Hawaii
Laporan Buku Kegiatan 1991
PADA tanggal 12 Juli 1776, kapal Resolution mulai berlayar dari Plymouth, Inggris, mencari-cari Jalur Lintasan Barat Laut yang merupakan legenda—jalan pintas yang menghubungkan Eropa dengan Asia. Seorang pria yang berperawakan tinggi dan tampan, anak seorang buruh tani Skotlandia, berdiri di belakang kemudi dengan mata memancarkan kegembiraan karena menemukan hal baru. Dia adalah Kapten James Cook.
Walaupun ia tidak mengetahuinya, perjalanan ini, yaitu perjalanan keliling dunia yang ketiga, akan menjadi yang terakhir. Setelah kembali mengunjungi Selandia Baru, ia berlayar ke arah timur laut ke Tonga, kemudian Tahiti. Setelah meninggalkan Tahiti, Cook berlayar menuju kawasan yang jarang dijelajahi orang, yaitu perairan Pasifik Utara. Di sana ia menemukan sesuatu yang luar biasa—sekelompok pulau yang ia namakan Kepulauan Sandwich, untuk menghormati temannya seorang bangsawan yang bersama-sama bergabung dalam Angkatan Laut Inggris.
Ketika Cook dan awak kapalnya mendarat pada tahun 1778, mereka menjadi orang Eropa pertama yang memijakkan kaki di pantai kepulauan tersebut, dan mereka sangat terkejut karena disambut dengan sangat hormat oleh penduduk setempat dari kalangan bangsawan Polinesia yang telah sangat maju. Akan tetapi, satu tahun kemudian, Cook terbunuh dalam suatu pertikaian sengit dengan penduduk asli. Dewasa ini, deretan kepulauan vulkanis itu telah menjadi persimpangan jalan di Lautan Pasifik. Itu adalah Kepulauan Hawaii.
Karena terletak di ujung utara daerah tropis, gugusan pulau yang indah ini yang terdiri dari 132 pulau, batu-batu karang, dan tempat-tempat dangkal menyusuri wilayah Laut Pasifik tengah dari tenggara hingga barat laut sepanjang 2.451 kilometer. Ketujuh pulau utamanya yang berpenduduk adalah Niihau, Kauai, Oahu, Molokai, Lanai, Maui, dan Hawaii (yang disebut Pulau Besar).
Dari air terjun yang deras sampai puncak-puncak gunung berapi yang tertutup salju, keindahan yang mempesona dari kepulauan ini telah berulang kali diceritakan melalui musik, puisi, lukisan, maupun film-film. Sesungguhnya, bagi jutaan orang nama Hawaii membangkitkan gambaran tentang pohon-pohon nyiur yang melambai-lambai dihembus angin tropis dan gelombang laut yang lembut membelai pantai-pantai berpasir putih gading. Benar-benar suatu pengingat yang menyenangkan akan hasrat seluruh umat manusia akan keindahan firdaus! Akan tetapi, keindahan yang sesungguhnya dari Hawaii terdapat dalam ’barang-barang indah’ yang lain, yaitu umat Yehuwa yang lemah lembut bagaikan domba yang tinggal dalam suatu firdaus rohani. (Hag. 2:8) Inilah kisah mereka.
Upacara-Upacara Agama yang Mengerikan dari Masa Lampau
Agama berhala dengan sistem keimaman yang membangkitkan rasa takut dan raja-raja yang didewakan sangat menonjol di kalangan penduduk Polinesia yang pertama. Jika seseorang melanggar larangan agama, sering kali hukumannya adalah kematian. Akan tetapi, menarik bahwa ada kota-kota perlindungan sebagai tempat berlindung. Selama berabad-abad, ibadat kepada banyak dewa, disertai praktik mempersembahkan korban-korban manusia, membuat agama selalu menjadi perhatian utama di Hawaii zaman dulu.
Ke dalam suasana seperti inilah para utusan injil Protestan tiba dari pantai timur Amerika Serikat pada tahun 1820-an. Terkejut oleh kehidupan sosial dan upacara-upacara agama penduduk asli, utusan-utusan injil pertama ini membawa perubahan besar atas Kepulauan Hawaii. Salah satu adalah membuat bahasa Hawaii yang indah menjadi bentuk tulisan. Tidak lama kemudian, Alkitab dan buku-buku pelajaran lain dicetak. Juga, upaya diadakan untuk mendidik penduduk dalam cara hidup orang Barat. Dalam waktu singkat, Protestanisme menjadi agama de facto, menggantikan sistem keimaman berhala dari masa lampau. Pada tahun 1827 utusan-utusan injil Katolik yang pertama tiba di Hawaii. Kemudian, para pekerja bangsa Tionghoa dan Jepang berimigrasi membawa serta kepercayaan asli Asia mereka. Maka, menjelang akhir abad ke-19, kehidupan beragama dari orang-orang Hawaii mencakup agama Protestan, Katolik, Budha, Taoisme, dan Shinto.
Sangat Maju dalam Kerja Sama Etnik
Selama masa ini orang-orang dari banyak kebangsaan membaur membentuk masyarakat Hawaii dan mengubah kulturnya. Orang Hawaii zaman dulu adalah keturunan Polinesia dengan perawakan tinggi, bertulang tegap, dan bertabiat keras, dengan warna kulit kuning sawo, mata besar berwarna coklat, dan rambut lebat berwarna coklat tua atau hitam. Setelah pendaratan Kapten James Cook menjelang akhir abad ke-18, gelombang imigran berdatangan secara berturut-turut dari Tiongkok, Jepang, Okinawa, Korea, Kepulauan Filipina, Kepulauan Portugal Madeira dan Azores, Puerto Rico, Spanyol, Skandinavia, dan Jerman untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan menjadi buruh kontrak di perkebunan-perkebunan gula yang bertebaran. Percampuran etnik ini meningkat pada abad ke-20 dengan semakin banyaknya orang-orang datang dari Samoa dan pulau-pulau lain di Pasifik, tetapi setelah 1930, kebanyakan datang dari daratan Amerika Serikat.
Selama bertahun-tahun berbagai kelompok manusia yang beraneka ragam di Hawaii telah membaur dengan sukses. Hampir 40 persen dari semua perkawinan baru adalah antar ras, sehingga menghasilkan percampuran manusia kosmopolitan yang sangat mengagumkan bagi banyak pengunjung. Namun, meskipun latar belakang mereka beragam, pada umumnya orang-orang di Hawaii baik hati dan ramah. Hal ini, dengan lingkungan tropis dan cuaca yang pada umumnya cerah, membuat Hawaii menjadi tempat berlibur yang menyenangkan. Di antara orang-orang yang ramah dan menarik inilah Saksi-Saksi Yehuwa akan menuai panen yang besar di hari-hari terakhir ini.
Kunjungan dari Presiden
Pada tahun 1912, kapal uap Shinyo Maru bergerak mendekati pelabuhan Honolulu, menimbulkan riak-riak air, dan masuk dermaga. Salah seorang penumpangnya ialah presiden pertama Lembaga Menara Pengawal, Charles T. Russell, yang sedang dalam perjalanan keliling dunia.
Setelah mengunjungi Sekolah-Sekolah Kamehameha dan Institut Pasifik Tengah, ia menulis pengamatannya dalam The Watch Tower terbitan 15 April 1912, ”Kami bertanya perihal pengajaran Kristen dan diberi tahu bahwa upaya untuk mengajarkannya akan membuat murid-murid menjauhkan diri dan dengan demikian mengganggu ketenangan sekolah. . . . Kami berpendapat bahwa perkerjaan di Hawaii sangat baik, dipandang dari segi kemanusiaan, tetapi sama sekali gagal dari sudut pandangan pengkristenan. Sejauh yang dapat kami amati, iman kepada darah Tebusan Yesus, kebangkitannya dan kerajaannya yang akan datang, belum pernah diajarkan.”
Menabur Benih-Benih Pertama
Pada tahun 1915, Walter Bundy, seorang musafir (sebutan untuk rohaniwan keliling pada waktu itu), meminta Ellis Wilburn Fox untuk menemani dia dan istrinya melakukan perjalanan ke Honolulu, Hawaii, dan menawarkan untuk membayar ongkos perjalanannya. Saudara Fox menerima undangan itu, meninggalkan pekerjaannya sebagai operator kepala sebuah gedung bioskop di Vancouver, B.C., Kanada. Saudara Bundy dan istrinya, juga Saudara Fox, berlayar dari Vancouver ke Honolulu dengan kapal uap. Mereka berupaya menaburkan benih-benih kebenaran pertama kepada orang-orang Hawaii yang ramah dan baik hati. Di dalam tas mereka ada sebuah mesin cetak kecil yang dijalankan dengan tangan, untuk membuat surat-surat selebaran guna mengumumkan khotbah-khotbah umum yang akan disampaikan oleh kedua saudara ini. Saudara Fox berharap untuk tinggal di Honolulu beberapa minggu saja dan setelah itu kembali kepada pekerjaannya dengan gaji yang tinggi di Vancouver. Akan tetapi, ia tidak mengetahui bahwa beberapa minggu itu ternyata menjadi tujuh tahun.
Pada hari Minggu pertama di bulan Februari 1915, perhimpunan pertama dari Siswa-Siswa Alkitab (sebutan untuk Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu) diadakan dalam sebuah kamar di hotel yang terletak di sudut Jalan Fort dan Jalan Beretania di Honolulu, dihadiri oleh lima orang: suami-istri Bundy, Ellis Fox, dan seorang peminat dengan istrinya.
Beberapa hari sebelum mereka sampai di Honolulu, ketika masih di atas kapal, ketiga saudara tersebut sepakat bahwa yang pertama bisa mendapatkan pekerjaan akan menunjang dua yang lainnya. Saudara Bundy, seorang pianis, langsung mendapat pekerjaan di sebuah toko musik.
Mengenai hari-hari permulaan itu, Ellis mengingat, ”Kami mempersiapkan khotbah umum setiap hari Minggu. Walter menyusun pengumuman untuk khotbah hari Minggu berikutnya, sementara tugas saya adalah mengetik, menyusun, mencetak surat-surat selebaran dan berupaya menyebarkannya seluas mungkin di Honolulu setiap minggu. Saudara itu tampaknya tidak pernah kehabisan bahan untuk khotbah umum.”
Merasakan kegugupan Ellis perihal berbicara di hadapan umum, Walter sering membawanya ke taman. Di sana ia membantu memperbaiki tata bahasa dan cara berbicara Saudara Ellis. Seperti yang kemudian dikatakan oleh Ellis, ”Dengan sangat sabar ia berupaya menularkan kepandaiannya kepada saya.”
Bekerja Dengan Kelompok Pertama
Pelatihan ini sangat dibutuhkan dan sangat berharga, karena pada akhir tahun 1915, Saudara Russell memanggil kembali Walter Bundy untuk diberi penugasan lain di daratan Amerika Serikat. Ellis Fox tetap tinggal di Honolulu sebagai satu-satunya penatua dalam kelompok kecil peminat-peminat baru. Pada waktu itulah ia sadar bahwa ia tidak akan segera kembali kepada pekerjaannya dengan gaji yang tinggi di Kanada. Akan tetapi, ia bergairah perihal kebenaran dan memiliki sikap yang benar sehubungan dengan tetap tinggal di Honolulu dan mendahulukan kepentingan Kerajaan di atas kepentingan materi.
Ellis juga terbukti bersahaja dan rendah hati dalam mengurus tanggung jawabnya selama masa-masa awal tersebut. Pelajaran dari buku Tabernacle Shadows sangat sulit. Karena menyadari pengalamannya yang terbatas, ia biasanya terang-terangan meletakkan kertas serta pensil dan mengumumkan bahwa semua pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh kelompok itu akan dicatat dan selama pekan berikut setiap orang dapat melakukan riset mencari jawabannya. Akan tetapi, seperti yang dapat saudara duga, sebagian besar penelitian diserahkan kepada Saudara Fox, dan ia harus berupaya keras untuk menemukan jawaban yang tepat.
Memberi Kesaksian sebagai Pengemudi Taksi
Sepotong kapur dan sebuah taksi, kombinasi yang aneh untuk menyebarkan berita Kerajaan—tetapi tidak demikian bagi Ellis Fox. Ketika bekerja sebagai pengemudi taksi, Saudara Fox biasa memberikan kesaksian kepada pengemudi-pengemudi lain. Dengan menggunakan kapur untuk menulis di atas trotoar, ia melukiskan janji-janji Yehuwa dan menjelaskan kronologi Alkitab, seperti jangka waktu Zaman Orang Kafir, dengan demikian menimbulkan banyak pertanyaan yang mengarah kepada pembahasan yang hidup.
Seorang pengemudi lain, James Harrub, karena berminat kepada kebenaran-kebenaran Alkitab tersebut, meminta lebih banyak bahan bacaan. Setelah dengan cepat membaca buku ”New Creation” dan buku-buku lain dalam kumpulan Studies in the Scriptures, ia merasa yakin bahwa berita yang dimuat di dalamnya tanpa diragukan adalah kebenaran dari Firman Allah yang terilham.
Pada tahun 1918 Ellis mengadakan pengajaran Alkitab secara tetap tentu dengan James dan istrinya, Dora. Dora, seorang anggota gereja Episkopal, tergugah minatnya melihat guntingan surat kabar yang diberikan oleh Ellis kepada suaminya. Di dalamnya terdapat cerita mengenai acara perdebatan antara ”Pendeta” Troy dengan presiden kedua dari Lembaga Menara Pengawal, Joseph F. Rutherford, yang pada kesempatan itu berhasil menyingkapkan bahwa doktrin Tritunggal, api neraka, dan kekekalan jiwa tidak berdasarkan Alkitab. Digugah minatnya oleh keterangan kecil yang menarik ini, mulailah upayanya selama 50 tahun lebih untuk belajar Alkitab dengan serius dan menerapkannya.
Murid-Murid Pertama Dibaptis
Ketika James Harrub menyatakan hasratnya untuk dibaptis, Saudara Fox mendapat izin menggunakan gereja tua yang kosong yang memiliki tempat pembaptisan di bawah suatu pintu di lantai. Akan tetapi, tangki yang terbuat dari pelat logam itu bocor sekali. Setelah mereka sedapat-dapatnya memateri lubang-lubang dengan solder besi, mereka mendapati bahwa tangki itu dapat menampung jumlah air yang diinginkan hanya jika kran dibuka sepenuhnya. Saudara Fox bercerita: ”Saya telah selesai memberikan khotbah pembaptisan dan sedang berdiri di dalam air menunggu James keluar dari kamar ganti pakaian ketika sesuatu yang mengejutkan terjadi. Si mungil Dora Harrub, yang manis dan bermata tajam, turun ke bawah supaya ia dapat berbisik di telinga saya tanpa didengar orang lain, dan berkata, ’Ellis, apakah saya boleh dibaptis juga?’ ’Tentu saja boleh! Pergilah ke sana dan ganti pakaianmu.’ Benar-benar pengalaman yang menggembirakan bagi suaminya dan saya!” Dengan demikian, dua murid Kristiani pertama di Hawaii dibaptis pada tanggal 19 November 1919.
Kelompok Siswa-Siswa Alkitab itu memindahkan tempat perhimpunan mereka dari Hotel Leonard, tempat Ellis tinggal, ke rumah keluarga Harrub, di Jalan Spreckles di Honolulu. Sembilan orang secara tetap tentu menghadiri pembahasan ”doa, pujian dan kesaksian” setiap hari Rabu dan Pelajaran Menara Pengawal setiap hari Minggu.
Dari Anggota Perkumpulan Freemason menjadi Saksi
Selama Perang Dunia I, Saudara Fox bekerja sebagai manajer suatu usaha setempat. Pada suatu Minggu pagi, di rumahnya di Honolulu, ia menerima telepon dari seseorang bernama David Solomon. Tn. Solomon, yang mengusahakan bengkel di suatu pos militer setempat, meminta perbekalan dan menanya apakah Ellis bersedia membuka tokonya, dan ini disetujui oleh Ellis.
Saudara Fox mengingat, ”Seraya ia mengantar saya ke toko, ia menyatakan bahwa saya pasti seorang Mason [suatu perkumpulan sosial] karena begitu baik hati. Ketika diberi tahu bahwa saya seorang rohaniwan yang bergabung dengan Siswa-Siswa Alkitab setempat, ia bertanya, ’Apakah Anda pernah memberikan khotbah di luar gereja Anda sendiri?’ Saya menjawab, ’Ya, jika diundang.’ Kemudian ia memberi tahu saya bahwa ia adalah pengawas rumah penginapan orang-orang Mason di Fort Schofield dan mengundang saya memberikan khotbah di sana. Tentu saja, saya tidak memberi tahu dia bahwa saya belum pernah menyampaikan khotbah umum. Saya membuat persiapan dan menggunakan bagan serupa seperti yang terdapat di sampul depan Jilid I dari Studies in the Scriptures. Pada waktu mempersiapkan dan menyampaikan khotbah umum pertama itu saya mendapat kesempatan mempraktikkan beberapa hal yang telah saya pelajari dari Walter Bundy.”
Setelah itu, David Solomon secara tetap tentu berhimpun bersama kelompok kecil Siswa-Siswa Alkitab. Meskipun mendapat tentangan keras, belakangan ia mengundurkan diri dari kelompok Mason dan dibaptis oleh Saudara Fox.
Bertukar Tempat di Sekolah Minggu
Saudara Fox yang selalu inovatif dan sangat berinisiatif, senantiasa waspada melihat kesempatan untuk menyebarkan kebenaran. Sebagai contoh, dengan keberanian yang cukup besar, ia mendatangi gereja-gereja dan sekolah-sekolah Minggu. Selama kebaktian, ia menanyakan hal-hal yang menyangkut doktrin, dengan demikian menciptakan kesempatan bahkan di dalam gereja untuk memberi kesaksian kepada anggota-anggota yang hadir.
Pada suatu hari Minggu ia memasuki sebuah gereja, dan karena pendeta yang biasa memimpin tidak hadir, seseorang bernama Tn. Elder memimpin pengajaran tentang buku Matius pasal 24. Kemudian Saudara Fox mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan memberikan komentar-komentar Alkitab mengenai bahan yang sedang dibahas. Tn. Elder begitu terkesan sehingga di hadapan semua orang ia meminta agar Saudara Fox bertukar tempat dengannya. Pembahasan yang baik berlanjut dalam sekolah Minggu ini sampai pendeta kembali, dan dia, tentu saja segera menghentikan acara itu. Kemudian, Tn. Elder meninggalkan gereja dan menyediakan tokonya di pusat kota bagi kelompok Siswa-Siswa Alkitab sebagai tempat belajar Alkitab satu kali seminggu pada petang hari.
Pada tahun 1922, keadaan menuntut agar Saudara Fox meninggalkan Kepulauan Hawaii dan pindah ke Kalifornia. Ia mempercayakan pekerjaan kepada James Harrub serta yang lain-lain, dan berangkat dengan keyakinan bahwa pekerjaan pengabaran telah mapan di atas dasar yang kecil tetapi kokoh.
Dari Italia ke Hawaii
Pada tahun 1923 Lembaga mengirim O. E. Rosselli dari Italia dalam perjalanan keliling dunia untuk menganjurkan penggunaan buku The Harp of God, yakni sebuah buku yang disusun untuk membantu orang yang baru belajar Alkitab. Salah satu tempat persinggahannya adalah Hawaii. Saudara Rosselli sangat aktif, bergairah untuk kebenaran, dan ia mengunjungi setiap pulau utama dengan membawa buku Harp, termasuk pulau pribadi yang biasanya tertutup bagi umum yakni Pulau Niihau.
Saudara Rosselli juga menguatkan kelompok kecil saudara-saudara Hawaii dengan menceritakan pengalaman-pengalaman yang membesarkan hati yang ia peroleh selama perjalanan. Di antara mereka yang ia beri kesaksian adalah Amy Ing, ketika gadis itu sedang bekerja di toko milik ayahnya di Honolulu. Ia menempatkan satu set Studies in the Scriptures kepadanya, yang akan terus dihargai oleh Amy Ing selama tahun-tahun mendatang. Amy Ing kemudian menikah dengan Harry Lu, dan keduanya menjadi pendukung yang gigih dari kebenaran Kerajaan.
Ia dulu seorang Budhis
Kameichi Hanaoka dan Albert Kinoshita adalah beberapa di antara mereka yang menghadiri perhimpunan pengajaran Alkitab yang diselenggarakan di rumah keluarga Harrub. Benih-benih kebenaran yang kecil yang ditabur dalam hati mereka kemudian bertumbuh menjadi iman yang kokoh bagaikan pohon-pohon besar. Kedua saudara yang berbicara bahasa Jepang ini turut ambil bagian dalam membentuk kelompok pelajaran berbahasa Jepang yang pertama, yang diorganisasi pada tahun 1924. Keduanya bertekun dalam dinas Kerajaan selama seluruh kehidupan mereka selanjutnya. Saudara Hanaoka membantu membuka pekerjaan di Jepang setelah Perang Dunia II, dan menyelesaikan 20 tahun dinas sepenuh waktu di sana sewaktu ia meninggal pada tahun 1971.
James Nako, seorang keturunan Okinawa, adalah penganut agama Budha yang serius, demikian pula seluruh keluarganya. Pada suatu hari ketika ia melihat-lihat dalam toko buku di Honolulu, matanya tertarik kepada sebuah Alkitab, dan ia mulai membacanya tanpa dapat mengerti. Namun, hal itu cukup untuk menggerakkan dia meninggalkan agama Budha dan bergabung dengan Gereja Kongregasional Makiki.
James berkata, ”Saya membaca bahwa khotbah dalam bahasa Jepang akan disampaikan di YMCA Nuuanu di Honolulu dengan tema ’Jutaan yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati’. Ini begitu berbeda dengan apa yang pernah saya dengar sebelumnya, maka saya memutuskan untuk hadir. Karena iklan tersebut mengundang kami agar membawa Alkitab, saya pun membawanya. Saya sangat kagum dengan pembicara, yang menjawab semua pertanyaan dengan Alkitab. Saya mengisi selembar kertas yang menyatakan bahwa saya ingin belajar Alkitab.” Ini menuntunnya kepada kelompok pelajaran yang terdiri dari 12 orang, yang merupakan semua Siswa Alkitab yang bergabung bersama pada tahun 1926. James Nako maju dengan pesat dan dibaptis pada bulan Juli 1927.
Ketika menggambarkan pengalamannya memberi kesaksian di Honolulu pada tahun 1927, Saudara Nako bercerita, ”Saya memiliki mobil Ford tua Model T, yang harus distarter dengan engkol tangan. Biasanya saya mengisi bagasi mobil dengan persediaan buku The Golden Age dan The Watchtower dalam bahasa Jepang. Majalah-majalah tersebut diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Jepang di Jepang dan dikirimkan kepada kami dengan biaya hanya sebesar ongkos kirim dengan kapal laut. Kami membagikannya secara cuma-cuma, sambil bertanya apakah orang-orang berminat belajar Alkitab. Saya mengingat bahwa Saudara Hanaoka dan saya menerima kira-kira seribu majalah setiap bulan untuk disiarkan.”
Anak-Anak ”Bandel”
Karena setiap hari Minggu James bekerja sebagai juru masak, ia tidak dapat ikut ambil bagian dalam dinas pengabaran, maka ia memutuskan untuk berwiraswasta. Akan tetapi, ini ternyata sangat menyita waktu dan akibatnya ia menjadi tidak aktif secara rohani.
Meskipun demikian, ia sangat prihatin terhadap kesejahteraan rohani keluarganya. Untuk alasan itulah ia meminta salah seorang saudara, James Watson, untuk mengadakan pengajaran Alkitab dengan keluarganya, yang dengan setia dan sabar dilakukan oleh Saudara Watson.
”Ketika tiba waktunya untuk belajar,” Saudara Nako mengingat, ”kedua anak saya yang bandel, Richard dan Tommy, biasanya memanjat ke luar dari jendela kamar tidur dan bersembunyi di luar. Anak perempuan saya yang tertua, Adeline, bersama saya biasanya akan mencari mereka di luar dan menemukan mereka di taman di ujung jalan.” Sampai hari ini, Adeline tetap melayani dalam dinas utusan injil di Jepang bersama kedua anak laki-laki ”bandel” itu dan istri mereka.
Apakah ayah mereka menjadi aktif kembali dalam kesaksian Kerajaan? Ya, dan ia sering merintis ekstra hingga ia meninggal pada tahun 1972. Istrinya yang menjanda, Alice, sering ambil bagian dalam dinas perintis ekstra di Honolulu.
Akan tetapi, marilah kita kembali kepada masa manakala mereka mendapat tentangan dari sanak saudara yang beragama Budha karena cara hidup Kristen keluarga Nako begitu drastis menyimpang dari apa yang secara turun-temurun diterima oleh orang Okinawa yang menyembah leluhur. Sanak saudara mereka tidak dapat memahami mengapa keluarga Nako tidak mau ambil bagian dalam suatu perkara yang tampaknya kecil, yaitu membakar dupa pada upacara pemakaman dan peristiwa-peristiwa lain untuk menghormati orang mati. Saudara-saudara mereka biasa bertanya, ”Mengapa kalian percaya itu?” dan sebelum Balai Kerajaan dibangun di Honolulu pada tahun 1935, mereka sering mengejek keluarga Nako, dengan bertanya, ”Di mana gereja kalian?” Akan tetapi, James Nako dan istrinya sangat berperan dalam membantu sejumlah anggota keluarga mereka dari tiga generasi selanjutnya untuk masuk ke dalam kebenaran.
’Api yang Menyala-nyala dalam Tulang-tulangku’
Joseph Dos Santos, yang keturunan Portugis, dibesarkan di Hawaii dalam keluarga Katolik Roma. Ketika baru berusia 12 tahun, ia telah kehilangan iman akan gereja. Setelah mengikuti Akademi Chiropractic [penyembuhan penyakit dengan memijit tulang punggung] Berkeley di Kalifornia, pada tahun 1927 ia pindah ke Inglewood, Kalifornia. Karena sungguh-sungguh mencari kebenaran Alkitab, ia menggunakan waktu luangnya untuk mendengarkan acara-acara agama di radio dan mengunjungi berbagai gereja namun mendapati bahwa semuanya tetap membuatnya merasa kosong, tanpa kepuasan sedikit pun.
Perasaan ini berubah ketika pada tahun 1929, ibu pemilik pondokan meminjamkan sebuah eksemplar The Golden Age yang membahas mengenai Inkuisisi Katolik. Ia berkata, ”Apa yang saya baca dalam majalah itu mulai mengubah seluruh pandangan saya tentang kehidupan. Hal itu mulai mengisi kekosongan saya. Seorang Siswa Alkitab setempat mengetahui tentang minat saya dan memberi saya lebih banyak publikasi. Tidak lama setelah itu saya tidak ragu-ragu bahwa saya telah menemukan kebenaran.”
Pada tahun itu, ia kembali ke Hawaii untuk praktik chiropractic dan ia terus mempelajari kebenaran-kebenaran Alkitab yang dijelaskan dalam publikasi-publikasi Lembaga. ”Seperti halnya Yeremia, kebenaran Alkitab bagaikan api yang menyala-nyala dalam tulang-tulang saya,” ia bercerita. ”Dan saya tidak dapat diam.” (Yer. 20:9) Walaupun sendirian dan tanpa hubungan dengan Siswa-Siswa Alkitab setempat lainnya, atas inisiatifnya sendiri ia mulai mengunjungi tetangganya di rumah-rumah mereka di distrik Aiea, Oahu. Dengan bergairah ia mengorganisasi kelompok pengajaran dengan beberapa pekerja imigran dari Filipina, dan pada tahun 1931 hadirin pada pelajaran itu menanjak menjadi 22. Karena tidak ada publikasi dalam dialek mereka, Saudara Dos Santos membacakan ayat-ayat dari Alkitab bahasa Inggris dan kemudian meminta para pelajar membacanya dalam Alkitab bahasa Filipina milik mereka sendiri.
Kesaksian yang aktif ini tidak lepas dari perhatian kaum pendeta. Tidak dibutuhkan waktu lama bagi imam Katolik di Aiea untuk mulai menyebarkan gosip bahwa Saudara Dos Santos adalah pupule (yang berarti ”gila” dalam bahasa Hawaii). Ini mengakibatkan dirinya dikenal di daerah itu sebagai Pupule Joe.
Pada suatu hari, ketika mengunjungi seorang teman, ia terkejut melihat buku Prophecy. Pada waktu itu ia benar-benar mengira bahwa dialah satu-satunya orang di Hawaii yang memiliki buku-buku dari Siswa-Siswa Alkitab. Dengan bersemangat ia menanyakan kepada temannya bagaimana ia memperoleh buku itu. Betapa terkejut dan senangnya ia sewaktu mengetahui perihal James Watson dan kelima Siswa Alkitab lain yang aktif di kepulauan itu!
Keputusan yang Penting Dibuat
”Waktunya untuk membuat keputusan tiba dalam kehidupan saya,” demikian kata Saudara Dos Santos. ”Saya menyadari bahwa saya harus membuat keputusan yang tegas, untuk meneruskan profesi saya dalam bidang chiropractic, yang dapat memberikan penyembuhan sementara kepada orang yang sakit secara fisik, atau untuk membaktikan diri saya kepada pekerjaan menjadikan murid, yang akan menghasilkan manfaat kekal bagi manusia.” Yakin akan kata-kata Yesus mengenai kuk yang ringan dari pekerjaan sebagai murid, ia membawa persoalan itu dalam doa kepada Yehuwa. (Mat. 11:29, 30) Ia hampir tidak dapat menanti untuk menceritakan kepada David Solomon (pengawas depot Lembaga di Honolulu) bahwa ia telah memutuskan untuk membaktikan diri kepada pekerjaan pengabaran dan bahwa ia ingin mengabar di daerah-daerah lain dari Kepulauan Hawaii, dengan demikian menyerahkan Honolulu kepada keenam Siswa Alkitab lainnya untuk dikerjakan. Meskipun belum pernah ada yang membawa kabar baik ke luar Pulau Oahu, Saudara Solomon merasa yakin akan tekad pemuda ini dan karena itu membuat sebuah rumah mobil untuk digunakan olehnya dalam pekerjaan kolportir. Maka pada tahun 1929 karir pengabaran sepenuh waktu dari Saudara Joseph Dos Santos mulai. Belakangan ia berkata, ”Saya pergi mengunjungi seluruh rangkaian Kepulauan Hawaii dengan truk Dodge tahun 1927 selama tiga setengah tahun, menanam benih-benih kebenaran tanpa satu kali pun mengalami ban kempes!”
Karena daerahnya luas dan ia bekerja sendirian, ia terutama memusatkan penyebaran berita melalui penempatan publikasi. Ketika menggambarkan pengalamannya, ia menulis, ”Karena kecepatan pekerjaan Kerajaan pada waktu itu, Siswa-Siswa Alkitab menggunakan tas-tas buku yang besar atau koper-koper kecil untuk membawa amunisi rohani. Orang-orang bersikap baik, dan tidak ada ejekan ataupun pintu yang dibanting. Halnya seperti makan permen! Orang-orang senang melihat kami dan dengan cepat menyumbang satu dolar ganti empat buku, yang adalah penawaran yang umum. Saya masih muda dan bergairah pada waktu itu dan dapat berjalan bermil-mil di jalan-jalan pegunungan dan mendaki bukit dengan dua koper penuh berisi publikasi, dan saya menikmati banyak pengalaman yang menyenangkan. Di beberapa tempat jalan demikian sulit dilalui sehingga saya tidak dapat mengendarai mobil maupun berjalan, terutama di distrik Kohala di Pulau Besar. Kadang-kadang saya benar-benar merangkak untuk mencapai rumah-rumah. Saya bahkan meninggalkan cukup banyak makanan rohani bagi orang-orang berpenyakit kusta di pemukiman penderita kusta di Molokai.”
Ia mempertahankan jadwal yang penuh kegiatan, mengabar enam hari dalam satu minggu dan menggunakan rata-rata 230 jam untuk berdinas setiap bulan. Dalam waktu tiga setengah tahun bekerja seorang diri di seluruh rangkaian Kepulauan Hawaii, ia menempatkan 46.000 publikasi.
Ketika kembali ke Honolulu pada tahun 1933, Saudara Dos Santos memberi tahu Saudara Solomon bahwa langkah berikutnya bagi dia adalah pergi keliling dunia membawa kabar baik. Akan tetapi, ia ternyata hanya bepergian sejauh Kepulauan Filipina, menghabiskan waktunya selama hampir 17 tahun di sana. Selama periode itu, ia bertahan menghadapi tentangan yang keras, termasuk tiga tahun pemenjaraan yang keji akibat penjajahan tentara Jepang selama perang dunia kedua.
Pada tahun 1949 Saudara Dos Santos kembali ke Hawaii bersama keluarganya, tempat ia dan istrinya terus dalam dinas perintis hingga ia menyelesaikan kehidupannya di atas bumi pada tahun 1983 pada usia 83 tahun. Tekadnya dan gairah utusan injilnya yang berapi-api memberikan pengaruh yang besar atas pekerjaan Kerajaan di Hawaii maupun di Kepulauan Filipina.
Kantor Cabang dan ”Balai Kerajaan” Pertama di Dunia
Setelah melayani lebih dari delapan tahun di Betel Brooklyn, Don dan Mabel Haslett ditugaskan ke Honolulu pada musim semi tahun 1934, untuk membantu kelompok kecil saudara-saudara yang aktif melakukan penugasan pengabaran mereka. Dalam waktu singkat, sebuah kantor cabang baru dari Lembaga Menara Pengawal didirikan. Saudara Haslett ditunjuk sebagai pengawasnya. Pada tahun berikutnya, presiden Lembaga Menara Pengawal, J. F. Rutherford, mengunjungi kepulauan itu dan menyetujui dibelinya tanah di pojok persimpangan Jalan Pensacola dan Jalan Kinau di Honolulu sebagai tempat fasilitas kantor cabang yang baru. Ia juga memimpin Perjamuan Malam Tuhan, yang diadakan di rumah sewa di Jalan Young yang digunakan untuk perhimpunan. Jumlah hadirin 25 orang.
Karena melihat potensi yang besar untuk pertumbuhan di kepulauan itu, Saudara Rutherford juga mengatur agar saudara-saudara setempat membangun Balai Pertemuan yang dihubungkan dengan bangunan kantor cabang yang baru. James Harrub menghampirinya dan bertanya, ”Nama apa yang akan Saudara berikan kepada tempat ini bila sudah selesai?” Jawaban Saudara Rutherford adalah, ”Tidakkah Saudara pikir kita patut menyebutnya ’Balai Kerajaan’, karena itulah yang kita lakukan, mengabarkan kabar baik dari Kerajaan?” Maka, pada tahun 1935, diciptakanlah nama yang akan digunakan oleh puluhan ribu tempat berhimpun Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia. Rumah ibadat kecil itu di Jalan Pensacola No. 1228, yang sejak itu telah diperbesar dan diperbaiki tiga kali, memiliki keistimewaan sebagai bangunan pertama yang dinamakan Balai Kerajaan.
”Kesehatan Saya Pulih”
Pada bulan Januari 1933 James dan Dora Harrub akhirnya mewujudkan impian yang telah lama mereka nantikan, yaitu memasuki dinas perintis. Pada tahun pertama mereka tetap tinggal di Honolulu, menantikan pembuatan rumah gandengan yang akan menjadi rumah perintis mereka di atas roda. Setelah selesai mereka pindah ke Maui, mengerjakan daerah enam pulau dalam enam bulan, menempatkan publikasi dan menggunakan gramafon untuk memutar rekaman khotbah-khotbah Alkitab kepada orang-orang. Berikutnya adalah Pulau Besar Hawaii, tempat mereka selama satu tahun penuh mengerjakan daerah itu, tetapi dengan sedikit sambutan.
Mereka pindah ke Pulau Kauai pada tahun 1936, dan menetap di bagian timur pulau, dekat Kapaa. James begitu mengasihi orang-orang di sana sehingga ia menulis kepada Lembaga dan meminta izin untuk menjadikan Kauai tempat penugasannya secara permanen. Izin diberikan kepadanya.
Ketika James dan Dora mulai merintis, dua-duanya memiliki kesehatan yang buruk. Dora mengingat, ”Kesehatan saya pulih karena merintis, dan saya tidak khawatir mengenai hal itu.” Dengan bantuan Yehuwa mereka melanjutkan dinas untuk menyelesaikan kehidupan yang penuh berkat, menikmati dinas sepenuh waktu. Karena semangat rela berkorban dan iman yang besar dari tim suami-istri ini mereka mendapat respek yang dalam dan kasih di Kauai. Banyak orang di sana masih mempunyai kenangan yang menyenangkan tentang mereka. Setelah James meninggal pada tahun 1954, Dora menjual rumah mereka dan, sesuai dengan semangatnya, menggunakan uang tersebut untuk membiayai pembangunan sebuah Balai Kerajaan di Kapaa di Kauai. Ia menyelesaikan dinasnya di atas bumi sebagai perintis biasa pada bulan Agustus 1984 pada usia 94 tahun. Ia dan suaminya memiliki harapan agung untuk menerima upah mereka di surga.
Mobil Bersuara Menyebarkan Berita
Sementara itu, pada tahun 1935 beberapa saudara dari Australia membantu keluarga Haslett membeli sebuah mobil, merek Plymouth, yang digunakan sebagai mobil bersuara dengan peralatan lengkap. Sebuah pengeras suara yang ditempatkan di atas mobil akan mengumumkan khotbah umum dalam bahasa Inggris, Jepang, Iloko, atau Tagalog seraya mobil itu melintasi jalan-jalan raya. Pada tahun itu, lebih dari 17.000 mendengar nama Yehuwa melalui peralatan demikian. Pada penutup setiap khotbah, mereka melakukan kunjungan dari rumah ke rumah di sekitar itu, dan menyampaikan berita dalam bentuk tercetak.
Metode pengabaran ini tepat waktu karena para penentang, yang muncul setelah kunjungan Saudara Rutherford ke Honolulu pada tahun 1935, menekan stasiun radio setempat untuk menghentikan penyiaran khotbah-khotbah Saudara Rutherford. Akan tetapi, tampaknya lebih banyak orang dicapai melalui mobil bersuara daripada yang sebelumnya dicapai oleh radio.
Seorang Perintis Pindah ke Hawaii
Eddie Medalio tiba di Honolulu pada tahun 1936 untuk menguatkan kelompok kecil penyiar di sana. Setelah dibaptis pada tahun 1932 di Los Angeles, Kalifornia, ia menulis kepada kantor pusat Lembaga di Brooklyn mengenai hasratnya pergi ke Filipina atas biaya sendiri untuk memberitakan secara sepenuh waktu di antara orang-orang sebangsanya di Manila. Akan tetapi, Lembaga sebaliknya menyarankan agar ia pergi ke Hawaii dan merintis bersama keluarga Haslett untuk mencapai banyak orang Filipina yang tinggal di sana.
Eddie seorang veteran Perang Dunia I, dan ia menggunakan bonus Angkatan Lautnya untuk membayar biaya perjalanan kapal ke Honolulu. Don dan Mabel begitu senang mendapat bantuan! Dengan senang hati mereka menyambut Eddie dan meminta dia tinggal di kantor cabang. Belakangan, ia menikah dengan Eulalie, dan keluarga itu pergi ke penugasan mereka di Hilo dan Eddie ditunjuk sebagai pengawas dari sidang kecil di sana. Sementara merintis, keluarga Medalio mengerjakan banyak kota di daerah pinggiran dan kelompok-kelompok etnik dari para pekerja perkebunan-perkebunan gula, yang disebut kamp-kamp.
Motto merintis Eddie adalah: ”Percayalah kepada [Yehuwa] dengan segenap hatimu.” (Ams. 3:5) Ia sering mengulangi kata-kata ini kepada dirinya sendiri dan orang-orang lain setiap hari, dan kata-kata itu pasti termasuk dalam nasihatnya kepada orang-orang muda yang meminta petunjuknya. Melalui haluan hidupnya dapat terlihat bahwa ia sungguh-sungguh hidup sesuai dengan kata-kata terilham itu. Ia tidak pernah kendur dalam gairahnya, penuh dengan semangat untuk hidup dan beribadat kepada Yehuwa. Eddie juga disenangi karena humornya yang baik dan semangat positifnya tidak soal problem-problem yang secara pribadi harus ia hadapi. Gelak tawanya yang sering terdengar dan bersifat menular merupakan ciri khasnya. Banyak anak muda menghargai minatnya yang dalam dan tulus kepada mereka dan dengan hangat menyebut dia Kakek.
Saudara Medalio melayani sebagai perintis biasa hingga ia meninggal karena pneumonia dan komplikasi lainnya pada tanggal 3 Januari 1990. Ia berusia 93 tahun pada waktu itu dan telah menyelesaikan 58 tahun dinas sepenuh jiwa kepada Yehuwa. Sampai akhir hayat pikirannya tetap tajam dan pengabdiannya kepada Yehuwa benar-benar tulus. Pada laporan dinas pengabaran terakhir yang ia sampaikan, hanya dua hari sebelum ia meninggal, ia menulis, ”Semangat saya besar, tetapi jasmani saya semakin lemah. Saya selalu berdoa meminta bantuan Yehuwa.”
Saudara-saudara di Hawaii benar-benar beruntung dapat bergaul dengan saudara-saudara Kristus yang terurap seperti dia, yang banyak di antaranya memberikan tenaga kehidupan mereka untuk digunakan oleh Yehuwa dalam merintis jalan bagi pekerjaan Kerajaan. Setelah dinas demikian seumur hidup, tentang mereka benar-benar dapat dikatakan, ”Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini. Sungguh, kata Roh, supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”—Why. 14:13.
Lahirnya Sidang Kedua
Pada tahun 1939, secara luar biasa jumlah penyiar meningkat menjadi 30, dibanding dengan 18 pada tahun sebelumnya. Sidang kedua dibentuk di Hilo.
Pekerjaan kesaksian semakin intensif, dengan para penyiar yang berbaris memberikan penerangan menggunakan papan-papan sandwich, mengiklankan rekaman ceramah-ceramah yang diputar di Hilo dan di Honolulu. Program pemberian makanan rohani yang dinikmati umat Yehuwa juga termasuk transmisi gelombang pendek dari khotbah-khotbah Saudara Rutherford yang diterima di Balai Kerajaan Honolulu dan di pulau-pulau lain. Karena hanya ada begitu sedikit orang di pulau-pulau tersebut yang berpihak kepada Yehuwa, benar-benar menganjurkan untuk mendengar berita kebenaran diumumkan dalam skala yang sedemikian luar biasa.
Serangan Atas Pearl Harbor
”Kami sedang mengendarai mobil dengan tujuan melakukan kesaksian sepanjang hari di Pearl City, sedikit melewati Pearl Harbor,” demikian kata Mabel Haslett mengenai 7 Desember 1941. ”Di Jalan Pearl Harbor kami disuruh kembali oleh polisi dan kami melihat awan asap. Perang!” Angkatan bersenjata Jepang telah melancarkan serangan udara mereka yang memautkan atas Pearl Harbor yang menghancurkan armada Amerika yang sedang berlabuh di sana. Mabel melanjutkan, ”Beberapa hari setelah tanggal 7 Desember, ada ketukan pada pintu. Empat pria bersenjata pistol membawa Don ke markas besar militer untuk diinterogasi. Undang-undang perang diberlakukan. Seraya masing-masing perwira melancarkan pertanyaan-pertanyaan kepadanya, Don menjawab dengan menggunakan Alkitab. Salah seorang dengan marah berkata, ’Jangan menggunakan Alkitab!’ Akan tetapi, Don menjawab, ’Itu tidak mungkin—itu pertahanan saya.’ Akhirnya, perwira yang memimpin berdiri, rupanya telah puas, dan mereka membawa Don kembali ke rumah larut malam setelah ’pemadaman listrik’. . . . Walaupun dari waktu ke waktu kami diganggu, pekerjaan maju terus.”
Dengan pecahnya Perang Dunia II, maka pembatasan bahan bakar, pemadaman listrik pada malam hari dan jam malam mulai diberlakukan, dan pengiriman barang menjadi sulit. Meskipun problem-problem ini, kelompok kecil penyiar dan perintis yang tersebar di seluruh kepulauan bertekun dalam pekerjaan pengabaran. Sesungguhnya, pasangan perintis James dan Dora Harrub menulis kepada kantor cabang pada tahun 1942, ”Sebelum Pearl Harbor, banyak orang mengambil publikasi, tetapi mayoritas menolak untuk percaya bahwa kesulitan serius akan mencapai Hawaii. Sekarang semuanya berubah, dan sering pertanyaan-pertanyaan diajukan mengenai masa depan yang dekat, dsb. Bila mereka diberi tahu bahwa publikasi-publikasi WATCH TOWER akan menjawab semua pertanyaan mereka, mereka senang menerimanya.”
Molokai dan Beban Seberat 20 Kilogram
Persis setelah belajar kebenaran di Honolulu dan pemboman atas Pearl Habor, Harold Gale menerima penugasan perintisnya yang pertama. Ia melaporkan, ”Penugasan saya adalah Pulau Molokai, tempat yang belum pernah saya kunjungi. Sendirian dengan hanya satu koper pakaian, saya bahkan tidak tahu di mana harus menginap malam pertama. Akan tetapi, dengan bantuan Yehuwa, saya dapat tinggal di rumah salah seorang Hawaii yang paling terkemuka di pulau itu. Belakangan ia mengatur agar saya dapat menyewa sebuah rumah yang besar di tanah seluas setengah hektar, dengan 16 pohon kelapa di atasnya, dan biayanya hanya $7 per bulan. Tempat itu terletak langsung di seberang pantai, kira-kira delapan kilometer dari kota pelabuhan Kaunakakai.”
Karena tidak memiliki sarana transportasi, Gale biasa berjalan sejauh 30 kilometer setiap hari membawa beban 20 kilogram yang terdiri dari satu koper berisi buku, buku kecil, dan majalah-majalah dalam enam bahasa dan sebuah gramofon dengan 11 piringan hitam dalam bahasa-bahasa itu juga. Sering kali orang-orang Filipina menanyakan ingin membeli piringan hitam tersebut dan bahkan gramofonnya. Belakangan, sebuah sepeda dikirim kepada Saudara Gale oleh seorang saudara di Oahu, dan ia dapat bepergian kira-kira 60 kilometer dalam satu hari. Norman Chock, seorang saudara Tionghoa, datang untuk merintis bersamanya, membawa sedan Willys. Walaupun hanya memperoleh jatah 38 liter bensin setiap bulan karena penjatahan masa perang, mereka mengerjakan seluruh pulau bagaikan pemain-pemain pertunjukan keliling. Dalam waktu tiga bulan, mereka telah memimpin 18 pengajaran Alkitab.
Di bagian utara pulau terdapat pemukiman penderita lepra yang terpencil, bernama Kalaupapa, yang hanya dapat dicapai dengan perahu atau pesawat udara atau dengan menuruni tebing dengan ketinggian 600 meter. Saudara Gale mengenang kembali, ”Dengan membawa dua koper berisi buku-buku, saya menempuh jalan yang curam dan menempatkan 65 eksemplar buku Children kepada Tn. Anderson, yang menjadi pengurus dan yang berjanji akan meneruskannya kepada para penderita lepra yang secara pribadi tidak dapat saya temui.”
Di Pulau Besar Hawaii
Di antara mereka yang masuk kebenaran selama tahun-tahun peperangan yang penuh pergolakan itu adalah Shinichi dan Masako Tohara. Saudara Tohara mula-mula memperoleh publikasi pada tahun 1935 dan memperhatikan Saksi-Saksi pada tahun 1938 di jalan-jalan kota Hilo dengan papan sandwich. Ralph Garoutte belakangan memulai pengajaran dengan dia, dan setelah hanya belajar satu bulan, Shinichi mulai memberikan kesaksian kepada teman-temannya pada saat istirahat makan siang di tempat kerjanya, pabrik pembuat sake (arak beras) di Hilo.
Mengenang kembali cicipan pertamanya dalam pekerjaan dari rumah ke rumah, ia berkata, ”Pada suatu pagi di bulan Maret 1942, saya mempersiapkan tas buku, memenuhinya dengan publikasi. Saya bertekad untuk pergi mengabar bersama putra saya Loy. Saya menghampiri rumah pertama dan mengetuk pintu, tetapi jantung saya berdetak lebih keras. Saya tidak ingat lagi bagaimana saya dapat menyelesaikan kunjungan yang pertama itu. Akan tetapi, saya kehilangan keberanian untuk pergi ke rumah berikut, maka saya pulang.” Setelah ia menerima bantuan dari Saksi yang lebih mahir, rasa takutnya segera hilang. Bulan berikutnya ia mengambil cuti dari pekerjaan selama satu minggu agar dapat menyertai para perintis mengerjakan daerah yang jauh, Waimea dan Kohala. Ia sangat menikmatinya! Pada tanggal 19 April 1942, ia beserta istrinya dibaptis di perairan Pasifik yang tenang di Teluk Hilo.
Teringat akan perumpamaan Yesus tentang pedagang keliling yang segera menjual semua miliknya agar dapat memperoleh mutiara yang bernilai tinggi, hanya satu bulan setelah pembaptisan mereka pasangan Tohara menjual perabot rumah tangga mereka dan mulai membuat sebuah rumah gandengan. Pada bulan Juni mereka menerima penugasan perintis pertama, di Pahala, sebuah distrik pedesaan di daerah vulkanis dari Pulau Besar Hawaii. Setelah mengerjakan daerah terpencil ini, mereka dipindahkan ke distrik Kona, di mana mereka dengan susah payah menyelusuri jalan-jalan pegunungan untuk memberikan kesaksian kepada para petani kopi yang sederhana.
”Kaisar Berkata Kita Tidak Boleh Membangun”
Balai Kerajaan Honolulu mulai menjadi terlalu sesak dengan bertambahnya hadirin. Karena tempat pertemuan yang lebih besar jelas dibutuhkan, tampaknya masuk akal untuk menambahkan ruangan pada bangunan ini, bangunan pertama di dunia yang disebut ”Balai Kerajaan”. Akan tetapi, pada tahun 1943 bahan bangunan sangat langka dan Hawaii berada di bawah undang-undang darurat perang. Untuk alasan inilah pemerintahan militer menolak perluasan tersebut.
Mabel Haslett mengingat, ”Ketika saya kembali ke rumah pada suatu hari, Don sedang duduk, dengan serius memegang surat di tangannya. Itu adalah surat pemberian wewenang dari Saudara Knorr, presiden yang baru dari Lembaga, untuk membangun Balai Kerajaan baru di tanah yang terletak di belakang kantor cabang. Don berkata, ’Kaisar berkata kita tidak boleh membangun. Organisasi Yehuwa berkata kita harus membangun. Tentu saja kami akan membangun.’”
Dengan kuasa roh Yehuwa, saudara-saudara mengatasi rintangan, bekerja siang dan malam, membawa pasir dari pantai dan batu dari pegunungan. Besi tua dari rel kereta api yang tidak dipergunakan lagi dibeli dengan harga minim dari Perusahaan Kereta Api Oahu, dan kayu-kayu bekas yang telah dibuang digunakan untuk membuat bentuk-bentuk cetakan semen.
Bahkan saudari-saudari bekerja keras tanpa kenal lelah, membersihkan karat dari rel kereta api, kemudian mencatnya. Seorang teman dari Harry Lu meminjamkan alat las yang menggunakan bahan bakar bensin, dan meskipun pembatasan bensin, selalu ada cukup bahan bakar untuk mengelas rel-rel kereta api menjadi tiang-tiang penyangga.
Salah seorang pekerja sukarela, Harold Gale, mengingat, ”Kami bertanya kepada seorang kontraktor berapa biaya proyek pembangunan ini jika dikontrakkan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangunnya. Ia mengatakan bahwa bangunan ini bernilai kira-kira $17.000 dan akan membutuhkan waktu satu setengah tahun untuk mengerjakannya. Setelah bangunan itu selesai, kami menghitung biaya sebenarnya adalah kira-kira $700, termasuk makanan untuk 65 saudara; dan dibutuhkan waktu tiga bulan bagi saudara-saudara untuk menyelesaikannya!”
Para Utusan Injil Pertama Tiba
Persekutuan saudara-saudara itu selamat melewati perang dunia kedua dan berada dalam keadaan yang makmur secara rohani. Pada tahun 1946 terdapat puncak 129 penyiar, lebih dari dua kali jumlah pada waktu serangan atas Pearl Harbor kira-kira lima tahun sebelumnya. Selama tahun itu, 38 orang baru dibaptis.
Peristiwa yang sangat penting dalam periode yang menyusul setelah perang adalah kunjungan Nathan H. Knorr dan Milton G. Henschel dari kantor pusat Lembaga di New York. Pada kunjungan ini, disarankan agar para utusan injil yang mendapat pelatihan di Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal dikirim ke Hawaii untuk mempercepat pekerjaan.
Pada waktu mereka tiba pada tanggal 27 September 1947, Martha Hess dan Ruth Ulrich, lulusan kelas ketujuh Gilead, mendapat sambutan selamat datang tradisional Hawaii di dermaga, dengan musik irama Hawaii yang dimainkan oleh Orkes Royal Hawaii dengan gadis-gadis yang menari hula-hula. Saudara-saudara dan saudari-saudari begitu gembira atas kedatangan para utusan injil ini sehingga para utusan injil tersebut mendapat banyak kalungan bunga.
Pekerjaan yang tulus dan rajin dari kedua utusan injil ini akan menjadi wewangian yang disenangi oleh orang-orang Hawaii dibandingkan dengan para utusan injil Susunan Kristen yang telah meninggalkan rasa tidak enak. Martha mengingat seorang pelawak setempat dengan getir mengatakan, ”Para utusan injil pertama datang ke pulau-pulau, memberikan Alkitab, dan memberi tahu untuk melihat ke atas kepada Allah yang agung di surga, dan pada waktu kami sedang melihat ke atas, mereka mengambil semua tanah milik kami.”
Pada waktu kedua lulusan Gilead ini tiba, ke-129 penyiar di Hawaii sedang melayani dengan bergabung dalam tiga sidang di Oahu (Honolulu, Maili, dan Waimea) dan dua sidang di Pulau Besar Hawaii (Hilo dan Kona), juga kelompok-kelompok yang lebih kecil di Kauai, Maui, dan Molokai.
Selama sepuluh setengah tahun, kedua saudari utusan injil itu bekerja dengan giat di Hawaii, membantu banyak orang menempuh jalan menuju kehidupan. Teladan dan semangat mereka yang sangat baik untuk pelayanan menggerakkan semangat perintis di antara banyak remaja. Pada tahun 1957 Martha dan Ruth ditugaskan ke Jepang, di sana mereka tetap bekerja sebagai pasangan utusan injil sampai hari ini.
Ketika suatu krisis timbul di Jepang, Saudara Knorr bertanya melalui surat pada tahun 1947, ”Siapa dari antara saudara-saudara di Hawaii yang bersedia pergi ke Jepang?” Jerry dan Yoshi Toma, Shinichi dan Masako Tohara, dan Elsie Tanigawa, saudara-saudari Jepang yang lahir di Hawaii menyatakan kesediaan untuk pergi. Ketika menulis kepada Saudara Knorr, Don bertanya, ”Akan tetapi, bagaimana dengan pasangan Haslett?” Maka mereka juga diberangkatkan. Ketujuh orang ini belakangan menjadi sembilan, karena kedua anak perempuan yang masih kecil dari pasangan Tohara yang menemani mereka ke Sekolah Gilead dan kemudian ke Jepang, juga menjadi utusan injil setelah dewasa. Mereka semua masih tetap dalam penugasan utusan injil mereka di Jepang, kecuali pasangan Haslett, yang sebagai orang Kristiani terurap telah menyelesaikan kehidupan mereka di bumi.
Semangat Perintis Sejati
Karena pekerjaan telah diorganisasi dengan baik di Oahu, sekarang perhatian dapat dipusatkan kepada daerah-daerah yang belum pernah dikerjakan di pulau-pulau yang berdekatan. Saatnya sudah tepat bagi mereka yang rajin dan bersedia untuk merintis di daerah-daerah terpencil ini dengan kabar baik. Akan tetapi, merintis pada tahun 1950-an sering kali berarti harus menghadapi keadaan yang sangat sulit.
John Ikehara pindah ke Kona di Pulau Besar Hawaii pada tanggal 1 April 1955, untuk membantu kelompok kecil di sana. Karena tidak dapat memperoleh pekerjaan penggal waktu, ia hidup praktis hanya dengan memakan sayuran dan buah-buahan yang ditanam di halaman Balai Kerajaan. Menggambarkan pengajarannya kepada seorang pria Filipina yang tinggal di salah satu jalan di perkebunan kopi, ia mengingat, ”Mata saya selalu pedih karena asap lampu minyak tanah. Ia biasa memberi jawaban dalam bahasa Inggris tetapi membaca paragraf-paragraf dalam bahasa Iloko.” John benar-benar menyukai pengajaran Alkitab ini, karena lebih dari satu alasan. Ia menjelaskan, ”Setiap minggu sebelum belajar, siswa saya memaksa agar kami makan dulu.” Ini sangat dihargai, karena dengan demikian John memperoleh protein yang dibutuhkan sebagai tambahan atas diet sayur-sayurannya.
Pengalaman seperti ini di Kona memberikannya pelatihan yang baik untuk penugasannya sebagai utusan injil belakangan di Jepang, tempat ia melayani hingga saat meninggal. Sebaliknya daripada mengeluh, John pernah menulis, ”Saya berterima kasih kepada Yehuwa atas banyak berkat yang telah Ia curahkan kepada saya dan ribuan orang lain juga. Saya sangat bersyukur kepada Lembaga karena begitu membantu dan sabar dengan saya.”
Pada musim gugur tahun 1954, Keith Stebbins, pengawas cabang pada waktu itu, mendekati Nathaniel Miller, seorang utusan injil dari Jepang yang berada di Hawaii karena kesehatan istrinya, dan bertanya apakah ia bersedia menerima penugasan perintis istimewa di Kekaha, Kauai.
Meskipun tidak memiliki kendaraan bermotor yang dibutuhkan untuk penugasan di pedesaan, Nat Miller dan istrinya, Allene, setuju untuk langsung berangkat. Karena kesehatan Allene tidak memungkinkan dia mencapai tuntutan jam untuk perintis istimewa, keduanya harus hidup hanya dengan tunjangan perintis istimewa dari Nat sebesar $30.00 sebulan.
Kesulitan transportasi dapat diatasi ketika Harry Lu memberikan kepada pasangan Miller sebuah mobil Dodge tahun 1933. Bantalan porosnya sudah berbunyi sehingga kecepatan mobil terbatas hingga kira-kira 40 kilometer per jam, tetapi tidak pernah mogok. Namun kadang-kadang dibutuhkan waktu 30 menit untuk menghidupkannya.
Karena dana terbatas untuk membeli bensin, mereka memusatkan kegiatan di daerah yang paling dekat dengan Balai Kerajaan di kota Kekaha dan Waimea. Kira-kira satu tahun kemudian, setelah Allene mulai merintis istimewa, mereka mulai mengabar di Hanapepe, Pelabuhan Allen, dan Koloa. Mereka biasa membawa bekal untuk makan siang dan malam, dan kemudian mereka mengabar sepanjang hari dan memberikan pengajaran Alkitab di Koloa sampai jam 10:00 malam. Tidak lama kemudian jumlah anggota sidang di Kekaha menjadi dua kali lipat, dan sidang yang baru dibentuk di kota berdekatan di Koloa.
Tuan Rumah bagi Ratusan Delegasi
Benar-benar menggetarkan bagi saudara-saudara di Hawaii ketika diberi tahu bahwa mereka akan menjadi tuan rumah bagi ratusan delegasi yang mengadakan perjalanan keliling dunia yang diatur oleh Lembaga, untuk Kebaktian ”Kabar Kesukaan yang Kekal” pada tahun 1963. Acara menurut rencana akan diadakan di Waikiki Shell, sebuah amfiteater [gedung bulat atau lonjong dengan tempat duduk penonton berjenjang mengelilingi tempat pertunjukan atau pertandingan] yang berdampingan dengan pesisir Pantai Waikiki yang terkenal.
Persaudaraan yang hangat dengan begitu banyak saudara tamu benar-benar menyenangkan. Lebih dari 6.000 orang hadir untuk mendengarkan khotbah utama Saudara Knorr, yang juga ditayangkan secara langsung melalui TV ke seluruh kepulauan. Masyarakat mau tidak mau akan melihat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa benar-benar suatu umat internasional. Para delegasi juga sangat senang menikmati kebaktian di Waikiki Shell yang sangat romantis, yang terletak di bagian bawah bukit Diamond Head (Kepala Intan) yang terkenal, di mana angin pasat yang lembut membelai hadirin.
Pengawas Cabang yang Baru
Setelah menyelesaikan program pelatihan di Sekolah Gilead yang khusus dirancang untuk para pengawas cabang, pada tahun 1964 Keith Stebbins dengan istrinya ditugaskan ke Republik Dominika. Selama 11 tahun dinasnya di Hawaii, ia telah melihat bagaimana Yehuwa memberkati pekerjaan dengan pertumbuhan yang menakjubkan. Jumlah penyiar bertambah lebih dari dua kali lipat, dari 770 menjadi 2.064. Sidang menjadi tiga kali lipat dari 12 menjadi 37. Keandalan Saudara Stebbins untuk mengorganisasi, memperkokoh organisasi setempat dan meletakkan dasar untuk pertambahan lebih lanjut di masa mendatang.
Pada kebaktian distrik ”Buah-Buahan Roh” di Hilo pada tahun 1964, Saudara Knorr mengumumkan pelantikan Saudara Robert K. Kawasaki, Sr., sebagai pengawas cabang. Saudara Kawasaki yang lahir dan dibesarkan di Hawaii, pada waktu itu melayani sebagai pengawas distrik setelah ia lulus dari Sekolah Gilead pada tahun 1961.
Sesuatu yang Tidak Beres
Pada tahun 1965, saudara-saudara di kantor cabang heran dan prihatin ketika laporan dinas untuk tiga bulan pertama dari tahun dinas tersebut menunjukkan penurunan secara berturut-turut dalam jumlah penyiar yang melapor. Ini sungguh mengherankan, karena Hawaii selalu menikmati pertambahan yang stabil.
Sesuai dengan petunjuk Saudara Knorr, suatu pertemuan istimewa diadakan dengan para pengawas wilayah dan distrik. Setelah pembahasan yang sungguh-sungguh dan serius selama sembilan jam, dua penyebab penurunan dengan jelas terlihat—materialisme dan kerohanian yang melemah.
Pada waktu itu, ekonomi Hawaii sedang menanjak karena turisme. Industri konstruksi sangat sukses, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Akibatnya, biaya hidup meningkat. Beberapa saudara tergiur untuk memegang dua pekerjaan. Beberapa istri bekerja duniawi sepenuh waktu, dan banyak dari antara kaum muda lebih suka bekerja duniawi daripada merintis. Bahkan beberapa saudara dengan tanggung jawab di dalam sidang menjadi terlalu sibuk mengejar keuntungan materi.
Akan tetapi, yang bahkan lebih serius dan berakar dalam adalah selera rohani yang kurang baik di antara saudara dan saudari. Banyak yang tidak membaca Alkitab lagi setiap hari, mereka juga tidak membahas ayat harian. Para orang-tua tidak belajar bersama anak-anak mereka.
Betapa tepat nasihat Saudara Knorr dari kantor pusat, ”Kita perlu sedapat mungkin memberikan nasihat dan teguran rohani untuk membina KEROHANIAN sidang-sidang. Bila mereka kuat secara rohani mereka akan menjadi tetap tentu dalam kegiatan pengabaran. Kesaksian umum juga menguatkan kerohanian seseorang. Akan tetapi, seseorang tidak dapat kuat dalam kesaksian umum, jika ia tidak makan hal-hal rohani.”
Kerohanian Harian Ditekankan
Sesuai dengan petunjuk yang tepat waktu ini, diputuskan bahwa melalui para pengawas keliling, tema kerohanian harian akan sangat ditekankan. Pembacaan Alkitab setiap hari, pelajaran keluarga yang tetap tentu, dan pembahasan ayat harian akan sangat ditekankan pada tingkat sidang. Kampanye penyiaran Yearbook (Buku Tahunan) (yang pada waktu itu memuat ayat harian) berhasil dilakukan sehingga setiap penyiar dan pelajar Alkitab memiliki sendiri satu eksemplar.
Juga rencana dibuat untuk menyelenggarakan kebaktian distrik tahunan di setiap pulau utama dalam rangkaian kepulauan Hawaii. Dengan cara ini saudara-saudara di seluruh negara bagian dapat dengan mudah menghadiri kebaktian, tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk transportasi udara ke Honolulu.
Dengan diterapkannya berbagai cara yang menekankan kerohanian dalam kehidupan pribadi saudara-saudara, mereka mulai menuai hasil-hasil yang baik. Pada tahun 1966 terdapat kenaikan 4 persen dalam jumlah penyiar, dan sejak 1967 hingga 1969, secara berturut-turut ada kenaikan 10 persen. Betapa benar bahwa segera menerapkan petunjuk-petunjuk dari organisasi Yehuwa pasti mendatangkan berkat-Nya!
Kerohanian yang meningkat akan menggerakkan kegairahan Kristiani. Ini menjadi semakin jelas di antara kaum remaja. Banyak yang mulai berupaya meraih hak-hak istimewa dinas tambahan. Pada tahun dinas 1968, sepuluh perintis yang bekerja keras menerima undangan ke Sekolah Gilead, Betel Brooklyn, dan penugasan sebagai utusan injil di Mikronesia.
Memperluas Pekerjaan di Mikronesia
Tepat sebelum kunjungan zona dari Saudara Knorr pada bulan April 1968, dalam Honolulu Star Bulletin diumumkan bahwa sebuah maskapai penerbangan besar akan memulai pelayanan udara antara Hawaii, Mikronesia, dan Guam. Karena distrik Kepulauan Marshall (di sebelah timur Mikronesia) telah ditugaskan kepada cabang Hawaii, saudara-saudara di kantor cabang dengan senang menunjukkan artikel surat kabar ini kepada Saudara Knorr. Saudara Kawasaki bercerita, ”Saya dapat melihat matanya bersinar seraya ia mulai membayangkan dalam pikirannya kemungkinan yang diberikan oleh rute penerbangan baru ini untuk memperluas pekerjaan di ketujuh distrik Mikronesia dan Guam.” Setelah diam sejenak dan berpikir, ia berpaling kepada Saudara Kawasaki dan berkata, ”Saudara [Nathaniel] Miller dapat melayani kepulauan ini sebagai pengawas wilayah, dan saudara dapat ke sana juga, secara bergantian.”
Mikronesia terdiri dari 2.000 pulau, 97 di antaranya berpenduduk, yang tersebar di lebih dari 7.800.000 kilometer persegi luas laut di sebelah barat Hawaii. Setiap distrik pulau mempunyai bahasanya sendiri, meskipun patut diingat bahwa bangsa Jepang menduduki kebanyakan wilayah ini setelah mendapat mandat dari Liga Bangsa Bangsa setelah perang dunia pertama. Oleh karena itu, selama kurang lebih 25 tahun, bahasa Jepang diajarkan di sekolah-sekolah, dan banyak orang di daerah itu fasih dalam bahasa tersebut. Karena Saudara Miller belajar bahasa Jepang ketika bertugas sebagai utusan injil di Jepang, ia sangat cocok untuk kepulauan ini.
Kejadian-kejadian ini sebenarnya merupakan awal dari diserahkannya Guam dan seluruh daerah Mikronesia kepada pengawasan kantor cabang Hawaii pada tanggal 1 Januari 1969. Karena letaknya dekat dengan kepulauan ini, tampaknya tepat bahwa kantor cabang Hawaii-lah yang dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan dapat terus berhubungan erat dengan beberapa penyiar yang berada di baris depan rohani ini. Sementara Saudara Miller melayani daerah itu sebagai pengawas wilayah, Saudara Kawasaki, Sr., mengunjungi kesembilan rumah misionaris satu kali setiap tahun. Bahkan setelah beberapa utusan injil diangkat untuk melayani sebagai pengawas wilayah, kedua saudara ini membuat kunjungan tahunan ke rumah-rumah utusan injil dan melayani sebagai pengawas distrik di seluruh Guam dan Mikronesia. Dengan demikian mulailah suatu babak yang penuh kesibukan dan berkat rohani dalam sejarah kantor cabang Hawaii.
Berangkat ke Daerah-Daerah yang Belum Pernah Disentuh
Pada waktu itu juga keputusan diambil untuk mengisi rumah-rumah utusan injil yang ada di Mikronesia dengan perintis-perintis dari Hawaii. Saudara Knorr menyimpulkan bahwa kebanyakan dari mereka akan mudah menyesuaikan diri dengan cara hidup di kepulauan itu dan dengan orang-orang setempat. Ini merupakan keputusan yang penting, karena memungkinkan banyak anak muda yang bergairah dari Hawaii meraih kesempatan satu kali seumur hidup untuk benar-benar merintis pekerjaan Kerajaan sebagai utusan injil di daerah-daerah yang praktis belum pernah disentuh.
Meskipun prospek untuk melayani sebagai utusan injil di Mikronesia sangat menggetarkan, ini bukannya tanpa upaya. Banyak bagian dari perang dunia kedua antara Jepang dan Sekutu dipertarungkan di pulau-pulau ini. Tempat-tempat seperti Kwajalein, Kepulauan Truk, Saipan, Guam, dan Peleliu merupakan tempat-tempat pertempuran mengerikan yang terkenal. Penghancuran di seluruh distrik sangat besar, dan pemulihan lamban. Hanya ada beberapa jalan yang diaspal, dan jalan-jalan yang ada sangat berdebu dan penuh lumpur, bergantung pada cuaca. Listrik sangat tak menentu atau bahkan tidak ada. Karena tidak ada sistem pembuangan kotoran dan air yang dapat diminum sering timbul problem penyakit yang diakibatkan oleh parasit usus. Kemudian panas tropis dan kelembaban yang terus-menerus, jauh lebih ekstrem dan hebat daripada di Hawaii.
Dalam keadaan seperti inilah para utusan injil, kebanyakan di antaranya perintis-perintis dari Hawaii, memulai pekerjaan. Mereka sering harus menyeberangi sungai-sungai kecil, bepergian dengan perahu, dan berjalan melintasi hutan yang lebat untuk mencapai rumah orang-orang. Keadaan yang basah dan berlumpur membuat sepatu tidak praktis lagi. Maka, kebanyakan para utusan injil mulai menggunakan sandal plastik pada waktu mengabar.
Penduduk Kepulauan Mikronesia ternyata ramah dan rendah hati. Hormat mereka yang dalam akan Alkitab membuat pekerjaan pengabaran di antara mereka menyenangkan.
Keragu-raguan awal apa pun, perihal apakah Yehuwa akan memberkati penyelenggaraan untuk menyerahkan Mikronesia kepada pengawasan kantor cabang Hawaii segera hilang oleh laporan dinas bulan Agustus 1970: Guam melaporkan kenaikan 88,6 persen dalam jumlah penyiar, Kepulauan Marshall kenaikan 25 persen, Ponape kenaikan 82,4 persen, dan Saipan kenaikan 114,3 persen. Para utusan injil juga berhasil membuka pekerjaan di Belau (Palau), Yap, dan Kepulauan Truk.
Kaum Muda Membuat Catatan yang Baik
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, suatu semangat merintis yang baik menyebar di antara kaum muda di Hawaii. Pada tahun 1971 diperkirakan bahwa setelah lulus dari sekolah menengah atas, 95 persen dari kaum remaja memasuki dinas sepenuh waktu. Banyak dari antara mereka kemudian berdinas sebagai utusan injil di Mikronesia dan sangat berperan dalam meningkatkan seruan berita Kerajaan di pulau-pulau yang jauh tersebut. Sejumlah saudara yang muda dan sehat mendapat hak istimewa melayani di Betel Brooklyn dan Perladangan Menara Pengawal.
Yang mendorong semangat untuk dinas sepenuh waktu ini adalah sekelompok pengawas keliling yang kuat, yang memiliki gairah yang menular. Banyak penatua sidang sangat aktif, dengan demikian memberikan teladan dalam pelayanan, dan mereka selalu bersikap positif dalam menaruh di hadapan kaum muda dinas sepenuh waktu sebagai karir yang menguntungkan. Para orang-tua dan sidang-sidang pada umumnya sangat mendukung para perintis. Tidak mengherankan bahwa banyak orang muda bertumbuh subur secara rohani.
Angin Taufan Pamela—Yang Baik Dari Yang Buruk
Pada tanggal 13 Mei 1976, angin taufan super bernama Pamela menghantam Guam. Angin kencang yang terus-menerus bertiup dengan kecepatan 230 kilometer per jam, membuatnya sebagai salah satu angin taufan terburuk yang pernah melanda pulau itu. Delapan puluh persen dari bangunan-bangunan di pulau mengalami kerusakan, paling sedikit setengah dari antaranya rusak sama sekali. Balai Kerajaan dan rumah utusan injil yang terletak di dekatnya hancur sama sekali. Syukurlah, tidak satu pun dari para utusan injil atau penyiar kehilangan nyawa mereka.
Kebutuhan untuk membangun kembali setelah malapetaka ini menggerakkan saudara-saudara di kantor cabang Hawaii untuk memikirkan kembali secara saksama bagaimana pekerjaan di Guam dan Mikronesia dilaksanakan. Setelah mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, mereka melihat bahwa sebuah kantor cabang di Guam kemungkinan besar dapat mengawasi pekerjaan di Mikronesia dari dekat. Oleh karena itu, usul dan rencana untuk kantor cabang baru disampaikan ke Badan Pimpinan, dan ini disetujui. Cabang yang baru akan mengawasi pekerjaan pemberitaan Kerajaan di Guam dan di seluruh distrik Mikronesia. Sebuah bangunan modern dengan enam kamar tidur, sebuah kantor, sebuah Balai Kerajaan besar yang dapat menampung 400 orang hadirin dan fasilitas untuk melakukan sedikit pencetakan dirancang. Proyek ini ternyata merupakan proyek yang besar dan pelaksanaannya tidak semudah yang diduga semula.
Pembangunan Cabang Guam—Panas dan Lembab
Sebidang tanah yang baik, di daerah pusat dan yang mudah dijangkau, dibeli. Pembangunan dimulai pada bulan Januari 1978. Dari antara Saksi-Saksi di Hawaii maupun dari benua Amerika Serikat datang para tukang kayu, tukang ledeng, tukang cat, arsitek, ahli listrik, dan seorang insinyur sipil. Banyak dari antara para pekerja sukarela ini memiliki keterampilan yang tinggi. Pekerjaan diawali dengan baik.
Akan tetapi, tekanan untuk melakukan pekerjaan pembangunan dalam keadaan panas tropis yang melelahkan dan lembab di Guam, di tengah-tengah kondisi kehidupan yang ketat, mulai mempengaruhi pekerjaan. Tuntutan pekerjaan sering mengakibatkan perhimpunan dan dinas pengabaran dilalaikan selama jangka waktu yang cukup lama.
Untuk mengurangi stres, saudara-saudara di kantor cabang Hawaii menyarankan agar kerohanian dari mereka yang bekerja pada proyek itu lebih ditekankan dan diperhatikan. Ini dimaksudkan untuk memperbaiki semangat secara keseluruhan. Patut dipuji bahwa para sukarelawan membuat pengorbanan yang cukup besar agar tetap bertekun dalam pekerjaan itu. Saudara-saudara dan saudari-saudari yang bekerja bersama-sama, sering kali di bawah terik matahari, menunjukkan kerelaan yang besar untuk terus bekerja keras. Allah Yehuwa memberkati kesetiaan dan ketekunan mereka dengan berhasil diselesaikannya sebuah fasilitas cabang baru yang indah, dengan taman yang bagus dan dalam lingkungan pedesaan tropis. Pada tanggal 20 April 1980, Saudara Milton Henschel dari Badan Pimpinan, pada waktu kunjungan zonanya ke Guam, menahbiskan bangunan baru untuk ibadat sejati Yehuwa.
Pada tanggal 1 Mei 1980, kantor cabang Guam mulai beroperasi, mengawasi pekerjaan di Kepulauan Mikronesia dan Guam. Nathaniel Miller dari Panitia Cabang Hawaii, yang telah melakukan banyak perjalanan melalui distrik kepulauan ini sewaktu masih di bawah pengawasan Hawaii, ditunjuk sebagai koordinator Panitia Cabang dari kantor cabang Guam yang baru diorganisasi. Hideo Sumida dan Arthur White, juga mantan anggota Panitia Cabang Hawaii dipindahkan dari Hawaii untuk melengkapi Panitia Cabang Guam.
Selama 11 tahun kantor cabang Hawaii melayani Kepulauan Mikronesia dan Guam. Benar-benar suatu hak istimewa untuk bekerja sama dengan para utusan injil dan penyiar setempat yang bekerja keras, yang secara praktis merintis pekerjaan Kerajaan di pulau-pulau yang terpencil dan tersebar ini, menanam dan menyiram benih-benih kebenaran dalam hati penduduk pulau pribumi yang rendah hati!
Gelombang Kedua Kaum Imigran
Pada tahun 1980-an, Yehuwa memberkati Hawaii dengan pertumbuhan yang stabil dan konsisten. Pada bulan Oktober 1983, puncak penyiar melebihi angka 5.000 untuk pertama kali dalam sejarah Hawaii, dengan 5.019 yang melaporkan dinas pengabaran dan bergabung dengan 60 sidang.
Pada tahun-tahun belakangan gelombang kedua kaum imigran dari negara-negara Kepulauan Pasifik lainnya berdatangan ke Hawaii, tertarik oleh kemakmuran materinya. Tentu saja, mereka membawa serta kebudayaan dan bahasa mereka. Untuk melayani banyak orang yang seperti domba di antara mereka, lebih banyak sidang berbahasa asing harus diorganisasi. Dalam waktu singkat secara berturut-turut sidang-sidang berbahasa Jepang, Korea, Samoa, Spanyol, dan Iloko dibentuk. Saudara-saudara di sidang-sidang ini sangat terorganisasi dan sangat rajin dalam memenuhi tanggung jawab Kristiani mereka.
Kantor Cabang yang Sesak
Pertumbuhan dalam jumlah penyiar berarti lebih banyak permintaan untuk publikasi dan lebih banyak sidang yang perlu dilayani oleh kantor cabang. Gudang bengkel yang kecil, yang dihubungkan dengan kantor telah menjadi terlalu penuh. Kantor juga menjadi sesak seraya semakin banyak personalia dibutuhkan untuk menangani beban korespondensi yang semakin besar.
Kantor di Jalan Pensacola, yang telah melayani kepentingan umat Yehuwa di Hawaii selama hampir 50 tahun, sekarang benar-benar telah menjadi terlalu kecil. Karena terletak di daerah berpenduduk padat di pusat Honolulu, perluasan di lokasi yang sama tidak diizinkan. Maka, saudara-saudara mulai mencari lokasi yang memadai untuk kantor cabang baru yang lebih luas.
Pada tahun 1985 seorang agen tanah setempat mengirim selebaran ke kantor cabang mengiklankan penjualan tanah seluas 0,45 hektar dengan bangunan seluas 2.300 meter persegi di atasnya, yang sebelumnya adalah toko swalayan. Lokasinya ideal, dekat dengan bandar udara dan pusat perdagangan kota Honolulu. Walaupun pembeli lain pada prinsipnya telah setuju akan membeli tanah tersebut, dengan persetujuan Badan Pimpinan, saudara-saudara yang duduk di Panitia Cabang menghubungi agen penjual tersebut untuk memberikan penawaran. Anehnya, pihak pertama tadi mengundurkan diri dari negosiasi. Sebagai bukti lebih lanjut terlihatnya tangan Yehuwa dalam persoalan ini, pemilik tanah dan bangunan tersebut sangat senang dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Dalam beberapa bulan saja, transaksi telah beres, dan pada bulan November 1985, akte diserahkan kepada Lembaga.
Mengubah bekas toko swalayan menjadi sebuah kantor cabang, gudang, Rumah Betel, dan dua Balai Kerajaan merupakan tantangan yang menarik. Saudara-saudara di Hawaii belum pernah menangani proyek pembangunan sebesar itu. Sebuah panitia pembangunan dilantik, rencana arsitektur dibuat, dan beberapa departemen pembangunan dibentuk. Ada keyakinan penuh akan kesediaan saudara-saudara setempat untuk memberikan keterampilan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Akan tetapi, tentu saja disadari bahwa dasar dari suksesnya proyek ini adalah apa yang dengan baik dinyatakan pemazmur dalam Mazmur 127:1, ”Jikalau bukan [Yehuwa] yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.”
”Persis Seperti Membangun Bait Salomo!”
Untuk memberi tahu semua saudara perihal rencana pembangunan kantor cabang, pertemuan-pertemuan khusus diadakan mulai bulan Februari 1987 di tujuh lokasi di seluruh negara bagian. Lebih dari 5.000 hadir di Waikiki Shell. Saudara-saudara yang duduk dalam panitia pembangunan menjelaskan apa yang telah dicapai, dan mereka menerangkan jadwal kerja pembangunan yang ditargetkan akan mulai pada tanggal 1 Maret 1987.
Pekerjaan dimulai dengan sungguh-sungguh. Ribuan saudara dan saudari di Oahu dan pulau-pulau lain mengatur urusan mereka sehingga dapat ambil bagian. Beberapa mengunjungi tempat proyek pada akhir pekan, yang lain-lain untuk waktu yang lebih lama. Banyak Saksi di Oahu dengan murah hati membuka rumah mereka bagi para pekerja yang datang dari pulau-pulau tetangga. Selama puncak masa kerja pembangunan, kira-kira 150 pekerja sukarela datang pada hari-hari kerja dan 250 sampai 300 pada akhir pekan.
Walaupun pekerjaan memang berat dan jam-jam kerja sangat panjang, semangat kerelaan dan keceriaan terlihat jelas. Kerohanian ditandaskan. Ayat harian dibahas setiap hari, dan Menara Pengawal dipelajari setiap minggu. Khotbah-khotbah Alkitab disampaikan secara tetap tentu, dihadiri seluruh barisan pekerja.
Kerja sama dari berbagai keahlian dan banyak sekali pekerja sukarela membuat pekerjaan berjalan lancar hingga selesai. Seorang pekerja sukarela mengomentari, ”Ini persis seperti membangun bait Salomo!” Memang, ada perbedaan yang cukup besar antara bait Salomo dan bangunan cabang yang baru. Bait sebagian dilapisi emas di atas struktur yang bagian-bagiannya tinggal dipasang saja (prefabricated), jadi tidak menimbulkan kebisingan besar pada waktu pembangunan. Gedung kantor cabang dibangun dengan semen, kayu, besi, dan menimbulkan banyak sekali kebisingan. Akan tetapi, ada satu hal yang sama—semangat serupa yang menggerakkan para pekerja bait pada zaman Salomo juga menggerakkan saudara-saudara dan saudari-saudari di Hawaii. Sebuah bangunan cabang yang menarik berdiri sebagai ganti bangunan swalayan yang kosong dan rusak. Hampir bagaikan mukjizat!
Meskipun ada banyak sekali kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan kantor cabang, lima puncak penyiar dicapai pada tahun 1986. Pada akhir tahun dinas tersebut, dua sidang baru dibentuk. Ada tiga puncak penyiar pada tahun 1987, dan tiga sidang baru didirikan lagi. Pada bulan Juli 1987 bangunan itu selesai. Pada bulan berikutnya kegiatan kantor cabang dipindahkan ke lokasi baru.
Hujan Turun—Semangat Naik
Hujan turun pada pagi hari tanggal 3 April 1988 di Honolulu. Akan tetapi, semangat dari ke 5.870 orang yang berkumpul di Neal Blaisdell Center untuk acara penahbisan kantor cabang, tidak menurun. Sementara itu, 2.838 saudara lainnya berkumpul di Maui, Kauai, dan Pulau Besar Hawaii, dihubungkan dengan saluran telepon untuk acara sepanjang hari yang bersumber di Honolulu. Koordinator Panitia Cabang mengulas sejarah dan kemajuan pekerjaan Kerajaan di Hawaii. Para penyiar yang telah mengabar di pulau-pulau itu selama lebih dari 38 tahun duduk di baris-baris terdepan di arena, dan mereka setuju benar dengan komentar pembicara bahwa Yehuwa telah memberkati umat-Nya di Hawaii dengan limpah.
Sebuah persembahan slide 30 menit, yang dipertunjukkan secara bersamaan pada setiap lokasi kebaktian, mendokumentasikan perubahan yang dibuat atas bekas toko swalayan menjadi kantor cabang baru. Masing-masing dari keempat anggota Badan Pimpinan yang berkunjung secara bergantian memberikan khotbah kepada hadirin yang besar. Dalam suatu khotbah yang menggetarkan, Daniel Sydlik menjelaskan bahwa kebenaran Yehuwa adalah sesuatu yang tidak dapat berubah dan tetap seperti gunung-gunung. (Mzm. 36:7) Lyman Swingle menganjurkan hadirin untuk ’Menghitung Berkat’ sesuai dengan Mazmur 144:15b. Lloyd Barry membuat persamaan antara sukacita pada Hari Raya Pondok Daun dan zaman modern manakala para penyembah yang sejati juga merayakan pengumpulan besar yang sedang dilaksanakan oleh Yehuwa. (Im. 23:40) Dalam khotbah penahbisannya, Milton Henschel menyatakan, ”Allah kita adalah Allah yang memiliki tujuan, dan dalam cara Ia berurusan Ia menunjukkan keunggulan. Penahbisan fasilitas kantor cabang baru ini merupakan bagian dari maksud-tujuan Yehuwa. Kita ingin menyatakan dengan tegas bahwa bangunan baru ini akan digunakan berkaitan dengan kehendak Yehuwa.”
Pada waktu hari ibadat yang sangat istimewa ini sampai pada akhirnya dan hadirin dipersatukan dalam nyanyian penutup dan doa, perasaan mereka sama seperti perasaan orang-orang Israel setelah penahbisan bait Salomo. Mereka pulang ke rumah ”sambil bersukacita dan bergembira atas segala kebaikan yang telah dilakukan [Yehuwa]”. (1 Raj. 8:66) Benar-benar peristiwa rohani yang besar, suatu tonggak penting dalam 70 tahun sejarah umat Yehuwa di Hawaii.
Seperti telah diperkirakan, pembangunan kantor cabang baru menggerakkan banyak saudara untuk memikirkan dengan serius perbaikan atas Balai-Balai Kerajaan mereka yang sudah tua atau kemungkinan membangun yang baru untuk sidang-sidang yang semakin banyak jumlahnya. Pada bulan Mei 1986 Balai Kerajaan pertama yang dibangun secara kilat di Hawaii didirikan di Kekaha, Kauai. Sejak itu, di seluruh negara bagian, enam Balai Kerajaan baru telah dibangun dan dua diperbaiki seluruhnya. Juga, bekas kantor cabang dan Balai Kerajaan di Jalan Pensacola telah mengalami perbaikan total, dan enam proyek pembangunan Balai Kerajaan direncanakan.
Teladan bagi Semua
Yang membuat Kebaktian Distrik ”Keadilan Ilahi” pada tahun 1988 menyenangkan dan unik adalah ke-63 utusan injil yang pulang mengunjungi Hawaii. Bagi semua hadirin, detak jantung menjadi lebih cepat dan banyak mata basah dengan air mata sukacita ketika semua utusan injil ini memenuhi panggung di kebaktian Honolulu pada khotbah hari Sabtu berjudul ”Apa Yang Dituntut Untuk Dinas Utusan Injil Yang Jitu”. Saudara-saudara dan saudari-saudari yang hadir tidak dapat menahan diri dan, karena penuh penghargaan, memberi tepuk tangan yang keras dan panjang setelah acara tersebut selesai.
Benar-benar pengingat yang bagus bahwa begitu banyak saudara dari Hawaii telah berupaya keras meraih hak-hak istimewa dinas yang lebih besar! Sejak akhir Perang Dunia II, 164 utusan injil telah dikirim dari Hawaii ke Jepang, Taiwan, Okinawa, Korea, Samoa, dan negara-negara di Amerika Selatan dan Afrika, dengan mayoritas dikirim ke Kepulauan Mikronesia. Saat ini, 77 masih melayani di tempat penugasan mereka sebagai utusan injil, pengawas keliling, dan perintis istimewa atau biasa.
Bagi yang lain-lain, dinas Betel menjadi cita-cita, terutama bagi saudara-saudara muda yang sehat dan kuat. Yang pertama diundang untuk melayani di Betel Brooklyn adalah pada awal tahun 1960-an. Sejak itu 127 orang telah ambil bagian dalam hak istimewa dinas sepenuh waktu ini. Saat ini, 25 melayani di Betel Brooklyn dan Perladangan Menara Pengawal, dan 13 melayani sebagai anggota keluarga Betel Hawaii.
Minat yang sangat besar dalam dinas sepenuh waktu, terutama di antara kaum muda, disebabkan oleh teladan yang diberikan para utusan injil masa awal dan, belakangan, teladan para penatua yang bergairah serta para pengawas keliling. Juga, para orang-tua di negeri asal, Hawaii, yang selalu memberikan dukungan, telah menjadi anjuran yang besar bagi anak-anak mereka yang melayani di luar negeri sebagai utusan injil atau keluarga Betel. Ini memungkinkan banyak dari antara mereka untuk bertekun dalam penugasan dan tidak menyerah kepada perasaan rindu kampung halaman serta perasaan kecil hati yang tidak dapat diatasi. Dengan demikian, mereka menuai manfaat jangka panjang yang terus bertambah bagi mereka yang tetap bertahan pada hak istimewa dinas mereka.
Status Pekerjaan Dewasa Ini
Pada bulan Agustus 1990 suatu puncak baru sebanyak 6.194 penyiar telah dicapai. Sebagai hasilnya, Hawaii sekarang menikmati rasio yang baik, satu penyiar Kerajaan untuk setiap 180 orang penduduk (berdasarkan angka jumlah penduduk 1989). Daerah penugasan dari 72 sidang cukup sering dikerjakan, rata-rata satu kali setiap empat sampai enam minggu di seluruh negara bagian. Juga, pada bulan Agustus, suatu puncak tertinggi sebanyak 608 penyiar melapor sebagai perintis biasa. Kami senang melihat bahwa banyak dari antara mereka berusia remaja dan 20-an.
Penduduk dengan beragam warna kulit dan latar belakang suku dan kebudayaan yang berbeda-beda dapat membuat dinas pengabaran suatu pengalaman yang menarik. Sebagai contoh, bukan sesuatu yang janggal untuk bertemu dengan penghuni rumah orang Eropa, Jepang, Tionghoa, Filipina, dan Hawaii, yang mengaku beragama Katolik, Protestan, Budha, dan Mormon. Dan semuanya tinggal di jalan yang sama! Meskipun sikap acuh tak acuh terhadap berita Kerajaan tampaknya meningkat, orang-orang yang bersifat domba terus mengalir ke gunung Yehuwa, seperti dapat terlihat dari jumlah hadirin Perjamuan Malam Tuhan sebesar 15.245 pada bulan April 1990.
Seperti halnya di bagian-bagian lain dari dunia, umat Yehuwa di Hawaii tidak kebal terhadap problem dan serangan dari Musuh utama kita, si Iblis. Meskipun lapangan pekerjaan banyak karena turisme dan penanaman modal asing, penduduk di Hawaii tetap harus mengatasi biaya hidup yang luar biasa tinggi. Dalam mengatasi tekanan ekonomi ini yang sering memaksa suami maupun istri bekerja duniawi untuk menutupi biaya hidup, umat Yehuwa berupaya memelihara sikap rohani yang sehat. Penggunaan narkotik yang melanggar hukum sangat meluas di beberapa daerah dan menuai akibat yang tragis, maka kaum remaja perlu menolak godaannya yang berbahaya. Juga karena cuaca di Hawaii sepanjang tahun cerah dan nyaman, ini merupakan tempat yang membuat orang selalu ingin bermain dan berekreasi, sehingga rekreasi dan upaya mencari kesenangan merupakan gangguan utama. Pendek kata, dibutuhkan kewaspadaan terus-menerus untuk tidak mengalah terhadap godaan-godaan yang halus dari Setan.
Akan tetapi, orang-orang Hawaii, seperti halnya banyak penduduk kepulauan, dikenal karena pembawaan mereka yang santai, keramahan, dan sifat mereka yang murah hati. Mungkin ini disebabkan oleh karena pembauran yang sukses dari berbagai kelompok bangsa dan kebudayaan atau matahari yang bersinar sepanjang tahun dan cuaca yang menyenangkan. Dan terutama di antara umat Yehuwa, sifat-sifat yang menarik ini lebih ditingkatkan lagi dengan dipupuknya buah-buah roh.
Saksi-Saksi Yehuwa di Hawaii terus aktif dan bergairah, kehidupan mereka berkisar pada kegiatan rohani. Dan sepanjang sejarah modern Hawaii, mereka telah membuktikan diri sepenuh hati dan loyal dalam mendukung organisasi Yehuwa.
Tiada sangsi lagi banyak segi yang indah dari firdaus tropis dapat ditemukan di Kepulauan Hawaii. Akan tetapi, keindahan yang sesungguhnya dari Hawaii terlihat dalam firdaus rohani yang terdapat di kalangan ke-6.000 hamba-hamba Yehuwa yang loyal, yang menghargai dan menyenangi dinas mereka kepada-Nya. Betapa berterima kasih mereka bahwa Ia telah memastikan agar ’gunung tempat rumah Yehuwa berdiri tegak’ bahkan di Kepulauan Hawaii yang jauh namun menarik.—Yes. 2:2.
[Grafik di hlm. 115]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Hawaii 8.000
1950 320
1960 1.589
1970 3.340
1980 4.494
1990 6.194
Puncak Penyiar
1.000
1950 30
1960 80
1970 447
1980 591
1990 938
Rata-rata Perintis
[Kotak/Peta di hlm. 66]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
KEPULAUAN HAWAII
HAWAII
Hilo
Kailua-Kona
Pahala
LANAI
MAUI
MOLOKAI
Kalaupapa
Kaunakakai
OAHU
Aiea
Pearl Harbor
Honolulu
KAUAI
Kekaha
Kapaa
Hanapepe
Koloa
NIIHAU
Lautan Pasifik
[Kotak]
KEPULAUAN HAWAII
Ibukota: Honolulu
Bahasa Resmi: Inggris
Agama Utama: Kepercayaan yang berbeda-beda
Jumlah Penduduk: 1.112.100
Kantor Cabang: Honolulu
[Gambar di hlm. 71]
Pantai-pantai berpasir putih gading dan teluk-teluk kecil membuat indah Kepulauan Hawaii
[Gambar di hlm. 72]
Ellis Fox, bersama pasangan Bundy, memulai pekerjaan pengabaran pada tahun 1915
[Gambar di hlm. 73]
Dora Harrub dan suaminya, James adalah orang pertama yang dibaptis pada tahun 1919
[Gambar di hlm. 79]
Joseph Dos Santos mulai merintis pada tahun 1929. Mengapa ia dijuluki ”Pupule Joe”?
[Gambar di hlm. 83]
Don dan Mabel Haslett. Don menjadi pengawas cabang Hawaii yang pertama pada tahun 1934
[Gambar di hlm. 84]
Tempat perhimpunan pertama yang dinamai Balai Kerajaan dibangun di Honolulu, di Jalan Pensacola, pada tahun 1935
[Gambar di hlm. 85]
Mobil-mobil bersuara menyiarkan berita Alkitab. Mobil ini dikirim dari Honolulu ke pulau-pulau lain pada tahun 1937
[Gambar di hlm. 88]
Mobil-mobil bersuara melintasi jalan-jalan, mengiklankan ceramah-ceramah Alkitab dan memutarkan rekaman khotbah-khotbah
[Gambar di hlm. 94]
Don Haslett, Nathan Knorr, Mabel Haslett, dan Milton Henschel. Dengan kunjungan Saudara Knorr ke Honolulu pada tahun 1947, para utusan injil mulai dikirim ke Hawaii
[Gambar di hlm. 95]
Dua utusan injil pertama yang tiba di Honolulu pada tanggal 27 September 1947. Martha Hess, baris depan, keempat dari kiri, dan Ruth Ulrich, baris belakang, kedua dari kiri. Hess and Ulrich sekarang melayani di Jepang
[Gambar di hlm. 96]
Waikiki Shell, tempat dari kebaktian ”Kabar Kesukaan yang Kekal” tahun 1963. Banyak yang dibaptis di Pantai Waikiki
[Gambar di hlm. 101]
Nathaniel dan Allene Miller tiba di Hawaii pada tahun 1954 dan melayani di sana sampai ditugaskan ke Guam pada tahun 1980a
[Catatan Kaki]
a Allene Miller meninggal setia pada bulan November 1989.
[Gambar di hlm. 105]
Kantor cabang Guam dan Balai Kerajaannya ditahbiskan tanggal 20 April 1980. Guam mengawasi pekerjaan pemberitaan di ke-2.000 pulau di Mikronesia
[Gambar di hlm. 107]
Kantor cabang dan Balai Kerajaan di Jalan Pensacola, melayani kepentingan Kerajaan selama hampir 50 tahun, hingga Agustus 1987
[Gambar di hlm. 108]
Bekas toko swalayan yang diubah menjadi kantor cabang, gudang, Rumah Betel, dan dua Balai Kerajaan, ditahbiskan pada tanggal 3 April 1988
[Gambar di hlm. 109]
Para anggota Panitia Cabang beserta istri mereka (dari kiri ke kanan) Robert dan Hatsuko Kawasaki, Frans dan Endeline van Vliet, dan Gary serta Carol Wong