PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yp2 psl. 4 hlm. 42-47
  • Sampai di Mana Batasnya?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Sampai di Mana Batasnya?
  • Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Tetapkan Batas yang Jelas
  • Bagaimana Saya Dapat Menghindari Bermain-main dengan Perbuatan Amoral?
    Sedarlah!—1994
  • Berkencan dan Berpacaran
    Masa Remaja—Manfaatkanlah Sebaik-baiknya
  • Seks Pranikah
    Sedarlah!—2013
  • Bermain-main dengan Perbuatan Amoral—Apa Bahayanya?
    Sedarlah!—1994
Lihat Lebih Banyak
Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
yp2 psl. 4 hlm. 42-47

PASAL 4

Sampai di Mana Batasnya?

Benar atau salah . . .

Dua orang yang berpacaran sama sekali tidak boleh bersentuhan, tidak soal apa pun.

□ Benar

□ Salah

Pasangan yang tidak melakukan hubungan seks masih bisa bersalah melakukan percabulan.

□ Benar

□ Salah

Bukan cinta namanya kalau pasangan yang sedang berpacaran tidak bercumbu-cumbuan.

□ Benar

□ Salah

PASTILAH, kamu banyak memikirkan soal ini. Lagi pula, jika kamu sedang berpacaran, bisa sulit untuk tahu batas-batas pernyataan kasih sayang. Mari kita bahas tiga pernyataan benar-salah di atas dan melihat bagaimana Firman Allah membantu kita menjawab pertanyaan, ”Sampai di mana batasnya?”

● Dua orang yang berpacaran sama sekali tidak boleh bersentuhan, tidak soal apa pun.

Salah. Alkitab tidak melarangkan pernyataan kasih sayang yang patut dan murni. Sebagai contoh, di Alkitab ada kisah tentang gadis Syulam dan pemuda gembala yang sedang jatuh cinta. Mereka menjaga kemurnian selama berpacaran. Namun, mereka tampaknya saling menunjukkan beberapa bentuk pernyataan kasih sayang sebelum menikah. (Kidung Agung 1:2; 2:6; 8:5) Dewasa ini, beberapa pasangan yang dengan serius memikirkan perkawinan mungkin merasa bahwa beberapa bentuk pernyataan kasih sayang yang murni adalah pantas.a

Namun, pasangan yang berpacaran harus sangat berhati-hati. Berciuman, berangkulan, atau melakukan hal-hal lain yang membuat seseorang terangsang dapat mengarah ke perbuatan seksual yang tercela. Begitu mudah, bahkan bagi pasangan yang mempunyai niat yang luhur, untuk terbawa suasana dan melakukan amoralitas seksual.​—Kolose 3:5.

● Pasangan yang tidak melakukan hubungan seks masih bisa bersalah melakukan percabulan.

Benar. Kata Yunani asli yang diterjemahkan ”percabulan” (por·neiʹa) mempunyai makna yang luas. Kata itu melukiskan segala bentuk hubungan seks di luar pernikahan dan berfokus pada penyalahgunaan organ-organ seks. Jadi, yang termasuk percabulan bukan hanya hubungan seks, melainkan juga perbuatan lain seperti memasturbasi orang lain, melakukan seks oral atau seks anal.

Selain itu, yang dikutuk Alkitab bukan hanya percabulan. Rasul Paulus menulis, ”Perbuatan daging nyata, dan ini adalah percabulan, kenajisan, tingkah laku bebas.” Ia menambahkan, ”Orang yang mempraktekkan hal-hal demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah.”​—Galatia 5:19-21.

Apa ”kenajisan” itu? Kata Yunaninya mencakup berbagai jenis kecemaran, dalam tutur kata atau tindakan. Tentu adalah kenajisan jika seseorang menggerayangi tubuh orang lain, menanggalkan baju orang lain, atau meraba-raba daerah yang intim, seperti buah dada. Dalam Alkitab, meraba-raba buah dada dikaitkan dengan kesenangan yang dikhususkan untuk pasangan suami istri. (Amsal 5:18, 19) Ada beberapa anak muda yang tidak malu melanggar standar ilahi. Mereka sengaja melewati batas, atau mereka dengan tamak mencari banyak partner untuk bisa mempraktekkan kenajisan seksual.

Beberapa anak muda mungkin bahkan melakukan kesalahan yang rasul Paulus sebut sebagai ”tingkah laku bebas”. Kata Yunani untuk ”tingkah laku bebas” berarti ’tindakan yang tak terkendali, kelewat batas, tidak sopan, nafsu yang tidak dikekang’. Pastilah kamu tidak mau sampai ”tidak memiliki perasaan moral” dengan menyerahkan diri kepada ”tingkah laku bebas untuk melakukan setiap jenis kenajisan dengan tamak”.​—Efesus 4:17-19.

● Bukan cinta namanya kalau pasangan yang sedang berpacaran tidak bercumbu-cumbuan.

Salah. Bertentangan dengan apa yang bisa jadi dipikirkan beberapa orang, bercumbu-cumbuan dengan cara yang tidak patut tidak memperdalam hubungan. Sebaliknya, hal itu melunturkan respek timbal balik dan rasa saling percaya. Perhatikan pengalaman Laura. ”Suatu hari, pacarku datang ke rumah ketika Ibu tidak ada, katanya sih cuma mau nonton TV,” ujarnya. ”Awalnya dia hanya memegang tanganku. Lalu, tiba-tiba, tangannya mulai menggerayangi tubuhku. Aku takut menghentikannya; aku pikir dia akan marah dan meninggalkanku.”

Bagaimana menurutmu? Apakah pacar Laura benar-benar menyayanginya, atau apakah ia hanya mencari pemuasan diri? Apakah orang yang mencoba membujukmu untuk melakukan kenajisan benar-benar menunjukkan bahwa ia mencintaimu?

Jika seorang pemuda mendesak seorang gadis untuk melanggar pelatihan dan hati nurani Kristennya, ia melanggar perintah Allah dan menurunkan bobot pengakuannya bahwa ia dengan tulus mencintai gadis itu. Selanjutnya, seorang gadis yang dengan sukarela menyerah, membiarkan dirinya dieksploitasi. Namun, yang lebih buruk lagi ia melakukan perbuatan najis​—mungkin bahkan percabulan.b​—1 Korintus 6:9, 10.

Tetapkan Batas yang Jelas

Jika kamu sedang berpacaran, bagaimana kamu bisa menghindari pernyataan kasih sayang yang tidak patut? Haluan yang bijaksana adalah menetapkan batas yang jelas sebelumnya. Amsal 13:10 mengatakan, ”Pada orang-orang yang berunding terdapat hikmat.” Jadi, bahaslah dengan pacarmu apa saja pernyataan kasih sayang yang patut. Jika kamu menunggu sampai berada dalam situasi yang sangat romantis baru menetapkan aturan dasar, kamu seperti menunggu sampai rumahmu terbakar baru memasang alarm.

Memang, membahas topik yang sensitif seperti itu bisa jadi sulit​—bahkan memalukan​—khususnya pada tahap awal berpacaran. Tetapi, menetapkan batas sangat berguna untuk mencegah berkembangnya problem-problem serius di kemudian hari. Batas-batas yang bijak bisa berfungsi seperti detektor asap yang membunyikan alarm sewaktu ada tanda-tanda awal kebakaran. Selanjutnya, kemampuanmu untuk berkomunikasi tentang soal-soal ini bisa juga dijadikan tolok ukur apakah hubungan kalian bisa terus berlanjut. Ya, pengendalian diri, kesabaran, dan sifat tidak mementingkan diri adalah dasar untuk hubungan seks yang memuaskan dalam perkawinan.​—1 Korintus 7:3, 4.

Memang, berpaut pada standar-standar ilahi tidaklah mudah. Tetapi, kamu dapat mempercayai nasihat Yehuwa. Bukankah di Yesaya 48:17, Ia melukiskan diri-Nya sebagai ”Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kamu tempuh”? Ya, Yehuwa menginginkan yang terbaik untukmu!

BACA JUGA JILID 1, PASAL 24

DI PASAL BERIKUTNYA

Keperawanan tidak membuatmu tidak normal. Sebaliknya, itu adalah haluan yang bijak. Cari tahu mengapa demikian.

[Catatan Kaki]

a Di beberapa bagian dunia, pernyataan kasih sayang di depan umum antara dua orang yang belum menikah dianggap tidak sopan dan membuat risi. Orang Kristen berhati-hati agar perilaku mereka tidak membuat orang lain tersandung.​—2 Korintus 6:3.

b Tentu saja, masalah yang dikemukakan di paragraf ini berlaku untuk lelaki maupun perempuan.

AYAT-AYAT KUNCI

”Kasih . . . tidak berlaku tidak sopan.”​—1 Korintus 13:4, 5.

TIPS

Jangan pergi berduaan, pastikan ada pendamping. Hindari keadaan yang berisiko, seperti berduaan di mobil yang diparkir atau berduaan di rumah atau apartemen.

TAHUKAH KAMU . . . ?

Setelah bertunangan, kalian perlu membahas beberapa hal yang bersifat pribadi. Tetapi, pembicaraan yang dimaksudkan untuk membangkitkan hasrat seksual adalah suatu bentuk kenajisan​—sekalipun melalui telepon atau sms.

RENCANAKU!

Agar terhindar dari godaan mencoba-coba amoralitas, aku akan ․․․․․

Jika pacarku mendesak aku melakukan kenajisan, aku akan ․․․․․

Yang ingin kutanyakan kepada orang tuaku tentang pokok ini ialah ․․․․․

MENURUTMU . . .

● Batas-batas apa yang akan kamu tetapkan sehubungan dengan kontak fisik dengan lawan jenis?

● Jelaskan perbedaan antara percabulan, kenajisan, dan tingkah laku bebas.

[Kutipan di hlm. 46]

Aku dan tunanganku sudah membaca bersama berbagai artikel berdasarkan Alkitab tentang menjaga kemurnian. Kami bersyukur karena dengan demikian kami dibantu untuk mempertahankan hati nurani yang bersih.’’​—Leticia

[Kotak di hlm. 44]

Bagaimana jika Kami Sudah Melewati Batas?

Bagaimana jika kamu terjerumus dalam tingkah laku yang tidak patut? Jangan menipu diri dengan berpikir bahwa kamu dapat mengatasi sendiri masalah itu. ”Aku biasanya berdoa, ’Bantulah kami agar tidak melakukannya lagi,’” demikian pengakuan seorang anak muda. ”Kadang itu berhasil, tapi beberapa kali tidak.” Karena itu, berbicaralah kepada orang tuamu. Alkitab juga memberikan nasihat bagus ini, ’Panggillah tua-tua di sidang jemaat.’ (Yakobus 5:14) Para gembala Kristen ini bisa memberikan nasihat, saran, dan teguran sehingga kamu bisa memulihkan hubunganmu dengan Allah.

[Gambar di hlm. 47]

Apakah kamu menunggu sampai rumahmu terbakar baru memasang alarm? Jadi, jangan tunggu sampai nafsumu berkobar baru menetapkan aturan dasar tingkah laku

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan