PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb00 hlm. 66-147
  • Inggris

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Inggris
  • Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 2000
  • Subjudul
  • Multirasial, Multiagama
  • Membagikan kepada Orang Lain
  • Kantor Cabang Pertama
  • Melangkah ke Ladang Internasional
  • Saudara-Saudari yang Loyal Menggarap Benua Itu
  • Kebaktian Dwibahasa di Inggris
  • Memperkenalkan Mereka kepada Keluarga Yehuwa yang Pengasih
  • Perhimpunan dalam Bahasa Mereka Sendiri
  • ”Kelompok Masyarakat yang Sangat Tertib”
  • Balai-Balai Kebaktian Sendiri
  • Membangun Balai-Balai Kebaktian Baru
  • ”Selalu Ingin Berbuat Lebih”
  • Merelakan Diri
  • Pelatihan Khusus untuk Saudara-Saudara yang Cakap
  • Pindah ke Ladang Utusan Injil
  • Menyediakan Balai Kerajaan yang Layak
  • Yang Pertama di Eropa
  • Menyediakan Biaya dan Keterampilan
  • Bukan Sekadar Kisah yang Bagus
  • ’Membuka Hati Lebar-Lebar’
  • Mempelajari Bahasa Baru
  • Ketika Semangat Utusan Injil Berlanjut
  • Fasilitas yang Cocok untuk Pekerjaan
  • Pekerjaan Raksasa
  • Pertemuan yang Tidak Terlupakan
  • Lokasi yang Lebih Baik untuk Percetakan
  • Bantuan Berskala Internasional
  • Menjangkau Pulau-Pulau
  • Andaikan Saja Itu Tersedia dalam Bahasa Malta
  • Dilatih untuk Menyediakan Kepengawasan yang Pengasih
  • Mereka Merelakan Diri
  • Melayani di Kantor Pusat Sedunia
  • Perubahan dalam Kepengawasan Kantor Cabang
  • Sukacita Kebaktian Internasional
  • Dari Berbagai Latar Belakang
  • Mereka Terus Memberikan Kesaksian
  • Bersukacita akan ”Berkat Yehuwa”
  • Menjunjung ”Jalan Hidup Ilahi”
  • Kesaksian yang Telah Disampaikan
  • Bumi Dipenuhi dengan Pengetahuan akan Yehuwa
Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 2000
yb00 hlm. 66-147

Inggris

Pada puncak kejayaannya, Imperium Inggris berhasil menggenggam dunia. Pada zaman Ratu Victoria (1837-1901), terdapat slogan ”matahari tidak pernah terbenam” di wilayah kekuasaannya. Pada abad ke-20 ini, imperium raya itu tergantikan oleh Negara-Negara Persemakmuran.

Seberapa luaskah Persemakmuran ini? Wilayahnya meliputi seperempat luas daratan bumi dan populasinya mencapai kira-kira seperempat penduduk bumi. Sekalipun independen secara politik, ke-53 anggota Persemakmuran mengakui Ratu Inggris sebagai simbol pemimpin ikatan budaya dan ekonomi mereka.

Selama 50 tahun terakhir, para imigran dari negara-negara ini dan negara-negara lainnya telah mengubah wajah Inggris. Ia telah menjadi suatu masyarakat kosmopolitan yang berpenduduk sekitar 58 juta jiwa.

Multirasial, Multiagama

Pada tanggal 22 Juni 1948, Empire Windrush, sebuah kapal pengangkut prajurit yang telah dimodifikasi, merapat di dermaga Tilbury, dekat kota London, dan menurunkan 492 orang Jamaika—gelombang pertama dari seperempat juta imigran asal Karibia. Orang-orang Hindia Barat yang periang dan bersemangat ini sangat merespek Alkitab. Tetapi, mereka terperangah sewaktu mendapati bahwa banyak orang Inggris tidak lagi memiliki iman yang dalam terhadap Allah. Apa penyebab perubahan ini? Masyarakat telah muak melihat keterlibatan agama dalam pembantaian yang sia-sia selama dua perang dunia. Selain itu, iman akan Alkitab dirongrong habis-habisan oleh para kritikus yang berpandangan bahwa agama tidak sejalan dengan sains.

Sejak tahun 1960-an, para imigran asal India, Pakistan, dan akhir-akhir ini Bangladesh, telah berbondong-bondong ke Inggris. Pada tahun 1970-an, banyak orang Asia yang sebelumnya tinggal di Afrika Timur pindah ke Inggris untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Dari luar Persemakmuran, orang Siprus berlatar belakang Yunani dan Turki telah datang, demikian pula orang Polandia dan Ukraina. Sebagai akibat revolusi pada tahun 1956 di Hongaria, 20.000 pengungsi dari sana menyelamatkan diri ke Inggris. Akhir-akhir ini, orang Vietnam, Kurdi, Tionghoa, Eritrea, Irak, Iran, Brasil, dan Kolumbia, serta yang lain-lain, telah hijrah ke sini. Pada pertengahan tahun 1990-an, 6 dari setiap 100 penduduk Inggris berasal dari etnik minoritas.

Kondisi ini sangat jelas terlihat di London, ibu kota Inggris. Para wisatawan yang menyusuri jalanan, yang bepergian dengan bus tingkat, atau yang menumpang kereta api bawah tanah, akan langsung melihat perpaduan multirasial penduduk kota London. Memang, hampir seperempat populasi kota London adalah imigran. Sebagai cermin keragaman ini, sekolah-sekolah kini menyediakan bagi anak-anak pendidikan yang mengakomodasi berbagai agama—antara lain Kristen, Islam, dan Hindu. Ini tidak berarti bahwa Inggris adalah negara yang sangat religius. Sebaliknya, dewasa ini, sebagian besar masyarakat Inggris berpandangan hidup sangat duniawi dan materialistis.

Bertentangan dengan itu, terdapat lebih dari 126.000 penganut Saksi-Saksi Yehuwa di Inggris. Mereka pun berasal dari beragam latar belakang. Akan tetapi, mereka memiliki kepercayaan yang teguh akan Allah—bukan semacam ilah tak bernama, melainkan Yehuwa, yang dengan hangat mengundang orang-orang dari segala latar belakang bangsa untuk menempuh jalan-jalan-Nya dan mengambil manfaat dengan menerapkan nasihat-Nya yang pengasih. (Kel. 34:6; Yes. 48:17, 18; Kis. 10:34, 35; Pny. 7:9, 10) Saksi-Saksi Yehuwa mengakui Alkitab sebagai Firman Allah yang terilham. Mereka mempunyai iman yang dalam akan sarana keselamatan yang Allah sediakan melalui Yesus Kristus. Harapan masa depan mereka berpusat pada Kerajaan Allah dan ajaran Alkitab bahwa Allah bermaksud-tujuan untuk mengubah bumi menjadi Firdaus. (Kej. 1:28; 2:8, 9; Mat. 6:10; Luk. 23:43) Dengan penuh gairah, mereka memberitakan kabar baik ini kepada orang lain. Mereka sungguh-sungguh berhasrat untuk ”melakukan segala sesuatu demi kepentingan kabar baik” supaya mereka dapat membagikannya kepada orang lain.—1 Kor. 9:23; Mat. 24:14.

Bagaimana awal kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di bagian bumi ini?

Membagikan kepada Orang Lain

Selama dua dekade terakhir dari abad ke-19, Inggris dilanda demam urbanisasi. Dari desa-desa di pedalaman Inggris, Skotlandia, dan Wales, orang berbondong-bondong ke kota-kota besar maupun kecil. Mereka adalah para pengrajin tradisional dan tak ketinggalan pula buruh-buruh yang berpengalaman maupun yang tidak. Setelah era wajib belajar dimulai pada tahun 1870, lebih banyak orang dapat mengenyam pendidikan.

Pada tahun 1881, J. C. Sunderlin dan J. J. Bender—dua rekan dekat Charles T. Russell, yang pada waktu itu memimpin pekerjaan Lembaga Menara Pengawal—tiba dari Amerika Serikat. Mereka membawakan suatu berita yang telah meningkatkan mutu kehidupan ribuan orang di Inggris. Salah seorang memulai kegiatannya di Skotlandia, dan yang seorang lagi di Inggris; mereka membagikan publikasi yang menggugah hati, berjudul Food for Thinking Christians. Di London, seorang petugas stasiun kereta api bernama Tom Hart menerima satu eksemplar publikasi itu dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya pada suatu dini hari. Minatnya terbit setelah membaca publikasi itu dan hal ini mengarah ke banyak diskusi tentang kembalinya Kristus. Terdorong oleh apa yang telah dipelajarinya, Tom dengan penuh antusias membagikan pengetahuannya yang baru ini kepada istri dan rekan-rekan sekerjanya. Tak lama kemudian, kelompok kecil ini, yang kemudian dikenal sebagai Siswa-Siswa Alkitab, mulai membagi-bagikan risalah kepada orang-orang yang lalu lalang di lingkungan tempat tinggal mereka. Kelompok-kelompok serupa bermunculan di kota-kota lain di seluruh Inggris. Semuanya sangat antusias untuk menyebarkan kebenaran Alkitab.

Pada tahun 1891, sewaktu C. T. Russell secara pribadi berkunjung ke Inggris untuk pertama kalinya, minat akan berita Alkitab menggerakkan sekitar 150 orang di London dan sekitar jumlah yang sama di Liverpool untuk menghadiri sebuah ceramah berjudul ”Keluarlah darinya, Hai Umatku”—yakni, keluar dari agama-agama yang bercirikan Babilon zaman dahulu. (Pny. 18:4, King James Version) ”Inggris, Irlandia, dan Skotlandia adalah ladang yang benar-benar siap untuk dituai,” lapor Saudara Russell. Pekerjaan membagikan kabar baik kepada orang lain terbukti sangat produktif, dan pada pergantian abad, sepuluh sidang Kristen kecil telah terbentuk. Untuk menyediakan makanan rohani dalam bentuk publikasi-publikasi Alkitab yang siap-santap bagi mereka, Lembaga Menara Pengawal mendirikan kantor cabang di London.

Kantor Cabang Pertama

Pada tahun 1900, E. C. Henninges, salah seorang rekan dekat C. T. Russell, tiba di pelabuhan Liverpool, di barat laut Inggris, dan menempuh perjalanan ke London untuk mencari bangunan yang dapat disewa sebagai depot lektur. Pada tanggal 23 April, ia memperoleh properti yang beralamat di 131 Gipsy Lane, Forest Gate, di bagian timur London. Di sanalah kantor cabang pertama Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal mulai beroperasi. Sekarang, satu abad kemudian, terdapat lebih dari 100 kantor cabang Lembaga di lokasi-lokasi strategis di seluruh dunia.

Pada tanggal 30 Juni 1914, suatu badan hukum resmi yang baru untuk organisasi Yehuwa di Inggris—International Bible Students Association—disahkan di London. Pada waktu itu, kantor cabang Inggris menangani pekerjaan Kerajaan di seluruh Kepulauan Britania, termasuk Irlandia. Akan tetapi, sejak tahun 1966, seluruh Irlandia ditangani oleh kantor cabang sendiri yang mula-mula berlokasi di Dublin dan sekarang di sebelah selatan kota itu.

Melangkah ke Ladang Internasional

Minat saudara-saudara di Inggris tidak terbatas di ladang Inggris saja. Mereka tahu, Yesus Kristus telah menubuatkan bahwa kabar baik Kerajaan Allah akan diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk sebelum akhir itu datang. (Mat. 24:14) Pada tahun 1920-an dan awal 1930-an, banyak saudara dari Inggris berupaya memperluas ladang pengabaran mereka dengan memasuki dinas utusan injil di negeri-negeri lain. Itu merupakan langkah besar, dan Yehuwa memberkati semangat rela berkorban itu.

Pada tahun 1926, Edwin Skinner meninggalkan Sheffield, di bagian utara Inggris, untuk melayani di India. Kerendahan hati membantunya bertekun dalam penugasan itu selama 64 tahun, hingga akhir hayatnya pada tahun 1990. William Dey, pria Skotlandia yang pengasih dan yang selalu dikenang, mantan inspektur pajak yang kaya raya, meninggalkan kedudukannya maupun pensiunnya untuk menjadi pengurus kantor cabang Lembaga yang baru untuk Eropa Utara, bertempat di Kopenhagen, Denmark. Tidak lama kemudian, Fred Gabler menerima undangan Saudara Dey dan bertolak menuju Lituania, yang kemudian disertai oleh Percy Dunham, yang belakangan melayani di Latvia. Wallace Baxter mengawasi pekerjaan di Estonia. Claude Goodman, Ron Tippin, Randall Hopley, Gerald Garrard, Clarence Taylor, dan sejumlah saudara lainnya dari Inggris merintis pekerjaan di Asia. Saudara lain dari Skotlandia, George Phillips, melayani selama bertahun-tahun di Afrika Selatan. Robert dan George Nisbet, juga dari Skotlandia, merintis di Afrika Timur dan Selatan.

Saudara-Saudari yang Loyal Menggarap Benua Itu

Pada tahun 1930-an, banyak perintis asal Inggris menyambut seruan untuk turut menyebarluaskan kabar baik di Belgia, Prancis, Spanyol, dan Portugal. Dari antaranya terdapat John dan Eric Cooke.

Arthur dan Annie Cregeen mengenang kegiatan mereka sewaktu belum ada sidang di bagian selatan Prancis. Mereka bergabung dengan saudara-saudara asal Polandia yang sangat bergairah dan ramah. Annie ingat sewaktu mereka mengundang saudara-saudara itu ke tempat tinggal mereka di Le Grand Hôtel de l’Europe, di kota Albi. ”Bangunan hotel itu memang megah pada zaman Napoleon,” tulisnya belakangan, tetapi semaraknya telah memudar. Lanjutnya lagi, ”Saudara-saudara itu datang pada hari Minggu sore, dan kami menyelenggarakan pelajaran Menara Pengawal yang menarik. Kami berlima berbeda bangsa, memegang majalah dalam bahasa masing-masing, dan sarana komunikasi kami adalah bahasa ’Prancis Pidgin’. Kami membaca paragraf demi paragraf di majalah kami secara bergantian dan menjelaskan apa yang kami baca dalam bahasa Prancis yang terpatah-patah. Tetapi, kami semua sangat menikmati pembahasan itu!”

Sayang sekali, masa dinas utusan injil yang menyenangkan ini tidak berlangsung lama. John Cooke, yang pada waktu itu berada di bagian selatan Prancis, berupaya tinggal di sana selama mungkin. Akhirnya, dengan bersepeda, ia meninggalkan negeri itu dan dievakuasi ke Inggris persis sebelum tank-tank Jerman tiba. Perang Dunia II yang meletus pada tanggal 1 September 1939 menimbulkan konflik antara Inggris Raya dan Jerman, sehingga membawa dampak serius terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di Inggris Raya maupun di negara-negara lain.

Seraya bangsa-bangsa terjun dalam perang habis-habisan melawan satu sama lain, Saksi-Saksi Yehuwa mengambil pendirian teguh sebagai orang-orang Kristen yang netral. Mereka benar-benar mengerti bahwa ketaatan kepada Allah harus diprioritaskan dalam hidup ini. (Kis. 5:29) Karena mereka dengan tulus mendoakan datangnya Kerajaan Allah dan mengetahui apa yang Yesus Kristus katakan tentang identitas penguasa dunia ini, maka mereka dengan teguh percaya bahwa mendukung salah satu pihak dalam konflik antarfaksi di dunia adalah salah. (Mat. 6:10; Yoh. 14:30; 17:14) Saksi-Saksi Yehuwa mencamkan secara pribadi apa yang Alkitab katakan tentang ’tidak belajar perang lagi’. (Yes. 2:2-4) Pada mulanya, beberapa Saksi di Inggris mendapat dispensasi untuk tidak berperang karena alasan hati nurani. Akan tetapi, belakangan, hakim maupun media berpendapat bahwa alasan orang menjadi Saksi-Saksi adalah untuk menghindari wajib militer. Akibatnya, sekitar 4.300 Saksi dijebloskan ke penjara. Di antaranya terdapat banyak saudari yang menolak melakukan pekerjaan yang mendukung upaya perang. Akan tetapi, seusai perang, Saksi-Saksi terus memperlihatkan bahwa motivasi mereka yang sebenarnya adalah hasrat untuk menyenangkan Allah dan mengumumkan Kerajaan-Nya sebagai satu-satunya harapan bagi manusia. (Keterangan selengkapnya tentang kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Inggris pada tahun-tahun awal tersebut dimuat di 1973 Yearbook.)

Kebaktian Dwibahasa di Inggris

Tahun demi tahun, kebaktian merupakan peristiwa penting dalam kehidupan umat Yehuwa. Sekali peristiwa, khotbah-khotbah utama kebaktian yang disampaikan oleh presiden Lembaga Menara Pengawal dipancarluaskan melalui radio dari satu kebaktian di Inggris ke banyak negeri lainnya. Delegasi dari 50 negeri lebih menghadiri kebaktian-kebaktian di London selama tahun 1950-an dan 1960-an. Tetapi, semua acara disampaikan dalam bahasa Inggris. Pada tahun 1971, terjadi perubahan.

Dengan persiapan yang matang, Kebaktian Distrik ”Nama Ilahi” diselenggarakan di Twickenham, London, pada tahun itu. Di Eropa, Saksi-Saksi sedang bersiap-siap untuk menghadiri kebaktian dengan tema yang sama. Meskipun pekerjaan Kerajaan di Portugal masih dilarang, ribuan orang siap menempuh perjalanan melalui Spanyol ke Toulouse, Prancis. Semangat mereka menggebu-gebu. Kemudian, terdengar berita bahwa kolera sedang mewabah di Spanyol. Hanya orang yang sudah divaksinasi kolera yang diperbolehkan melintasi negara itu. Akan tetapi, vaksin yang tersedia di Portugal tidak cukup bagi semua saudara-saudari yang hendak menghadiri kebaktian. Sewaktu kasus kolera juga didapati di Toulouse, kalangan berwenang setempat dengan tegas membatalkan izin masuk ke Prancis. Apa yang harus dilakukan saudara-saudara dari Portugal itu? Salah seorang saudara mengatakan, ”Jangan khawatir, kita masih punya London.”

W. J. (Bill) Bull, pengawas kebaktian di Twickenham, seorang saudara yang dikenal tenang dan ramah, mengenang apa yang terjadi. ”Antara 800 hingga 900 orang mengadakan perjalanan ke Inggris, 112 orang tiba dengan kereta api dan selebihnya dengan bus. Waktu yang tersedia untuk bersiap-siap menerima arus kedatangan delegasi ini hanya kurang dari satu minggu. Saudara-saudara menempuh perjalanan ke Dover untuk menyambut delegasi dari Portugal yang tiba dengan feri, yang sebagian besar tidak bisa atau tidak lancar berbahasa Inggris.” Akomodasi diupayakan, sebagian besar di rumah saudara-saudara di London. Salah satu tenda kafetaria besar diubah menjadi lokasi yang pantas untuk kebaktian berbahasa Portugis, dan saudara-saudara asal Portugal dengan bahagia ikut bersama rekan-rekan dari Inggris menikmati drama-drama di kebaktian ini, seperti Yehuwa Memberkati Orang-Orang yang Loyal dan Jadikan Maksud-Tujuan Yehuwa Jalan Hidup Saudara, serta mendengarkan bagian-bagian acara lainnya. Surat kabar setempat, Middlesex Chronicle, melaporkan pada tanggal 13 Agustus 1971, ”Berkat kedatangan mereka, kebaktian dwibahasa Saksi yang pertama terselenggara di negeri ini.”

Saudara-saudara dari Portugal menyampaikan laporan yang menyenangkan tentang kemajuan pekerjaan Kerajaan di negeri mereka, dan setelah itu, seorang saudara yang mengawasi pekerjaan di Portugal menyampaikan ucapan terima kasih di hadapan seluruh hadirin kebaktian atas keramahtamahan saudara-saudari Inggris. ”Kalian telah banyak memberi,” katanya, ”waktu kalian, rumah kalian, perhatian kalian, kebaikan hati kalian, perhatian kalian yang lembut di kota sebesar ini, dan yang terutama, kasih kalian kepada kami. Yakinlah, saudara-saudara, London akan selalu membawa kenangan manis.” Sewaktu saudara-saudara asal Portugal menyatakan terima kasih mereka melalui nyanyian, seluruh hadirin mulai menitikkan air mata, begitu tersentuh oleh ungkapan penghargaan yang sepenuh hati itu.

Memperkenalkan Mereka kepada Keluarga Yehuwa yang Pengasih

Orang-orang yang tidak berbahasa Inggris membutuhkan perhatian juga di luar musim-musim kebaktian. Populasi imigran di Inggris sedang meningkat. Ini menghadirkan tantangan sehubungan dengan pemberitaan kabar baik. Apa jalan keluarnya?

Para penyiar yang berbahasa Inggris sangat antusias untuk membantu orang-orang yang datang dari negara lain dan yang berbicara bahasa asing. Sedapat mungkin, Saksi-Saksi berupaya menawarkan kepada penghuni rumah bahan bacaan dalam bahasanya sendiri. Namun, problemnya adalah komunikasi. Akan tetapi, dari antara pendatang asing terdapat pula Saksi-Saksi Yehuwa, dan ini turut menjembatani kesenjangan tersebut.

Pada tahun 1960-an, Saksi-Saksi berbahasa Yunani yang datang dari Siprus sibuk membagikan kebenaran kepada penduduk berbahasa Yunani di Inggris. Saksi-Saksi asal Italia membagikan kebenaran Alkitab kepada rekan-rekan senegeri mereka yang telah pindah ke London.

Seorang Saksi asal Jerman bernama Franziska tiba di Inggris pada musim semi tahun 1968 untuk bekerja sebagai au pair, yakni gadis yang melakukan pekerjaan rumah tangga dengan imbalan tempat tinggal dan makan serta kesempatan mempelajari bahasa keluarga sang majikan. Setelah menghadiri Kebaktian Distrik ”Kabar Baik Bagi Semua Bangsa” pada tahun itu, ia sangat antusias untuk lebih berpartisipasi dalam dinas pengabaran dan menawarkan buku yang baru diperkenalkan, Kebenaran yang Membimbing Kepada Hidup yang Kekal, kepada gadis-gadis yang bekerja sebagai au pair di sekitar tempat kerjanya. Sebagai hasilnya, ia memulai empat pengajaran Alkitab. Salah seorang darinya adalah gadis Swiss yang belajar dengan Franziska di Jerman. Sewaktu gadis itu mulai menghadiri perhimpunan, ia dapat melihat sendiri kasih dalam rumah tangga Yehuwa. (Yoh. 13:35) Pada tahun berikutnya, gadis yang berminat ini membuat kemajuan yang sedemikian bagus sehingga ia membaktikan kehidupannya pada Yehuwa dan dibaptis. Kemudian, ia menjadi perintis dan membantu ibunya sendiri untuk menerima kebenaran. Tetapi, ini barulah permulaan upaya Franziska untuk memberikan kesaksian kepada gadis-gadis yang bekerja sebagai au pair.

”Setiap kali saya berkunjung dari rumah ke rumah dan bertemu dengan gadis yang bekerja sebagai au pair,” kata Franziska dengan bersemangat, ”saya mengatakan bahwa saya pernah bekerja sebagai au pair. Seketika itu juga, timbul semacam ikatan di antara kami. Yang selalu saya tekankan adalah bahwa sewaktu saya datang ke Inggris, saya tidak kenal siapa pun selain seorang saudari. Meskipun demikian, saya merasa disambut di sidang. Jadi, saya selalu berupaya mengajak mereka ke sidang secepatnya, supaya mereka dapat melihat bahwa kita adalah satu keluarga besar.”

Pada tahun 1974, Franziska menikah dengan Philip Harris, lalu mereka bersama-sama melayani di Betel London dan bergabung dengan Sidang Northwood. Ada satu rumah di daerah itu yang telah dikunjungi Franziska selama lebih dari 13 tahun. Ia menjelaskan, ”Betel menerima sepucuk surat dari seorang gadis au pair asal Prancis yang meminta seorang Saksi datang berkunjung. Saksi-Saksi di Prancis telah memberinya buku Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, dan ia ingin tahu lebih banyak. Meskipun bahasa Inggrisnya masih terbatas, saya dapat melihat bahwa Nathalie sangat haus akan kebenaran. Ia membuat kemajuan yang bagus dan segera menghadiri perhimpunan.” Sebelum kembali ke Prancis, Nathalie menjadi seorang penyiar Kerajaan, dan sekarang ia serta suaminya melayani sebagai perintis di ladang berbahasa Arab di sana.

Keluarga yang mempekerjakan gadis-gadis au pair ini mempunyai semacam sistem. Sebelum seorang gadis au pair berhenti bekerja, penggantinya sudah datang. Selama beberapa hari, gadis au pair ini mengajari calon penggantinya pekerjaan yang harus dilakukan di rumah. Ketika Nathalie akan pergi, Franziska menyarankan, ”Sebelum kamu kembali ke Prancis, ceritakan kepada gadis au pair berikutnya bagaimana pengajaran Alkitab telah membantumu, dan lihat apakah ia berminat.” Gadis au pair berikutnya adalah Isabelle, yang juga dari Prancis, dan ternyata ia memang berminat. Franziska pun memberi pengajaran Alkitab kepadanya. Sewaktu berhenti bekerja, Isabelle digantikan oleh seorang gadis lain bernama Nathalie, yang segera menghadiri perhimpunan. Ketika ia kembali ke Prancis, ia pun dibaptis.

Gadis lainnya, Gabriela, berasal dari Polandia. Ia belum pernah mengadakan kontak dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan ia mengatakan kepada Franziska bahwa ia tidak suka orang Jerman karena reputasi mereka yang buruk di Polandia. Franziska menjelaskan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak pernah terlibat perang. ”Selama Perang Dunia II, kamu tidak akan pernah menemukan seorang pun Saksi-Saksi Yehuwa dalam angkatan bersenjata,” paparnya. ”Tahukah kamu mengapa kami ditindas? Kami dijebloskan ke kamp konsentrasi karena kami menolak mengucapkan heil Hitler dan menolak memberikan dukungan pada rezim Nazi.” Gabriela terkesan, dan perasaan anti-Jermannya pun segera lenyap. Setelah mendapat pengajaran Alkitab secara tetap tentu dari Franziska, Gabriela menjadi penyiar belum terbaptis dan belakangan melambangkan pembaktiannya kepada Yehuwa di kebaktian di Twickenham. Selama bertahun-tahun, Franziska telah memberikan pengajaran Alkitab kepada 25 gadis au pair dari sepuluh negara dan merasa senang karena telah memperkenalkan kepada mereka keluarga besar Yehuwa yang pengasih.

Perhimpunan dalam Bahasa Mereka Sendiri

Tentu saja, tidak setiap orang dapat membuat kemajuan pesat dalam kebenaran dengan mempelajari Alkitab dalam bahasa Inggris atau dengan menghadiri perhimpunan yang dibawakan dalam bahasa yang asing bagi mereka. Apa jalan keluarnya?

Sewaktu Saksi-Saksi berbahasa Yunani dari Siprus mulai menemukan para peminat dari antara rekan-rekan sebangsa mereka di Inggris, pengaturan pun dibuat agar beberapa perhimpunan di London diselenggarakan dalam bahasa Yunani. Pada tahun 1966, mereka mulai mendapat manfaat dari Pelajaran Buku Sidang secara tetap tentu dalam bahasa mereka; kemudian diadakan pula khotbah umum sebulan sekali. Pada tahun 1967, terbentuklah sidang berbahasa Yunani yang pertama di London, dan kelompok-kelompok berbahasa Yunani mulai mengadakan perhimpunan di Birmingham.

Kelompok berbahasa Italia memulainya dengan khotbah umum dan Pelajaran Menara Pengawal di Balai Kerajaan Islington di London pada tahun 1967. Ini diikuti oleh banyak perhimpunan berbahasa Italia di tempat-tempat lain. Perhatikan contoh berikut ini tentang asal mula berkembangnya sidang berbahasa Italia: Vera (Vee) Young mulai memberikan pengajaran Alkitab kepada seorang nyonya asal Italia di Enfield, bagian utara London. Seraya penghargaannya bertambah, nyonya ini berkomentar, ”Sayang sekali, tidak ada perhimpunan dalam bahasa Italia untuk beberapa teman saya.” Ini mendorong suami Vee, Geoff, untuk membicarakan hal ini dengan seorang pengawas wilayah. Mereka bersama-sama menemui seorang saudara berbahasa Yunani yang melayani sebagai perintis di Italia. ”Saya menyampaikan khotbah dalam bahasa Inggris,” tutur Geoff, ”dan saudara asal Yunani itu menerjemahkannya ke dalam bahasa Italia.” Hadirinnya sekitar 30 orang, dan beberapa dari antaranya membuat kemajuan rohani yang bagus. Akhirnya, Saksi-Saksi berbahasa Italia itu siap membentuk sebuah sidang. Sejak itu, rata-rata satu sidang berbahasa Italia terbentuk setiap lima tahun.

Pertumbuhan terus berlangsung di ladang berbahasa Yunani. Pada tahun 1975, dibuat pengaturan agar mereka menikmati kebaktian. Saat itu, Geoff dan Vee Young melayani sebagai perintis meski telah berusia hampir setengah abad. Kedua anak mereka telah dewasa, dan dua-duanya telah menikah ”di dalam Tuan”. (1 Kor. 7:39) Karena Geoff dan Vee tidak lagi mempunyai tanggungan orang-tua yang lanjut usia, mereka sanggup menerima hak istimewa dinas lebih lanjut. Di luar dugaan Geoff, ia ditugasi untuk mengorganisasi kebaktian bagi semua saudara berbahasa Yunani di Inggris. ”Saya tidak tahu harus bagaimana,” kenang Geoff. ”Setibanya saya di lokasi kebaktian, bagi saya yang belum berpengalaman, suasananya persis seperti perang saudara!” Mungkin, itu hanya perasaan seorang Inggris yang konservatif sewaktu mengamati betapa bersemangatnya orang-orang Yunani. Saudara-saudara asal Yunani ini sebenarnya hanya saling menjelaskan cara terbaik melakukan pekerjaan itu. Lebih dari 400 orang menghadiri kebaktian itu.

Kelompok-kelompok bahasa lain juga berkembang. Pada tahun 1975, sebuah sidang berbahasa Spanyol mulai berfungsi. Di London, khotbah umum pertama dalam bahasa Gujarati disampaikan pada tahun 1977. Dua tahun kemudian, sebuah kebaktian kecil berbahasa Gujarati diselenggarakan. Kira-kira pada waktu yang sama, sebuah kebaktian wilayah berbahasa Punjabi diselenggarakan, yang dihadiri oleh sekitar 250 orang.

”Kelompok Masyarakat yang Sangat Tertib”

Pada tahun-tahun permulaan, kebaktian-kebaktian yang lebih besar sering diselenggarakan di London. Pada tahun 1960-an, kebaktian-kebaktian tahunan diselenggarakan di kota-kota besar maupun kecil di seluruh negeri. Pada suatu ketika, hanya ada empat kebaktian; pada tahun-tahun berikutnya, fasilitas-fasilitas yang lebih kecil digunakan, dan jumlah kebaktian meningkat menjadi 17. Fasilitas-fasilitas seperti stadion sepak bola, auditorium, dan lapangan hoki es pun disewa. Pada tahun 1975, diupayakan untuk menyelenggarakan kebaktian di Cardiff Arms Park, di Wales.

Meskipun reputasi yang baik dari Saksi-Saksi Yehuwa terkenal di hampir seluruh Inggris, para pejabat yang mengelola stadion olahraga dan yang belum pernah melihat sendiri perhimpunan akbar Saksi-Saksi mungkin pada mulanya merasa waswas untuk menyewakan fasilitas mereka kepada Saksi-Saksi. Itulah yang terjadi dengan Cardiff Arms Park. Negosiasi awal diadakan dengan Dewan Pengurus Olahraga Rugbi di Wales. Lord Wakefield, yang pada waktu itu menjabat selaku ketua umum Persatuan Olahraga Rugbi untuk seluruh Inggris, dengan ramah memberi tahu saudara-saudara kita bahwa jika mereka mendapat kesulitan sewaktu bernegosiasi dalam rapat pengurus di Cardiff, mereka boleh meminta anggota dewan tersebut untuk meneleponnya. Betapa bersyukurnya saudara-saudara atas bantuan itu! Sewaktu negosiasi mencapai tahap kritis, masalahnya berhasil diselesaikan dengan menelepon Lord Wakefield. Saksi-Saksi Yehuwa telah menyelenggarakan kebaktian di Twickenham, London, sejak tahun 1955, dan Lord Wakefield menjelaskan kepada rekan-rekan sejawatnya di Wales bahwa ia serta semua anggota dewannya sangat senang karena Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan fasilitas di Twickenham setiap musim panas. Ia meyakinkan mereka bahwa mereka tidak perlu khawatir, sambil menambahkan, ”Saksi-Saksi itu memang kelompok masyarakat yang sangat tertib!” Kesepakatan segera diperoleh, dan selama bertahun-tahun, Saksi-Saksi telah menggunakan Cardiff Arms Park sebagai lokasi kebaktian tetap di Wales.

Balai-Balai Kebaktian Sendiri

Selain kebaktian tahunan, diselenggarakan juga kebaktian-kebaktian yang lebih kecil setiap tahun. Pada tahun 1969, jumlah pemberita Kerajaan di Inggris mencapai 55.876, tetapi dalam waktu empat tahun, jumlah itu telah meningkat menjadi 65.348. Hingga saat itu, kebaktian wilayah selalu diadakan dengan menyewa ruang-ruang pertemuan, tetapi semakin sulit untuk menemukan lokasi yang cocok dengan biaya terjangkau.

Pada tahun 1970-an, tampak jelas bahwa kita membutuhkan balai kebaktian milik sendiri. Saudara-saudara penanggung jawab mengadakan rapat, kemudian mereka mulai mencari lokasi yang cocok. Pertama-tama, mereka merencanakan untuk merenovasi bangunan yang sudah ada. Pada awal tahun 1975, mereka mengadakan negosiasi untuk membeli bekas gedung bioskop di Manchester, bagian utara Inggris. Setelah renovasi selama berbulan-bulan, Balai Kebaktian Saksi-Saksi Yehuwa yang pertama di Inggris ditahbiskan pada tanggal 31 Agustus. Balai itu siap pakai tepat sebelum rangkaian baru kebaktian wilayah dimulai pada bulan September.

Dua tahun sebelumnya, di bagian tenggara negeri ini, para pengawas kebaktian mengadakan rapat untuk membahas caranya memperoleh sebuah balai di London. Denis Cave, seorang anggota panitia yang ditugasi mencari bangunan yang cocok, masih ingat betapa terkejutnya ia sewaktu saudara-saudara yang berkumpul sepakat untuk mencari bukan cuma satu melainkan dua balai—satu di utara Sungai Thames dan satunya lagi di selatan—sekalipun harga properti di daerah itu sangat tinggi!

Bekas gedung bioskop di kota Dorking, 30 kilometer di bagian selatan London, tampaknya cocok. Tetapi, para spekulan tanah ikut campur dan mematok harga yang sangat tinggi untuk bangunan itu. Meskipun merasa kecil hati pada mulanya, Denis mendapat kejutan sewaktu walikota setempat menelepon dan mengundang dia juga seorang Saksi lainnya untuk datang menghadap. Selain membatalkan izin peruntukan yang lama dari bangunan itu sehingga sekarang dapat digunakan untuk tempat ibadat, kalangan berwenang setuju untuk membeli bioskop itu dan kemudian saudara-saudara boleh menyewanya tanpa batas waktu dengan kontrak yang diperbarui setiap tiga tahun.

Balai itu berfungsi dengan sangat baik selama sepuluh tahun lebih, hingga dewan kota memutuskan untuk menggunakan bangunan itu untuk keperluan lain. Sebagai gantinya, saudara-saudara memperoleh lokasi seluas 11 hektar tidak jauh dari Bandara Gatwick, London. Properti itu terdiri dari beberapa bangunan yang dapat digabungkan menjadi sebuah Balai Kebaktian yang bagus. Penduduk setempat mengajukan protes karena jalan masuk ke balai yang baru tersebut adalah beberapa jalan pedesaan yang sempit. Dapat dimengerti, penduduk setempat ingin melindungi privasi mereka dan sedapat mungkin ingin menghindari segala bentuk gangguan. Apakah Saksi-Saksi bersedia merespek pengarahan untuk mengikuti dengan cermat rute dan batas kecepatan maksimum yang diwajibkan sewaktu mereka sedang menuju ke Balai Kebaktian? Sebuah laporan berita tentang hasil pertemuan Dinas Tata Kota setempat menyatakan, ”Biasanya, [Dinas Tata Kota] merasa mustahil untuk memberlakukan persyaratan seperti itu. Tetapi, tidak demikian halnya terhadap Saksi-Saksi Yehuwa.” Kepala Dinas Tata Kota menambahkan, ”Banyak kelompok atau organisasi lain mengatakan bahwa anggota-anggotanya akan bersedia bekerja sama. Tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa-lah organisasi yang konsekuen dengan janjinya.” Balai Kebaktian Surrey yang baru di Hays Bridge ini dibuka dengan diselenggarakannya kebaktian wilayah pada tanggal 17 dan 18 Mei 1986, persis setahun setelah lokasi itu diperoleh.

Bersamaan dengan pekerjaan di Balai Kebaktian Dorking pada tahun 1975, Saksi-Saksi di bagian utara London merenovasi Ritz Cinema, di New Southgate. Gedung yang dibangun pada pertengahan tahun 1930-an ini tidak lagi digunakan sebagai bioskop sejak musim semi tahun 1974. Untuk sementara, gedung itu berfungsi sebagai sinagoga. Ketika Saksi-Saksi memperolehnya, bangunan itu dalam keadaan ”telantar dan sangat bobrok”, demikian kata Roger Dixon, seorang arsitek. ”Strukturnya kokoh, namun tidak tahan air,” kenangnya. ”Untuk menyamarkan kondisinya yang bobrok, interior auditoriumnya telah dicat hitam!” Pada mulanya, merenovasi bangunan itu tampak sangat berat. Meskipun demikian, sekitar 2.000 tenaga sukarela yang terampil dan yang semiterampil merampungkan pekerjaan hanya dalam waktu empat setengah bulan saja.

Sementara itu, pekerjaan pembangunan Balai Kebaktian sedang berlangsung di West Midlands. Pada tahun 1974, saudara-saudara berhasil membeli sebuah bekas gedung bioskop di Dudley. Renovasi fasilitas ini berlangsung lebih lama, namun pada bulan September 1976, balai ini pun siap digunakan.

Membangun Balai-Balai Kebaktian Baru

Pertambahan penyiar Kerajaan terus berlangsung, dari 71.944 pada tahun 1974 hingga 92.616 pada tahun 1984. Kebanyakan bermukim di daerah-daerah perkotaan padat industri di bagian utara Inggris. Rencana dibuat untuk membangun sebuah balai di South Yorkshire.

Konstruksi dimulai pada bulan September 1985 dan belakangan dikenal sebagai Balai Kebaktian East Pennine. Bangunan berkerangka baja ini dapat menampung 1.642 orang, berikut Balai Kerajaan berkapasitas 350 tempat duduk untuk sidang setempat. Bangunan tersebut dirancang dengan bentangan atap sepanjang 42 meter, sehingga balai itu tampak sangat menarik. Majalah The Structural Engineer menyebut rancangan yang unik ini sebagai ”solusi oktagonal”. Balai Kebaktian ini mendapat anugerah dari Dewan Kota Rotherham sebagai bangunan dengan rancangan terbaik.

Noble Bower, seorang anggota panitia pembangunan, bekerja di lokasi pembangunan sejak awal, dan kemudian melayani sebagai pengawas utama balai itu. Sikapnya yang sangat periang namun serius memberi dorongan moral kepada lebih dari 12.500 saudara-saudari yang ambil bagian dalam pembangunan yang berlangsung selama 14 bulan itu. Agar pekerjaan dapat terus berlangsung di bawah kabut yang sangat dingin, temperatur di bawah titik beku, dan salju, saudara-saudara membangun rangka perancah di sekeliling lokasi, kemudian mengurung seluruh lokasi itu dengan plastik. Setelah itu, alat pemanas pabrik mengembuskan udara panas ke dalamnya. Segala bentuk rintangan tidak dibiarkan menghentikan proyek yang penting ini. Banyak saudara datang dari jauh untuk memberikan dukungan moril kepada para pekerja sukarela ini.

Bagi Noble dan istrinya, Louie, hari yang tidak akan terlupakan adalah ketika Balai Kebaktian itu ditahbiskan bagi Yehuwa pada tanggal 15 November 1986, bertepatan dengan kunjungan Theodore Jaracz, salah seorang anggota Badan Pimpinan.

Setelah tersedianya Balai-Balai Kebaktian di bagian utara Inggris, Midlands, dan bagian tenggara Inggris, bagaimana dengan sarana bagi saudara-saudara di bagian barat Inggris dan Wales? Pada bulan Oktober 1987, diperoleh sebidang tanah yang cocok di Almondsbury, di utara kota Bristol. Tetapi, izin lokasi bangunan tidak mudah diperoleh. Dibutuhkan upaya berulang-kali hingga izin bangunan itu akhirnya diberikan pada bulan Februari 1993.

Kemudian, pembangunan dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Alangkah sukacitanya sewaktu tiba saat untuk menahbiskan balai ini pada tanggal 5 Agustus 1995, Balai Kebaktian keenam di Inggris! John Barr dari Badan Pimpinan menyampaikan khotbah yang bertema ”Memenuhi Bumi Dengan Pengetahuan Tentang Yehuwa”. Seluruh hadirin menyambut pengingat yang bagus ini, ”Jangan pernah lupa bahwa wilayah saudara adalah sebagian kecil dari tumpuan kaki Yehuwa. Minat-Nya pada wilayah saudara sama besarnya dengan wilayah mana pun di bumi ini, maka camkanlah jangkauan pekerjaan Kerajaan seluas dunia.”

Pada minggu berikutnya, Saudara Barr berkhotbah pada penahbisan kompleks Balai Kerajaan yang baru di Edgware, bagian utara London. Di sini, saudara-saudara telah mendirikan bangunan yang indah, terdiri dari tiga Balai Kerajaan berdinding penyekat yang dapat dibuka sehingga menjadi satu Balai Kebaktian yang dapat digunakan oleh sidang-sidang berbahasa asing. Hingga saat itu, tanggapan ladang berbahasa asing telah cukup besar sehingga ladang itu menjadi salah satu unsur penting dalam pekerjaan pemberitaan Kerajaan di Inggris.

”Selalu Ingin Berbuat Lebih”

Bagi beberapa Saksi, membagikan kabar baik kepada orang-orang lain berarti mencari jalan untuk meluaskan pelayanan mereka. Patut dipujikan, banyak saudara-saudari asal Inggris telah mengambil inisiatif untuk melayani di tempat-tempat yang lebih membutuhkan tenaga. Seperti yang dilakukan oleh banyak perintis yang bergairah pada tahun 1920-an dan 1930-an, ini sering kali berarti pindah ke negeri lain. Pindah ke luar negeri telah memungkinkan saudara-saudari ini menghasilkan buah-buah Kerajaan di tempat tinggal mereka yang baru, sekaligus memberikan dukungan moril kepada saudara-saudara setempat. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, keluarga-keluarga dari Inggris pindah ke Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, serta Asia.

Pada usia 57 tahun, Vera Bull, yang kedua putrinya telah dewasa dan menikah, menjual rumahnya di Pulau Wight dan pindah ke Kolombia bersama sekelompok perintis muda dari Sidang Ealing di London. Dengan cepat, ia mempelajari bahasa Spanyol dan, tak lama kemudian, memimpin 18 pengajaran Alkitab. Kira-kira 30 tahun kemudian, ia masih melayani di sana, dikelilingi oleh banyak anak rohaninya.

Tom dan Ann Cooke, bersama putri-putri mereka, Sara dan Rachel, telah melayani di Uganda selama bertahun-tahun hingga keadaan di sana mengharuskan mereka kembali ke Inggris pada tahun 1974. Pada tahun berikutnya, mereka pindah lagi—kali ini ke Papua Nugini. Di sana, Sara menikah dengan seorang perintis istimewa. Belakangan, keluarga itu pindah ke Australia, dan di sana, Rachel menikah dengan seorang rekan Saksi. Pada tahun 1991, Tom dan Ann menerima tugas baru di Kepulauan Solomon, dan di sana, Tom melayani sebagai koordinator Panitia Cabang.

Bagi Saksi-Saksi lainnya, kepindahan mereka ke luar negeri hanya untuk waktu yang lebih singkat. Meskipun demikian, pengalaman hidup yang mereka dapatkan di sana terbukti sangat berharga bagi mereka. Itulah yang dirasakan oleh Barry dan Jeanette Rushby.

”Sejak saya berada dalam kebenaran, saya selalu ingin berbuat lebih,” kata Barry. Ketika ia menikahi Jeannette, seorang saudari perintis, keduanya menyambut undangan di Pelayanan Kerajaan Kita untuk melayani di Papua Nugini. ”Itu adalah jawaban bagi doa-doa kami,” mereka berdua mengakui. Saudara-saudara di kantor cabang Port Moresby ingin agar mereka melayani di Goroka, yang terletak di jantung negeri ini, tetapi izin kerja Barry hanya berlaku di Pulau Bougainville. Setibanya mereka di Papua Nugini, betapa senangnya mereka sewaktu mengetahui bahwa kalangan berwenang telah mengubah izin kerja Barry dan menugasinya ke Goroka!

Barry ditugasi sebagai guru, dan Jeanette merintis di sebuah sidang yang beranggotakan 18 penyiar. ”Salah satu hal yang saya amati,” kenang Barry, ”adalah apabila tiba waktunya berhimpun, tidak ada yang dapat menghalangi saudara-saudara untuk hadir, bahkan cuaca yang sangat buruk di musim hujan pun tidak. Mereka tidak punya kendaraan, dan mereka sering kali berjalan kaki selama satu atau dua jam ke perhimpunan, memasuki Balai Kerajaan dalam keadaan basah kuyup! Tetapi, mereka selalu hadir.”

Setelah Barry dan Jeanette melayani dengan gembira selama enam tahun di Papua Nugini, terjadi perubahan situasi yang menyangkut orang-orang asing. Barry memutuskan bahwa sebaiknya mereka kembali ke Inggris. Akan tetapi, dengan berbekal pengalaman hidup mereka di luar negeri, mereka berdua bertekad untuk memasuki dinas sepenuh waktu. Tetapi, di mana? Mereka ingin melayani di tempat yang sangat membutuhkan tenaga. Setelah meminta saran dari Lembaga dan pengawas wilayah, mereka pindah ke Boston di Lincolnshire. Mereka segera mendapat tempat tinggal, tetapi Barry tidak berhasil memperoleh pekerjaan penggal waktu yang memungkinkannya merintis bersama Jeanette. Meskipun demikian, dengan beriman akan bantuan Yehuwa, asalkan mereka mendahulukan Kerajaan, mereka memutuskan untuk mulai merintis pada tanggal 1 September—entah Barry dapat pekerjaan atau tidak! Pada tanggal 1 September, ketika mereka telah mengenakan mantel dan bersiap-siap pergi berdinas, telepon berdering. Ternyata itu dari seorang petugas Kantor Pos yang bertanya, ”Apakah Anda ingin bekerja penggal waktu?” Barry menjawab, ”Tentu saja! Kapan saya bisa mulai bekerja?” Pria itu menjawab, ”Bagaimana kalau besok?” Yehuwa benar-benar memberkati upaya mereka untuk mendahulukan dinas-Nya. (Mat. 6:33) Empat tahun kemudian, Barry dan Jeanette mendapat kejutan lain lewat telepon—tugas untuk mengurus Balai Kebaktian East Pennine.

Merelakan Diri

Semangat rela melayani merupakan ciri khas umat Yehuwa. Raja Daud dari Israel zaman dahulu bernyanyi bagi Yehuwa, ”Rakyatmu akan merelakan diri pada hari pasukan militermu. . . . Engkau memiliki kaum muda yang bagaikan titik-titik embun.” (Mz. 110:3) Semangat kerelaan itu diperlihatkan oleh banyak Saksi di Inggris yang telah merelakan diri untuk sepenuhnya ambil bagian dalam memajukan kepentingan ibadat sejati.

Semua yang merelakan diri dalam dinas sepenuh waktu, tua maupun muda, sangat dianjurkan oleh pengumuman yang disampaikan pada Kebaktian Distrik 1997 ”Para Pekerja yang Bersukacita”. Di ketujuh lokasi kebaktian di seluruh Inggris, Skotlandia, dan Wales, terdapat 110.000 orang yang memberikan sambutan meriah sewaktu pembicara mengumumkan penyelenggaraan Sekolah Dinas Perintis, yang memberikan kursus pengajaran Alkitab selama dua minggu disertai kesempatan untuk menerapkannya dalam dinas pengabaran. Kursus itu menyediakan pelatihan lanjutan bagi para perintis yang telah melayani sedikitnya satu tahun. Setelah mendapat pelatihan ini, tidak diragukan bahwa beberapa perintis ini akan dapat membantu membuka daerah yang belum pernah atau belum banyak dikerjakan.

Sekolah ini diperkenalkan di Inggris pada bulan Maret 1978 di kota Leeds, Inggris bagian utara. Ann Hardy, salah seorang perintis yang mengikuti kelas pertama itu, mengingat betapa menyenangkan masa itu. ”Kami sangat terbina secara rohani,” kenangnya. ”Sekolah itu benar-benar memberi kami pemahaman baru tentang perlunya memperlihatkan minat yang tulus kepada orang-orang yang kita jumpai dalam dinas pengabaran.” Bersama suaminya, ia sekarang melayani sebagai anggota keluarga Betel. Andrea Biggs, ibu dari empat anak, dan siswa sekolah perintis di Pontypridd, Wales, menyatakan, ”Jika sekolah itu merupakan sebagian dari persediaan Yehuwa di masa depan yang boleh kami cicipi, maka pastilah Yehuwa telah menyiapkan perkara-perkara yang sangat luar biasa bagi kita, dan sekarang, saya semakin mendambakan sistem baru itu!” Sekitar 740 kelas telah terselenggara hingga saat ini, dan ke-20.000 perintis yang telah mengikuti sekolah ini sependapat dengan saudari tadi. Tidak sedikit siswa, yang setelah mengikuti sekolah perintis, bertekad menjadikan dinas perintis sebagai karier mereka.

Setelah memperoleh pengalaman dalam dinas perintis, ratusan perintis merelakan diri untuk melayani di kantor cabang Inggris sebagai anggota keluarga Betel. Sekarang ini, terdapat 393 anggota keluarga Betel, dan 38 dari antaranya telah melayani di Betel selama 20 tahun atau lebih.

Christopher Hill adalah salah seorang yang melayani di Betel. Mengapa ia mengajukan diri untuk dinas ini? Ia menjawab, ”Saya mulai merintis pada tahun 1989. Tetapi, saya ingin membuktikan kepada Yehuwa dan kepada diri sendiri bahwa saya berada dalam dinas sepenuh waktu karena saya mengasihi Yehuwa, bukan semata-mata karena ayah dan ibu saya adalah perintis. Saya ingin agar kebenaran bukan hanya menjadi bagian dari hidup saya, melainkan seluruh hidup saya. Saya tahu bahwa dinas Betel, meskipun merupakan tantangan, akan memungkinkan saya mewujudkannya.”

Geraint Watkin juga seorang anggota keluarga Betel. Pada awal tahun 1980-an, ia menolak tawaran belajar di perguruan tinggi demi dinas perintis. Ia menafkahi diri dengan bekerja penggal waktu di ladang ayahnya. Ia menikmati dinas perintis dan berharap agar suatu hari nanti, ia dapat menjadi utusan injil. Kalau begitu, mengapa ia mengajukan permohonan untuk dinas Betel? Sebuah artikel di Menara Pengawal tahun 1989 benar-benar membuatnya tersentuh. Ia membaca kisah hidup Max Larson, seorang anggota keluarga Betel di Amerika Serikat. Saudara Larson mengatakan, ”Saya sepenuhnya yakin bahwa Betel adalah tempat terbaik di atas muka bumi sebelum terwujudnya Firdaus di bumi.” Geraint memperhatikan bahwa, setelah Saudara Larson mengajukan permohonan untuk dinas Betel, ia membawakan itu dalam doa kepada Yehuwa. Geraint segera mengikuti teladan itu. Kira-kira sepuluh hari kemudian, ia diundang lewat telepon untuk menjadi anggota keluarga Betel di Inggris. Dalam dinas Betel, ia menggunakan pengalaman yang diperoleh di ladang ayahnya untuk menggarap ladang yang menyediakan bahan pangan bagi keluarga Betel di London. Sebelumnya, berladang merupakan sarana baginya untuk menafkahi diri dalam dinas perintis. Sekarang, berladang dipandangnya sebagai ”tugas kerja di Betel dari Yehuwa”.

Proyek-proyek konstruksi teokratis menarik minat Saksi-Saksi lainnya. Sewaktu Denise (Teddy) McNeil merintis, suaminya, Gary, bekerja duniawi untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Kemudian, pada tahun 1987, mereka berdua merelakan diri untuk membantu proyek konstruksi rumah Betel di London. Meskipun mereka belum menerima undangan pada saat itu, namun pada tahun 1989, mereka diundang untuk menjadi anggota keluarga Betel. Sambil mengingat nasihat pengawas wilayah yakni ”Jangan pernah menolak tugas dari Yehuwa”, mereka pun menerima undangan itu. Di Betel, keterampilan elektronik Gary dan latar belakang Teddy sebagai asisten dokter gigi terbukti sangat bermanfaat. Mereka juga turut mengembangkan ladang berbahasa Polandia dan Bengali di kawasan London.

Willie dan Betty Stewart, serta beberapa rekan lainnya, menawarkan diri untuk membantu proyek konstruksi sebagai pekerja sukarela internasional. Willie, seorang pandai pipa dan ahli mesin penghangat, pensiun lebih awal pada usia 55 tahun. Suami-istri Stewart kemudian ikut serta dalam proyek konstruksi di Yunani, dan belakangan di Spanyol, Zimbabwe, serta Malta. Betty membantu dalam pekerjaan tata graha, penatu, dan bahkan pemasangan pipa. Mereka bekerja keras, dan mereka merasa sangat diberkati secara rohani. Willie mengatakan, ”Kami mempunyai teman-teman baru dari seluruh dunia dan dari segala usia.”

Pelatihan Khusus untuk Saudara-Saudara yang Cakap

Pada tahun 1990, terbuka kesempatan lain untuk meluaskan dinas dengan dimulainya Sekolah Pelatihan Pelayanan di Inggris. Sekolah ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada saudara-saudara lajang yang melayani sebagai penatua dan hamba pelayanan untuk mendapat pendidikan khusus, dengan tujuan melayani di mana pun mereka dibutuhkan di ladang dunia ini. Materi yang dipelajari di sekolah delapan minggu ini meliputi pengajaran Alkitab dan penanganan organisasi yang dipadukan dengan seimbang. Kelas pertama di Inggris diselenggarakan di Balai Kebaktian East Pennine. Dua pengawas distrik dari Amerika Serikat, James Hinderer dan Randall Davis, bertindak selaku instrukturnya. Tiga pengawas wilayah yang berpengalaman dari Inggris—Peter Nicholls, Ray Pople, dan Michael Spurr—juga mengikuti pelajaran di kelas, untuk mendapat pelatihan guna mengajar kelas-kelas berikutnya. Dalam khotbahnya kepada para lulusan sekolah ini pada tanggal 17 Juni 1990, Albert D. Schroeder, dari Badan Pimpinan, mengatakan kepada para siswa yang ditugasi untuk melayani di Inggris, ”Kalian pemuda-pemuda baik yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan pekerjaan di sini. Ini akan menjadi pendorong yang ampuh bagi ladang Inggris.”

Salah seorang lulusan Sekolah Pelatihan Pelayanan adalah Bharat Ram, yang berasal dari keluarga Hindu. Sekarang, ia telah menikah dan melayani bersama istrinya di Inggris bagian barat laut, dan di sana, mereka membantu banyak orang berbahasa Gujarati. John Williams, dari Wales, terkejut sewaktu ditugasi untuk melayani di kantor cabang Zambia, yang sangat membutuhkan keterampilan yang dimilikinya, dan belakangan dinas utusan injil di Kitwe, Zambia.

Gordon Sarkodie, yang lahir di Ghana, pindah ke Inggris bersama keluarganya sewaktu berusia 12 tahun. Sewaktu ia masih belasan tahun, minatnya akan kebenaran Alkitab dibangkitkan oleh seorang Saksi yang mengantarkan Menara Pengawal dan Sedarlah! kepada ayah Gordon. Setelah mendapat pengajaran Alkitab, Gordon dibaptis pada tahun 1985. Sebagai perintis ekstra, ia memimpin begitu banyak pengajaran Alkitab sehingga rekan-rekan perintisnya menyarankan agar ia mendaftar sebagai perintis biasa. Sewaktu ia mengikuti Sekolah Dinas Perintis di akhir tahun pertama dinas sepenuh waktunya, pengawas wilayah menganjurkan dia untuk mengajukan permohonan mengikuti Sekolah Pelatihan Pelayanan. Tergerak oleh hasrat untuk lebih membantu anak-anak muda di sidang, Gordon mengajukan permohonan. Ia mengikuti kelas ketujuh sekolah itu di Inggris. Setelah lulus, ia melayani di London selama dua tahun. Kemudian, ia ditugasi sebagai utusan injil di Zambia. Ia merelakan diri untuk melakukan apa pun yang Yehuwa perintahkan, sehingga pelatihan yang secara progresif diterima Gordon membuatnya memperoleh hak-hak istimewa tambahan. Setelah mendapat pelatihan bahasa Cibemba, salah satu bahasa setempat, selama 12 minggu, Gordon dilantik sebagai pengawas wilayah di Provinsi Copperbelt. Ia juga mendapat hak istimewa melatih saudara-saudara lain untuk mengemban pekerjaan wilayah.

Richard Frudd, yang dilahirkan di Inggris, dibesarkan oleh orang-tua Saksi. Karena telah membaktikan kehidupannya kepada Yehuwa, ia merasa tidak berhak membatasi sejauh mana ia akan menjalankan pembaktiannya. Ia merelakan diri. Pada tahun 1982, ia mendaftar sebagai perintis. Ia mengajukan permohonan mengikuti Sekolah Pelatihan Pelayanan dan lulus pada tahun 1990. Ia pun ditugasi ke Zambia. Setelah mempelajari bahasa Cibemba dan memperoleh sedikit pengalaman dalam penugasan barunya, ia dilantik sebagai pengawas wilayah dan juga melayani sebagai instruktur di Sekolah Pelatihan Pelayanan yang diselenggarakan di kantor cabang Zambia.

Hingga saat ini, 433 siswa telah lulus dari 19 kelas Sekolah Pelatihan Pelayanan di Inggris. Dari antara mereka, 79 masih melayani di luar negeri, 4 sebagai pengawas wilayah, 12 pekerja Betel, dan 308 membagikan manfaat dari pelatihan tersebut dengan melayani sebagai perintis di Inggris.

Pindah ke Ladang Utusan Injil

Dari antara para perintis di Inggris, ratusan telah merelakan diri untuk melayani di mana pun mereka dibutuhkan di ladang dunia ini. Banyak utusan injil yang telah dilatih di Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal, di New York. Secara keseluruhan, 524 perintis dari Inggris telah lulus dari Gilead. Mereka telah melayani di 64 negeri, di seluruh penjuru bumi.

Beberapa perintis dari Inggris telah ambil bagian dalam dinas luar negeri sebelum diundang ke Gilead. Itulah yang dilakukan oleh John dan Eric Cooke, yang telah melayani di Prancis dan Spanyol. Setelah mengikuti Gilead, Eric dikirim ke Afrika, dan John melayani di Spanyol serta Portugal, kemudian di Afrika. Demikian pula dengan Robert dan George Nisbet, yang telah melayani di Afrika Selatan selama 15 tahun lebih sebelum mengikuti Gilead dan setelah itu melayani di Mauritius dan belakangan kembali ke Benua Afrika. Claude Goodman telah melayani selama 20 tahun di India, Sailan (sekarang Sri Lanka), Burma (sekarang Myanmar), Thailand, dan Malaya (sekarang bagian dari Malaysia) sebelum mengikuti Gilead; kemudian ia dikirim ke Pakistan. Edwin Skinner telah merintis di India selama 20 tahun sebelum mengikuti Gilead, dan kemudian ia terus melayani di India selama 43 tahun berikutnya hingga ia menyelesaikan kehidupannya di bumi pada tahun 1990.

Yang lain-lain merasakan dinas luar negeri dengan ikut serta sebagai pekerja sukarela internasional pada proyek-proyek konstruksi. Itulah yang dialami Richard dan Lusia Palmer, yang telah beberapa kali melayani di Yunani, Tahiti, Spanyol, dan Sri Lanka antara tahun 1989 dan 1994, lalu merintis di Sri Lanka selama lebih dari tiga tahun hingga mereka diundang ke Gilead.

Para pemohon Sekolah Gilead telah dianjurkan untuk memandang dinas utusan injil sebagai pekerjaan seumur hidup mereka. Sebagian besar dari mereka mengemban tugas mereka dengan sudut pandang itu, dan beberapa memberikan teladan yang sangat bagus dalam hal ini. Sekurang-kurangnya 45 lulusan masih dalam dinas utusan injil di luar Inggris selama 20 tahun atau lebih. Sembilan dari antaranya berada di Amerika Tengah dan Selatan, 11 di negeri-negeri Asia, 11 di Afrika, 4 di Eropa, dan 10 di berbagai kepulauan.

Salah seorang utusan injil kawakan, Anthony Attwood, melayani selama 49 tahun di Nigeria. Ia dipindahkan ke Betel London pada tahun 1997 karena peraturan imigrasi tertentu, namun hatinya masih di Nigeria. Ia berkata, ”Melayani di Nigeria merupakan hak istimewa yang menakjubkan. Itu merupakan tahun-tahun terbaik. Saya menganjurkan semua pemuda yang diberkati dengan kebenaran untuk meraih setiap hak istimewa yang ada di hadapan mereka. Yehuwa tidak akan pernah mengecewakan kalian. Saya telah merasakan sendiri hal ini.” Olive Springate, yang diutus ke Brasil pada tahun 1951 sebagai utusan injil, disertai oleh saudara perempuannya, Sonia, pada tahun 1959. Denton Hopkinson dan Raymond Leach tiba di Filipina sebagai utusan injil pada awal tahun 1950-an, dan sejak itu, Filipina telah menjadi rumah mereka. Malcolm Vigo, yang memulai dinas utusan injilnya di Malawi dan berada di sana selama sepuluh tahun hingga ia dideportasi, sekarang melayani di Nigeria bersama istrinya. Masih ada banyak lagi yang dapat disebutkan, dan masing-masing menikmati kehidupan yang sangat diberkati Yehuwa.

Beberapa yang memasuki dinas utusan injil mungkin harus berjuang mengatasi problem serius guna melanjutkan dinasnya. Setelah beberapa tahun melayani sebagai utusan injil di Brasil, Eric dan Chris Britten terpaksa pulang ke Inggris untuk beberapa waktu karena sakit. Belakangan pada tahun yang sama, mereka menerima tugas di Portugal, yang memberlakukan pelarangan atas pekerjaan kita. Sewaktu diusir dari Portugal tujuh tahun kemudian karena pekerjaan pendidikan Alkitab, mereka terus melayani dalam dinas sepenuh waktu di Inggris. Belakangan, mereka menulis surat kepada Lembaga, menanyakan kemungkinan mendapat tugas utusan injil di tempat lain. Tak lama kemudian, mereka kembali ke Brasil, tempat mereka melakukan pekerjaan utusan injil sekaligus pekerjaan wilayah. Mereka melayani bersama-sama dengan setia di Brasil hingga Eric meninggal pada bulan Agustus 1999; Chris terus melayani di sana.

Setelah beberapa tahun, kewajiban Alkitab terhadap anggota keluarga mungkin mengharuskan seseorang untuk menyesuaikan kegiatannya. Itulah yang dialami Mike dan Barbara Pottage, yang melayani di Zaire selama 26 tahun dan kemudian kembali ke Inggris pada tahun 1991 untuk membantu orang-tua mereka yang lanjut usia dan mengalami keadaan sulit. Tetapi, mereka sudah telanjur mencintai dinas sepenuh waktu, dan mereka terus melayani sebagai perintis istimewa sambil mengemban tanggung jawab keluarga. Pada tahun 1996, mereka dapat kembali ke ladang utusan injil selama tiga tahun lagi di Republik Demokratik Kongo, dan mereka sekarang menjadi anggota keluarga Betel di Inggris. Sejak mereka pertama kali melayani di Zaire, mereka telah melihat pertambahan pemberita Kerajaan Allah di negeri itu dari 4.243 hingga lebih dari 108.000. Masih jelas dalam ingatan mereka sewaktu, kira-kira setahun setelah kedatangan mereka, Saksi-Saksi Yehuwa mendapat pengakuan resmi di negeri itu. Dan, kebaktian pertama mereka pada tahun berikutnya, yang diselenggarakan di Kinshasa, meskipun hanya dihadiri oleh 3.817, tetap menjadi peristiwa penting bagi mereka. Betapa senangnya ketika pada tahun 1998, meskipun kondisi negeri itu belum stabil, sebanyak 534.000 orang yang telah mengambil manfaat dari pengajaran ilahi berkumpul untuk memperingati Perjamuan Malam Tuan!

Menyediakan Balai Kerajaan yang Layak

Seraya jumlah sidang di Inggris terus bertambah, tantangan yang senantiasa dihadapi adalah untuk menyediakan Balai Kerajaan yang layak. Beberapa sidang berhimpun di aula-aula sewaan serta di lokasi lain, tidak semuanya pantas digunakan oleh orang-orang Kristen yang datang berkumpul untuk menyembah Allah kita yang agung, Yehuwa. Tempat-tempat perhimpunan yang layak sangat dibutuhkan.

Memperoleh properti untuk Balai Kerajaan tidak selalu mudah. Kadang-kadang tentangan cukup hebat, khususnya di tempat-tempat yang masyarakatnya memiliki prasangka agama. Meskipun demikian, kebergantungan pada Yehuwa dan keuletan saudara-saudara yang bertanggung jawab telah mendatangkan sukses, dan ini sangat mengherankan para penentang.

Pada awal tahun 1970-an, salah satu sidang di Swansea, Wales, mengajukan tawaran untuk membeli sebuah kapel (gereja kecil) yang tak terpakai untuk digunakan sebagai Balai Kerajaan. Seorang diaken gereja yang adalah pemilik bangunan itu mengatakan bahwa lebih baik ia mati daripada melihat kapel itu dijual kepada Saksi-Saksi. Alhasil, kapel itu dijual kepada Kantor Pos untuk digunakan sebagai kantor sentral telepon sementara. Akan tetapi, pada tahun 1980, ketika mereka tidak membutuhkan bangunan itu, Kantor Pos melelangnya. Salah seorang penatua sidang mendengar hal ini dan membicarakan dengan rekan-rekan penatuanya tentang seberapa besar mereka dapat menawar. Seorang juru taksir memperkirakan bahwa bangunan itu berikut tanahnya bernilai 20.000 poundsterling. Betapa senangnya saudara-saudara sewaktu mereka berhasil memenangkan lelang seharga 15.000 poundsterling! Setelah direnovasi, bangunan itu ditahbiskan bagi Yehuwa.

Sewaktu sidang di kota pesisir Exmouth, Inggris bagian barat daya, mengalami pertambahan sehingga perlu dibentuk sidang baru, saudara-saudara pun memutuskan bahwa dibutuhkan lokasi baru untuk membangun Balai Kerajaan yang lebih besar. Mereka mendapati bahwa dewan distrik mempunyai lokasi yang telah dikhususkan untuk bangunan agama. Saksi-Saksi bernegosiasi untuk membelinya. Kemudian, dewan kota membuat ketentuan yang tidak lazim, yakni surat perjanjian penjualan tanah itu akan dikeluarkan setelah bangunan itu rampung. Pembangunan rampung pada tahun 1997. Syukurlah, dewan kota tidak ingkar janji. Sidang-sidang yang menggunakan balai itu melihatnya sebagai bukti berkat Yehuwa atas upaya-upaya mereka untuk mendukung ekspansi ibadat sejati di daerah mereka.

Yang Pertama di Eropa

Bahkan setelah properti diperoleh, pembangunan Balai Kerajaan baru sering kali berlangsung bertahun-tahun. Namun, dalam kurun waktu sepuluh tahun hingga tahun 1982, jumlah sidang di Inggris telah meningkat dari 943 menjadi 1.147. Agar pertambahan ini dapat diimbangi oleh ketersediaan bangunan, dibutuhkan metode pembangunan khusus.

Pada bulan September 1983, sekelompok saudara dari Amerika Serikat dan Kanada yang berpengalaman dalam pekerjaan konstruksi tiba di Northampton, 101 kilometer di utara London. Mereka telah berpengalaman dalam pembangunan cepat dan datang untuk membagikan solusi praktis yang telah dikembangkan. Mereka bekerja sama dengan saudara-saudara setempat untuk membangun sebuah Balai Kerajaan baru secara ekonomis dan cepat. ”Baru-baru ini, sekelompok Saksi-Saksi Yehuwa merampungkan sebuah bangunan dalam waktu empat hari, sementara normalnya, kontraktor membutuhkan enam bulan untuk melakukannya,” lapor majalah Building Design sebulan berikutnya, ”dan mereka melakukannya dengan seperempat biaya normal.” Yehuwa memberkati konstruksi Balai Kerajaan dengan metode pembangunan cepat ini, yang baru pertama kali digunakan di Eropa.

Pada tahun berikutnya, lebih dari 1.000 pekerja sukarela membantu pembangunan sebuah Balai Kerajaan di kota Dolgellau, Welsh. Kali ini, proyek tersebut rampung dalam dua hari, bukan empat hari. Ke-33 Saksi setempat dibantu oleh Saksi-Saksi lain dari Wales, Inggris, dan Amerika Serikat. Saudara-saudara dari Prancis dan Belanda juga datang untuk melihat metode pembangunan itu, dan sepulangnya ke negeri masing-masing, mereka mulai mengajari rekan-rekan mereka cara membangun dengan metode serupa.

Bantuan saudara-saudara dari luar negeri bermanfaat bagi Saksi-Saksi Yehuwa di Inggris, dan mereka kemudian membantu sidang-sidang lain. Dua sidang di King’s Lynn, Norfolk, melakukannya dengan cara yang unik. Pada tahun 1986, sidang-sidang sibuk mempersiapkan pembangunan sebuah Balai Kerajaan baru untuk menggantikan bangunan kayu yang selama ini mereka gunakan. Sewaktu mereka mendengar bahwa Sidang Cobh di Irlandia menyelenggarakan perhimpunan di sebuah garasi yang telah dimodifikasi dan dihadiri oleh 45 hingga 50 orang, mereka memutuskan untuk membantu. Mereka menawarkan bangunan lama mereka berikut semua isinya, termasuk kursi dan perlengkapan tata suara, kepada Saksi-Saksi di Cobh. Sewaktu mereka mendapati bahwa bingkai-bingkai jendelanya perlu diganti, saudara-saudara setempat pun menyumbang sehingga terkumpul cukup biaya. Sidang-sidang terdekat menyumbang untuk membeli rangka atap yang baru. Selain itu, saudara-saudara di Norfolk membayar semua biaya pengiriman.

”Memereteli balai itu ternyata tidak mudah,” kenang Peter Rose, pengawas umum di King’s Lynn. ”Setiap bagian harus dipereteli tanpa menimbulkan kerusakan, dinomori satu per satu, dan kemudian dipasang kembali, persis seperti memasang kepingan teka-teki gambar raksasa.” Pada bulan Mei 1986, sewaktu mereka rampung membongkarnya, mereka mengepak semua bagiannya ke dalam peti kemas dan mengirimkannya melewati Laut Irlandia ke Cobh. Saudara-saudara di Cobh merencanakan untuk mendirikan balai baru mereka pada akhir pekan, tanggal 7 dan 8 Juni—bersamaan waktu dengan pembangunan Balai Kerajaan baru oleh saudara-saudara di King’s Lynn. Kedua Balai Kerajaan rampung pada akhir pekan itu.

Menyediakan Biaya dan Keterampilan

Pelayanan Kerajaan Kita bulan April 1987 edisi Inggris memuat sisipan yang menarik perhatian pada diperkenalkannya Dana Balai Kerajaan Lembaga untuk ”menyediakan pembiayaan yang relatif murah” guna pembangunan balai baru dan pembelian serta pemugaran bangunan. Penyelenggaraan ini memungkinkan penyamarataan sumber daya. (2 Kor. 8:14) Artikel itu menyimpulkan, ”Seraya kita menyadari besarnya tugas kita dan menghargai sumbangan sukarela yang telah (dan sedang) diberikan oleh sidang-sidang untuk banyak Balai Kebaktian baru, kita harus percaya sepenuhnya kepada Yehuwa untuk membantu kita memenuhi kebutuhan saat ini akan Balai Kerajaan.—Ams. 3:5, 6.”

Pada tahun berikutnya, Badan Pimpinan, melalui kantor cabangnya, membentuk panitia-panitia yang terdiri dari para saudara di berbagai bagian negeri itu untuk membagikan keterampilan profesional mereka dan untuk turut mengorganisasi konstruksi Balai Kerajaan. Pada tahun 1998, enam belas Panitia Pembangunan Regional telah dibentuk. Panitia-panitia ini telah turun tangan membangun dan merenovasi lebih dari 700 Balai Kerajaan di Inggris.

Mayoritas saudara yang melayani dalam panitia ini memiliki keluarga yang harus diurus. Beberapa dapat membaktikan lebih banyak waktu untuk urusan ini; ada pula yang sedikit. Michael Harvey, ayah dari lima anak, dengan dukungan istrinya, Jean, memutuskan untuk mengutamakan konstruksi Balai Kerajaan daripada urusan lainnya. Suami-istri ini masing-masing menghargai nasihat Yesus untuk mengutamakan Kerajaan dalam kehidupan mereka. (Mat. 6:33) ”Kami semakin merasakan makna dari kata-kata Yesus,” kata Michael. ”Yehuwa tidak pernah mengecewakan kami.” Jean sependapat, ”Sewaktu Rachel, salah seorang putri kami, berusia sembilan tahun, pertumbuhannya pesat sekali sehingga semua pakaiannya cepat kesempitan. Uang kami tidak cukup untuk membelikannya baju baru, jadi kami berupaya merombak baju-bajunya agar tetap dapat dipakai. Kemudian, sehari sebelum kebaktian wilayah, adik perempuan Michael mengirimkan dua potong baju baru yang dibelinya sewaktu ada obral. Baju-baju itu pas sekali untuk Rachel—dan sungguh tepat waktu sehingga dapat dikenakan untuk kebaktian!” Seraya dua dari putra-putra mereka ikut serta dalam pekerjaan konstruksi, Jean dan putri-putri yang lain menjaga rumah dan mengurus beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan proyek pembangunan. ”Pekerjaan konstruksi menyatukan keluarga kami,” kata Michael. ”Bagi kami, itu benar-benar proyek keluarga.”

Dalam pembangunan beberapa Balai Kerajaan pada tahun 1980-an, para pekerja sukarela yang ambil bagian berjumlah ratusan, bahkan ribuan. Untuk menyederhanakan pekerjaan, Saudara Harvey berangkat ke Denmark untuk berkonsultasi dengan saudara-saudara yang menangani Balai Kerajaan di sana. Bantuan lebih lanjut tiba sewaktu Lembaga memberi tahu sidang-sidang bahwa apabila Balai Kerajaan baru dibutuhkan, Lembaga akan menyediakan pilihan desain yang telah jadi. Alhasil, semakin sedikit pekerja sukarela yang dibutuhkan, jumlah pekerjaan jauh berkurang, dan Balai Kerajaan yang sederhana namun layak telah dibangun di seluruh Inggris.

Bukan Sekadar Kisah yang Bagus

Upaya terpadu dalam membangun Balai Kerajaan dan kecepatan perampungannya menghasilkan kesaksian yang bagus kepada masyarakat. Surat kabar sering kali meliput apa yang sedang berlangsung. Pada tahun 1990, Victor Lagden, wartawan foto dari Evening Echo, sebuah surat kabar setempat, meliput pekerjaan konstruksi tiga hari dari balai baru di Pulau Canvey, sisi utara Muara Thames. Sewaktu ia tiba di lokasi konstruksi pada hari Jumat pagi, yang terlihat hanyalah bahan-bahan bangunan. Di salah satu pintu trailer terdapat tulisan ”Ruang Pers”. ”Itulah satu-satunya bangunan yang berdiri di lokasi pada waktu itu,” kenang Victor. ”Tetapi, yang membuat saya terkesan adalah para pekerja konstruksinya—pria dan wanita, tua dan muda, bekerja bersama.” Victor memotret lokasi dan pulang. Kemudian, ia meminta izin kepada redakturnya untuk kembali ke lokasi itu secara berkala pada akhir pekan tersebut untuk memastikan kebenaran pernyataan Saksi-Saksi bahwa mereka dapat membangun sebuah balai dalam tiga hari. Ia dan tiga reporter lain meliput jalannya pekerjaan itu.

Pada hari Minggu, Victor menghadiri perhimpunan pertama yang diselenggarakan di balai baru itu. Hasilnya adalah sebuah laporan dua halaman surat kabar, bertajuk ”Dimuliakanlah Yehuwa!” Kemudian, salah seorang penatua setempat mengunjungi Victor. Pengajaran Alkitab mulai diberikan kepadanya. ”Dalam tiga minggu,” Victor menceritakan, ”saya mengetahui nama Allah, dan doa saya tidak lagi sekadar berisi permohonan, melainkan ucapan syukur—syukur kepada Yehuwa.” Sekarang, Victor adalah seorang Saksi terbaptis dari Yehuwa.

’Membuka Hati Lebar-Lebar’

Pada tahun 1970-an dan 1980-an, banyak kesaksian diberikan di antara populasi imigran di Inggris—sebagian besar dilakukan oleh Saksi-Saksi imigran dan yang dapat berbicara dalam berbagai bahasa. Namun, dibutuhkan lebih banyak bantuan.

Pada tahun 1993, terdapat dua juta orang berlatar belakang Asia di Inggris, 1 dari 28 penduduk. Banyak yang datang dari India; selebihnya dari Afrika Timur. Sudah ada kira-kira 500 penyiar berbahasa Punjabi dan 150 penyiar berbahasa Gujarati yang bergabung dengan sidang-sidang berbahasa Inggris, dan mereka memimpin lebih dari 500 pengajaran Alkitab dalam bahasa-bahasa tersebut. Tetapi, belum semua imigran yang mendapat kesempatan untuk mengambil manfaat dari kabar baik Kerajaan Allah.

Menyadari bahwa seseorang yang hanya bisa berbahasa Inggris mungkin merasa tidak mampu memberikan kesaksian kepada orang-orang yang berbahasa dan berkebudayaan asing, kantor cabang mendesak Saksi-Saksi setempat untuk mengembangkan kasih yang lebih luas bagi orang-orang dari segala ras dan mengembangkan semangat seperti Kristus dalam memperhatikan kesejahteraan orang lain. Mereka dianjurkan untuk ’membuka hati lebar-lebar’. (2 Kor. 6:11-13; Flp. 2:1-4) Pelayanan Kerajaan Kita menjelaskan, ”Kita ingin agar orang-orang di daerah kita merasakan kehangatan dan minat yang Yesus Kristus nyatakan dalam pelayanannya.” Saksi-Saksi di Inggris diberi tahu, ”Ladang utusan injil yang besar sebenarnya telah ada di hadapan kita!”

Dalam memperlihatkan kepedulian kepada orang-orang berbahasa asing, semua Saksi-Saksi asal Inggris dianjurkan agar menginformasikan tentang orang asing yang dijumpai di wilayah mereka kepada sidang berbahasa asing yang cocok. Jadi, tidak soal apakah seorang Saksi bisa berbahasa asing atau tidak, mereka semua dapat ikut serta menggarap ladang utusan injil yang telah berpindah ke Inggris. Sebenarnya, daerah untuk sidang-sidang berbahasa asing sebagian besar terbentuk dari cara ini.

Alhasil, pada tahun 1996, Grace Li mengunjungi rumah seorang nyonya dari Vietnam yang tinggal di Newcastle upon Tyne, di Inggris bagian timur laut. Wanita itu berbicara bahasa Mandarin. Grace mendapat sambutan hangat dan langsung diundang masuk ke rumah. Rupanya, wanita itu dulunya seorang pengungsi yang telah banyak menderita selama perang di Vietnam. Ia tinggal di Inggris selama sepuluh tahun, namun masih belum lancar berbahasa Inggris. Ia menjelaskan kepada Grace bahwa ia sering putus asa dan tidak punya siapa-siapa untuk menolongnya.

Ia juga memberi tahu Grace bahwa empat tahun yang lalu, ia menerima sebuah buku yang berisi banyak gambar bagus tetapi ia tidak dapat memahaminya karena tidak bisa membaca tulisan dalam bahasa Inggris. Akan tetapi, setiap kali ia merasa depresi, ia akan memandangi gambar-gambar tersebut, yang membantunya mengatasi depresi dan memberinya harapan baru. Ia mengambil buku itu dari rak, menyerahkannya kepada Grace, dan meminta Grace membacakan buku itu agar ia mengetahui isinya. Rupanya itu adalah buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi! Grace menjelaskan bahwa ia bukan sekadar dapat membacakan buku berbahasa Inggris itu kepadanya. Grace merogoh tasnya dan mengeluarkan buku yang sama dalam bahasa Mandarin. Nyonya itu benar-benar terkesima. Akhirnya, ia dapat mempelajari berita Alkitab! Nyonya itu langsung menerima pelajaran Alkitab.

Dalam upaya untuk ’membuka hati lebar-lebar’, kantor cabang memberikan perhatian khusus untuk membantu kelompok-kelompok etnik bertumbuh secara rohani dan organisasi. Colin Seymour dan istrinya, Olive, telah melayani selama 20 tahun, mengunjungi sidang-sidang di seluruh Inggris. Keduanya memperlihatkan minat yang tulus kepada saudara-saudara yang mereka layani, dan hal ini sangat nyata selama kunjungan mereka ke sidang-sidang di Pulau Malta dan Pulau Gozo, di Laut Tengah. Mereka bahkan berupaya memberikan komentar dalam bahasa Malta di perhimpunan, sehingga mereka dikasihi saudara-saudara setempat.

Pada bulan September 1994, Colin dilantik sebagai pengawas wilayah untuk kelompok-kelompok dan sebagian sidang berbahasa asing di seluruh Inggris. Ia dengan saksama meninjau kemajuan setiap kelompok sehingga dapat membentuk suatu sidang dan menguatkan sidang-sidang yang telah berfungsi. Meskipun pada mulanya wilayah ini adalah yang terkecil—hanya 12 sidang dengan sekitar 750 penyiar—dalam tiga tahun, wilayahnya telah menjadi yang terbesar, dengan 1.968 penyiar, dan dari antaranya terdapat 388 perintis. Sejak itu, jumlah wilayah berbahasa asing telah berkembang menjadi tiga wilayah.

Mempelajari Bahasa Baru

Agar dapat membagikan kebenaran Alkitab yang memberikan kehidupan kepada para imigran berbahasa asing, beberapa Saksi asal Inggris telah memperlihatkan inisiatif pribadi untuk mempelajari bahasa asing. Dari antaranya adalah Elisabeth Emmott, yang telah merintis di berbagai daerah di Inggris. Pertama-tama, ia belajar bahasa Punjabi untuk membantu orang-orang di daerahnya. Kemudian, pada tahun 1976, dalam tugas barunya, ia mulai belajar bahasa Urdu. Lalu, ia mempelajari bahasa Gujarati. Untuk membantu para peminat, ia juga mencari para penyiar asal India dan Pakistan di kebaktian-kebaktian. Bagi Clifton dan Amanda Banks, menghadiri kebaktian di Rusia pada tahun 1993 merupakan titik awalnya. Sekembalinya ke Inggris, mereka mengikuti kursus bahasa Rusia dari perpustakaan setempat, pindah ke daerah tempat tinggal orang-orang berbahasa Rusia, dan mulai merintis bersama sidang berbahasa Rusia di sana. Tetapi, menyediakan waktu untuk belajar bahasa sambil menjalankan tanggung jawab pekerjaan dan keluarga, serta segenap kegiatan di sidang dan dinas pengabaran, memang tidak mudah.

Karena kebutuhan khusus di Inggris, maka bantuan moril diberikan kepada para perintis yang ingin meluaskan pelayanan mereka dengan cara ini. Tanpa melepaskan dinas perintis, mereka mempelajari dasar-dasar bahasa asing. Guna memperoleh bimbingan yang dibutuhkan, beberapa perintis mengambil kursus singkat tentang dasar-dasar suatu bahasa asing—dengan hasil-hasil yang menarik.

Christine Flynn, yang telah merintis selama 21 tahun, bersama tujuh perintis lainnya memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa Gujarati pada tahun 1996/97. Pengajarnya adalah sepasang suami-istri asal India yang sangat heran melihat begitu banyak siswa berbahasa Inggris yang mengikuti kursus itu. ”Mereka banyak memodifikasi kurikulumnya untuk membantu kami,” tutur Christine. ”Mereka membantu saya mempersiapkan presentasi dalam dinas pengabaran dan bahkan menghadiri beberapa perhimpunan kami.”

Pada waktu yang sama, Christine mulai bekerja di tempat yang baru. Di tempat kerjanya, ia berjumpa dengan seorang wanita berbahasa Gujarati. Sewaktu Christine menyapanya dalam bahasa Gujarati, wanita muda itu sangat terkesima dan ingin tahu mengapa Christine mempelajari bahasa itu. Christine menjelaskan dan memberikan kesaksian yang bagus, sehingga wanita muda itu mengomentari, ’Tidak ada agama lain yang menganjurkan anggota-anggotanya mempelajari bahasa yang sulit ini. Berita yang hendak kalian sampaikan pastilah penting sekali.’

Pauline Duncan, yang juga seorang perintis, mengerahkan diri untuk mempelajari bahasa Bengali pada tahun 1994. Pada mulanya, ia merasa sangat sulit. ”Sering kali, saya memohon kepada Yehuwa sambil menangis, menceritakan kepada-Nya betapa sukarnya bahasa ini dan rasanya saya ingin menyerah,” demikian pengakuannya. ”Tetapi, berkat roh kudus Yehuwa, serta tekad dan upaya saya, saya berhasil melewati tahap-tahap yang sulit dan syukurlah saya tidak menyerah, karena sekarang saya sedang menikmati hasil-hasil yang bagus.” Beverley Crook, perintis lainnya, mengomentari pengaruh belajar bahasa Bengali atas orang-orang yang ia kunjungi, ”Sejak saya belajar bahasa itu, pelayanan saya benar-benar mengalami suatu transformasi. Orang-orang berbahasa Bengali sekarang tahu bahwa kami pasti mengasihi mereka karena kami mengerahkan waktu untuk mempelajari bahasa mereka.”

Jennifer Charles, seorang perintis di salah satu sidang berbahasa Prancis yang dihadiri banyak pengungsi dari Republik Demokrasi Kongo, mengatakan, ”Mempelajari bahasa baru sangat membantu saya memahami apa yang dirasakan orang-orang di daerah pengabaran saya ketika mereka datang ke suatu negara yang bahasanya tidak mereka kuasai.”

Selama bertahun-tahun, banyak perintis, termasuk para saudari lajang yang sanggup melayani di tempat-tempat yang sangat membutuhkan tenaga, telah dianjurkan untuk membahas bersama pengawas wilayah mereka tentang kemungkinan pindah ke sidang-sidang terdekat yang membutuhkan tenaga. Ada yang telah memilih belajar bahasa asing agar dapat membantu di ladang berbahasa asing. Di kawasan London dan sekitarnya, lebih dari 100 saudari perintis telah melakukannya. Pelayanan mereka di antara orang-orang berbahasa asing telah berbuah. Dengan bantuan mereka, banyak orang telah mempelajari Alkitab dan menghadiri perhimpunan Kristen.

Ketika Semangat Utusan Injil Berlanjut

Karena berbagai alasan, beberapa yang melayani sebagai utusan injil merasa perlu kembali ke Inggris. Banyak dari antaranya terus melakukan pekerjaan yang bagus.

Setelah melayani dalam dinas utusan injil selama 14 tahun, Wilfred dan Gwen Gooch dipindahkan dari Nigeria ke kantor cabang di London pada tahun 1964. Ini bukan karena mereka tidak puas dengan dinas di Nigeria; mereka mencintainya. Namun, Wilfred ditugasi untuk mengawasi kantor cabang Inggris. Akan tetapi, dengan sikap mereka yang positif, mereka dapat menganjurkan banyak perintis di Inggris agar merelakan diri untuk berdinas di mana pun Yehuwa mungkin mengutus mereka melalui organisasi-Nya. Wilfred sering mengatakan, ”Yang saudara pelajari selama satu tahun saja sebagai utusan injil akan lebih banyak daripada selama 30 tahun sebagai perintis.” Yang dimaksud oleh saudara ini bukanlah tentang belajar Alkitab, melainkan tentang belajar mengenal diri sendiri, belajar menghadapi kehidupan, serta belajar bergaul serasi dengan saudara-saudari.

John dan Pat Barker, lulusan kelas ke-45 Gilead, kembali ke Inggris ketika mereka akan segera menjadi orang-tua. Tetapi, mereka telah bekerja keras untuk belajar bahasa Mandarin agar dapat memberi kesaksian kepada orang-orang Tionghoa di Taiwan. Sekembalinya ke Inggris, mereka terus mencari orang-orang Tionghoa yang kepadanya mereka dapat membagikan kabar baik. Setelah anak-anak mereka dewasa dan menikah, mereka berdua mendaftar sebagai perintis biasa dan sekarang menikmati pelayanan yang produktif bersama sidang yang memiliki kelompok berbahasa Mandarin di kota Birmingham, Midlands. Beberapa orang yang mendapat pengajaran Alkitab dari mereka telah kembali ke Cina dengan membawa pengetahuan yang baik akan kebenaran.

David Shepherd, mantan utusan injil di Ghana, sekarang telah beristri dan mempunyai tiga anak. Tetapi, David terus berada dalam dinas sepenuh waktu. Apa yang memungkinkan hal ini? Ia menjelaskan, ”Sewaktu saya melihat betapa sederhananya kehidupan saudara-saudara di Ghana, hal itu membantu saya untuk membuat kehidupan saya sesederhana mungkin.”

Fasilitas yang Cocok untuk Pekerjaan

Mencetak lektur Alkitab merupakan faktor penting dalam menyebarkan kabar baik Kerajaan. Pada awal tahun 1970-an, kantor cabang di London memenuhi peranan strategisnya dalam menyediakan makanan rohani yang penuh kuasa itu ke banyak negeri lain. Banyak dari antaranya dikirim ke negeri-negeri di Afrika; ada yang bahkan ke Australia.

Secara bertahap, kantor-kantor cabang lain yang berfasilitas percetakan mengambil alih sebagian produksi majalah, sementara percetakan di London hanya menangani publikasi berbahasa Inggris, Belanda, dan Swahili. Meskipun demikian, jadwal kerja dua mesin cetak huruf (letterpress) MAN di Inggris masih sangat padat. Untuk memenuhi target, pada tahun 1977, salah satu mesin cetak itu juga beroperasi pada malam hari setiap minggu ketiga.

Tibalah waktunya untuk memperluas fasilitas Lembaga di London. Di Watch Tower House di Mill Hill, yang telah digunakan sejak akhir tahun 1950-an, ruangannya sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan percetakan yang dilakukan kantor cabang itu. Ketetapan tata kota tidak memungkinkan pengembangan ruang percetakan di Watch Tower House, sehingga Badan Pimpinan setuju untuk memindahkan percetakan tersebut dan sekaligus memperluas rumah Betel yang ada untuk menampung semakin banyaknya saudara yang dibutuhkan dalam menangani pekerjaan.

Akhirnya, lokasi percetakan seluas 3.000 meter persegi ditemukan di Wembley, sejauh kira-kira 13 kilometer. Bangunan berlantai dua itu menyediakan cukup ruangan untuk perluasan percetakan serta apartemen, dapur, ruang makan, dan fasilitas resepsionis. Kegiatan percetakan dipindahkan ke lokasi ini pada tahun 1980, peralatan-peralatan yang sudah ada dilengkapi lagi dengan lima mesin cetak ofset Harris, dan dalam waktu dua tahun, produksi tahunan majalah mencapai tiras 38.328.000 eksemplar.

Sementara itu, dimulailah proyek konstruksi bangunan tambahan untuk Watch Tower House di Mill Hill, yang menyediakan 41 kamar tambahan untuk keluarga Betel, serta ruang makan dan dapur yang lebih luas. John Andrews, pengawas distrik yang berlatar belakang arsitek, diundang ke Betel untuk bekerja sama dengan tim proyek itu. Saksi-Saksi dari berbagai penjuru negeri menyumbangkan tenaga untuk bekerja pada akhir pekan. Meskipun diterpa salju lebat dan suhu yang sangat rendah pada musim dingin tahun 1981/82, pekerjaan berjalan cepat. Sejumlah pekerja non-Saksi digunakan sebagai subkontraktor dan bekerja sama dengan saudara-saudara. Hanya dalam dua tahun, bangunan tambahan yang baru itu siap digunakan. Ini bertepatan waktu dengan peristiwa menarik lainnya.

Pekerjaan Raksasa

Pada bulan Juni 1982, Badan Pimpinan menerima undangan dari Panitia Cabang agar pertemuan tahunan Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania untuk tahun 1983 diselenggarakan di Inggris. Peristiwa ini sangat penting karena kantor cabang merencanakan untuk menahbiskan bangunan tambahan baru dari Betel London pada akhir pekan yang sama dengan acara pertemuan tahunan itu.

”Kira-kira pukul delapan pagi, saya ditelepon Peter Ellis dari Betel,” kenang Dennis Loft. ”Ia meminta saya memesan tempat di De Montfort Hall untuk tanggal 1 Oktober.” Di sinilah kebaktian bersejarah tanggal 2-10 September 1941 diselenggarakan, sewaktu buku Children diperkenalkan. Pada waktu itu, di tengah-tengah Perang Dunia II manakala saudara-saudara kita mengambil pendirian teguh menjunjung kenetralan Kristen, Albert D. Schroeder, yang sekarang adalah anggota Badan Pimpinan, adalah hamba cabang di Inggris. Sungguh istimewa pertemuan tahunan ini bagi saudara-saudari lanjut usia yang masih hidup untuk berjumpa kembali dengan hamba-hamba Yehuwa yang loyal selama puluhan tahun!

Pertemuan tahunan 1983 itu merupakan pertemuan tahunan pertama yang diselenggarakan di luar Amerika Utara. Perencanaan pun disusun agar acara yang berlangsung di Leicester dapat dihubungkan dengan Balai Kebaktian Dudley di Midlands. Dengan demikian, peristiwa ini dapat dinikmati oleh lebih banyak saudara. Para undangan utama adalah Saksi-Saksi yang telah melayani Yehuwa selama 40 tahun atau lebih. Surat dikirimkan ke kantor-kantor cabang seantero Eropa, mengundang para anggota keluarga Betel untuk acara akhir pekan itu. Segera disadari bahwa Betel London kekurangan kamar untuk menampung semua delegasi Eropa ini. Jadi, disusunlah rencana untuk mengatur pemondokan bagi semua undangan.

Sementara itu, Saudara Loft telah menghubungi Dewan Kota Leicester, namun diberi tahu bahwa salah satu perusahaan terbesar di Inggris akan menyelenggarakan acara makan malam tahunan mereka pada akhir pekan yang sama. Setelah diselidiki lebih jauh, ternyata acara itu berlangsung tanggal 30 September tetapi karena seusai acara itu selalu dibutuhkan pekerjaan pembersihan yang berat, aula itu disewa hingga keesokan harinya juga. ”Jika kami mengambil alih pembersihan itu, bolehkah kami menyewa ruangan ini untuk tanggal 1 Oktober?” tanya Dennis. Pengelola gedung setuju, dan Dennis pun menghela napas lega, meskipun pada waktu itu belum terbayangkan betapa beratnya pekerjaan itu.

Pada tengah malam tanggal 30 September, dengan diorganisasi secara berkelompok yang masing-masing diketuai seorang kepala regu, 400 saudara mulai membersihkan segala macam sampah dari acara makan malam itu. Mereka juga memindahkan meja-meja dan menggantinya dengan 3.000 kursi agar siap untuk pertemuan. Pekerjaan itu sangat menegangkan karena harus selesai dalam waktu delapan jam. Dennis mengenang, ”Hal yang unik adalah bahwa hanya sedikit saja dari antara saudara-saudara ini yang diundang ke pertemuan tahunan itu, namun, sekadar dapat ambil bagian di dalamnya, meskipun hanya untuk mempersiapkan lokasinya, merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka sampai sekarang.” Saudara-saudara memasang karpet pada panggung dan menghiasinya dengan bunga. Pada pukul 8.00, aula itu sudah siap untuk digunakan. Staf gedung sampai terkesima melihatnya. Saudara-saudara sadar bahwa pertemuan ini akan sangat istimewa. Segala jerih lelah mereka tidak sia-sia.

Pertemuan yang Tidak Terlupakan

Dari antara 3.671 orang yang hadir untuk menikmati pesta rohani di Leicester, terdapat 693 delegasi dari 37 kantor cabang lain. Banyak dari antara yang hadir adalah saudara-saudari terurap. Reg Kellond, dari Telford, dan Emma Burnell, dari Paignton, keduanya berusia 99 tahun, merupakan delegasi tertua dari Inggris. Janet Tait, dari Glasgow, serta Mary Grant, Edith Guiver, dan Robert Warden, masing-masing berusia antara sembilan puluh hingga seratus tahun, telah belajar kebenaran sebelum Perang Dunia I. Mereka benar-benar sudah kawakan dalam dinas Yehuwa! Mereka telah ambil bagian dalam pekerjaan kesaksian seraya jumlah pemuji Yehuwa di Inggris meningkat dari beberapa ribu menjadi 92.320. Mereka menanti-nantikan dengan sangat antusias anjuran yang hendak disampaikan oleh Badan Pimpinan.

Albert D. Schroeder menyampaikan khotbah bertema ”Teruslah Berharap Kepada Yehuwa, Sehingga Saudara Tidak Menjadi Lelah”, berdasarkan Yesaya 40:31. Ia juga mewawancarai beberapa saudara yang setia: Robert Warden dan Harold Rabson, keduanya dari Glasgow dan dibaptis masing-masing pada tahun 1913 dan 1914; Robert Anderson, yang telah merintis selama 51 tahun; dan Ernie Beavor, yang telah menjadi pengawas wilayah selama 17 tahun dan yang ketiga anaknya berada dalam dinas utusan injil. Mereka semua menceritakan dengan penuh antusias tahun-tahun yang mereka lalui dalam dinas Yehuwa. Daniel Sydlik, salah seorang anggota Badan Pimpinan, menyampaikan khotbah bertema ”Masih Ada Lagi yang Terbaik”. Khotbah itu masih diingat oleh saudara-saudara hingga hari ini.

”Ketika kami menerima undangan,” tulis seorang saudara, ”kenangan indah tentang kebaktian di masa perang di De Montfort Hall pada tahun 1941 pun terbangkitkan kembali. Yang pasti, kebaktian itu, yang terselenggara seolah-olah karena mukjizat di Inggris yang tengah diporak-porandakan perang, merupakan kebaktian terbaik yang pernah kami hadiri—tetapi ’masih ada lagi yang terbaik’. Kami pulang dari pertemuan ini dengan hati diliputi rasa syukur kepada Yehuwa, bertekad untuk tetap loyal kepada Pencipta kita; kepada Raja-Nya, Kristus Yesus; dan kepada organisasi yang jelas-jelas sedang Ia gunakan.”

Setelah peristiwa ini, banyak delegasi mengadakan perjalanan ke London untuk menikmati acara penahbisan bangunan tambahan Betel. Bagian-bagian acara diperdengarkan lewat telepon ke Balai Kebaktian London Utara, memberikan kesempatan kepada lebih banyak hadirin untuk mendengarkan khotbah penahbisan yang disampaikan Frederick Franz, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga.

Lokasi yang Lebih Baik untuk Percetakan

Fasilitas kantor cabang masih belum ideal. Watch Tower House terletak di Mill Hill, tetapi percetakan masih 13 kilometer lagi dari situ, di Wembley. Dua puluh lima hingga tiga puluh saudara dari Betel menempuh perjalanan pulang pergi setiap hari untuk bekerja.

Bertahun-tahun sebelumnya, N. H. Knorr, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga, telah mengamati bahwa sebuah bangunan milik perusahaan U.K. Optical di seberang Watch Tower House merupakan lokasi yang ideal untuk percetakan. Namun, pada waktu itu, bangunan tersebut tidak untuk dijual. Tetapi, pada bulan September 1986, dalam sebuah rapat yang diselenggarakan oleh Kantor Pos, Philip Harris, pengawas Departemen Pengiriman, mendengar bahwa perusahaan U.K. Optical itu akan pindah dari bangunan di Bittacy Hill tersebut. Pengaturan segera diadakan untuk membeli properti seluas dua hektar ini. Dua bulan kemudian, proses pembelian selesai, dan pada waktu yang sama, negosiasi untuk menjual percetakan di Wembley berhasil dirampungkan. Maka, konstruksi percetakan baru mulai dilaksanakan dengan serius.

Pertama, bangunan-bangunan lama di belakang lokasi Bittacy Hill diruntuhkan agar dapat dibangun percetakan yang baru. Seraya penggalian berlangsung, saudara-saudara mendapati bahwa tempat ini pernah digunakan sebagai tempat pembuangan limbah industri. Setelah semua reruntuhan disingkirkan, ternyata sebuah ruang bawah tanah yang luas dapat ditambahkan dalam rencana pembangunan. Lebih dari 5.000 pekerja sukarela, dari Inggris dan negara-negara lain, menggunakan lebih dari setengah juta jam untuk menggarap proyek itu. Hasilnya, sebuah percetakan dan garasi yang bagus yang dapat memenuhi kebutuhan dengan baik hingga bertahun-tahun kemudian.

Tahap kedua konstruksi meliputi meruntuhkan bangunan kantor U.K. Optical yang lama berikut kompleks pabrik sehingga tersedia tempat untuk bangunan kantor yang baru. Agar penampilan bangunan baru itu serupa dengan bangunan lain di sekitarnya, dinas tata kota setempat mendesak agar kompleks bangunan baru kita harus dibangun dengan batu bata. Ini dicapai dengan menempelkan separuh batu-batu bata pada panel-panel beton. IBSA House segera tampak bentuknya setelah panel-panelnya yang berhiaskan 157 batu bata itu dipasang pada tempatnya. Manajer sebuah perusahaan yang beberapa waktu kemudian mengunjungi lokasi itu menanyakan jumlah tukang bata yang digunakan. ”Pasti sedikitnya lima puluh orang,” pikirnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak percaya sewaktu diberi tahu bahwa hanya enam wanita dan dua pria yang mengerjakan itu semua!

Pada tahun 1993, bangunan kantor sekaligus kompleks percetakan baru di puncak Bittacy Hill tersebut siap digunakan. Bangunan itu ditahbiskan pada kunjungan Albert D. Schroeder dari Badan Pimpinan. Pada waktu itu, sudah ada 127.395 penyiar yang ambil bagian dalam dinas pengabaran di seluruh negeri—benar-benar sumber sukacita!

Bantuan Berskala Internasional

Kantor cabang Lembaga di Jerman turun tangan mencetak majalah berbahasa Inggris selama perpindahan kegiatan percetakan dari Wembley ke lokasi baru di IBSA House. Akan tetapi, tak lama kemudian kegiatan percetakan dimulai lagi di London, dan puluhan juta majalah berisi kebenaran yang memberi kehidupan mengalir deras dari mesin-mesin di percetakan kami yang baru ini.

Meskipun jauh dari Afrika Timur, percetakan di London telah lama menghasilkan majalah secara teratur untuk bagian dunia itu. Edisi-edisi majalah berbahasa Inggris dan Swahili secara teratur dikirimkan ke sana. Kepulauan Karibia pun menerima majalahnya dari Inggris. Selama bertahun-tahun, kapal pengangkut pisang telah membawa muatan dari Hindia Barat ke pantai barat Inggris. Mereka pulang sambil membawa muatan ke kepulauan itu, termasuk majalah bebas biaya kirim mengingat status Lembaga yang bersifat sosial.

Sewaktu peti kemas siap untuk diekspor oleh Departemen Pengiriman, ruang yang masih kosong dimanfaatkan untuk mengirimkan berbagai persediaan yang dibutuhkan saudara-saudara di daerah yang dilanda kesulitan ekonomi. Puluhan ribu kelebihan kursi dari Balai Kerajaan di seluruh negeri dikirimkan ke negara-negara seperti Liberia, Mozambik, Senegal, Tanzania, dan Zambia. Di sana, kursi-kursi itu dimanfaatkan oleh sidang-sidang yang sekarang dibanjiri para peminat yang sangat antusias mempelajari kabar baik Kerajaan Allah.

Ketika kondisi perang di Bosnia pada tahun 1994 menuntut diberikannya bantuan kemanusiaan untuk saudara-saudara kita di sana, kantor cabang di Austria dengan senang hati menyediakan makanan, pakaian, dan barang-barang lainnya. Tetapi, sewaktu kalangan berwenang di Bosnia menetapkan bahwa pengiriman berikutnya harus dikirimkan melalui sebuah organisasi yang terdaftar secara resmi, kantor cabang Inggris diminta untuk membantu. Berbagai akta dipersiapkan dalam bahasa Inggris dan Kroat, dilakukan di hadapan notaris, dan dikirimkan melalui kurir. Konvoi bantuan kemanusiaan sudah bertolak dari Wina sewaktu akta-akta tersebut tiba. Dengan mobil, saudara-saudara mengejar iring-iringan itu sampai ke perbatasan dan menyerahkan akta-akta itu, tepat pada saat pengiriman bantuan itu hendak menyeberangi perbatasan!

Pada bulan Agustus 1998, ketika disusun perencanaan untuk memindahkan kegiatan percetakan dari Prancis ke Inggris, 50 anggota keluarga Betel di Louviers dipindahkan ke Betel London untuk menangani beban pekerjaan tambahan. Setelah melewati negosiasi yang alot, pada tahun 1999 kami berhasil mendapat izin memindahkan mesin cetak web-offset dan peralatan percetakan lainnya dari Louviers ke London. Seraya pekerja Betel Prancis berupaya keras belajar bahasa Inggris dan pekerja Betel Inggris mencoba mengucapkan sepatah dua patah ungkapan bahasa Prancis, mereka semua dipersatukan dalam berbicara ”bahasa yang murni” berupa kebenaran Alkitab, dan dengan demikian, dapat bekerja sama menunaikan tugas yang mendatangkan hormat bagi Yehuwa.—Zef. 3:9.

Menjangkau Pulau-Pulau

Selama bertahun-tahun, kantor cabang Inggris telah mengawasi pekerjaan pemberitaan di sejumlah pulau di berbagai lokasi. Beberapa dari antaranya merupakan bagian dari Kepulauan Britania. Pulau Wight, di lepas pantai selatan, mempunyai tujuh sidang yang sedang berkembang pesat. Pulau Man, di Laut Irlandia, mempunyai sebuah sidang yang produktif beranggotakan sekitar 190 penyiar. Di Kepulauan Hebride, di lepas pantai barat Skotlandia, terdapat lebih dari 60 penyiar, yang secara tetap tentu memberikan kesaksian di desa-desa terpencil. Kepulauan Orkney dan Kepulauan Shetlandia, di ujung timur laut Skotlandia, keduanya mempunyai sidang-sidang yang sedang berkembang pesat dan memberikan kesaksian secara saksama kepada penduduk yang terasing dari Pulau Inggris itu. Bahkan, para perintis di Kepulauan Shetlandia meluaskan wilayah mereka ke Laut Utara sewaktu mereka mengunjungi kapal-kapal ikan dan mengabar kepada para awak kapalnya.

Kedua sidang di Guernsey, salah satu pulau di Kepulauan Selat, menangani pekerjaan kesaksian bagi pulau-pulau yang lebih kecil, yakni Alderney dan Sark. Ini membutuhkan upaya yang tidak sedikit. Misalnya, kesaksian secara tetap tentu diberikan kepada penduduk Sark—sekarang berjumlah 575 jiwa—sejak awal tahun 1980-an. Seorang perintis dari Guernsey yang mengabar di Sark bertemu seorang pemuda yang ibunya adalah seorang Saksi di salah satu tempat di Kepulauan Britania. Pada mulanya, pemuda itu tidak menunjukkan minat, tetapi setelah diskusi lebih lanjut, sepasang suami-istri Saksi mulai memberi pengajaran kepada dia dan kekasihnya—pengajaran itu sebagian besar dilakukan melalui surat. Sidang-sidang dari Guernsey dan Jersey menanggung biaya untuk mengirim seorang perintis ke Sark dan Alderney sekali sebulan. Dengan bantuan pribadi dan pengajaran lewat surat itu, pemuda dan kekasihnya ini secara bertahap membuat kemajuan rohani. Untuk memberikan bantuan lebih lanjut, seorang penatua memimpin pengajaran lewat telepon, menggunakan buku Bersatu dalam Ibadat dari Satu-satunya Allah yang Benar. Pada bulan April 1994, sepasang kekasih itu, yang sekarang telah menjadi suami-istri, siap untuk dibaptis. Sekarang, mereka mendapat manfaat dari perhimpunan dan berpartisipasi melalui sambungan telepon sewaktu kondisi cuaca tidak mengizinkan mereka menyeberangi laut ke Guernsey. Memang, upaya tulus dikerahkan untuk membantu setiap orang mengambil manfaat dari kabar baik.

Tiga sidang sedang berkembang pesat di Pulau Jersey tidak jauh dari sana. Sidang-sidang ini, secara bergantian dengan sidang-sidang di Guernsey, menyelenggarakan kebaktian distrik tahunan yang dihadiri sekitar 500 Saksi setempat dan sekitar 1.000 pengunjung dari berbagai daerah di Inggris. Selain itu, karena banyak pekerja musiman berbahasa Portugis datang ke pulau ini, beberapa penyiar setempat telah belajar bahasa Portugis agar dapat membagikan berita Kerajaan dengan mereka secara lebih efektif.

Yang terjauh adalah Kepulauan Falkland. Kebanyakan dari penghuni pulau yang berpenduduk 2.200 jiwa ini berasal dari Kepulauan Shetlandia dan dari berbagai bagian Skotlandia. Arthur Nutter dan istrinya, beserta anak-anak mereka, pindah ke Kepulauan Falkland dari Inggris pada tahun 1980 untuk ikut serta memberikan kesaksian. Dua tahun kemudian, karena perkembangan politik dunia, dipandang bijaksana agar kantor cabang Inggris memberikan pengawasan secara umum terhadap pekerjaan pengabaran di sana. Meskipun Kepulauan Falkland berjarak 13.000 kilometer dari London, kunjungan tetap diadakan untuk melayani sidang kecil ini. Penyelenggaraan pengawasan dari Inggris ini berlangsung selama 15 tahun.

Selama hampir 50 tahun terakhir, kantor cabang Inggris juga mengawasi kegiatan umat Yehuwa di Malta, di jantung Laut Tengah. Di Malta, rasul Paulus mengalami karam kapal dalam perjalanan menuju Roma sekitar tahun 58 M. (Kis. 28:1) Pulau terdekatnya adalah Gozo, yang lebih kecil dan independen. Dewasa ini, kedua pulau tersebut telah memiliki sidang-sidang umat Yehuwa yang sedang berkembang pesat.

Meskipun laporan tentang pekerjaan kesaksian di Malta telah ada sejak tahun 1936, baru pada tahun 1970-an pekerjaan Kerajaan dikukuhkan di kalangan masyarakat Malta. Berulang kali dikerahkan upaya untuk membagikan kabar baik kepada orang-orang di sana, tetapi Gereja Katolik Roma sangat kuat pengaruhnya atas pemerintah maupun kehidupan individu.

Gesualda Lima masih berusia 13 tahun sewaktu ia pertama kali mendengar ibunya menjelaskan kepada seluruh keluarga apa yang disampaikan tetangganya yang adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Itu terjadi pada tahun 1970. ”Ketika saya mendengar nama Yehuwa, saya menganggapnya sebagai sesuatu yang istimewa,” kenang Gesualda. (Mz. 83:18) Belakangan, orang-tuanya menentang minatnya akan berita Alkitab. Tanpa gentar, ia terus belajar Alkitab, mulai menghadiri perhimpunan, membaktikan kehidupannya kepada Yehuwa, dan dibaptis. Pada tahun 1981, ia menikah dengan Ignazio, seorang pria Italia yang bersemangat, dengan kegairahan yang meluap-luap. Mereka bersama-sama mendapat hak istimewa melayani sebagai rohaniwan sepenuh waktu di Malta, dan mereka telah membantu lebih dari 100 orang untuk belajar kebenaran. Mayoritas dari antaranya adalah orang Malta.

Joe Axiak, seorang tukang arloji yang terampil, adalah pria Malta yang murah tangan dan ramah, yang pertama kali mendengar kebenaran dari keluarga pamannya. Tetapi, karena pembawaannya yang mandiri, Joe meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Australia. Sewaktu ia mulai bergabung bersama Saksi-Saksi Yehuwa di sana, salah seorang kakaknya memperingatkan dia, ”Jika Ibu sampai tahu bahwa kamu akan menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, ia akan mati, dan saya akan membakar balai ini kalau kamu berani berhimpun lagi.” Akan tetapi, Joe tetap kukuh pada pendiriannya, dan upayanya tidak sia-sia. Sekarang, ia dan tujuh saudara kandungnya, termasuk yang dulu mengancamnya, melayani Yehuwa.

Sekembalinya Joe ke Malta, ia menikah, dan ia serta istrinya, Jane, memutuskan untuk memberikan perhatian khusus pada daerah di Pulau Gozo. Setiap akhir pekan, mereka pergi ke sana dengan feri. Tetapi setelah kelahiran putra mereka, David, perjalanan pulang pergi sangat merepotkan, jadi mereka memutuskan untuk menetap di Gozo. Alangkah sukacitanya mereka sewaktu pada tahun 1984, sebuah sidang terbentuk! Sekarang, ada 27 penyiar di Gozo. Mereka berhimpun di Balai Kerajaan sendiri dan secara tetap tentu memberitakan kabar baik kepada orang-orang lain.

Andaikan Saja Itu Tersedia dalam Bahasa Malta

Dengan digunakannya bahasa Malta dalam menyampaikan kebenaran Alkitab, lebih banyak orang di pulau ini telah dibantu untuk membuat kemajuan dalam memperoleh pengetahuan yang saksama akan Yehuwa dan jalan-jalan-Nya.—Kol. 1:9, 10.

Helen Massa, salah seorang yang pernah belajar Alkitab dengan Gesualda Lima, mengingat ketika semua perhimpunan diadakan dalam bahasa Inggris. Meskipun kadang-kadang harus berupaya keras untuk memahami apa yang dikatakan, Helen masih mengenang beberapa petunjuk bagus yang pernah disampaikan. Ia sering memuji kesabaran mengajar dari seorang saudara asal Inggris, Norman Rutherford, yang melayani di Malta pada akhir tahun ’60-an dan awal ’70-an. Norman dan istrinya, Isabel, lulusan kelas ke-11 Gilead, selalu bertindak hati-hati karena mereka orang asing. Mereka berhasrat untuk menetap dan mendukung saudara-saudari setempat, yang berpendirian teguh dalam menghadapi tentangan agama dan keluarga.

Pada awal tahun 1970-an, Joe Micallef, seorang jurnalis yang fasih berbahasa Inggris, merasa senang sewaktu Norman Rutherford setuju memberinya pengajaran Alkitab. Norman mengenang, ”Saya mengajukan pertanyaan, dan saya sudah senang bila dijawab ya atau tidak.” Tetapi, ia menyadari bahwa mengajar itu bukan sekadar menjawab pertanyaan. ”Ia akan mengupas permasalahan hingga ke intinya, menjelaskan mengapa jawabannya ya atau tidak.” Ini memperkuat iman Joe.

Meskipun perhimpunan pertama yang Joe hadiri diselenggarakan dalam bahasa Inggris, setelah beberapa waktu, beberapa hadirin ditugasi menyampaikan ringkasan pokok-pokok utama dari paragraf-paragraf di Menara Pengawal dalam bahasa Malta. Itu tidak selalu mudah. Adik Joe, Ray, memutuskan untuk menuliskan ringkasannya, tetapi ia mendapati bahwa menerjemahkan seluruh paragraf ternyata lebih mudah. ”Sewaktu Peter Ellis, yang mengunjungi Malta sebagai pengawas keliling, melihat situasinya,” lanjut Joe, ”ia menyarankan agar kami membeli mesin stensil.” Maka, pada tahun 1977, edisi stensilan Menara Pengawal pertama dalam bahasa Malta mulai tersedia. Ketika saudara-saudara membutuhkan bantuan untuk mengetik atau mengoreksi lembar stensilan yang telah mereka ketik, siapa lagi yang bisa dimintai tolong selain orang yang memang menggeluti bisnis percetakan—sang jurnalis Joe! ”Tunggu dulu,” seru Joe, ”pekerjaan ini harus ada penanggung jawabnya!” Saudara-saudara menjawab, ”Menurutmu, siapa sebaiknya orang itu?” yang dijawab oleh Joe, ”Saya tidak tahu, tetapi saya bersedia mencobanya.” Itulah awal keterlibatan Joe dalam menerjemahkan publikasi-publikasi berbahasa Malta. Tentu saja, sekarang ini, penerjemahan publikasi diselenggarakan melalui Panitia Penulisan, bukannya dilakukan secara bebas.

Pada tahun 1979, edisi cetakan Menara Pengawal pertama berbahasa Malta diperkenalkan. Lambat laun, pekerjaan penerjemahan itu dialihkan kepada sebuah tim penerjemah, dan sekarang Menara Pengawal terbit dua kali sebulan dan Sedarlah! terbit sekali sebulan dalam bahasa Malta. Kemajuan lebih lanjut dicapai pada bulan Januari 1998 di saat kunjungan pengawas zona, Douglas Guest, sewaktu kantor penerjemahan yang baru, rumah utusan injil, dan Balai Kerajaan di IBSA House di kota Mosta ditahbiskan. Keesokan harinya, 631 orang berhimpun untuk mendengar laporan tentang kemajuan pekerjaan Kerajaan di Malta.

Dilatih untuk Menyediakan Kepengawasan yang Pengasih

Sebagai bukti kepedulian yang pengasih kepada umat-Nya, Yehuwa bernubuat melalui nabi Yeremia, ”Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang benar-benar akan menggembalakan mereka.” (Yer. 23:4) Untuk itu, Yehuwa bukan hanya menyediakan para penatua di antara umat-Nya, tetapi juga memberi mereka bimbingan dan pelatihan sehingga mereka dapat menyediakan kepengawasan yang pengasih yang Ia inginkan bagi domba-domba-Nya.

Sejak tahun 1960, saudara-saudara yang cakap di Inggris, seperti halnya di negeri-negeri lain, telah memperoleh manfaat dari pelatihan di Sekolah Pelayanan Kerajaan. Pada mulanya, sekolah ini berupa kursus selama empat minggu, yang belakangan dikurangi menjadi dua minggu. Para pengawas keliling serta para saudara yang menjalankan kepengawasan di sidang-sidang diundang. Kelas-kelas diselenggarakan di Betel London. Kemudian, agar bimbingan tersebut lebih mudah diperoleh, sekolah itu diselenggarakan di berbagai kota di seluruh negeri. Sidang-sidang dan, selanjutnya, organisasi secara keseluruhan merasakan manfaatnya.

Pada tahun 1977, kursus tambahan selama 15 jam diselenggarakan bagi semua penatua. Program serupa yang berbeda-beda lamanya telah diadakan sejak itu. Pokok-pokok pembahasannya diberi perhatian dengan saksama, misalnya tentang cara meniru Yehuwa sebagai gembala kawanan yang pengasih, cara mengajar di perhimpunan, cara menjalankan pekerjaan penginjilan dalam tiap-tiap sidang, dan cara menjunjung standar-standar Yehuwa yang adil-benar. Untuk acara Sekolah Pelayanan Kerajaan di Inggris pada tahun 1997, undangan dikirimkan kepada 11.453 penatua dan 10.106 hamba pelayanan.

Mereka Merelakan Diri

Selain para penatua yang melayani di sidang-sidang, pria-pria cakap lainnya melayani sebagai pengawas keliling, mengurus sekelompok sidang yang membentuk satu wilayah dan sekelompok wilayah yang membentuk satu distrik. Sekarang, terdapat 77 pengawas keliling yang mengurus ke-1.455 sidang dan 70 wilayah di seluruh Inggris. Mereka adalah pria-pria yang, selain memenuhi persyaratan rohani, menyesuaikan kehidupan mereka sehingga dapat mengemban dinas tersebut.

Pada awal tahun 1970-an, seorang pengawas keliling menganjurkan David Hudson untuk mengejar karier teokratis. Tetapi, pada waktu itu, David sangat terikat dengan pekerjaan duniawinya sebagai manajer divisi sebuah perusahaan alat-alat reprografi. Kemudian, tiba-tiba perusahaan tersebut memutuskan bahwa pekerjaannya tidak lagi dibutuhkan. Sekarang, ia lebih memahami komentar Lyman Swingle, salah seorang anggota Badan Pimpinan, dalam sebuah pertemuan di Cardiff, Wales, pada tahun 1984. Saudara Swingle membandingkan karier di dunia ini dengan ’upaya mengkilapkan kuningan pada sebuah kapal yang sedang tenggelam’. David dan istrinya, Eileen, mulai menyesuaikan urusan-urusan mereka agar dapat merintis. Mereka menjual rumah mereka yang nyaman dengan kuda dan kandangnya, serta semakin memusatkan kehidupan mereka sepenuhnya pada hubungan dengan Yehuwa. Sejak tahun 1994, David, yang ditemani istrinya, telah mengemban tanggung jawab sebagai pengawas wilayah. Mereka berdua sependapat bahwa sukacita dalam melayani Yehuwa jauh melebihi harta materi apa pun yang telah mereka tinggalkan.

Sewaktu Ray Baldwin belajar kebenaran pada pertengahan tahun 1970-an, ia menjadi sangat yakin bahwa sudah sepantasnya ia memberikan segenap waktunya untuk pemberitaan kabar baik. Alhasil, bahkan sebelum ia dibaptis, sewaktu ditawari kenaikan jabatan dalam pekerjaan duniawinya dengan syarat ia harus pindah ke kota lain, ia menolak dan malah meminta pekerjaan penggal waktu. Setelah dibaptis, ia segera mendaftar sebagai perintis ekstra. Tidak lama setelah menikah, ia dan istrinya, Linda, merencanakan untuk memasuki dinas perintis biasa. Agar dapat lebih sepenuhnya mengerjakan kegiatan-kegiatan teokratis, Ray berhenti dari pekerjaannya di supermarket dan bekerja sebagai pembersih jendela. Sejak bulan September 1997, ia pun melayani sebagai pengawas wilayah.

Saudara-saudara lain telah menyediakan diri untuk mengemban tanggung jawab sebagai anggota Panitia Penghubung Rumah Sakit, yang menyediakan dukungan yang pengasih kepada Saksi-Saksi yang menghadapi situasi medis yang genting. Untuk itu, saudara-saudara ini telah menjalani pelatihan yang memakan waktu—dan itu baru awalnya saja. Pada bulan Oktober 1990, tiga wakil dari Pelayanan Informasi Rumah Sakit di Brooklyn tiba untuk menyelenggarakan seminar di Birmingham, Inggris. Seratus lima puluh dua saudara dari Belanda, Belgia, Inggris, Irlandia, Israel, dan Malta menerima bimbingan yang bagus tentang cara membantu kalangan berwenang medis memahami pendirian kita terhadap darah. Para tamu dari Brooklyn ini turut melatih anggota-anggota delegasi untuk mempresentasikan alasan-alasan pendirian kita kepada kalangan berwenang medis di London dan pusat-pusat perawatan medis lainnya.

Setelah seminar kedua, yang diselenggarakan di Nottingham pada bulan Februari 1991, Panitia Penghubung Rumah Sakit mulai beroperasi di seluruh negeri. Pada tahun berikutnya, lebih dari 16 panitia dibentuk, dan saudara-saudara ini menerima pelatihan pada seminar yang diadakan di Stoke-on-Trent. Untuk memperluas jaringan kerja sama antara Saksi-Saksi dan kalangan berwenang, maka diadakan seminar lainnya, di Balai Kebaktian Surrey pada bulan Juni 1994, yang memberikan pelatihan tentang cara mengadakan pendekatan kepada hakim, penyedia pelayanan sosial, dan dokter anak. Ini membubuh dasar bagi kerja sama yang lebih luas lagi dengan kalangan medis. Setelah diadakan kontak pribadi, diperolehlah daftar dari 3.690 dokter di Inggris yang menyatakan kesediaan mereka untuk merespek pandangan Saksi-Saksi terhadap darah dan perawatan medis.

Ketua Panitia Penghubung Rumah Sakit di daerah Luton, London bagian utara, mengakui terus terang bahwa sewaktu ia mulai melayani dalam panitia ini, ia tidak terlalu menyadari bahwa pelayanan ini benar-benar membutuhkan ketahanan fisik maupun emosi. Ia bersyukur atas dukungan istrinya yang sangat mengasihi Yehuwa dan mengasihi saudara-saudari Kristennya. Lambat laun, ia telah membangun hubungan kerja sama yang baik dengan kalangan medis dan staf administrasi di berbagai rumah sakit besar di daerahnya. ”Apabila saudara-saudara kita menghadapi situasi genting secara medis, kami harus selalu siaga untuk memberikan dukungan,” katanya. Semangat yang dihasilkan dari pelayanan ini telah membuka jalan untuk memberikan kesaksian yang bagus di setiap kesempatan.

Melayani di Kantor Pusat Sedunia

Dari antara saudara-saudara yang memulai karier teokratisnya di Inggris, ada yang telah diundang untuk melayani di Brooklyn, New York, di kantor pusat sedunia dari Saksi-Saksi Yehuwa.

John E. Barr, yang lahir di Skotlandia 1913, mempelajari kebenaran dari orang-tuanya. Meskipun sewaktu berusia belasan tahun ia begitu pemalu sehingga sulit untuk berbicara dengan orang-orang dalam pekerjaan dari rumah ke rumah, ia mengatasi rintangan itu dengan bantuan Yehuwa. Pada tahun 1939, ia menerima undangan melayani di Betel London. Selama Perang Dunia II, ia melayani selama beberapa tahun sebagai pengawas keliling, hingga ia diminta kembali ke Betel London pada tahun 1946. Dua puluh satu tahun setelah ia pertama kali menjadi anggota keluarga Betel, ia menikahi Mildred Willett, seorang saudari yang bergairah lulusan Sekolah Gilead kelas ke-11 dan yang kemudian menyertainya dalam dinas Betel. Pada tahun 1977, ia diundang untuk menjadi anggota Badan Pimpinan. Ketika Mildred diberi tahu tentang hal ini, pada mulanya ia mengira suaminya sedang bercanda, tetapi ternyata tidak. Jadi, pada tahun berikutnya, mereka berdua dipindahkan ke kantor pusat sedunia di Brooklyn, New York. Mereka terus melayani dengan bahagia di sana.

Ada pula saudara-saudara lain yang diundang menjadi anggota staf kantor pusat. Antara lain, Allan Boyle, yang lahir di Liverpool dan kemudian melayani di Betel London. Agar kesanggupannya sebagai pelukis termanfaatkan sepenuhnya, Lembaga mengundangnya untuk pindah ke Brooklyn pada tahun 1979. Eric Beveridge tinggal di Birmingham sewaktu ia dibaptis pada tahun 1949. Setelah 21 tahun melayani sebagai utusan injil di Portugal dan Spanyol, ia dan istrinya, Hazel, menjadi anggota keluarga Betel Brooklyn pada tahun 1981. Robert Pevy, yang lahir di Sandwich, Kent, di Inggris bagian selatan, telah melayani di Irlandia selama sembilan tahun dan kemudian sebagai utusan injil bersama istrinya, Patricia, di Filipina selama sembilan tahun lagi, setelah itu, mereka pun melayani di kantor pusat sedunia pada tahun 1981.

Perubahan dalam Kepengawasan Kantor Cabang

Seraya tahun-tahun berlalu, sejumlah saudara yang cakap secara rohani telah mengemban tanggung jawab kepemimpinan di kantor cabang Inggris. Setelah Albert D. Schroeder terpaksa meninggalkan Inggris pada Perang Dunia II, A. Pryce Hughes dilantik sebagai pengawas cabang—padahal, ia masih menjalani masa tahanan karena kenetralan Kristennya! Keterpautan Saudara Hughes pada prinsip kenetralan Kristen telah benar-benar teruji. Ia telah dipenjarakan karena soal ini pada Perang Dunia I dan dua kali lagi pada Perang Dunia II. Dengan penghargaan yang tulus akan bimbingan Yehuwa terhadap organisasi-Nya, Saudara Hughes terus menjalankan kepengawasan atas kantor cabang selama lebih dari 20 tahun. Saudara-saudari yang melayani bersamanya masih ingat akan budi bahasanya yang halus. Selain itu, tidak soal tanggung jawab apa pun yang diembannya, kecintaannya akan dinas pengabaran tetap kuat.

Sewaktu pada tahun 1976 ditetapkan bahwa kepengawasan di tiap-tiap kantor cabang dilakukan oleh suatu panitia—daripada oleh satu orang—Wilfred Gooch dilantik sebagai koordinator, dan anggota-anggota lainnya adalah John Barr, Pryce Hughes, Philip Rees, dan John Wynn. Beberapa anggota panitia yang mula-mula itu telah meninggal. Saudara-saudara lain menggantikan mereka sebagai anggota Panitia Cabang, yang sekarang ini termasuk John Andrews, Jack Dowson, Ron Drage, Dennis Dutton, Peter Ellis, Stephen Hardy, Bevan Vigo, dan John Wynn.

Sukacita Kebaktian Internasional

Saksi-Saksi Yehuwa adalah suatu persaudaraan sedunia. Oleh karena itu, sewaktu terbuka kesempatan untuk bebas berhimpun di negeri-negeri Eropa Timur setelah puluhan tahun menderita penindasan yang keji, Saksi-Saksi sedunia sangat bersukacita. Ini benar-benar waktu yang cocok untuk menyelenggarakan kebaktian internasional di negeri-negeri yang telah sekian lama tidak memungkinkan hal itu! Ini menghasilkan pembinaan rohani serta menjadi kesaksian yang bagus bagi masyarakat. Saksi-Saksi Yehuwa di Inggris senang dapat ikut menghadiri kebaktian-kebaktian ini.

Pada tahun 1989, ketika tiga Kebaktian ”Pengabdian Ilahi” diselenggarakan secara akbar di Polandia, delegasi-delegasi dari sedikitnya 37 negeri menghadiri peristiwa bersejarah itu. Dari antaranya, terdapat 721 delegasi dari Inggris. Sehubungan dengan semangat yang diperlihatkan pada kebaktian di Poznan, Polandia, David dan Lynne Sibrey mengenang, ”Benar-benar luar biasa!” Mereka menambahkan, ”Belum pernah kami mengalami suasana seperti ini. Kami benar-benar bersukacita dapat berbaur dengan leluasa bersama ribuan saudara kita dari Rusia dan Eropa Timur yang sebelumnya berhimpun hanya dalam kelompok-kelompok kecil! Kami belakangan mengetahui bahwa ada yang bahkan rela mengambil risiko demi menghadiri perhimpunan. Mereka—dan kami juga—tak kuasa menahan emosi!” Pada tahun berikutnya, setelah perbatasan antara Jerman Barat dan Jerman Timur dicabut, 584 delegasi dari Inggris berada di antara hadirin yang antusias di Berlin pada sebuah kebaktian yang benar-benar merupakan pesta kemenangan. Pada tahun 1991, sewaktu 74.587 orang menghadiri Stadion Strahov di Praha, yang sekarang termasuk wilayah Republik Ceko, terdapat 299 delegasi dari Inggris yang senang berada di sana. Pada tahun itu pula, Inggris juga terwakili di antara Saksi-Saksi dari 35 negeri yang berkumpul di Budapest, Hongaria. Pada tahun 1993, ada 770 anggota delegasi dari Inggris pada kebaktian di Moskwa, Rusia, dan 283 menghadiri kebaktian di Kiev, Ukraina. Semua kebaktian itu merupakan peristiwa bersejarah yang tidak akan pernah terlupakan.

Kebaktian-kebaktian internasional selanjutnya yang dihadiri oleh delegasi dari Inggris diselenggarakan di Afrika, Amerika Latin, Amerika Utara, dan Asia. Seraya Saksi-Saksi menikmati persaudaraan yang erat pada peristiwa-peristiwa itu, ikatan kasih Kristen pun diperkuat. Inilah bukti nyata bahwa, seperti yang dinubuatkan dalam Firman Allah, mereka datang dari ”semua bangsa dan suku dan umat dan bahasa”.—Pny. 7:9, 10.

Dari Berbagai Latar Belakang

Orang-orang yang menyambut berita Alkitab dan menjadi Saksi-Saksi Yehuwa di Kepulauan Britania berasal dari berbagai latar belakang. Karena kasih mereka akan Yehuwa, banyak yang telah membuat perubahan besar dalam kehidupan mereka sehingga mereka dapat melayani Dia sepenuhnya.

Donald Davies, seorang pria kelahiran Jamaika yang adalah musisi drum jazz profesional, datang ke Inggris pada tahun 1960. Meskipun ia menerima beberapa lektur Alkitab pada tahun 1969, baru 13 tahun kemudian, ketika sepasang suami-istri Saksi berbicara kepadanya tentang pentingnya nama Allah, ia mulai benar-benar berminat pada Alkitab. (Yeh. 38:23; Yl. 2:32) Belakangan pada tahun itu, ia dan seorang rekan musisi menghadiri sebuah kebaktian distrik terdekat. Ia segera mulai menerapkan apa yang dipelajarinya. Tanpa berkonsultasi dengan siapa pun, Donald menyadari bahwa ia akan mengalami kesulitan bila mengejar kariernya di bidang musik dan pada waktu yang sama melayani Yehuwa. Jadi, ia menjual alat-alat musiknya dan mulai merintis pada tahun 1984, suatu hak istimewa yang masih dinikmatinya hingga sekarang.

Tony Langmead adalah seorang perwira Angkatan Udara Kerajaan Inggris (Royal Air Force) sewaktu istrinya mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Tingkah laku istrinya setelah menjadi Kristen memenangkan dia ”tanpa perkataan”. (1 Ptr. 3:1, 2) Ia meninggalkan angkatan udara untuk menempuh kehidupan yang penuh damai sebagai hamba Yehuwa.—Yes. 2:3, 4.

Frank Cowell dibesarkan dalam agama Anglikan, tetapi belakangan ia mulai menyelidiki segala macam agama untuk mencari kebenaran. Setelah mengunjungi Balai Kerajaan, ia mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Ia sekarang bekerja sebagai dosen ilmu ekonomi di London, tetapi sewaktu para koleganya menjadwalkan seminar-seminar bertepatan pada malam perhimpunan, keputusannya memperlihatkan bahwa ia lebih mendahulukan menjadi seorang Saksi-Saksi Yehuwa.

Susannah adalah seorang anggota Royal Ballet sewaktu secara kebetulan ia bertemu mantan teman sekolahnya yang kemudian memberikan pengajaran Alkitab kepadanya. Setelah menjadi Saksi yang terbaptis, ia memutuskan untuk membatasi pertunjukan baletnya dan menjadi instruktur tari agar dapat membeli waktu bagi karier barunya sebagai perintis, dengan demikian ia memfokuskan kehidupannya pada dinas Kerajaan. Sekarang setelah menikah, ia dan suaminya, Kevin Gow, sedang mempelajari bahasa Mandarin agar dapat membagikan kabar baik kepada orang Cina yang semakin banyak jumlahnya di Liverpool.

Adik perempuan Rene, Christina, adalah seorang Saksi, tetapi Rene menganggap agama sebagai hal yang tidak masuk akal, jadi ia tidak mau mendengarkan. Akan tetapi, belakangan sewaktu bekerja di London, ia sering mengunjungi British Museum. Sekali waktu, ia terpukau akan penjelasan pemandu tur tentang keterkaitan antara Alkitab dengan berbagai koleksi yang dipamerkan di museum itu. Ia teringat akan beberapa hal yang disampaikan adiknya. Tak lama kemudian, Rene Deerfield pun menjadi seorang Saksi.

Andrew Meredith sedang menjalani masa tahanan sewaktu ia mulai belajar Alkitab. Pengajaran ini mendorongnya untuk membuat perubahan besar dalam kehidupannya. Setelah bebas, ia menikahi seorang Saksi asal Punjab, dan mereka bersama-sama melayani di antara orang-orang berbahasa Punjabi di London bagian timur.

Daksha Patel lahir di Kenya dari orang-tua yang beragama Hindu, dan ia sendiri penganut Hindu yang saleh. Tetapi, ketika ia belajar Alkitab bersama Saksi-Saksi di Wolverhampton, Inggris, ia menyadari bahwa yang dipelajarinya ini adalah kebenaran. Ketika ia sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan sendiri, ia dibaptis dan kemudian merintis. Ia dan suaminya, Ashok, sekarang melayani sebagai anggota keluarga Betel London. Sehubungan dengan dinas itu, mereka telah mengunjungi India, Nepal, dan Pakistan untuk membantu penerjemahan lektur Alkitab.

Mereka Terus Memberikan Kesaksian

Saksi-Saksi Yehuwa bersukacita sewaktu melihat semakin banyak orang yang menyembah Yehuwa setiap tahun. Sejak tahun 1972, jumlah Saksi yang aktif di Inggris telah berlipat ganda berkali-kali, sekarang berjumlah 126.535.

Dari antara orang-orang yang sekarang berminat terhadap berita Alkitab, adakah yang sama sekali belum pernah bertemu dengan Saksi-Saksi Yehuwa? Ada beberapa, dan mereka ditemukan seraya Saksi-Saksi meluaskan pekerjaan kesaksian mereka di tempat-tempat bisnis dan di jalan. Seorang Saksi, yang memberikan kesaksian di kawasan bisnis untuk pertama kalinya, menghubungi seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis di sebuah perusahaan, dan ia memperlihatkan minat yang besar. Kunjungan kembali yang diadakan dua hari kemudian segera diikuti oleh pengajaran Alkitab, yang memberinya kesempatan untuk memutuskan apakah ia akan menempuh jalan Yehuwa. Wanita tersebut belum pernah berjumpa dengan Saksi-Saksi Yehuwa karena ia bekerja sepanjang pekan dan biasanya tidak ada di rumah pada akhir pekan.

Acap kali, orang-orang mau mendengarkan setelah situasi kehidupannya berubah—barangkali, setelah menikah, mempunyai anak, memasuki usia lanjut, atau mendadak jatuh sakit. Sekarang, mereka sangat ingin mendengarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang di masa lalu telah mereka abaikan.

Pada bulan Agustus 1995, seorang wanita berusia 85 tahun yang menganut agama Baptis sejak kecil bersedia menerima brosur Apakah Allah Benar-Benar Mempedulikan Kita? Ia sering mengajukan pertanyaan itu tetapi belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Ia setuju untuk belajar Alkitab. Seraya ia mempelajari tuntutan-tuntutan Allah dan terkesan akan kepedulian-Nya yang pengasih, ia sadar bahwa ia perlu membuat perubahan dalam kehidupannya. Ia berhenti merokok—kebiasaannya selama kira-kira 60 tahun. Ia mulai menghadiri perhimpunan di sidang setempat, dan pada bulan September 1997, Catherine May siap untuk dibaptis sebagai seorang Kristen. Sewaktu sedang bersiap-siap menuju kolam baptisan di sebuah kebaktian wilayah, ia memperhatikan seorang calon baptis lain, seorang wanita lanjut usia seperti dirinya. Alangkah terkejutnya! Wanita itu adalah adik kandungnya, Evelyn, yang tinggal di kota lain. Mereka saling tidak tahu bahwa saudaranya sedang belajar Alkitab. Air mata sukacita mengalir seraya kedua saudari lanjut usia ini, yang dipersatukan dalam pembaktian kepada Yehuwa, sekarang menjadi saudari rohani.

Beberapa yang menyambut Saksi-Saksi merasa sangat resah terhadap perkembangan terakhir dalam gereja mereka sendiri. Maurice Haskins menerima lektur Saksi-Saksi Yehuwa untuk pertama kalinya pada tahun 1939. Tetapi, ia adalah pendukung fanatik Gereja Inggris dan seorang anggota dewan gereja setempat. Kira-kira 56 tahun kemudian, seorang Saksi yang sedang berdinas dari rumah ke rumah berbicara dengan kakak ipar Maurice. Wanita itu meminta agar Saksi ini kembali mengunjungi Maurice, yang menurutnya, mempunyai pertanyaan tentang Alkitab. Sewaktu dikunjungi, Maurice segera meminta Saksi ini untuk memperlihatkan kepadanya ayat-ayat yang menjelaskan pandangan Alkitab sehubungan dengan homoseksual dan penahbisan wanita sebagai imam. Kemudian, ia setuju untuk menerima pengajaran Alkitab dengan buku Pengetahuan yang Membimbing kepada Kehidupan Abadi. Ia tidak langsung membuat perubahan. Belakangan, setelah bertemu dengan sang uskup, apa yang dipelajarinya menggerakkan dia untuk mengambil pendirian teguh berkenaan dengan masalah penahbisan wanita sebagai vikaris. (1 Tim. 2:12) Tak lama kemudian, ia mengundurkan diri dari Gereja Anglikan, mulai menghadiri perhimpunan di Balai Kerajaan, dan, pada usia 84 tahun, siap untuk dibaptis.

Ada pula yang berhasil dibantu oleh Saksi-Saksi yang berdaya pengamatan dan gigih. Sewaktu seorang wanita menyatakan dirinya sebagai ”seorang ateis dan humanis”, Jacqueline Gamble dengan sopan bertanya apa yang sesungguhnya diyakini wanita itu. Jawabannya adalah, ”Manusia dan kehidupan.” Wanita itu sibuk, jadi saudari kita meninggalkan sebuah risalah dan berjanji untuk berkunjung kembali. Kali ini ditemani oleh suaminya, Martyn, Jacqueline mengunjungi rumah itu kembali dan mengacu kepada komentar wanita tersebut tentang ”manusia dan kehidupan”. Sewaktu mereka mengetahui bahwa suami wanita itu, Gus, mempunyai pandangan serupa dan adalah seorang pekerja sosial, mereka mengatur janji untuk bertemu dengannya. Christine, sang istri, mulai belajar Alkitab dan maju ke arah pembaptisan. Tetapi, Gus masih belum mau datang ke Balai Kerajaan. Namun, ia memperhatikan bahwa sejak Christine mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi, anak-anaknya dididik sedemikian rupa sehingga menjadi sangat menghormati orang lain, yang sama sekali berbeda dengan karakter anak muda lainnya.

Titik balik Gus tiba pada tahun 1978. Pada sebuah kebaktian internasional di Edinburgh, Skotlandia, istrinya dengan murah hati menawarkan kopi kepada sekelompok penyiar yang sedang mengabar di daerah tempat tinggalnya. Dari antaranya, terdapat beberapa anggota Badan Pimpinan. Sebelum meninggalkan rumahnya, mereka mencucikan piring dan cangkir yang mereka gunakan. Sewaktu Gus pulang malam itu, Christine dengan girang menceritakan kepadanya tentang tamu-tamu istimewanya. ”Rasanya tidak mungkin ada kardinal yang mau datang ke mari dan mencucikan piring kita!” komentar Gus. Tak lama kemudian, sewaktu sedang berlibur di Prancis, Gus pergi bersama keluarganya ke Balai Kerajaan. Ia takjub melihat sambutan yang mereka terima dan kasih yang diperlihatkan. Ia segera menyadari bahwa ia hanya akan mendapati kasih sedemikian di antara murid-murid sejati Kristus Yesus. (Yoh. 13:35) Sekembalinya ke Edinburgh, ia segera mulai belajar, mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengganggu pikirannya, dan membaktikan kehidupannya kepada Yehuwa.

Tentu saja, apabila orang-orang di daerah pengabaran tidak terlalu berminat atau bahkan tidak berminat sama sekali, Saksi-Saksi Yehuwa membutuhkan ketekunan dan sikap positif untuk terus mengunjungi mereka. Memang mudah untuk berkecil hati setelah mengalami penolakan keras dan sikap apatis selama berjam-jam. Bagaimana Saksi-Saksi mengatasi hal ini? ”Sikap apatis merupakan masalah yang sulit dan menantang,” demikian pengakuan Eric Hickling dari Louth di Lincolnshire. Dengan merenungkan teladan hamba-hamba Allah di zaman dahulu, ia terbantu untuk bertekun. ”Saya sering berdoa dengan khusyuk. Saya memikirkan tentang Musa, Yeremia, Paulus, dan, tentu saja, Yesus.”

Ketekunan yang setia dan berkat Yehuwa, itulah dua faktor terpenting yang memungkinkan adanya pertambahan. Tiga puluh sembilan tahun yang lalu, Frank dan Rose Macgregor menerima tugas di sebuah kota yang masyarakatnya sangat religius dan tidak menyambut Saksi-Saksi Yehuwa. Bagaimana mereka memandang tugas itu? Frank mengenang, ”Saya sangat pemalu dan merasa sangat tidak sanggup. Tetapi, saya dan istri memandangnya sebagai tugas dari Yehuwa.” Ini membantu mereka untuk tetap bersikap positif. ”Kami berdoa agar masyarakat setempat dapat menerima kebenaran.” Sebagai hasil kesetiaan mereka dalam dinas, sekarang ada sebuah sidang yang beranggotakan 74 penyiar, dua pertiga dari antaranya mempelajari kebenaran di kota itu. Suami-istri Macgregor tidak berbangga diri akan hal ini; mereka hanya bersyukur karena telah digunakan oleh Yehuwa.—2 Kor. 4:7.

Geoff Young, seorang Saksi kawakan yang terus ambil bagian dalam mengunjungi sidang-sidang, menjelaskan, ”Saya sering menanyakan saudara-saudara bagaimana dinas mereka pada hari itu.” Jika ada yang menjawab secara negatif, ia meminta mereka untuk memikirkan banyak perkara positif yang telah mereka capai. Ia mengingatkan mereka, ”Kita berada di pihak Yehuwa. Kita hidup selaras dengan pengabdian kita. Kita bekerja sama dengan ’malaikat yang terbang di tengah langit’. Kita turut menganjurkan orang-orang lain untuk mengenal Yehuwa. Kesaksian yang kita berikan merupakan peringatan buat mereka.” Kemudian, ia bernalar bahwa jika mereka telah melaksanakan semua hal ini, bagaimana mereka dapat mengatakan bahwa mereka tidak berhasil? ”Orang-orang bereaksi sesuai dengan keadaan dan isi hati mereka,” lanjut Geoff. ”Yang terpenting adalah kesetiaan kita dalam memberikan kesaksian dan memberitakan kabar baik.”—Pny. 14:6; 1 Kor. 4:2.

Bersukacita akan ”Berkat Yehuwa”

Di Inggris, banyak yang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa yang aktif selama 20, 40, 50 tahun bahkan lebih. Bagaimana perasaan mereka terhadap kegiatan mereka? Di Amsal 10:22, Alkitab mengatakan, ”Berkat Yehuwa—itulah yang membuat kaya, dan ia tidak menambahkan kepedihan hati bersamanya.” Puluhan ribu Saksi-Saksi Yehuwa di Inggris dapat secara pribadi meneguhkan benarnya pernyataan itu.

”Hak istimewa terbesar telah dipercayakan kepada kita manusia.” Demikianlah Cornelius Hope dari Basingstoke, yang sekarang menginjak usia pertengahan 70-an, menggambarkan pelayanan Kristen setelah ia ambil bagian di dalamnya selama setengah abad. Anne Gillam, yang dibaptis hampir 50 tahun yang lalu dan bersuamikan pengawas wilayah, mengatakan bahwa dinasnya merupakan ”cara untuk memperlihatkan kasih kepada Yehuwa dan putra-Nya”.

Dennis Matthews, yang dibaptis pada tahun 1942, menjelaskan, ”Bagi saya, pelayanan dapat diumpamakan sebagai makanan—menguatkan saya secara rohani. Ada kepuasan dalam melakukan kehendak Allah, tidak soal orang mendengarkan atau tidak.” Istrinya, Mavis, menambahkan, ”Setelah melayani Yehuwa sejak kecil hingga sekarang, saya merasa bahwa kehidupan yang sekarang merupakan yang terbaik.”

Bagaimana perasaan Saksi-Saksi kawakan terhadap orang lain dan sambutan mereka? Setelah lebih dari 40 tahun melayani Yehuwa, Muriel Tavener mengatakan, ”Orang-orang semakin membutuhkan kita karena mereka tidak memperoleh bantuan rohani yang sejati dari sumber lain mana pun.” Dan, apa yang terjadi sewaktu mereka menyambut bantuan itu? Suaminya, Anthony, mengatakan sebagai berikut, ”Melihat orang-orang menerima kebenaran dan membuat perubahan dalam kehidupan mereka sama seperti melihat mukjizat seraya roh Yehuwa menarik orang-orang untuk beribadat kepada-Nya.”

Ada kepuasan dalam membagikan kepada orang-orang lain harapan yang hanya dapat diberikan oleh Firman Allah. Ketika Fred James, pengawas kota Plymouth, Devon, dan istrinya mengenang kembali tahun-tahun dinas mereka, mereka menghitung lebih dari 100 orang yang telah mereka bantu hingga dibaptis. Banyak dari antara mereka sekarang melayani sebagai penatua, hamba pelayanan, dan perintis. Ketiga putra mereka semuanya ambil bagian dalam dinas perintis setelah lulus sekolah dan sekarang melayani sebagai penatua. Salah seorang dari antara mereka, David, lulusan Gilead, melayani sebagai utusan injil dan anggota Panitia Cabang Pakistan. Betapa limpah berkat yang diterima Saudara dan Saudari James!

Setelah melayani dengan setia selama bertahun-tahun, banyak Saksi di Inggris dapat melihat hasil-hasil bagus dari pelayanan mereka. Richard dan Hazel Jessop telah melayani Yehuwa selama setengah abad lebih, sebagian besar dalam dinas sepenuh waktu. Mereka telah membantu banyak orang melihat hak istimewa membaktikan diri kepada Yehuwa, dan mereka semua berharga di mata suami-istri Jessop. Akan tetapi, yang paling berkesan adalah pengajaran Alkitab yang mereka berikan kepada Jack dan Lyn Dowson. Itu berawal dari kunjungan persahabatan antara teman sedaerah. (Hazel dan Jack keduanya berasal dari Inggris bagian timur laut.) Tak lama kemudian, kunjungan itu menghasilkan pengajaran Alkitab. Akan tetapi, pada suatu waktu, Jack berkata bahwa mereka ingin berhenti belajar untuk sementara waktu. Richard menjawab, ”Sebaiknya jangan. Selesaikan saja dulu buku ini, setelah itu, kalian boleh berhenti belajar jika itu yang kalian kehendaki.” Namun, mereka tidak ”berhenti belajar”. Malah, mereka membaktikan diri kepada Yehuwa, memasuki dinas perintis, dan menjadi anggota keluarga Betel. Jack sekarang melayani sebagai anggota Panitia Cabang.

Caranya beberapa anak muda menyambut kebenaran Alkitab telah mendatangkan kesenangan khusus bagi saudara-saudari lain. Robina Owler dan suaminya, Sydney, yang merintis di daerah Dundee, Skotlandia, sangat senang melihat kemajuan Paul Kearns, yang berusia 12 tahun mulai datang ke rumah mereka untuk belajar Alkitab. Kebenaran segera berakar dalam hatinya, tetapi karena ayahnya melarang dia melanjutkan pelajarannya, Paul menunggu hingga usianya agak dewasa dan masuk perguruan tinggi di Aberdeen sebelum ia melanjutkan pelajaran Alkitabnya. Ia membuat kemajuan pesat. Setelah dibaptis, ia menetapkan tujuan untuk merintis. Pada tahun 1992, ia mengikuti Sekolah Pelatihan Pelayanan. Sewaktu melayani sebagai penatua di Sheffield, ia berupaya belajar bahasa Spanyol, dan pada tahun 1998, ia ditugaskan sebagai utusan injil di Panama.

Lebih dari 10.000 saudara-saudari di Inggris berada dalam dinas perintis. Mereka sangat menghargai berkat-berkat yang menyertai dinas ini. Misalnya, Bill dan June Thompstone telah menikah selama lebih dari delapan tahun dan sedang merintis ketika putra pertama mereka lahir. Belakangan, mereka dikaruniai tiga anak perempuan. Mereka berupaya mengutamakan dinas perintis dalam kehidupan keluarga mereka. Jadwal mereka padat, tetapi salah satu kunci keberhasilan mereka adalah melakukan segala sesuatu bersama-sama sebagai satu keluarga. ”Kami selalu menyediakan waktu untuk anak-anak kami,” kata Bill menjelaskan. ”Sewaktu mereka menginjak usia remaja, itu tidak berubah. Sewaktu mereka ingin berselancar es, main boling, berenang, atau main bola, kami menemani mereka.” Sekarang, ketiga putri mereka telah menikah dan ketiganya adalah perintis biasa. Mereka semua menikmati apa yang Bill namakan ”jalan hidup terbaik”.

Sekarang, 77 saudara (sebagian besar telah menikah) melayani sebagai pengawas keliling di Inggris. Ini adalah kehidupan yang diatur oleh jadwal yang ketat, minggu demi minggu, tahun demi tahun. Geoff Young berada dalam dinas ini hingga usia lanjut dan problem kesehatan mengharuskannya membuat penyesuaian. Bagi Geoff dan istrinya, Vee, satu-satunya harta mereka adalah sebuah koper berikut isinya dan mereka berpindah-pindah rumah setiap minggu. Bagaimana perasaan Vee tentang kehidupan semacam itu? ”Tidak terlalu sulit,” jawabnya, ”karena kami mendapat tambahan keluarga Kristen setiap kali kami mengunjungi sebuah sidang. Kami merasakan kehangatan persaudaraan ke mana pun kami berkunjung. Tugas apa pun yang Yehuwa berikan kepada kita selalu memperkaya kehidupan kita.” Seraya menikmati dinasnya sekarang, mereka sangat antusias menantikan apa yang akan terjadi di masa depan. Geoff menjelaskan, ”Sistem ini sudah berakhir. Tak ada lagi harapan untuknya. Setelah itu, kita akan menikmati prospek yang indah untuk ikut memulihkan bumi ini menjadi firdaus. Pengajaran Alkitab yang akan segera diadakan setelah kebangkitan dimulai—benar-benar pekerjaan yang luar biasa besar!” Istrinya menambahkan, ”Betapa sukacitanya sewaktu mengetahui bahwa tidak ada yang dapat berhasil menentang Yehuwa.”

Menjunjung ”Jalan Hidup Ilahi”

Peristiwa yang menakjubkan terjadi pada bulan Juli 1998, sewaktu sembilan kebaktian internasional yang bertemakan ”Jalan Hidup Ilahi” diselenggarakan secara simultan di Inggris—di Edinburgh, Leeds, Manchester, Wolverhampton, Dudley, Norwich, London, Bristol, dan Plymouth. Kebaktian-kebaktian itu juga dihadiri delegasi dari 60 negeri lebih. Seluruh acara tidak hanya diselenggarakan dalam bahasa Inggris, tetapi juga dalam bahasa Prancis, Spanyol, dan Punjabi. Pada akhir pekan berikutnya, kebaktian diadakan dalam bahasa Yunani.

Empat anggota Badan Pimpinan—John Barr, Theodore Jaracz, Albert D. Schroeder, dan Daniel Sydlik—hadir pada kebaktian-kebaktian di Inggris ini, dan sewaktu mereka menyampaikan khotbah, semua lokasi kebaktian itu dihubungkan secara elektronis. Yang juga menggetarkan adalah hadirnya para utusan injil yang sedang melayani di negeri-negeri asing. Ratusan saudara-saudari dari Inggris telah dikirim dalam dinas utusan injil, dan 110 dari antaranya menghadiri kebaktian-kebaktian ini. Kegairahan dan semangat rela berkorban para utusan injil sangat menggugah hadirin yang mendengar mereka diwawancarai.

Apa yang dilihat dan didengar dalam kebaktian-kebaktian ini sangat menyentuh hati hadirin, bahkan anak-anak. Resolusi yang disepakati pada bagian terakhir kebaktian itu menggariskan jalan hidup ilahi dan kita semua bertekad untuk menempuhnya. Seusai acara, seorang putra berusia empat tahun dari sepasang suami-istri Saksi asal Darlington mengatakan, ”Ma, saya sayang sekali kepada Yehuwa. Saya juga sayang Mama dan Papa, tapi saya lebih sayang kepada Yehuwa.” Ketika ditanyakan alasannya, ia menjelaskan bahwa Yehuwa memberi kita harapan hidup di Firdaus dan Ia mengutus Putra-Nya untuk mati bagi kita, ”jadi saya harus lebih sayang kepada Yehuwa”.

Pada akhir acara di Edinburgh dan London, para delegasi dari berbagai negeri saling melambaikan sapu tangan dan kemudian larut dalam tepuk tangan yang panjang. Bahkan setelah acara selesai, banyak yang terus menyanyikan nyanyian Kerajaan, dengan demikian memberikan pujian sepenuh hati kepada Yehuwa.

Kesaksian yang Telah Disampaikan

Suatu kesaksian besar-besaran telah disampaikan di Inggris. Itu berawal dari tahun 1881 sewaktu ratusan ribu risalah Alkitab dibagikan di kota-kota utama dalam waktu beberapa minggu saja. Beberapa benih yang ditaburkan kemudian mulai berbuah. Dalam waktu enam bulan pada tahun 1914, ”Drama-Foto Penciptaan” ditayangkan di 98 kota dengan total hadirin sebanyak 1.226.650. Ketika Perang Dunia I berkecamuk, ada 182 sidang di Inggris. Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kesaksian dipergiat seraya semakin banyak orang yang bergabung di sidang-sidang ikut serta dalam dinas dari rumah ke rumah, memberikan kesaksian secara pribadi kepada para penghuni rumah. Sejak Perang Dunia II, sebanyak 650.746.716 jam telah dibaktikan untuk pelayanan di Inggris, 297.294.732 kunjungan kembali telah diberikan kepada orang-orang berminat, dan 74.105.130 buku serta buku kecil, dan 567.471.431 majalah, telah ditempatkan kepada masyarakat. Rata-rata, Saksi-Saksi Yehuwa di Inggris mengunjungi orang-orang di rumah mereka dua atau tiga kali setahun.

Saksi-Saksi Yehuwa sedemikian terkenal karena penginjilan dari rumah ke rumah sampai-sampai sewaktu membukakan pintu dan melihat tamu yang berpakaian rapi, banyak penghuni rumah langsung bertanya, ”Saksi-Saksi Yehuwa?”

Bumi Dipenuhi dengan Pengetahuan akan Yehuwa

Pada tahun 1891, sewaktu C. T. Russell memandang ladang Inggris, ia melihat ladang ini ”siap dan menunggu untuk dituai”. Penuaian yang sedang dilakukan pada penutup sistem ini jelaslah hampir berakhir. Dan, tuaian itu terbukti sangat berlimpah! Pada tahun 1900, hanya ada 138 Siswa-Siswa Alkitab (sebutan bagi Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu), yang sebagian besar adalah orang Kristen terurap, di Inggris. Sekarang, jumlahnya 910 kali lipat. Pada waktu itu, badan hukum yang digunakan oleh Siswa-Siswa Alkitab baru membuka kantor cabangnya yang pertama di luar Amerika Serikat. Sekarang, ada 109 kantor cabang di seputar dunia. Di benua Amerika, ada 24 kantor cabang. Dua puluh lima kantor cabang lagi terletak di Eropa. Di benua Afrika, ada 19 kantor cabang. Di Asia dan berbagai kepulauan di bola bumi ini, ada 41 kantor cabang. Dengan bekerja bersama kantor-kantor cabang ini, 5,9 juta Saksi ikut memuliakan nama Yehuwa dan memasyhurkan kabar baik Kerajaan-Nya di bawah kepemimpinan Yesus Kristus. Dan, mereka bertekad untuk terus memberi kesaksian hingga Allah mengatakan cukup.

Air yang memberi kehidupan telah mengalir deras dari takhta surgawi Allah Yehuwa dan Putra-Nya, Yesus Kristus. Dengan giat, undangan sedang diulurkan, ”Siapa pun yang haus, biarlah ia datang; dan siapa pun yang ingin, biarlah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” (Pny. 22:1, 17) Selama Pemerintahan Seribu Tahun Yesus Kristus manakala orang-orang mati dibangkitkan, tak diragukan, miliaran orang lagi akan mendapat kesempatan untuk mengambil manfaat dari persediaan yang pengasih ini, yang memungkinkan mereka hidup abadi. Program pendidikan ilahi yang telah dilaksanakan hingga sekarang ini barulah permulaannya. Di hadapan kita, dalam sistem baru Allah, terbentang masa manakala, dalam arti sepenuhnya, ”bumi pasti akan dipenuhi dengan pengetahuan akan Yehuwa seperti air menutupi dasar laut”.—Yes. 11:9.

[Peta/Gambar di hlm. 86, 87]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

INGGRIS

Balai Kebaktian berlokasi strategis di seluruh negeri: (1) Manchester, (2) London Utara, (3) Dudley, (4) Surrey, (5) East Pennine, (6) Bristol, (7) Edgware

[Gambar]

East Pennine

Edgware

Surrey

Manchester

Bristol

[Gambar penuh di hlm. 66]

[Gambar di hlm. 70]

Tom Hart

[Gambar di hlm. 72]

Kantor cabang Lembaga yang pertama

[Gambar di hlm. 72]

Fasilitas yang sekarang digunakan

[Gambar di hlm. 74, 75]

Mereka melayani di luar negeri: (1) Claude Goodman, (2) Robert Nisbet, (3) Edwin Skinner, (4) John Cooke, (5) Eric Cooke, (6) George Phillips, (7) George Nisbet. Latar belakang: Kolportir sedang menuju Afrika Timur

[Gambar di hlm. 79]

Franziska Harris sangat memperhatikan gadis-gadis ”au pair”

[Gambar di hlm. 90]

Vera Bull, melayani di Kolombia

[Gambar di hlm. 90]

Barry dan Jeanette Rushby—”selalu ingin berbuat lebih”

[Gambar di hlm. 92]

Sekolah Dinas Perintis di Balai Kebaktian Dudley

[Gambar di hlm. 95]

Keluarga Betel Inggris sewaktu ibadat pagi

[Gambar di hlm. 96]

Wisuda kelas pertama Sekolah Pelatihan Pelayanan di Inggris

[Gambar di hlm. 102]

Balai Kerajaan pertama dengan metode pembangunan cepat di Inggris (Weston Favell, Northampton)

[Gambar di hlm. 107]

Michael dan Jean Harvey

[Gambar di hlm. 108]

Para perintis yang memilih melayani di sidang-sidang berbahasa asing

[Gambar di hlm. 117]

A. D. Schroeder mewawancarai Saksi-Saksi kawakan pada pertemuan tahunan di Leicester tahun 1983

[Gambar di hlm. 123]

Perintis dari Kepulauan Shetlandia menghampiri kapal ikan di daerah pengabaran mereka

[Gambar di hlm. 131]

John dan Mildred Barr

[Gambar di hlm. 133]

Panitia Cabang (dari kiri ke kanan). Duduk: Peter Ellis, John Wynn. Berdiri: Bevan Vigo, Stephen Hardy, John Andrews, Ron Drage, Jack Dowson, Dennis Dutton

[Gambar di hlm. 139]

Pekerjaan kesaksian masih belum rampung

[Gambar di hlm. 140, 141]

Beberapa yang telah berdinas dengan setia selama puluhan tahun (1) Sydney dan Robina Owler, (2) Anthony dan Muriel Tavener, (3) Richard dan Anne Gillam, (4) Geoff dan Vee Young, (5) Fred dan Rose James, (6) Cornelius dan Riky Hope, (7) Dennis dan Mavis Matthews, (8) Richard dan Hazel Jessop

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan