PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Apa Makna Kerendahan Hati Yehuwa bagi Kita
    Menara Pengawal—2004 | 1 November
    • Apa Makna Kerendahan Hati Yehuwa bagi Kita

      DAUD adalah seorang pria yang sudah biasa menghadapi kesengsaraan. Ia menderita penganiayaan di tangan Raja Saul, ayah mertuanya yang cemburu kepadanya. Tiga kali Saul mencoba membunuhnya dengan tombak, dan selama bertahun-tahun terus memburunya sehingga Daud terpaksa menjadi buronan. (1 Samuel 18:11; 19:10; 26:20) Sekalipun demikian, Yehuwa terbukti menyertai Daud. Yehuwa tidak saja menyelamatkan dia dari tangan Saul tetapi juga dari tangan musuh-musuh lain. Oleh karena itu, kita dapat mengerti perasaan Daud, yang dinyatakan dalam mazmur, ”Yehuwa adalah tebing batuku dan bentengku dan Pribadi yang meluputkan aku. . . . Engkau [Yehuwa] akan memberiku perisai keselamatanmu, dan kerendahan hatimu, itulah yang membuat aku besar.” (2 Samuel 22:2, 36) Daud menjadi orang besar di Israel. Kalau begitu, bagaimana hal itu terkait dengan kerendahan hati Yehuwa?

      Sewaktu Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa rendah hati, tidak berarti bahwa Ia memiliki keterbatasan atau bahwa Ia takluk kepada pribadi lain. Sebaliknya, sifat yang bagus ini memperlihatkan bahwa Ia memiliki keibaan hati yang dalam terhadap manusia yang dengan tulus berupaya memperoleh perkenan-Nya, dan bahwa Ia mengulurkan belas kasihan kepada mereka. Di Mazmur 113:6, 7, kita membaca, ”[Yehuwa] merendahkan diri untuk melihat langit dan bumi, menegakkan orang kecil dari debu.” ”Merendahkan diri” di sini berarti ”membungkukkan diri untuk memandang”. (Bahasa Indonesia Sehari-hari) Jadi dari surga, Yehuwa sendiri ”membungkukkan diri”, atau ”merendahkan diri”-Nya, untuk memberikan perhatian kepada Daud, seorang pria yang tidak sempurna tetapi rendah hati dan ingin melayani Allah. Oleh karena itu, Daud meyakinkan kita, ”Yehuwa itu tinggi, namun orang yang rendah hati diperhatikannya.” (Mazmur 138:6) Belas kasihan, kesabaran, dan keibaan hati Yehuwa dalam berurusan dengan Daud hendaknya menenteramkan hati semua orang yang berupaya melakukan kehendak Allah.

      Meskipun Yehuwa sebagai Pribadi Yang Berdaulat menempati kedudukan yang tertinggi di alam semesta, Ia bersedia berurusan dengan kita masing-masing. Hal ini memberi kita keyakinan bahwa kita dapat mengandalkan bantuan-Nya yang tiada habis-habisnya bahkan dalam keadaan yang paling sulit. Kita tidak punya alasan untuk merasa takut bahwa Ia akan melupakan kita. Sehubungan dengan umat-Nya, bangsa Israel zaman dahulu, Yehuwa dengan tepat disebut sebagai pribadi ”yang mengingat [mereka] sewaktu [mereka] dalam keadaan rendah: karena kebaikan hatinya yang penuh kasih ada sampai waktu yang tidak tertentu”.​—Mazmur 136:23.

      Sebagai hamba-hamba Yehuwa pada zaman modern, kita mungkin mengalami kesengsaraan seperti Daud. Mungkin kita menghadapi ejekan orang yang tidak mengenal Allah, atau barangkali kita berjuang menghadapi kesehatan yang buruk atau sedang berkabung. Apa pun keadaan kita, jika hati kita tulus, kita dapat mendekati Yehuwa dengan berdoa, memohon belas kasihan-Nya. Yehuwa akan ”membungkukkan diri” untuk memperhatikan kita dan mendengarkan doa-doa kita. Pemazmur yang terilham menulis, ”Mata Yehuwa tertuju kepada orang-orang yang adil-benar, dan telinganya kepada seruan mereka minta tolong.” (Mazmur 34:15) Bukankah hati kita tersentuh sewaktu merenungkan sifat Yehuwa yang menyenangkan ini?

      [Gambar di hlm. 30]

      Sebagaimana Ia mendengar doa Daud, Yehuwa bersedia mendengar doa kita dewasa ini

  • Pertanyaan Pembaca
    Menara Pengawal—2004 | 1 November
    • Pertanyaan Pembaca

      Bagaimana pandangan sidang Kristen terhadap kegelojohan?

      Firman Allah mengutuk kemabukan maupun kegelojohan sebagai perilaku yang tidak sejalan bagi orang yang melayani Allah. Oleh karena itu, sidang Kristen menganggap orang yang bertabiat gelojoh sama dengan pemabuk. Pemabuk dan orang gelojoh tidak dapat menjadi bagian sidang Kristen.

      Amsal 23:20, 21 menyatakan, ”Jangan ada di antara para peminum-berat anggur, di antara para pemakan daging yang gelojoh. Karena pemabuk dan orang gelojoh akan jatuh miskin, dan kantuk akan membuat orang berpakaian compang-camping.” Di Ulangan 21:20, kita membaca tentang orang yang ”keras kepala dan suka memberontak”, yang patut dihukum di bawah Hukum Musa. Menurut ayat ini, ada dua ciri khas dari orang yang suka memberontak dan tidak bertobat itu, yakni ”gelojoh dan suka mabuk”. Jelaslah, di Israel zaman dahulu, kegelojohan dipandang sebagai praktek yang tidak berterima bagi orang-orang yang berhasrat melayani Allah.

      Namun, apa yang dimaksud dengan orang gelojoh, dan apa yang dikatakan Kitab-Kitab Yunani Kristen mengenai soal ini? Orang gelojoh didefinisikan sebagai ”orang yang bertabiat tamak dan rakus dalam soal makan dan minum”. Jadi, satu faktor, kegelojohan adalah suatu bentuk ketamakan, dan Firman Allah memberi tahu kita bahwa ”orang yang tamak” adalah jenis orang yang tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:9, 10;

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan