PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • sg pel. 37 hlm. 181-187
  • Ketenangan dan Penampilan Pribadi

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Ketenangan dan Penampilan Pribadi
  • Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • **********
  • Penguasaan Diri
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Nasihat yang Membina
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Penampilan Pribadi yang Baik
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Bahan Memuat Penerangan Dipersembahkan dengan Jelas
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
Lihat Lebih Banyak
Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
sg pel. 37 hlm. 181-187

Pelajaran 37

Ketenangan dan Penampilan Pribadi

1-9. Berikan definisi ketenangan dan keyakinan, dan ceritakan bagaimana ini dapat dicapai.

1 Pembicara yang tenang adalah pembicara yang tidak tegang. Ia tenang karena ia menguasai keadaan. Sebaliknya, kurang tenang menunjukkan kurang kepercayaan atau keyakinan. Keduanya seiring. Itu sebabnya ”Keyakinan dan ketenangan” dicatat sebagai satu pokok pada lembaran Nasihat Khotbah.

2 Meskipun keyakinan dan ketenangan perlu dimiliki seorang pembicara, jangan hal itu disalahartikan dengan terlalu yakin, yang kelihatan dari cara berjalan yang angkuh atau duduk terlalu santai, kelihatan lelah sekali, atau bersandar seenaknya di ambang pintu pada waktu mengabar dari rumah ke rumah. Jika ada sesuatu dalam persembahan saudara yang menunjukkan sikap terlalu yakin, pengawas sekolah pasti akan memberikan nasihat kepada saudara secara pribadi, karena ia berminat untuk membantu saudara mengatasi kesan apapun yang mungkin saudara berikan, yang bisa menghalangi keefektifan dari pelayanan.

3 Namun, jika saudara pembicara yang masih baru, lebih besar kemungkinannya bahwa saudara akan merasa ragu-ragu dan malu pada waktu berjalan ke mimbar. Saudara mungkin benar-benar gugup dan gelisah sehingga saudara percaya bahwa saudara akan memberikan persembahan yang kurang efektif. Sebenarnya tidak perlu demikian. Keyakinan dan ketenangan dapat dimiliki dengan usaha yang rajin dan dengan mengetahui mengapa sifat-sifat ini tidak ada.

4 Mengapa ada pembicara yang kurang yakin? Umumnya karena salah satu dari dua alasan, atau kedua-duanya. Pertama, kurang persiapan atau pandangan yang keliru mengenai bahan. Kedua, sikap negatif terhadap kesanggupan mereka sebagai pembicara.

5 Hal apakah akan memberikan keyakinan kepada saudara? Pada dasarnya, ini adalah karena saudara tahu atau percaya bahwa saudara akan sanggup mencapai tujuan. Ini adalah keyakinan bahwa saudara menguasai situasi dan dapat mengendalikannya. Di mimbar hal ini mungkin membutuhkan pengalaman. Karena telah menyampaikan beberapa khotbah, saudara dapat cukup yakin bahwa kali ini akan berhasil juga. Tetapi bahkan jika saudara masih agak baru, khotbah-khotbah sebelumnya harus menganjurkan saudara, sehingga pada waktu tiba pada sifat ini dalam lembaran Nasihat Khotbah, saudara sudah cukup yakin akan dapat menyampaikan khotbah yang memuaskan.

6 Syarat penting lain untuk keyakinan, tidak soal apakah saudara berpengalaman atau tidak, ialah pengetahuan mengenai bahan dan percaya bahwa bahan ini sesuatu yang berharga. Itu bukan hanya berarti bahwa bahan harus dipersiapkan dengan saksama sebelumnya melainkan cara menyampaikannya juga harus dipersiapkan dengan cermat. Jika saudara menyadari bahwa hal itu demi kemajuan teokratis saudara sendiri serta juga untuk mengajar saudara-saudara yang hadir, maka saudara akan berjalan ke mimbar dengan sikap yang sungguh-sungguh. Saudara akan asyik dalam pokok pembicaraan dan akan melupakan diri serta kegugupan saudara. Saudara akan berpikir mengenai cara bagaimana menyenangkan Allah, bukan manusia.—Gal. 1:10; Kel. 4:10-12; Yer. 1:8.

7 Ini berarti saudara harus yakin mengenai segala sesuatu yang akan saudara katakan. Pastikanlah dalam persiapan saudara bahwa halnya memang demikian. Dan sesudah saudara berbuat sedapat-dapatnya untuk menyiapkan khotbah yang menarik serta hidup, jika saudara masih tetap merasa bahwa khotbahnya kurang hidup atau mati, ingatlah bahwa hadirin yang hidup akan dapat memberi semangat kepada saudara. Maka buatlah hadirin hidup melalui persembahan saudara sendiri, dan minat mereka akan memberi saudara keyakinan akan apa yang ingin saudara sampaikan.

8 Sama seperti seorang dokter mencari gejala-gejala suatu penyakit, penasihat saudara akan memperhatikan gejala-gejala yang jelas memperlihatkan kurangnya ketenangan. Dan sebagaimana dokter yang baik akan memusatkan perhatian kepada penyebab dari penyakit dan bukan gejala-gejalanya, penasihat saudara juga akan berusaha membantu mengatasi penyebab sebenarnya yang mengakibatkan kurang keyakinan dan ketenangan. Akan tetapi, dengan mengetahui gejala-gejalanya dan belajar mengendalikannya saudara benar-benar akan dibantu untuk mengatasi penyebab dasar dari gejala-gejala tersebut. Apakah gejala-gejala itu?

9 Secara umum, ada dua penyaluran bagi emosi atau ketegangan yang terpendam. Itu dapat digolongkan dalam gejala-gejala fisik atau tubuh dan petunjuk suara. Jika gejala-gejala ini nyata dalam suatu taraf tertentu, dapat dikatakan orang itu kurang tenang.

10, 11. Bagaimana cara membawakan diri dapat menunjukkan tidak adanya keyakinan?

10 Ketenangan dinyatakan dalam cara membawakan diri. Jadi, bukti pertama dari keyakinan akan nyata dalam cara membawakan diri. Beberapa hal berikut ini menyingkapkan bahwa saudara kurang yakin. Pertama-tama perhatikan tangan: tangan digenggam di belakang punggung, bergantung kaku di sisi badan atau mencengkam mimbar dengan kuat; tangan berulang kali keluar masuk saku, membuka dan melepaskan kancing baju, berpindah-pindah tidak menentu ke pipi, hidung, kaca mata; isyarat yang tanggung; bermain-main dengan arloji, pinsil, cincin atau catatan. Atau perhatikan kaki yang terus-menerus digeserkan; tubuh berayun ke kanan ke kiri; punggung kaku tegak lurus atau lutut gemetar; sering membasahi bibir, menelan ludah berulang kali, nafas cepat dan pendek-pendek.

11 Semua gejala kegugupan ini dapat dikendalikan atau dikurangi dengan usaha sungguh-sungguh. Jika saudara mengerahkan usaha itu, saudara akan memberi kesan tenang dalam pembawaan. Maka bernapaslah dengan wajar dan teratur, dan berusahalah sungguh-sungguh untuk menghilangkan semua ketegangan. Beristirahatlah sebelum mulai berbicara. Hadirin pasti akan memberikan reaksi yang baik, dan ini, selanjutnya, akan membantu saudara mendapatkan keyakinan yang saudara cari. Pusatkan perhatian kepada bahan, dengan tidak menguatirkan hadirin atau memikirkan diri sendiri.

12-14. Jika suara seseorang menunjukkan kurang keyakinan, apa yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketenangan?

12 Ketenangan diperlihatkan oleh suara yang terkendali. Gejala-gejala suara yang memperlihatkan kegugupan adalah nada suara yang luar biasa tinggi, suara yang bergetar, berulang kali mendehem, nada suara kecil yang janggal disebabkan kurangnya resonansi karena tegang. Problem-problem dan kebiasaan-kebiasaan ini juga dapat dikuasai dengan usaha yang rajin.

13 Jangan bergegas pada waktu berjalan menuju mimbar atau mengatur catatan saudara, tetapi bersikaplah tenang dan hendaklah merasa senang karena saudara dapat membagikan perkara-perkara yang telah saudara persiapkan. Jika saudara tahu bahwa saudara gugup ketika mulai bicara, saudara harus berusaha keras untuk berbicara lebih lambat dari biasa dalam kata pengantar dan dengan nada suara yang lebih rendah daripada yang saudara rasa wajar. Ini akan membantu saudara menguasai kegugupan. Saudara akan menyadari bahwa gerak tangan dan istirahat akan membantu untuk bersikap tenang.

14 Tetapi jangan menunggu sampai saudara berjalan ke mimbar untuk mempraktekkan semua hal ini. Belajarlah untuk tetap tenang dan terkendali dalam percakapan sehari-hari. Ini akan banyak membantu dalam memberikan keyakinan pada waktu berada di mimbar dan dalam dinas pengabaran, di mana hal itu sangat penting. Persembahan yang tenang akan menyenangkan hadirin sehingga mereka dapat memusatkan perhatian pada bahan. Tetap tentu memberi komentar di perhimpunan akan membantu saudara menjadi biasa berbicara di hadapan suatu kelompok.

**********

15. Mengapa penampilan pribadi yang pantas penting sekali?

15 Penampilan pribadi yang baik dapat membantu saudara memiliki ketenangan, tetapi hal itu juga penting untuk alasan-alasan lain. Jika perkara ini tidak diberi cukup perhatian, seorang rohaniwan akan mendapati bahwa penampilannya mengganggu perhatian hadirin sehingga mereka tidak sungguh-sungguh memperhatikan apa yang sedang ia katakan. Sebaliknya, ia memusatkan perhatian orang kepada diri sendiri, yang tentu tidak ingin ia lakukan. Jika seseorang bersikap masa bodoh dengan penampilannya, ia mungkin bahkan membuat orang lain memandang rendah organisasi tempat ia bergabung dan menolak berita yang ia sampaikan. Ini tidak boleh terjadi. Maka walaupun ”Penampilan pribadi” dicatat terakhir pada lembaran Nasihat Khotbah, sifat ini tidak boleh dipandang enteng.

16-21. Nasihat apa yang diberikan untuk cara berpakaian dan dandanan yang patut?

16 Pakaian dan dandanan yang patut. Cara berpakaian yang ekstrim harus dihindari. Seorang rohaniwan tidak akan meniru mode dari dunia yang menarik perhatian orang kepada diri sendiri. Ia akan menghindari cara berpakaian yang terlalu perlente, atau terlalu mencolok sehingga perhatian orang tertuju kepada pakaiannya. Juga, ia akan berhati-hati agar tidak ceroboh dalam berpakaian. Berpakaian dengan baik tidak berarti harus memakai pakaian baru, tetapi seseorang selalu dapat rapi dan bersih. Celana harus diseterika dan dasi dipasang dengan betul. Setiap orang dapat melakukan hal ini.

17 Nasihat mengenai cara berpakaian yang dicatat oleh rasul Paulus di 1 Timotius 2:9 cocok bagi kaum wanita Kristen dewasa ini. Sebagaimana dituntut dari saudara-saudara pria, para saudari hendaknya jangan berpakaian begitu rupa sehingga menarik perhatian kepada diri sendiri, juga tidak cocok untuk berlaku ekstrim dalam mode pakaian yang bersifat duniawi yang memperlihatkan kurang kesederhanaan.

18 Sudah tentu, harus diingat bahwa cara orang berpakaian tidak semua sama. Jangan diharapkan demikian dari mereka. Masing-masing mempunyai cita rasa yang berbeda, dan ini tidak salah. Pakaian yang dianggap sopan juga tidak sama di bagian-bagian bumi yang berlainan, namun selalu baik untuk menghindari cara berpakaian yang menimbulkan prasangka buruk dalam pikiran hadirin dan jangan memberi sontohan kepada mereka yang datang ke perhimpunan.

19 Mengenai pakaian yang sopan untuk saudara-saudara pria sewaktu menyampaikan khotbah di sekolah atau perhimpunan dinas, dapat disarankan agar mereka berpakaian dengan cara yang sama seperti yang biasa bagi saudara yang mengucapkan khotbah umum. Jika orang yang mengucapkan khotbah umum di daerah saudara biasa memakai dasi dan jas, maka itulah pakaian yang patut dikenakan sewaktu menyampaikan khotbah di Sekolah Pelayanan Teokratis, karena saudara dilatih untuk berkhotbah di muka umum.

20 Dandanan yang patut juga perlu mendapat perhatian. Rambut yang tidak tersisir rapi dapat meninggalkan kesan buruk. Perhatian yang sepatutnya dapat diberikan agar penampilan seseorang rapi dalam hal ini. Demikian pula, bila saudara-saudara pria mendapat penugasan di sidang, mereka harus memperhatikan agar wajah mereka dicukur rapi.

21 Berkenaan nasihat dalam cara berpakaian dan dandanan yang baik, bila ada yang patut dipuji, hal ini selalu dapat diberikan dengan sepantasnya dari mimbar. Sebenarnya, dengan memuji mereka yang benar-benar memperhatikan pakaian serta dandanan, orang-orang lain akan merasa dianjurkan untuk mengikuti contoh baik itu. Akan tetapi, jika perbaikan perlu diadakan dalam cara berpakaian dan dandanan, mungkin pengawas sekolah lebih baik memberikan saran-saran ini dengan ramah secara pribadi, dan tidak menasihati siswa dari mimbar.

22-28. Jelaskan bagaimana sikap tubuh dapat mempengaruhi penampilan pribadi.

22 Sikap tubuh yang patut. Sikap tubuh yang patut juga termasuk dalam penampilan pribadi. Sekali lagi, tidak semua orang membawakan diri dengan cara yang sama, dan jangan hendaknya saudara-saudara dipaksa agar menurut pola tertentu yang kaku. Namun, kebiasaan berlebihan yang tidak diingini dan yang menarik perhatian kepada orangnya dan bukan kepada beritanya, harus diperhatikan agar hal-hal ini dapat diperbaiki atau dibuang.

23 Misalnya, tidak setiap orang menaruh kakinya secara tepat sama, dan secara umum tidak menjadi soal bagaimana saudara hendak menaruh kaki, asal saja saudara berdiri tegak. Tetapi jika ada pembicara yang berdiri dengan kedua kaki terpisah jauh satu dengan yang lain sehingga memberi kesan kepada hadirin bahwa ia seolah-olah sedang naik kuda, ini bisa sangat mengganggu perhatian.

24 Demikian juga, seorang pembicara yang berdiri dengan badan membungkuk ke muka, tidak berdiri lurus, akan menimbulkan perasaan kasihan di pihak hadirin terhadap pembicara karena ia kelihatan kurang sehat, dan ini, tentunya, mengalihkan perhatian dari persembahannya. Pikiran mereka bukan pada apa yang sedang ia katakan, melainkan pada dirinya.

25 Berdiri atas satu kaki, dengan kaki yang lainnya dikaitkan di belakang, memberikan bukti yang jelas bahwa ia kurang tenang, seperti halnya berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku. Inilah hal-hal yang harus dihindari.

26 Demikian pula, meskipun tidak salah untuk sewaktu-waktu meletakkan tangan di atas mimbar, jangan bersandar padanya, seperti juga seorang penyiar dalam dinas pengabaran tidak akan bersandar pada tiang pintu sewaktu mengucapkan khotbah pendek. Ini bukan penampilan yang baik.

27 Akan tetapi harus ditandaskan kembali bahwa tidak ada orang yang sama. Tidak setiap orang berdiri dengan cara yang sama, dan hanya keadaan-keadaan ekstrim yang tidak patut, yang mengalihkan perhatian dari persembahan seseorang, itulah yang harus mendapat perhatian dalam Sekolah Pelayanan Teokratis.

28 Memperbaiki sikap tubuh tentu adalah soal persiapan. Jika saudara perlu membuat perbaikan dalam hal ini, saudara harus berpikir sebelumnya dan menyadari bahwa pada waktu saudara berada di mimbar, saudara harus mengambil sikap tubuh yang benar sebelum mulai berbicara. Ini juga sesuatu yang dapat diperbaiki dengan berlatih setiap hari mengatur sikap tubuh yang benar.

29-31. Apa sebabnya perlengkapan kita harus rapi dan bersih?

29 Perlengkapan yang rapi. Jika, pada waktu seseorang sedang berbicara di depan pintu rumah atau sedang menyampaikan khotbah dari mimbar, beberapa kertas jatuh dari Alkitab yang ia gunakan, jelaslah perhatian orang pasti dialihkan. Ini memberi kesan yang buruk. Tidak berarti saudara sama sekali tidak boleh menaruh apapun dalam Alkitab, tetapi bila timbul kesulitan yang mengalihkan perhatian dari khotbah, hal ini menunjukkan perlunya lebih banyak perhatian kepada penampilan yang rapi. Sebaiknya juga periksa keadaan Alkitab saudara. Karena sering digunakan, Alkitab dapat menjadi kotor atau usang dan tidak rapi. Maka ada baiknya untuk memeriksa apakah Alkitab yang digunakan di mimbar atau dalam dinas pengabaran akan menjadi sandungan bagi mereka yang ingin kita bantu.

30 Halnya sama dengan tas buku. Ada banyak cara untuk mengatur sebuah tas buku agar rapi, tetapi jika, pada waktu kita menuju ke suatu rumah dan ingin mengeluarkan sebuah bacaan dari dalam tas, kita harus merogoh di antara sejumlah carikan kertas untuk menemukannya, atau jika, sewaktu kita mengeluarkan sebuah majalah barang-barang lain berjatuhan ke lantai, pasti ada yang harus dilakukan untuk memperbaikinya.

31 Selain itu juga sangat mengganggu perhatian hadirin jika pembicara mengisi saku bajunya penuh dengan pena dan pinsil serta perlengkapan lain yang jelas kelihatan. Tidak perlu dibuat peraturan mengenai di mana seharusnya perlengkapan tersebut diletakkan, namun apabila hal ini menarik perhatian kepada dirinya dan mengalihkan perhatian dari khotbah, maka penyesuaian perlu dilakukan.

32-34. Peranan apa dimainkan oleh ekspresi muka dalam penampilan pribadi?

32 Tidak memperlihatkan ekspresi muka yang tidak cocok. Pada waktu menyiapkan khotbah ada baiknya suasana perasaan yang dituntut untuk bahannya dipertimbangkan. Misalnya, sewaktu berbicara mengenai kematian dan pembinasaan, tidak cocok untuk tersenyum lebar. Demikian pula, sewaktu berbicara mengenai keadaan-keadaan bahagia dari sistem baru, akan kurang tepat untuk bermuka masam.

33 Ekspresi muka biasanya tidak sulit, dan, tentu, ekspresi muka beberapa orang lebih cenderung untuk serius daripada orang-orang lain. Akan tetapi, yang harus dicegah adalah hal berlebihan yang mengalihkan perhatian dari khotbah. Jika ekspresi muka menimbulkan kesangsian dalam pikiran hadirin mengenai kesungguhan pembicara, hal ini pasti bukan maksudnya.

34 Maka ada baiknya sewaktu mempersiapkan khotbah, saudara mempertimbangkan suasana perasaan dalam menyampaikan khotbah itu. Jika ini pokok pembicaraan yang serius, membahas tentang kebinasaan orang fasik, maka khotbah harus dipersembahkan dengan serius pula. Dan jika saudara memikirkan dan tetap mengingat bahannya, ekspresi muka saudara dalam kebanyakan keadaan akan mencerminkan hal itu dengan wajar. Jika pokok pembicaraannya gembira, pokok yang seharusnya menimbulkan keriangan di pihak hadirin, maka ini harus diucapkan dengan gembira juga. Dan jika saudara merasa tenang di mimbar, ekspresi muka biasanya akan memancarkan keriangan itu.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan