PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb12 hlm. 88-163
  • Norwegia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Norwegia
  • Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2012
  • Subjudul
  • BENIH KERAJAAN BERBUAH
  • MENJANGKAU BAGIAN-BAGIAN LAIN NORWEGIA
  • PARA PERINTIS YANG PERTAMA
  • MEMPERKUAT PERSAUDARAAN
  • BEKERJA LEBIH KERAS SEBELUM 1914
  • KEMAJUAN, LALU MASALAH
  • SEMANGAT BARU
  • PENGORGANISASIAN YANG LEBIH BAIK DAN FASILITAS BARU
  • ORGANISASI SAKSI-SAKSI YANG AKTIF
  • KEMAJUAN YANG BAGUS DI BERGEN
  • PARA PENGABAR YANG BERSEMANGAT DI OSLO
  • ”MEMILIKI KECENDERUNGAN YANG BENAR UNTUK KEHIDUPAN ABADI”
  • ”MEREKA MULAI BERMUNCULAN!”
  • PERAHU-PERAHU TURUT MENGUMPULKAN KUMPULAN BESAR
  • SAUDARI PERINTIS YANG BERSEMANGAT
  • MENGGEMBALAKAN DOMBA-DOMBA ALLAH
  • PERANG DUNIA II MENGGUNCANG NORWEGIA
  • PENYITAAN, PENANGKAPAN, DAN PELARANGAN
  • BERHIMPUN DI BAWAH PELARANGAN
  • BEKERJA DI BAWAH TANAH
  • MEREKA TERUS MENGABAR
  • BERSATU DALAM DINAS YEHUWA
  • ORGANISASI YEHUWA BERGERAK MAJU
  • MENINGKATKAN DINAS PERINTIS
  • ”PENJALA MANUSIA”
  • ”KAMI MELAKSANAKAN PEKERJAAN PENTING”
  • TONGGAK SEJARAH DI BIDANG HUKUM
  • KEBAKTIAN-KEBAKTIAN YANG PENUH KENANGAN
  • ”MEMBERI KESAKSIAN ITU URAT NADI KITA”
  • MENGURUS DOMBA YEHUWA
  • ORANG SAMI MENYAMBUT KABAR BAIK
  • TAHUN-TAHUN PENUH ANTISIPASI
  • KANTOR CABANG YANG BARU
  • MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN BALAI KERAJAAN
  • ”PERSAUDARAAN TELAH DIPERKUAT”
  • KEGIATAN DI BETEL MENINGKAT
  • MELAYANI DI TEMPAT YANG LEBIH MEMBUTUHKAN
  • MEMBERI KESAKSIAN DALAM BAHASA-BAHASA LAIN
  • PANITIA PENGHUBUNG RUMAH SAKIT
  • MENANGKAL SERANGAN MEDIA YANG KEJI
  • ”SIAP MENGHADAPI HARI YEHUWA”
  • DIBESARKAN SEBAGAI SAKSI YEHUWA
  • MENATAP KE DEPAN DENGAN IMAN KEPADA YEHUWA
Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2012
yb12 hlm. 88-163

Norwegia

PRIA muda di atas geladak kapal itu memandang pesisir Norwegia dengan penuh harap. Ia bernama Knud Pederson Hammer. Knud, yang sebelumnya seorang rohaniwan gereja Baptis di North Dakota, AS, menjadi salah seorang Siswa-Siswa Alkitab (kini dikenal sebagai Saksi-Saksi Yehuwa). Sekarang, pada tahun 1892, ia pulang ke negeri asalnya untuk mengabar kepada teman-teman serta kerabatnya.

Sebagian besar dari dua juta penduduk Norwegia adalah anggota Gereja Negara Lutheran. Knud sangat ingin membantu orang-orang Norwegia yang tulus untuk mengenal Allah yang benar, Yehuwa, dan membantu mereka memahami bahwa Allah yang pengasih ini tidak menyiksa para pedosa dalam neraka yang menyala-nyala. Ia juga ingin memberi tahu mereka tentang datangnya Pemerintahan Seribu Tahun Kristus, saat bumi ini akan menjadi firdaus.

Seraya kapal mendekati pantai, Knud memandangi pegunungan serta lembah-lembah dari daratan yang indah ini​—negeri yang panjang dan sempit dengan gunung-gunung tinggi yang berselimutkan salju, fyord-fyord yang dalam, dan hutan-hutan yang luas. Ia sadar, pasti sulit menjangkau kawasan yang terpencar-pencar mengingat hanya ada sedikit jalan dan jembatan. Meskipun kebanyakan orang Norwegia tinggal di kota-kota yang semakin luas, yang lain-lain tinggal di daerah-daerah terpencil, di desa-desa nelayan, atau di ratusan pulau yang bertaburan di sepanjang pesisir. Hasil dari pengabaran Knud serta pertumbuhan ibadat sejati di Norwegia di bawah tantangan berat merupakan kisah yang sungguh menguatkan iman dan menggugah umat Allah di mana-mana.

BENIH KERAJAAN BERBUAH

Meski beberapa orang di Skien, kampung halaman Knud, berminat pada beritanya, ia tidak bisa terus menyertai mereka karena harus pulang ke keluarganya di Amerika Serikat. Namun pada 1899, ia kembali lagi ke Norwegia, kali ini atas permintaan Charles T. Russell, yang mengawasi pekerjaan Siswa-Siswa Alkitab ketika itu. Saudara Russell ingin agar Knud mendirikan sebuah sidang di Norwegia. Knud membawa beberapa buku Millennial Dawn (belakangan disebut Studies in the Scriptures) jilid satu dan dua, yang telah diterjemahkan ke bahasa Dansk-Norsk. (Ketika itu, abjad Norsk mirip dengan abjad Dansk, dan publikasi dapat dibaca di Denmark maupun di Norwegia.) Knud memberi kesaksian kepada banyak orang dan menempatkan banyak buku, tetapi beberapa lama kemudian ia lagi-lagi harus pulang ke Amerika Serikat.

Pada tahun berikutnya, Ingebret Andersen, yang tinggal di dekat Skien, memperoleh buku yang kala itu disebut The Plan of the Ages, kemungkinan besar salah satu yang telah dibawa Knud ke Norwegia. Ingebret sudah lama berminat pada ”kedatangan kedua” Kristus. Kini, ia dan istrinya, Berthe, sangat menyukai apa yang mereka baca. Tak lama kemudian, Ingebret mulai memberi kesaksian kepada yang lain. Ia bahkan pergi ke pertemuan-pertemuan agama untuk memberi tahu orang-orang tentang Pemerintahan Seribu Tahun Kristus. Belakangan, ia mengunjungi orang-orang yang berminat, dan segera terbentuklah sidang aktif yang beranggotakan sedikitnya sepuluh Siswa Alkitab di Skien.

Sewaktu Knud mendengar dari seorang kerabat tentang sidang kecil di Skien itu, ia kembali ke Norwegia pada 1904 untuk mencari Ingebret. Knud mendekati seorang pria di jalan dan bertanya, ”Apakah di sini ada yang bernama Ingebret Andersen?” ”Ada,” jawab pria itu, ”sayalah orangnya.” Knud begitu senang sampai-sampai ia langsung membuka kopernya di tengah jalan untuk memperlihatkan buku-buku yang ia bawa. Ingebret, tentu saja, senang sekali karena bertemu Knud dan melihat begitu banyak lektur.

Knud dengan penuh semangat memberi tahu rekan-rekan seiman sebangsanya tentang organisasi dan pekerjaan pengabaran. Sekembalinya ia ke keluarganya, yang ketika itu tinggal di Kanada, Sidang Skien telah sangat teranjurkan untuk terus membuat kemajuan.

MENJANGKAU BAGIAN-BAGIAN LAIN NORWEGIA

Pekerjaan pengabaran di Norwegia mendapatkan dukungan tambahan pada 1903 dengan tibanya tiga kolportir (pengabar sepenuh waktu) yang bersemangat​—Fritiof Lindkvist, Viktor Feldt, dan E.R. Gundersen. Fritiof menetap di ibu kota, Kristiania (sekarang disebut Oslo), dan pada 1904 rumahnya menjadi kantor Lembaga Menara Pengawal, tempat mengurus pesanan lektur dan langganan untuk Zion’s Watch Tower.

Di akhir 1903, ketika Saudara Gundersen sedang mengabar di Trondheim, Norwegia bagian tengah, ia memberi kesaksian kepada Lotte Holm, yang menerima beberapa lektur. Belakangan, wanita ini pulang ke daerah Narvik, di atas Lingkaran Arktik, dan menjadi penyiar pertama di Norwegia bagian utara. Setelah itu, Viktor Feldt pergi ke Narvik dan membantu dua pasang suami istri untuk menjadi Siswa-Siswa Alkitab. Mereka menghubungi Lotte, dan tak lama kemudian kelompok kecil ini berkumpul secara teratur untuk belajar Alkitab. Adik perempuan Lotte, Hallgerd, juga menerima kebenaran, dan belakangan mereka berdua melayani sebagai perintis yang bersemangat di berbagai bagian Norwegia.

Saudara Feldt dan Saudara Gundersen mendapatkan tanggapan yang sangat baik atas pengabaran mereka di Bergen pada 1904 dan 1905. Zion’s Watch Tower terbitan 1 Maret 1905 melaporkan, ”Seorang rohaniwan terkemuka dari gereja Free Mission [di Bergen] telah benar-benar yakin dengan terang kebenaran, dan ia sekarang membagikan Injil yang lengkap dan sejati itu ke hadirinnya yang selalu berjumlah besar dan penuh perhatian.”

Rohaniwan itu adalah Theodor Simonsen, yang belakangan dipecat dari Gereja Free Mission karena mengajarkan kebenaran-kebenaran baru yang menakjubkan yang dipelajarinya dari publikasi kita. Gereja itu rugi, tetapi Siswa-Siswa Alkitab beruntung. Di kalangan umat Yehuwa, Theodor sangat dikasihi dan adalah pembicara yang baik. Belakangan, ia menetap di Kristiania, di mana ada sebuah sidang Siswa-Siswa Alkitab yang sedang berkembang.

PARA PERINTIS YANG PERTAMA

Sekitar 1905, ada sidang Siswa-Siswa Alkitab di empat kota: Skien, Kristiania, Bergen, dan Narvik. Tak lama kemudian, beberapa penyiar yang bersemangat mulai merintis dan membawa kabar baik ke banyak bagian lain di negeri itu. Para perintis pertama itu berasal dari berbagai latar belakang yang menarik.

Saudari perintis pertama di Norwegia adalah Helga Hess. Ia yatim piatu dan tinggal di Bergen, di mana ia menjadi guru sekolah Minggu pada usia 17. Ketika mendengar Theodor Simonsen berkhotbah di gereja Free Mission tentang apa yang dipelajarinya setelah membaca salah satu buku Siswa-Siswa Alkitab, Helga tergugah minatnya dan ia pun mulai membaca buku yang sama. Ia mengundurkan diri dari guru sekolah Minggu, dan tahun 1905, pada usia 19, ia mulai menyebarkan kabar baik di Hamar dan Gjøvik.

Suatu hari di tahun 1908, sewaktu Andreas Øiseth sedang membelah kayu di perladangan keluarga dekat Kongsvinger, seorang perintis datang dan memberinya buku The Divine Plan of the Ages. Andreas, yang berusia awal 20-an, menyukai isinya dan memesan lebih banyak buku. Beberapa bulan kemudian, ia menyerahkan perladangan itu ke salah seorang adik laki-lakinya dan mulai merintis. Selama delapan tahun berikutnya, ia mengabar di hampir seluruh negeri. Mula-mula ia pergi ke utara, mengadakan perjalanan ke pedalaman naik sepeda pada musim panas dan naik kereta luncur pada musim dingin. Setelah mengunjungi Tromsø, ia pergi ke selatan dan mengerjakan daerah-daerah di sepanjang pesisir hingga ke Kristiania.

Perintis pertama lainnya adalah Anna Andersen dari Rygge, dekat Moss. Ia tadinya perwira Bala Keselamatan selama bertahun-tahun dan telah mengabdikan diri untuk membantu orang miskin. Sekitar 1907, ia membaca beberapa publikasi kita dan menyadari bahwa ia menemukan kebenaran. Di Kristiansund ia bertemu dengan perwira lain dari Bala Keselamatan, bernama Hulda Andersen (belakangan Øiseth), yang berminat pada Alkitab. Tak lama kemudian, kedua wanita itu memulai perjalanan panjang ke utara dengan kapal uap. Mereka pergi sampai ke Kirkenes, dekat perbatasan Rusia. Di sepanjang perjalanan, mereka turun di setiap pelabuhan dan menempatkan lektur. Kira-kira tahun 1912, Anna mendaftar sebagai perintis. Selama puluhan tahun, ia mengadakan perjalanan ke seluruh negeri naik perahu dan sepeda, menempatkan lektur Alkitab hampir di setiap kota di Norwegia. Ia menetap cukup lama di bagian selatan di Kristiansand. Di sana, ia memberikan dukungan yang berharga kepada sidang yang terus berkembang.

Karl Gunberg adalah perwira angkatan laut sebelum menjadi Siswa Alkitab. Ia mulai merintis ketika berusia pertengahan 30-an, kira-kira tahun 1911, dan untuk menafkahi dirinya, ia bekerja sebagai guru pelayaran. Meski bertampang serius, Karl dikenal sebagai orang yang menyenangkan dan humoris. Ia mengabar di seluruh Norwegia hingga usia lanjut, dan latar belakangnya sebagai perwira angkatan laut dan guru pelayaran terbukti sangat berguna dalam menyebarkan kabar baik, sebagaimana akan kita lihat.

MEMPERKUAT PERSAUDARAAN

Pada bulan Oktober 1905, saudara-saudari senang ketika kebaktian pertama diadakan di Kristiania. Kira-kira 15 orang hadir, dan 3 dibaptis. Pada 1906, sebuah kebaktian diadakan di Bergen, dan sejak 1909, kebaktian diselenggarakan setiap tahun, dengan pembicara dari Denmark, Finlandia, dan Swedia. Beberapa dari mereka juga mengunjungi sidang-sidang. Tugas ini sekarang dilakukan oleh para pengawas keliling.

Hal menarik pada tahun-tahun itu adalah kunjungan Saudara Russell. Pada 1909, ia mengunjungi Bergen dan Kristiania. Saudara-saudari sangat menghargai kesempatan untuk bertemu dengannya dan mendengarkan khotbah-khotbahnya! Kunjungan kedua, pada 1911, diliput oleh media massa, dan ke-61 saudara-saudari yang berkumpul untuk mendengarkan khotbah umum Saudara Russell senang karena ada 1.200 yang hadir!

Tiga tahun kemudian, Saudara Russell menugaskan Henry Bjørnestad untuk mengunjungi saudara-saudari di Norwegia dan Swedia secara teratur sebagai pengawas keliling pertama asal Norwegia.

BEKERJA LEBIH KERAS SEBELUM 1914

Sarana mengabar yang efektif tersedia pada 1910 dalam bentuk serangkaian risalah yang disebut Peoples Pulpit. Sarana ini membantu lebih banyak Siswa Alkitab untuk berperan aktif dalam pekerjaan pengabaran. Karena ingin sekali menyingkapkan kekeliruan agama dan menjelaskan kebenaran Alkitab, saudara-saudari membagikan ribuan risalah secara cuma-cuma, sering kali dengan menyisipkannya dalam surat kabar.

Siswa-Siswa Alkitab ingin sekali mengetahui apa yang bakal terjadi pada 1914. Buku The Time Is at Hand (jilid kedua seri Millennial Dawn) menjelaskan bahwa zaman Orang Kafir akan berakhir pada 1914 dan akan ditandai oleh kekacauan dan anarki, dan setelah itu Kerajaan Allah akan mulai mengambil alih kendali. Siswa-Siswa Alkitab juga berharap bahwa para ahli waris bersama Kristus kemudian akan menerima pahala surgawi mereka.

Hal ini sering menjadi topik percakapan. Misalnya, pada suatu malam pada bulan Juli 1914, Karl Kristiansen sedang bermain di orkestra kota Skien. Pada waktu rehat, ia mengatakan kepada beberapa orang di sekitarnya, ”Beberapa minggu lagi, sesuatu bakal terjadi. Mula-mula akan ada perang, kemudian revolusi, lalu anarki, dan setelah itu Kerajaan Allah akan datang.” Ketika Perang Dunia I pecah tak lama setelah itu, orang-orang mendatangi Karl dan ingin tahu lebih banyak.

Di pesisir selatan di Arendal, hanya ada satu Siswa Alkitab pada 1914. Suatu hari, saudari ini bertemu dengan Mia Apesland di jalan dan memberi tahu dia bahwa menurut Alkitab, akan ada perang pada musim gugur 1914. ”Kalau itu terjadi,” kata Mia, ”aku baru akan percaya.” Tak lama kemudian, ketika Mia melihat bahwa apa yang dikatakan saudari itu terjadi, ia memenuhi janjinya dengan menjadi Siswa Alkitab. Mia, saudari yang berbicara kepadanya, dan beberapa saudara-saudari lainnya menjadi anggota inti Sidang Arendal kala itu.

KEMAJUAN, LALU MASALAH

Ternyata, tidak semua harapan Siswa-Siswa Alkitab sehubungan tahun 1914 terwujud. Meskipun demikian, mereka tetap bersemangat melanjutkan kegiatan. Dari Desember 1914 hingga 1915, pertunjukan yang memukau ”Drama-Foto Penciptaan”, yang merupakan perpaduan slide dan film, memberi kesaksian yang efektif kepada sejumlah hadirin di Kristiania, Bergen, Trondheim, Skien, Arendal, dan Kristiansand.

Namun, tak lama kemudian, muncul beberapa problem. Fritiof Lindkvist, yang telah mengawasi pekerjaan di Norwegia selama kira-kira sepuluh tahun, mulai mengikuti jalannya sendiri, dan pada 1916 ia meninggalkan organisasi. Maka, saudara-saudara yang bertanggung jawab di Swedia dan Denmark mengawasi pekerjaan di Norwegia selama beberapa tahun setelah itu. Pada 1921, Enok Öman ditugaskan untuk mengawasi pekerjaan di Norwegia, yang ia lakukan sampai 1945.

Keresahan juga terjadi ketika C.T. Russell meninggal pada 1916 dan digantikan oleh J.F. Rutherford sebagai pengawas kegiatan Siswa-Siswa Alkitab. Karena harapan yang tidak terwujud sehubungan dengan 1914 dan karena berbagai perubahan organisasi, banyak yang meninggalkan organisasi. Hal ini terutama dirasakan di Bergen. Pada 1918, hanya satu saudara dan tujuh saudari yang tetap bergabung dengan sidang di sana. Di Trondheim, cukup banyak yang meninggalkan sidang, dan satu kelompok di Kristiania juga bubar. Tetapi, saudara-saudari yang dengan loyal mendukung organisasi tak lama kemudian merasakan berkat-berkat Yehuwa yang limpah.

SEMANGAT BARU

”Jutaan Orang yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati” adalah khotbah yang menarik perhatian yang disampaikan oleh Saudara Rutherford pada 1918. Dari 1920 hingga 1925, khotbah yang menggugah ini disampaikan di seluruh dunia. A.H. Macmillan datang dari kantor pusat di New York untuk menyampaikan khotbah itu di sejumlah kota di Norwegia. Di Kristiania, semua tempat duduk di auditorium universitas terisi, dan banyak orang tidak bisa masuk. Saudara Öman pun naik ke atas sebuah kotak di pintu masuk dan dengan suara keras mengumumkan, ”Kalau Anda kembali satu setengah jam lagi, Macmillan akan menyampaikan khotbah itu lagi!” Dan memang, orang-orang memadati ruangan untuk mendengar Saudara Macmillan berkhotbah lagi. Selama beberapa tahun setelah itu, saudara-saudara asal Norwegia menyampaikan khotbah tersebut di banyak tempat lain di seluruh Norwegia. Ribuan orang mendengarkan dengan antusias bukti Alkitab yang meyakinkan bahwa banyak orang akan selamat melewati Armagedon dan memperoleh kehidupan abadi di bumi firdaus. Banyak orang juga menerima pesan itu melalui buku kecil Millions Now Living Will Never Die!

Dari 1922 hingga 1928, Siswa-Siswa Alkitab menyebarkan ratusan ribu risalah yang berisi resolusi-resolusi yang telah disampaikan pada kebaktian-kebaktian, seperti A Challenge to World Leaders (Suatu Tantangan kepada Para Pemimpin Dunia), A Warning to All Christians (Suatu Peringatan kepada Semua Orang Kristen), dan Ecclesiastics Indicted (Kependetaan Didakwa). Banyak Siswa Alkitab pertama kali mengabar dengan menyebarkan risalah-risalah tersebut.

Tetapi, pertumbuhan agak lambat. Meskipun para perintis dan penyiar yang bersemangat mengabar dengan tekun, yang lainnya perlu dibantu agar mau lebih aktif dalam pengabaran. Selain itu, publikasi pada umumnya masih dalam bahasa Dansk, Dansk-Norsk, atau Swensk, tetapi bukan dalam bahasa Norsk. Apa yang dapat dilakukan untuk lebih menyemangati saudara-saudara?

Bulletin (sekarang Pelayanan Kerajaan Kita) terbitan April 1925 dalam bahasa Norsk memuat pengumuman yang mendebarkan: ”Kami bersama ini mengirimkan kepada Saudara terbitan pertama The Golden Age dalam bahasa Norsk. Saudara sekarang dapat mulai berlangganan.” Itu adalah The Golden Age (sekarang dikenal sebagai Sedarlah!) terbitan Maret 1925. The Golden Age berbahasa Norsk tak lama kemudian menyebar luas bukan hanya di Norwegia melainkan juga di Denmark. Pada 1936, ketika nama The Golden Age diubah menjadi Ny Verden (Dunia Baru), majalah itu memiliki 6.190 pelanggan Norwegia.

PENGORGANISASIAN YANG LEBIH BAIK DAN FASILITAS BARU

Pada bulan Mei 1925, lebih dari 500 Siswa Alkitab dari berbagai bagian kawasan Skandinavia menghadiri kebaktian di Örebro, Swedia. Di kebaktian itu, Saudara Rutherford mengumumkan bahwa Kantor Eropa Utara akan didirikan di Kopenhagen, Denmark. William Dey akan datang dari London untuk mengawasi kegiatan umat Allah di Denmark, Norwegia, Swedia, Finlandia, dan negeri-negeri Baltik. Negeri-negeri itu akan tetap memiliki pengawas setempat, dan Enok Öman akan tetap menjalankan tugas itu di Norwegia.

William Dey, asal Skotlandia, adalah saudara yang energik yang banyak berperan dalam mempercepat pekerjaan pengabaran. Sebagai pengorganisasi yang cakap, ia juga memotivasi saudara-saudara dengan wataknya yang menyenangkan dan teladannya dalam pelayanan. Selama bulan September dan Oktober 1925, ia mengadakan perjalanan ke seluruh Norwegia dan mengorganisasi kegiatan sidang sesuai dengan panduan dari kantor pusat, menggunakan bahasa Inggris dan seorang juru bahasa. Saudara Dey melayani sebagai pengawas Kantor Eropa Utara hingga Perang Dunia II.

Saudara-saudara cukup lama mencari tempat yang lebih cocok untuk kantor Norwegia. Pada 1925, seorang saudara yang mendapat warisan sejumlah uang membeli sebuah gedung tiga-lantai di Oslo dan menjualnya ke organisasi dengan separuh harga. Sungguh tepat waktu! Gedung ini sangat berguna dan dipakai hingga 1983.

ORGANISASI SAKSI-SAKSI YANG AKTIF

Pada 1931, terjadi peristiwa penting dalam sejarah hamba-hamba Allah di seluruh dunia. Pada tahun itu, mereka menggunakan nama yang baru​—Saksi-Saksi Yehuwa. ”Sewaktu menerima nama baru kami,” tulis Saudara Öman, ”kami semua bangkit berdiri dan dengan sangat bersemangat berseru ’Ja’ [Ya].” Saudara-saudari senang sekali mendapat nama berdasarkan Alkitab itu, dan mereka bertekad untuk hidup sesuai nama tersebut.

Jelaslah, Yehuwa memberkati pekerjaan pengabaran yang gigih di Norwegia. Jumlah rata-rata penyiar meningkat dari 15 pada 1918 menjadi 328 pada 1938. Umat Yehuwa bukan hanya Siswa-Siswa Alkitab; mereka adalah saksi-saksi yang aktif.

Salah satu contohnya adalah Even Gundersrud, yang dibaptis pada 1917 dan bergabung dengan Sidang Skien. Awalnya, istrinya berupaya menghalangi dia menghadiri perhimpunan dengan menyembunyikan sepatunya. Namun, Even tetap berangkat​—walau dengan kaki telanjang! Pernah, sewaktu istrinya mengunci dia di kamar tidur, dia keluar rumah melompat jendela. Apa pun yang dilakukan si istri tidak mempan untuk menghalangi dia berhimpun. Pada saat yang sama, Even terus memperlakukannya dengan baik. Istrinya mulai merasa malu karena Even pergi ke kota tanpa sepatu. Karena ingin tahu mengapa perhimpunan sangat berarti bagi suaminya, ia mulai ikut berhimpun. Belakangan, ia juga menjadi Saksi Yehuwa.

Antusiasme Sidang Skien adalah ciri khas sidang-sidang pada masa itu. Saudara-saudari di sana mengabar ke kota-kota terdekat dan daerah-daerah terpencil. Pada akhir pekan, mereka sering pergi naik truk bak terbuka atau perahu, mengabar dan menyelenggarakan perhimpunan. Tak lama kemudian, terbentuklah berbagai kelompok dan sidang baru di daerah itu. Sidang-sidang lainnya juga sibuk dengan kegiatan teokratis.

KEMAJUAN YANG BAGUS DI BERGEN

Salah satu penyiar yang aktif di daerah Bergen adalah Torkel Ringereide. Pada 1918, ia menemukan sebuah brosur yang diterbitkan oleh Siswa-Siswa Alkitab. Ia mencari Saudara Dahl, satu-satunya saudara di Sidang Bergen kala itu. Saudara Dahl mengadakan perhimpunan di rumahnya bersama anggota lain sidang itu​—tujuh saudari. Ini termasuk Helga Hess, yang disebutkan sebelumnya, yang sudah kembali ke Bergen. Torkel bergabung dengan sidang kecil itu, dan pada 1919 ia dan Helga menikah.

Torkel adalah seorang pria yang tak kenal takut dan bersuara keras. Selama bertahun-tahun, ialah satu-satunya pembicara umum di sidang itu. Biasanya, ia menyampaikan khotbah setiap hari Minggu, dengan terus terang menyingkapkan kemunafikan para pemimpin agama dan ajaran palsu mereka. Khotbah-khotbah itu sering kali diumumkan di surat kabar, dan jumlah peminat yang hadir di perhimpunan jauh melebihi jumlah Siswa-Siswa Alkitab di daerah itu.

Torkel menganjurkan hadirinnya untuk mengabarkan kebenaran. Pada 1932, Nils Raae mendengar anjuran itu. Nils telah mengenal kebenaran selama setahun, tetapi enggan untuk mulai mengabar. Sidang itu bersiap-siap mengadakan kampanye besar-besaran untuk menyiarkan buku kecil The Kingdom, the Hope of the World, dan Torkel menyampaikan sebuah khotbah tentang perlunya ambil bagian dalam pengabaran. ”Khotbah itu sangat bagus,” kata Nils, ”dan saya merasa tergugah.” Pada bagian penutup khotbah itu, Torkel mengutip kata-kata Yehuwa yang dicatat di Yesaya 6:8: ”Siapakah yang akan kuutus, dan siapakah yang akan pergi untuk kami?” Torkel kemudian mengatakan, ”Semoga kita semua, seperti Yesaya, menjawab, ’Ini aku! Utuslah aku’!” Inilah motivasi yang dibutuhkan Nils dan istrinya. Tanpa ragu-ragu, mereka mulai mengabar.

Saudara-saudari sering berkunjung ke rumah Torkel dan Helga. Mereka selalu membahas kebenaran, sehingga penyiar yang masih baru dan yang masih muda sangat termotivasi. Para penyiar di Bergen sering mengabar di daerah-daerah sekitar dengan naik perahu dan truk. Setelah itu, mereka berkumpul untuk menceritakan pengalaman dan menikmati pergaulan.

PARA PENGABAR YANG BERSEMANGAT DI OSLO

Pada tahun 1920-an dan 1930-an, pekerjaan pengabaran juga berkembang pesat di daerah Oslo. Salah satu penyiarnya adalah Olaf Skau, yang dibaptis pada 1923. Pada 1927, ia dilantik sebagai direktur dinas di sidangnya, dan selama puluhan tahun ia melayani sebagai pengawas yang penuh inisiatif dan peduli. Ia mengorganisasi pekerjaan pengabaran di Oslo dan perjalanan akhir pekan dengan bus atau truk ke daerah-daerah di sekitar ibu kota. Sering kali, ia sampai larut malam menggambar peta dan merencanakan perjalanan untuk mengabar.

Para penyiar dari Oslo mengabar di kota-kota dan daerah terpencil dari Halden dan Fredrikstad di bagian selatan Oslo hingga ke Hamar di sebelah utara, dan dari Kongsvinger di sebelah timur hingga ke Drammen dan Hønefoss di sebelah barat. Para penyiar tiba di daerah itu sekitar pukul 9.00 pagi dan mengabar dari rumah ke rumah sepanjang hari. Sering kali, mereka juga mengadakan perhimpunan umum. Kegiatan ini turut berperan dalam membentuk kelompok dan sidang baru dan sangat dihargai oleh saudara-saudari yang berjumlah sedikit di daerah-daerah itu. Selama kampanye sembilan-hari pada 1935, ke-76 penyiar di Oslo menempatkan 13.313 buku kecil, rata-rata lebih dari 175 buku per penyiar!

Istri Olaf, Esther, menderita radang sendi dan harus menggunakan kursi roda. Tetapi, rumah mereka sering menjadi tempat berkumpul saudara-saudari. Olaf biasanya memasak, sering kali menghidangkan sayap ayam yang lezat, makanan khas buatannya. Tetapi, yang paling diingat oleh banyak Saksi yang tua adalah acara kumpul-kumpul yang membina secara rohani, pembahasan Alkitab yang menarik, dan kuis-kuis Alkitab di rumah keluarga Skaus. ”Sepulangnya dari rumah keluarga Skaus, hati kami selalu dipenuhi sukacita,” kenang Ragnhild Simonsen.

”MEMILIKI KECENDERUNGAN YANG BENAR UNTUK KEHIDUPAN ABADI”

Pada tahun-tahun awal itu, orang-orang lebih religius dan memiliki lebih banyak pengetahuan Alkitab dibanding sekarang. Banyak yang bersedia untuk membahas Alkitab, dan seperti di abad pertama, ”semua orang yang memiliki kecenderungan yang benar untuk kehidupan abadi menjadi orang percaya”.​—Kis. 13:48.

Durdei Hamre adalah salah satunya. Pada 1924, wanita ini menerima sebuah buku kecil, yang langsung ia baca hingga larut malam. ”Sewaktu mau tidur, saya Pentakosta,” katanya belakangan, ”dan setelah bangun, saya Saksi Yehuwa.”

Pada pertengahan 1920-an, salah seorang dari keluarga Fjelltvedt menghadiri sebuah khotbah umum tentang api neraka dan memperoleh sebuah buku kecil tentang topik itu. Apa yang ia baca meyakinkan dia bahwa doktrin api neraka ternyata palsu. Tak lama kemudian, ketika keluarga itu sedang berkumpul di rumah mereka, ia dengan antusias menceritakan kepada tujuh saudara lelakinya dan tiga saudara perempuannya. Mereka membahas buku kecil itu hingga larut malam. Dalam waktu singkat, semua kakak-adik itu dan banyak dari teman hidup mereka menjadi Siswa-Siswa Alkitab. Belakangan, banyak dari anak-cucu mereka menjadi penyiar yang bersemangat, dan beberapa dari antaranya membawa kebenaran ke daerah-daerah lain.

Minat rohani orang-orang terlihat pada 1936, ketika M.A. Howlett dari kantor pusat di New York menjadi pembicara di kebaktian di Bergen dan Oslo. Di Bergen, 810 orang menghadiri khotbah umum, termasuk beberapa rohaniwan dan seorang uskup. Yang Saksi hanya 125 orang. Di Oslo, di mana 140 Saksi berkumpul, 1.014 orang menghadiri khotbah umum!

”MEREKA MULAI BERMUNCULAN!”

Betapa bersukacita Saksi-Saksi Yehuwa pada 1935 ketika identitas ”kumpulan besar” yang disebutkan di Penyingkapan 7:9-17 dibuat jelas. Umat Allah senang sekali mengetahui bahwa para penyembah yang berharap untuk hidup di firdaus di bumi dapat bergabung dengan kaum sisa terurap sebagai hamba-hamba Yehuwa yang berbakti. Sejak tahun itu, pekerjaan pengabaran dilakukan terutama untuk mengumpulkan orang-orang yang akan selamat melewati ”kesengsaraan besar”. Itu adalah pengumpulan penyembah sejati yang terbesar dalam sejarah umat manusia.

Pada 1935, beberapa perintis yang memiliki harapan surgawi mengabar di daerah pedesaan dekat Lillehammer. John Johansen yang berusia sepuluh tahun menyimak dengan penuh perhatian ketika para perintis itu memberi tahu keluarganya bahwa Allah akan mengubah bumi menjadi firdaus. Pada usia 13, John sangat ingin menceritakan harapannya yang membahagiakan itu sampai-sampai ia meminjam tas bapaknya dan pergi mengabar kepada para tetangga​—sendirian saja! Kini, lebih dari 70 tahun kemudian, John, bersama istrinya Edith, masih mengabar dengan penuh semangat, senang karena berpartisipasi dalam pekerjaan pengumpulan yang besar.

Suatu hari, pada tahun 1937, Olaf Rød dan seorang saudara lain sedang membahas tentang kumpulan besar di rumah Olaf. Hanya merekalah Saksi-Saksi di Haugesund, dan mereka bertanya-tanya bagaimana pengumpulan yang besar ini akan berlangsung. Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Olaf membuka pintu, dan di situ berdiri Alfred Trengereid. Ia telah menemukan dan membaca majalah Menara Pengawal dan menyukai isinya. Tanpa menunda-nunda, ia naik ke perahunya dan pergi ke Haugesund untuk memperoleh lektur dari pria yang ia tahu adalah seorang Saksi​—Olaf. Olaf terkejut. ’Wah, mereka mulai bermunculan!’ pikirnya. Dan, memang demikian, meskipun tidak semuanya dengan cara yang sama dan pada waktu yang sama. Alfred menjadi seorang saudara dan begitu pula banyak orang lainnya di daerah itu yang menyambut kabar baik Kerajaan.

PERAHU-PERAHU TURUT MENGUMPULKAN KUMPULAN BESAR

Ketika pekerjaan pengabaran pertama kali dimulai di Norwegia, penduduk yang terpencil di pulau-pulau yang tak terhitung banyaknya dan daerah-daerah pesisir yang jauh masih sangat sulit dicapai. Maka, pada 1928, kantor cabang membeli sebuah perahu motor yang cukup besar untuk menampung dua atau tiga perintis dan cukup kuat untuk menyusuri pesisir Norwegia yang medannya sulit. Tetapi, siapa yang bisa menahkodai perahu itu? Perintis berpengalaman Karl Gunberg menawarkan diri. Pengalamannya di angkatan laut dan sebagai guru pelayaran ternyata sangat berguna. Perahu pertama, yang dinamai Elihu, berangkat dari Oslo, menuju ke arah selatan, dan berhenti di pelabuhan di sepanjang pesisir. Namun, pada suatu malam yang berbadai di musim dingin tahun 1929, Elihu hancur tidak jauh dari Stavanger. Semua bersyukur karena saudara-saudara di perahu itu tiba di pantai dengan selamat.

Pada 1931, saudara-saudara mendapatkan perahu lain, yang dinamai Ester. Karl berangkat lagi, dibantu oleh dua saudara. Ester mendatangi daerah-daerah di Norwegia bagian barat dan utara selama tujuh tahun berikutnya. Pada 1932, Karl merasa bahwa ia sudah ”terlalu tua untuk berlayar”. Jadi, ia berhenti melayani sebagai perintis di laut dan mulai merintis di darat di bagian timur Norwegia dan menyerahkan perahu kepada Johannes Kårstad. Pada 1938, Ester diganti dengan perahu yang dinamai Ruth, yang digunakan hingga 1940, saat Perang Dunia II menghentikan kegiatan pengabaran di laut. Para perintis itu telah mengabar ke daerah-daerah yang jauh dan menempatkan banyak lektur. Pada 1939, kedua saudara yang menggunakan perahu Ruth, Andreas Hope dan Magnus Randal, melaporkan bahwa dalam satu tahun saja, mereka telah menempatkan lebih dari 16.000 buku besar, buku kecil, serta majalah dan telah memperdengarkan 1.072 khotbah fonograf kepada 2.531 pendengar.

Selain mendapat banyak pengalaman rohani yang menarik, saudara-saudara di perahu-perahu itu melihat pemandangan yang menakjubkan. ”Selama berhari-hari, kami berlayar ke utara,” lapor Andreas Hope, ”masuk dan keluar fyord serta mengitari dataran tinggi yang menjulang. Pemandangannya luar biasa, megah, dan alami.” Pada musim dingin, di sebelah utara Lingkaran Arktik, mereka terpesona melihat ”cahaya utara [aurora borealis] yang mengagumkan”. Dan pada musim panas, ketika siang hari lebih panjang, mereka terpukau melihat pemandangan langit yang indah.

SAUDARI PERINTIS YANG BERSEMANGAT

Pada tahun 1930-an, jumlah perintis meningkat pesat. Meskipun hidup sederhana dan tidak memiliki banyak kemudahan, mereka mengerjakan banyak daerah, memberitakan kabar baik dan menyebarkan lektur Alkitab. Semangat mereka yang tak kunjung pudar turut menghasilkan pertumbuhan di masa depan.

Misalnya, seorang wanita dari Oslo bernama Solveig Løvås (belakangan Stormyr), telah mencari kebenaran dan menghadiri berbagai pertemuan keagamaan. Pada suatu hari, ia menghadiri pertemuan Saksi-Saksi Yehuwa dan menyadari bahwa ia telah menemukan kebenaran Alkitab. Ia dibaptis pada 1933, dan dua tahun kemudian ia mengadakan perjalanan ke Norwegia bagian utara untuk melayani sebagai perintis. Meskipun ia sedikit timpang karena penyakit polio, dalam waktu enam tahun Solveig telah mengabar di sebagian besar kota, desa nelayan, dan permukiman kecil dari sebelah selatan Bodø hingga ke Kirkenes. Ribuan orang menerima lektur Alkitab. Dalam waktu satu tahun saja, Solveig memperoleh lebih dari 1.100 langganan untuk majalah kita!

Salah seorang yang sangat berminat pada berita yang disampaikan Solveig adalah Dag Jensen, seorang tukang kayu dari desa Hennes di Vesterålen. Selama bertahun-tahun, ia telah mendapatkan lektur kita dari peminat lainnya. Ketika Solveig bertemu dengan Dag, ia mengatur agar Dag berlangganan majalah. Solveig kemudian melanjutkan kesaksian ke daerah-daerah lain. Seorang diri, Dag mulai mengabar, meminjamkan lekturnya yang hanya sedikit kepada orang-orang yang berminat.

Di Pulau Andøya, Solveig mendekati sekelompok nelayan yang bertubuh besar di gubuk mereka. Ia memberikan kesaksian yang berani, memutarkan khotbah-khotbah fonograf, dan menawarkan langganan majalah. Seorang nelayan muda, Frits Madsen, berminat dan berlangganan majalah kita. Setelah Solveig selesai mengerjakan daerah itu, ia melanjutkan perjalanan. Itulah yang terjadi berulang kali​—perintis mengabar, menemukan peminat, menempatkan lektur dan memperoleh langganan, lalu meneruskan perjalanan ke daerah baru. Apa yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti semua minat ini?

MENGGEMBALAKAN DOMBA-DOMBA ALLAH

Pada bulan Januari 1939, sebuah penyelenggaraan baru bagi para pengawas keliling dimulai. Norwegia dibagi ke dalam empat zona, atau wilayah. Para pengawas wilayah (ketika itu disebut hamba zona) harus melayani di setiap tempat lebih lama daripada sebelumnya. Mereka berfokus pada membantu sidang-sidang, mengorganisasi sidang-sidang baru, dan melatih para peminat dalam pelayanan. Andreas Kvinge dilantik untuk melayani sebagai pengawas wilayah di Wilayah 4, yang membentang sejauh 2.600 kilometer, dari Florø hingga Kirkenes. Di sepanjang kawasan itu, hanya ada tiga sidang​—Trondheim, Namsos, dan Narvik. Tetapi ada juga para penyiar dan kelompok terpencil serta sejumlah pelanggan majalah yang harus dikunjungi.

Andreas mengadakan perjalanan ke utara bersama istrinya, Sigrid, biasanya dengan naik sepeda. Ia berupaya membantu para penyiar dan peminat untuk maju dalam kebenaran. Para perintis seperti Solveig Løvås memberikan kepada Andreas informasi tambahan tentang para peminat yang membutuhkan bantuan rohani. Misalnya, ia memberi tahu Andreas tentang Dag Jensen di Hennes dan Frits Madsen di Pulau Andøya.

Pada 1940, sewaktu Andreas pertama kali bertemu dengan Dag, ”ia sedang bercukur, dan wajahnya penuh sabun”, kenang Andreas. ”Saya tidak akan pernah melupakan sepasang mata yang berbinar-binar yang dikelilingi busa sabun itu. Ia sama sekali lupa bahwa ia sedang bercukur.” Andreas membantu Dag untuk membuat kemajuan rohani. Dag sangat bersemangat, dan tak lama kemudian ia membantu istrinya, Anna, dan banyak teman serta kerabatnya untuk belajar kebenaran.

Di desa Bleik di Andøya, Andreas mencari Frits Madsen, sang nelayan muda. Frits dan istrinya, dengan bantuan Andreas, menjadi anggota pertama sidang yang belakangan dibentuk di sana. Di banyak tempat lain, Andreas dan istrinya mengunjungi orang-orang yang sebelumnya telah dihubungi oleh Solveig dan para perintis lainnya yang bekerja keras. Andreas dan para pengawas wilayah lainnya mengadakan perhimpunan dan membentuk sidang-sidang. Seperti di sidang Kristen abad pertama, di Norwegia ada yang menanam, dan yang lainnya menyiram; tetapi dengan cara yang luar biasa, ”Allah yang menumbuhkannya”.​—1 Kor. 3:6.

PERANG DUNIA II MENGGUNCANG NORWEGIA

Pada bulan April 1940, Norwegia terseret ke dalam perang dunia kedua ketika pasukan Jerman menyerbu negeri itu. Setelah pertempuran 62 hari saja, seluruh negeri berada di bawah kendali Nazi Jerman. Pada saat itu, beberapa kota telah dibom habis-habisan. Beberapa hari setelah penyerbuan dimulai, para agen Gestapo menangkap pengawas cabang, Enok Öman, dan memenjarakannya selama seminggu. Setelah interogasi singkat, para petugas itu membebaskan dia. Beberapa minggu kemudian, Gestapo kembali menciduk Saudara Öman untuk diinterogasi.

Saudara-saudara khawatir bahwa tentara Nazi akan mengirim mereka ke kamp konsentrasi, sebagaimana terjadi di Jerman. Tetapi, ternyata tidak demikian, dan para penyiar terus mengabar dengan penuh tekad dan semangat. Di luar dugaan, orang-orang lebih menyambut kabar baik gara-gara perang itu, dan banyak pelajaran Alkitab di rumah (kala itu disebut pelajaran model) dimulai. Saudara-saudara masih menerima Menara Pengawal bahasa Dansk dari Denmark, sedangkan Consolation (Ny Verden) terus diterbitkan dalam bahasa Norsk. Saudara-saudara masih mengadakan perhimpunan dan kebaktian, dan, yang mengejutkan, jumlah penyiar meningkat.

PENYITAAN, PENANGKAPAN, DAN PELARANGAN

Tetapi, situasi bertambah sulit. Polisi Jerman mendatangi lagi kantor cabang, meminta lektur, dan menginterogasi Saudara Öman. Pada akhir 1940, mereka menyita buku Enemies yang berisi pernyataan tentang Fasisme dan Naziisme. Pada awal 1941, polisi menangkap dan menginterogasi beberapa perintis. Nazi Jerman dan Norwegia kadang-kadang menghadiri perhimpunan untuk memata-matai sidang. Kemudian, tentara Nazi datang ke kantor dan menyita persediaan dua buku kecil, Fascism or Freedom dan Government and Peace.

Mendadak, pada bulan Juli 1941, Gestapo memulai sebuah operasi di seluruh negeri untuk mengakhiri pekerjaan pengabaran kita di Norwegia. Lima polisi Jerman datang ke Betel, menyita lektur, dan membawa keluarga Betel ke markas besar polisi untuk diinterogasi. Saudara Öman harus melapor ke kepolisian Negara setiap hari, yang ia lakukan selama 12 minggu.

Dalam sebuah operasi yang terorganisasi dengan rapi, Gestapo menggerebek rumah saudara-saudara yang bertanggung jawab dan menyita semua lektur yang diterbitkan oleh Lembaga Menara Pengawal. Mereka mengatakan bahwa saudara-saudara bakal dikirim ke kamp konsentrasi kalau mereka tidak berhenti mengabar. Gestapo menangkap beberapa saudara dan saudari lalu menahan sebagian dari mereka selama beberapa hari.

Di Moss, polisi mendatangi rumah Sigurd Roos dan menyita lekturnya. Sigurd, istrinya, dan seorang saudara lain ditangkap. Polisi memerintahkan mereka berhenti mengabar dan menggunakan nama Yehuwa. Para penyiar itu menjelaskan bahwa mereka tidak pernah akan berhenti mengabar tentang Yehuwa dan Kerajaan-Nya. Akhirnya, polisi mengakui, ”Baiklah, kami tidak bisa merampas iman kalian.” Beberapa jam kemudian, mereka membebaskan para penyiar yang teguh hati itu.

Tentara Nazi juga mendatangi rumah Olaf Skau, di Oslo. Mereka menggeledah rumahnya dan menyita Alkitab, lektur, dan fonograf. Mereka juga menyegel lemari buku Olaf. Para petugas itu tidak menemukan kartu-kartu penyiar, yang disembunyikan di dalam oven. Belakangan, tentara Nazi kembali dengan truk dan mengangkut buku-buku itu. Pemimpinnya adalah Klaus Grossmann, seorang Untersturmführer (perwira SS Nazi) yang ditakuti. Ketika Olaf menanyakan Grossmann apa yang akan mereka lakukan dengan lektur Alkitab itu, perwira itu mengatakan bahwa mereka akan membuatnya menjadi bubur kertas.

”Tetapi, apakah Bapak tidak takut kepada Yehuwa?” tanya Saudara Skau.

”Yehuwa sebaiknya berhati-hati!” jawab perwira Nazi itu dengan sombong. Ketika tentara Nazi menyerah empat tahun kemudian, Grossmann bunuh diri.

Gestapo menangkap Andreas Kvinge di Bodø pada bulan Juli 1941 dan bertanya kepadanya di mana tempat Saksi-Saksi di Norwegia bagian utara. ”Saya tidak tahu di mana mereka sekarang,” kata Andreas dengan jujur. Bayangkan bagaimana perasaan Andreas selama interogasi itu ketika para petugas menghamburkan isi tasnya ke lantai​—kertas-kertas yang berisi nama dan alamat sidang-sidang, hamba-hamba di sidang, dan para peminat. Namun, betapa leganya Andreas karena tidak ada yang memeriksa kertas-kertas itu. Gestapo lebih berniat untuk memaksa Andreas menandatangani sebuah pernyataan yang mengakui bahwa mengabar dan menjadi Saksi-Saksi Yehuwa itu dilarang.

”Kami tahu bahwa kegiatan kami sekarang dilarang,” jawab Andreas, ”jadi, saya bisa menandatangani bahwa saya tahu itu. Namun, meski dilarang mengadakan perhimpunan dan menyebarkan majalah dan buku, kami akan terus menggunakan Alkitab dan berbicara kepada orang-orang tentang Kerajaan Allah.” Ketika jelas bahwa Andreas tidak akan berkompromi, Gestapo membebaskan dia.

Akhirnya, Nazi menyita rumah yang digunakan saudara-saudara sebagai kantor cabang. Mereka mengizinkan Saudara dan Saudari Öman tetap tinggal di situ, tetapi anggota keluarga Betel lainnya harus pergi.

BERHIMPUN DI BAWAH PELARANGAN

Ketika Nazi berupaya membasmi Saksi-Saksi Yehuwa, saudara-saudara mengadakan kegiatan teokratis mereka secara sembunyi-sembunyi. Beberapa saudara mengadakan perjalanan untuk mengunjungi dan menguatkan saudara-saudari. Søren Lauridsen, yang pernah melayani di Betel, pergi ke Norwegia bagian selatan. Dan, di Norwegia bagian utara, Andreas Kvinge tetap mengunjungi Saksi-Saksi di wilayahnya​—sambil berganti-ganti pekerjaan untuk menghindari kecurigaan. Pada 1943, Magnus Randal, yang pernah melayani sebagai perintis dengan perahu Ruth, mendapatkan alamat-alamat dari Saudara Öman dan pergi ke arah utara dengan sepeda sejauh 1.200 kilometer ke Bodø untuk menguatkan saudara-saudari.

Meskipun pemerintah melarangkan perhimpunan, saudara-saudari terus berkumpul dalam kelompok-kelompok untuk menguatkan satu sama lain. Biasanya, mereka berkumpul di rumah pribadi dalam kelompok kecil, tetapi kadang-kadang mereka berhimpun diam-diam dalam jumlah besar. Betapa senangnya mereka pada tahun 1942, ketika 280 orang menghadiri Peringatan yang diadakan di dua lokasi di Oslo, dan 90 orang ambil bagian!

Saksi-Saksi bahkan dapat menyelenggarakan kebaktian-kebaktian secara diam-diam di perladangan terpencil atau di hutan. Kebaktian yang terbesar diadakan pada 1943 di sebuah hutan dekat desa Ski. Kira-kira 180 saudara-saudari datang dari daerah sekitar Fyord Oslo. Pada waktu istirahat, sewaktu hadirin sedang menikmati makanan, tiba-tiba muncul tiga tentara Jerman yang menunggang kuda. Apa yang harus dilakukan saudara-saudari?

Seorang saudara yang bisa bahasa Jerman mendekati tentara-tentara itu. Mereka ternyata ingin pergi berenang tetapi tersesat. Tentu saja, saudara-saudara dengan senang hati menunjukkan arahnya.

”Mereka sedang apa, ya?” tanya salah seorang tentara kepada temannya sewaktu mereka pergi.

”Mungkin semacam perkumpulan paduan suara,” jawab temannya. Tentu saja, saudara-saudari tidak mengoreksi tentara-tentara itu tetapi merasa lega ketika mereka pergi memasuki hutan.

BEKERJA DI BAWAH TANAH

Banyak penyiar punya tempat-tempat baru untuk menyembunyikan lektur. Istilah ”bawah tanah” tidak lagi bermakna kiasan ketika saudara-saudara mengubur lektur dalam tanah dan mengeluarkannya saat dibutuhkan. Saudara Skau, seorang tukang listrik, menyembunyikan satu kardus buku di balik sebuah trafo di tempat kerjanya. Saudara Øiseth menyembunyikan lektur di sarang lebah, dan Saudara Kvinge punya ruang tersembunyi di dalam tong kentang.

Karena khawatir bahwa depot lektur di Harstad akan ketahuan, Saudari Lotte Holm pergi untuk mengambil semua kardus lektur. Ia naik ke sebuah perahu, dan dengan cermat menumpukkan kardus-kardus itu di dek, lalu duduk di atasnya. Pada saat perahu berangkat, Lotte cemas ketika melihat ada begitu banyak tentara Jerman di perahu. Dan, ia dengan gelisah memikirkan cara menurunkan lektur tanpa ketahuan. Namun, ia tidak perlu khawatir. Ketika perahu merapat, tentara-tentara itu merasa kasihan kepadanya karena ia sudah tua tetapi harus mengangkat begitu banyak barang berat. Maka, mereka pun membantunya menurunkan semua kardus dan bahkan membawakannya sampai ke rumah. Tentara-tentara yang sopan itu tidak tahu betapa besar manfaat dari kebaikan hati mereka bagi Saksi-Saksi kala itu.

Meski dilarang, saudara-saudara terus menyelundupkan terbitan terkini Menara Pengawal ke Norwegia dari Swedia dan Denmark. Mereka menerjemahkan artikel-artikel pelajaran ke bahasa Norsk dan membagikan majalah-majalah yang telah diketik ke seluruh penjuru negeri. Dalam suatu jaringan yang rumit, para kurir mengadakan perjalanan dengan kereta api, sepeda, atau perahu untuk menyampaikan makanan rohani yang tepat waktu itu ke Saksi-Saksi di seluruh negeri.

MEREKA TERUS MENGABAR

Pada masa perang, berkembanglah sebuah situasi yang menguji saudara-saudari di Norwegia. Ketika pekerjaan kita dilarangkan pada bulan Juli 1941, saudara-saudara disarankan untuk berhati-hati agar tidak memancing perhatian Nazi. Maka, banyak yang mengabar secara tidak resmi kepada teman dan kerabat atau mengunjungi orang-orang yang pernah mereka temui. Namun, ada saudara-saudara yang merasa bahwa pendekatan ini terlalu pasif dan tidak ada ruginya untuk mengabar dari rumah ke rumah hanya dengan Alkitab. Meski tidak ada kesesuaian tentang cara melakukan pekerjaan pengabaran, kedua kelompok bertekad kuat untuk melayani Yehuwa dengan setia di bawah tentangan.

Apa yang dapat dilakukan saudara-saudara? Karena perang, komunikasi dengan kantor pusat di New York mustahil dilakukan, sehingga kecil kemungkinan masalah itu bisa diselesaikan dengan cepat. Apakah saudara-saudara akan membiarkan perbedaan itu melemahkan iman mereka? Atau, apakah mereka akan terus mengabar sebaik mungkin dan menunggu Yehuwa dan organisasi-Nya menyelesaikan masalah itu?

Ternyata, Yehuwa memberkati dinas mereka yang setia, karena organisasi menikmati pertumbuhan yang sama pada masa perang seperti yang terjadi selama lima tahun sebelumnya. Meski ada perang, pelarangan, dan perbedaan cara mengabar, puncak penyiar meningkat dari 462 pada 1940 menjadi 689 pada 1945​—sehingga saudara-saudara sangat bersukacita!

BERSATU DALAM DINAS YEHUWA

Setelah perang berakhir tahun 1945, William Dey datang ke Norwegia pada bulan Juli dan Agustus untuk membantu saudara-saudara menata ulang kegiatan mereka. Saudara Dey menyelenggarakan pertemuan di Oslo, Skien, dan Bergen dan meminta semua saudara untuk bersatu padu dalam upaya mereka yang tulus. Ia menunjukkan bahwa mereka telah menikmati berkat Yehuwa, mengalami peningkatan, dan dapat bergerak maju dengan keyakinan bahwa Yehuwa membimbing mereka.

Pada bulan September 1945, Nathan H. Knorr, di kantor pusat, menghubungi Marvin F. Anderson, seorang saudara berusia 28 tahun asal Amerika keturunan Denmark. Ia pernah melayani di Betel di New York dan sedang melayani sebagai pengawas wilayah di Amerika Serikat. Saudara Knorr menanyakan Saudara Anderson apakah ia bersedia pergi ke Norwegia untuk mengurus beberapa hal dan tinggal di Norwegia ”selama bertahun-tahun”. Saudara Anderson setuju, meskipun baru beberapa bulan kemudian ia dapat benar-benar berangkat ke Norwegia.

Sementara itu, Saudara Knorr dan Saudara Henschel mengunjungi Norwegia pada bulan Desember 1945. Pengarahan mereka yang pengasih membantu saudara-saudara menjalin ikatan kasih dan persatuan yang kuat. Pada saat yang sama, Saudara Knorr mengumumkan bahwa Saudara Dey akan menggantikan Saudara Öman sebagai pengawas cabang. Sebulan kemudian, Saudara Anderson tiba di Norwegia, dan pada bulan Februari ia dilantik sebagai pengawas cabang. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, hamba-hamba Yehuwa di seluruh Norwegia memulai pengabaran dengan semangat baru, yakin akan berkat Yehuwa.

ORGANISASI YEHUWA BERGERAK MAJU

Ketika Marvin Anderson tiba di Norwegia, kantor cabang sedang sibuk-sibuknya. Pada bulan September 1945, para penyiar mendapat satu buku kecil dalam bahasa Norsk dan empat dalam bahasa Swensk. Bulan berikutnya, Menara Pengawal 1 Oktober 1945 diterbitkan dalam bahasa Norsk, begitu pula lebih banyak publikasi lainnya belakangan.

Ada sebuah situasi lucu yang menggambarkan pentingnya memiliki lektur dalam bahasa Norsk. Salah satu buku kecil berbahasa Swensk diberi judul Hopp​—yang dalam bahasa Swensk artinya ”harapan”. Namun dalam bahasa Norsk, ”hopp” berarti ”lompat”. Para penyiar harus menjelaskan bahwa berita harapan mereka tidak mengharuskan pembaca untuk melompat!

Ketika Saudara Anderson menjadi pengawas cabang pada 1946, kantor cabang penuh sesak, sampai-sampai ia tinggal sekamar bersama lima saudara lain. Para penghuni non-Saksi yang tinggal di gedung itu sejak era Nazi terpaksa dipindahkan agar ada cukup tempat bagi keluarga Betel yang bertambah besar.

Saudara Anderson dengan bersemangat melaksanakan tugas barunya. Kantor cabang direnovasi, dan perlengkapan baru, termasuk mesin cetak yang digerakkan dengan kaki, diperoleh. Pada 1946, sekolah baru yang menarik diperkenalkan di sidang-sidang—Sekolah Pelayanan Teokratis. Akhirnya, lebih banyak saudara bisa dilatih untuk mempersiapkan dan menyampaikan khotbah, dan tak lama kemudian banyak dari antara mereka memenuhi syarat sebagai pembicara.

Kebaktian pertama setelah perang diadakan di Oslo, Bergen, dan Trondheim pada bulan September dan Oktober 1946. Seluruhnya, di tiga tempat, 3.011 menghadiri khotbah umum ”Pangeran Perdamaian”, dan 52 yang dibaptis​—angka yang menakjubkan mengingat hanya ada 766 penyiar di Norwegia kala itu.

Pada bulan Desember 1946, setelah berhenti lebih dari lima tahun, pekerjaan wilayah dimulai lagi. Sejumlah saudara muda, yang beberapa darinya telah melayani di Betel, ditugaskan sebagai pengawas wilayah (kala itu disebut hamba para saudara). Salah satu tujuan utama mereka adalah melatih para penyiar untuk mengabar dari rumah ke rumah, dan mereka berupaya untuk bekerja sama dengan sebanyak mungkin penyiar di setiap sidang. Gunnar Marcussen, salah seorang pengawas wilayah muda kala itu, menceritakan bahwa di beberapa sidang ia bekerja sama dengan 50 sampai 70 penyiar selama kunjungan sepekan. Lambat laun, para penyiar menjadi lebih terampil dalam menyampaikan berita Kerajaan, dan mereka tidak lagi menggunakan kartu kesaksian dan fonograf, yang digunakan sejak 1930-an. Lebih banyak perhatian juga diberikan dalam hal mengadakan kunjungan kembali dan memandu pelajaran Alkitab.

MENINGKATKAN DINAS PERINTIS

Setelah perang, para penyiar dianjurkan mendaftar sebagai perintis untuk membantu para peminat yang jumlahnya semakin bertambah. Karena itu, beberapa penyiar yang telah berhenti merintis ketika pekerjaan kita dilarang pada 1941, kini kembali dalam dinas sepenuh waktu. Meski keadaan ekonomi sulit, sudah ada 47 saudara-saudari yang merintis pada akhir 1946.

Salah satu perintis itu adalah Svanhild Neraal, seorang saudari yang mengadakan perjalanan ke utara ke provinsi Finnmark pada 1946. Svanhild telah merintis di sana pada 1941 bersama Solveig Løvås dan berada di Kirkenes dan Vardø ketika kota-kota itu dibom. Svanhild tidak dapat melupakan para peminat yang ia dan Solveig jumpai, maka ia kembali ke Kirkenes, yang sudah porak poranda akibat perang. Penduduk setempat berpikir bahwa Svanhild sudah tidak waras karena pergi ke daerah itu tanpa tahu akan tinggal di mana.

Meskipun demikian, Svanhild percaya kepada Yehuwa, dan selama musim dingin yang pertama, ia tidur di lantai dapur sebuah rumah kecil yang dihuni lima orang lainnya. Keadaan pascaperang sulit sekali, dan ia mengalami banyak kesukaran. Sering kali, di bawah terpaan salju dan hujan yang dingin, ia menunggu kapal yang terlambat tiba. Terkadang, kapal tidak datang sama sekali.

Sewaktu mengabar kepada orang Sami, Svanhild mendapat banyak pengalaman yang menarik. Jika ia tidak dapat pergi ke komunitas mereka yang terpencil dengan bus, ia naik perahu atau sepeda. Orang Sami yang ramah sering mengundangnya ke tenda mereka yang terbuat dari kulit rusa dan dengan serius mendengarkan seraya ia memberi kesaksian melalui seorang penerjemah. Mereka mengundangnya ikut makan daging rusa. Beberapa yang mendengar kabar baik dari Svanhild belakangan menerima kebenaran.

Kjell Husby, yang melayani di Betel kala itu, mengatakan bahwa kantor cabang selalu tahu di mana Svanhild hanya dengan melihat alamat langganan yang ia kirimkan. Ia berada di Finnmark selama tiga tahun dan mendapatkan 2.000 langganan untuk Menara Pengawal dan menempatkan 2.500 buku kecil.

”PENJALA MANUSIA”

Setelah perang, para penyiar sidang juga dengan semangat ikut dalam pekerjaan pengabaran, dan hasilnya menggembirakan. Selama perang, Dag Jensen, yang disebutkan sebelumnya, mengabar kepada teman dan kerabat di desa kecil Hennes di Vesterålen. Banyak yang memperlihatkan minat dan belajar Alkitab dengan menggunakan lektur kita. Sewaktu perang berakhir pada 1945, Dag dibaptis. Tahun berikutnya, ketika sebuah sidang didirikan di Hennes, 16 orang dibaptis di rumah Dag. Lima tahun kemudian, sidang itu memiliki kira-kira 50 penyiar, dan pada 1971, Dag melaporkan bahwa lebih dari 20 penyiarnya telah mulai merintis.

Dag mengasihi Yehuwa dan bersemangat dalam dinas, dan itu menular. ”Sewaktu Dag berjalan menuju sebuah rumah,” kenang Åshild Rønning, yang bergabung dengan sidang itu sejak kecil, ”orang pasti melihat pembawaannya yang riang dan antusias. Rumah sepertinya dipenuhi cahaya matahari.” Anak-anak selalu merasa disemangati oleh Dag, misalnya sewaktu mereka mendapat tugas di Sekolah Pelayanan Teokratis. ”Ia membuat kita merasa bahwa apa yang kita lakukan itu penting,” kata Ashild. Karena mendapat dorongan seperti itu, Ashild sendiri mulai merintis pada 1962 dan juga merasakan sukacitanya menyampaikan ”kabar baik yang mulia dari Allah yang bahagia”, Yehuwa, kepada orang-orang lain.—1 Tim. 1:11.

Mengapa begitu banyak orang dari tempat ini menjadi Saksi-Saksi yang bersemangat? Meski kebanyakan yang tinggal di komunitas kecil ini tidak rajin ke gereja, mereka percaya kepada Allah dan Alkitab. Selain itu, banyak Saksi di komunitas itu dikenal sebagai kepala keluarga yang baik yang mendapat dukungan istri yang loyal. Salah seorang kepala keluarga seperti itu adalah Arnulf Jensen, kemenakan laki-laki dari Dag, yang dibaptis tahun 1947. Ia mencari nafkah sebagai nelayan, melaut dengan perahunya selama beberapa hari. Tetapi setiap Jumat malam, ia pulang, meskipun ikan sedang banyak-banyaknya dan nelayan lain tidak pulang karena ingin mendapatkan lebih banyak uang. Arnulf selalu mengatur agar ia ada di rumah pada akhir pekan supaya bisa menghadiri perhimpunan dan ambil bagian dalam pekerjaan pengabaran bersama istrinya dan kedelapan anak mereka—yang kesemuanya mengambil pendirian yang teguh demi kebenaran. Pada hari Sabtu dan Minggu, saudara-saudara melaksanakan amanat mereka untuk menjadi ”penjala manusia”. Mereka sering kali menggunakan perahu Arnulf untuk melakukan pekerjaan menjala secara rohani di komunitas-komunitas terpencil.​—Mrk. 1:16-18.

”KAMI MELAKSANAKAN PEKERJAAN PENTING”

Pelatihan utusan injil yang diberikan di Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal di New York telah sangat berguna bagi persaudaraan di Norwegia. Hans Peter Hemstad dan Gunnar Marcussen, yang lulus dari Gilead pada 1948, adalah dua siswa pertama dari Norwegia. Mereka ditugaskan ke Norwegia dan melayani dalam pekerjaan keliling dan di Betel, mula-mula ketika masih lajang dan belakangan bersama istri mereka. Dari 1948 hingga 2010, sekitar 45 orang dari Norwegia lulus dari Sekolah Gilead. Lebih dari separuhnya ditugaskan ke Norwegia dan melayani sebagai pengabar sepenuh waktu atau pengawas keliling atau sebagai anggota keluarga Betel.

Utusan injil lulusan Gilead pertama lainnya yang ditugaskan ke Norwegia adalah Andreas Hansen dari Denmark dan Kalevi Korttila dari Finlandia. Pada 1951, mereka diutus ke Finnmark Timur. Di sana, mereka menempuh perjalanan jauh dengan perahu, sepeda, dan ski. Sering kali, mereka membangun di atas fondasi rohani yang telah diletakkan oleh Svanhild Neraal beberapa tahun sebelumnya. Hasilnya, setelah satu tahun saja, jumlah penyiar di daerah mereka meningkat dari 3 menjadi 15!

Kjell Martinsen dari Hennes di Vesterålen lulus dari Gilead pada 1953 dan ditugaskan ke Norwegia. Pada usia 22, ia ditugaskan dalam pekerjaan keliling di Vestfold dan Telemark. Meski ia merasa tidak sanggup melayani sebagai pengawas keliling mengingat usianya sangat muda, ia mempunyai banyak kenangan yang menyenangkan tentang sambutan hangat dan kerja sama yang loyal dari saudara-saudara yang lebih berpengalaman. Kjell melayani sebagai pengawas keliling hingga 2001. Lalu, ia bersama istrinya, Jorunn, menetap di Svolvær di Lofoten untuk melayani sebagai perintis.

Karen Christensen datang dari Denmark pada 1950 untuk merintis di Egersund dan Kongsvinger. Di sana tidak ada sidang. Saudari ini mengerjakan daerah itu dengan sepeda. Setelah lulus dari Gilead pada 1954, ia diutus ke Kongsberg. Pada 1956, ia menikah dengan Marvin Anderson dan sejak itu melayani di Betel. Hingga kini, Karen telah menikmati dinas sepenuh waktu selama 60 tahun lebih. ”Kami bukan orang penting,” Karen mengakui, ”tetapi kami melaksanakan pekerjaan penting.”

TONGGAK SEJARAH DI BIDANG HUKUM

Sejak 1948 hingga 1951, peningkatannya bagus sekali. Pada 1951, ada peningkatan 29 persen jumlah rata-rata penyiar, mencapai puncak sebesar 2.066. Namun pada waktu yang sama, hamba-hamba Yehuwa di Norwegia menghadapi beberapa kesulitan hukum.

Kasus yang menarik perhatian terbesar adalah sehubungan dengan memberi kesaksian di jalan dengan Menara Pengawal. Pada bulan November 1949, beberapa penyiar yang sedang memberi kesaksian di jalan di Oslo dibawa ke kantor polisi dan beberapa jam kemudian dibebaskan. Tanpa gentar, Saksi-Saksi itu melakukan kesaksian di jalan lagi pada akhir pekan berikutnya. Kemudian, pada tanggal 6 Desember 1949, semua penyiar yang sedang memberi kesaksian di jalan di Oslo ditangkap. Mereka diberi tahu bahwa mereka tidak diperbolehkan menawarkan majalah di jalan tanpa izin polisi. Polisi mengatakan bahwa pekerjaan mereka bisa mengakibatkan kemacetan serta gangguan dan menghalangi arus lalu lintas. Tujuh penyiar diinterogasi dan dihadapkan ke pengadilan. Mereka diharuskan membayar denda kecil atau dijatuhi hukuman penjara tiga hari.

Karena hal ini bukan sekadar soal memperoleh izin polisi melainkan soal hak menjalankan kepercayaan agama mereka secara leluasa, saudara-saudara naik banding ke Mahkamah Agung Norwegia. Di surat kabar Dagbladet, juru bicara Saksi-Saksi Yehuwa, John Roos, mengemukakan bahwa kesaksian di jalan tidak pernah mengakibatkan gangguan apa pun. ”Jika penginjilan dilaksanakan di jalan tanpa mengganggu ketenteraman, tanpa menghalangi lalu lintas, dan tanpa membuat gerombolan massa,” katanya, ”apakah perlu meminta izin dari polisi? Atau, apakah kebebasan beragama memberikan kepada setiap warga hak untuk melakukan kegiatan demikian?” Sementara menunggu keputusan Mahkamah Agung, Saksi-Saksi terus melakukan kesaksian di jalan meski terus ada penangkapan dan denda yang semakin tinggi. Beberapa penyiar ditangkap hingga sepuluh kali.

Pada tanggal 17 Juni 1950, Mahkamah Agung membatalkan keputusan pengadilan kota, dan para penyiar dinyatakan tidak bersalah! Keputusan ini dan keputusan lainnya yang memenangkan Saksi meneguhkan bahwa organisasi tersebut mempunyai hak hukum di Norwegia untuk menawarkan lektur Alkitab, di jalan maupun dari rumah ke rumah, tanpa perlu meminta izin polisi.

KEBAKTIAN-KEBAKTIAN YANG PENUH KENANGAN

Pada tahun 1950-an dan 1960-an, banyak kebaktian yang penuh kenangan menguatkan organisasi dan semakin mengakrabkan Saksi-Saksi. Nathan H. Knorr dan Milton G. Henschel, dari kantor pusat, adalah dua pembicara di kebaktian nasional yang diadakan di Lillehammer tahun 1951. Delegasi-delegasi berdatangan ke kebaktian dari segala penjuru negeri. Alangkah riangnya mereka melihat 89 yang dibaptis dan 2.391 yang hadir di khotbah umum! Pada tahun-tahun berikutnya, delegasi dari Norwegia senang sekali menghadiri kebaktian internasional di London dan New York. Kemudian, pada 1955, sekitar 2.000 orang Norwegia menghadiri kebaktian internasional di Stokholm, Swedia.

Kebaktian internasional ”Firman Kebenaran” tahun 1965 di Stadion Ullevål di Oslo juga merupakan peristiwa penting. Namun kesulitan timbul karena pada malam sebelum acara kebaktian, ada pertandingan di stadion itu antara tim sepak bola nasional Norwegia melawan tim nasional lain. Sejumlah besar Saksi menunggu di luar gerbang sampai para penggemar sepak bola pergi. Mereka kemudian berduyun-duyun masuk guna mempersiapkan stadion untuk kebaktian. Mereka bekerja keras sepanjang malam—membersihkan, membuang sampah, dan mendirikan tenda-tenda konsumsi. Mereka juga mendirikan panggung, bagian untuk para pemain musik, dan sebuah gudang dan tiga pondok sebagai dekorasi—semua beratap lempengan tanah berumput. ”Mukjizat di waktu malam,” demikian surat kabar Dagbladet menggambarkannya. ”Stadion Ullevål diubah menjadi daerah pedesaan yang tenang . . . Upaya yang luar biasa oleh Saksi-Saksi Yehuwa.”

Saudara-saudari Norwegia yang ramah menampung lebih dari 7.000 orang delegasi dari luar negeri, kebanyakan dari Denmark. Perkemahan didirikan di sebuah lapangan dekat kota. Ini cocok kalau cuacanya bagus. Tetapi, ternyata hujan turun, sehingga tanah jadi berlumpur pada hari-hari pertama kebaktian. Pasti ke-6.000 orang yang tinggal di perkemahan itu mengingatnya. Ketika cuaca membaik selama dua hari terakhir, semuanya merasa lega. Meskipun cuacanya tidak menyenangkan, hadirin setempat dan yang dari luar negeri menikmati kehangatan pergaulan Kristen yang membahagiakan, dan mereka disegarkan oleh program rohani yang tepat waktu. Mereka senang sekali ada 199 orang yang dibaptis dan puncak 12.332 hadirin untuk khotbah umum yang disampaikan oleh Saudara Knorr!

”MEMBERI KESAKSIAN ITU URAT NADI KITA”

Selain memberi kesaksian dari rumah ke rumah dan di jalan, banyak saudara-saudari mendapat hasil-hasil baik ketika memberi kesaksian tidak resmi. Pada 1936, Konrad Flatøy, yang bekerja sebagai juru api di kapal, menawarkan sebuah buku kecil kepada seorang perwira kapal, Paul Bruun. Ia menerima buku tersebut dan membacanya pada malam itu juga.

”Saya pun sadar bahwa inilah kebenaran,” kata Paul, ”dan dari buku tersebut saya jadi tahu bedanya agama yang benar dengan yang palsu.” Seraya Paul belajar lebih banyak, ia mulai memberi kesaksian kepada orang-orang lain, dan selama perang, ia memberikan pelajaran Alkitab kepada seorang awak kapal yang berminat. Setelah pengetahuan Alkitab-nya bertambah, si awak kapal merasa tidak bisa lagi mengoperasikan senapan mesin di kapal. Ketika para atasan tahu tentang pendirian awak kapal itu, mereka menyuruh Paul berhenti mengajar Alkitab. Ia menolak, maka ia dan si awak kapal diturunkan di London. Sebulan kemudian, kapal itu tenggelam setelah ditembak oleh torpedo. Belakangan, awak kapal itu maju dan menjadi saudara yang terbaptis dan Paul diundang mengikuti sekolah utusan injil Gilead. Setelah lulus pada 1954, Paul diutus ke Filipina sebagai utusan injil. Setelah itu, ia kembali ke Norwegia dan melayani sebagai pengawas wilayah, dengan dukungan istrinya, Grethe.

Pada 1948, Holger Abrahamsen bekerja mengangkut para buruh mesin keruk besar di pelabuhan Narvik. Motonya adalah, ”Memberi kesaksian itu urat nadi kita; tanpa itu, kita mati.” Jadi, Holger tidak pernah melewatkan kesempatan untuk memberi kesaksian kepada para penumpang. Salah seorang penumpangnya, Olvar Djupvik, berminat dan memberi tahu tunangannya, Anne Lise, tentang harapan Firdaus. Keduanya dibaptis, dan belakangan mereka membesarkan keempat anak mereka sebagai hamba-hamba Yehuwa. Salah satu di antaranya, Hermann, melayani sebagai utusan injil di Bolivia bersama istrinya, Laila. Hermann dan Laila kembali ke Norwegia dan sekarang melayani dalam pekerjaan keliling di sana.

MENGURUS DOMBA YEHUWA

Selama 1960-an dan 1970-an, berbagai penyesuaian organisasi yang penting dibuat di kantor cabang dan di sidang-sidang. Roar Hagen menjadi hamba cabang menggantikan Marvin Anderson. Kemudian, pada 1969, Thor Samuelsen ditugaskan mengawasi cabang. Pada 1976, sebuah Panitia Cabang dilantik untuk mengawasi cabang, dan anggota-anggota pertama Panitia Cabang Norwegia adalah Thor Samuelsen, Kåre Fjelltveit, dan Niels Petersen.

Pada bulan Oktober 1972, badan penatua dibentuk untuk melayani sebagai gembala rohani di sidang-sidang. Pria-pria yang matang di sidang-sidang dibantu agar memenuhi syarat untuk menggembalakan banyak orang baru yang menerima kebenaran Alkitab. Sejak itu, Yehuwa memberkati umat-Nya dengan limpah seraya mereka melayani dengan loyal di bawah pengawasan-Nya yang pengasih.

ORANG SAMI MENYAMBUT KABAR BAIK

Selama beberapa puluh tahun, banyak perintis dan saudara lainnya telah memberitakan kabar baik kepada orang Sami, termasuk kepada para gembala rusa-kutub di pedalaman dataran tinggi Finnmarksvidda. Meski kebanyakan orang Sami berbahasa Norsk, para penyiar kadang-kadang harus menggunakan juru bahasa. Salah satu Saksi pertama yang mengabar ke mana-mana dalam bahasa Sami adalah Aksel Falsnes, keturunan campuran Sami dan bisa berbahasa Sami, Norsk, dan Suomi (bahasa Finlandia). Adik perempuannya, yang tinggal di Norwegia bagian selatan, sudah menerima kebenaran dan mengiriminya salah satu publikasi kita, yang ia baca dengan penuh minat. Ia tinggal di Troms, tetapi di bagian yang tidak ada saksi. Namun, pada 1968 beberapa perintis dan seorang pengawas wilayah mengunjungi Aksel dan membantu dia membuat kemajuan rohani.

Aksel adalah seorang penyiar yang bersemangat. Ia sering menaruh sepedanya di perahunya di pagi hari lalu menyeberangi fyord. Kemudian, ia mengunjungi komunitas-komunitas dengan sepeda. Karena bisa berbahasa Sami, Aksel dapat memberi kesaksian yang baik kepada orang Sami di daerah-daerah terpencil di Finnmark.

Aksel orang yang tangguh, dan ia sering mengadakan perjalanan jauh naik ski untuk mencapai rumah-rumah yang terpencil. Misalnya, pada suatu hari di akhir musim dingin, ia naik ski dari Karasjok menyeberangi dataran tinggi ke Kautokeino kemudian ke Alta. Yang bisa ia bawa hanyalah ransel sederhana berisi beberapa barang pribadi dan lektur. Beberapa minggu kemudian, ia tiba di rumah teman-temannya di Alta, setelah berski sejauh 400 kilometer!

Pada awal 1970-an, beberapa orang Sami masuk kebenaran. Di Hammerfest, seorang wanita Sami dan suaminya mulai belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Tak lama kemudian, beberapa kerabatnya di Alta berminat. Arne dan Marie Ann Milde, perintis istimewa di Alta, mulai memberikan pelajaran Alkitab kepada orang-orang berhati tulus ini dan sering kali ada 10 atau 12 yang ikut belajar. Akhirnya, sekitar setengahnya menjadi Saksi.

”Tidak mudah mengabar di daerah orang Sami,” kata Hartvig Mienna, seorang perintis Sami di Alta yang menggunakan kendaraan saljunya untuk menjangkau orang-orang di daerah terpencil. ”Jaraknya jauh, dan banyak orang terikat tradisi. Tetapi, mereka ramah, dan kami berhasil memulai beberapa pelajaran Alkitab.”

TAHUN-TAHUN PENUH ANTISIPASI

Jumlah penyiar terus meningkat dari pertengahan tahun 1960-an hingga pertengahan 1970-an. Namun, antisipasi mengenai 1975 menjadi ujian iman bagi beberapa saudara. Ketika kesengsaraan besar tidak tiba pada 1975, beberapa meninggalkan organisasi, dan antara tahun 1976 dan 1980, jumlah penyiar agak menurun. Yang lain-lain, karena kecewa, mengendur dalam kegiatan Kristen mereka untuk sementara. Namun, bagaimana perasaan mayoritas saudara kita tentang melanjutkan dinas mereka kepada Yehuwa?

”Ada banyak antisipasi sehubungan dengan tahun 1975,” kata Hans Jakob Lilletvedt, ”tetapi iman saya tidak bergantung pada tahun itu.”

”Kami membaktikan diri kepada Yehuwa bukan karena tanggal tertentu, maka kami terus sibuk tanpa membuat perubahan apa pun,” kata Saksi kawakan yang setia, John dan Edith Johansen.

”Saya akan melayani Yehuwa untuk selamanya,” kata Lea Sørensen. ”Apakah akhir itu tiba pada 1975 atau setelahnya tidaklah penting.”

KANTOR CABANG YANG BARU

Pekerjaan di cabang semakin bertambah pada akhir 1970-an. Maka, lebih banyak pekerja Betel dibutuhkan, demikian pula tempat tinggal dan ruang kerja tambahan. Maka pada 1979, Badan Pimpinan menyetujui rencana untuk membangun kantor cabang baru di luar Oslo. Pada akhir 1980, saudara-saudara menemukan lokasi yang cocok di Ytre Enebakk, kira-kira 30 kilometer dari pusat Oslo.

Untuk menekan biaya konstruksi, para relawan diundang untuk membangun kompleks itu. Tentu tidak mudah memperoleh peralatan konstruksi, menyediakan makanan dan akomodasi bagi hampir 100 orang, dan mengatur seluruh proyek.

Lebih dari 2.000 saudara-saudari, dari dalam dan luar negeri, ”merelakan diri”. (Mz. 110:3) Banyak yang membantu dengan menyumbangkan kentang, sayur, buah, roti, telur, ikan, pakaian, dan peralatan. Ada yang menebang pohon di hutan, sementara yang lain memotong gelondongan menjadi papan di penggergajian kecil di lokasi konstruksi. Banyak yang lainnya membantu dengan memberikan pinjaman dan sumbangan uang.

Beberapa pekerja yang terampil bisa membantu hanya untuk waktu terbatas, dan banyak pekerjaan harus dilakukan oleh para relawan yang tidak terampil. John Johnson, yang bertanggung jawab untuk seluruh instalasi listrik, mengatakan bahwa dia dan pengawas konstruksi lainnya merasa tidak terampil. ”Para relawan belajar cara melakukan pekerjaan dan hasilnya bagus sekali,” kata John. ”Sungguh menakjubkan melihat bagaimana berbagai problem diatasi dan bagaimana hasil akhirnya. Jelas bahwa Allah Yehuwa mengarahkan pembangunan ini.”

Karena kerajinan para relawan, kemurahan tangan saudara-saudari, dan berkat dari Yehuwa, pekerjaan maju dengan baik. Pembangunan dimulai pada awal 1981, dan pada tanggal 19 Mei 1984, ketika Milton Henschel dari Badan Pimpinan mengunjungi fasilitas baru itu, kantor cabang baru tersebut ditahbiskan. Proyek pembangunan itu sendiri membawa banyak sukacita dan lebih mengakrabkan saudara-saudara Norwegia. Pada tahun-tahun setelah proyek pembangunan itu, banyak relawan konstruksi menjadi perintis ekstra atau biasa.

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN BALAI KERAJAAN

Pada tahun 1928, empat anggota keluarga Fjelltvedt membangun balai pertama bagi para penyembah Yehuwa di pinggiran kota Bergen. Pada awal 1980-an, beberapa sidang telah membangun atau membeli Balai Kerajaan sendiri. Namun, banyak sidang masih mengadakan perhimpunan di balai sewaan yang tidak layak. Selama pembangunan cabang, beberapa saudara membahas bagaimana mereka bisa mempercepat pembangunan Balai Kerajaan. Mereka tahu bahwa tim-tim pembangunan di Amerika Serikat dan Kanada mendirikan Balai Kerajaan yang dibangun cepat, dan mereka bertanya-tanya, ’Jika saudara-saudara di sana bisa melakukannya dengan bantuan Yehuwa, mengapa kita tidak?’

Beberapa saudara bekerja membuat gambar serta perincian spesifik, dan setelah proyek percontohan di Askim pada 1983, mereka mendirikan tiga Balai Kerajaan yang dibangun dengan cepat pada 1984​—di Rørvik, Steinkjer, dan Alta. Bagaimana mereka melakukan hal itu? Pada dasarnya, dengan mempersiapkan fondasi sebelumnya dan baru setelah itu dengan cermat mengatur para relawan​—yang terampil dan yang tidak—​sehingga berbagai tahap konstruksi dapat diselesaikan dalam beberapa hari saja.

Selama sepuluh tahun berikutnya, ada kira-kira 80 Balai Kerajaan yang dibangun dengan cepat di Norwegia. Belakangan, saudara-saudara di Norwegia mengadakan perjalanan ke Eslandia untuk membantu pembangunan tiga Balai Kerajaan. Meskipun kebanyakan sidang di Norwegia sekarang memiliki Balai Kerajaan sendiri, masih banyak yang harus dilakukan di bidang ini. Balai-balai yang lama perlu direnovasi, beberapa perlu diperluas, dan balai-balai baru masih perlu dibangun.

”PERSAUDARAAN TELAH DIPERKUAT”

Dengan adanya pembangunan Balai Kerajaan, tersedialah tempat-tempat beribadat yang praktis dan menarik, dan itu menjadi kesaksian yang bagus kepada komunitas setempat. Misalnya, tiga saudara bertemu dengan para pejabat kota di Fredrikstad untuk mengatur pembangunan Balai Kerajaan pada 1987. Para pejabat tertawa sewaktu saudara-saudara mengatakan akan menyelesaikan balai itu dalam tiga hari. Tetapi, bahkan pada hari pertama, Jumat, para pejabat melihat sendiri bahwa para Saksi memang akan menyelesaikan balai itu sesuai rencana. Pada hari Sabtu, salah seorang pejabat membawa para pemain alat musik tiup ke lokasi pembangunan dan menyuruh mereka bermain bagi para relawan—sebagai permintaan maaf atas sikap dia sebelumnya. ”Sungguh luar biasa bahwa kalian Saksi-Saksi bisa membangun dengan begitu cepat,” kata seorang wanita yang menyaksikan Balai Kerajaan Arendal dibangun pada 1990, ”tetapi yang lebih hebat lagi melihat semuanya ceria dan tersenyum.”

Dewasa ini, ada dua Panitia Pembangunan Regional yang mengawasi pembangunan Balai Kerajaan di seluruh Norwegia. Saudara-saudari yang rela juga telah menyediakan diri untuk proyek pembangunan yang lebih besar dan lebih sulit. Misalnya, pada 1991 dan 1992, saudara-saudara harus memperluas kantor cabang. Dan pada 1994, mereka membangun Balai Kebaktian yang bagus di Oslo. Pada 2003, sebuah tim konstruksi mendirikan Balai Kerajaan yang luas di Bergen, yang bisa digunakan untuk perhimpunan maupun kebaktian.

Kerja sama dan persatuan dalam proyek-proyek ini juga berpengaruh baik atas hamba-hamba Yehuwa. ”Ini telah membantu sidang-sidang untuk lebih akrab lagi,” kata seorang saudara yang telah membantu pembangunan Balai Kerajaan sejak 1983. ”Persaudaraan telah diperkuat​—ikatan persahabatan yang erat terjalin dan kesanggupan bekerja sama menjadi lebih baik.”

KEGIATAN DI BETEL MENINGKAT

Setelah kantor cabang baru itu rampung, lebih banyak anggota ditambah dan lebih banyak yang bisa dilakukan demi manfaat pekerjaan pengabaran di Norwegia. Misalnya, lebih banyak lektur telah diterjemahkan ke dalam bahasa Norsk. Sebuah tonggak sejarah dicapai ketika seluruh Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru diterbitkan dalam bahasa Norsk pada 1996. (Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru telah dirilis pada 1991.) Sekarang, hampir semua lektur yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa tersedia dalam bahasa Norsk, termasuk karya referensi Pemahaman Alkitab.

Fasilitas kantor cabang baru juga termasuk studio rekaman yang sangat dibutuhkan. Sejak 1960-an, drama di kebaktian direkam di Balai Kerajaan dan di loteng dan ruang bawah tanah bangunan cabang sebelumnya. Kondisi untuk merekam tidaklah ideal, dan sering kali perekaman harus dihentikan karena kebisingan lalu lintas. Tetapi, studio rekaman di fasilitas baru telah sangat mempercepat produksi drama, video, dan paduan suara lagu Kerajaan kita. Cabang juga memproduksi rekaman Menara Pengawal dan Sedarlah! dalam bahasa Norsk dan telah menyediakan seluruh Alkitab dan beberapa buku lain dalam bentuk CD dan di situs Web www.jw.org.

MELAYANI DI TEMPAT YANG LEBIH MEMBUTUHKAN

Sementara para penyiar mengabar di daerah sidang mereka, banyak penyiar lain dan perintis mengadakan perjalanan ke daerah yang belum pernah dikerjakan sampai ke Longyearbyen di Kepulauan Svalbard di utara. Beberapa penyiar pindah ke berbagai tempat terpencil untuk memberitakan kabar baik dan, bila mungkin, membantu mendirikan sidang-sidang.

Ketika Finn dan Tordis Jenssen menikah pada 1950, mereka tahu bahwa dibutuhkan penyiar di Hammerfest, salah satu kota paling utara di dunia. Finn dan Tordis tidak punya banyak uang; tetapi mereka punya kekuatan dan tekad, dan mereka punya sepeda. Maka, mereka pergi naik sepeda dari Bodø ke Hammerfest, yang berjarak sekitar 900 kilometer. Setelah mereka menempuh kira-kira separuh perjalanan, beberapa teman dengan baik hati memberikan bantuan keuangan agar mereka bisa meneruskan perjalanan dengan perahu. Di Hammerfest, Finn dan Tordis mulai sibuk mengabar dan mengundang orang-orang ke khotbah umum yang disampaikan Finn setiap akhir pekan. Yehuwa memberkati kerja keras mereka, dan tidak lama kemudian mereka dapat membentuk sidang kecil.

Salah seorang pembicara pada kebaktian distrik di Trondheim tahun 1957 menganjurkan para penyiar untuk mempertimbangkan pindah ke tempat yang lebih membutuhkan pemberita. Viggo dan Karen Markussen, yang tinggal di Stavanger, memerhatikan dengan sungguh-sungguh, dan Viggo menyenggol siku Karen. Karen segera menyadari apa maksudnya. ’Wah, kita bakal pindah dari Stavanger,’ pikir Karen. Tetapi, bagaimana pendapat ketiga putri mereka, semuanya penyiar yang berusia antara 11 dan 14, tentang kepindahan itu?

Ketika keluarga Markussen membahas khotbah itu setelah kebaktian, seluruh keluarga setuju bahwa mereka bisa melayani di tempat yang lebih membutuhkan tenaga. Sebagai tanggapan atas surat mereka, kantor cabang meminta mereka pindah ke Brumunddal, di mana tidak ada sidang. Maka pada 1958, Viggo dan Karen menjual rumah mereka yang modern, Viggo menjual toko perabotnya, dan keluarga itu pun pindah ke pondok kayu yang sederhana dekat Brumunddal. Yehuwa memberkati semangat rela berkorban mereka, dan di tahun-tahun berikutnya, banyak dari orang-orang yang belajar dengan mereka masuk kebenaran. Ketika anak-anak mereka meninggalkan rumah dan Viggo serta Karen ditugaskan untuk melayani dalam pekerjaan wilayah, sudah ada sidang kecil yang bersemangat yang terdiri dari kira-kira 40 penyiar di Brumunddal.

Saudara-saudara muda yang masih lajang juga telah memajukan kepentingan Kerajaan dengan pindah ke tempat-tempat yang tidak ada sidangnya. Pada 1992, sekelompok saudara perintis, kebanyakan berusia sekitar 19 tahun, pindah ke Måløy, di Fyord Nord, untuk menindaklanjuti minat yang diperlihatkan di sana. Mereka langsung sibuk dalam pekerjaan pengabaran dan segera mulai mengadakan perhimpunan di rumah sewaan mereka. Seorang wanita yang baru belajar dengan mereka sangat ramah dan menjadi seperti ibu bagi saudara-saudara muda ini. Belakangan, seorang penatua dan istrinya pindah ke Måløy dan sebuah sidang didirikan di sana. Saudara-saudara muda itu menikmati masa yang menyenangkan di daerah tugas mereka, memandu banyak pelajaran Alkitab, mengurus berbagai tugas sidang, dan menguatkan sidang baru yang bersemangat itu. ”Itu adalah pengalaman yang seru dan kesempatan yang unik untuk tumbuh secara rohani,” kata salah seorang saudara muda itu. Sebagai hasil kerja keras mereka dan saudara-saudara lain, sekarang ada kira-kira 30 penyiar di Sidang Fyord Nord, dan mereka memandu antara 50 dan 60 pelajaran Alkitab.

MEMBERI KESAKSIAN DALAM BAHASA-BAHASA LAIN

Selama lebih dari 20 tahun belakangan ini, jumlah imigran yang tinggal di Norwegia terus meningkat. Karena itu, sidang-sidang telah mengadakan upaya terpadu untuk memberi kesaksian kepada para imigran dalam bahasa mereka sendiri atau dalam bahasa yang mereka pahami. Sidang bahasa asing pertama di Norwegia, yang didirikan tahun 1986, disebut Sidang Bahasa Latin Oslo karena orang-orang yang bergabung berbahasa Spanyol maupun Portugis. Mereka kebanyakan berasal dari Amerika Latin. Sekitar tahun itu, beberapa penyiar memulai kesaksian yang terorganisasi kepada orang-orang berbahasa Inggris di daerah Oslo. Para penyiar bertemu dengan banyak peminat, khususnya dari Afrika dan Asia. Ada yang dijumpai dalam kesaksian di jalan; yang lain-lain dijumpai di pusat penerimaan pengungsi. Mereka juga menggunakan buku telepon untuk mencari nama-nama orang asing yang mungkin berbahasa Inggris. Banyak pelajaran Alkitab dimulai, dan pada 1990, Sidang Bahasa Inggris Oslo dibentuk.

Sejak itu, banyak penyiar Norwegia berupaya belajar bahasa-bahasa asing. Bersama para penyiar berkebangsaan asing, mereka telah membantu mendirikan kelompok atau sidang bagi orang berbahasa Arab, Cina, Inggris, Persia, Polski, Punjabi, Rusia, Serbia-Kroasia, Spanyol, Tagalog, Tamil, dan Tigrinya.

Ladang berbahasa isyarat juga mengalami pertambahan yang bagus. Ada beberapa ribu tunarungu yang menggunakan Bahasa Isyarat Norsk, dan organisasi berupaya keras membantu mereka. Pada 1970-an, saudara-saudara mulai mengalihbahasakan beberapa perhimpunan dan kebaktian ke dalam bahasa isyarat, dan sejak itu, beberapa penyiar mempelajari bahasa tersebut. Kelompok-kelompok bahasa isyarat telah didirikan di beberapa sidang, dan tahun 2008 sidang bahasa isyarat pertama didirikan di Oslo. Di seluruh negeri, ada sekitar 25 penyiar tunarungu, yang menggunakan publikasi yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Isyarat Norsk dan tersedia dalam DVD.

PANITIA PENGHUBUNG RUMAH SAKIT

Karena Saksi-Saksi Yehuwa tidak menerima transfusi darah, kadang-kadang pasien Saksi sulit memperoleh perawatan medis yang mereka perlukan dan yang dapat mereka terima. Untuk membantu para Saksi dalam situasi demikian dan menyediakan informasi tentang perawatan alternatif, organisasi mendirikan Panitia Penghubung Rumah Sakit (PPRS) di Norwegia pada tahun 1990. Dari 1990 hingga 2010, saudara-saudara di PPRS Oslo mengadakan sekitar 70 pertemuan dengan staf medis di rumah-rumah sakit di daerah mereka dan membantu pasien Saksi dalam 500 kasus lebih. Upaya keras ini memungkinkan mereka menghubungi banyak dokter yang kooperatif, dan informasi medis yang disediakan PPRS telah menggugah lebih banyak dokter untuk memberikan perawatan alternatif nondarah. Bantuan praktis yang disediakan oleh Kelompok Pengunjung Pasien juga sangat dihargai oleh pasien dan keluarga mereka.

Pengalaman seorang perintis muda bernama Helen memperlihatkan manfaat penyelenggaraan PPRS. Pada 2007, saudari ini sakit parah dan dibawa ke rumah sakit setempat. Hitung darahnya menurun dengan cepat, dan personel medis menekan dia untuk menerima transfusi darah. Mereka mengatakan bahwa hanya transfusi yang bisa menyelamatkan dia. Dengan bantuan seorang anggota PPRS, ia dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar dan yang memiliki peralatan lebih lengkap. Ketika Helen dan ibunya tiba di sana, seorang saudara dari PPRS sudah menunggu mereka. Ia menenteramkan hati mereka, dan membantu mereka mendapatkan perawatan yang diperlukan. Rumah sakit bersedia memberi Helen perawatan yang meningkatkan produksi sel darah merah. Dalam waktu beberapa hari, hitung darahnya membaik, dan tak lama kemudian ia melewati kondisi kritis. Sekarang, Helen sudah sehat, dan ia menghargai kesediaan rumah sakit untuk merespek keyakinannya yang dalam. Helen dan ibunya mengatakan, ”Kami melihat bagaimana organisasi Yehuwa bekerja dan mengetahui bahwa saudara-saudari memberikan dukungan dan mendoakan kami. Hal ini membuat kami selalu bersyukur, dan kami tidak akan pernah melupakannya.”

MENANGKAL SERANGAN MEDIA YANG KEJI

Khususnya antara 1989 dan 1992, Saksi-Saksi Yehuwa di Norwegia menjadi sasaran pencemaran nama baik dan banyak publisitas negatif di surat kabar dan majalah maupun radio dan TV. Salah satu alasan utama tentangan ini adalah karena kita berpaut pada apa yang Alkitab katakan tentang cara berurusan dengan orang yang dipecat. (1 Kor. 5:9-13; 2 Yoh. 10) Karena publisitas yang negatif itu, Saksi-Saksi sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dalam pengabaran, di tempat kerja, di sekolah, dan juga oleh anggota keluarga. Meskipun para pengikut Yesus tidak terkejut sewaktu dicela, tidaklah mudah untuk menghadapi situasi ini.​—Mat. 5:11, 12.

”Ini masa yang sulit,” jelas seorang saudara, ”namun ada manfaatnya juga. Saya jadi meninjau kembali dasar Alkitab untuk kepercayaan saya. Sungguh menguatkan iman bila kita merenungkan makanan rohani yang bagus yang kita terima dari budak yang setia dan bijaksana. Hasilnya, saya sadar bahwa kita telah dibentengi untuk menghadapi ujian iman.”

”Sungguh menggugah hati melihat keberanian saudara-saudari pada masa itu,” kenang seorang pengawas wilayah. ”Saat itu, kami menyadari bahwa tanggapan terbaik yang bisa kami berikan adalah mempergiat pengabaran, termasuk kesaksian di jalan. Syukurlah, banyak Saksi bersikap positif.”

Perhatikan bagaimana perasaan seorang saudara yang pernah dipecat tentang arahan Alkitab sehubungan dengan pemecatan, yang sangat berbeda dengan cara berpikir yang tidak berdasarkan Alkitab yang disebarkan media. ”Ketika saya dipecat pada usia 20 tahun,” kata Fred, ”saya mulai memikirkan kehidupan saya dengan serius. Memang pemecatan tidak menyenangkan, namun pengaruhnya positif. Yehuwa seakan-akan berkata kepada saya, ’Ayo, nak, insaflah! Perbaiki dirimu, kalau tidak kamu akan celaka.’ Saya mendapat pelajaran yang mendorong saya untuk meninggalkan kehidupan saya yang penuh dosa. Saya berhenti mengejar kesenangan dan mulai memikirkan kebenaran dengan serius. Beberapa teman di sidang juga menjadi lebih baik.” Syukurlah, Fred bertobat, mengubah kehidupannya, dan dipulihkan. Ia sekarang melayani sebagai penatua.

”SIAP MENGHADAPI HARI YEHUWA”

Meskipun orang di daerah pengabaran semakin materialistis dan apatis, hamba-hamba Yehuwa terus mengutamakan kegiatan rohani yang menguatkan iman, seperti pembacaan Alkitab setiap hari dan kehadiran di perhimpunan. Semakin banyak penyiar meningkatkan peran mereka dalam pengabaran dengan mendaftar sebagai perintis biasa. Seorang saudara menyatakan apa yang juga dirasakan banyak saudara, ”Jika saya tidak siap menghadapi hari Yehuwa besok, saya juga tidak akan siap sewaktu hari itu datang. Yang perlu kita lakukan hanyalah maju terus. Hari itu pasti akan datang.” Tidak diragukan, sikap inilah yang turut menghasilkan pertumbuhan yang terus-menerus sejak 2001.

Suatu persediaan rohani yang menggugah sidang-sidang dan memungkinkan banyak saudara mendapatkan pendidikan teokratis yang bagus adalah Sekolah Pelatihan Pelayanan (sekarang disebut Sekolah Alkitab bagi Saudara Lajang). ”Setelah belajar Alkitab dengan begitu mendalam selama delapan minggu,” kata seorang siswa, ”saya bisa lebih memahami kebenaran. Segala sesuatu yang disebut dalam Alkitab menjadi jauh lebih jelas dan nyata bagi saya!” Selama dua puluh tahun belakangan di sini, lebih dari 60 lulusan telah membantu menguatkan sidang-sidang dan mendorong mereka meningkatkan kegiatan.

DIBESARKAN SEBAGAI SAKSI YEHUWA

Banyak yang telah dibaptis sebagai Saksi Yehuwa pada tahun-tahun belakangan ini belajar kebenaran Alkitab dari orang tua mereka. Beberapa penyiar Norwegia adalah generasi Saksi ketiga, keempat, atau kelima. ”Saya sering memikirkan betapa beruntungnya saya karena lahir dalam keluarga yang menomorsatukan pelayanan kepada Yehuwa,” kata Ivan Gåsodden, cicit dari Ingebret Andersen, Siswa Alkitab pertama di Skien. ”Pelajaran pribadi, pembacaan Alkitab secara rutin, dan teman-teman baik yang mempunyai tujuan yang sama membantu saya tetap berpihak pada kebenaran.” Putra-putra Ivan, André dan Richard, juga menganggap warisan rohani mereka sebagai salah satu milik yang paling berharga.

”Saya sangat bersyukur karena keluarga saya mulai dari kakek-nenek semuanya Saksi,” kata perintis Bente Bu, cucu perempuan Magnus Randal, yang melayani di perahu perintis Ruth. ”Saya terhindar dari banyak problem, dan saya ingin menggunakan kehidupan saya demi manfaat orang-orang lain.”

Beberapa yang semasa muda pernah lemah rohani belakangan menjadi Saksi Yehuwa yang berbakti. Misalnya, Thomas dan Serine Fauskanger dari Bergen masing-masing dibesarkan oleh orang tua Kristen, tetapi kemajuan rohani mereka lambat. Apa yang membantu mereka mengubah cara pandang mereka terhadap ibadat kepada Yehuwa?

”Pada 2002, seorang saudara muda lulusan Sekolah Pelatihan Pelayanan bergabung dengan sidang kami,” kisah Thomas. ”Ia membantu saya ikut dalam pengabaran dan mengejar tujuan-tujuan rohani.”

Ketika Thomas berusia 25, ia menikahi Serine, dan pada 2007 mereka pindah ke Båtsfjord, Finnmark, untuk membantu sepasang perintis mengurus para peminat di sana. Tak lama kemudian, Thomas dan Serine juga menjadi perintis. Pada 2009, mereka selama tiga bulan mengabar di desa nelayan Kjøllefjord yang belum pernah dikerjakan. Di sana, mereka dan beberapa penyiar lainnya memulai lebih dari 30 pelajaran Alkitab. Thomas dan Serine kemudian pindah lebih dekat ke Kjøllefjord untuk membantu para peminat. Sekarang, mereka sering mengadakan perjalanan dengan mobil selama sekitar tiga setengah jam ke daerah itu. Mereka sibuk, tetapi Serine mengatakan, ”Hidup saya sekarang bahagia dan tidak rumit. Kami memiliki sedikit barang tetapi juga sedikit problem.”

MENATAP KE DEPAN DENGAN IMAN KEPADA YEHUWA

Kehidupan banyak berubah sejak Siswa Alkitab Knud P. Hammer dan yang lain-lain mulai mengabar di Norwegia. Awalnya, hamba-hamba Yehuwa kelihatan sangat berbeda karena mereka mengajarkan kebenaran Alkitab di masyarakat religius yang dikuasai oleh gereja-gereja yang sangat berpengaruh dan mengajarkan doktrin-doktrin palsu. Selama puluhan tahun, banyak sekali orang yang berhati tulus senang belajar Alkitab dan langsung berpihak pada kebenaran yang sejati.

Kini, situasi keagamaan di Norwegia sudah berubah. Semakin sedikit orang percaya kepada Allah, dan orang dianggap lancang jika menyatakan bahwa hanya ada satu agama yang sejati. Para peminat butuh waktu dan upaya untuk memperoleh pengetahuan Alkitab dan membangun iman mereka akan Allah dan Alkitab. Sering kali, mereka butuh waktu lebih lama untuk menyelaraskan hidup mereka dengan standar-standar Alkitab. Meskipun demikian, Yehuwa terus menarik orang-orang yang tulus, tidak soal mereka tinggal di desa-desa nelayan yang terpencil atau di gedung apartemen modern yang bertingkat di kota-kota yang padat penduduk.​—Yoh. 6:44.

Seperti halnya di seluruh dunia, Saksi-Saksi Yehuwa di Norwegia menghargai ’hak istimewa untuk memberikan dinas suci kepada Tuan Yang Berdaulat, Yehuwa, tanpa perasaan takut’. (Luk. 1:74) Mereka dengan rajin menjelajahi daerah yang luas ini untuk mencari orang-orang yang cenderung kepada keadilbenaran, sambil menikmati alam firdaus yang indah serta tenang. Kelak, suasana seperti itu akan terdapat di seluruh bumi, sebagaimana yang dimaksud oleh Sang Pencipta. Bersama saudara-saudari mereka yang loyal di seluruh bumi, para penyembah Yehuwa di Norwegia dengan semangat mengantisipasi hari ketika Kerajaan Allah akan melaksanakan kehendak ilahi di setiap penjuru planet kita yang sangat indah.​—Dan. 2:44; Mat. 6:10.

[Blurb di hlm. 106]

Ia tetap berangkat​—walau dengan kaki telanjang!

[Blurb di hlm. 111]

”Sewaktu mau tidur, saya Pentakosta, dan setelah bangun, saya Saksi Yehuwa”

[Blurb di hlm. 122]

”Baiklah, kami tidak bisa merampas iman kalian”

[Blurb di hlm. 157]

’Ayo, nak, insaflah! Perbaiki dirimu, kalau tidak kamu akan celaka’

[Kotak/​Gambar di hlm. 90]

Sekilas tentang Norwegia

Negeri

Norwegia terkenal dengan selat-selat yang megah dan gunung-gunung yang indah, serta ribuan pulaunya. Negeri itu sedikit lebih kecil daripada Pulau Sumatra, tidak termasuk Kepulauan Svalbard yang terletak di antara daratan utama dan Kutub Utara. Meskipun cuaca di Norwegia bisa dingin sekali, terutama di kawasan Arktik di utara, arus Atlantik dan arus angin yang hangat membuat sebagian besar negeri itu tidak sedingin negeri-negeri lain yang terletak pada ketinggian yang sama.

Penduduk

Dari lima juta penduduknya, kebanyakan adalah orang Norwegia asli, dan sekitar 10 persennya adalah imigran. Banyak dari orang Sami (yang tadinya disebut Lapp) masih mencari nafkah dengan menangkap ikan, berburu, memerangkap binatang, dan beternak rusa.

Bahasa

Bahasa resminya, Norsk, memiliki dua bentuk tulisan​—Bokmål (Bahasa Buku), yang digunakan oleh sebagian besar orang dan memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Dansk, dan Nynorsk (Norsk Baru).

Mata Pencaharian

Produksi minyak dan gas serta industri manufaktur adalah sumber pendapatan utama negeri itu. Ikan adalah komoditas ekspor terbesarnya. Hanya sekitar 3 persen tanah di Norwegia yang digarap untuk pertanian.

Makanan

Ikan, daging, kentang, roti, dan produk susu adalah makanan pokok orang Norwegia. Fårikål (rebusan daging domba dan kol) adalah hidangan tradisional khas mereka. Karena banyak imigran berdatangan dalam beberapa tahun belakangan ini, makanannya menjadi lebih internasional.

[Kotak/​Gambar di hlm. 95, 96]

Ia Memberi Seluruh Hidupnya kepada Yehuwa

THEODOR SIMONSEN

LAHIR 1864

SISWA ALKITAB SEJAK 1905

PROFIL Mantan pendeta Free Mission yang menjadi pengawas keliling.

◼ KETIKA Theodor belajar dari publikasi kita bahwa doktrin api neraka bertentangan dengan Alkitab, ia mulai menyanggah ajaran palsu ini dalam khotbah-khotbahnya di gereja Free Mission​—yang membuat banyak hadirinnya senang. Namun pada suatu hari, setelah menyampaikan sebuah khotbah, ia diberi secarik kertas yang bertuliskan, ”Ini khotbahmu yang terakhir di sini!”

Theodor menyampaikan khotbah terakhir ini di gereja Free Mission pada 1905, dan ia menjadi seorang Siswa Alkitab pada tahun itu. Setelah itu, ia menyampaikan banyak sekali khotbah kepada ratusan Siswa Alkitab yang penuh penghargaan. Theodor menafkahi keluarganya dengan mengecat rumah, dan pada akhir pekan ia membaktikan waktunya untuk mengabar dan mengajar. Karena pengetahuan Alkitab-nya sangat baik dan cara bicaranya tenang dan meyakinkan, Theodor adalah guru yang efektif. Ia juga memiliki suara yang merdu dan biasanya ia mengantar dan menutup khotbahnya dengan menyanyikan lagu sambil memainkan alat musik petiknya.

Pada 1919, ketika situasi keluarganya memungkinkan, ia mulai melayani sebagai pengawas keliling. Ia melakukannya sampai 1935, mengunjungi sidang-sidang di Norwegia, Denmark, dan Swedia. Itu adalah pekerjaan yang meletihkan, karena ia bukan hanya menguatkan sidang dan kelompok kecil, tetapi juga menyampaikan khotbah di kota-kota yang tidak ada Siswa-Siswa Alkitab-nya. Sebagai contoh: Pada sebuah perjalanan selama 12 bulan, ia harus mengunjungi 190 tempat antara Kristiansand di selatan dan Tromsø di utara. Pada masa-masa itu, pengawas keliling biasanya tinggal tidak lebih dari satu atau dua hari sebelum pergi ke tempat berikutnya dengan sarana transportasi apa pun yang ada.

Meski beberapa tempat yang ia kunjungi tidak ada Siswa-Siswa Alkitab, banyak peminat datang sewaktu ia menyampaikan ceramah umum. Misalnya, ketika ia mengunjungi Bodø pada 1922, ia dan Anna Andersen, seorang perintis yang kebetulan sedang berkunjung ke sana juga, mengabar dan mengundang orang-orang ke khotbah umum. Dua di antara hadirin khotbah ini, Johan dan Olea Berntsen, memperlihatkan minat yang besar. Setelah khotbah, mereka mengundang Theodor dan Anna ke rumah mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Alkitab mereka. Hasilnya, keluarga Berntsen menjadi Siswa Alkitab pertama di Bodø.

Theodor digunakan sebagai pengisi suara sebagian besar khotbah fonograf yang diterbitkan dalam bahasa Norsk pada 1930-an. Ia melayani dengan setia hingga menyelesaikan kehidupannya di bumi pada 1955.

[Kotak/​Gambar di hlm. 102]

Ia ”Berjalan dengan Allah”

ENOK ÖMAN

LAHIR 1880

BAPTIS 1911

PROFIL Pengawas cabang dari 1921 hingga 1945

◼ KETIKA Enok masih anak-anak di Swedia, kisah Alkitab tentang Henokh yang ”terus berjalan dengan Allah yang benar” sangat berkesan baginya. (Kej. 5:22) Enok ingin melakukan apa yang dilakukan oleh tokoh Alkitab ini, yang memiliki nama yang sama dengannya. Namun, baru pada usia 31 tahun, ketika ia membaca jilid pertama Studies in the Scriptures, ia belajar lebih banyak tentang berjalan dengan Allah. Ia dibaptis sebagai Siswa Alkitab dan mulai merintis. Belakangan, ia melayani di kantor cabang Swedia.

Pada 1917, Enok diutus dari Swedia ke Norwegia untuk melayani di kantor cabang, dan mulai 1921, ia ditugaskan untuk mengawasi pekerjaan di Norwegia. Ketika itu, kantor Lembaga Menara Pengawal menempati satu ruangan di sebuah gedung. Di gedung itu, Saudari Maria Dreyer memiliki sebuah apartemen serta salon pedikur. Setelah Enok dan Maria menikah pada 1922, mereka menggunakan seluruh apartemen Maria untuk kantor cabang. Mereka bekerja sama di Betel hingga Maria meninggal pada 1944. Pada 1953, Enok menikah lagi dan kembali memasuki dinas perintis. Enok terus memusatkan perhatian pada panggilan surgawinya dan dengan setia ”berjalan dengan Allah” hingga kematiannya pada 1975.

[Kotak/​Gambar di hlm. 110]

Ia Bagaikan Seberkas Cahaya Matahari”

WILHELM UHRE

LAHIR 1901

BAPTIS 1949

PROFIL Pengabar yang antusias meski mengidap penyakit otot yang melemahkan.

◼ WILHELM mengidap penyakit otot yang melumpuhkan kakinya dan membuatnya sulit berbicara. Meskipun demikian, segera setelah ia mendengar kabar baik pada pertengahan 1930-an, ia mulai menceritakan kepada orang lain tentang kebenaran menakjubkan yang ia pelajari. Ia menggunakan becak bermotor untuk mengabar dan secara rutin pergi ke pelabuhan Sortland di Vesterålen untuk memutar rekaman fonograf khotbah Alkitab dan menempatkan lektur. Karena lumpuh dan tinggal di tempat terpencil, Wilhelm baru dibaptis pada 1949. Tetapi, ia pengabar yang bersemangat. Banyak orang yang pergi ke pesisir itu belajar kebenaran darinya, dan beberapa dari mereka menjadi Saksi-Saksi Yehuwa.

Ketika Wilhelm bertambah tua, ia tinggal di rumah jompo di Tromsø. Dengan bantuan penyiar-penyiar lain, ia terus memberi kesaksian melalui surat. Karena orangnya menyenangkan dan periang, ia menjadi sumber anjuran bagi orang-orang lain, termasuk staf rumah jompo. Ketika ia meninggal, sang manajer mengatakan, ”Kami selalu merasa riang ketika masuk ke kamarnya. Karena imannya, ia bagaikan seberkas cahaya matahari.”

[Box/​Picture on page 113]

Ia Memenuhi Janjinya

JOHANNES KÅRSTAD

LAHIR 1903

BAPTIS 1931

PROFIL Melayani di perahu-perahu perintis selama delapan tahun.

◼ PADA 1929, Johannes sedang berada di rumah sakit karena tuberkulosis. Ia mulai membaca Alkitab dan berjanji kepada Allah bahwa ia akan melayani Dia setelah sembuh.

Tidak lama setelah keluar rumah sakit, Johannes membaca dengan penuh minat beberapa buku Siswa-Siswa Alkitab. Belakangan, ia mendapatkan lebih banyak buku, yang ia baca empat atau lima kali. Dan tidak lama kemudian, Johannes membagikan kebenaran yang baru dipelajarinya itu. Segera setelah sembuh total, ia pergi ke Bergen dan mengunjungi Saudara Ringereide, yang menyarankan Johannes untuk mulai merintis. Meski Johannes baru saja mulai mengabar, ia tidak ragu-ragu untuk mendaftar sebagai perintis.

Dari 1931 hingga 1938, ia melayani di perahu perintis Ester, dan kemudian ia merintis sekitar satu tahun dengan perahu Ruth, menyusuri perairan di sepanjang pesisir hingga sejauh Tromsø di utara. Pada 1939, Johannes menjadi pengawas keliling di bagian timur Norwegia. Ia juga melayani sebentar di Betel sebagai pekerja paruh waktu. Setelah Perang Dunia II, ia menikah dengan Sigrid dan mereka merintis bersama-sama. Pada 1995, Johannes menyelesaikan kehidupannya di bumi di Fredrikstad.

[Kotak/​Gambar di hlm. 132]

Mengabar di Tempat yang Rata

RANDI HUSBY

LAHIR 1922

BAPTIS 1946

PROFIL Dalam dinas sepenuh waktu sejak 1946.

◼ ORANG TUA Randi dibaptis sebagai Saksi-Saksi Yehuwa tahun 1938, dan belakangan, Randi berpihak pada kebenaran. Pada 1946, saudari ini menerima undangan untuk melayani di Betel, di mana ia berjumpa dengan seorang saudara muda bernama Kjell Husby. Ia dan Kjell berpacaran, menikah, dan memasuki dinas perintis. Mereka menikmati kehidupan rohani yang kaya bersama-sama dalam berbagai bentuk dinas sepenuh waktu hingga Kjell meninggal tahun 2010.

Pada tahun-tahun belakangan ini, Randi mengalami problem di kakinya sehingga ia sulit naik tangga atau berjalan di jalan yang menanjak. Tetapi, berjalan di tempat yang rata tidak masalah baginya, dan ia sering terlihat memberi kesaksian di jalan dan di toko-toko di Trondheim. Agar dapat menyampaikan kabar baik kepada semua orang yang ia jumpai, Randi selalu membawa lektur sedikitnya dalam delapan bahasa. Selain itu, teman-teman Randi di sidang mengantar dia dengan mobil ke banyak orang yang secara rutin menerima majalah-majalah terkini darinya.

Randi tidak punya kekuatan lagi untuk beraktivitas sebanyak dulu. Tetapi, ia terus bersukacita dan puas dalam dinasnya yang sepenuh hati, karena ia tahu Yehuwa ’tidak melupakan perbuatannya dan kasih yang telah ia perlihatkan untuk nama-Nya’.​—Ibr. 6:10.

[Kotak/​Gambar di hlm. 149, 150]

Kuasa Firman Allah Mengubah Kehidupannya

VIKTOR UGLEBAKKEN

LAHIR 1953

BAPTIS 1981

PROFIL Bekas kriminal yang terbebas dari gangguan hantu dan narkoba.

◼ VIKTOR mulai menggunakan hasyis dan narkoba lainnya ketika masih remaja dan jatuh ke dalam dunia kejahatan. Ia selalu berminat pada Alkitab, dan tahun 1979, karena lelah dengan kehidupannya yang keras, ia ingin tahu apakah Firman Allah bisa membantunya. Ia pun menyelidiki berbagai agama, tetapi malah merasa frustrasi dan tidak puas.

Akhirnya, karena merasa sangat depresi, Viktor berniat bunuh diri. Namun, ia menerima sepucuk surat dari sepupunya di Bergen yang telah mulai belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa. ­Viktor pergi ke Bergen, dan ikut belajar. Awalnya, ia berupaya membuktikan bahwa Saksi-Saksi keliru. Tetapi, karena ia selalu peduli lingkungan, ia senang sekali mengetahui bahwa Allah akan ”membinasakan orang-orang yang sedang membinasakan bumi” dan akan mengubah planet kita ini menjadi firdaus.​—Pny. 11:18.

Viktor pun mulai menghadiri perhimpunan bersama sepupunya, dan ia terkesan dengan kebaikan dan keramahan yang ia amati di Balai Kerajaan dan di rumah para Saksi. Apa yang ia dengar dan lihat membuatnya yakin bahwa ia perlu mengubah kehidupannya dan berhenti menggunakan narkoba. Sebagai hasil doa-doanya yang tekun dan tulus, Viktor merasakan kuasa Firman Allah dan roh kudus yang mengubah kehidupan.​—Luk. 11:9, 13; Ibr. 4:12.

Jalan Viktor menuju baptisan tidaklah mudah. Hanya dengan bantuan Yehuwa, ia dapat membebaskan diri dari gangguan hantu dan pulih setelah dua kali kambuh menggunakan narkoba. Ia terbantu ketika seorang penatua meyakinkannya bahwa ”seperti seorang bapak memperlihatkan belas kasihan kepada putra-putranya, Yehuwa memperlihatkan belas kasihan kepada orang-orang yang takut akan dia”. (Mz. 103:13) Viktor terus membuat kemajuan rohani dan dibaptis tahun 1981. Ia masih harus menjalani hukuman karena kejahatan yang pernah ia lakukan, tetapi segera setelah dibebaskan, ia mulai merintis. Sejak itu, ia menikmati sukacita karena membantu banyak orang untuk menjadi hamba Yehuwa. Ia khususnya berhasil sewaktu mengabar di penjara-penjara, dan dua narapidana yang belajar Alkitab dengannya telah masuk kebenaran.

Viktor kini adalah kepala keluarga dan penatua yang bertanggung jawab. Ia terus melayani sebagai perintis bersama istrinya, Tone, dan putra mereka. ”Kegiatan pengabaran adalah salah satu hal yang telah mengubah saya,” kata Viktor sekarang. ”Saya sangat berterima kasih kepada Yehuwa karena saya bisa meneruskan harta rohani yang berharga ini kepada orang-orang lain.”

[Kotak/​Gambar di hlm. 152]

Yang Lebih Baik dari Sepak Bola

TOM FRISVOLD

LAHIR 1962

BAPTIS 1983

PROFIL Pemain sepak bola yang ingin melayani Yehuwa.

◼ KETIKA berusia 20, Tom memiliki karier yang menjanjikan karena bergabung dengan salah satu tim sepak bola terbaik Norwegia. Ibu Tom sudah menjadi Saksi Yehuwa. Pada suatu hari, seorang saudara perintis muda yang mengunjungi ibu Tom menawarkan pelajaran Alkitab kepada Tom. Ia setuju tetapi mengatakan bahwa ia tidak berniat menjadi Saksi.

Tom tergugah karena sambutan yang hangat yang ia terima ketika mulai menghadiri perhimpunan. Ia juga memerhatikan bahwa selama acara semua orang ikut membaca ayat-ayat Alkitab. ”Pasti Alkitab-lah yang membuat orang-orang ini begitu baik,” pikir Tom.

Akhirnya, Tom yakin bahwa ia menemukan kebenaran dan bahwa ia ingin melayani Yehuwa. Namun, bagaimana ia bisa meyakinkan tim sepak bolanya untuk merelakan salah satu pemain berbakat mereka? Yang mengherankan, setelah ia menjelaskan kepada manajemen sepak bola bahwa ia ingin menggunakan kehidupannya untuk sesuatu yang lebih baik daripada sepak bola, mereka membebaskan dia dari ­kontrak⁠nya.

Tom dibaptis tahun 1983 dan mulai merintis tahun 1985. Pada 1987, ia pindah ke Hammerfest bersama Viktor Uglebakken untuk membantu di daerah yang lebih membutuhkan. Belakangan, Tom dilantik sebagai pengawas wilayah, dan ia sekarang melayani di Betel bersama istrinya, Kristina.

[Bagan/​Gambar di hlm. 162, 163]

LINTAS SEJARAH​—Norwegia

1890

1892 Knud Pederson Hammer mulai mengabar di Norwegia.

1900

1900 Sidang pertama dibentuk.

1904 Kantor dibuka di Kristiania (Oslo).

1905 Kebaktian pertama diadakan di Kristiania.

1909 dan 1911 C.T. Russell ke Norwegia.

1910

1914 Pengawas keliling pertama dilantik.

1914-1915 ”Drama-Foto Penciptaan” menarik banyak orang.

1920

1920-1925 ”Jutaan Orang yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati!” disampaikan di seluruh negeri.

1925 The Golden Age (Sedarlah!) diterbitkan dalam bahasa Norsk.

1928-1940 Perahu digunakan untuk mengabar ke komunitas pesisir.

1930

1940

1940-1945 Kesaksian berlanjut meski ada tentangan masa perang.

1945 Menara Pengawal diterbitkan dalam bahasa Norsk.

1948 Utusan injil pertama dari Gilead tiba.

1950

1950 Mahkamah Agung mendukung hak untuk mengabar dengan lektur.

1960

1965 Kebaktian internasional diadakan di Oslo.

1970

1980

1984 Cabang baru ditahbiskan.

1990

1990 Panitia Penghubung Rumah Sakit dilantik.

1994 Balai Kebaktian ditahbiskan di Oslo.

1996 Terjemahan Dunia Baru lengkap dirilis dalam bahasa Norsk.

2000

2010

2011 Puncak baru perintis biasa dan ekstra, penyiar, dan hadirin Peringatan.

[Grafik/​Gambar di hlm. 159]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Jumlah Penyiar

Jumlah Perintis

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000

1920 1935 1950 1965 1980 1995 2010

[Peta di hlm. 91]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

SWEDIA

STOKHOLM

Örebro

Teluk Bothnia

FINLANDIA

HELSINKI

Teluk Finlandia

LAUT BALTIK

DENMARK

KOPENHAGEN

NORWEGIA

OSLO

Kjøllefjord

Båtsfjord

Vardø

Kirkenes

Karasjok

Hammerfest

Alta

Finnmarksvidda

Kautokeino

Tromsø

Harstad

Narvik

Sortland

Hennes

Svolvær

Bodø

Rørvik

Namsos

Steinkjer

Trondheim

Kristiansund

Måløy

Florø

Bergen

Haugesund

Stavanger

Egersund

Kristiansand

Arendal

Skien

Kongsberg

Drammen

Hønefoss

Gjøvik

Lillehammer

Brumunddal

Hamar

Kongsvinger

Ski

Askim

Moss

Halden

Fredrikstad

Fyord Oslo

LAUT UTARA

LAUT NORWEGIA

Pulau Andøya

Bleik

Kepulauan Svalbard

Longyearbyen

PROVINSI

Finnmark

Troms

Telemark

Vestfold

[Gambar di hlm. 88]

Knud Pederson Hammer

[Gambar di hlm. 88, 89]

Reine, Norwegia bagian utara

[Gambar di hlm. 92]

Sidang Skien tahun 1911, dengan Ingebret dan Berthe Andersen

[Gambar di hlm. 92]

Viktor Feldt

[Gambar di hlm. 94]

Hallgerd Holm (1), Theodor Simonsen (2), dan Lotte Holm (3)

[Gambar di hlm. 98]

Perintis pertama: (1) Helga Hess, (2) Andreas Øiseth, (3) Karl Gunberg, (4) Hulda Andersen, dan (5) Anna Andersen

[Gambar di hlm. 100]

”Peoples Pulpit”

[Gambar di hlm. 104]

”Golden Age” bahasa Norsk

[Gambar di hlm. 106]

Even Gundersrud

[Gambar di hlm. 107]

Anggota Sidang Skien sering pergi dengan truk bak terbuka untuk mengabar di daerah sekitar

[Gambar di hlm. 108]

Torkel Ringereide

[Gambar di hlm. 109]

Olaf Skau

[Gambar di hlm. 114]

Karl Gunberg menahkodai perahu ”Elihu”

[Gambar di hlm. 115]

Johannes Kårstad menjadi pengawas di perahu ”Ester”

[Gambar di hlm. 116]

Andreas Hope dan Magnus Randal merintis dengan perahu ”Ruth”

[Gambar di hlm. 117]

Aurora borealis di Norwegia bagian utara

[Gambar di hlm. 118]

Solveig Løvås

[Gambar di hlm. 119]

Andreas dan Sigrid Kvinge

[Gambar di hlm. 124]

Kebaktian rahasia di hutan dekat Ski

[Gambar di hlm. 127]

Marvin Anderson bersama istrinya, Karen

[Gambar di hlm. 128]

Mesin cetak yang digerakkan dengan kaki

[Gambar di hlm. 129]

Kebaktian di Bergen pada 1946

[Gambar di hlm. 130]

Svanhild Neraal, 1961

[Gambar di hlm. 133]

Perahu Arnulf sering digunakan untuk mengabar

[Gambar di hlm. 135]

Gunnar Marcussen (1) dan Hans Peter Hemstad (2) adalah siswa Gilead pertama dari Norwegia

[Gambar di hlm. 138]

Perkemahan untuk kebaktian internasional ”Firman Kebenaran”

[Gambar di hlm. 139]

Paul Bruun

[Gambar di hlm. 142]

Hartvig Mienna dan penyiar-penyiar lain menggunakan kendaraan salju sewaktu mengabar ke orang Sami

[Gambar di hlm. 144]

Pembangunan cabang dimulai pada 1981

[Gambar di hlm. 145]

Kantor cabang sekarang

[Gambar di hlm. 147]

Balai Kebaktian Oslo

[Gambar di hlm. 160]

Pengajaran Alkitab dalam keluarga menghasilkan generasi-generasi hamba Yehuwa yang setia

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan