Berlaku Seimbang dalam Menikmati Kesenangan Pada Perjamuan Kawin
[Seri II dari artikel ”Perkawinan” dalam w 15 April 1984, untuk pembahasan pada Perhimpunan Dinas.]
1, 2. (a) Mengapa kita seharusnya memperhatikan resepsi perkawinan dewasa ini? (b) Seberapa pentingkah resepsi-resepsi itu?
SAUDARA mungkin telah menyaksikan cukup banyak bukti yang membenarkan nubuat bahwa pada ”hari-hari terakhir” orang-orang menjadi ”mencintai kesenangan sebaliknya daripada mengasihi Allah”. (2 Timotius 3:1-4, NW) Bukti mengenai ini dengan mudah dapat dilihat dari cara bagaimana beberapa orang memandang perjamuan atau resepsi perkawinan dan cara mereka bertindak dalam acara-acara tertentu.a Bagaimana seharusnya pandangan kita mengenai hal-hal ini? Apakah orang-orang Kristen seharusnya tidak mengadakan atau menghadiri perjamuan-perjamuan kawin? Atau untuk menjadi ”pencinta Allah”, apakah kita perlu menghindari jerat-jerat tertentu?
2 Tidak soal seberapa umum kebiasaan setempat untuk mengadakan pertemuan sosial bahkan segera setelah perkawinan dari pasangan tersebut, orang-orang Kristen tentunya tidak berada di bawah kewajiban Alkitab apapun untuk melakukannya. Ada pasangan yang lebih suka berkumpul dengan keluarga dekat dan beberapa teman akrab, mungkin menikmati perjamuan pribadi dengan mereka. Namun hanya karena mengadakan atau menghadiri sebuah perjamuan kawin tidak dapat diartikan menjadi ”pencinta kesenangan” sebab Yesus dan murid-muridnya hadir dalam perayaan seperti itu di Kana.
3. Seberapa umumkah perjamuan-perjamuan kawin pada jaman Alkitab?
3 Suatu pesta kawin adalah waktu untuk bersukacita bagi pasangan yang baru kawin, sanak keluarga dan teman-teman mereka. Pesta kawin yang menyenangkan telah lama menjadi kebiasaan. (Kejadian 29:21, 22; Hakim 14:3, 10, 17) Karena orang-orang Yahudi sudah biasa dengan perjamuan-perjamuan kawin, Yesus dapat menggunakannya dalam tiga perumpamaan. (Matius 22:2-14; 25:1-13; Lukas 14:7-11) Bahkan buku terakhir dari Alkitab mengatakan, ”Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.”—Wahyu 19:9.
4. Seperti apakah banyak perjamuan kawin?
4 Hamba-hamba Yehuwa di jaman dulu—termasuk Yesus dan murid-muridnya—menikmati sukacita yang seimbang dalam perjamuan kawin. Ribuan orang Kristen pada jaman kita juga telah melakukan hal tersebut. Seorang anggota keluarga tidak seiman yang hadir dalam sebuah pesta kawin di Afrika Selatan mengatakan, ”Saya tidak tahu bahwa Saksi-Saksi mengadakan perkawinan yang sedemikian bagus. Kami bosan dengan semua acara minum-minum dan musik keras yang umum terdapat pada pesta-pesta kawin sekarang ini.” Ada banyak sekali resepsi perkawinan Kristen yang patut mendapat pujian yang serupa.
5. Problem-problem macam apa telah timbul?
5 Akan tetapi, tekanan dari dunia untuk menjadi ”pencinta kesenangan” sangat kuat. Maka beberapa penatua Kristen melaporkan,
”Ada orang-orang yang memanfaatkan [pesta kawin] untuk mengendorkan diri. Mereka berdalih bahwa tidak banyak kesempatan seperti ini, jadi mereka ingin memanfaatkannya untuk santai, untuk melepaskan kendali karena kesenangan-kesenangan yang dikekang pada kesempatan-kesempatan lain. Tidaklah mengherankan suasananya riuh sekali.”—Eropa.
”Nampaknya perayaan perkawinan terdiri dari sebuah khotbah, makan sedikit dan kemudian berdansa sampai pagi buta. Beberapa merasa bahwa pada resepsi-resepsi mereka dapat minum lebih banyak dari biasanya, dan sering mereka minum terlalu banyak.”—Amerika Latin.
”Suatu perjamuan kawin mungkin mencakup ’dansa sampai pagi’. Beberapa dari acara ini benar-benar bersifat duniawi—ramai, dengan banyak minum-minum dan dansa-dansa duniawi. Banyak orang berusaha keras untuk pamer dengan pakaian yang mahal dan berlusin-lusin bir.”—Afrika.
Dituntut Sikap Bersahaja
6. Kita dapat belajar apa tentang perjamuan-perjamuan orang Yahudi dari komentar yang diberikan di Kana?
6 Kebanyakan orang tahu bahwa pada perjamuan kawin di Kana, Yesus mengubah air menjadi anggur. Tetapi, ingat pokok ini, ”Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu . . . ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: ’Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum [berada di bawah pengaruh alkohol, NW], barulah yang kurang baik.’” (Yohanes 2:9, 10) Ia tidak mengatakan bahwa pada perjamuan yang khusus ini tamu-tamu menjadi ”mabuk”.b Memang tidak masuk akal bahwa Yesus akan menyetujui kemabukan dan mendukungnya dengan membuat lebih banyak anggur. Namun, pria ini juga mengetahui bahwa banyak minum sudah umum pada pesta-pesta kawin orang Yahudi.
7. Apa yang seharusnya dipertimbangkan orang-orang Kristen berkenaan menghidangkan minuman beralkohol?
7 Di beberapa resepsi tuan rumah sama sekali tidak menyediakan minuman beralkohol karena bermabuk-mabukan sudah begitu umum di daerah tersebut, dan untuk mencegah tergodanya tamu-tamu manapun yang mempunyai problem dalam hal minum-minum. Beberapa saudara di Afrika bahkan mengatakan bahwa menghidangkan minuman yang tidak beralkohol menghasilkan ”perkawinan Kristen yang murni”. Dan memang sebaiknya tidak ada minuman beralkohol jika masyarakat setempat sangat menentang orang-orang Kristen minum minuman keras. (Roma 14:20, 21) Tetapi dituntut penilaian yang seimbang. Tanyalah diri saudara, Apakah perjamuan yang dihadiri Yesus ’tidak murni’ karena anggur disediakan? Alkitab mengutuk kemabukan, bukan minum minuman beralkohol secara bersahaja.—Amsal 23:20, 21; 1 Petrus 4:3.
8, 9. (a) Jika minuman beralkohol dihidangkan, bagaimana sikap bersahaja dapat dipelihara? (b) Apa yang dikatakan seorang penatua tentang problem tersebut?
8 Jika suatu pasangan ingin menyediakan minuman beralkohol pada resepsi mereka, adalah bijaksana dan prihatin bila mereka memberi perhatian yang sepatutnya agar tidak berlebih-lebihan. (1 Timotius 3:2; Matius 23:25) Misalnya, pada perjamuan di Kana, bagaimana tamu-tamu dilayani? Rupanya oleh ”Ibunya mengatakan kepada para pelayan, ”pelayan-pelayan”. (Yohanes 2:5, 9) Jadi pasangan tersebut dapat menunjuk seseorang untuk melayani (dan mungkin membatasi jumlah dari) minuman-minuman tersebut. Tentu, pada resepsi Kristen apapun, seharusnya tersedia minuman yang tidak beralkohol bagi orang-orang yang tidak boleh minum minuman beralkohol atau yang lebih menyukainya.
9 Seorang penatua di Amerika Tengah mengomentari, ”Timbulnya problem adalah apabila resepsi terlalu besar, sehingga tidak bisa mengawasi semua yang hadir. Kadang-kadang orang-orang duniawi telah merusak pesta-pesta tersebut, membawa sendiri berbotol-botol minuman keras dan menimbulkan suatu skandal.” Maka siapa yang akan mengawasi atau memberikan petunjuk? Berapa banyak yang akan hadir? Apa yang akan terjadi pada pesta-pesta tersebut?
Petunjuk Dari Siapa?
10. Mengikuti petunjuk Alkitab yang mana bisa mendukung pengawasan yang lebih baik pada resepsi?
10 Pada perjamuan di Kana, ada seorang ”pemimpin pesta”. (Yohanes 2:9) Demikian juga, pada resepsi-resepsi sekarang seorang saudara yang cakap dan bertanggung jawab dapat diserahi tugas untuk mengawasi segala-galanya. Karena mengetahui dengan baik keinginan-keinginan pengantin baru, ia dapat memberi petunjuk kepada para pemain musik, pelayan dan lain-lain, atau dapat berkonsultasi dengan pasangan tersebut dan kemudian melaksanakannya. Hal itu dapat termasuk mengawasi para penerima tamu. Bersama-sama mereka akan dapat membantu tamu-tamu menangani ’pengacau pesta’ manapun. Sehubungan dengan pengawasan ini, perhatikan ilustrasi Yesus tentang apa yang terjadi dengan tamu yang terang-terangan menunjukkan sikap tidak terhormat pada sebuah perjamuan kawin.—Matius 22:11-13.
11. Apa yang seharusnya dipertimbangkan dalam menunjuk seseorang untuk membantu pasangan mengatur semua hal yang perlu?
11 Pada banyak resepsi duniawi pengurus gedung atau pemimpin orkes bertindak sebagai protokol. Mungkin ia mengetahui tata cara yang umum dan bisa jadi berpengalaman memberi kata sambutan atau mempunyai lelucon-lelucon yang ’serong [mempunyai dua arti, biasanya bernada porno]. Tetapi jika saudara menginginkan resepsi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Kristen, apakah saudara mau meminta beberapa orang duniawi—yang bukan saudara seiman atau anggota keluarga saudara—menyapa tamu saudara atau menjadi pusat perhatian? Apakah hal itu sesuai dengan nasihat untuk ”berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan [saudara] seiman”?—Galatia 6:10.
12. Petunjuk apa diberikan Alkitab berkenaan siapa yang paling bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada sebuah resepsi?
12 Kadang-kadang orangtua dari pengantin perempuan atau mempelai laki-laki membantu pasangan tersebut membiayai resepsi perkawinan. Maka orangtua mungkin merasa bahwa mereka seharusnya memiliki lebih banyak suara berkenaan siapa yang akan diundang, macam makanan dan minuman atau bagaimana programnya. Alkitab tidak mengatakan siapa yang membayar perjamuan di Kana, tetapi dikatakan bahwa ketika timbul soal penting ”ia [pemimpin pesta] memanggil mempelai laki-laki”. (Yohanes 2:9) Pada resepsi perkawinan, menurut Alkitab mempelai laki-laki menjadi kepala dari keluarga yang baru terbentuk. (Efesus 5:22, 23) Maka, meskipun ia dengan penuh kasih seharusnya mempertimbangkan keinginan-keinginan pengantinnya pada hari yang khusus ini, serta keinginan-keinginan sanak keluarga mereka, ia khususnya perlu bertanggung jawab untuk apa yang boleh dan apa yang tidak boleh.
Siapa Yang Hadir Di Sana?
13. Seberapa besarkah perjamuan kawin di jamuan Alkitab?
13 Kita tidak tahu berapa besar perjamuan kawin di jaman Alkitab. Simson mengundang orangtuanya, 30 teman dari pengantinnya dan mungkin teman-teman atau sanak keluarga lain. (Hakim 14:5, 10, 11, 18) Tamu-tamu pada perkawinan Yahudi adalah sesama penyembah dari kota yang sama dan juga dari kota lain. Yesus dan murid-muridnya dari tempat lain di Galilea, pergi ke perjamuan tersebut di Kana. Jumlah anggur yang dihasilkan memberi kesan bahwa ada kelompok yang cukup besar hadir.—Yohanes 2:1, 2, 6.
14, 15. Bagaimana beberapa telah menyelenggarakan ”pesta terbuka di rumah”, tetapi problem-problem apa dapat berkembang?
14 Dewasa ini, adat istiadat dan selera berbeda berkenaan macam dan besarnya resepsi. Di beberapa tempat, lazim untuk mengadakan pesta terbuka di rumah; semua rekan seiman Kristen yang adalah teman dari pengantin baru bisa datang. Mereka mungkin disuguhi makanan dan minuman kecil, tujuannya bukan untuk memuaskan nafsu makan setiap orang tetapi untuk menyampaikan salam bahagia dan menikmati pergaulan yang hangat. Di tempat lain pada pesta yang terbuka bagi semua teman, banyak orang membawa makanan—masing-masing satu macam masakan, minuman atau kue-kue. Jadi semua orang yang rela ini mengalami sukacita menyumbang dan setiap orang dapat menikmati makanan yang beraneka ragam tanpa membebani pasangan tersebut atau orang lain.—Kisah 20:35.
15 Dari apa yang kita baca dalam ilustrasi Yesus, nampaknya sering kali pada perkawinan-perkawinan Yahudi disediakan perjamuan makan yang besar. (Matius 22:2; Lukas 14:8) Memang, menyediakan makanan secukupnya bagi semua tamu pada sebuah resepsi sekarang memerlukan banyak perencanaan. Seorang ibu di Amerika Utara menceritakan pengalaman yang mengecewakan ini:
’Sewaktu diumumkan bahwa ada pesta perkawinan, kaum muda dari berbagai tempat muncul untuk makan dan dansa secara cuma-cuma. Sementara orang-orang yang diundang berada di Balai Kerajaan, yang lain datang ke gedung resepsi. Sewaktu saya tiba, saya rasanya mau menangis, karena tidak ada tempat yang kosong. Saya tersinggung sekali melihat kurangnya kasih yang ditunjukkan dengan mengacaukan perkawinan dan menghabiskan makanan yang disediakan tuan rumah untuk teman-teman dekat atau sanak keluarga.’
16. Kita dapat belajar apa dari Alkitab berkenaan tamu-tamu pada perkawinan?
16 Maria, Yesus, dan murid-muridnya tidak datang tanpa diundang ke perjamuan di Kana; mereka ”diundang”. (Yohanes 2:1, 2) Yesus berkata, ”Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan.” (Lukas 14:8, 9, 16, 17) Dalam ilustrasi perkawinan dari putra raja tersebut, Yesus juga berbicara tentang ”orang-orang yang telah diundang”. (Matius 22:3, 9, 10) Selain itu, sewaktu seorang pria yang diundang tidak menunjukkan respek, para penerima tamu diminta untuk mengusir dia. Dalam perumpamaan yang lain, lima gadis yang ingin ikut ke perjamuan kawin telah dicegah untuk masuk ke dalam. (Matius 22:11-13; 25:10-12) Maka tidaklah aneh jika sebuah resepsi dikhususkan untuk tamu-tamu yang diundang dan orang-orang ini harus mengenakan pakaian yang pantas. Dan dapat dimengerti bahwa murah tangan dari tuan rumah tidak perlu mencakup orang-orang yang perhatian utamanya hanya pada makanan dan kesenangan.—Filipi 3:18, 19; Pengkhotbah 5:11.
17. Kesulitan apa muncul berkenaan besarnya perjamuan kawin?
17 Jika suatu pasangan atau sanak keluarga mereka ingin menyediakan perjamuan yang lengkap untuk banyak tamu, itu akan membutuhkan biaya cukup besar. (Bandingkan Markus 6:35-37.) Dari Kepulauan Pasifik datang laporan ini:
”Ada kecenderungan untuk melebih-lebihkan resepsi. Ada orang sampai berhutang untuk mengadakan pesta besar, sehingga memulai kehidupan perkawinan dengan hutang. Sering mereka seolah-olah takut hilang muka, maka mereka mengadakan resepsi yang melebihi kemampuan mereka.”
Betapa sedih apabila pasangan muda memulai kehidupan perkawinan dibebani hutang yang dapat menegangkan hubungan mereka. Atau bagaimana perasaan mereka karena tahu bahwa orangtua mereka menghadapi problem dalam membayar kembali biaya besar dari resepsi yang hebat? Memang, orang-orang duniawi mungkin menanggung hutang perkawinan yang mengejutkan hanya untuk keinginan yang sombong yaitu mengesankan orang lain atau supaya jangan hilang gengsi dalam masyarakat. (Amsal 15:25; Galatia 6:3) Tetapi apakah seharusnya demikian bagi orang-orang Kristen, mengingat apa yang kita baca di Lukas 12:29-31?
18, 19. (a) Mengapa beberapa telah memutuskan untuk mengadakan resepsi besar-besaran? (b) Bagaimana seharusnya reaksi kita jika kita tidak diundang ke sebuah resepsi seorang teman? (Lukas 14:12)
18 Motivasi di balik beberapa pesta yang hebat sekali adalah suatu keinginan untuk menyaingi atau melebihi orang lain. Para penatua di Afrika Barat mengomentari,
”Beberapa orang dibebani hutang yang banyak untuk makanan dan minuman. Orang yang paling banyak mengeluarkan biaya dalam perjamuan kawin adalah orang yang ingin mengikuti mode. Ini menimbulkan persoalan bagi orang-orang yang tidak cukup berani untuk berbeda dari orang lain. Memamerkan harta bisa menjatuhkan seseorang dan usaha untuk ’mengikuti si Polan’ tidaklah perlu.”—Lihat 1 Yohanes 2:15-17.
19 Orang-orang lain telah merasa terpaksa mengadakan resepsi besar-besaran karena takut membuat orang lain tersinggung. Mereka merasa bahwa jika teman-teman tertentu tidak diundang, orang-orang ini akan sakit hati. Maka diundang lebih banyak orang dari pada yang masuk akal. Namun, secara jujur, siapa di antara kita ingin teman-teman kita menjadi begitu kuatir untuk membuat kita sakit hati sehingga mereka dibebani dengan hutang dan karena itu mungkin tidak dapat melayani sepenuh waktu? Jika kita tidak diundang, bukankah lebih baik untuk yakin bahwa mereka telah mempertimbangkan masak-masak semua faktor, termasuk biaya. Dengan tidak mengundang kita, bisa jadi mereka justru menunjukkan keyakinan bahwa kita cukup matang dan tidak cepat tersinggung. (Pengkhotbah 7:9; 1 Korintus 13:4-7) Kita masih dapat turut berbahagia bersama mereka dengan menghadiri khotbah perkawinan yang didasarkan atas Alkitab, yang merupakan acara terpenting. Jika kita menganggap hal itu kurang penting dibanding resepsi, mungkinkah kita telah menjadi ”mencintai kesenangan sebaliknya daripada mengasihi Allah”?—2 Timotius 3:4, NW.
20. Membatasi besarnya sebuah resepsi mungkin menghindari praktek-praktek macam apa?
20 Menggunakan akal sehat berkenaan besarnya resepsi dan biaya juga membantu untuk mengelakkan praktek-praktek yang tidak diinginkan. Misalnya, keinginan akan uang telah mendorong beberapa orang membeli bahan khusus untuk pakaian pengantin, kemudian meminta sang pengantin membelinya dengan harga lebih mahal. Tamu-tamu pada beberapa resepsi dipaksa ”membeli” potongan-potongan kue atau ”membayar” untuk dansa dengan pengantin wanita, menyematkan uang tersebut pada bajunya. Cara sedemikian yang menekankan soal uang dapat juga menyebabkan tamu-tamu memamerkan uang mereka dengan ”melemparkan” (membuang) uang kepada para pemain musik, atau memberikan hadiah-hadiah besar supaya mendapat tempat duduk khusus dekat pengantin baru.—Lukas 14:8-11.
Membantu Semua untuk Memperoleh Kesenangan
21. Peranan apa yang dimainkan musik pada perjamuan kawin?
21 Sewaktu peperangan orang-orang Makabe, sebuah arak-arakan perkawinan Yahudi disambut, oleh rombongan ”iringan canang dan alat-alat musik”. (1 Makabe 9:39, Alkitab Katolik keluaran Nusa Indah, Ende; bandingkan Mazmur 45:9.) Demikian pula sekarang, pada resepsi perkawinan sering ada musik. Hal itu dapat menambah sukacita Kristen pada peristiwa tersebut—atau dapat menghilangkannya. Mengapa bisa menghilangkan sukacita? Dalam beberapa pesta, musik terlalu keras dan tidak terkendali. Beberapa musisi menyukai musik disko, atau mereka mungkin senang memamerkan secara liar kemampuan-kemampuan mereka. Tetapi resepsi Kristen bukan tempatnya untuk semua ini. Dapatkah tamu-tamu, tua atau muda, menikmati pergaulan Kristen jika musik terlalu keras sehingga percakapan pada satu meja saja tidak dapat didengar?
22. Bagaimana problem-problem tentang musik dapat dikurangi?
22 Jelaslah, musik pada pesta-pesta kawin memerlukan perencanaan dan pengawasan yang saksama, terutama musik hidup. Lebih baik tidak mengundang pemain musik duniawi. Jika ada musisi yang dibayar, mempelai laki-laki atau saudara yang dipilih seharusnya dengan tegas menjelaskan kepada musisi tersebut apa yang boleh dimainkan dan apa yang tidak boleh. (Keluaran 32:6, 17, 18) Seharusnya ditentukan bahwa permintaan khusus dari tamu-tamu tidak boleh dimainkan tanpa ijin dari mempelai laki-laki atau dari ”pemimpin” resepsi. Karena problem-problem yang umum atas jenis dan kerasnya musik yang hidup, banyak pasangan telah memilih untuk menggunakan piringan hitam atau kaset-kaset dengan seleksi-seleksi tertentu yang mereka inginkan. Seorang dewasa yang tidak mudah dipengaruhi oleh apa yang populer di antara kaum remaja yang tidak matang, telah ditugaskan untuk memutarnya.—1 Korintus 13:11; Ibrani 5:14.
23-25. Langkah-langkah praktis lain apa dapat diambil pengantin-pengantin baru untuk meyakinkan suatu pertemuan Kristen yang menyenangkan?
23 Pengantin baru Kristen ingin agar tamu-tamu mereka bisa mengenang resepsi tersebut dengan kebahagiaan. Maka jika ada musik dan/atau dansa, hal itu seharusnya selaras dengan prinsip-prinsip Kristen. Jika beberapa orang diminta untuk menyampaikan beberapa patah kata, orang yang dipilih dan apa yang mereka katakan seharusnya cocok dengan pertemuan Kristen yang bermartabat.
24 Dalam perumpamaan dari sepuluh gadis, perjamuan mulai ”tengah malam” karena pesta perkawinan telah ditunda. (Matius 25:5, 6) Di lain kesempatan, apa yang Yesus katakan mengenai sebuah perjamuan yang diadakan raja dan hamba-hamba yang mengundang orang-orang di jalan menunjukkan bahwa perjamuan tersebut terjadi siang hari. (Matius 22:4, 9) Pada jama modern beberapa resepsi telah berjalan semalam suntuk, menjadi tidak terkendali sewaktu orang-orang Kristen yang matang pulang supaya cukup istirahat malam itu. Untuk menghindari hal ini banyak pasangan yang seimbang telah merencanakan waktu mulai dan waktu selesai dari resepsi mereka. Dengan cara demikian semua dapat membuat rencana mereka, termasuk rencana untuk kegiatan Kristen yang cocok hari berikutnya setelah resepsi yang menyenangkan.
25 Resepsi perkawinan dapat menjadi peristiwa yang baik sekali untuk kenikmatan Kristen yang layak dan seimbang. Tetapi apakah peranannya sehubungan dengan apa yang terjadi selanjutnya—kehidupan perkawinan sebagai orang-orang Kristen sejati?
[Catatan Kaki]
a Di beberapa negeri, setelah upacara perkawinan, semua tamu dapat menghadiri sebuah resepsi di mana limun atau kopi dan kue-kue disediakan. Kemudian pengantin baru, keluarga mereka dan beberapa teman ikut ke perjamuan kawin di sebuah rumah atau sebuah restoran. Di tempat lain resepsi adalah pertemuan setelah perkawinan—dengan makanan kecil ataupun perjamuan besar.
b Dari bahasa Yunani methusko, yang berarti ”menjadi mabuk, puas minum”. Beberapa juru ulas membantah bahwa kata tersebut menunjukkan hanya minum cukup untuk menghilangkan rasa atau untuk menghasilkan kegembiraan. Namun ayat-ayat lain tidak mendukung pandangan ini.—Matius 24:49; Lukas 12:45; Kisah 2:15; Efesus 5:18; 1 Tesalonika 5:7.
Dari Apa Yang Telah Dipelajari, Apakah Saudara Ingat?
□ Mengapa orang-orang Kristen seharusnya prihatin dengan resepsi?
□ Apa yang sebaiknya dilakukan berkenaan minuman beralkohol pada perjamuan kawin?
□ Siapa yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada resepsi?