera. Ia mengenali saya sebagai penjahit langganannya dan mengatakan, ’Apakah engkau orang yang membuat kami sangat repot?’ Kemudian ia berbicara mengenai sang pastor yang muncul pada acara radio, ’Mengapa kamu tidak membela diri?’ tanyanya. Saya menjelaskan bahwa kami tidak menginginkan debat umum, yang hanya akan merendahkan martabat berita kami.”

Saksi-Saksi Yehuwa Mengudara

Akan tetapi, pada bulan April 1973, Lembaga mulai menyajikan acaranya sendiri selama 30 menit, ”Firman-Mu Adalah Kebenaran”, pada Radio Haiti setiap hari Rabu malam. Tujuannya adalah mempromosikan pengetahuan yang lebih baik tentang Saksi-Saksi Yehuwa dan untuk menghilangkan prasangka yang ditimbulkan oleh siaran anti-Saksi. Acara tersebut tidak mengarah kepada perdebatan mengenai pernyataan-pernyataan para pastor melainkan membahas pokok-pokok seperti masa depan bumi, maksud-tujuan Allah, dan masalah-masalah keluarga. Bahan diambil dari publikasi Lembaga seperti Apakah Alkitab Benar-Benar Firman Allah? dan Sedarlah! Dengan demikian, acara tersebut ditinggikan ke tingkat yang lebih tinggi dibanding acara dari para pastor, dan hal ini menimbulkan rasa kagum dan respek orang-orang.

Setelah tujuannya tercapai, dan karena acara tersebut harus dibayar, maka acara ini dihentikan pada bulan November 1974. Pada waktu itu, orang-orang telah melihat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa membela diri mereka dengan baik. Dan buku Kebenaran terus mencapai angka penyebaran yang luar biasa.

Akan tetapi, para pemuka agama dan orang-orang yang berada di bawah pengaruh mereka memperbarui serangan dengan kembali mempublisitaskan masalah salut bendera di sekolah-sekolah. Beberapa surat kabar memuat artikel anti-Saksi. Maka kalangan berwenang kembali prihatin terhadap masalah tersebut. Para menteri negara memanggil Rodrigue Médor dan memberi tahu dia bahwa, sebenarnya, mereka dipermalukan oleh problem ini. Namun mereka mengenal dia dengan baik dan menaruh respek kepadanya; maka mereka membiarkan begitu saja masalah itu.

Problem Mengenai Balai-Balai yang Tidak Memadai

Beberapa pejabat, di antaranya ada yang dipengaruhi oleh kesetiaan kepada gereja, mengenakan pembatasan-pembatasan kepada Saksi-Saksi Yehuwa. Untuk menghalangi pemberian izin membangun Balai kerajaan, para pejabat tersebut memanfaatkan fakta bahwa Saksi-Saksi tidak memiliki badan hukum setempat. Akan tetapi, problem mengenai balai terutama bersifat finansial. Kebanyakan sidang tidak mampu membiayai pembangunan, maka mereka menyewa gedung-gedung kecil, yang sebagian besar di antaranya tidak memiliki fasilitas dasar. Beberapa orang enggan menghadiri perhimpunan di tempat-tempat yang sederhana demikian. Namun, jumlah hadirin akan memuncak pada kesempatan-kesempatan tertentu. Sebuah sidang yang terdiri dari 100 penyiar mencapai jumlah hadirin lebih dari 400 pada Peringatan tahun 1975. Lebih banyak orang yang berada di luar balai daripada yang berada di dalam. Harus ditemukan suatu cara tertentu untuk membangun Balai-Balai Kerajaan.

Beberapa sidang berhasil dengan cara memperoleh pinjaman dari saudara-saudara yang dapat menyediakannya, dan belakangan Badan Pimpinan mengorganisasi suatu penyelenggaraan guna membantu membiayai pembangunan Balai Kerajaan. Banyak balai yang bagus telah dibangun sejak hal itu dijalankan pada tahun 1978.

Panitia Cabang

Penyelenggaraan Panitia Cabang mulai beroperasi pada tahun 1976. Para anggota pertamanya adalah Michel Mentor, Sénèque Raphaël, dan Défense Joseph yang mulai melayani sebagai perintis istimewa 11 bulan setelah ia dibaptis pada tahun 1962. Rodrigue Médor dipilih menjadi anggota panitia pada tahun 1977. Pada tahun 1980, guna memenuhi kewajiban keluarganya, Défense Joseph menetap di Amerika Serikat.

Ketika buku kecil Blood, Medicine and the Law of God (dalam bahasa Prancis) diterima pada tahun 1978, Panitia Cabang meminta Wilner Emmanuel untuk menghubungi fakultas kedokteran di Universitas Haiti. Sang dekan mengumpulkan para mahasiswa kedokteran dan meminta agar Wilner menjelaskan sudut pandangan Saksi-Saksi Yehuwa mengenai masalah darah. Setelah khotbah itu, mereka senang untuk menerima buku kecil tersebut secara cuma-cuma. Sejak itu, banyak dari antara mereka yang belakangan menjadi dokter profesional memperlihatkan respek akan pendirian Saksi-Saksi Yehuwa terhadap transfusi darah.

Akhirnya Utusan-Utusan Injil Baru!

Akhirnya, pada bulan Mei 1981, sekali lagi sepasang utusan injil dapat masuk ke negeri ini dan memperoleh visa untuk menetap. John dan Inez Norman telah terjun dalam pekerjaan wilayah di Kanada, tempat mereka bekerja dengan sangat efektif dalam pelayanan. Sewaktu mengomentari cara John mengabar, seorang pengawas distrik pernah mengatakan, ”Pergi bersamanya merupakan suatu hal yang menarik karena kita tidak pernah tahu apa yang akan ia lakukan dari satu pintu ke pintu lain. Ia memiliki hal-hal yang selalu baru.”

John lahir di Montserrat di Hindia Barat pada tahun 1940 dan dibesarkan di Kanada. Orang-tuanya telah melayani di tempat yang lebih memerlukan tenaga pengabar di Liberia. John dibaptis pada tahun 1954 dan mulai merintis pada tahun 1958. Istrinya, seorang Kanada, mulai merintis pada tahun 1968.

Setelah tiba di Haiti, mereka ditugaskan untuk merintis selama beberapa waktu. Kemudian mereka diundang ke Betel pada bulan Januari 1983, dan John dilantik menjadi koordinator Panitia Cabang. Michel Mentor telah mengawasi kantor cabang dengan baik selama sebelas tahun. Ia sekarang memasuki pekerjaan keliling sebagai pengawas distrik, dan ia juga melayani sebagai perintis istimewa selama bulan-bulan manakala tidak dilangsungkan kebaktian.

Utusan-utusan injil lain dari Kanada, Amerika Serikat, Belgia, Prancis, Nigeria, dan bagian-bagian lain dari kepulauan Karibia juga menyumbang kepada kemajuan pekerjaan Kerajaan di sini. Mereka mengasihi orang-orang di sini. Mereka senang bekerja di antara rakyat miskin di tempat-tempat tinggal mereka yang saling berdempetan di tepi selokan, maupun di antara orang-orang kaya di rumah mewah mereka. Orang-orang dari kedua golongan ini—hakim, dokter, insinyur, pengusaha, saudagar, pedagang, dan buruh—telah bergabung dengan mereka dalam memberitakan kepada orang-orang lain tentang dunia baru yang akan datang.

Melayani di Daerah yang Lebih Membutuhkan

Selain para utusan injil, ada banyak yang secara pribadi telah mengambil inisiatif untuk datang ke Haiti guna melayani di daerah yang lebih membutuhkan. Di antara orang-orang ini terdapat Maxine Stump dan Betty Wooten, yang telah melakukan pekerjaan yang produktif di Pétion-ville dan Thomassin. Maxine menetap di Thomassin, suatu komunitas yang menurut anggapan banyak orang tidak akan menghasilkan satu Saksi-Saksi pun.

Pada usia 55 tahun, ia mulai menyadari bahwa ia bertambah tua. Suaminya telah meninggalkan dia dan organisasi Yehuwa. Namun, ia bertahan selama 23 tahun di wilayah pegunungan itu, meski menghadapi tentangan setempat. Bahasa Prancis dan Kreol-nya yang terbatas lebih kedengaran seperti bahasa Inggris. Orang-orang mungkin harus mendengarkan lebih saksama untuk dapat mengerti dia; namun minat yang hangat dan ketulusannya menarik hati mereka. Banyak orang belajar bersamanya dan menjadi Saksi-Saksi. Ia melayani sebagai perintis biasa di Thomassin hingga tahun 1992 ketika, pada usia 75 tahun, ia tidak mampu lagi berjalan di daerah pegunungan. Ia kembali ke Amerika Serikat untuk mendapat perawatan medis, dan ia kini melayani sebagai perintis di Florida.

Betty Wooten mulai ”merintis” sejak ia dibaptis pada tahun 1962. Ia tidak tahu bahwa ia harus mengajukan suatu permohonan terlebih dahulu! Ia benar-benar dilantik pada tahun 1967. Sejak tiba di Haiti, ia telah melayani di Pétion-ville sebagai perintis istimewa. Ia berkulit hitam, sangat bergairah, dan tampak jauh lebih muda dari usianya yang sudah 57 tahun. Kadang-kadang, karena terlalu bersemangat menjelaskan Alkitab, tanpa disadari ia sudah berbicara dalam bahasa Inggris dan tidak lagi menggunakan bahasa Kreol-nya yang kurang fasih. Namun, persembahannya yang tulus mengenai kebenaran dan kemampuannya yang baik dalam bertukar pikiran membuat orang-orang mendengarkan dan menyambut.

Sewaktu John dan Inez Norman mengunjungi kantor cabang Kanada pada tahun 1982, seseorang dalam departemen langganan bertanya kepada mereka, ”Siapa itu Betty Wooten?” Departemen tersebut sedang memproses puluhan langganan majalah yang telah diperoleh saudari tersebut. Bagaimana ia bisa mencapai sukses ini? Ia selalu mengabar. Dinas pengabaran resminya merupakan perluasan dari kesaksian tidak resmi. Di toko-toko, ketika ia pergi ke restoran, di pompa bensin—di mana saja, kapan saja merupakan kesempatan untuk menawarkan majalah, buku, langganan, dan pengajaran Alkitab. Ia sekarang dapat melihat kembali kepada kurun waktu 22 tahunnya di Haiti, merasa puas karena ia telah ambil bagian dalam membantu lebih dari 70 orang untuk terjun dalam dinas Yehuwa!

Sekarang terdapat empat sidang di Pétion-ville, dua di Thomassin, dan satu lagi di Kenscoff—tujuh sidang dengan jumlah mendekati 700 penyiar pada tahun 1993, di wilayah yang sebelumnya ditangani oleh satu sidang.

Seorang Houngan Menemukan Kebenaran

Di antara mereka yang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa di Haiti terdapat seorang bekas imam voodoo—seorang houngan—di Labiche. Irilien Désir mulai bertanya-tanya tentang Allah dan merasakan suatu keinginan untuk meninggalkan voodoo. Ia menyatakan hal ini secara terus terang kepada seorang imam Katolik dan membawa kepadanya benda-benda upacaranya. Akan tetapi, ia tidak mendapatkan bantuan rohani, maka ia kembali kepada voodoo.

Kemudian anak-anak lelakinya di Port-au-Prince dan di luar negeri menulis kepadanya menceritakan bahwa mereka sedang belajar bersama Saksi-Saksi Yehuwa dan mereka menganjurkan dia untuk melakukan hal yang sama. Hasilnya, ia menunggang kudanya sejauh 50 kilometer ke L’Azile guna menemukan Saksi-Saksi. Ia selalu mengendarai kuda ke sana dua kali seminggu untuk belajar bersama mereka dan menghadiri perhimpunan. Roh-roh jahat, atau loa-loa, yang pernah ia layani mulai mengganggu dia dan bahkan mengumumkan kematiannya. Ia menyuruh orang membuat sebuah peti mati, namun ia mengatakan, ”Saya tidak lagi takut mati. Saya tahu bahwa akan ada kebangkitan.” Akan tetapi, karena ia tidak jadi meninggal pada waktu itu, maka ia menggunakan peti mati tersebut untuk menyimpan bahan-bahan makanan hasil panennya.

Ia ikut mengabar bersama perintis-perintis yang saat itu ditugaskan ke Labiche, dan ia dibaptis. Kemudian ia menyumbangkan sebagian dari tanahnya agar dapat digunakan untuk membangun sebuah Balai Kerajaan. Pada tahun 1989, ia meninggal dalam keadaan setia kepada Yehuwa.

Suatu Revolusi namun Bukan Suatu Dunia Baru

Jalan-jalan yang ramai dan sempit di Port-au-Prince biasanya padat dengan kendaraan yang berwarna-warni yang lalu-lalang dan sarat dengan penumpang. Namun kendaraan maupun jalan lebih penuh sesak daripada biasanya pada tanggal 5-8 Desember 1985. Haiti menjadi tuan rumah bagi ratusan Saksi-Saksi dari negeri-negeri lain. Mereka menghadiri Kebaktian ”Para Pemelihara Integritas” di Centre Sportif de Carrefour. Ke-4.048 penyiar merasa kagum ketika mengetahui hadirin berjumlah 16.260 pada acara khotbah umum ”Waktu dan Musim yang Ditetapkan Allah—Ini Menunjuk Kepada Hal Apa?”

Dua bulan setelah kebaktian ini, pada tanggal 7 Februari 1986 suatu revolusi mengakhiri pemerintahan Duvalier yang telah berkuasa selama 28 tahun. Bangsa tersebut bersukacita, mengharapkan keadaan yang lebih baik. Namun, ekonomi dan mutu kehidupan yang telah hancur terus memburuk seraya ketidakstabilan politik mengakibatkan enam perubahan pemerintahan selama enam tahun, terus hingga tahun 1992!

Membangun Sebuah Betel Baru

Sementara itu, Saksi-Saksi Yehuwa mengantisipasi suatu peristiwa bersejarah yang berbeda. Sejak bulan November 1984, para sukarelawan internasional yang terampil, dari Amerika Utara dan tempat-tempat lain, telah membantu mereka membangun fasilitas cabang yang baru di atas tanah seluas 4,5 hektare di Santo, dekat Port-au-Prince. Saksi-Saksi Haiti yang memiliki keterampilan dalam hal membangun dipekerjakan, dan ratusan lainnya membantu secara sukarela. Kompleks Betel yang berbentuk U terdiri dari kantor, depot lektur, dan bangunan dua tingkat untuk tempat tinggal. Sebuah Balai Kebaktian dibangun pada waktu yang sama.

Fasilitas-fasilitas ini ditahbiskan pada tanggal 25 Januari 1987. Charles Molohan dari kantor pusat Brooklyn menyampaikan khotbah penahbisan. Ini merupakan saat yang membangkitkan semangat dan penuh sukacita. Saudara-saudara merasa bangga akan fasilitas-fasilitas cabang ini. Namun bagaimana pendapat mereka tentang Balai Kebaktian? Dengan menyimpulkan perasaan mereka, Betty Wooten mengatakan, ”Halaman-halamannya diatur dengan indah dan dihiasi dengan pepohonan dan bunga-bungaan. Balai tersebut—dengan kenyamanan modern—dirancang untuk iklim tropis Haiti. Ini merupakan suatu kehormatan bagi umat Yehuwa.” Fulgens Gaspard, yang menjadi anggota Panitia Cabang pada tahun 1987, menyatakan penghargaan akan fakta bahwa ”ventilasinya baik, memungkinkan orang-orang mendengarkan acara dengan nyaman.”

Lektur yang Sangat Dihargai

Brosur Nikmatilah Hidup Kekal di Bumi! diterbitkan dalam bahasa Kreol pada tahun 1987. Saudara-saudara menyambutnya sebagai sebuah alat yang baik untuk membantu orang membayangkan dunia baru, dan mereka telah menempatkan brosur tersebut dalam jumlah besar. Ini merupakan sebuah buku pelajaran yang bermanfaat dalam kelas-kelas melek huruf di sidang, yaitu kelas-kelas yang telah menyumbang kepada tingkat melek huruf yang tinggi di antara Saksi-Saksi Yehuwa. Dari tahun 1987 hingga 1992, kelas-kelas ini, yang juga terbuka bagi orang-orang bukan Saksi-Saksi, membantu 1.343 orang belajar membaca dan menulis.

Buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi (dalam bahasa Prancis) telah membantu ribuan orang memahami Alkitab, dan masih banyak orang yang membutuhkan buku ini. Namun, pada tahun 1989, buku kecil ”This Good News of the Kingdom” diterbitkan dalam bahasa Kreol, dan tentu, ini teristimewa berguna di Haiti.

Sejak tahun 1989 buku Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis telah merebut minat kaum muda di dalam maupun di luar sidang. Orang-orang muda sering menghentikan Saksi-Saksi di jalan-jalan untuk meminta buku tersebut. Banyak buku ditempatkan di sekolah-sekolah oleh siswa maupun guru.

Di Canapé-Vert, Nelly Saladin, seorang guru sekolah yang masih muda dan bersemangat, menempatkan lebih dari seratus eksemplar buku Pertanyaan Kaum Muda kepada siswa-siswa di sekolahnya dalam satu bulan. Di Jacmel seorang guru memesan beberapa karton berisi buku tersebut untuk diberikan kepada murid-murid sebagai hadiah. Sejumlah sekolah menggunakannya sebagai buku pelajaran untuk kelas sosial dan kebudayaan.

Pada tahun 1990, pemilik dan direktur sebuah sekolah kejuruan keputrian di Port-au-Prince menanyakan kepada keponakan perempuannya apa yang kira-kira dapat ia berikan kepada gadis-gadis tersebut sebagai hadiah. Sang keponakan perempuan pada waktu itu belajar bersama Saksi-Saksi Yehuwa, maka ia menganjurkan buku Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Membina Keluarga Bahagia, dan Masa Remaja Manfaatkanlah Sebaik-baiknya. Sang direktur sangat senang dan segera memesan 40 buku dan belakangan memesan lebih banyak lagi—jumlah keseluruhan 301. Beberapa di antara murid-murid yang menerima lektur ini telah menjadi Saksi-Saksi, dan yang lainnya sekarang adalah para penyiar yang belum terbaptis.

Pengakuan yang Sah dan Resmi

Pengakuan resmi terhadap suatu perkumpulan yang mewakili Saksi-Saksi Yehuwa sekali lagi diberikan pada tahun 1989. Sejak tahun 1962, Lembaga Menara Pengawal dianggap tidak diakui secara resmi di Haiti. Namun Saksi-Saksi Yehuwa tetap merupakan agama yang diakui karena undang-undang dasar menjamin kebebasan beribadat. Selama bertahun-tahun, Rodrigue Médor telah berulang kali bertemu dengan menteri-menteri negara, berupaya memperoleh status hukum bagi Perkumpulan Saksi-Saksi Yehuwa. Melalui perubahan pemerintahan pada tahun 1986 suatu suasana yang menguntungkan untuk keberhasilan tersebut tercipta. Maka Panitia Bidang Hukum kantor cabang mengajukan permohonan pengakuan kepada pemerintahan yang baru. Ini disetujui dan setelah beberapa bulan, L’Association Chrétienne Les Témoins de Jéhovah d’Haiti (Perkumpulan Kristen Saksi-Saksi Yehuwa Haiti) menjadi suatu badan hukum yang sah.

Berkenaan hal ini, Journal Official Haiti tanggal 20 Februari 1989, menyatakan ”mengingat bahwa l’Association Chrétienne ‘LES TÉMOINS DE JÉHOVAH D’HAITI’ selama bertahun-tahun telah menyumbang kepada pendidikan rakyat di daerah pedesaan dan kota di negeri itu melalui kelas-kelas melek huruf”, maka itu diakui sebagai suatu ”organisasi pelayanan umum” dengan ”hak dan prerogatif yang dihubungkan dengan suatu pribadi yang berbadan hukum.”

Hal ini penting karena organisasi semacam itu dapat memiliki bangunan. Sebelumnya, bangunan untuk Balai Kerajaan dan fasilitas cabang harus diperoleh dengan menggunakan nama saudara-saudara. Sekarang kepemilikan dapat diberikan dengan menggunakan nama perkumpulan.

Kewarganegaraan yang Baik Diakui

Saksi-Saksi Yehuwa ingin membantu orang-orang memahami alasan Yesus mengajarkan murid-muridnya berdoa, ”Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi.” (Mat. 6:10) Mereka memperlihatkan kepada sesama penduduk Haiti yang baik hati dan sabar bahwa Allah tidak menghendaki orang-orang menderita kelaparan, penyakit, dan kekerasan atau menjadi tua dan mati. Mereka menerangkan bahwa kehendak Allah adalah agar bumi menjadi rumah bagi dunia baru—dengan suatu firdaus yang meliputi Haiti. Dan mereka mengajarkan orang-orang agar patuh kepada hukum dan menempuh kehidupan yang baik dan jujur supaya mereka dapat memenuhi syarat untuk kehidupan selama-lamanya di dunia baru tersebut.

Banyak orang mengakui manfaat yang didatangkan Saksi-Saksi kepada bangsa itu melalui pekerjaan ini. Ketika suatu pembunuhan terjadi di Saint-Georges pada tahun 1984, orang-orang mulai bersembunyi karena polisi mulai menangkapi mereka untuk diinterogasi. Akan tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa terus mengabar, dan polisi mengizinkan mereka untuk bergerak leluasa. Seorang polisi mengatakan, ”Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan tentang kesudahan orang-orang jahat. Mereka bukanlah orang-orang yang melakukan kejahatan ini.”

Pada waktu terjadi kerusuhan dan demonstrasi pada tahun 1991, orang-orang mulai melakukan perampokan di Cité Soleil, Port-au-Prince, sementara dua saudari muda memberi kesaksian di daerah yang sama. Dua tentara datang dan masing-masing berdiri di ujung sebuah jalan sempit, menyebabkan para perampok mau tidak mau harus melewati mereka dan mendapat pukulan cambuk. Dan bagaimana dengan saudari-saudari tersebut? Mereka masing-masing memegang sebuah Menara Pengawal dan berjalan ke arah salah seorang tentara itu. Ketika mengenali mereka sebagai Saksi-Saksi, ia membiarkan mereka berlalu tanpa cedera, kemudian kembali mencambuk para perampok tersebut. Hal ini seperti dinyatakan oleh seorang perwira militer di Thomassique pada tahun 1991, ’Saya tahu bahwa kaum muda Saksi-Saksi Yehuwa tidak akan terlibat dalam kerusuhan dan demonstrasi serta perampokan semacam itu.’

Balai Pertama yang Dibangun secara Kilat

Sebuah sidang yang terdiri dari 14 penyiar di desa Bidouze di bagian selatan memiliki perbedaan yaitu menjadi sidang pertama yang membangun Balai Kerajaan secara kilat. Ini dibangun dalam empat hari. Setelah dilakukan banyak pekerjaan persiapan, pembangunan dimulai di bawah curahan hujan pada hari Kamis tanggal 1 November 1990. Ke-18 saudara dari Port-au-Prince dan saudara-saudara setempat bekerja keras dari pagi sampai sore, dan beberapa melanjutkan terus sampai malam dengan bantuan sinar bulan dan sebuah lampu gas. Gedung tersebut tidak dibangun dengan metode bongkar pasang, maka 1.500 balok beton harus disusun satu per satu dengan menggunakan semen. Namun, menjelang pukul 1.00 siang pada hari Minggu, balai tersebut sudah dicat, siap untuk perhimpunan pertama di sana—ikhtisar Pelajaran Menara Pengawal dan khotbah penahbisan, dengan 81 orang yang hadir.

Panitia pembangunan cabang sekarang telah memperlihatkan bahwa balai-balai sederhana dapat dibangun untuk sidang-sidang di pedesaan menggunakan metode pembangunan kilat, dengan biaya kurang dari 5.000 dolar AS. Ini merupakan pertimbangan penting mengingat sarana finansial saudara-saudara sangat terbatas.

Kebutuhan akan balai-balai semakin besar. Jumlah Saksi bertambah sebanyak lebih dari 1.900 antara tahun 1990 dan 1993. Ada puncak baru sebesar 8.392 di 174 sidang pada bulan Juni 1993. Jumlah hadirin pada enam Kebaktian Distrik ”Pengajaran Ilahi” (1993) adalah 19.433. Ada 44.476 yang hadir pada Peringatan pada bulan April 1993. Dan Saksi-Saksi Yehuwa kini adalah kelompok agama terbesar di Carrefour, tempat sidang pertama di Port-au-Prince terbentuk.

Mengharapkan Dunia Baru

Ya, sekumpulan orang yang kian bertambah jumlahnya menyadari bahwa Kerajaan Allah merupakan satu-satunya harapan untuk menyingkirkan penyakit umat manusia dan bahwa upaya untuk menambal-sulam dunia yang usang ini hanyalah bersifat sementara. Maka mereka dengan senang hati menerima ”kabar baik tentang kerajaan”—kabar baik tentang suatu dunia yang lebih baik.—Mat. 24:14, NW.

Saksi-Saksi Yehuwa di Haiti senang membantu orang-orang semacam itu menikmati kehidupan yang lebih baik sekarang dengan mengajarkan mereka cara menerapkan Firman Allah dan dengan menanamkan kepada mereka harapan yang pasti tentang kehidupan abadi dalam dunia baru yang adil-benar dari Yehuwa.

[Grafik di hlm. 168]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Penyiar

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

0

1950 1960 1970 1980 1993

Hadirin Peringatan

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

0

1950 1960 1970 1980 1993

[Peta di hlm. 116]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Port-au-Prince

St.-Marc

Cavaillon

Cap-Haitien

Port-de-Paix

Gonaives

Vieux-bourg-d’Aquin

Hinche

Cayes

[Gambar di hlm. 120]

Roland Fredette, yang tiba di Haiti sebagai utusan injil pada tahun 1945, menjadi pengawas cabang pertama di sana

[Gambar di hlm. 122]

Sidang di Vieux-bourg-d’Aquin, pada pertengahan tahun 1950-an

[Gambar di hlm. 124]

Beberapa utusan injil masa permulaan di Haiti: (1) David dan Celia Homer, (2) Alex dan Marigo Brodie, (3) Victor dan Sandra Winterburn, (4) Peter Lukuc, (5) Fred Lukuc

[Gambar di hlm. 126]

Beberapa yang telah menjadi Saksi yang bergairah di Haiti menjelang awal tahun 1950-an: (1) Rodrigue Médor, (2) Albert Jérome, (3) Dumoine Vallon, (4) Benoît Sterlin, (5) Diego Scotland

[Gambar di hlm. 132]

Gloria Hill, Naomi Adams, Helen D’Amico, dan Frances Bailey, memberi sumbangan yang berharga bagi kegiatan pengabaran di Haiti

[Gambar di hlm. 139]

Seperti beberapa utusan injil yang mula-mula lainnya di sini, George dan Thelma Corwin mengerjakan daerah mereka dengan sepeda motor

[Gambar di hlm. 143]

Beberapa pemberita Kerajaan yang mula-mula di Port-de-Paix: Perintis istimewa François Doccy dan Jean Sénat di belakang; Rock St.-Gérard, istrinya, dan Lucianne Lublin di depan

[Gambar di hlm. 147]

Pada tahun 1962, Max Danyleyko (atas) dan Andrew D’Amico (kiri) ditahan, dideportasi

[Gambar di hlm. 161]

Maxine Stump dan Betty Wooten masing-masing telah menyumbangkan lebih dari 20 tahun guna melayani di sini di tempat yang lebih membutuhkan

[Gambar di hlm. 162]

Balai Kebaktian di Santo ini digunakan oleh sebagian besar wilayah di Haiti

[Gambar di hlm. 167]

Para utusan injil yang berbahagia yang melayani kepentingan Kerajaan di Haiti

[Gambar di hlm. 169]

Panitia Cabang (dari kiri ke kanan): Fulgens Gaspard, John Norman, Rodrigue Médor, Sénèque Raphaël

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan