PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • fy psl. 16 hlm. 183-191
  • Kukuhkanlah Masa Depan yang Bertahan Lama bagi Keluarga Saudara

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kukuhkanlah Masa Depan yang Bertahan Lama bagi Keluarga Saudara
  • Rahasia Kebahagiaan Keluarga
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • NILAI PENGENDALIAN DIRI
  • PANDANGAN YANG PATUT TENTANG KEKEPALAAN
  • ”CEPAT MENDENGAR”
  • PERANAN YANG SANGAT PENTING DARI KASIH
  • KELUARGA YANG MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH
  • KELUARGA DAN MASA DEPAN SAUDARA
  • Kejarlah Perdamaian Ilahi dalam Kehidupan Keluarga
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Dua Kunci untuk Perkawinan yang Langgeng
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
  • Membina Keluarga yang Sukses
    Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
  • Praktekkanlah Pengabdian yang Saleh di Rumah
    Sembahlah Satu-satunya Allah yang Benar
Lihat Lebih Banyak
Rahasia Kebahagiaan Keluarga
fy psl. 16 hlm. 183-191

PASAL ENAM BELAS

Kukuhkanlah Masa Depan yang Bertahan Lama bagi Keluarga Saudara

1. Apa maksud-tujuan Yehuwa bagi penyelenggaraan keluarga?

PADA waktu Yehuwa mempersatukan Adam dan Hawa dalam perkawinan, Adam mengungkapkan sukacitanya dengan mengucapkan puisi Ibrani yang paling awal dicatat. (Kejadian 2:22, 23) Akan tetapi, sang Pencipta bermaksud lebih daripada sekadar mendatangkan kesenangan bagi anak-anak manusia-Nya. Ia ingin agar pasangan-pasangan suami-istri dan keluarga-keluarga melakukan kehendak-Nya. Ia memberi tahu pasangan yang pertama itu, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:28) Benar-benar suatu penugasan besar yang mendatangkan berkat! Betapa bahagianya Adam, Hawa, dan calon anak-anak mereka andai kata mereka melakukan kehendak Yehuwa dengan ketaatan yang penuh!

2, 3. Bagaimana keluarga-keluarga dapat menemukan kebahagiaan terbesar dewasa ini?

2 Demikian pula dewasa ini, keluarga-keluarga paling berbahagia apabila mereka bekerja sama untuk melakukan kehendak Allah. Rasul Paulus menulis, ”Pengabdian yang saleh bermanfaat untuk segala hal, sebab hal itu mengandung janji untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang.” (1 Timotius 4:8) Suatu keluarga yang hidup dengan pengabdian yang saleh dan yang mengikuti bimbingan Yehuwa sebagaimana dimuat dalam Alkitab akan menemukan kebahagiaan dalam ”kehidupan sekarang”. (Mazmur 1:1-3; 119:105; 2 Timotius 3:16) Sekalipun hanya ada satu anggota keluarga yang menerapkan prinsip Alkitab, keadaannya lebih baik daripada jika tidak ada sama sekali.

3 Buku ini telah membahas banyak prinsip Alkitab yang menyumbang kepada kebahagiaan keluarga. Kemungkinan, saudara telah memperhatikan bahwa beberapa di antaranya muncul berulang-ulang di dalam buku ini. Mengapa? Karena prinsip-prinsip itu merupakan kebenaran-kebenaran yang penuh kuasa yang jitu untuk kebaikan semua orang dalam berbagai aspek kehidupan keluarga. Keluarga yang berjuang untuk menerapkan prinsip-prinsip Alkitab ini akan mendapati bahwa pengabdian yang saleh memang ”mengandung janji untuk kehidupan sekarang”. Mari kita lihat kembali empat dari antara prinsip-prinsip yang penting itu.

NILAI PENGENDALIAN DIRI

4. Mengapa pengendalian diri sangat penting dalam perkawinan?

4 Raja Salomo mengatakan, ”Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.” (Amsal 25:28; 29:11) ’Mengendalikan diri seseorang’ sangat penting bagi mereka yang menginginkan perkawinan yang bahagia. Menyerah kepada emosi yang merusak, seperti misalnya kemarahan yang tak terkendali atau hawa nafsu yang amoral, akan menyebabkan kerusakan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memperbaikinya—kalau memang masih dapat diperbaiki.

5. Bagaimana manusia yang tidak sempurna dapat memupuk pengendalian diri, dan apa manfaatnya?

5 Tentu saja, tidak ada keturunan Adam yang dapat sepenuhnya mengendalikan dagingnya yang tidak sempurna. (Roma 7:21, 22) Namun, pengendalian diri adalah buah roh. (Galatia 5:22, 23) Karena itu, roh Allah akan menghasilkan pengendalian diri dalam diri kita jika kita berdoa memohonkan sifat ini, jika kita menerapkan nasihat yang cocok yang terdapat dalam Alkitab, dan jika kita bergaul dengan orang-orang lain yang mempertunjukkannya dan menghindari mereka yang tidak mempertunjukkannya. (Mazmur 119:100, 101, 130; Amsal 13:20; 1 Petrus 4:7) Haluan demikian akan membantu kita ’lari dari percabulan’, bahkan pada waktu kita digoda. (1 Korintus 6:18) Kita akan menolak kekerasan dan akan menghindari atau menaklukkan alkoholisme. Dan kita akan menangani provokasi dan keadaan-keadaan sulit dengan lebih tenang. Semoga semua—termasuk anak-anak—belajar untuk memupuk buah roh yang sangat penting ini.—Mazmur 119:1, 2.

PANDANGAN YANG PATUT TENTANG KEKEPALAAN

6. (a) Pengaturan apa yang telah Allah tetapkan tentang kekepalaan? (b) Apa yang harus diingat seorang pria agar kekepalaannya mendatangkan kebahagiaan bagi keluarganya?

6 Prinsip kedua yang penting adalah mengakui kekepalaan. Paulus menggambarkan pengaturan yang patut akan segala sesuatu pada waktu ia mengatakan, ”Aku ingin kamu mengetahui bahwa kepala dari setiap pria adalah Kristus; selanjutnya kepala dari seorang wanita adalah pria; selanjutnya kepala dari Kristus adalah Allah.” (1 Korintus 11:3) Ini berarti pria mengambil pimpinan dalam keluarga, istrinya dengan loyal mendukung, dan anak-anak taat kepada orang-tua mereka. (Efesus 5:22-25, 28-33; 6:1-4) Namun perhatikan, bahwa kekepalaan akan menuntun kepada kebahagiaan hanya apabila itu ditangani dengan cara yang patut. Suami yang hidup dengan pengabdian yang saleh tahu bahwa kekepalaan bukan berarti kediktatoran. Mereka meniru Yesus, Kepala mereka. Meskipun Yesus akan menjadi ”kepala atas segala perkara”, ia ”datang, bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani”. (Efesus 1:22; Matius 20:28) Dengan cara yang serupa, seorang pria Kristen menjalankan kekepalaan, bukan demi manfaat dirinya sendiri, tetapi untuk mengurus kepentingan istri dan anak-anaknya.—1 Korintus 13:4, 5.

7. Prinsip-prinsip Alkitab apa yang akan membantu seorang istri memenuhi peranan yang ditetapkan Allah baginya dalam keluarga?

7 Berkenaan dengan peranannya, istri yang hidup dengan pengabdian yang saleh tidak bersaing atau berupaya untuk mendominasi suaminya. Ia senang untuk mendukung suaminya dan bekerja sama dengan dia. Alkitab kadang-kadang berbicara tentang istri yang ”dimiliki” oleh suaminya, membuatnya jelas bahwa suami adalah kepala dari istri. (Kejadian 20:3, NW) Melalui perkawinan ia berada di bawah ”hukum suaminya”. (Roma 7:2) Pada waktu yang sama, Alkitab menyebut istri sebagai ”penolong” dan ”pelengkap”. (Kejadian 2:20, NW) Ia melengkapi sifat-sifat dan kesanggupan yang tidak dimiliki suaminya, dan ia memberinya dukungan yang dibutuhkan. (Amsal 31:10-31) Alkitab juga mengatakan bahwa istri adalah seorang ’mitra’, yaitu orang yang bekerja bersisi-sisian dengan teman hidupnya. (Maleakhi 2:14, NW) Prinsip-prinsip Alkitab ini membantu suami dan istri memahami kedudukan satu sama lain dan memperlakukan satu sama lain dengan respek dan martabat yang sepatutnya.

”CEPAT MENDENGAR”

8, 9. Jelaskan beberapa prinsip yang akan membantu semua dalam keluarga untuk memperbaiki keterampilan mereka berkomunikasi.

8 Dalam buku ini, perlunya komunikasi sering ditandaskan. Mengapa? Karena segala sesuatu akan berlangsung lebih baik jika orang berbicara dan benar-benar mendengarkan kepada satu sama lain. Telah berulang-ulang ditandaskan bahwa komunikasi adalah percakapan dua arah. Yakobus sang murid menyatakannya demikian, ”Setiap orang harus cepat mendengar, lambat berbicara.”—Yakobus 1:19.

9 Juga penting untuk berhati-hati berkenaan dengan cara kita berbicara. Kata-kata yang sembrono, memancing pertengkaran, atau yang sangat kritis tidak membangun komunikasi yang berhasil. (Amsal 15:1; 21:9; 29:11, 20) Sekalipun apa yang kita katakan benar, jika itu dinyatakan dengan cara yang kasar, sombong, atau tanpa perasaan, kemungkinan besar itu akan lebih banyak mengakibatkan kerugian daripada kebaikan. Perkataan kita hendaknya sedap didengar, ”dibumbui dengan garam”. (Kolose 4:6) Kata-kata kita hendaknya seperti ”buah apel emas di pinggan perak”. (Amsal 25:11) Keluarga yang belajar untuk berkomunikasi dengan baik telah mengambil langkah besar demi mencapai kebahagiaan.

PERANAN YANG SANGAT PENTING DARI KASIH

10. Jenis kasih yang mana sangat penting dalam perkawinan?

10 Kata ”kasih” muncul berkali-kali dalam seluruh buku ini. Apakah saudara ingat jenis kasih yang terutama dibahas? Memang kasih asmara (Yunani, eʹros) memainkan peranan penting dalam perkawinan, dan dalam perkawinan yang sukses, kasih sayang yang dalam serta persahabatan (Yunani, phi·liʹa) tumbuh di antara suami dan istri. Tetapi yang bahkan lebih penting lagi adalah kasih yang dinyatakan oleh kata Yunani a·gaʹpe. Ini adalah yang kita perkembangkan bagi Yehuwa, Yesus, dan sesama kita. (Matius 22:37-39) Inilah kasih yang Yehuwa nyatakan terhadap umat manusia. (Yohanes 3:16) Betapa indahnya bahwa kita dapat memperlihatkan jenis kasih yang sama ini kepada teman hidup dan anak-anak kita!—1 Yohanes 4:19.

11. Bagaimana kasih mendatangkan kebaikan dalam suatu perkawinan?

11 Dalam perkawinan, kasih yang luhur ini benar-benar merupakan ”ikatan pemersatu yang sempurna”. (Kolose 3:14) Ini mengikat pasangan itu menjadi satu dan membuat mereka ingin melakukan apa yang terbaik bagi satu sama lain dan bagi anak-anak mereka. Pada waktu keluarga menghadapi situasi yang sulit, kasih membantu mereka menangani segalanya secara terpadu. Seraya suatu pasangan bertambah tua, kasih membantu mereka mendukung dan terus menghargai satu sama lain. ”Kasih . . . tidak mencari kepentingan diri sendiri. . . . Ia menahan segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, bertekun menahan segala sesuatu. Kasih tidak pernah berkesudahan.”—1 Korintus 13:4-8.

12. Mengapa kasih kepada Allah di pihak pasangan suami-istri memperkuat perkawinan mereka?

12 Persatuan perkawinan khususnya kuat apabila itu dikokohkan tidak saja oleh kasih di antara teman hidup tetapi terutama oleh kasih kepada Yehuwa. (Pengkhotbah 4:9-12) Mengapa? Nah, rasul Yohanes menulis, ”Inilah arti kasih akan Allah, bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya.” (1 Yohanes 5:3) Jadi, sepasang suami-istri hendaknya melatih anak-anak mereka dalam pengabdian yang saleh bukan hanya karena mereka sangat mengasihi anak-anak mereka tetapi karena ini adalah perintah Yehuwa. (Ulangan 6:6, 7) Mereka harus menjauhkan diri dari perbuatan amoral tidak saja karena mereka mengasihi satu sama lain tetapi terutama karena mereka mengasihi Yehuwa, yang ”akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina”. (Ibrani 13:4) Sekalipun salah seorang teman hidup menyebabkan problem-problem yang serius dalam perkawinan, kasih kepada Yehuwa akan menggerakkan pasangannya untuk terus mengikuti prinsip-prinsip Alkitab. Sesungguhnya, berbahagialah keluarga-keluarga yang kasihnya kepada satu sama lain diperkuat dengan kasih kepada Yehuwa!

KELUARGA YANG MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH

13. Bagaimana tekad untuk melakukan kehendak Allah akan membantu pribadi-pribadi untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang benar-benar penting?

13 Seluruh kehidupan seorang Kristen berpusat pada melakukan kehendak Allah. (Mazmur 143:10) Inilah arti sesungguhnya dari pengabdian ilahi. Melakukan kehendak Allah membantu keluarga-keluarga untuk berfokus pada hal-hal yang benar-benar penting. (Filipi 1:9, 10) Sebagai contoh, Yesus memperingatkan, ”Aku datang untuk menyebabkan perpecahan, seorang pria melawan bapaknya, dan anak perempuan melawan ibunya, dan seorang istri yang masih muda melawan ibu mertuanya. Sesungguhnya, musuh seseorang adalah orang-orang dari rumah tangganya sendiri.” (Matius 10:35, 36) Sesuai dengan peringatan Yesus, banyak dari antara pengikut-pengikutnya telah dianiaya oleh anggota keluarga mereka. Benar-benar keadaan yang menyedihkan, dan menyakitkan! Meskipun demikian, ikatan keluarga hendaknya tidak melebihi kasih kita kepada Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. (Matius 10:37-39) Jika seseorang bertekun meskipun adanya tentangan keluarga, mereka yang menentang mungkin berubah ketika mereka melihat pengaruh baik dari pengabdian yang saleh. (1 Korintus 7:12-16; 1 Petrus 3:1, 2) Sekalipun hal itu tidak terjadi, tidak ada kebaikan yang bertahan lama yang diperoleh, jika kita berhenti melayani Allah karena adanya tentangan.

14. Bagaimana keinginan untuk melakukan kehendak Allah akan membantu orang-tua bertindak demi manfaat terbaik dari anak-anak mereka?

14 Melakukan kehendak Allah membantu orang-tua membuat keputusan yang benar. Sebagai contoh, dalam masyarakat tertentu, orang-tua cenderung menganggap anak-anak sebagai suatu investasi, dan mereka mengharapkan anak-anak mengurus mereka di hari tua mereka. Walaupun benar dan patut bagi anak-anak yang telah dewasa untuk mengurus orang-tua mereka yang bertambah tua, pertimbangan demikian hendaknya tidak membuat orang-tua mengarahkan anak-anak mereka untuk mengejar haluan hidup yang materialistis. Tidak ada manfaatnya bagi anak-anak jika orang-tua membesarkan mereka untuk lebih menghargai harta materi daripada hal-hal rohani.—1 Timotius 6:9.

15. Bagaimana Eunike, ibu Timotius, merupakan contoh yang sangat baik dari orang-tua yang melakukan kehendak Allah?

15 Suatu contoh yang baik dalam hal ini adalah Eunike, ibu dari Timotius, sahabat muda Paulus. (2 Timotius 1:5) Walaupun Eunike menikah dengan seorang yang tidak seiman, ia beserta nenek Timotius, Lois, berhasil membesarkan Timotius untuk mengejar pengabdian yang saleh. (2 Timotius 3:14, 15) Pada waktu Timotius sudah cukup besar, Eunike memperbolehkan dia meninggalkan rumah dan terjun dalam pekerjaan pengabaran Kerajaan sebagai rekan utusan injil dari Paulus. (Kisah 16:1-5) Ia pasti senang sekali pada waktu putranya menjadi seorang utusan injil yang menonjol! Pengabdiannya yang saleh sebagai seorang dewasa dengan bagus mencerminkan pelatihannya pada masa kecil. Pasti, Eunike merasakan kepuasan dan sukacita mendengar laporan-laporan tentang pelayanan Timotius yang setia, walaupun ia mungkin merindukan kehadiran putranya di rumah.—Filipi 2:19, 20.

KELUARGA DAN MASA DEPAN SAUDARA

16. Sebagai seorang putra, perhatian yang patut apa yang Yesus perlihatkan, tetapi apa tujuan utamanya?

16 Yesus dibesarkan dalam sebuah keluarga yang saleh dan, sebagai seorang dewasa, ia memperlihatkan perhatian yang patut bagi seorang putra kepada ibunya. (Lukas 2:51, 52; Yohanes 19:26) Akan tetapi, tujuan Yesus yang utama adalah memenuhi kehendak Allah, dan bagi dia ini termasuk membuka jalan bagi umat manusia untuk menikmati kehidupan abadi. Hal ini ia lakukan pada waktu ia mempersembahkan kehidupan manusianya yang sempurna sebagai tebusan bagi umat manusia yang berdosa.—Markus 10:45; Yohanes 5:28, 29.

17. Haluan Yesus yang setia membuka prospek mulia apa bagi orang-orang yang melakukan kehendak Allah?

17 Setelah kematian Yesus, Yehuwa membangkitkannya kepada kehidupan surgawi dan memberinya wewenang yang besar, akhirnya melantiknya sebagai Raja dalam Kerajaan surgawi. (Matius 28:18; Roma 14:9; Penyingkapan 11:15) Korban dari Yesus memungkinkan beberapa manusia dipilih untuk memerintah bersamanya dalam Kerajaan itu. Hal itu juga membuka jalan bagi selebihnya dari umat manusia yang berhati benar untuk menikmati kehidupan sempurna di bumi yang telah dipulihkan kepada keadaan seperti firdaus. (Penyingkapan 5:9, 10; 14:1, 4; 21:3-5; 22:1-4) Salah satu hak istimewa terbesar yang kita miliki dewasa ini adalah untuk memberitahukan kabar baik yang mulia ini kepada sesama kita.—Matius 24:14.

18. Pengingat apa dan anjuran apa yang diberikan kepada keluarga-keluarga maupun pribadi-pribadi?

18 Sebagaimana diperlihatkan oleh rasul Paulus, menempuh kehidupan dengan pengabdian yang saleh mengandung janji bahwa orang-orang dapat mewarisi berkat-berkat dalam kehidupan ”yang akan datang”. Tentu, ini adalah cara yang paling baik untuk mendapatkan kebahagiaan! Ingatlah, ”dunia ini sedang berlalu dan demikian pula keinginannya, tetapi dia yang melakukan kehendak Allah tetap selama-lamanya”. (1 Yohanes 2:17) Karena itu, tidak soal saudara adalah anak atau orang-tua, suami atau istri, seorang dewasa lajang dengan atau tanpa anak, berjuanglah untuk melakukan kehendak Allah. Bahkan pada waktu saudara berada di bawah tekanan atau sedang menghadapi kesulitan yang ekstrem, jangan pernah lupa bahwa saudara adalah hamba dari Allah yang hidup. Karena itu, semoga tindakan saudara mendatangkan sukacita bagi Yehuwa. (Amsal 27:11) Dan semoga tingkah laku saudara menghasilkan kebahagiaan bagi saudara sekarang dan kehidupan abadi dalam dunia baru yang akan datang!

BAGAIMANA PRINSIP-PRINSIP ALKITAB INI MEMBANTU . . . KELUARGA SAUDARA UNTUK BAHAGIA?

Pengendalian diri dapat dipupuk.—Galatia 5:22, 23.

Dengan pandangan yang benar tentang kekepalaan, suami maupun istri mengupayakan manfaat terbaik bagi keluarga.—Efesus 5:22-25, 28-33; 6:4.

Berkomunikasi termasuk mendengarkan.—Yakobus 1:19.

Kasih kepada Yehuwa akan memperkuat perkawinan.—1 Yohanes 5:3.

Melakukan kehendak Allah adalah tujuan yang paling penting bagi keluarga.—Mazmur 143:10; 1 Timotius 4:8.

KARUNIA KELAJANGAN

Tidak setiap orang menikah. Dan tidak semua pasangan suami-istri memilih untuk mempunyai anak. Yesus melajang, dan ia mengatakan bahwa kelajangan adalah suatu karunia apabila itu adalah ”demi kerajaan surga”. (Matius 19:11, 12) Rasul Paulus juga memilih untuk tidak menikah. Ia mengatakan bahwa keadaan lajang maupun menikah adalah ’karunia’. (1 Korintus 7:7, 8, 25-28) Karena itu, meskipun buku ini sebagian besar membahas hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan dan membesarkan anak-anak, kita hendaknya tidak melupakan berkat dan upah yang dapat diterima dengan tetap melajang atau menikah namun tidak mempunyai anak.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan