PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Emosi-Emosi Negatif—Dapatkah Anda Mengatasinya?
    Sedarlah!—1992 | Oktober
    • Emosi-Emosi Negatif—Dapatkah Anda Mengatasinya?

      ”TENTU SAJA TIDAK DAPAT! Emosi-emosi negatif terlalu kuat. Saya tidak punya pilihan selain menanggungnya hingga semua itu berlalu.”

      Demikianlah cara banyak orang menanggapi ide untuk mengatasi emosi-emosi seperti kekhawatiran, ketakutan, kemarahan, frustrasi, perasaan bersalah, mengasihani diri, dan depresi. Namun emosi-emosi tersebut dapat diatasi. Sebaliknya daripada menyerah kepada emosi-emosi tersebut sewaktu mereka timbul, Anda dapat belajar untuk mengurangi intensitasnya, bahkan mungkin melenyapkannya.

      Tentu, ada perbedaan besar antara emosi negatif normal yang dialami setiap orang dan depresi berat. Yang disebut belakangan mungkin membutuhkan perawatan profesional. Yang disebut permulaan tidak, dan kita dapat belajar mengatasi emosi-emosi yang ini.

      Sebenarnya, tidak semua emosi negatif berbahaya. Misalnya, sewaktu Anda melakukan kesalahan serius, Anda mungkin menyatakan penyesalan yang dalam sebanding dengan kesalahan tersebut. Jika ini menggerakkan Anda untuk mengoreksi kesalahan tersebut dan tidak mengulanginya di masa mendatang, maka emosi tersebut memiliki pengaruh jangka panjang yang positif. Atau keprihatinan yang normal yang bisa jadi Anda miliki sehubungan suatu problem, mungkin menggerakkan Anda untuk menghadapinya dengan kekuatan dan mencari jalan keluar yang masuk akal. Itu juga merupakan tanggapan yang sehat.

      Akan tetapi, bagaimana jika setelah Anda melakukan sedapat-dapatnya untuk memperbaiki suatu kekeliruan, perasaan bersalah atau merasa diri tidak berguna masih menghantui Anda, mungkin bertahan untuk waktu yang lama setelah itu? Atau bagaimana jika setelah Anda mengatasi suatu problem sebisa-bisanya, perasaan khawatir masih ada dan bahkan menghebat? Maka, tanggapan emosi Anda mungkin membuat Anda sengsara. Kalau begitu, bagaimana Anda dapat mengatasi tanggapan-tanggapan emosi tersebut? Kuncinya dapat ditemukan dalam mengendalikan pemikiran kita.

      Kita Dapat Mengendalikan Pemikiran Kita

      Banyak yang bekerja dalam bidang kesehatan mental berpendapat bahwa perasaan kita ditimbulkan oleh pikiran kita. Misalnya, Dr. Wayne W. Dyer menyatakan, ”Anda tidak dapat memiliki suatu perasaan (emosi) tanpa terlebih dahulu mengalami suatu hasil pemikiran.” Dr. David D. Burns lebih lanjut menyatakan, ”Setiap perasaan buruk yang Anda miliki merupakan akibat dari pemikiran negatif Anda yang menyimpang.”

      Menarik sekali, Alkitab juga menghubungkan banyak dari apa yang kita rasakan dengan pemikiran yang kita pilih, jadi ia menekankan perlunya mengendalikan pemikiran kita. Perhatikan ayat-ayat berikut ini:

      ”Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.”—Amsal 15:15.

      ”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”—Roma 12:2.

      ”Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.”—2 Korintus 10:5, NW.

      ”Kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama . . . supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”—Efesus 4:22-24.

      ”Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”—Filipi 4:8.

      ”Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”—Kolose 3:2.

      Karena perasaan Anda sebagian besar merupakan hasil pemikiran Anda, kunci untuk mengatasi emosi-emosi negatif Anda adalah mengendalikan pikiran yang menunjang semua itu. Dengan upaya dan waktu yang cukup, Anda dapat belajar untuk membawa pikiran Anda ke bawah pengendalian yang lebih besar. Karena itu masuk akal bahwa Anda dapat melakukan hal yang sama atas perasaan Anda.

      Benar, memang mudah untuk mengatakan bahwa kita dapat mengatasi emosi-emosi negatif kita. Namun sebenarnya tidak semudah itu untuk melakukannya. Kalau begitu, bagaimana kita dapat terus mengatasi emosi-emosi ini yang dapat mendatangkan begitu banyak kesusahan atas diri kita?

  • Emosi-Emosi Negatif—Bagaimana Dapat Diatasi?
    Sedarlah!—1992 | Oktober
    • Emosi-Emosi Negatif—Bagaimana Dapat Diatasi?

      LANGKAH pertama untuk mengendalikan emosi-emosi negatif adalah: Kenalilah pikiran-pikiran yang negatif.

      Kedua: Berupayalah mengoreksi pikiran-pikiran negatif. Misalnya, jika Anda berpikir, ’Saya tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar,’ gantilah itu dengan, ’Saya sama seperti orang-orang lain; saya melakukan banyak hal dengan benar, tetapi saya juga bisa melakukan kesalahan.’

      Jangan berharap untuk merasa lebih baik segera setelah membuat perbaikan ini (meskipun Anda mungkin), dan jangan terus memperdebatkan hal itu dalam pikiran Anda. Buatlah pernyataan yang tegas dan majulah ke tahap berikutnya.

      Langkah ketiga adalah berupaya melenyapkan pikiran yang mengganggu dari benak Anda. Berupayalah untuk mendesaknya ke luar dengan kekuatan dan keyakinan yang sebanding dengan yang akan Anda lakukan terhadap gagasan untuk melakukan kejahatan yang serius. Meskipun Anda boleh jadi sanggup melakukan hal ini dengan upaya mental yang kuat, bantuan besar dalam melakukan ini adalah langkah yang keempat: Sibukkan diri dalam sesuatu hal lain, sesuatu yang membina.

      Ini sangat penting karena pikiran-pikiran negatif Anda akan terus-menerus berupaya memaksa masuk kembali ke dalam benak Anda. Namun Anda memiliki keuntungan ini: Anda hanya dapat berkonsentrasi sepenuhnya pada satu hal dalam satu waktu. Anda dapat membuktikan sendiri hal ini dengan mencoba berkonsentrasi sepenuhnya atas dua pokok pada waktu yang bersamaan. Jika benak Anda telah disibukkan sepenuhnya oleh sesuatu hal lain, akan sukar bagi pikiran-pikiran negatif Anda untuk kembali.

      Cara pikiran-pikiran negatif dapat diganti dengan yang positif diilustrasikan oleh Dr. Maxwell Maltz, yang menyatakan, ”Sewaktu gramafon Anda sedang mengalunkan musik yang tidak disukai, Anda tidak bisa memaksa alat itu untuk membuatnya lebih baik. . . . Anda hanya perlu mengganti piringan hitam yang sedang dimainkan dan musik yang berbeda pun terdengar. Gunakan teknik yang sama terhadap ’musik’ yang keluar dari mesin di dalam diri Anda sendiri.”

      Ya, pikiran-pikiran negatif sering terlalu kuat untuk dilenyapkan begitu saja. Mereka harus dipaksa ke luar dengan memasukkan penggantinya. Masukkan ”piringan hitam” yang berbeda, yang positif. Alihkan ke ”saluran” yang berbeda, yang membangun, ke ”stasiun” yang berbeda, dan sibukkan diri dalam hal ini.

      Memang Sulit

      Empat langkah di atas memang mudah dijelaskan, namun betapa sukar untuk dijalankan! Oleh karena itu, jangan heran jika pada mulanya memang sukar bagi Anda mengatasi pikiran-pikiran dan emosi-emosi negatif. Antisipasikan bahwa hal itu akan sulit, namun ketahuilah bahwa pada waktunya, hal itu akan lebih mudah.

      Mari kita ambil sebagai contoh pengalaman Cindy, seorang guru yang dibesarkan oleh ibu yang kecanduan alkohol. Selama bertahun-tahun Cindy menderita perasaan bersalah dan perasaan tidak aman. Lalu ia memutuskan untuk menanggulangi problem itu. Apa yang ia lakukan?

      Cindy menjelaskan, ”Pertama, saya berupaya mengenali pikiran-pikiran tertentu yang menimbulkan perasaan-perasaan negatif. Setiap kali pikiran-pikiran ini muncul, saya akan memikirkannya kembali secara masuk akal dan objektif. Lalu saya akan berupaya untuk memasukkan pikiran-pikiran yang positif. Saya memaksa benak saya tetap terpusat kepada murid-murid saya dan bagaimana saya dapat membantu mereka. Secara bertahap, itu menjadi lebih mudah, dan saya merasa lebih dapat mengendalikan perasaan saya.”

      Namun, Anda mungkin bertanya . . .

      Mengapa Begitu Sulit?

      Apakah kebiasaan buruk, seperti makan berlebihan atau merokok, dapat dihentikan dengan mudah? Sama sekali tidak! Mereka hanya dapat diatasi dengan upaya yang disengaja dan tekun selama jangka waktu tertentu. Bagi banyak orang, pemikiran negatif merupakan kebiasaan, dan seperti kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya, ini sukar dihentikan.

      Jika pemikiran negatif merupakan kebiasaan Anda, mengatasinya kemungkinan besar akan membutuhkan tekad yang sama dengan yang dibutuhkan seseorang yang menjalani suatu diet atau seseorang yang memutuskan untuk berhenti merokok.

      Intinya adalah, jangan menyerah dan memutuskan untuk tetap merasa tertekan hanya karena hal itu lebih mudah. Tetaplah pada perjuangan Anda untuk melawan pemikiran yang negatif, meskipun itu berarti selama berbulan-bulan dan eksperimen mungkin kambuh lagi. Teruskan perjuangan Anda seolah-olah Anda sedang berlatih untuk suatu perlombaan atletik. Perhatikan hasil-hasil jangka panjang sebaliknya daripada kepuasan sesaat.

      Dapatkah Dilenyapkan Sama Sekali?

      Dapatkah emosi-emosi negatif dilenyapkan sama sekali? Nah, jika Anda berharap mencapai kebahagiaan yang sempurna sekarang, Anda akan mengalami frustrasi dan kekecewaan. Kebahagiaan sekarang ini bersifat relatif dan tidak lengkap. Namun, itu masih jauh lebih baik daripada terkurung dalam kehidupan yang penuh emosi negatif yang terus bertahan dan melemahkan.

      Apakah ini berarti bahwa emosi-emosi negatif tidak pernah dapat diatasi? Sama sekali tidak. Alkitab secara realistis menjelaskan bahwa keadaan yang tidak sempurna ini masih akan kita alami untuk sementara, namun bahwa ada waktu yang ditetapkan untuk melenyapkan keadaan demikian selama-lamanya. Itu akan terjadi segera pada waktu Kerajaan Allah, pemerintahan surgawi-Nya di tangan Kristus Yesus, dengan sepenuhnya mengambil alih semua urusan di bumi ini dan memulai proses mengangkat umat manusia kepada kesempurnaan jasmani. Yesus menyebut proses ini ”penciptaan kembali [atau, “regenerasi”, catatan kaki NW]”.—Matius 19:28; lihat juga Mazmur 37:29; Matius 6:9, 10; Wahyu 21:3-5.

      Namun, untuk sekarang ini, menerima berbagai keterbatasan yang ada pada kita karena ketidaksempurnaan manusia, akan membuat Anda lebih berbahagia. Sebaliknya daripada menempuh upaya ekstrem dalam pencarian akan kesehatan mental yang sempurna, Anda akan bebas mengerjakan urusan-urusan lain dalam kehidupan. Dan Anda akan memperoleh ketenangan pikiran dan kebahagiaan yang jauh lebih besar karena mengetahui bahwa jalan keluar utama bagi emosi-emosi negatif terletak di tangan yang terampil dari Allah Yang Mahakuasa.

      Apakah saran-saran di sini merupakan reka-rekaan belaka? Apakah saran-saran tersebut praktis? Ya, sebagaimana diperlihatkan dalam kisah nyata berikut ini.

      [Blurb di hlm. 15]

      Anda dapat mengganti pikiran-pikiran negatif dengan yang positif

      [Blurb di hlm. 15]

      Jangan menyerah dan memutuskan untuk tetap merasa tertekan hanya karena hal itu lebih mudah

      [Gambar di hlm. 16]

      Seperti menurunkan berat badan, belajar mengendalikan emosi kita membutuhkan waktu dan kegigihan

  • Bagaimana Beberapa Telah Belajar Mengatasi Emosi-Emosi Negatif
    Sedarlah!—1992 | Oktober
    • Bagaimana Beberapa Telah Belajar Mengatasi Emosi-Emosi Negatif

      KADANG-KADANG, setiap orang mempunyai emosi-emosi negatif. Karena problem-problem yang berat, seperti penyakit yang serius, usia lanjut, atau kematian seseorang yang dikasihi, beberapa orang mungkin memiliki emosi-emosi negatif yang berurat-berakar yang dapat mendatangkan pengaruh yang merugikan atas kehidupan mereka.

      Akan tetapi, bahkan di antara yang disebut belakangan, terdapat orang-orang yang telah belajar mengendalikan emosi-emosi ini agar mereka dapat meneruskan kegiatan mereka sehari-hari dengan sukses. Berikut ini adalah contoh-contoh dari orang-orang demikian, yang diwawancarai oleh Sedarlah!

      Janis menerima perawatan medis untuk penyakit yang mempengaruhi emosinya. Akan tetapi, ia menyatakan, ”Saya mendapati bahwa cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah itu adalah mengendalikan pikiran saya. Saya melakukan hal ini dengan melakukan sesuatu bagi orang-orang lain, seperti membuat kue dan menjahit. Saya juga membuat upaya khusus untuk memusatkan pikiran kepada kenangan-kenangan yang menyenangkan dan peristiwa-peristiwa di masa depan yang saya nanti-nantikan. Karena penyakit saya, tak satu pun dari hal-hal ini mudah. Kadang-kadang lebih mudah untuk menyerah dan merasa tidak enak. Namun hasil-hasil yang baik sepadan dengan upaya saya.”

      Setelah menikah selama 45 tahun, suami Ethel meninggal. Meskipun tidak luput dari proses berdukacita, Ethel berhasil mengendalikan emosinya. Ia menerangkan, ”Saya terus menyibukkan diri dengan melakukan berbagai hal bagi orang-orang lain. Misalnya, saya menikmati mengajar orang-orang lain tentang maksud-tujuan Allah sebagaimana terdapat di Alkitab. Seorang wanita muda begitu gembira mendengar perkara-perkara baik yang ia pelajari sehingga penghargaannya membantu saya untuk lebih bersukacita. Seraya saya berkonsentrasi pada perkara-perkara positif di dalam Alkitab untuk mengajar orang-orang lain, itu membantu saya untuk mengenyahkan pikiran-pikiran negatif dari benak saya. Demikian pula, wanita-wanita muda akan datang kepada saya untuk meminta bantuan atas berbagai problem, dan membicarakan hal-hal positif yang dapat mereka lakukan dalam kehidupan mereka, juga membantu saya mengatasi emosi-emosi negatif.”

      Arthur selama bertahun-tahun telah menempuh kehidupan yang sibuk dan aktif. Kemudian, karena penyakit yang parah, ia harus berhenti dari pekerjaan duniawi dan membatasi semua kegiatan di luar rumah. Selama berbulan-bulan, Arthur merasa diri tak berguna dan tertekan. Bagaimana ia mengatasi perasaan-perasaan ini? ”Saya berhenti memikirkan apa yang tidak dapat saya lakukan lagi. Sebaliknya, saya memusatkan pikiran pada apa yang dapat saya lakukan untuk membantu orang-orang lain mengembangkan diri mereka dan untuk menganjurkan mereka sewaktu mereka tertekan. Karena saya tidak bisa keluar rumah, saya banyak menggunakan telepon. Seraya saya menjadi sibuk membantu dan menganjurkan orang-orang lain, saya tidak punya banyak waktu untuk mengasihani diri sendiri.”

      Setelah mengalami serangkaian krisis, termasuk kematian suaminya, dapat dimengerti bila Nita mengalami kesedihan dan depresi berat. Pada waktunya, ia belajar mengendalikan perasaan-perasaan tersebut, ”Apabila perasaan sedih datang menimpa saya, saya mencari jalan keluar yang membangun. Saya memaksakan diri pergi berjalan-jalan, menelepon teman yang baik, mendengarkan musik, atau melakukan apa saja yang saya ketahui berdasarkan pengalaman dapat mengurangi depresi. Saya berupaya memperlakukan diri saya dengan pengasih sama seperti yang akan saya lakukan kepada seorang sahabat.”

      Mary telah mengalami problem-problem kesehatan yang berat selama 32 tahun. Karena harus menggunakan kursi roda, ia keluar rumah hanya untuk pergi ke dokter. Bagaimana Maria menjaga diri agar tidak diganggu perasaan kecil hati? Ia menjelaskan, ”Suami saya benar-benar telah bersikap sangat mendukung. Juga, saya sering membaca bacaan-bacaan yang membina. Saya secara tetap tentu menelepon teman-teman saya, dan sering mengambil inisiatif untuk mengundang mereka ke rumah. Saya menikmati kunjungan-kunjungan mereka dan tidak menggunakan kesempatan tersebut untuk mengeluh atau menuruti perasaan mengasihani diri. Saya tidak membuang-buang waktu untuk terus memikirkan hal-hal negatif dalam hidup saya karena ada begitu banyak hal positif yang sedang saya alami.”

      Margaret pada dasarnya adalah seorang pemikir yang realistis. ”Sewaktu perasaan-perasaan negatif muncul,” katanya, ”saya mencari teman bergaul yang berpikiran positif—bukan seorang yang idealis—namun seseorang yang benar-benar mengetahui keadaan saya dan akan mengingatkan saya akan keberhasilan saya dan menganjurkan saya.”

      Rose Marie telah menjalani lima operasi besar sepanjang tahun, dan ia beserta suaminya kehilangan tujuh anggota keluarga yang meninggal dalam jangka waktu satu setengah tahun belakangan ini. Tentu, beratnya problem ini menimbulkan emosi-emosi negatif. Akan tetapi, mereka tidak terus memikirkan hal-hal tersebut. Karena menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, mereka ditopang oleh harapan yang positif dan menghibur yang Alkitab berikan yaitu suatu dunia baru yang adil-benar yang sudah di ambang pintu, tempat Allah ”akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita”. Bahkan orang-orang mati akan dibangkitkan, karena Yesus berkata, ”saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar [suara Putra Allah] dan . . . keluar”.—Wahyu 21:4; Yohanes 5:28, 29.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan