PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • sg pel. 34 hlm. 168-171
  • Perumpamaan-Perumpamaan yang Cocok

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Perumpamaan-Perumpamaan yang Cocok
  • Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • **********
  • ”Dia Tidak Akan Berbicara kepada Mereka Tanpa Perumpamaan”
    ”Mari Jadilah Pengikutku”
  • Menggunakan Perumpamaan untuk Mengajar
    Teruslah Bersungguh-sungguh dalam Membaca dan Mengajar
  • ”Tanpa Perumpamaan Ia Tidak Akan Berbicara kepada Mereka”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
  • Tirulah Guru yang Agung
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
Lihat Lebih Banyak
Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
sg pel. 34 hlm. 168-171

Pelajaran 34

Perumpamaan-Perumpamaan yang Cocok

1, 2. Perlihatkan secara singkat apa yang dihasilkan oleh perumpamaan dalam suatu khotbah.

1 Apabila seorang pembicara menggunakan perumpamaan, ia sebenarnya mengesankan gambaran-gambaran yang penuh arti dalam pikiran hadirin. Perumpamaan membangkitkan minat dan menonjolkan pokok-pokok penting. Perumpamaan menggugah proses berpikir dan membuat buah-buah pikiran baru lebih mudah dipahami. Perumpamaan yang dipilih dengan baik akan menyatukan daya tarik kecerdasan dengan pengaruh emosi. Hasilnya, berita itu disampaikan kepada pikiran dengan kekuatan yang tidak selalu dimungkinkan melalui pernyataan-pernyataan fakta yang sederhana. Tetapi hal ini baru akan demikian jika perumpamaannya cocok. Perumpamaan harus cocok dengan bahan.

2 Ada kalanya, suatu perumpamaan dapat digunakan untuk meniadakan prasangka. Hal ini dapat menangkis bantahan sebelum membicarakan suatu doktrin yang sering diperdebatkan. Misalnya, saudara dapat berkata, ”Tidak ada bapa yang akan menaruh tangan anaknya di atas perapian yang panas sebagai hukuman.” Perumpamaan demikian untuk mengantarkan doktrin ”api neraka” akan langsung membuat pengertian agama palsu tentang ”api neraka” memuakkan dan karena itu lebih mudah disisihkan.

3-6. Dari sumber-sumber apakah perumpamaan dapat diambil?

3 Ada banyak bentuk perumpamaan. Ada yang berupa analogi (padanan), perbandingan, kontras, persamaan, kiasan, pengalaman pribadi, contoh-contoh. Perumpamaan dapat dipilih dari berbagai sumber. Dapat mengenai benda-benda ciptaan yang hidup atau yang mati. Dapat didasarkan pada pekerjaan dari hadirin, sifat atau watak manusia, peralatan rumah tangga, atau hasil karya manusia seperti rumah, kapal, dan lain-lain. Namun, perumpamaan apapun yang dipakai, harus dipilih bukan karena perumpamaan ini disukai oleh si pembicara, melainkan karena cocok dengan keadaan serta bahan.

4 Peringatan. Jangan memasukkan terlalu banyak perumpamaan ke dalam khotbah. Gunakan perumpamaan tetapi jangan berlebihan.

5 Penggunaan perumpamaan yang tepat merupakan seni. Dibutuhkan kecakapan dan pengalaman. Tetapi tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa perumpamaan itu efektif. Untuk belajar menggunakan perumpamaan, saudara harus belajar berpikir dalam bentuk perumpamaan. Pada waktu membaca, perhatikan perumpamaan yang digunakan. Pada waktu saudara melihat sesuatu hal, pikirkanlah itu dalam hubungan dengan kehidupan dan pelayanan Kristen. Misalnya, jika saudara melihat bunga dalam pot yang kering dan layu, saudara dapat berpikir, ”Persahabatan sama seperti tanaman. Supaya dapat berkembang, persahabatan harus disiram.” Ada orang yang dewasa ini memandang bulan hanya dalam hubungan dengan perjalanan ruang angkasa. Orang Kristen memandangnya sebagai hasil karya Allah, sebuah satelit hasil ciptaanNya, sebuah obyek yang kekal selama-lamanya, sesuatu yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari, menyebabkan air pasang dan surut.

6 Dalam mempersiapkan khotbah, jika tidak ada perumpamaan sederhana yang langsung terpikir, periksalah bahan yang ada hubungannya dengan publikasi-publikasi Lembaga Menara Pengawal. Perhatikan apakah ada perumpamaan yang digunakan di situ. Pikirkan kata-kata kunci dalam khotbah dan gambaran yang disampaikan ke dalam pikiran saudara. Susunlah khotbah berdasarkan ini. Namun ingat, perumpamaan yang tidak cocok lebih buruk daripada sama sekali tidak ada perumpamaan. Pada waktu mempertimbangkan ”Perumpamaan cocok dengan bahan”, yang tercatat pada formulir Nasihat Khotbah, ada beberapa segi dari pokok ini yang harus diingat.

7-9. Mengapa perumpamaan yang sederhana sangat efektif?

7 Sederhana. Perumpamaan yang sederhana lebih mudah diingat. Perumpamaan ini menguatkan arah argumen sebaliknya dari menyimpangkannya karena berbelit-belit. Perumpamaan Yesus sering kali hanya terdiri dari beberapa kata saja. (Misalnya, lihat Matius 13:31-33; 24:32, 33.) Supaya sederhana, istilah-istilahnya harus dapat dimengerti. Perumpamaan yang membutuhkan banyak penjelasan adalah seperti bagasi yang berlebihan. Perumpamaan sedemikian harus dibuang atau disederhanakan.

8 Yesus menggunakan hal-hal kecil untuk menjelaskan perkara-perkara besar, perkara-perkara yang mudah untuk menjelaskan perkara-perkara yang sukar. Perumpamaan harus mudah dibayangkan, tanpa mengemukakan terlalu banyak unsur sekaligus. Perumpamaan harus jelas dan nyata. Perumpamaan demikian tidak mudah disalahterapkan.

9 Perumpamaan yang paling baik ialah yang betul-betul sejajar dengan bahan yang hendak diberi perumpamaan. Jika beberapa segi dari perumpamaan itu tidak cocok, sebaiknya tidak digunakan. Akan ada orang yang memikirkan bagian-bagian yang tidak cocok itu dan perumpamaan jadi hilang maknanya.

10, 11. Perlihatkan mengapa penerapan dari perumpamaan harus dijelaskan.

10 Penerapannya dijelaskan. Jika penerapan dari suatu perumpamaan tidak dikemukakan, ada orang-orang yang mungkin akan menangkap maknanya tetapi banyak yang tidak. Pembicara harus betul-betul mengerti perumpamaan ini dan mengetahui tujuannya. Ia harus menyatakan apa nilai perumpamaan tersebut. (Lihat Matius 12:10-12.)

11 Perumpamaan dapat digunakan untuk berbagai hal. Hal itu dapat digunakan untuk mengemukakan sebuah prinsip yang disebutkan sebelum atau sesudah perumpamaan. Ini dapat digunakan dengan menandaskan akibat-akibat dari argumen yang diperlihatkan oleh perumpamaan itu. Atau dapat digunakan hanya dengan menarik perhatian kepada persamaan dari pokok-pokok perumpamaan itu dengan argumennya.

12-14. Apa yang akan membantu menentukan apakah perumpamaan itu cocok?

12 Pokok-pokok penting ditandaskan. Jangan menggunakan perumpamaan hanya karena secara kebetulan terlintas dalam pikiran saudara. Analisalah khotbah untuk mengetahui apa pokok-pokok utamanya dan kemudian pilih perumpamaan untuk mencamkan pokok-pokok utama tersebut. Jika perumpamaan yang tepat digunakan untuk pokok-pokok yang kurang penting, hadirin mungkin akan mengingat pokok-pokok yang kurang penting dan bukan pokok-pokok utamanya. (Lihat Matius 18:21-35; 7:24-27.)

13 Perumpamaan tidak boleh mengaburkan argumen. Mungkin itu yang akan diingat oleh hadirin, namun pada waktu perumpamaan itu timbul kembali dalam pikiran, pokok yang sebenarnya akan ditonjolkan hendaknya juga timbul kembali. Jika tidak, maka perumpamaan itu yang terlalu menonjol.

14 Dalam mempersiapkan khotbah dan memilih perumpamaan, pertimbangkan nilai perumpamaan itu sambil mengingat pokok-pokok yang hendak ditandaskan. Apakah perumpamaan itu menandaskan pokok-pokok ini? Apakah akan membuat pokok-pokok tersebut menonjol? Apakah akan membuat pokok-pokok tersebut jadi lebih mudah dimengerti dan diingat? Jika tidak, perumpamaan itu tidak cocok.

**********

15, 16. Terangkan mengapa perumpamaan harus cocok dengan hadirin.

15 Perumpamaan bukan saja harus cocok dengan bahan, melainkan harus disesuaikan dengan hadirin. Ini dicatat secara terpisah dalam lembaran nasihat sebagai ”Perumpamaan cocok dengan hadirin”. Ketika Natan diminta untuk mengoreksi Daud karena dosanya dengan Batsyeba, ia memilih perumpamaan tentang seorang miskin yang hanya mempunyai seekor anak domba kecil saja. (2 Sam. 12:1-6) Perumpamaan ini bukan saja bijaksana, melainkan juga cocok dengan Daud, karena ia pernah menjadi gembala. Ia langsung mengerti maknanya.

16 Jika kebanyakan dari hadirin sudah berusia lanjut, jangan gunakan perumpamaan yang menarik bagi kaum muda saja. Tetapi bagi sekelompok mahasiswa, perumpamaan demikian bisa jadi sangat cocok. Ada kalanya perumpamaan dapat ditinjau dari dua sudut yang berlawanan bagi orang-orang di antara hadirin, seperti tua dan muda, pria dan wanita.

17-19. Agar perumpamaan menarik bagi hadirin, dari mana seharusnya perumpamaan diambil?

17 Diambil dari keadaan-keadaan yang dikenal baik. Jika saudara menggunakan hal-hal yang ada di sekitar saudara sewaktu membuat perumpamaan, hadirin akan mengenalnya dengan baik. Yesus berbuat demikian. Kepada wanita di dekat perigi ia menyamakan sifat-sifatnya yang memberi hidup dengan air. Ia menggunakan perkara-perkara kecil dari kehidupan, bukan yang luar biasa. Perumpamaan-perumpamaannya dapat dibayangkan dengan mudah dalam pikiran orang-orang yang hadir, atau perumpamaan itu langsung mengingatkan mereka kepada pengalaman mereka sendiri dalam kehidupan. Ia menggunakan perumpamaan untuk mengajar.

18 Demikian pula dewasa ini. Ibu-ibu rumah tangga mungkin mengetahui tentang dunia dagang, tetapi lebih baik lagi jika saudara menggambarkan keterangan saudara dengan perkara-perkara yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari, anak-anak, kewajiban rumah tangga dan peralatan yang digunakan di rumah.

19 Perumpamaan yang juga efektif adalah yang didasarkan pada sesuatu yang benar-benar bersifat setempat, mungkin khas hanya untuk tempat tertentu itu. Kejadian-kejadian yang dikenal baik dalam lingkungan masyarakat, seperti hal-ikhwal dalam berita setempat, juga cocok jika memang mempunyai cita rasa yang baik.

20-22. Sebutkan beberapa jerat yang harus dihindari dalam menggunakan perumpamaan-perumpamaan.

20 Cita rasa yang baik. Perumpamaan manapun yang digunakan hendaknya cocok bagi pembahasan Alkitab. Jelas, perumpamaan tidak boleh ”tidak pantas”, yakni, dalam hal moral. Hindari keterangan yang mempunyai dua arti jika ini dapat disalahartikan. Patokan yang baik kita ikuti adalah: Jika sangsi, lebih baik jangan digunakan.

21 Perumpamaan hendaknya jangan membuat tersinggung siapapun di antara hadirin, terutama mereka yang baru bergabung. Karena alasan ini, sebaiknya jangan ajukan doktrin-doktrin atau perkara yang menimbulkan perdebatan yang sebetulnya tidak perlu dalam pembahasan saudara. Misalnya, saudara tentu tidak akan menggunakan contoh transfusi darah atau memberi salut kepada bendera, jika ini bukan pokok utama dari pembahasan. Bisa jadi ada yang salah mengerti dan malah tersinggung. Jika salah satu pokok dari khotbah saudara memang membahas hal-hal semacam itu, ini soal lain. Maka saudara mendapat kesempatan untuk bertukarpikiran mengenai pokok itu dan meyakinkan hadirin. Tetapi jangan menggagalkan tujuan saudara dengan membiarkan perumpamaan membuat hadirin berprasangka terhadap kebenaran-kebenaran penting yang sedang dibahas.

22 Maka gunakan daya pengamatan dalam memilih perumpamaan. Pastikan bahwa perumpamaan itu cocok. Hal itu akan demikian, jika perumpamaan tersebut sesuai dengan bahan maupun hadirin saudara.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan