PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Kaum Remaja​—Bagian Saudara dalam Keluarga yang Bahagia, Bersatu Padu
    Menara Pengawal—1986 (Seri 30) | Menara Pengawal—1986 (Seri 30)
    • Kaum Remaja​—Bagian Saudara dalam Keluarga yang Bahagia, Bersatu Padu

      ”Akan daku, maka aku seorang anak [”sejati,” NW] bapaku yang lembut, lagi anak kekasih kepada pemandangan ibuku.”—AMSAL 4:3, Klinkert.

      1, 2. Problem apa terdapat dalam beberapa keluarga Kristen?

      BETAPA menyegarkan untuk dapat mencurahkan semua kekuatiran saudara kepada seseorang yang menyayangi saudara, berusaha mengerti perasaan saudara, dan memberikan nasihat dengan penuh timbang rasa! Dan bila orang tersebut adalah orangtua, saudara benar-benar beruntung. Namun, seberapa akrab perasaan saudara terhadap orangtua saudara?

      2 Dua remaja yang mempunyai orangtua Kristen menulis, ”Problem utama kami ialah komunikasi. Nampaknya kami tidak dapat berbicara dengan orangtua kami. Kami berdua sangat, sangat mengasihi orangtua kami, tetapi nampaknya kami tidak dapat berkomunikasi. Saya terus-menerus berdoa mengenai hal ini tetapi belum dapat menemukan jawaban.” Mengapa kadang-kadang kurang ada komunikasi yang penuh arti bahkan dalam keluarga-keluarga Kristen? Apakah ada jalan keluar dari keadaan yang sulit sedemikian?

      Mengapa Ada Jurang Komunikasi?

      3, 4. Sebutkan beberapa alasan tidak adanya komunikasi antara orangtua dan anak-anak.

      3 Kedua remaja yang dikutip di atas tidak sependapat dengan orangtua mereka dalam memilih hiburan dan teman-teman. Tidak adanya persesuaian pendapat, dan juga perasaan bahwa pandangan saudara diabaikan, dapat menutup komunikasi. Tetapi mengapa perbedaan pendapat ini timbul? Amsal 20:29 memberikan satu alasan. Bunyinya, ”Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orangtua ialah uban.” Karena ”kekuatan” dari usia muda masih belum ditempa oleh kenyataan-kenyataan yang keras dari pengalaman selama bertahun-tahun, kalian orang-orang muda sering tidak melihat bahaya, merasa bahwa ’tidak akan terjadi hal-hal yang mencelakakan.’ Tetapi, orangtua saudara, dengan hikmat yang diperoleh karena usia—atau bahkan dari pengalaman pribadi yang pahit—mempunyai pandangan yang berbeda. Meskipun mengerti perasaan saudara, mereka mungkin melihat bahaya-bahaya tersembunyi yang tidak saudara sadari.—Amsal 29:15.

      4 Dalam hal lain lagi, mungkin kurangnya komunikasi disebabkan karena saudara merasa sulit untuk berbicara mengenai emosi tertentu yang menyakitkan. Karena adanya konflik dengan orang-orang lain atau oleh karena kekurangan saudara sendiri, hati saudara mungkin merasa sakit. Reaksi saudara mungkin seperti Ayub, yang merasa bahwa bahkan saudara-saudaranya sendiri, sahabat-sahabat karibnya, ya, bahkan keluarganya sendiri, telah menjauh dari padanya. (Ayub 19:13-19) Dalam beberapa kasus, suatu jurang tercipta karena orangtua ”menutup telinga” pada waktu seorang remaja berusaha mengungkapkan perasaannya yang halus. (Amsal 21:13) Seorang gadis remaja mengeluh, ”Saya sering sakit hati, saya banyak menangis dan ayah akan mengatakan, ’Menangis tidak akan membantu,’ jadi saya memendam perasaan saya. Saya tidak mencucurkan air mata bila berada di dekatnya, dan tidak ada komunikasi sama sekali.”

      5. Apa langkah pertama untuk memperbaiki komunikasi yang penuh arti?

      5 Tetapi, tidak soal bagaimana sikap orang-tua saudara, ada banyak yang dapat saudara lakukan untuk memperbaiki komunikasi! Mulailah dengan jujur menilai hubungan saudara dengan orangtua saudara. Misalnya, bangsa Israel pura-pura akrab dengan Bapa surgawi mereka, dengan mengatakan, ”Bapaku! Engkaulah kawan [”kepercayaan,” NW] ku sejak kecil!” Namun dalam kenyataannya, hubungan mereka tegang oleh karena mereka suka memberontak. (Yeremia 3:4, 5) Apakah orangtua saudara benar-benar ”kawan kepercayaan” saudara? Mungkinkah saudara telah melakukan sesuatu, bahkan secara tidak sengaja, yang menghalangi komunikasi? Dapatkah saudara mengatakan seperti Salomo, ”Akan daku, maka aku seorang anak [”sejati,” NW] bapaku [dan ibuku]”? (Amsal 4:3, Klinkert) Apa yang dapat saudara lakukan agar lebih dekat kepada mereka?

      ”Kasih Kemurahan dan Kebenaran”

      6. (a) Menurut Amsal 3:3, sifat-sifat apa akan membantu seorang remaja ’mendapat kasih dan penghargaan dari Allah serta manusia’? (b) Bagaimana seseorang dapat ’mengalungkan itu pada lehernya’?

      6 Raja Salomo yang bijaksana membahas apa yang dibutuhkan seorang remaja untuk ”mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia [termasuk orangtua].” Jawabannya? ”Hai anakku, . . . janganlah kiranya kasih kemurahan dan kebenaran meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu.” (Amsal 3:1-4, NW) Kasih kemurahan dan kebenaran akan membuat saudara lebih dekat dengan orangtua saudara. Tetapi sifat-sifat ini harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kepribadian saudara, ’dikalungkan pada lehermu, dan dituliskan pada loh hatimu.’ Sering kali, pada jaman Alkitab, sebuah cincin stempel digantungkan dengan seutas tali pada leher seseorang. (Kejadian 38:18) Cincin ini sangat berharga karena tanpa menggunakan itu, dokumen-dokumen tidak dapat disahkan. Pembawa cincin itu tidak pernah melupakannya dan selalu diingatkan akan betapa tinggi nilainya. Jadi kasih kemurahan dan kebenaran harus selalu diingat dan nilainya tidak boleh dilupakan. Namun bagaimana saja saudara dapat memperlihatkan sifat-sifat ini?

      7. Bagaimana kasih kemurahan dapat dinyatakan untuk memperbaiki komunikasi?

      7 ”Kasih kemurahan,” menurut arti kata Ibrani aslinya, berarti ”kasih yang loyal” dan menyatakan ikatan pribadi dalam suatu hubungan. Jadi apakah saudara loyal kepada orangtua saudara dan merasa terikat untuk tetap akrab secara emosi? Dalam Zakharia 7:9, 10, kasih kemurahan dihubungkan dengan belas kasihan dan timbang rasa. Apakah saudara mempunyai timbang rasa terhadap tekanan-tekanan yang harus dihadapi orangtua saudara? Kasih kemurahan dari beberapa orang ”seperti kabut pagi dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.” (Hosea 6:4) Apakah kasih kemurahan saudara lenyap dalam perbantahan yang sengit atau jika kemauan saudara tidak diluluskan? Apabila merasa kesal, apakah ”pengajaran yang lemah lembut [tetap] ada di lidah” saudara? Keloyalan dan timbang rasa penting untuk komunikasi.—Amsal 31:26.

      8. Bagaimana seorang muda dapat memperlihatkan kebenaran?

      8 ”Kebenaran” menghasilkan keakraban, karena perasaan percaya penting untuk hubungan yang erat. Janganlah menjadi seperti ”penipu” yang menutup-nutupi orang macam apa sebenarnya mereka. (Mazmur 26:4 ) Saudara mungkin tergoda untuk, sesungguhnya, menempuh dua macam kehidupan—satu bila di dekat orangtua Kristen saudara dan yang lain pada waktu mereka tidak melihat. Haluan sedemikian dapat mengakibatkan kesedihan, terutama bila saudara menghadapi suatu problem yang serius dan tidak diperlengkapi untuk menanganinya sendiri. Pikirkan juga, mengenai hilangnya kepercayaan bila suatu haluan yang tidak benar atau palsu disingkapkan. ”Orang-tua saya mengetahui jauh lebih banyak dari pada yang saya pikir mereka ketahui,” kata seorang muda Kristen. ”Jika saya mencoba menyembunyikan sesuatu dari mereka, saya hanya menipu diri sendiri dan berusaha membohongi Yehuwa.” Ya, bertekadlah untuk memperkembangkan kebenaran dalam batin. Namun apakah memperlihatkan kebenaran hanya terbatas dalam hal menghindari tutur kata dan perbuatan-perbuatan yang ”serong”?—Amsal 4:20, 24; 10:9.

      ”Berbicara Langsung Dari Hati”

      9. Problem apa yang telah diatasi oleh dua remaja, dan apa hasilnya?

      9 Ada remaja-remaja yang tidak jujur mengenai perasaan mereka terhadap orangtua. Misalnya, salah seorang remaja yang disebutkan dalam paragraf 2 mengaku, ”Supaya tetap damai, kami mulai mengatakan apa yang kami tahu ingin didengar orangtua kami, tetapi kami menyembunyikan perasaan kami yang sesungguhnya.” Kedua remaja ini mencari bantuan. Mereka dianjurkan oleh seorang penatua untuk mendekati orangtua mereka dan meniru pemuda Elihu, yang mengatakan, ”Aku berbicara langsung dari hatiku.” (Ayub 33:3, Beck) Setelah berdoa dengan sungguh-sungguh, akhirnya mereka membuka isi hati kepada orangtua, dengan menjelaskan kepedihan mereka. (Bandingkan Amsal 12:18.) Meskipun terkejut sekali mengetahui bahwa anak-anaknya merasa demikian, sang ayah mengaku kepada mereka bahwa ia telah memperburuk keadaan. Ia senang mereka berbicara dengan terus terang. Anak perempuan itu mengakhiri, ”Keadaan keluarga kami menjadi makin baik, walaupun lambat tetapi pasti. Sewaktu kami mulai berkomunikasi dengan lebih bebas, pada waktu itulah kami dapat melihat alasan-alasan dari peraturan mereka. Mereka tidak lagi berbicara dengan sikap meremehkan kami seolah-olah kami masih kecil. Kami mulai mengerti satu sama lain dengan jauh lebih baik.”

      10, 11. (a) Menurut Amsal 27:19, apa yang dapat memperbesar kehangatan dalam suatu keluarga Kristen? (b) Bagaimana remaja-remaja dapat menerapkan ayat ini?

      10 Berterus terang kepada orangtua akan membina komunikasi dari hati. Bila saudara berbicara dengan tenang, penuh respek, orang-tua saudara dapat memahami apa yang ada dalam hati saudara. (Amsal 29:11) Saudara juga melihat sifat-sifat dalam hati mereka. Percakapan yang terus terang dan simpatik ini membantu saudara untuk mengenal hati saudara lebih baik. Amsal 27:19 mengatakan, ”Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.”a Sama seperti saudara melihat bentuk wajah saudara dalam sebuah kolam yang airnya tenang, demikian pula melalui komunikasi dari hati dengan orangtua, saudara dapat melihat bahwa emosi dan motif mereka tidak jauh berbeda dari saudara sendiri. Pertukaran pendapat ini menghasilkan saling pengertian dan perhatian, yang penting untuk suatu keluarga yang hangat.

      11 Jadi bersedialah untuk berbicara dengan orangtua bahkan mengenai soal-soal yang menyakitkan. Nyatakan perasaan takut dan kegagalan saudara maupun juga sukacita dan sukses saudara. Berbicaralah mengenai cita-cita saudara dalam hidup ini dan doa saudara. Buang dorongan untuk ingin ”menyendiri.” (Amsal 18:1) Dengan tetap tentu berusahalah menggunakan beberapa waktu sendirian dengan orangtua, sehingga saudara dapat saling menyatakan hal-hal yang bersifat pribadi. Ada anak-anak muda yang merasa bahwa mereka dapat melakukan hal ini seraya mereka berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain pada waktu bekerja dengan orangtua dalam pengabaran, pada waktu berjalan bersama menempuh jarak yang jauh, atau bahkan pada waktu mengadakan semacam rekreasi keluarga.

      12. Kenyataan apakah yang harus dihadapi oleh orang-orang muda?

      12 Walaupun usaha saudara untuk memperkembangkan komunikasi yang penuh arti biasanya akan membuahkan hasil-hasil yang baik, saudara maupun orangtua saudara tidak sempurna. Orangtua mungkin kadang-kadang bertindak tidak adil, kurang peka terhadap perasaan orang lain, atau tidak memberikan contoh yang baik. Mereka mungkin bahkan tidak beriman dan bisa jadi tidak selalu berurusan dengan saudara sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Ada dari kalian yang mungkin tinggal dalam keluarga dengan orangtua tunggal atau dengan orangtua tiri, kedua-duanya dengan tekanan-tekanan yang unik. Tidak soal betapa dekat saudara dengan orangtua, kadang-kadang saudara akan merasa sendirian secara emosi. Bagaimana keadaan yang tidak menyenangkan sedemikian dapat saudara tanggung dengan setia?

      Belajar untuk ”Memikul Kuk pada Masa Muda”

      13. Mengapa pernyataan Yeremia di Ratapan 3:27 kedengarannya janggal?

      13 Ketika ditugaskan oleh Yehuwa, nabi Yeremia menyatakan, ”Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda”! Tetapi Yehuwa meyakinkan dia dan menguatkan dia. Oleh karena penderitaan, rasa takut, dan perasaan kecil hati, kadang-kadang ia merasa seperti ingin berhenti, dan ia pernah mengatakan, ”Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan!” (Yeremia 1:6, 19; 20:7-9, 11, 14) Belakangan, ia menulis, ”Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.” (Ratapan 3:27) Namun bagaimana memikul kuk berupa keadaan yang tidak menyenangkan dapat dianggap bermanfaat? Teladan Yusuf dengan baik menggambarkan hal ini.

      14, 15. (a) Bagaimana pengalaman Yusuf ketika ia masih muda? (b) Bagaimana ia ’dimurnikan oleh janji Yehuwa’?

      14 Ketika berumur 17, Yusuf, melalui sebuah mimpi mendapat janji ilahi bahwa ia akan memegang kedudukan yang terkemuka. Namun, celaka, saudara-saudaranya yang iri hati menjualnya sebagai budak! Akhirnya ia sampai di Mesir dan belakangan diikat dengan rantai dalam sebuah penjara di bawah tanah atas tuduhan yang dibuat-buat berupa usaha pemerkosaan. (Kejadian 37:2, 4-11, 28; 39:20) Anak muda yang patut ditiru ini dan ahli waris dari suatu janji yang mulia ditahan dalam tembok-tembok penjara yang gelap. Sebagai orang asing di suatu negeri asing, ia tidak mempunyai teman yang akan bersimpati kepadanya atau yang dapat memohonkan pengampunan untuknya.

      15 ”Mereka mengimpit kaki [Yusuf] dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firmanNya sudah genap, dan janji [Yehuwa] membenarkannya [”memurnikan dia,” NW].” (Mazmur 105:17-19) Selama 13 tahun, Yusuf menderita sebagai budak dan tahanan sampai janji Yehuwa tergenap. Melalui pengalaman ini ia dimurnikan. Yehuwa, walaupun tidak menyebabkan kesulitan itu, membiarkan hal-hal tersebut dengan suatu maksud. Apakah Yusuf akan memelihara pengharapannya dalam ”janji [Yehuwa]” meskipun mengalami ujian yang pahit? Apakah ia mematangkan sifat-sifatnya yang baik, dan memperkembangkan kesabaran, kerendahan hati, kekuatan rohani, dan tekad yang diperlukan untuk menangani tugas yang sulit? Nah, Yusuf keluar seperti emas dari api pemurnian—lebih murni dan bahkan lebih berharga bagi Allah, yang memakainya secara menakjubkan setelah itu.—Kejadian 41:14, 38-41, 46; 42:6, 9.

      16. Bagaimana hendaknya pandangan seorang muda terhadap keadaan yang tidak menyenangkan?

      16 Yusuf maupun Yeremia menderita bukan oleh kesalahan mereka sendiri. Mereka sudah memupuk sifat-sifat yang saleh. Tetapi, mereka lebih dimurnikan lagi pada waktu mereka mengatasi keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan. Betapa jauh lebih diperlukan pemurnian sedemikian oleh remaja-remaja yang telah berbuat salah! Disiplin, yang mungkin saja sulit diterima, menghasilkan kebenaran jika saudara dilatih olehnya. (Ibrani 12:5-7, 11) Latihan ini dapat memperkembangkan kekuatan batin seperti baja yang ditempa oleh panas. Sama seperti ”[Yehuwa] menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setiaNya kepadanya,” Ia juga akan memberikan kekuatan kepada saudara melebihi apa yang biasa dan dengan limpah memberkati ketekunan saudara.—Kejadian 39:21; 2 Korintus 4:7.

      17. Apa pengaruh dari keadaan yang tidak menyenangkan atas seorang gadis muda? Apa yang saudara pelajari dari ini?

      17 Sebagai contoh, seorang gadis muda bermaksud hendak lari oleh karena ayah tirinya yang baru nampaknya tegas secara berlebihan dan tidak peka terhadap perasaannya atas kematian ayahnya yang ia kasihi. Karena menyadari bahwa hal ini hanya akan menimbulkan lebih banyak problem, ia tetap tinggal—dan menahan dengan sabar. Sekarang, hampir 13 tahun kemudian, ia menyimpulkan, ”Disiplin dari ayah tiri saya membuat saya orang yang lebih baik. Pada waktu saya tinggal berdua dengan ibu saya, saya dimanja dan suka memberontak. Saya selalu ingin mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya belajar untuk memikirkan orang lain. Yehuwa juga menjawab banyak doa saya untuk memohonkan kekuatan guna melupakan kematian ayah saya dan saya menjadi lebih dekat dengan ayah tiri saya.” Ya, belajar untuk sabar menahan kesulitan akan lebih mendekatkan saudara kepada Yehuwa. Jadi Ia dapat menjadi Sahabat saudara, ’kepercayaan saudara sejak masa muda.’—Mazmur 71:5.

      18. (a) Apa yang akan menentukan kehidupan seorang muda kelak? (b) Mengapa anak-anak muda harus menganggap orangtua mereka berharga?

      18 Jangan sekali-kali lupa bahwa keadaan lingkungan keluarga saudara saja tidak menentukan harga diri saudara atau bagaimana kehidupan saudara kelak. Tetapi, ”anak-anak [laki-laki atau perempuan]pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya.” (Amsal 20:11) Perbuatan saudara yang jujur akan membuat saudara dikasihi oleh Allah dan memberikan arti dan nilai kepada kehidupan saudara. Tidak ada keluarga yang sempurna, tetapi carilah sifat-sifat yang positif dalam keluarga saudara. Pikirkan pengorbanan yang telah dilakukan oleh orangtua saudara untuk menyediakan makanan, pakaian, pernaungan, pengobatan, dan lain sebagainya bagi saudara. Sebaliknya dari membalas dengan sikap tidak berterima kasih, ”hormatilah ayahmu dan ibumu.” Anggaplah mereka berharga, bernilai tinggi.—Efesus 6:1-3; Amsal 16:20; 17:13.

      19. Pahala apakah yang akan diperoleh dari ketaatan yang sepenuh hati kepada orangtua?

      19 Komunikasi yang penuh arti dengan orangtua akan memperdalam kasih saudara kepada mereka. Maka ketaatan akan keluar dari hati. ”Hai anakku [laki-laki atau perempuan], janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku,” demikian anjuran seorang ayah yang bijaksana, yang kemudian menyebutkan pahalanya, ”karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu.”—Amsal 3:1, 2.

      [Catatan Kaki]

      a Komentator A. Cohen menyatakan mengenai ayat ini, ”Dalam hati seorang sahabat, kita melihat sifat kita sendiri tercermin. . . . Adalah dalam hubungan persahabatan yang terus terang yang disertai dengan timbang rasa kita benar-benar dapat mengenali diri kita sendiri, dan menyadari apa yang ada dalam diri kita.” (Proverbs, The Soncino Press) Terjemahan Alkitab oleh W. F. Beck sebagian menyatakan, ”Jadi kau dapat melihat dirimu sendiri tercermin dalam hati orang lain.”

      Apakah Saudara Ingat?

      ◻ Apa yang dapat menyebabkan terjadinya jurang komunikasi?

      ◻ Bagaimana seorang muda dapat menyatakan kasih kemurahan?

      ◻ Dengan cara bagaimana saja kebenaran akan memperbaiki komunikasi keluarga?

      ◻ Apa yang akan dicapai seorang muda dengan memikul kuk keadaan yang tidak menyenangkan?

      [Gambar di hlm. 9]

      Kuk keadaan tidak menyenangkan telah memurnikan kepribadian Yusuf, demikian pula sabar menanggung kesulitan sebagai seorang muda akan memurnikan kepribadian saudara

  • Orang Tua​—Bagaimana Saudara Dapat ’Membangun’ Rumah Tangga Saudara?
    Menara Pengawal—1986 (Seri 30) | Menara Pengawal—1986 (Seri 30)
    • Orang Tua​—Bagaimana Saudara Dapat ’Membangun’ Rumah Tangga Saudara?

      ”Rumah tangga dibangun dengan hikmat dan pengertian.”—AMSAL 24:3, BIS.

      1. Apa satu hal yang penting bagi keluarga yang kuat?

      SUATU survai yang diadakan baru-baru ini, menanyakan kepada 550 orang profesional untuk membantu keluarga-keluarga, ciri-ciri apa yang paling umum mereka temukan dalam keluarga-keluarga yang kuat. Yang pertama-tama disebutkan dalam daftar ialah: berkomunikasi dan mendengarkan. Penulis survai tersebut, Dolores Curran, menjelaskan alasannya, ”Itu adalah energi yang memberi dorongan kepada perhatian, sifat suka memberi, saling membagi, dan meneguhkan. Tanpa mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan memberikan diri sendiri, kita tidak dapat mengenal satu sama lain. Kita akan menjadi suatu keluarga terdiri dari rekan-rekan sekamar yang tidak saling menanggapi, tetapi hanya bereaksi terhadap kebutuhan satu sama lain.” Ya, komunikasi yang keluar dengan bebas merupakan arus kehidupan dari keluarga yang kuat.

      2, 3. (a) Problem apa yang diperhatikan bahkan dalam beberapa keluarga Kristen? (b) Apa yang disingkapkan oleh Amsal 24:3, 4 yang dapat membantu membina keluarga yang kuat? (c) Pertanyaan-pertanyaan apa perlu dijawab?

      2 Tetapi, kurangnya keakraban, dapat menimbulkan akibat-akibat yang menyedihkan. Misalnya, salah satu cabang Lembaga Menara Pengawal di Afrika ditanyai mengapa ada remaja-remaja Kristen yang meninggalkan moralitas Alkitab. ”Kelemahan utama yang berkaitan dengan seluruh problem,” menurut jawaban yang diberikan ialah, ”kegagalan orangtua untuk menjadi pendengar yang baik dan ketidakmampuan untuk bertukar pikiran dengan anak-anak mereka. Jadi banyak orangtua tidak mempunyai hubungan yang benar-benar akrab dengan anak-anak mereka.” Memang, ini hanya satu segi dari problemnya—walaupun ini suatu hal yang penting. Ketaatan pribadi dan pengabdian yang saleh di pihak seorang muda, sama seperti pada setiap orang lain, adalah nomor satu. (Roma 14:12; 1 Timotius 6:6) Pertimbangkan pula, Amsal 24:3, 4, BIS. Bunyinya, ”Rumah tangga dibangun dengan hikmat dan pengertian. Dan apabila ada pengetahuan, maka kamar-kamarnya akan terisi lengkap dengan barang-barang berharga dan indah.”

      3 Namun bagaimana saudara dapat menerapkan hikmat, pengertian, dan pengetahuan untuk menghasilkan keakraban emosi yang dibutuhkan, terutama dengan kaum remaja? Bagaimana saudara menghindari terciptanya penghalang komunikasi secara tidak sengaja? (Bandingkan Amsal 14:1, 12.) Yang terutama, bagaimana saudara dapat membina suatu keluarga yang teguh dalam ibadat sejati? Dengan begitu banyak tuntutan atas waktu dan perhatian saudara, saudara mungkin bertanya-tanya dari mana harus dimulai. Sifat pertama, hikmat, dapat membantu saudara untuk menetapkan hal-hal yang harus diutamakan.

      Dengan Bijaksana Tentukan Hal-Hal yang Harus Didahulukan

      4. Apa yang terutama harus didahulukan oleh keluarga Kristen?

      4 ”Permulaan hikmat adalah takut akan [Yehuwa],” tulis pemazmur. (Mazmur 111:10) Penting agar saudara sendiri mempunyai rasa takut yang sehat untuk tidak menyenangkan Allah, dan juga mendahulukan ibadatNya. Seorang ibu menjelaskan bagaimana dia dan suaminya dengan sukses membesarkan kedua putra mereka untuk melayani Yehuwa, ”Kami mengisi kehidupan kami dengan kebenaran —menghadiri semua kebaktian, membuat persiapan untuk dan menghadiri perhimpunan-perhimpunan, dan menjadikan dinas pengabaran bagian tetap dari kehidupan kami.” Suaminya menambahkan, ”Kebenaran bukan bagian dari kehidupan kami, itu adalah kehidupan kami. Segala sesuatu yang lain berkisar pada hal itu.” Apakah saudara juga menaruh ibadat Yehuwa di tempat yang paling utama dalam keluarga saudara?

      5. Mengapa keseimbangan diperlukan oleh orangtua Kristen?

      5 Melaksanakan dinas pengabaran sebagai satu keluarga akan membuat saudara lebih akrab, tetapi untuk dapat memenuhi kebutuhan yang unik dari anak-anak dituntut tanggung jawab dari waktu dan kekuatan emosi saudara. Karena itu, keseimbangan diperlukan untuk menentukan berapa banyak waktu yang dapat saudara gunakan dalam pekerjaan pengabaran atau kewajiban-kewajiban sidang seraya saudara juga memperhatikan kebutuhan rohani, emosi, dan materi dari ”mereka yang menjadi milik saudara.” Saudara harus ”pertama-tama belajar mempraktekkan pengabdian yang saleh dalam keluarga [saudara] sendiri.” (1 Timotius 5:4, 8, NW) Untuk membantu bapa-bapa, terutama, agar mendapat keseimbangan yang diperlukan antara kewajiban keluarga dan kewajiban dalam pelayanan, The Watchtower terbitan 15 September 1959 menganjurkan, ”Hendaklah bobot yang sepatutnya diberikan demi kepentingan keluarga saudara sendiri. Allah Yehuwa tentu tidak mengharapkan seseorang untuk menggunakan seluruh waktunya demi kegiatan sidang, membantu saudara-saudara dan sesamanya mendapatkan keselamatan, namun tidak memperhatikan keselamatan keluarganya sendiri. Istri dan anak-anak merupakan tanggung jawab utama.”

      6. Bahaya apa harus dihindari oleh orangtua, dan bagaimana hal ini dapat dilakukan?

      6 Tanggung jawab ini tidak perlu dilaksanakan dengan menggunakan waktu berjam-jam dengan anak-anak saudara tetapi gunakan waktu itu sebaik-baiknya. Menyedihkan sekali, ada orangtua yang telah menjadi begitu sibuk mengurus masalah-masalah sidang, suatu tugas penuh tantangan, atau perkara-perkara materi sehingga bahkan pada waktu berada bersama anak-anak mereka, pikiran mereka ada di tempat lain. Baru setelah ada tragedi keluarga mereka menyadari perlunya menilai kembali apa yang harus didahulukan. ”Hikmat yang dari atas adalah . . . memakai akal sehat, penurut.” (Yakobus 3:17, NW) Hikmat surgawi sedemikian akan membantu saudara untuk membagi waktu dan keterlibatan emosi saudara dengan sepatutnya agar dapat mentaati semua perintah Yehuwa.

      Tongkat dan Teguran Mendatangkan Hikmat

      7. Bagaimana Amsal 29:15 dapat diterapkan dengan jitu?

      7 Keteguhan untuk prinsip-prinsip yang benar, yang diperlihatkan dengan keramahan, menyatakan kepada anak-anak saudara bahwa saudara memperhatikan mereka. Sikap serba boleh akan menimbulkan perasaan tidak aman maupun kenakalan kaum remaja. ”Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat.” (Amsal 29:15; 22:15) Supaya berhasil ”tongkat dan teguran” harus disertai kasih. Disiplin yang diterapkan secara tidak masuk akal atau dalam keadaan panas secara emosi dapat mematahkan semangat seorang anak. ”Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:21) ”Tongkat” disiplin mencakup hukuman yang tepat, tetapi jika saudara memberikan tuntutan yang tidak masuk akal, terlalu kritis, dan merendahkan anak itu, ini merupakan penyalahgunaan dari ”tongkat” dan bisa saja mematahkan keyakinan seorang anak dalam dirinya sendiri maupun dalam diri saudara. Ia dapat menjadi ”tawar hati.”

      8. Jelaskan mengapa ”teguran” berarti lebih dari hanya menghukum?

      8 Tetapi ”tongkat dan teguran” kedua-duanya dibutuhkan. Teguran menuntut lebih dari hanya hukuman saja; ini mencakup dikemukakannya fakta-fakta untuk meyakinkan orang lain. Kata Ibrani untuk ”teguran” juga diterjemahkan ”bantahan.” (Mazmur 38:15) Karena itu, menegur benar-benar berarti mau dan dapat mengemukakan fakta-fakta agar anak itu dapat melihat alasan dari tindakan saudara. Publikasi-publikasi Lembaga Menara Pengawal memuat bahan, ada yang ditulis terutama untuk kaum remaja, yang dapat membantu saudara menyatakan alasan yang kuat kepada anak saudara mengapa haluan tertentu salah. Apakah saudara menggunakan sebaik-baiknya bahan tersebut?

      Pengertian Menghasilkan Timbang Rasa

      9. Apa pengertian itu, dan mengapa ini penting?

      9 Pengertian juga suatu keahlian yang penting dalam komunikasi. Kata Ibrani aslinya berasal dari akar kata yang berarti ”melihat di antara,” ”melihat dengan jelas.” Daya pengamatan ini menembus lebih dalam dari apa yang jelas kelihatan, dan karena itu sama dengan pengertian, timbang rasa, dan belas kasihan.—1 Petrus 3:8.

      10. Bagaimana penyelidikan di balik suatu keadaan yang nyata telah mencegah permusuhan di jaman Alkitab?

      10 Sebuah contoh Alkitab yang memperlihatkan nilai dari pengertian dicatat di Yosua 22:9-34. Suku-suku Ruben, Gad, dan separuh dari suku Manasye, yang diberi warisan tanah di sebelah timur Sungai Yordan, mendirikan sebuah mezbah raksasa di negeri mereka. Suku-suku lain, yang menganggap hal ini kemurtadan, bersiap untuk menghukum apa yang nampaknya merupakan pelanggaran hukum Allah dengan sengaja. (Imamat 17:8, 9) Sebelum bertindak, mereka mengirim utusan untuk berbicara dengan dua setengah suku itu. (Amsal 13:10) Dari pembicaraan, jelaslah bahwa mezbah itu tidak didirikan untuk mempersembahkan korban tetapi ”karena cemas.” Dua setengah suku itu dipisahkan dari suku-suku lain oleh Sungai Yordan, yang membuat mereka sangat kuatir bahwa generasi-generasi mereka di masa mendatang akan dikucilkan dari ibadat Yehuwa. Mezbah itu akan selalu mengingatkan mereka, ”menjadi saksi,” bahwa mereka juga adalah umat Allah. Penjelasan ini benar-benar telah menghasilkan perubahan haluan yang besar! Pandangan yang berbeda telah diberikan atas apa yang nampaknya suatu dosa besar. Karena ”sabar” suku-suku yang lain itu dapat memahami keadaan yang sesungguhnya, dan hal ini menghasilkan pengertian.—Amsal 14:29.

      11. Bagaimana pengalaman sepasang suami-istri memperlihatkan pengertian?

      11 Bila timbul problem dengan anak saudara, apakah saudara berusaha untuk memperlihatkan pengertian? Misalnya, salah seorang putra dari suatu pasangan Kristen tiap kali pulang dari sekolah, ’kesal terhadap dunia ini.’ ”Ia tidak mau mengatakan mengapa ia begitu kesal,” sang ayah menjelaskan. ”Mula-mula saya pikir ia hanya ingin memberontak saja, tetapi kemudian saya memperhatikan bahwa ia diam saja jika saya bertanya tentang sekolah. Nah, kami mengadakan pembicaraan dengan panjang lebar, dan saya mendapati bahwa karena tubuhnya kecil untuk usianya, anak-anak di sekolah mengejek dia. Setelah meyakinkan dia bahwa saya mengerti betapa tidak menyenangkan perlakuan ini, saya memberinya beberapa saran yang praktis untuk membantunya mengatasi hal itu.” Sikap anak itu segera menjadi lebih baik.

      12. Mengapa masa-masa remaja adalah masa yang sulit bagi kebanyakan orang muda, dan apa yang diperlukan di pihak orangtua?

      12 Apakah saudara akan memperlihatkan kesabaran yang sama terhadap anak saudara? Anak-anak muda, terutama kaum remaja, bisa saja sangat terpengaruh oleh hal-hal seperti misalnya sekolah, penampilan fisik, keinginan seks, dan popularitas. ”Dari semua keadaan dalam pertumbuhan seseorang, masa remaja adalah yang paling sulit,” kata majalah Adolescence. ”Kaum remaja, yang bersikap kritis terhadap diri sendiri dan tidak berpengalaman merasa diri kurang dalam suatu dunia yang penuh persaingan dan tidak peka. Mereka tidak sanggup menerima penghinaan dan kegagalan, melainkan memberikan reaksi sangat kesal dan kuatir.” Emosi-emosi yang mengganggu itu dapat mempengaruhi tingkah laku seorang anak. (Bandingkan Pengkhotbah 7:7a.) Hanya dengan memperkembangkan komunikasi yang erat dengan anak saudara, saudara akan mengerti problem yang sesungguhnya dan dapat memahami cara terbaik untuk membantu.

      13. (a) Apa beberapa penghalang komunikasi? (b) Mengapa para orangtua harus menerapkan Amsal 20:5 dengan tekun? Lukiskan.

      13 Menyatakan kekuatiran dengan kata-kata memang sulit bagi banyak anak muda. Karena itu, pada waktu anak saudara mulai berterus-terang, hindari komentar-komentar yang tanpa dipikir yang menusuk perasaan, seperti misalnya, ’Hanya itu? Saya pikir ada sesuatu yang penting.’ ’Masalahnya dengan kau ialah . . . ’ ’Bagaimana kau bisa melakukan hal ini terhadap bapa/ibu?’ ’Nah, apa yang kau harapkan? Bagaimanapun juga kau hanya seorang anak.’ (Amsal 12:18) Kadang-kadang kita perlu mengorek lebih banyak keterangan dari seorang anak, terutama jika ia mempunyai problem yang peka. ”Orang yang punya pengertian” akan terus berusaha untuk ’menimba’ perasaan sedemikian. (Amsal 20:5, BIS) Suatu pasangan Kristen mendapati bahwa anak perempuan mereka mengundurkan diri dari kegiatan-kegiatan keluarga. Orangtuanya berusaha mengorek keterangan tetapi sia-sia. Tetapi mereka tidak menyerah. ”Akhirnya, pada suatu hari saya duduk di tempat tidur bersamanya, melingkarkan lengan saya padanya, dan bertanya lagi apa problemnya,” ibu itu melaporkan. ”Dengan air mata ia mengatakan kepada saya bahwa ia merasa kami dan orang-orang lain tidak senang bergaul dengannya, karena itu sedapat mungkin ia selalu menyingkir. Dorongan hati saya yang pertama adalah ingin mengatakan, ’Hal itu benar-benar sangat menggelikan,’ tetapi saya menahan diri dan mendengarkan saja seraya ia mencurahkan isi hatinya.” Orangtua tersebut meyakinkan putri mereka bahwa mereka sangat menyayanginya dan setelah itu berusaha membuatnya merasa kerasan dalam lingkungan keluarga. Ia mengatasi problem itu dan kini menjadi penginjil sepenuh waktu yang bahagia.

      14. Mengapa mempunyai keluarga yang akrab secara emosi tidak cukup?

      14 Membina keluarga yang akrab penting, dan bahkan ada keluarga-keluarga duniawi yang telah berhasil dalam hal itu. Namun untuk membina suatu keluarga yang terus memikirkan hal-hal rohani dan selalu dekat kepada Yehuwa serta bersatu di sekitar FirmanNya, merupakan masalah lain. Untuk mencapai hal ini, lebih banyak yang dituntut dari hanya sekedar akrab secara emosi dengan anak-anak saudara.

      Mempertebal Pengetahuan

      15. Pengetahuan macam apakah yang penting, dan mengapa?

      15 ”Apabila ada pengetahuan, maka kamar-kamarnya akan terisi lengkap dengan barang-barang berharga dan indah.” (Amsal 24:4, BIS) Barang-barang yang sangat tinggi nilainya ini bukan harta benda tetapi mencakup perasaan aman secara rohani, kasih yang rela berkorban, rasa takut yang saleh, dan iman yang didasarkan atas pengetahuan tentang Allah. Hal ini menciptakan kehidupan keluarga yang penuh arti. (Amsal 2:5; 15:16, 17; 1 Petrus 1:7) Pengetahuan akan memberikan kekuatan batin kepada anak-anak sehingga mereka dapat menolak taktik-taktik Setan, bahkan yang licik, karena Amsal 24:5 menyatakan, ”Orang yang bijak lebih berwibawa dari pada orang kuat, juga orang yang berpengetahuan dari pada orang yang tegap kuat.” Namun saudara harus menanamkan pengetahuan sedemikian dalam hati mereka.—Ulangan 6:6, 7; 1 Yohanes 2:14.

      16. (a) Apa yang penting untuk menanamkan pengetahuan tentang Allah dalam hati anak-anak saudara? (b) Agar anak-anak benar-benar mendapat manfaat, apa yang perlu?

      16 Salah satu bantuan yang paling baik untuk menanamkan Firman Allah ke dalam anak-anak saudara ialah mengadakan pelajaran keluarga secara tetap tentu yang menganjurkan mereka untuk menjadikan kebenaran milik mereka sendiri. ”Pelajaran keluarga memberikan suasana hati yang benar, sehingga pikiran anak saudara dapat menerima pengajaran,” demikian penjelasan orangtua yang sukses dengan empat anak. Ia menambahkan, ”Pada waktu saudara mulai mengoreksi anak-anak, secara otomatis saudara mempunyai ’hadirin yang bersikap bermusuhan.’ Namun bila saudara dapat membahas bahan itu pada suatu waktu di mana tidak ada perasaan tidak senang, seperti misalnya pada pelajaran keluarga, kemungkinan besar pokok-pokok yang ingin saudara kemukakan akan tertanam.” Namun agar anak-anak benar-benar mendapat manfaat, saudara harus meniru rasul Paulus, yang menulis, ”Aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia [hadiah] rohani kepadamu guna menguatkan kamu.” (Roma 1:11) Suatu karunia atau hadiah terutama akan dihargai bila ini sesuatu yang dapat digunakan oleh penerimanya dan yang benar-benar berharga baginya. Jadi dari bahan itu tariklah sesuatu yang menyentuh kehidupan si anak.

      17. (a) Apa yang dapat membantu menjadikan pelajaran keluarga menarik dan berbobot? (b) Apakah saudara mempunyai saran-saran tambahan?

      17 Para orangtua hendaknya juga memastikan agar semua dalam keluarga tahu waktu untuk belajar, maupun bahan yang akan dibahas. Ada yang menggunakan gambar-gambar seperti misalnya peta dan grafik, untuk membuat bahan lebih menarik. Orangtua lain ada yang menyuguhkan makanan kecil dan minuman sebelum atau sesudah pelajaran. Setelah pelajaran mereka dapat membahas problem-problem hari itu atau pekan itu. (Lihat kotak di halaman 15 untuk saran-saran tambahan.) Yang terutama, adakan pelajaran Alkitab ini dengan tetap tentu! Banyak orangtua harus mengerahkan banyak usaha dalam memberikan makanan dan pernaungan untuk anak-anak mereka; tetapi jauh lebih penting lagi untuk memberikan ”air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya [anak-anak kita] bertumbuh dan beroleh keselamatan.”—1 Petrus 2:2; Yohanes 17:3.

      18. Apa yang akan membantu ”membangun” keluarga saudara?

      18 Membina keluarga yang kuat secara rohani membutuhkan keahlian dan waktu. Bertekadlah untuk memperkembangkan keahlian berkomunikasi yang dibutuhkan untuk tetap akrab secara emosi dengan anak-anak saudara. Jangan biarkan apapun menghalangi saudara menggunakan waktu yang diperlukan untuk menguatkan keluarga saudara melalui hikmat, pengertian, dan pengetahuan. Berdoalah untuk, dan bersama, anak-anak saudara, karena mengetahui bahwa hanya Yehuwa yang dapat memahkotai usaha-usaha saudara dalam ”membangun” dengan sukses.—Mazmur 127:1.

      Apakah Saudara Ingat?

      ◻ Bagaimana suatu keluarga dikuatkan oleh hikmat, dan apa yang dapat membantu anak-anak memperkembangkan hal itu?

      ◻ Mengapa pengertian akan membantu menciptakan komunikasi keluarga yang baik?

      ◻ Mengapa pengetahuan tentang Allah penting?

      ◻ Bagaimana pelajaran keluarga dapat dibuat menarik dan berbobot?

      [Kotak di hlm. 15]

      PELAJARAN KELUARGA YANG JITU

      Bagaimana suatu pelajaran harus dipimpin?

      Jagalah agar suasananya tetap santai, namun penuh respek. Hindari tata cara yang mekanis, terlalu resmi. Ajukan pertanyaan-pertanyaan tambahan dan gunakan perumpamaan-perumpamaan untuk menggerakkan pikiran dan agar semuanya tetap dilibatkan. Sederhanakan bahan bila perlu. Lebih baik jangan gunakan waktu pelajaran untuk memarahi anak-anak. Mungkin teguran yang diperlukan dapat diberikan secara pribadi.

      Apa yang harus dipelajari?

      Pilihlah bahan menurut kebutuhan keluarga. Bersikaplah lentuk. Bisa mempersiapkan pelajaran Menara Pengawal mingguan. Masalah-masalah khusus mungkin perlu dibahas, seperti misalnya problem-problem yang dihadapi kaum remaja di sekolah, berpacaran, kegiatan di luar sekolah, sport, dan kecenderungan yang imoral. Gunakan artikel-artikel atau publikasi-publikasi yang membahas hal-hal ini. Dapat membagi waktu pelajaran untuk membahas bermacam-macam pokok.

      Bilamana ini harus diadakan dan berapa lama?

      Kepala keluarga dapat menentukan hal ini setelah membahas rencana waktu dari anggota-anggota keluarga maupun membicarakan keterbatasan mereka. Perlu menilai usia dan jangka waktu lamanya anak-anak bisa menyimak. Mungkin bisa mengadakan beberapa kali pelajaran yang singkat selama satu pekan jika anak-anak masih kecil. Ada yang mengadakan pelajaran sedemikian di meja makan segera setelah makan malam. Faktor yang penting bukan lamanya tetapi mutu dari waktu yang digunakan bersama.

      Bagaimana saudara dapat yakin telah mencapai hati anak?

      Anjurkan anak itu untuk memberikan jawaban dengan kata-kata sendiri. Dengan bijaksana gunakan pertanyaan-pertanyaan sudut pandangan untuk melihat bagaimana sesungguhnya perasaan anak itu terhadap masalah tersebut. Saudara dapat bertanya, ”Bagaimana perasaan anak-anak di sekolah mengenai hal ini? Menurutmu apakah mereka mempunyai alasan yang kuat?” Atau, ”Bagaimana kau akan menjelaskan kepada teman sekelas mengapa kita tidak melakukan percabulan? Apakah menurutmu hal ini benar-benar demi kebaikanmu? Mengapa?” Hati-hatilah agar tidak memberikan reaksi berlebihan atas jawaban yang diberikan untuk pertanyaan-pertanyaan mengenai pandangan, sehingga anak itu akan merasa bebas untuk menyatakan perasaannya dengan jujur. Berikan waktu agar masing-masing berbicara, untuk memastikan apakah anak itu mengerti pokok-pokok penting dengan benar.

  • Problem-Problem Keluarga Diselesaikan dengan Nasihat Alkitab
    Menara Pengawal—1986 (Seri 30) | Menara Pengawal—1986 (Seri 30)
    • Problem-Problem Keluarga Diselesaikan dengan Nasihat Alkitab

      1, 2. (a) Apa beberapa penyebab dari keluarga-keluarga yang terpecah? (b) Mengapa problem-problem dari mereka dalam keluarga yang terpecah-belah seharusnya menjadi perhatian dari semua? (1 Korintus 12:26)

      ”ISTRI-ISTRI [memilih] untuk diceraikan, anak-anak untuk tidak mendapat warisan, . . . dari pada tidak setia kepada Kristus,” tulis Arnobius, seorang yang mengaku Kristen dari abad keempat.a Ya, bahkan pada waktu itu, tentangan agama yang keras oleh mereka yang tidak beriman telah memecah-belah keluarga-keluarga. Yesus mengatakan bahwa mereka yang ’lebih mengasihi’ anggota-anggota keluarga dari pada dia tidak layak baginya. Jadi, akan ada ”pedang” yang menyebabkan perpecahan dalam beberapa keluarga, karena pihak yang beriman ’kurang mengasihi’ keluarganya, ’ya, bahkan nyawanya sendiri.’ (Matius 10:34-37; Lukas 14:26) Perpecahan sedemikian dalam keluarga-keluarga terus berlangsung sampai jaman kita.

      2 Meskipun seorang Kristen bisa saja berusaha sedapat mungkin untuk menjaga agar keluarganya tetap utuh, ada teman hidup yang tidak beriman yang justru tidak ”mau hidup bersama-sama” dengan orang Kristen itu sehingga perpisahan atau perceraian terjadi. (1 Korintus 7:12-16) Keluarga-keluarga juga terpecah karena pada ”kesudahan sistem ini” kasih akan Allah dan hukum-hukumNya, termasuk hukum-hukum mengenai perkawinan, ”menjadi dingin.” (Matius 19:6, 9; 24:3, 12, NW) Di Amerika Serikat angka perceraian bertambah 236 persen hanya antara tahun 1960 dan 1980! Karena kira-kira tiga dari lima pasangan yang bercerai di Amerika Serikat mempunyai anak-anak, mereka yang tinggal dalam keluarga yang terpecah menghadapi problem-problem yang rumit. Biasanya bila orang-orang belajar kebenaran dari Firman Allah, kehidupan keluarga mereka menjadi lebih baik, tetapi ada orang-orang yang telah bercerai sebelum menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Kadang-kadang bahkan seorang Kristen yang gagal untuk menerapkan nasihat Alkitab dengan sungguh-sungguh di rumah akhirnya bercerai. (Yohanes 13:17) Apa yang dapat dilakukan para orangtua Kristen dalam keadaan sedemikian untuk membesarkan anak-anak sehingga mengasihi Yehuwa?

      Penting untuk ”Seperasaan”

      3. Penderitaan apa yang ditimbulkan oleh perceraian?

      3 Pada jaman Maleakhi ada pria-pria Israel yang dengan curang telah menceraikan istri mereka. ”Tangisan dan rintihan” dari wanita-wanita yang telah ditolak ini pada waktu mereka memohon bantuan Allah, sebenarnya, telah ”menutupi mezbah [Yehuwa] dengan air mata.” (Maleakhi 2:13-16) Putusnya ikatan perkawinan dewasa ini juga sangat menyedihkan, sekalipun ada dasar yang kuat menurut Alkitab untuk perceraian tersebut. Meskipun suami dan istri menderita, anak-anak biasanya lebih menderita.

      4. (a) Dalam hal apa saja anak-anak menderita apabila orangtua mereka bercerai? (b) Bagaimana orangtua yang beriman dapat membantu anak itu?

      4 Meskipun perceraian membebaskan seseorang dari perlakuan yang tidak baik, kadang-kadang seluruh dunia si anak kelihatannya runtuh. Jadi, penting agar orangtua yang beriman memperlihatkan kasih dan pengertian yang lebih dari pada biasanya dalam menangani keadaan itu. ”Saya selalu berada di tengah. Saya merasa terbagi,” penjelasan seorang anak yang ayah Kristennya telah bercerai selaras dengan Alkitab ketika anak itu berusia lima tahun. ”Saya tetap menyimpan perasaan saya yang sesungguhnya untuk diri sendiri. Hal ini menimbulkan tekanan batin.” Untuk membantu seorang anak mengatasi emosi yang besar itu orangtua dituntut untuk ”seperasaan” dan menunjukkan ’kasih sayang.’ (1 Petrus 3:8) Anak itu mungkin saja akan berdiam diri karena perasaan bersalah, karena merasa bahwa dalam hal tertentu ia harus disalahkan untuk perceraian itu. Sang ayah atau ibu harus dengan sabar menjelaskan bahwa ia mengasihi anak itu dan bahwa perceraian bukan kesalahan anak tersebut.

      5. Mengapa orangtua Kristen hendaknya berusaha mengakhiri permusuhan dengan bekas teman hidupnya?

      5 Kebencian di antara orangtua dapat menjadi begitu hebat, terutama bila menyangkut masalah-masalah agama. Namun, sebaliknya dari ”membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki” orangtua yang beriman hendaknya memikirkan kesejahteraan si anak. (1 Petrus 3:9) Dalam bukunya Growing Up Divorced, Linda Francke menyatakan, ”Para orangtua yang saling membenci membuat problem dari anak-anak ini jauh lebih sulit dan bahkan dapat menghancurkan. Karena tidak ingin mengambil risiko menjauhkan salah satu orangtua, anak itu bisa saja mengundurkan diri dari hubungan yang positif dengan kedua orangtua.” Ya, ”perasaan yang dengki sangat dan perbantahan” bukan hanya salah tetapi bahkan dapat menjauhkan anak itu dari saudara. (Yakobus 3:14, 16, Bode) Serangan kata-kata yang tanpa dipikir terhadap orangtua yang tidak beriman dapat sangat menyakitkan seorang anak. (Amsal 12:18) Jika bekas teman hidup yang tidak beriman itu ingin meneruskan konflik, ”kalau hal itu bergantung padamu [pihak yang beriman], hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”—Roma 12:18-21.

      Lindungi Hati Anak Saudara

      6. Setelah hak untuk mengasuh anak diputuskan, apa yang dapat menjadi problem dari beberapa orangtua?

      6 Setelah pihak yang akan mengasuh anak diputuskan, mungkin masih ada kesulitan yang harus dihadapi. ”Salah satu problem besar” kata sebuah laporan dari cabang Lembaga Menara Pengawal di Australia, ”ialah bahwa orangtua yang telah mendapat hak untuk mengasuh seorang anak cenderung untuk santai . . . Bahkan orangtua dalam kebenaran bisa saja lalai terhadap alasan utama mengapa ia menginginkan hak untuk mengasuh anak. Alasan utama hendaknya demi membesarkan mereka untuk menjadi penyembah Yehuwa yang sejati.” Untuk dapat berbuat demikian dituntut usaha terus-menerus.—Efesus 6:4.

      7. (a) Mengapa seorang anak hendaknya diajar untuk menghormati orangtua yang tidak beriman? (b) Bagaimana saudara dapat menjelaskan kepada seorang anak jika pihak yang tidak beriman bertingkah laku tidak Kristen?

      7 Memang, pengadilan biasanya memberikan hak berkunjung kepada orangtua yang tidak lagi berhak mengasuh seorang anak. Apakah hal ini dapat direspek seraya tetap melindungi hati anak itu? Ya, dan jika cocok, anak itu harus memperlihatkan respek yang sepatutnya kepada orangtua yang tidak beriman. Jika selama kunjungan itu pihak yang tidak beriman bertingkah laku tidak Kristen, maka sebaliknya dari memupuk kebencian dengan menyalahkan orangtua tersebut, pihak yang beriman dapat menjelaskan kepada sang anak bahwa Allah telah menetapkan standar-standar tingkah laku dalam Alkitab dan bahwa ”setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah,” Hakim yang menentukan. (Roma 14:12) Namun, terangkan dengan jelas bahwa tingkah laku sedemikian tidak boleh ditiru. Dengan bijaksana perlihatkan bahwa meskipun ada orang yang tidak hidup selaras dengan standar-standar ini, lambat-laun banyak orang berubah karena melihat teladan Kristen dalam diri anak itu dan seorang bekas teman hidup. Dengan demikian, kemungkinan anak itu akan mempunyai respek tertentu untuk orangtua tersebut. Perbedaan agama dari pasangan yang sudah bercerai hendaknya tidak mencegah orangtua [yang beriman] untuk memberikan pengaruh yang positif kepada anak itu. Orangtua Kristen akan membiarkan ’kebaikan hatinya [”akal sehatnya,” NW] diketahui semua orang.’ (Filipi 4:5) Namun bagaimana, jika pihak yang tidak beriman berusaha merusak latihan yang saleh?

      8. Bagaimana dua orangtua mempersiapkan anak-anak mereka untuk kunjungan kepada bekas teman hidup yang menentang?

      8 Persiapan untuk kunjungan-kunjungan tersebut penting! Seorang ibu Kristen yang bekas suaminya menjadi murtad melaporkan, ”Sebelum kunjungan itu, saya belajar dengan anak-anak bagaimana pandangan Yehuwa terhadap tingkah laku mereka. Kami akan memerankan keadaan-keadaan tertentu. Saya akan mengatakan, ’Jika ayahmu mengatakan ini atau itu, bagaimana kau akan menjawab?’” Seorang Kristen lain yang bercerai karena menjadi seorang Saksi menambahkan, ”Sebelum [kedua anak remaja saya] berangkat untuk kunjungan akhir pekan ke tempat ayah mereka, kami berdoa agar Yehuwa menyertai dan membantu mereka untuk memberi kesaksian kepada ayah mereka, terutama melalui tingkah laku yang baik.”

      9. Bagaimana para orangtua Kristen dapat meniru teladan ibu Musa?

      9 Orangtua yang tidak beriman yang mempunyai hak berkunjung mungkin mencoba mengambil hati anak itu dengan banyak hadiah, hiburan yang mahal dan kesenangan-kesenangan lain dalam bentuk rekreasi. Jokhebed, ibu Musa, (beserta Amram jika ia masih hidup) tahu apa yang akan dihadapi Musa pada waktu ia diserahkan kepada putri Firaun. Jadi ia pasti berusaha keras untuk membentuk dalam diri Musa pengertian tentang nilai-nilai pada waktu ia masih bersamanya. (Keluaran 2:1-10) Meskipun menghadapi godaan ”harta Mesir,” Musa membuat pilihan sendiri untuk mengikuti prinsip-prinsip yang saleh. Ia menganggap hak istimewa rohaninya ”jauh lebih berharga” (BIS), sebagai kekayaan yang nyata! (Ibrani 11:23-26) Para orangtua Kristen hendaknya juga mempersiapkan anak-anak mereka untuk menghadapi godaan sedemikian dengan membahas bahan Alkitab yang memusatkan perhatian pada harta rohani.b Anak-anak sering menyelami motif yang dangkal dari orang-tua yang berusaha untuk membeli kasih sayang mereka.—Amsal 15:16, 17.

      10. Dalam keadaan yang ekstrim, apa beberapa faktor yang harus dipertimbangkan orangtua yang beriman?

      10 Dalam beberapa kasus yang ekstrim, kunjungan-kunjungan sedemikian bisa merupakan ancaman yang serius bagi si anak. Orangtua [yang beriman] harus memutuskan apa yang harus dilakukan dalam keadaan sedemikian, dengan sungguh-sungguh menilai besarnya ancaman itu, tindakan hukum yang dapat ditempuhnya, dan akibat-akibat yang mungkin timbul karena telah melarang hak berkunjung.c Hindari tindakan-tindakan yang gegabah yang dapat meragukan kelayakan saudara sebagai orangtua.—Galatia 6:5; Roma 13:1; Kisah 5:29; 1 Petrus 2:19, 20.

      Gunakan ”Hikmat yang Praktis”

      11. Bila orangtua Kristen kehilangan hak untuk mengasuh anaknya, apa yang harus ia sadari?

      11 Bagaimana jika justru orangtua Kristen itu yang hanya mempunyai hak berkunjung? Bila anak itu tidak lagi berada dalam suatu keluarga Kristen, orangtua tersebut mempunyai pengawasan rohani yang terbatas atas si anak. (1 Korintus 7:14) Misalnya, sang datuk yang setia Abraham kemungkinan akan mendesak agar anaknya Ismael, seperti halnya Ishak, menikah dengan sesama penyembah. Tetapi setelah Ismael, yang masih remaja itu, dan ibunya Hagar diusir dari keluarganya, Abraham tidak dapat mencegah Hagar dalam mengatur agar Ismael mengawini seorang wanita Mesir yang jelas bukan penyembah Yehuwa.—Kejadian 21:14, 21; 24:1-4.

      12. (a) Usaha-usaha positif apa dapat dibuat oleh orangtua Kristen yang tidak mendapat hak untuk mengasuh anak? (b) Lukiskan bagaimana orangtua Kristen dapat ’menggunakan hikmat sehingga berhasil.’

      12 Meskipun kelihatannya kesempatan itu terbatas, orangtua Kristen yang tidak mendapat hak mengasuh anak dapat berbuat banyak untuk menanamkan dalam diri si anak kasih yang dalam kepada Yehuwa. Untuk dapat berbuat demikian, orangtua harus ’berpegang pada hikmat [”yang praktis,” NW] dan pertimbangan yang matang.’ (Amsal 3:21, BIS) Ya, usaha yang sungguh-sungguh tidak cukup. ”Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga [dengan tidak banyak hasil], tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.” (Pengkhotbah 10:10) Misalnya, kadang-kadang pihak yang tidak beriman mungkin membuat dalih untuk mencegah pertemuan dengan si anak. Sebaliknya dari segera mempersoalkan hal ini, orangtua [yang beriman] mungkin akan mendapat hasil-hasil yang lebih baik dengan menerapkan Amsal 25:15, ”Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang.” Kesabaran dan kelembutan, walaupun tidak mudah diperlihatkan bila seseorang menghadapi pembatasan yang tidak adil, dapat melunakkan bahkan seseorang yang sekeras tulang dalam perlawanannya. (Bandingkan 2 Timotius 2:23-25.) Perbantahan sering dapat dihindari dengan berlaku tegas dan mengikuti saran-saran (yang tidak bertentangan dengan Alkitab) yang diberikan oleh orangtua yang mempunyai hak untuk mengasuh anak itu mengenai pengasuhan anak tersebut. Jika saudara kuatir bahwa pihak yang tidak beriman itu akan mengatakan hal-hal yang menjatuhkan saudara kepada si anak, ingat 1 Petrus 2:15, ”Dengan berbuat baik kamu membungkemkan kepicikan orang-orang yang bodoh.” Jika saudara memberikan contoh yang baik, anak itu akan melihat siapa yang benar.—Amsal 20:7.

      13. Bagaimana orangtua yang beriman dapat membuat kunjungannya benar-benar bermanfaat?

      13 Selama kunjungan tersebut, berusahalah untuk menaruh Firman Allah dalam hati si anak dengan, jika mungkin, secara pribadi mempelajari bahan-bahan rohani bersamanya dan dengan membawanya ke perhimpunan-perhimpunan. Bahkan meskipun ada pembatasan yang keras menurut hukum, orangtua itu secara tidak resmi dapat menyebutkan karya ciptaan Allah, dan dengan cara-cara lain membantu anak itu untuk mengasihi Allah. (Roma 1:19, 20; Matius 6:28-30) Yesus menyadari keterbatasan para pendengarnya. Ia ”memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka.” (Markus 4:33, 34) Jadi selain membahas perkara-perkara rohani yang serius, lakukanlah kegiatan-kegiatan lain yang membina, seperti misalnya berkunjung dengan teman-teman yang baik, termasuk beberapa anak yang sebaya dengan si anak. (Amsal 13:20) Nikmati rekreasi yang sehat bersama-sama. Buatlah agar kunjungan itu suatu kesempatan yang berharga. Disiplin yang masuk akal memperlihatkan kasih. (Amsal 13:24) Tetapi, kadang-kadang problem-problem nampaknya sangat besar. Tekanan datang dari banyak pihak. Bagaimana semuanya dapat ditanggung dengan sabar?

      Bersandar pada Yehuwa

      14. Jaminan apakah yang kita miliki di Mazmur 37:23, 24?

      14 Mengenai seseorang yang haluan kehidupannya ”berkenan” kepada Yehuwa, Daud menulis, ”Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab [Yehuwa] menopang tangannya.” (Mazmur 37:23, 24) Ya, seorang Kristen yang berjuang melawan tekanan-tekanan dari keluarga yang terpecah kadang-kadang mungkin ”jatuh” dalam arti frustrasi, kecewa, dan mengalami keadaan-keadaan buruk secara hukum atau keuangan, namun ia tidak akan ”tergeletak” sama sekali secara rohani. Alkitab New Berkeley Version menerjemahkan kalimat itu, ”Apabila ia jatuh, ia tidak akan sengsara.” Mengapa? Karena Yehuwa akan mengulurkan tanganNya dan mengangkat dia melalui roh kudus dan para penyembahNya yang pengasih.—Yakobus 1:27.

      15, 16. Bagaimana beberapa orang dalam keluarga-keluarga yang terpecah telah dikuatkan?

      15 Seorang wanita Kristen, setelah bekas suaminya yang menentang mendapat hak untuk mengasuh kedua anaknya yang masih kecil, mengatakan, ”Pada waktu semua urusan diambil dari tangan saya, saya belajar untuk benar-benar bersandar kepada Yehuwa. Saya belajar untuk menerima apa yang Ia ijinkan dan tidak mencoba untuk menangani segala sesuatu sendiri. Saya masih tetap belajar. Ini suatu pelajaran yang sulit.” Tetapi, ia menggunakan sebaik mungkin hak untuk berkunjung dan telah mendapat penghiburan bukan hanya dari suaminya yang baru, seorang penatua Kristen yang setia, tetapi juga dari orang-orang lain dalam sidang.

      16 Seorang Kristen lain yang bekas suaminya yang murtad telah menahan anak-anak itu untuk tinggal bersamanya selama beberapa bulan bertentangan dengan keputusan pengadilan, mengatakan, ”Saya merasa begitu sedih sehingga saya berpikir saya akan hancur. Satu-satunya yang dapat mencegah saya sehingga tidak kehilangan akal sehat selama masa itu adalah giat dalam dinas pengabaran.” Putrinya, yang pada waktu itu berusia tujuh tahun, dengan teguh berpihak kepada Yehuwa, bahkan dengan sabar menahan pukulan-pukulan yang diberikan ayahnya karena ia tidak mau membaca bacaan-bacaannya yang murtad. Pada waktu ia kembali kepada ibunya, ia bertekad untuk berpaut lebih erat lagi kepada Yehuwa. Orang-orang ini beserta hamba-hamba lain yang setia telah melihat penggenapan dari Mazmur 54:4-9, ”Ya Allah, dengarkanlah doaku, . . . Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; [Yehuwa]lah yang menopang aku. . . . Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan.” Ya, kita dapat bersandar pada dukungan Yehuwa.—1 Korintus 10:13.

      17. Bagaimana para orangtua dalam keluarga yang terpecah dapat membantu anak-anak mereka, dengan kemungkinan mendapat pahala apa?

      17 Jadi jika saudara orangtua dalam keluarga yang terpecah, hendaklah saudara peka terhadap perasaan anak saudara. Kuatkan hati anak itu dengan Firman Allah. Jika saudara hanya mendapat hak berkunjung, maka praktekkan ’hikmat yang praktis’ pada waktu saudara menggunakan hak tersebut dengan sebaik-baiknya. Yakinlah kepada kuasa dari Firman Allah yang ditanamkan dalam hati yang mau menerimanya. (1 Tesalonika 2:13) Melihat seorang anak mengasihi Yehuwa membuat semua usaha tidak sia-sia.

      [Catatan Kaki]

      a Against the Heathen, Buku II, 5.

      b Lihat artikel ”Youth’s Greatest Opportunity” dalam The Watchtower terbitan 15 Agustus 1985, juga artikel ”How Do You View Material Possessions?” dalam buku Your Youth—Getting the Best out of It, yang diterbitkan oleh the Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

      c Undang-Undang Perkawinan dan Perceraian yang Seragam di Amerika Serikat berbunyi, ”Orangtua yang tidak mendapat wewenang mengasuh anak-anak berhak untuk mendapatkan hak berkunjung yang masuk akal kecuali jika pengadilan mendapati, setelah mengadakan pemeriksaan, bahwa kunjungan itu dapat membahayakan kesehatan fisik si anak atau menimbulkan kerugian besar atas perkembangan emosinya.”

      Apakah Saudara Ingat?

      ◻ Bagaimana seorang Kristen yang mendapat hak untuk mengasuh anak dapat melindungi hati anak tersebut?

      ◻ Bagaimana ’hikmat praktis’ akan membantu orangtua yang beriman yang hanya mendapat hak untuk berkunjung?

      ◻ Jaminan apa diberikan di Mazmur 37:23, 24, dan bagaimana Yehuwa menepati janji ini?

      [Gambar di hlm. 20]

      Gunakanlah hak berkunjung saudara untuk menanamkan kebenaran ke dalam hati anak saudara, namun hendaknya ini disertai dengan kegiatan lain yang berguna

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan