PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g85_No11 hlm. 21-26
  • Bagaimana Memberi Nasihat yang Sungguh-Sungguh Membantu

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagaimana Memberi Nasihat yang Sungguh-Sungguh Membantu
  • Sedarlah!—1985 (No. 11)
  • Subjudul
  • ”Penasihat Ajaib”
  • Seni Memberi Nasihat
  • Perhatian yang Murni
  • Cara Berkomunikasi
  • Menimbang Pendapat dalam Terang Akal Sehat
  • Pernyataan yang Bersifat Umum Tidak Bermanfaat
  • Mencapai Hati
  • Nasihat dengan Teladan
  • Langkah Tidak Dapat Dipaksa
Sedarlah!—1985 (No. 11)
g85_No11 hlm. 21-26

Bagaimana Memberi Nasihat yang Sungguh-Sungguh Membantu

”SEBAB pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” Dengan kata-kata ini Yesus Kristus melukiskan bagaimana Pencipta menyelenggarakan perkawinan antara pasangan manusia pertama, dengan demikian membentuk inti masyarakat umat manusia. Dan hal ini dimaksudkan untuk terus bertahan, sebagaimana Yesus memperlihatkan selanjutnya” ”Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”—Markus 10:6-9.

Mengingat hal ini, kita dapat mengerti bahwa ada pilihan lain bagi John dan Jane. Memang, banyak penasihat ahli adalah orang-orang yang tulus, bermaksud baik dan terlatih yang mungkin dapat membantu suatu perkawinan yang mengalami kesukaran. Kami sungguh berharap semoga John dan Jane menemukan orang seperti itu. Tetapi sebagai orang Kristen, mereka juga dapat mempertimbangkan bantuan yang disediakan oleh Pencipta perkawinan, Allah Yehuwa, dalam FirmanNya, Alkitab.

Alkitab diilhamkan oleh Sumber perkawinan. Jika saudara mengambil sari dari semua yang dikatakannya mengenai perkawinan, saudara mempunyai sebuah buku pegangan, suatu persediaan ilahi, yang memuat prinsip-prinsip yang sempurna. Karena itu, mungkin saudara heran, mengapa perkawinan seorang Kristen kadang-kadang tidak beres. Sedangkan kita memiliki Alkitab sebagai ’pelita bagi kaki kita, dan terang bagi jalan kita,’ maka mengapa pasangan Kristen seperti John dan Jane sampai memerlukan bantuan orang lain dalam perkawinan mereka?—Mazmur 119:105.

Jawabannya diberitahu oleh Alkitab sendiri dengan tidak melupakan kenyataan, yaitu bahwa walaupun prinsip-prinsip Alkitab sempurna, kita semua yang harus mengamalkannya masih tidak sempurna. (Ulangan 32:4; Roma 5:12) Sejauh mana kita tidak menerapkan prinsip-prinsip Allah yang sempurna, sejauh itu pula kita memerlukan bantuan.

Tambahan pula, problem kita menjadi lebih buruk, karena ”masa yang sukar” di mana kita hidup. (2 Timotius 3:1) ”Konflik-konflik dewasa ini demikian ruwet sehingga sangat sulit dihadapi melalui usaha seseorang untuk berlaku objektif terhadap dirinya sendiri,” kata ahli ilmu jiwa Allen S. Bernsten. Kita sering memerlukan bantuan orang lain dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup: ”Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu!”; ”hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.”—Galatia 6:2; 1 Tesalonika 5:14.

”Penasihat Ajaib”

Alkitab di Yesaya 9:5 menubuatkan kedatangan Kristus dalam berbagai peran. Salah satu adalah sebagai ”Penasihat Ajaib.” Ia mengatur agar melalui sidang dapat diperoleh bantuan-bantuan yang dibutuhkan. Beberapa dari pria-pria yang lebih tua, matang, dan bertanggung jawab ditetapkan sebagai para penatua, atau gembala, untuk membantu anggota-anggota yang dalam kesusahan, termasuk pasangan-pasangan yang menikah. Merekalah orang-orang yang Allah janjikan ketika Ia berfirman: ”Aku akan mengembalikan . . . para penasihatmu seperti semula.”—Yesaya 1:26; 1 Timotius 3:1-7; 1 Petrus 5:1-4; Yeremia 3:15; Yesaya 32:1, 2.

Apakah John dan Jane berlaku bijaksana dengan meminta bantuan dari penasihat demikian sebelum pergi kepada orang-orang yang tidak dikenal? Memang, harus diakui bahwa para penatua bukanlah ahli-ahli yang terlatih, diperlengkapi untuk memahami atau menangani segala jenis problem kesehatan mental. Bidang mereka justru menyangkut problem rohani. Akan tetapi, dalam hal seperti memberi nasihat perkawinan, perbedaan antara kesulitan rohani, emosi dan mental tidak selalu jelas. Dan sebenarnya, para penasihat ahli pada umumnya tidak sanggup menangani problem-problem rohani. Maka, para penatua Kristen yang memenuhi syarat memang mempunyai sesuatu yang berharga untuk disumbangkan.

Seni Memberi Nasihat

Akan tetapi, seperti halnya mengajar, memberi nasihat adalah suatu seni yang perlu dipelajari dan dikembangkan. (Titus 1:9) Ada kemungkinan bahwa beberapa penatua perlu bantuan dalam segi tertentu supaya nasihat mereka lebih efektif. Dalam hal ini, juga, Alkitab dapat membantu karena Alkitab tidak hanya memberitahu kita apa yang harus dikatakan tetapi juga cara mengatakannya. Sangat menarik, banyak anjuran yang diberikan Alkitab kepada kita serupa dengan apa yang digunakan oleh para penasihat ahli yang lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Marilah kita bahas beberapa di antaranya.

Sikap terhadap orang. Penasihat Kristen abad pertama Paulus menulis kepada satu sidang: ”Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, [mempunyai] kasih sayang yang besar akan kamu.” (1 Tesalonika 2:7, 8) Sungguh semangat yang baik! Mereka yang memberi nasihat perlu memperlakukan orang sebagai pribadi yang membutuhkan bantuan, bukan sebagai pelanggar yang harus diadili. Yang lebih penting bukan untuk mengritik, mencela atau menegur tetapi untuk memperlihatkan pengertian dan untuk meyakinkan orang tersebut, bahwa problemnya dapat ditanggulangi dan bahwa kehidupan sesuatu yang berharga.

Seorang ahli ilmu jiwa membuat komentar yang senada, dengan mengatakan: ”Mereka tidak membutuhkan hukuman atau pukulan dari kita, mereka hanya perlu dibantu.”

Saat untuk mendengar. ”Jikalau seorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.” (Amsal 18:13) Ini merupakan nasihat yang sangat baik. Seorang penasihat yang efektif bila dihadapkan dengan problem yang serius tidak menyodorkan jawaban ”luar kepala” seperti suatu resep dan menyebutnya nasihat. Seperti seorang dokter atau pengacara ia mengatur pertemuan sehingga persoalannya dapat diselidiki secara seksama.

Seorang penasihat ahli dilatih untuk mendengar. Beberapa lama pun waktu yang dibutuhkan, tidak soal berapa kali pertemuan harus dilakukan, ia mencari pengertian dengan mendengarkan. Apakah seorang penasihat Kristen patut berbuat kurang dari itu? Ingat, orang muda Elihu yang memberi nasihat yang baik kepada Ayub dan tiga ”sahabat”nya, lebih dulu ’menantikan kata-kata mereka’ dan ’memperhatikan pemikiran mereka.’—Ayub 32:11.

Seraya mendengar, penasihat perlu mengembangkan daya pengamatan yang baik, menyelami dengan bijaksana untuk menarik keluar motif batin dari orang yang dibantu. Penasihat Kristen mempunyai alat bantuan yang menakjubkan untuk berbuat demikian. Alat bantuan apa? Alkitab. Dikatakan bahwa isinya hidup dan berkuasa, dan ”sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati.”—Ibrani 4:12.

Memahami keadaan seseorang. Penasihat yang bijaksana menghargai bahwa tidak ada dua orang atau dua keadaan yang persis sama, dan tidak ada sebuah jawaban yang dapat melegakan seperti pil. Karena itu, ia belajar agar apa yang ia katakan dapat ”senantiasa penuh kasih, jangan hambar [bergaram, NW], sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.”—Kolose 4:6.

Seorang ahli ilmu jiwa melaporkan bahwa beberapa pasien telah menjadi begitu patah semangat sehingga sampai mengatakan, ”Saya tidak berguna. Saya sama sekali tidak layak mendapatkan kasih kemurahan dari orang lain.” Bagaimana seorang penasihat Kristen dapat membantu orang yang demikian? Ia dapat mengatakan kepada mereka sesuatu seperti ini: ’Yesus mengatakan kepada kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.’ Kemudian ia dapat membantu mereka berpikir selaras dengan itu: ’Bagaimana jika kita tidak mempunyai harga-diri atau kehormatan-diri? Jadi, apa lagi yang tinggal bagi kita untuk diberikan kepada sesama kita? Jika Yesus telah mati bagi kita, hidup kita pastilah berharga, tidak soal bagaimanapun kita telah mencemarkannya. Kita dicipta menurut peta Allah dan dengan demikian sanggup mencerminkan sifat-sifatNya dalam kepribadian kita. Maka, yang perlu kita lakukan adalah berusaha mengenakan kepribadian baru. Itu mencakup melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita sendiri.’—Matius 22:37-39; Markus 10:45; Kolose 3:9, 10.

Perhatian yang Murni

Yesus, dalam menghadapi orang, selalu rendah hati, tidak pernah sombong, mementingkan diri atau menonjolkan diri. (Matius 11:28, 29; Filipi 2:5-8) Rasul Paulus menganjurkan orang Kristen meniru sikap demikian, memupuk kasih sayang dan rasa kasihan dan ”tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati.” (Filipi 2:1-3) Penasihat-Penasihat yang berhasil menginsafi perlunya mereka sendiri rendah hati dan memperlihatkan perhatian yang murni.

Demikian pula, ahli ilmu jiwa yang terkenal Carl Rogers melukiskan penasihat sebagai ”seorang yang murni tanpa kedok, bertenggang rasa.” Itulah yang disebut oleh seorang ahli ilmu jiwa lain suatu ”perhatian positif”: ”Itu berarti bahwa ia menghargai kliennya sebagai satu pribadi, dengan sifat perasaan yang agak sama dengan perasaan yang dimiliki orangtua terhadap anaknya, menghargainya sebagai satu pribadi.” Namun, ada suatu bahaya yang harus diperhatikan di sini. Jika penasihat berurusan dengan satu pasangan yang menikah, itu baik. Akan tetapi, jika ia menghadapi istri saja, ia harus waspada agar istri tersebut tidak sampai terlalu bergantung kepadanya untuk rasa simpati dan perhatian sehingga menjauhkan suaminya.

Cara Berkomunikasi

Seperti dicatat sebelumnya, penasihat yang sukses menandaskan komunikasi. Komunikasi yang sungguh menyangkut lebih dari pada memberi dan memperoleh keterangan. Pertama, anda benar-benar mengatakan apa yang anda maksudkan. kedua, orang yang menjawab benar-benar mendengar apa yang saudara katakan.

Selanjutnya, jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan atau terburu-buru menafsirkan apa yang saudara dengar. Untuk mematikan, ajukan pertanyaan, atau beberapa pertanyaan. Minta agar pernyataan diulangi. Pastikan bahwa apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Dan bahwa apa yang dimaksudkan benar-benar dikatakan. ”Apakah ini yang saudara maksudkan?” ”Coba apakah saya benar-benar mengerti saudara.”

Perkataan yang diucapkan seseorang kadang-kadang mengisyaratkan hal-hal yang tersembunyi, yang sangat mendalam atau telah lama berlalu. Penasihat yang efektif trampil mendapatkan pengertian-pengertian seperti itu dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

Pertanyaan untuk mengumpulkan keterangan: ”Berapa lama saudara telah mengalami kesulitan perkawinan?” ”Apa kira-kira yang menjadi masalah ketidakcocokan?” ”Berapa lama saudara telah menikah?” ”Saudara sebagai suami (atau istri), apa tanggung jawab saudara di rumah?” Ini sebagai contoh.

Pertanyaan yang menyingkapkan perasaan, pandangan, sikap: ”Bagaimana perasaan saudara mengenai perkawinan saudara?” ”Apakah saudara saling mencintai?” ”Bagaimana saudara memandang peranan saudara sebagai suami (atau istri)?”

Pertanyaan membantu orang yang bersangkutan memahami atau menarik kesimpulan: ”Mengapa saudara pikir penting mengikuti prinsip-prinsip Allah mengenai perkawinan?” ”Mengapa kasih yang tidak mementingkan diri membawa manfaat bagi perkawinan?” ”Menurut saudara mengapa teman hidup saudara merasa tidak dicintai oleh saudara?” ”Jika Allah mengampuni saudara, bagaimana hendaknya perasaan saudara mengenai ketidaksempurnaan teman hidup saudara?”

Sangat penting bahwa yang memberi nasihat hendaknya meniru Yehuwa dan tidak memihak. (1 Petrus 1:17) Ia hendaknya jangan terlalu cepat menarik kesimpulan atau membiarkan pendapat-pendapat sendiri yang telah ditetapkan lebih dulu mewarnai pertimbangannya. Jika istri agak emosional, penasihat mungkin langsung menyimpulkan bahwa istri suka memberontak dan ia mungkin memihak suami dari permulaan. Atau sesuatu dalam kepribadian suami mungkin membuat penasihat lebih dulu menaruh perasaan yang lebih simpatik kepada istri. Kedua-duanya merupakan jerat yang harus dihindari.

Jika saudara memang memihak, seorang ahli ilmu jiwa memperingatkan, ”saudara hampir dapat dipastikan akan gagal . . . berarti saudara tidak membantu—saudara . . . sesungguhnya mengadili. . . . Cerita yang diberikan kepada saudara (oleh satu pihak) belum tentu saksama.” Hal ini selaras dengan peringatan Alkitab: ’Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya.’—Amsal 18:17; 25:8-10.

Menimbang Pendapat dalam Terang Akal Sehat

Adalah biasa bila suami dan istri sedang berselisih mereka cenderung melupakan akal sehat dan mencoba saling meyakinkan bahwa pendapatnya sendirilah yang benar.

Sebagai contoh, istri merasa bahwa kamar tidak rapi jika pakaian dibiarkan begitu saja. Suami merasa bahwa dengan pakaian yang dibiarkan dan sedikit kertas di atas meja, kamar masih tetap bersih dan rapi. Bagaimana seorang penasihat Kristen mencoba menanggulangi pendapat pribadi yang teguh demikian? Ada peringatan baik dari Alkitab yang dapat ia gunakan, seperti, ”Hendaklah kebaikan hatimu (akal sehatmu, NW) diketahui semua orang,” dan, ’Kasih itu sabar dan murah hati dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.’—Filipi 4:5; 1 Korintus 13:4, 5.

Pandangan atau motivasi yang teguh dapat menuntun kepada keadaan sulit. Misalnya, dalam satu perkawinan, istri mungkin merasa dilalaikan dan tidak dibutuhkan, sementara suami mungkin merasa bahwa istrinya menuntut terlalu banyak perhatiannya dan tidak memberinya cukup kebebasan bertindak. Mereka mungkin tidak pernah sampai kepada pengertian bersama mengenai apa kasih itu sesungguhnya dan bagaimana kasih itu hendaknya dinyatakan dan diterima.

Dalam hal seperti itu, bentuk nasihat yang paling hati-hati dan bijaksana mungkin perlu menuntun orang yang dinasihati kepada suatu pandangan yang seimbang. Mengajak mereka untuk menerangkan kasih menurut lukisan Alkitab dengan kata-kata mereka sendiri mungkin membantu. (1 Korintus 13:4-8) Kadang-kadang perbaikan dicapai lebih mudah dengan meyakinkan orang yang dibantu bahwa kelemahan mereka umum bagi kita semua. ”Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan?” ”Semua orang telah menyeleweng.”—Mazmur 19:13; Roma 3:12; Mazmur 130:3.

Pernyataan yang Bersifat Umum Tidak Bermanfaat

Ketika memberi nasihat atau instruksi, Yesus dengan tegas menunjuk ke inti persoalan. (Matius 22:15-46) Demikian pula, nasihat perkawinan hendaknya menunjuk ke inti persoalan. Pembahasan yang samar mengenai kasih, kebaikan dan kemurahan biasanya tidak menolong. Tepukan yang ramah di bahu, ’Percayalah kepada Allah dan segala sesuatu akan beres’ mungkin sudah cukup dalam beberapa keadaan. Tetapi dalam hal-hal lain, pernyataan yang bersifat umum bisa menyingkapkan bahwa seseorang mungkin tidak mempunyai nasihat yang nyata, praktis untuk diberikan.—Lihat Yakobus 2:15, 16.

Penasihat yang tidak berpengalaman, atau tidak matang, mungkin cenderung menghindari pokok pembicaraan yang membuat orang merasa tidak enak atau yang membutuhkan sikap hati-hati. Akan tetapi, Yesus, Penasihat Ajaib, tidak menjauhi pembahasan tentang hal-hal seperti itu dengan cara yang pantas seperti seks, keuangan dan kebiasaan pribadi.—Matius 5:23, 24, 27, 28; 6:25-34.

Mencapai Hati

Nasihat yang diberikan seseorang hendaknya selalu didasarkan kepada Alkitab. Akan tetapi, sekedar mengutip ayat-ayat Alkitab tidaklah menjamin bahwa orang yang dinasihati akan memperoleh suatu pengertian yang benar mengenai soal itu. Sekali lagi, penasihat yang sukses mengikuti teladan Yesus dan siap untuk membahas ayat-ayat tersebut dengan menggunakan akal pikiran. Bagaimana?—Matius 17:24-27.

Sebagai contoh, pertimbangkanlah suami istri yang tidak sepakat mengenai kekepalaan. Sang suami berpikir ia sedang menjalankan kekepalaan Kristen dengan sepatutnya. Si istri berpikir ia dikuasai dengan tidak sepatutnya dan didikte. Dengan membaca pembahasan rasul Paulus mengenai kekepalaan di Efesus 5:21-27 sudah cukup untuk menetapkan prinsip-prinsip yang tersangkut. Tetapi apakah dengan demikian pasangan ini akan mengerti sepenuhnya dan menerima prinsip-prinsip itu? Tidak, kecuali orang yang dinasihati terlibat secara pribadi dengan kata-kata Paulus, dapat melihat bagaimana nasihat tersebut berlaku kepada mereka secara pribadi.

Selanjutnya, ini membutuhkan serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik: ”Bagaimana Yesus menjalankan kekepalaan terhadap sidang?” ”Mengapa dikatakan, ’Rendahkanlah [tundukkanlah, NW] dirimu seorang kepada yang lain.’”? ”Bagaimana suami tunduk kepada istri?” ”Bagaimana sidang tunduk kepada Yesus?” ”Apakah yang diberitahukan di sini kepada kita mengenai hubungan istri dengan suami?” dan sebagainya.

Ketika Yesus menggunakan bentuk nasihat seperti ini, ia tidak memberikan sendiri jawabannya. Demikian juga penasihat yang bijaksana dewasa ini. Sebaliknya, ia akan menarik ke luar pandangan mereka, satu demi satu—tidak mendesak tetapi dengan sabar dan sikap baik budi. ”Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya.” (Amsal 20:5, The New American Bible) Prosesnya mungkin beberapa menit. Mungkin perlu berjam-jam. Tetapi ini dapat membuat seseorang mulai berpikir ke arah yang benar. Dan ini berlaku sebagai satu obat kuat yang manjur dalam memerangi sikap negatif.

Nasihat dengan Teladan

Seorang penasihat perkawinan yang berhasil di Amerika Serikat mengutip contoh pengajaran dengan teladan ini: ”Bagi seorang suami yang sukar menunjukkan kasih sayang kepada istrinya, seorang penatua memperlihatkan pentingnya menunjukkan kasih sayang kepada istrinya sendiri di hadapan suami ini. Sang suami segera belajar bagaimana sikap yang sepantasnya.”

Di beberapa negeri konon figur pria ”ideal” yang populer adalah bentuk tubuh kekar atletis, trampil dalam olah raga keras, seseorang yang suka minum dan kegemaran-kegemaran lain bersifat ”jantan.” Ia lebih cenderung bergaul dengan kaum pria dan merasa kikuk, menganggap tidak jantan, jika menunjukkan kasih kepada istrinya di hadapan umum. Dalam keadaan seperti inilah memberi nasihat dengan teladan akan sangat berpengaruh demi kebaikan.

Langkah Tidak Dapat Dipaksa

Sifat-sifat positif dan pengalaman yang mula-mula mengikat satu pasangan bersama-sama dapat dikikis oleh keluhan yang tak henti-hentinya. Peringatan yang cocok—barangkali didasarkan atas buku Alkitab Nyanyian Salomo (Kidung Agung), cerita mengenai cinta yang tak terpatahkan dari gadis Sulamit kepada sang pemuda gembala kekasihnya yang bersahaja—bisa saja menyalakan kembali emosi yang meluap-luap yang pernah dinikmati pasangan yang mengalami kesukaran ini ketika kasih mereka masih baru.

Akan tetapi, yang memberi nasihat harus menyiapkan suatu langkah tertentu sesuai dengan kebutuhan orang yang menerima nasihat. Seorang penasihat ahli menyatakan, tidak selalu bijaksana untuk mencoba menetapkan semua kesalahan yang telah disadari, seolah-olah mengejar kesempurnaan. Yang lebih tepat, ia menyarankan pasangan yang menikah mencari tahu semua problem utama mereka, dan pada umumnya ia meminta mereka mencantumkan problem-problem itu menurut urutan kepentingannya, pertama yang paling sukar. Dengan membalik daftar ia meminta pasangan tersebut pertama-tama mengusahakan yang paling mudah. Dengan cara ini akan lebih mudah bagi mereka untuk menanggulangi problem-problem yang lebih sukar belakangan.

Teknik memberi nasihat sama sekali bukan pengganti hikmat. Penasihat ahli yang paling pintar sekalipun akan sedikit gunanya jika ia menggunakan keahliannya untuk memajukan teori-teori manusia yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab. Di lain pihak, seorang penasihat perkawinan, yang benar-benar memahami pikiran-pikiran Allah yang terdapat dalam Alkitab merupakan sumber bangunan yang Allah sediakan pada masa-masa yang sukar ini di mana kita hidup.—Yesaya 32:1, 2.

[Blurb di hlm. 23]

Tidak ada sebuah jawaban yang dapat melegakan seperti pil

[Blurb di hlm. 24]

Penasihat-penasihat yang berhasil menginsafi perlunya mereka sendiri rendah hati

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan