PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Banjir Informasi
    Sedarlah!—1998 | 8 Januari
    • Banjir Informasi

      PADA abad ke-20 ini terdapat suatu banjir informasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Melalui bahan-bahan tercetak, liputan radio maupun televisi, Internet, atau berbagai sarana lain, dunia ini jenuh akan informasi. David Shenk menulis dalam bukunya Data Smog​—Surviving the Information Glut, ”Banjir informasi telah menjadi suatu ancaman serius. . . . Kita kini menghadapi prospek obesitas informasi.”

      Sebagai satu contoh saja, perhatikan sebuah surat kabar yang terkenal. Konon, sebuah edisi harian yang biasa dari The New York Times memuat lebih banyak informasi daripada yang pernah diperoleh orang biasa seumur hidupnya di Inggris pada abad ke-17. Namun, selain surat kabar harian, segala jenis majalah dan buku mengenai sejumlah besar subjek turut mempergencar serangan informasi yang bertubi-tubi. Puluhan ribu buku diterbitkan setiap tahun. Dan karena setiap enam tahun jumlah informasi ilmiah meningkat dua kali lipat, tidaklah mengejutkan bahwa di seluruh dunia, terdapat lebih dari 100.000 macam jurnal teknik saja. Dan Internet memungkinkan tersedianya perpustakaan informasi yang sangat besar bagi para pengguna komputer.

      Bagaimana dengan majalah? Jurnal bisnis, majalah wanita, majalah remaja, majalah olahraga dan hiburan​—ya, majalah mengenai hampir semua subjek dan minat manusia​—telah membanjiri dunia ini, semuanya menuntut perhatian kita. Bagaimana dengan peranan pengiklan, yang dengan cocok digambarkan sebagai ”tukang omong kosong”? Dalam bukunya Information Anxiety, pengarang Richard S. Wurman mengamati, ”Biro-biro periklanan telah menyerang indra kita dengan arus iklan yang menuntut untuk dilihat, didengar, dihirup, dan disentuh.” Mereka berkeras bahwa Anda membutuhkan produk yang mutakhir, produk yang telah disempurnakan, agar ”tidak kalah dengan tetangga sebelah”.

      Psikolog dan peneliti sosial asal Australia, Dr. Hugh MacKay, mengatakan bahwa ’dunia ini kewalahan dengan informasi dan orang-orang diundang untuk memasuki lintasan cepat di jalur cepat informasi’. Problemnya, menurut pandangan Dr. MacKay, adalah bahwa membeludaknya berita dan peristiwa terbaru melalui siaran radio dan televisi, disertai membeludaknya jumlah jaringan informasi lewat komputer akhir-akhir ini, telah menghasilkan suatu dunia tempat banyak orang menanggapi informasi media yang pada kenyataannya sering kali hanyalah sepotong gambaran dari suatu fakta dan peristiwa, bukan kisah selengkapnya.

      Apa Gerangan Informasi?

      Akar kata dalam bahasa Latin, informare, mengandung gagasan membentuk sesuatu, seperti halnya seorang tukang tembikar membentuk tanah liat. Oleh karena itu, beberapa definisi dari ”memberikan informasi” memberikan makna ”membentuk pikiran” atau ”membentuk atau menginstruksikan pikiran”. Kebanyakan pembaca tentunya masih ingat dengan jelas bahwa, belum lama berselang, informasi hanyalah sederetan fakta atau data yang memberi kita perincian-perincian seperti siapa, di mana, apa, kapan, atau bagaimana. Belum ada istilah-istilah khusus untuk informasi. Yang perlu kita lakukan hanyalah meminta atau mencarinya sendiri.

      Namun kini kita berada pada tahun 1990-an, dan orang-orang telah menciptakan begitu banyak istilah baru yang berkaitan dengan informasi sehingga istilah-istilah ini saja dapat membingungkan. Meskipun beberapa dari kata atau ungkapan ini relatif sederhana dan dapat dimengerti, seperti ”infomania”, ”technophilia”, dan ”era informasi”, kata-kata lain dapat menimbulkan problem serius. Dewasa ini dunia dilanda oleh infomania​—kepercayaan bahwa siapa yang memiliki informasi terbanyak memiliki keuntungan di atas orang lain yang kurang memperolehnya dan bahwa informasi bukan lagi sarana untuk mencapai suatu tujuan, melainkan adalah tujuan itu sendiri.

      Jenis mania ini didukung oleh begitu banyak sistem telekomunikasi, seperti mesin faksimile, telepon genggam, dan komputer, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai simbol dan maskot dari era informasi. Memang benar bahwa kemudahan, kecepatan, dan kekuatan komputer telah membuka akses kepada informasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya​—begitu banyaknya sehingga Nicholas Negroponte, dari Massachusetts Institute of Technology, mengatakan, ”Komputer tidak lagi dipandang sebagai sekadar komputer. Itu adalah jalan hidup.” Akibatnya, informasi berikut teknologi yang menghantarkannya dipandang sangat bernilai, bahkan diagung-agungkan, oleh begitu banyak pemujanya. Berita televisi dan tayangan peristiwa-peristiwa terbaru mendapat status seolah-olah itu adalah kebenaran mutlak, sedangkan sejumlah besar hal sepele disajikan dalam acara-acara temu wicara TV dan ditelan bulat-bulat oleh pemirsa yang sering kali naif dan tidak kritis.

      Ini disebabkan karena era informasi telah mengubah cara kita hidup dan bekerja sehingga banyak orang dewasa ini menderita ”resah karena informasi”. dalam satu atau lain bentuk. Apa tepatnya resah karena informasi? Bagaimana cara mengetahui apakah Anda telah terpengaruh? Adakah sesuatu yang dapat Anda lakukan terhadapnya?

      [Keterangan Gambar di hlm. 3]

      Bola bumi di halaman 3, 5, dan 10: Mountain High Maps® Copyright © 1997 Digital Wisdom, Inc.

  • Apa Sebabnya Orang Resah karena Informasi?
    Sedarlah!—1998 | 8 Januari
    • Apa Sebabnya Orang Resah karena Informasi?

      ”RESAH KARENA INFORMASI disebabkan oleh kesenjangan yang semakin melebar antara apa yang kita pahami dan apa yang kita pikir seharusnya kita pahami. Ini disebabkan karena tidak adanya penghubung antara data dan pengetahuan, dan ini terjadi bila informasi tidak memuat keterangan tentang apa yang ingin atau perlu kita ketahui.” Demikian Richard S. Wurman menulis dalam bukunya Information Anxiety. ”Untuk sekian lama, orang-orang tidak sadar seberapa banyak yang mereka tidak ketahui​—mereka tidak tahu apa yang mereka tidak ketahui. Namun, kini orang-orang sadar akan apa yang mereka tidak ketahui, dan ini membuat mereka resah.” Akibatnya, kebanyakan dari antara kita mungkin merasa bahwa kita seharusnya tahu lebih banyak daripada yang kita ketahui. Dengan banjir informasi yang mengadang kita, kita mengambil cuplikan data. Namun, kita sering kali tidak tahu hendak diapakan sebaiknya data tersebut. Pada waktu yang sama, kita mungkin menyangka bahwa orang-orang lain lebih tahu dan lebih paham daripada kita. Pada saat itulah kita menjadi resah!

      David Shenk berpendapat bahwa informasi yang berlebihan telah menjadi polutan yang menciptakan ”asbut data”. Ia menambahkan, ”Asbut data adalah penghalang; ia mengusir saat-saat tenang, dan menghambat renungan yang lebih dibutuhkan. . . . Ia membuat kita sangat tertekan.”

      Memang benar bahwa terlalu banyak informasi atau kelebihan materi dapat menyebabkan keresahan, namun demikian pula halnya jika kita kurang terinformasi atau, yang lebih buruk lagi, mendapat informasi yang keliru. Rasanya seperti orang yang kesepian dalam suatu ruangan yang ramai. Sebagaimana yang dinyatakan John Naisbitt dalam bukunya Megatrends, ”kita sangat berkelebihan akan informasi namun sangat berkekurangan akan pengetahuan.”

      Bagaimana Kejahatan Komputer Dapat Mempengaruhi Anda

      Penyebab keresahan lainnya adalah munculnya kejahatan komputer. Dr. Frederick B. Cohen, dalam bukunya yang berjudul Protection and Security on the Information Superhighway, menyatakan keprihatinannya, ”FBI [Biro Investigasi Federal] memperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 5 miliar dolar AS lenyap karena kejahatan komputer. Dan, yang sulit dipercaya, itu hanyalah sebagian kecil dari problem yang sesungguhnya. Kelemahan dalam sistem informasi juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan negosiasi, merusak reputasi, memenangkan konflik militer, dan bahkan melakukan pembunuhan.” Selain itu, terdapat keprihatinan yang semakin meningkat berkenaan problem akses anak-anak untuk pornografi komputer​—belum lagi serangan terhadap privasi.

      Pecandu komputer yang tidak bermoral dengan sengaja memasukkan virus ke dalam sistem komputer dan menyebabkan kekacauan. Hacker kriminal secara ilegal memasuki sistem elektronik dan mengambil informasi konfidensial, kadang-kadang bahkan mencuri uang. Kegiatan semacam itu dapat membawa pengaruh yang menghancurkan atas ribuan pengguna komputer. Kejahatan komputer adalah ancaman bagi bisnis dan pemerintah.

      Perlunya Wawasan yang Luas

      Tentu saja, kita semua perlu memiliki wawasan yang luas, namun memiliki informasi yang sangat banyak sebenarnya tidak selalu bersifat mendidik, karena banyak dari apa yang tampak sebagai informasi sebenarnya tidak lebih daripada sekadar fakta atau data mentah yang tidak relevan dengan apa yang kita alami secara langsung. Beberapa bahkan menyarankan bahwa sebaliknya daripada ”ledakan informasi”, fenomena ini mungkin lebih baik disebut ”ledakan data” atau bahkan lebih sinis lagi, ”ledakan noninformasi”. Analis ekonomi Hazel Henderson memandangnya sebagai berikut, ”Informasi itu sendiri tidak bersifat menerangkan. Kita tidak dapat memperjelas apa yang dimaksud dengan salah-informasi, tidak adanya informasi, atau propaganda, dalam lingkungan yang didominasi-media ini. Jika seseorang memusatkan perhatiannya pada informasi saja, ia akan memperoleh segudang pecahan data mentah yang tidak bermanfaat, dan bukannya mencari pola-pola pengetahuan baru yang bermanfaat.”

      Joseph J. Esposito, presiden dari Encyclopædia Britannica Publishing Group, membuat evaluasi yang terus terang ini, ”Kebanyakan informasi dalam Era Informasi ini terbuang begitu saja; tidak lebih daripada sekadar suara bising. Ledakan Informasi adalah istilah yang cocok; dentumannya menghambat kesanggupan kita untuk mendengar dengan jelas sesuatu yang penting. Jika kita tidak dapat mendengar, kita tidak tahu apa-apa.” Orrin E. Klapp memberikan analisisnya, ”Saya rasa tidak seorang pun tahu seberapa banyak komunikasi publik memasok informasi semu, yang bermaksud untuk memberitahukan sesuatu, padahal tidak memberitahukan apa-apa.”

      Anda tentu ingat bahwa banyak hal yang Anda peroleh dari pendidikan di sekolah bertujuan untuk mempelajari fakta semata-mata, supaya Anda lulus ujian. Sering kali, Anda menjejalkan fakta-fakta ke dalam otak Anda beberapa saat menjelang waktu ujian. Pernahkah Anda belajar dengan menghafal mati serangkaian panjang tanggal dalam pelajaran sejarah? Berapa banyak dari peristiwa dan tanggal ini yang dapat Anda ingat sekarang? Apakah fakta-fakta itu mengajar Anda untuk bernalar dan mencapai kesimpulan yang masuk akal?

      Apakah Lebih Banyak Itu Lebih Baik?

      Jika tidak dikendalikan dengan hati-hati, hasrat untuk selalu mendapatkan informasi tambahan dapat berakibat terbuangnya waktu, kurang tidur, memburuknya kesehatan, dan bahkan menghabiskan banyak uang. Karena meskipun lebih banyak informasi memang memberikan lebih banyak pilihan, ini dapat membuat si pencarinya merasa resah, jangan-jangan ia belum memeriksa atau memperoleh semua informasi yang tersedia. Dr. Hugh MacKay memberikan peringatan ini, ”Sebenarnya, informasi bukanlah jalan menuju pencerahan. Informasi itu sendiri tidak memberikan penerangan sehubungan dengan makna dari kehidupan kita. Informasi nyaris tidak ada kaitannya dengan perolehan hikmat. Sebenarnya, seperti barang milik lainnya, ini benar-benar dapat menghalangi jalan untuk memperoleh hikmat. Kita bisa terlalu banyak tahu, sebagaimana halnya kita bisa terlalu banyak harta.”

      Sering kali, orang-orang terlalu dibebani, bukan hanya oleh banyaknya informasi yang tersedia dewasa ini namun juga oleh perasaan frustrasi karena mencoba untuk mengubah informasi menjadi sesuatu yang dapat dimengerti, penuh arti, dan benar-benar informatif. Ada yang mengatakan bahwa kita dapat ”seperti orang kehausan yang dihukum untuk minum dari hidran (pipa air pemadam kebakaran) dengan sebuah bidal. Jumlah yang besar dari informasi yang tersedia dan caranya itu disampaikan sering kali menjadikan kebanyakan dari informasi itu tidak berguna bagi kita”. Maka, cukup-tidaknya informasi yang dibutuhkan harus ditinjau, bukan dari segi jumlah, namun dari segi mutu dan kegunaan informasi tersebut bagi kita secara pribadi.

      Bagaimana Dengan Transfer Data?

      Ungkapan lain yang umum terdengar dewasa ini adalah ”transfer data”. Ini merujuk pada penyampaian informasi secara elektronik. Meskipun ini memiliki kegunaannya sendiri, ini bukan komunikasi yang baik dalam arti sepenuhnya. Mengapa tidak? Karena kita memberikan tanggapan terbaik, bukan pada mesin, melainkan kepada manusia. Pada transfer data, tidak ada ekspresi muka yang tampak dan tidak ada kontak mata maupun gerak-gerik, padahal inilah yang sering kali memperkuat percakapan dan menyampaikan perasaan. Dalam percakapan berhadapan muka, faktor-faktor ini menambah dan sering kali memperjelas kata-kata yang digunakan. Transfer elektronik maupun telepon seluler yang semakin populer tidak dapat menyediakan satu pun dari bantuan-bantuan yang berharga ini. Bahkan kadang-kadang percakapan berhadapan muka pun tidak menyampaikan secara persis apa yang ada dalam benak si pembicara. Si pendengar boleh jadi menerima dan memproses kata-kata dengan caranya sendiri serta menarik makna yang keliru darinya. Betapa jauh lebih besar bahayanya jika si pembicara tidak terlihat!

      Sudah merupakan kenyataan hidup yang menyedihkan bahwa, karena begitu banyaknya waktu yang dihabiskan di depan layar komputer dan televisi, orang-orang menjadi terasing dari sesama anggota keluarga di rumahnya sendiri.

      Pernahkah Anda Mendengar tentang Teknofobia?

      ”Teknofobia” pada dasarnya berarti ”rasa takut kepada teknologi”, termasuk penggunaan komputer dan peralatan elektronik yang serupa. Beberapa orang percaya bahwa ini adalah salah satu dari keresahan paling umum yang dihasilkan oleh era informasi. Sebuah artikel dalam The Canberra Times, yang berdasarkan pada sebuah terbitan Associated Press, berbunyi, ”Para Eksekutif Jepang Takut Terhadap Komputer.” Dikatakan mengenai seorang direktur eksekutif sebuah perusahaan besar di Jepang, ”[Ia] memiliki kuasa dan prestise. Tetapi sewaktu duduk di depan sebuah komputer, ia menjadi sangat gugup.” Menurut sebuah survei terhadap 880 perusahaan Jepang, hanya 20 persen dari eksekutif mereka yang dapat menggunakan komputer.

      Teknofobia dikobarkan oleh bencana-bencana besar seperti matinya jaringan telepon di New York City yang melumpuhkan bandara setempat selama beberapa jam pada tahun 1991. Dan bagaimana dengan kecelakaan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Pulau Three Mile di Amerika Serikat pada tahun 1979? Para operatornya membutuhkan beberapa jam yang kritis sebelum dapat memahami makna dari tanda-tanda alarm yang dikendalikan komputer.

      Ini hanya segelintir contoh tentang bagaimana teknologi dari era informasi telah mempengaruhi umat manusia secara dramatis. Dalam bukunya, Dr. Frederick B. Cohen mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah pikiran ini: ”Apakah Anda pernah ke bank akhir-akhir ini? Jika komputernya macet, dapatkah Anda mengambil uang di sana? Bagaimana dengan pasar swalayan? Apakah mereka dapat menghitung barang belanjaan Anda tanpa komputer kasir mereka?”

      Barangkali Anda sendiri pernah mengalami satu atau lebih dari situasi rekaan ini:

      • Alat rekam video (VCR) baru Anda tampaknya memiliki terlalu banyak tombol sewaktu Anda ingin memilih acara yang Anda ingin rekam. Entah Anda dengan tersipu-sipu meminta keponakan Anda yang berusia sembilan tahun untuk menyalakan VCR itu untuk Anda atau Anda memutuskan bahwa Anda toh tidak perlu melihat acara tersebut.

      • Anda sangat membutuhkan uang. Anda pergi ke mesin ATM terdekat namun kemudian tiba-tiba ingat bahwa sewaktu terakhir kali Anda menggunakannya, Anda menjadi bingung dan menekan tombol yang salah.

      • Telepon kantor berdering. Ternyata itu salah sambung. Itu sebenarnya untuk bos Anda di lantai atas. Ada cara yang cukup mudah untuk mentransfer panggilan itu, namun, karena merasa tidak yakin, Anda memutuskan untuk membiarkan operator penghubung telepon yang mentransferkan panggilan itu.

      • Panel instrumen dari mobil yang baru Anda beli mirip seperti panel instrumen dari kokpit sebuah pesawat jet modern. Tiba-tiba, sebuah lampu merah menyala, dan Anda menjadi gugup karena Anda tidak tahu apa yang ditunjukkan olehnya. Kemudian Anda harus memeriksa buku perincian instruksinya.

      Ini hanya segelintir contoh teknofobia. Kita dapat yakin bahwa teknologi akan terus mengembangkan peralatan yang lebih canggih, yang pasti dianggap sebagai ”mukjizat” oleh orang-orang dari generasi sebelumnya. Setiap produk terbaru yang memasuki pasar menuntut semakin banyak keahlian agar dapat digunakan secara efektif. Buku-buku petunjuk, yang ditulis oleh para pakar dengan menggunakan jargon mereka,a menjadi buku yang menakutkan bila si penulis berasumsi bahwa pembaca memahami kosakatanya dan memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu.

      Teoretikus informasi Paul Kaufman meringkaskan keadaannya sebagai berikut, ”Masyarakat kita memiliki gagasan tentang informasi yang, meskipun memikat, pada akhirnya cenderung menghambat produktivitas. . . . Satu alasan adalah bahwa terlalu banyak perhatian telah difokuskan pada komputer dan perangkat keras, sebaliknya daripada kepada orang-orang yang sebenarnya menggunakan informasi agar berhasil memahami dunia dan melakukan hal-hal yang berguna untuk satu sama lain. . . . Problemnya bukan bahwa kita mengagung-agungkan komputer melainkan bahwa kita kurang memperhatikan manusia.” Tampaknya, manusia terlalu asyik mengejar kemuliaan dengan menghasilkan teknologi baru yang luar biasa, sehingga sering kali membuat orang berharap-harap-cemas akan penemuan berikutnya. Edward Mendelson mengatakan, ”Para pengkhayal teknologi tidak akan pernah dapat mengenali perbedaan antara yang layak dan yang memikat hati. Jika sebuah mesin dapat dibuat untuk melakukan beberapa tugas yang luar biasa rumit, maka si pengkhayal berasumsi bahwa tugas tersebut pantas dilakukan.”

      Pengabaian unsur manusia dalam teknologi inilah yang telah membuat orang merasa resah karena informasi.

      Apakah Produktivitas Benar-Benar Menjadi Lebih Baik?

      Kolumnis Paul Attewell, yang menulis dalam The Australian, mengomentari penelitiannya sehubungan dengan berapa banyak waktu dan uang yang telah dihemat oleh komputer selama tahun-tahun belakangan ini. Berikut ini beberapa pandangannya yang bagus, ”Meskipun telah sekian tahun berinvestasi dalam sistem komputer yang dirancang untuk menangani tugas-tugas administratif dan untuk mengendalikan biaya, banyak universitas mendapati bahwa staf administrasi mereka terus bertambah. . . . Selama beberapa dekade, para produsen komputer menyatakan bahwa teknologi yang mereka jual akan menghasilkan terobosan besar-besaran dalam produktivitas, memungkinkan sejumlah pekerjaan administrasi dilakukan oleh jauh lebih sedikit pekerja dengan biaya yang jauh lebih rendah. Sebaliknya, seraya kita mulai menyadarinya, teknologi informasi telah menghasilkan suatu pengalihan upaya: banyak hal baru dilakukan oleh angkatan kerja dengan jumlah yang sama atau lebih besar daripada pekerjaan yang dulunya dilakukan oleh lebih sedikit pekerja. Sering kali, sama sekali tidak ada penghematan. Sebuah contoh dari pengalihan ini adalah bahwa orang-orang menggunakan teknologi untuk memperbaiki penampilan dokumen sebaliknya daripada sekadar menghasilkan kertas kerja dengan lebih cepat.”

      Dewasa ini jalur cepat informasi, yang dapat berbahaya bagi orang-orang Kristen, tampaknya telah menjadi bagian dari kehidupan. Namun bagaimana kita dapat menghindari perasaan resah karena informasi​—setidaknya sampai taraf tertentu? Kami menyajikan beberapa saran praktis dalam artikel singkat berikut.

      [Catatan Kaki]

      a Contoh-contoh jargon komputer: log on, berarti ”dihubungkan ke sistem”; boot up, ”menyalakan atau memulai”; portrait position, ”vertikal”; landscape position, ”horizontal”.

      [Kotak di hlm. 6]

      Timbunan Sampah Informasi

      ”Sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat semakin bobrok saja. Kita sedang menyaksikan dominasi baru dari program TV yang bersifat sampah, radio yang bernapaskan kebencian, pemandu radio yang mengangkat topik-topik yang mengejutkan, gugatan ganti rugi, aksi mencari publisitas, ceramah yang sangat keras dan sarkastis. Film-film semakin beringas dan terang-terangan secara seksual. Iklan-iklan semakin heboh, semakin memaksa, dan sering kali menyerempet batas cita rasa . . . Kata-kata kotor semakin banyak digunakan, dan batas-batas sopan-santun yang umum merosot. . . . Apa yang orang-orang namakan ’krisis nilai dalam keluarga’ kita, lebih banyak kaitannya dengan revolusi informasi daripada tidak adanya respek Hollywood terhadap model keluarga tradisional.”​—Data Smog​—Surviving the Information Glut, oleh David Shenk.

      [Kotak halaman 7]

      Hikmat Cara Tradisional

      ”Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau.”​—Amsal 2:1-6, 10, 11.

      [Gambar di hlm. 8, 9]

      Banjir informasi telah disamakan dengan mencoba memenuhi sebuah bidal dari hidran

  • Bagaimana Anda Dapat Menghadapi Era Informasi
    Sedarlah!—1998 | 8 Januari
    • Bagaimana Anda Dapat Menghadapi Era Informasi

      KITA harus menerima kenyataan bahwa ada banyak aspek dari era informasi pada tahun 1990-an yang akan terus membuat kita merasa resah. Beberapa dari antaranya sukar atau tidak dapat kita kendalikan. Di pihak lain, ada langkah-langkah yang dapat kita ambil untuk menyingkirkan banyak, kalaupun tidak semua, dari keresahan demikian. Maka, kita dapat mengatakan bahwa keberhasilan untuk menghadapi era informasi merupakan sesuatu yang menantang namun memberikan imbalan.

      Penerima dan Pemberi Informasi

      Entah kita menempatkan diri dalam kategori-kategori ini atau tidak, kita semua seumur hidup adalah penerima dan pemberi informasi hingga taraf tertentu. Akan tetapi, otak kita menerima dan mengolah informasi dengan cara yang berbeda-beda. Salah satunya melibatkan kapasitas otak yang menakjubkan untuk mengolah informasi pada tingkat bawah sadar.

      Cara lain melibatkan pengolahan informasi yang dilakukan dengan sadar seperti selama percakapan. Kita memiliki kendali yang cukup besar atas jenis pengolahan informasi ini​—sebagai pemberi maupun penerima. Sehubungan dengan percakapan yang sepele, Alkitab memperingatkan tentang orang-orang yang ”bukan hanya tidak mempunyai kesibukan, tetapi juga suka bergosip dan suka mencampuri urusan orang lain, membicarakan hal-hal yang seharusnya tidak boleh mereka bicarakan”. (1 Timotius 5:13) Dengan kata lain, berhati-hatilah agar tidak menggunakan sejumlah besar waktu untuk membicarakan hal-hal sepele atau bahkan informasi yang mencelakakan. Jangan menjadi orang yang kehidupannya berkisar di seputar gosip. Waktu dan energi yang berharga dapat terbuang, dan ini dapat membuat kita dan orang-orang lain merasa resah. Boleh jadi Anda kehilangan kesempatan untuk menyerap dan menyalurkan informasi yang benar-benar membina dan sangat penting untuk dapat berhasil di dalam dunia yang bermasalah ini.

      Informasi yang dikumpulkan dengan membaca diproses pada tingkat sadar dan oleh karena itu memakan waktu yang paling lama. Keluhan bernada khawatir yang sangat umum terdengar adalah ”Saya tidak punya cukup waktu untuk membaca!” Apakah Anda merasa bahwa ada terlalu banyak yang harus dibaca dan terlalu sedikit waktu untuk melakukannya? Karena membaca pada dasarnya memakan banyak waktu, seni dan kesenangannya sering kali hilang dalam era informasi instan ini. Terlalu banyak orang membiarkan TV memonopoli waktu mereka. Namun, informasi tertulis masih merupakan cara terampuh untuk merangsang imajinasi dan menyampaikan informasi, gagasan, dan konsep.

      Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan bila ada begitu banyak bahan bacaan yang menuntut perhatian kita dan yang bersaing dengan TV, game komputer, serta kegiatan rekreasi lain? Jawabannya adalah dengan menyaring. Menyaring, memilah atau membuat prioritas terhadap apa yang perlu kita dengar, lihat, katakan, atau baca bisa menyingkirkan banyak perasaan resah yang timbul karena informasi. Penyaringan yang efektif dapat dilakukan pada dua tingkat.

      Apakah Kita Membutuhkan Begitu Banyak Hal Sepele?

      Persepsi tentang apa yang kita butuhkan sering kali dikacaukan oleh apa yang orang lain sangka kita butuhkan atau oleh keterampilan media untuk mempromosikan suatu barang sehingga kita menjadi percaya bahwa kita membutuhkan barang tersebut. Untuk mengatasi labirin informasi yang membingungkan ini, terapkan aturan dasar berikut: Bertekadlah untuk tetap sederhana! Richard S. Wurman menyatakan pendapat ini, ”Rahasia untuk mengolah informasi adalah dengan menyempitkan bidang informasi Anda pada apa yang relevan dengan kehidupan Anda . . . Menurut saya, pandangan berikut ini adalah mitos, bahwa semakin banyak pilihan yang Anda miliki, semakin tepat tindakan yang dapat Anda ambil dan semakin banyak kebebasan dapat Anda nikmati. Sebaliknya, lebih banyak pilihan tampaknya menghasilkan lebih banyak keresahan.”

      Maka sehubungan dengan membaca atau menyaksikan TV, adalah baik untuk memeriksa kebiasaan Anda. Tanyakan diri Anda: ’Apakah hal ini perlu untuk pekerjaan atau kehidupan saya? Apakah saya benar-benar perlu mengetahui semua hal sepele dan gosip tentang orang-orang yang terkenal dan yang dikatakan cantik di dunia ini? Apa pengaruhnya atas kehidupan saya jika saya tidak menyaksikan program TV ini, membaca buku ini atau majalah itu, atau menggunakan begitu banyak waktu membaca surat kabar?’ Beberapa orang telah berhasil menganalisis konsumsi bacaan dan TV mereka dan telah mengenyahkan bahan yang membuat pikiran dan juga rumah mereka berantakan. Misalnya, mereka memutuskan untuk berlangganan satu surat kabar harian saja. Toh kebanyakan surat kabar menyajikan berita pokok yang sama. Beberapa orang secara spesifik meminta agar mereka tidak menerima surat selebaran yang tidak diminta di kotak surat mereka.

      Menjaga hidup tetap sederhana dan tidak kacau merupakan anjuran dari tokoh terbesar sepanjang masa, Yesus Kristus. (Matius 6:​25-​34) Kesederhanaan dianjurkan dan disanjung di banyak kebudayaan Asia dan bahkan diakui oleh banyak orang di kebudayaan Barat sebagai jalan hidup yang lebih unggul. Penulis Duane Elgin menulis, ”Hidup lebih sederhana adalah hidup yang lebih bertujuan dan dengan sekecil mungkin penyimpangan perhatian yang tidak perlu.”

      Kini, setelah membuat prioritas terhadap konsumsi informasi sejauh itu menyangkut kebutuhan Anda, lakukan hal yang sama dengan minat, karena minat adalah daya motivasi untuk belajar. Akan tetapi, problemnya di sini adalah membedakan antara apa yang benar-benar menarik bagi Anda dan apa yang mungkin Anda pikir seharusnya menarik bagi Anda guna menyenangkan orang-orang lain​—barangkali orang-orang di tempat kerja Anda. Namun, jika Anda dapat merencanakan waktu baca dan konsumsi TV atau komputer sebagaimana Anda merencanakan kegiatan lain mana pun, Anda akan mendapati bahwa melakukannya di seputar minat yang sejati dapat membuat kehidupan lebih menyenangkan, tanpa keresahan yang tidak perlu.

      Jadi, bagaimana Anda dapat mengatasi perasaan resah yang timbul karena informasi? Boleh jadi Anda tidak akan pernah dapat menyingkirkannya sama sekali, namun mengikuti beberapa aturan sederhana yang telah kami jabarkan akan sangat membantu. Bertekadlah untuk tetap sederhana, dan klasifikasikan informasi menurut kebutuhan dan minat pribadi Anda. Waktunya akan tiba manakala segala kerumitan dalam kehidupan, termasuk perasaan resah yang timbul karena informasi, akan menjadi perkara yang lampau, namun sementara itu, tempatkanlah teknologi modern yang mengagumkan dengan sepatutnya. Manfaatkan mereka sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Jangan sampai diperbudak olehnya atau memujanya. Dengan demikian, informasi yang berguna akan membina, menganjurkan, dan bermanfaat, tanpa membuat Anda merasa resah.

      [Kotak di hlm. 11]

      Cobalah Bertukar-tambah

      ”Berhentilah berlangganan TV kabel, . . . dan gunakan [uang] yang sama per bulan untuk membeli satu atau lebih buku yang bagus. Buku bertolak belakang dengan televisi: Buku lebih lamban, menarik, menggugah, merangsang intelek, dan menggugah kreativitas.”

      ”Anda juga dapat mempertimbangkan untuk membatasi jumlah jam tertentu dalam menggunakan Internet setiap minggu, atau setidaknya menyeimbangkan jumlah waktu yang digunakan untuk Internet dengan jumlah waktu yang sama untuk membaca buku.”​—Data Smog​—Surviving the Information Glut.

      [Kotak di hlm. 12]

      Jadilah Majikan, Bukan Budak

      ”Matikan televisi. Tidak ada cara yang lebih cepat untuk merebut kendali atas ritme kehidupan Anda, perdamaian di rumah Anda, dan isi pikiran Anda selain mematikan peranti yang mengatur suasana hidup kebanyakan dari antara kita. Jutaan orang Amerika telah menemukan keheningan dan kendali yang muncul dengan menggunakan tombol OFF, belum lagi berjam-jam waktu luang yang baru diperoleh yang dengannya mereka dapat mulai melakukan beberapa dari hal-hal yang dulunya tidak pernah ada waktu untuk melakukannya.”​—Data Smog​—Surviving the Information Glut.

      [Kotak di hlm. 12]

      Berhati-hatilah terhadap Internet

      Orang-orang yang amoral menggunakan Internet untuk memuaskan penyimpangan seksual mereka dan untuk mencoba mengontak orang yang bersedia menjadi mitranya atau korban yang tidak bersalah. Ada pula yang menggunakan Internet untuk mempromosikan rencana pribadi mereka. Orang-orang yang murtad juga menciptakan situs Web untuk menjerat orang-orang yang naif.

      Perlu kewaspadaan yang luar biasa sewaktu menggunakan Internet, dan orang-tua tentu saja hendaknya dengan cermat mengawasi anak-anak mereka yang mungkin menggunakannya. Memang ada banyak sumber berguna yang dapat diperoleh, seperti perpustakaan-perpustakaan untuk riset, toko-toko buku, dan saluran-saluran berita. Misalnya, baru-baru ini Lembaga Menara Pengawal mengumumkan situs Web-nya sendiri (http://www.watchtower.org), yang berguna untuk memberikan informasi faktual mengenai Saksi-Saksi Yehuwa. Namun, seseorang harus sadar bahwa ada beberapa pengaruh yang sangat mencelakakan di internet, termasuk pornografi dan kemurtadan.

      Seorang Kristen hendaknya menyadari nasihat Paulus, ”Karena itu, tentang hal ini aku katakan dan berikan kesaksian dalam Tuan, bahwa kamu tidak lagi terus berjalan sama seperti bangsa-bangsa juga berjalan menurut pikiran mereka yang tidak mendatangkan keuntungan . . . Karena telah melampaui semua batas perasaan moral, mereka menyerahkan diri mereka sendiri kepada tingkah laku bebas untuk mengerjakan setiap jenis kenajisan dengan ketamakan. Namun kamu tidak belajar bahwa Kristus seperti itu.” (Efesus 4:​17-​20) Juga, ”Percabulan dan setiap jenis kenajisan atau ketamakan bahkan disebut pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepantasnya bagi umat yang kudus; demikian juga tingkah laku yang memalukan atau omongan yang bodoh maupun senda gurau cabul, hal-hal yang tidak pantas, tetapi sebaliknya pemberian ucapan syukur.” (Efesus 5:​3, 4) Kita harus sadar bahwa banyak situs Web telah dirancang oleh orang-orang dengan maksud yang amoral atau tidak jujur. Dan banyak situs yang mungkin tidak demikian, seperti chat group, hanyalah sekadar membuang-buang waktu. Hindarilah semua itu!

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan