PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • jd psl. 5 hlm. 56-69
  • ”Carilah Yehuwa” melalui Ibadat yang Ia Perkenan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Carilah Yehuwa” melalui Ibadat yang Ia Perkenan
  • Hidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ”PENGETAHUAN TENTANG ALLAH”
  • PERHATIKAN HAL-HAL YANG LEBIH BERBOBOT
  • KEMBALILAH KEPADA YEHUWA
  • Buku Alkitab Nomor 28​—Hosea
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
  • Pokok-Pokok Penting Buku Hosea
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2007
  • Nabi-Nabi yang Beritanya Mengandung Hikmah
    Hidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
  • Hari Yehuwa​—Tema yang Penting
    Hidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
Lihat Lebih Banyak
Hidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
jd psl. 5 hlm. 56-69

PASAL LIMA

”Carilah Yehuwa” melalui Ibadat yang Ia Perkenan

1. Berkat apa saja yang Saudara nikmati sebagai umat Allah?

SUNGGUH besar hak istimewa Saudara karena mengenal Allah penggenap nubuat! Saudara bisa menikmati keadaan seperti yang digambarkan nabi Hosea dalam tulisannya, ”Aku akan menjadikan engkau istriku dalam kesetiaan; dan engkau pasti akan mengenal Yehuwa.” Hosea sedang melukiskan keadaan aman bak firdaus yang akan dinikmati oleh umat Allah sepulangnya mereka dari pembuangan di Babilon. Demikian pula, umat Allah pada zaman modern ini menikmati kemakmuran serta keamanan rohani; keadaan mereka bagaikan suatu firdaus. (Hosea 2:18-20) Kini, Saudara menyandang nama Allah sebagai seorang hamba-Nya yang berbakti​—salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa​—dan ingin terus menyandangnya.​—Yesaya 43:10, 12; Kisah 15:14.

Gambar di hlm. 57

Amos

2, 3. (a) Mengapa Yehuwa belakangan membenci cara ibadat Israel kuno? (b) Mengapa kita harus memperhatikan berita yang disampaikan oleh para nabi?

2 Israel kuno adalah bangsa yang dibaktikan kepada Yehuwa. Dan, kepada mereka Allah memberikan seperangkat ketentuan yang tidak diberikan kepada bangsa lain. (Ulangan 4:33-35) Tetapi, pada akhir abad kesembilan SM, keadaan bangsa Israel telah sangat berubah sehingga Allah menyuruh nabi Amos memberi tahu mereka, ”Aku membenci, aku telah menolak perayaan-perayaanmu . . . Sekalipun kamu sekalian mempersembahkan kepadaku persembahan bakaran yang utuh, bahkan akan persembahan pemberianmu aku tidak merasa senang.” (Amos 5:21, 22) Meskipun dewasa ini Allah tidak berkata begitu kepada umat-Nya secara kolektif, dapatkah Saudara bayangkan bagaimana rasanya jika penilaian demikian dilontarkan sehubungan dengan ibadat Saudara? Adakah hikmah yang secara pribadi dapat kita tarik dari hal ini?

3 Pada akhir abad kesembilan itu, umat Allah mengaku beribadat kepada Allah dengan cara yang Ia perkenan. Tetapi, banyak dari mereka melayani allah-allah kafir, seperti Baal dari Kanaan dan patung-patung anak lembu, atau memberikan persembahan di tempat-tempat tinggi. Mereka membungkuk kepada bala tentara langit dan pada waktu yang sama mengucapkan sumpah kepada Yehuwa. Karena itu, Allah yang benar mengutus para nabi untuk mendesak orang-orang agar kembali kepada-Nya dalam ibadat yang murni. (2 Raja 17:7-17; 21:3; Amos 5:26) Jadi jelas, bukan, bahwa bagi hamba-hamba Allah yang berbakti pun, mungkin ada hal-hal yang perlu diperhatikan—tindakan atau sikap yang harus diperiksa untuk memastikan apakah kita sudah mencerminkan ibadat yang Yehuwa perkenan.

”PENGETAHUAN TENTANG ALLAH”

4. Bagaimana keadaan Israel di bawah pemerintahan Raja Yeroboam II?

4 Mari kita bayangkan situasi ketika kelompok pertama dari ke-12 nabi menjadi juru bicara Allah. Hari Yehuwa dinubuatkan akan menghantam kerajaan Israel sepuluh suku. Tetapi, kelihatannya bangsa itu sedang menikmati kemakmuran. Sebagaimana telah dinubuatkan Yunus, Raja Yeroboam II mengembalikan garis batas Israel dari dekat Damaskus di utara sampai ke Laut Mati. (2 Raja 14:24-27) Meskipun Yeroboam melakukan apa yang buruk, Yehuwa berpanjang sabar, Ia tidak mau menghapuskan Israel dari bawah langit. Allah memberikan waktu kepada orang Israel untuk bertobat, untuk ’mencari Yehuwa, dan tetap hidup’.—Amos 5:6.

5. Apa yang tidak dimiliki orang Israel sehingga mereka ditolak oleh Yehuwa?

5 Orang Israel yang makmur sebenarnya bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk kembali kepada Yehuwa dengan lebih mengenal Dia dan berupaya melakukan apa yang Ia perkenan. Sebaliknya, mereka terlalu percaya diri, merasa bahwa ’malapetaka tidak akan datang mendekat atau menjangkau mereka’. (Amos 9:10) Dapat dikatakan mereka melupakan Yehuwa sebab ”mereka kenyang dan mereka mulai menjadi tinggi hati”. (Hosea 13:6) Kita hendaknya tidak merasa bahwa ini hanyalah sejarah kuno yang tidak ada hubungannya dengan kita. Perhatikanlah alasan mengapa Yehuwa mempunyai kasus hukum dengan orang Israel, ”Karena engkau telah menolak pengetahuan, aku juga akan menolak engkau dari melayaniku sebagai imam.” Mereka berbakti kepada Yehuwa dan dikelilingi oleh para anggota keluarga yang berbakti. Namun, secara pribadi mereka tidak memiliki ’pengetahuan sejati tentang Allah’.—Hosea 4:1, 6.

6. Dalam arti apa orang Israel tidak memiliki pengetahuan tentang Allah?

6 Mereka bukannya tidak pernah mendengar kata-kata Allah, sebab orang tua Israel harus membahasnya dengan anak-anak mereka. Kebanyakan pasti pernah mendengar beberapa kisah Alkitab dari orang tua mereka, dalam percakapan sehari-hari, atau di pertemuan-pertemuan umum. (Keluaran 20:4, 5; Ulangan 6:6-9; 31:11-13) Sebagai contoh, mereka telah mendengar apa yang terjadi ketika Harun membuat patung anak lembu emas sementara Musa berada di atas Gunung Sinai untuk menerima Sepuluh Perintah. (Keluaran 31:18–32:9) Jadi, orang Israel pada zaman para nabi sedikitnya memiliki pengetahuan tentang Hukum dan pernah mendengar kisah-kisah sejarah. Meskipun demikian, pengetahuan mereka bisa dikatakan mati karena tidak menggerakkan mereka untuk menyembah Allah dengan cara yang Ia inginkan.

Gambar di hlm. 58

Bagaimana seseorang dapat mulai melupakan Yehuwa?

7. (a) Bagaimana orang Israel bisa begitu mudah menjadi tidak taat? (b) Bagaimana seorang Kristen dapat mulai ’melupakan Pembuatnya’?

7 Saudara mungkin bertanya, ’Bagaimana mungkin orang Israel bisa begitu mudah terpikat untuk tidak taat?’ Hosea menggambarkan prosesnya: Israel ”melupakan Pembuatnya”. (Hosea 8:14) Bentuk asli kata kerja Ibrani untuk ”melupakan” mengandung arti ”melupakan secara bertahap”. Orang Israel tidak mendadak kehilangan ingatan tentang Yehuwa. Sebaliknya, makin lama mereka makin melupakan pentingnya menyembah Dia dengan cara yang Ia perkenan. Menurut Saudara, apakah seorang Kristen dapat jatuh ke dalam jerat yang sama? Ambillah sebagai contoh, seorang pria yang sungguh-sungguh berupaya memenuhi kebutuhan keluarganya. (1 Timotius 5:8) Untuk itu, ia tentu harus menganggap penting pekerjaan sekulernya. Barangkali sesuatu terjadi, dan ia merasa bahwa ia harus sekali-sekali absen berhimpun untuk bekerja. Seraya waktu berlalu, makin mudah baginya untuk tidak berhimpun, dan ia makin sering absen. Sedikit demi sedikit, hubungannya dengan Allah makin lemah—ia telah mulai ”melupakan Pembuatnya”. Hal serupa mungkin terjadi dengan seorang Kristen yang orang tua atau kerabat lainnya tidak seiman. Ia menghadapi problem: Seberapa banyak waktu yang akan ia sisihkan untuk mereka, dan kapan? (Keluaran 20:12; Matius 10:37) Lalu, seberapa banyak waktu dan perhatian yang akan ia gunakan untuk bepergian, hobi, atau hiburan?

8. Pada zaman Amos, apa artinya memiliki ”gigi yang bersih”?

8 Kita telah mempelajari Firman Allah dan menerapkan pengetahuan kita. Sekalipun demikian, kita masing-masing bisa mempertimbangkan sebuah frasa yang digunakan di buku Amos, ”gigi yang bersih”. Melalui Amos, Allah memperingatkan umat-Nya, ”Aku, aku memberi kamu sekalian gigi yang bersih di semua kotamu dan kekurangan roti di semua tempatmu.” (Amos 4:6) Gigi mereka bersih bukan karena mereka rajin menyikat gigi, melainkan karena tidak ada apa-apa untuk dimakan. Mereka mengalami bala kelaparan. Selain itu, frasa itu adalah peringatan tentang ”bala kelaparan, bukan akan roti, dan rasa haus, bukan akan air, tetapi untuk mendengar firman Yehuwa”.—Amos 8:11.

Gambar di hlm. 60

Bisakah seorang Kristen kelaparan di tengah-tengah kelimpahan rohani?

9, 10. (a) Bagaimana seorang Kristen bisa sampai kelaparan secara rohani? (b) Mengapa kita perlu mewaspadai bahaya kelaparan rohani?

9 Secara rohani, apa yang Amos gambarkan itu tergenap dalam keadaan Susunan Kristen yang memprihatinkan. Sebagai kontras, ”pintu-pintu air di langit” dibuka bagi umat Allah sedunia. Mereka diberkati dengan makanan rohani yang melimpah. (Maleakhi 3:10; Yesaya 65:13, 14) Namun, seorang Kristen bisa bertanya, ’Sampai sejauh mana saya secara pribadi menikmati makanan rohani tersebut?’ Yang menarik, beberapa peneliti mendapati bahwa binatang percobaan yang mengalami kerusakan pada pusat rasa lapar di otak kehilangan selera sampai-sampai mati kelaparan, walaupun diberi banyak makanan! Dapatkah pusat rasa lapar rohani seorang Kristen terganggu sehingga ia kehilangan selera dan tidak mau makan walaupun ia berada di tengah kelimpahan makanan rohani?

10 Sambil mengingat keadaan Saudara sendiri, pertimbangkan hal ini: Yehuwa menyediakan berlimpah-limpah makanan rohani bagi orang Israel. Mereka memiliki Hukum, yang bisa menguatkan hubungan mereka dengan-Nya; mereka mempunyai program pendidikan untuk menanamkan pengetahuan tentang Allah kepada keturunan mereka; dan ada nabi-nabi yang membantu mereka mengerti kehendak Allah. Meskipun demikian, mereka mulai melupakan Yehuwa. Alkitab mengatakan bahwa pada zaman Hosea, ”mereka kenyang [secara materi] dan mereka mulai menjadi tinggi hati”. (Hosea 13:6; Ulangan 8:11; 31:20) Jika kita tidak mau keadaan materi membuat kita menomorduakan hubungan kita dengan Allah, kita perlu terus menyadari bahaya itu setiap hari.—Zefanya 2:3.

PERHATIKAN HAL-HAL YANG LEBIH BERBOBOT

11, 12. (a) Selama pemerintahan Raja Uzzia, mengapa para nabi harus menganjurkan orang-orang untuk kembali kepada Yehuwa? (b) Apa yang Yoel tandaskan yang perlu dilakukan orang Yehuda dan Israel?

11 Sewaktu Yeroboam II bertakhta di Israel, Uzzia (juga disebut Azaria) memerintah di Yehuda. Uzzia memperluas wilayah kekuasaannya dan mengembangkan kota Yerusalem. Ia ”mempertunjukkan kekuatan yang luar biasa besar” karena ”Allah yang benar terus menolongnya”. Ia ”terus melakukan apa yang benar di mata Yehuwa” dan ”cenderung untuk mencari Allah”. Tetapi, banyak penduduk Yehuda terus membuat asap korban di tempat-tempat tinggi.—2 Tawarikh 26:4-9.

12 Dari hal ini jelaslah bahwa sekalipun penduduk Yehuda dan Israel menyandang nama Allah, ibadat mereka sering kali dicemari hal-hal yang tidak Ia perkenan. Para nabi berupaya membantu mereka membedakan ibadat sejati dan ibadat palsu. ”Kembalilah kepadaku dengan segenap hatimu, dan dengan puasa dan tangisan dan ratapan,” demikian permohonan Allah melalui Yoel. (Yoel 2:12) Perhatikan: Allah ingin umat-Nya datang kepadanya ’dengan segenap hati’. Ya, problemnya menyangkut hati mereka. (Ulangan 6:5) Dapat dikatakan bahwa mereka menjalankan semua rutin ibadat kepada Yehuwa, namun tidak dengan sepenuh hati. Sering sekali melalui para nabi-Nya, Ia menandaskan pentingnya kebaikan hati yang penuh kasih, keadilan, dan kelembutan hati—semua sifat ini berkaitan dengan hati.—Matius 23:23.

13. Apa yang perlu diperhatikan oleh orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan di Babilon?

13 Berikutnya, perhatikanlah apa yang terjadi setelah orang Yahudi kembali ke negeri asal mereka. Walaupun ibadat sejati yang selaras dengan Hukum telah dipulihkan, mereka tidak sepenuhnya mengikuti apa yang benar. Orang Yahudi berpuasa pada hari-hari tertentu untuk memperingati berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pembinasaan Yerusalem. ”Apakah kamu benar-benar berpuasa untukku, ya, aku?” tanya Yehuwa. Kota itu dibinasakan karena Allah menjalankan keadilan, dan hal itu tidak perlu diratapi. Ketimbang mengenang masa lalu dan berpuasa dengan pilu, orang Yahudi seharusnya bergembira, bersukacita pada musim-musim yang baik untuk perayaan karena berkat-berkat ibadat sejati. (Zakharia 7:3-7; 8:16, 19) Dan, mereka perlu memberikan perhatian pada hal-hal lain. Apa misalnya? ”Laksanakan penghakimanmu dengan keadilan yang benar; dan teruslah tunjukkan kebaikan hati yang penuh kasih dan belas kasihan satu sama lain . . . dan jangan merancang yang buruk dalam hatimu seorang terhadap yang lain.” (Zakharia 7:9, 10) Kita semua bisa memperoleh manfaat dari apa yang diajarkan para nabi itu kepada umat Allah tentang ibadat sepenuh hati.

14. (a) Orang-orang buangan yang kembali harus melakukan apa saja dalam ibadat mereka? (b) Apa yang para nabi katakan untuk menandaskan aspek-aspek yang lebih berbobot dalam ibadat?

14 Apa yang tercakup dalam ibadat sepenuh hati? Nah, apa yang dituntut dari umat Allah sebelum maupun sesudah pembuangan? Yang pasti, standar moral Allah harus ditegakkan. Ada juga tindakan atau kegiatan tertentu yang dituntut dalam Hukum, misalnya berkumpul untuk mendengarkan dan mempelajari kehendak Allah. Tetapi selain itu, Allah menyuruh para nabi-Nya untuk menekankan pentingnya memperkembangkan dan mempertunjukkan kebaikan hati yang penuh kasih, keadilan, kelembutan hati, belas kasihan, dan kesahajaan. Perhatikan bagaimana Yehuwa menandaskan sifat-sifat ini, ”Aku menyukai kebaikan hati yang penuh kasih, dan bukan korban; dan pengetahuan tentang Allah dan bukan persembahan bakaran yang utuh.” ”Taburlah benihmu dalam keadilbenaran; tuailah sesuai dengan kebaikan hati yang penuh kasih.” (Hosea 6:6; 10:12; 12:6) Mikha berseru, ”Apa yang Yehuwa minta sebagai balasan darimu selain menjalankan keadilan dan mengasihi kebaikan hati dan bersahaja dalam berjalan dengan Allahmu?” (Mikha 6:6-8) Dan, nabi Zefanya mendesak umat Allah, ”Carilah Yehuwa, kamu semua yang lembut hati di bumi . . . Carilah keadilbenaran, carilah kelembutan hati.” (Zefanya 2:3) Sikap semacam itu mutlak penting dalam ibadat yang Allah perkenan.

Gambar di hlm. 64

Apakah Saudara berupaya menyampaikan kabar baik kepada segala macam orang?

15. Sesuai dengan desakan para nabi, apa yang harus orang Kristen lakukan dalam ibadat mereka?

15 Apa pengaruh sikap-sikap demikian dalam ibadat kita? Saudara tahu bahwa pemberitaan kabar baik Kerajaan sangat penting. (Matius 24:14; Kisah 1:8) Tetapi, Saudara dapat merenung, ’Apakah saya cenderung menganggap pengabaran di daerah saya sebagai tugas, suatu beban? Atau, apakah saya memandangnya sebagai kesempatan untuk membantu orang-orang yang perlu mendengar tentang berita Alkitab yang menyelamatkan kehidupan? Apakah saya berbelaskasihan kepada mereka?’ Ya, belas kasihan dan kebaikan hati yang penuh kasih seharusnya memotivasi kita untuk memperingatkan orang lain tentang hari Yehuwa. Keadilan dan keadilbenaran juga berperan ketika kita berupaya menyampaikan berita itu kepada segala macam orang.—1 Timotius 2:4.

16, 17. Mengapa kelembutan hati dan kesahajaan penting dalam ibadat Saudara?

16 Sebagai contoh lain, pertimbangkan kewajiban kita untuk menghadiri perhimpunan Kristen, yang Saudara tahu penting. (Ibrani 10:24, 25) Pernahkah terpikir oleh Saudara bahwa kelembutan hati dan kesahajaan tersangkut dalam hal ini? Orang yang lembut akan cukup rendah hati untuk menerima pengajaran lalu menerapkan apa yang dipelajarinya, dengan demikian mempraktekkan keputusan hukum Yehuwa. Orang yang bersahaja, yaitu mengakui keterbatasannya, akan menyadari kebutuhannya untuk mendapat anjuran dan pengetahuan yang disediakan melalui perhimpunan.

17 Dari contoh-contoh tersebut, Saudara dapat melihat bagaimana kita bisa memperoleh manfaat dari apa yang diajarkan oleh para nabi. Namun, bagaimana jika Saudara menyadari perlunya membuat perbaikan dalam satu atau beberapa segi yang disebut di atas? Atau, bagaimana jika Saudara telah melakukan kesalahan yang serius, yang kadang-kadang menghantui pikiran Saudara? Ke-12 nabi memberi Saudara penghiburan dan bantuan.

KEMBALILAH KEPADA YEHUWA

18. (a) Bagi siapa ke-12 nabi khususnya memiliki berita yang menghibur? (b) Bagaimana perasaan Saudara tentang Yehuwa, yang memohon agar umat-Nya kembali kepada-Nya?

18 Sebagaimana telah kita lihat, para nabi yang kita bahas tidak hanya memberitakan kecaman dan hukuman. Mereka memperlihatkan bahwa Yehuwa mendesak umat-Nya untuk kembali kepada-Nya. Renungkanlah perasaan di balik desakan Hosea, ”Mari, hai, kamu sekalian, mari kita kembali kepada Yehuwa, karena ia sendiri telah mencabik-cabik tetapi ia akan menyembuhkan kita. Ia terus memukul, tetapi ia akan membalut kita. . . . Dan kita akan mengenal, kita akan mengejar pengenalan akan Yehuwa.” (Hosea 6:1-3) Memang, demi keadilan-Nya, Allah Yehuwa menghukum Israel lalu Yehuda. Namun, umat-Nya seharusnya memandang hukuman itu sebagai langkah-langkah untuk memulihkan kesehatan rohani mereka. (Ibrani 12:7-13) Jika umat yang menyimpang itu mau kembali, Yehuwa akan ’menyembuhkan mereka’ dan ’membalut mereka’. Bayangkanlah seorang pria yang sedang berlutut untuk membalut luka temannya. Nah, sekarang bayangkan bahwa pria itu Yehuwa. Betapa berbelaskasihannya Allah Yehuwa, membalut orang-orang yang bersedia kembali kepada-Nya! Tidakkah hal itu menggerakkan kita untuk ingin kembali kepada-Nya jika kita berdosa terhadap-Nya?—Yoel 2:13.

19. Apa yang tercakup dalam mengenal Yehuwa?

19 Apa artinya kembali kepada Allah? Hosea mengingatkan kita pentingnya untuk tidak sekadar ”mengenal” Allah tetapi ”mengejar pengenalan akan Yehuwa”. Tentang Hosea 6:3, sebuah karya referensi modern berkata, ”Ada perbedaan mencolok antara tahu tentang Allah dan mengenal Allah. Halnya dapat disamakan dengan perbedaan antara membaca kisah cinta dan jatuh cinta.” Sekadar tahu tentang Yehuwa tidaklah cukup. Ia harus nyata bagi kita, menjadi Sahabat kepercayaan kita yang dapat kita dekati kapan saja. (Yeremia 3:4) Jika Saudara memiliki hubungan seperti itu, Saudara bisa menduga bagaimana perasaan-Nya sewaktu Saudara berbuat sesuatu, dan hal itu akan sangat membantu Saudara dalam mengupayakan ibadat yang Ia perkenan.

20, 21. Bagaimana Raja Yosia menghayati pengetahuan tentang Allah?

20 Raja Yosia memberikan teladan dalam hal mengupayakan ibadat sejati. Perhatikanlah pengalamannya lebih lanjut. Pada waktu Yosia menjadi raja, bangsanya telah rusak karena penyembahan berhala, kekerasan, dan tipu daya yang merajalela selama pemerintahan Manasye dan Amon. (2 Raja 21:1-6, 19-21) Desakan Zefanya untuk ’mencari Yehuwa’ pasti berpengaruh positif pada diri Yosia, sebab ”ia mulai mencari Allah Daud”. Yosia memulai kampanye untuk menyingkirkan penyembahan berhala dari Yehuda, bahkan memperluas kampanye itu sampai ke daerah yang tadinya adalah wilayah kerajaan utara.—Zefanya 1:1, 14-18; 2:1-3; 3:1-4; 2 Tawarikh 34:3-7.

Gambar di hlm. 66

Yosia tidak mencari dalih sewaktu ibadat harus dibersihkan

21 Setelah pembersihan itu, Yosia terus mencari Yehuwa. Ia memerintahkan agar bait diperbaiki. Selama proyek tersebut ditemukanlah ”buku hukum Yehuwa yang diberikan melalui tangan Musa”, yang tampaknya adalah manuskrip Hukum yang asli. Bagaimana reaksi Yosia sewaktu buku itu dibacakan? ”Segera setelah raja mendengar perkataan hukum itu, ia mengoyak pakaiannya.” Ia juga ’mengoyakkan hatinya’ dan segera menerapkan apa yang ia baca. Ia tidak mencoba membenarkan diri, dengan mengatakan bahwa ia sudah berbuat banyak. Ingatkah Saudara apa hasil reformasinya? ”Selama masa hidupnya, [putra-putra Israel] tidak menyimpang dan terus mengikuti Yehuwa, Allah bapak-bapak leluhur mereka.”—2 Tawarikh 34:8, 14, 19, 21, 30-33; Yoel 2:13.

Gambar di hlm. 67

Maukah Saudara membuat perubahan apa pun yang dibutuhkan agar selaras dengan standar Alkitab?

22. Bagaimana caranya kita memperoleh manfaat dari teladan Yosia?

22 Saudara mungkin bertanya, ’Kalau saya jadi Yosia, bagaimana reaksi saya?’ Apakah Saudara, seperti dia, akan mendengarkan perkataan para nabi dan membuat perubahan yang diperlukan dalam tindakan dan cara berpikir Saudara? Meskipun kita tidak hidup pada zaman Zefanya dan Yosia, kita melihat perlunya menyambut berita dan nasihat dari Allah dewasa ini. Jadi, jika di dalam hatinya, seorang Kristen merasa bahwa ia perlu memperbaiki jalan hidup atau cara beribadatnya, perenungan tentang tulisan ke-12 nabi ini bisa menggugahnya untuk bertindak.—Ibrani 2:1.

23. Jika Saudara merasa perlu memperbaiki diri dalam beberapa hal, apa yang dapat Saudara lakukan?

23 Kadang-kadang, Saudara mungkin merasa seperti Yunus sewaktu ia berada di dalam perut ikan besar, ”Aku telah dihalau dari depan matamu! Bagaimana aku dapat menatap lagi baitmu yang kudus?” (Yunus 2:4) Namun, betapa melegakannya kata-kata Yehuwa bagi kita, manusia tidak sempurna yang cenderung berbuat salah! ”Kembalilah kepadaku, dan aku akan kembali kepadamu.” (Maleakhi 3:7) Jika Saudara menyadari perlunya memperkuat hubungan Saudara dengan Yehuwa, para penatua dalam sidang Saudara akan senang membantu. Ibarat mengemudikan mobil, mula-mula Saudara harus mulai dengan perlahan-lahan, seolah-olah dengan gigi rendah. Setelah melaju, kemajuan akan lebih mudah diperoleh. Yakinlah bahwa Yehuwa akan menyambut dan membantu Saudara, sebab Ia ”murah hati dan berbelaskasihan, lambat marah dan berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih”. (Yoel 2:12-14) Berita dari para nabi ini sungguh membesarkan hati semua orang yang berupaya beribadat dengan cara yang Allah perkenan.

Gambar di hlm. 68

Ada yang harus ’mencari Yehuwa’ dengan kembali kepada-Nya

SEBAGAI TINJAUAN

  • Selaras dengan berita dari ke-12 nabi, apa yang perlu dilakukan oleh umat Allah?​—Zefanya 2:3.

  • Bagaimana umat Allah pada zaman dahulu melupakan Dia?​—Hosea 8:14.

  • Mengapa orang Kristen perlu waspada sekalipun hidup di tengah-tengah kelimpahan rohani?​—Amos 4:6; 8:11.

BAGAIMANA PERASAAN SAUDARA?

  • Apa yang tercakup dalam ibadat sepenuh hati yang Yehuwa perkenan?​—Hosea 6:6; Mikha 6:8.

  • Jika Saudara pernah merasa terasing dari Yehuwa, bagaimana Saudara dapat kembali kepada-Nya?​—Hosea 6:1-3.

  • Bagaimana Saudara dapat meniru Raja Yosia dalam hal mencari Yehuwa?​—2 Tawarikh 34:19-21; Yoel 2:13.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan