PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • rs hlm. 254-hlm. 259
  • Patung-Patung

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Patung-Patung
  • Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • Bahan Terkait
  • Patutkah Allah Disembah melalui Patung?
    Sedarlah!—2008
  • Dapatkah Patung Mendekatkan Saudara kepada Allah?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Benda Keagamaan
    Sedarlah!—2014
  • Pergantian Rasuli
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
Lihat Lebih Banyak
Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
rs hlm. 254-hlm. 259

Patung-Patung

Definisi: Biasanya, gambaran atau tiruan yang kelihatan dari orang-orang atau benda-benda. Patung yang dipuja adalah suatu berhala. Mereka yang melakukan ibadat di depan patung-patung sering mengatakan bahwa penyembahan mereka sebenarnya ditujukan kepada roh yang dilambangkan oleh patung itu. Penggunaan patung-patung dengan cara demikian merupakan kebiasaan dalam banyak agama yang bukan Kristen. Berkenaan dengan kebiasaan Katolik Roma, The New Catholic Encyclopedia (1967, Jil. VII, hlm. 372) mengatakan, ”Karena ibadat yang ditujukan kepada suatu patung sampai dan berakhir pada pribadi yang dilambangkan, jenis ibadat yang sama yang ditujukan kepada pribadi itu dapat ditujukan kepada patung yang melambangkan pribadi tersebut.” Bukan ajaran Alkitab.

Apa yang dikatakan Firman Allah tentang membuat patung untuk dipuja?

Kel. 20:​4, 5, TB: ”Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, [Yehuwa], Allahmu, adalah Allah yang cemburu.” (Cetak miring ditambahkan) (Perhatikan bahwa larangan itu berkenaan dengan membuat patung-patung dan sujud menyembah kepadanya.)

Im. 26:​1, TB: ”Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala [”pilar suci”, NW] janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah [Yehuwa], Allahmu.” (Patung apa pun yang di depannya orang-orang membungkuk menyembahnya, sama sekali tidak boleh didirikan.)

2 Kor. 6:16, JB: ”Bait Allah tidak memiliki kesamaan dengan berhala, dan itulah kita​—bait Allah yang hidup.”

1 Yoh. 5:21, TB: ”Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala [”allah-allah palsu”, JB].”

Apakah patung-patung boleh digunakan hanya sebagai alat bantu dalam menyembah Allah yang benar?

Yoh. 4:23, 24, TB: ”Penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Mereka yang mengandalkan patung sebagai alat bantu dalam pembaktian, tidak menyembah Allah ”dalam roh” tetapi mereka bergantung pada apa yang dapat mereka lihat dengan mata jasmani mereka.)

2 Kor. 5:7, TL: ”Perjalanan kami dengan iman, bukannya dengan penglihatan.”

Yes. 40:18, TB: ”Dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?”

Kis. 17:29, TB: ”Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.”

Yes. 42:8, TL: ”Aku ini Hua, ia itulah namaKu! kehormatanKu tiada Kuberikan kepada yang lain, atau kepujianKu kepada berhala [”patung”, TB].”

Apakah kita harus memuja ”santo-santo” sebagai perantara kepada Allah, mungkin menggunakan patung-patung mereka sebagai alat bantu dalam ibadat kita?

Kis. 10:25, 26, TB: ”Ketika Petrus masuk, datanglah Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus. Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya: ’Bangunlah, aku hanya manusia saja.’” (Karena Petrus tidak menyetujui pemujaan demikian pada waktu ia secara pribadi hadir, apakah ia akan menganjurkan kita untuk berlutut di depan patungnya? Lihat juga Penyingkapan 19:10.)

Yoh. 14:6, 14, BIS: ”Yesus menjawab, ’Akulah jalan untuk mengenal Allah dan mendapat hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui aku. Apa saja yang kalian minta atas namaku, itu akan kulakukan.’” (Di sini Yesus dengan jelas mengatakan bahwa kita dapat menghampiri Bapak hanya melalui dia dan bahwa permohonan kita harus dibuat dalam nama Yesus.)

1 Tim. 2:5, TB: ”Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.” (Di sini dinyatakan bahwa orang-orang lain tidak dapat berperan sebagai perantara bagi anggota-anggota sidang Kristus.)

Lihat juga halaman 343-345, di bawah judul ”Santo (Orang-Orang Kudus).”

Apakah para penyembah terutama memikirkan pribadi yang dilambangkan oleh sebuah patung, atau apakah ada patung-patung yang dianggap lebih unggul daripada yang lain?

Sikap para penyembah merupakan suatu faktor penting yang harus dipertimbangkan. Mengapa? Karena perbedaan penting antara sebuah ”patung” dan ”berhala” terletak pada cara patung itu digunakan.

Dalam pikiran seorang penyembah, apakah patung seseorang mempunyai nilai yang lebih besar atau lebih penting daripada patung lain dari orang yang sama? Jika demikian, maka patung itulah, bukan orangnya, yang terutama ada dalam pikiran seorang penyembah. Mengapa orang-orang mengadakan perjalanan ziarah yang jauh untuk beribadat di kuil-kuil tertentu? Tidakkah karena patung itu sendiri dianggap mempunyai kekuatan ”mukjizat”? Misalnya, dalam buku Les Trois Notre-Dame de la Cathédrale de Chartres, oleh imam (canon) Yves Delaporte, kita diberi tahu tentang patung dan gambar Maria di katedral di Chartres, Prancis, ”Gambar dan patung ini, yang dipahat, dilukis atau tampak pada jendela-jendela kaca berwarna, tidak sama kemasyhurannya. . . . Hanya tiga yang benar-benar menjadi objek penyembahan: Ibu Kita di Ruang Bawah Tanah, Ibu Kita pada Tiang, dan Ibu Kita ’Belle Verriere’.” Namun, seandainya para penyembah terutama memikirkan pribadi tersebut, bukan patungnya, patung yang satu dapat dianggap sama baiknya dengan patung yang lain, bukan?

Bagaimana pandangan Allah terhadap patung-patung yang dipuja?

Yer. 10:14, 15, TB: ”Setiap pandai emas menjadi malu karena patung buatannya. Sebab patung tuangannya itu adalah tipu, tidak ada nyawa di dalamnya, semuanya adalah kesia-siaan, pekerjaan yang menjadi buah ejekan.”

Yes. 44:13-19, TB: ”Tukang kayu merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan selanjutnya ditempatkan dalam kuil. Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar. Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya. Setengahnya dibakarnya dalam api dan di atasnya dipanggangnya daging. Lalu ia memakan daging yang dipanggang itu sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil berkata: ’Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan api.’ Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: ’Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!’ Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami. Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: ’Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?’”

Yeh. 14:6, TB: ”Beginilah firman Tuhan [Yehuwa]: Bertobatlah dan berpalinglah dari berhala-berhalamu [”segala berhala tahimu”, TL] dan palingkanlah mukamu dari segala perbuatan-perbuatanmu yang keji.”

Yeh. 7:20, TB: ”Mereka menghiasi dirinya dengan emas dan peraknya dan kepermaian perhiasan ini membawa mereka dalam kecongkakan. Dari emas dan perak itu mereka membuat patung-patungnya yang keji dan dewa-dewanya yang menjijikkan; oleh sebab itu Aku akan menjadikan emas dan peraknya cemar bagi mereka.”

Bagaimana seharusnya perasaan kita terhadap patung apapun yang mungkin pernah kita puja?

Ul. 7:25, 26, TB: ”Patung-patung allah mereka haruslah kamu bakar habis; perak dan emas yang ada pada mereka janganlah kauingini dan kauambil bagi dirimu sendiri, supaya jangan engkau terjerat karenanya, sebab hal itu adalah kekejian bagi [Yehuwa], Allahmu. Dan janganlah engkau membawa sesuatu kekejian masuk ke dalam rumahmu, sehingga engkaupun ditumpas seperti itu; haruslah engkau benar-benar merasa jijik dan keji terhadap hal itu [”benar-benar jijik dan benci terhadapnya”, NW].” (Meskipun umat Yehuwa dewasa ini tidak berhak untuk menghancurkan patung-patung milik orang lain, perintah kepada orang Israel ini merupakan suatu pola berkenaan dengan bagaimana seharusnya pandangan mereka terhadap patung apa pun yang mereka miliki atau, yang mungkin pernah mereka puja. Bandingkan Kisah 19:19.)

1 Yoh. 5:21, TB: ”Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala [”allah palsu”, JB].”

Yeh. 37:23, TB: ”Mereka tidak lagi menajiskan dirinya dengan berhala-berhalanya . . . mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahnya.”

Apa pengaruh penggunaan patung-patung dalam ibadat atas masa depan kita sendiri?

Ul. 4:25, 26, TB: ”Apabila . . . kamu berlaku busuk dengan membuat patung yang menyerupai apapun juga [”berhala”, Kx], dan melakukan apa yang jahat di mata [Yehuwa], Allahmu, sehingga kamu menimbulkan sakit hati-Nya, maka aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini, . . . pastilah kamu punah.” (Pandangan Allah tidak berubah. Lihat Maleakhi 3:5, 6.)

1 Kor. 10:14, 20, TB: ”Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! . . . Persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.”

Why. 21:8, TB: ”Orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua [”kematian yang kekal”, ctk. JB].”

Mz. 115:4-8, TB: ”Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.”

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan