PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g86_No17 hlm. 21-25
  • Dikejutkan oleh Gempa yang Memautkan!

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Dikejutkan oleh Gempa yang Memautkan!
  • Sedarlah!—1986 (No. 17)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Orang-Orang yang Luput secara Luar Biasa
  • Usaha Penyelamatan!
  • Usaha-Usaha Penyelamatan yang Berbahaya
  • Apakah Semuanya Sudah Berlalu?
  • ”Akan Terjadi Gempa Bumi yang Dahsyat”
  • Bantuan yang Pengasih
  • Bencana yang Mendadak di Jepang​—Bagaimana Orang-Orang Menghadapinya
    Sedarlah!—1995
  • Gempa!
    Sedarlah!—2000
  • Lebih Banyak Gempa Besar Diantisipasi
    Sedarlah!—2010
  • Gempa Bumi di Haiti​—Iman dan Kasih Beraksi
    Sedarlah!—2010
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1986 (No. 17)
g86_No17 hlm. 21-25

Dikejutkan oleh Gempa yang Memautkan!

Laporan Saksi Mata dari Meksiko

”Saya sedang bekerja di lantai kesepuluh ketika gedung itu mulai berguncang. Saya bersandar pada pintu, yang tiba-tiba terlepas karena guncangan dan jatuh menimpa saya. Ketika saya berusaha untuk merangkak ke luar dari bawah reruntuhan itu, saya melihat anak-anak saya tercerai-berai dalam puing-puing. Putra saya yang tertua, Jose, bermandikan darah. Saya merasa bahwa keluarga saya pasti mati!”—Jose Melendrez, Sr.

TANGGAL 19 September 1985. Pada jam 7.19 pagi penduduk Mexico City yang berjumlah 18.000.000 orang diguncang oleh salah satu gempa bumi terbesar sepanjang abad, yang diperkirakan berukuran 8,1 pada skala Richter.

Bagi banyak orang, saat terjadinya hal itu menguntungkan mereka. Satu jam kemudian, sekolah-sekolah dan tempat-tempat bisnis akan penuh dengan orang-orang, semua dalam gedung-gedung yang bisa saja menjadi kuburan-kuburan raksasa. Antara lebih dari 700 bangunan yang runtuh di Mexico City, sedikitnya 100 adalah gedung-gedung sekolah!

Duta Besar A.S. John Gavin, yang mengamati kehancuran itu dari sebuah helikopter, mengatakan, ”Kelihatannya seolah-olah sebuah kaki raksasa telah menginjak bangunan-bangunan itu.” Ribuan terjebak di dalamnya—dalam keadaan sudah mati maupun masih hidup! Menurut harian Meksiko El Universal, tubuh dari 8.000 orang lebih ditemukan selama 15 hari yang pertama, tetapi jumlah orang yang mati diperkirakan mencapai 35.000.

Lebih dari 40.000 orang yang selamat dirawat di rumah-rumah sakit dan pusat-pusat bantuan. Nampak barisan-barisan yang panjang dari orang-orang yang menunggu untuk mengenali mayat-mayat yang ditemukan. Nama-nama para korban dibacakan di televisi, melalui radio, dan ditulis dalam surat-surat kabar. Pria, wanita, dan anak-anak keluyuran di jalan-jalan dengan putus asa—tidak tahu harus ke mana. Sedikitnya 400.000 orang menderita akibatnya dalam suatu taraf tertentu.

Orang-Orang yang Luput secara Luar Biasa

Ketika gempa itu melanda, istri Jose Melendrez berada di tingkat ke-11 dari apartemen mereka, satu tingkat di atas tempat ia bekerja. Istrinya melaporkan, ”Saya sedang membantu anak perempuan saya yang berumur enam tahun Elizabeth bersiap-siap ke sekolah. Tiba-tiba, gedung itu mulai bergemuruh. Saya lari untuk memperingatkan putra saya Jose dan istrinya, dan pada waktu yang sama memanggil kedua anak perempuan saya Lourdes dan Carmela. Mereka membawa Elizabeth ke bubungan atap, dan ketika gedung itu runtuh, saya memegang kuat-kuat tangga gedung itu. Setelah gempa itu reda, lantai ke-11 berada pada lantai ke-4!

”Sementara kami melihat dalam keadaan tidak berdaya, lantai itu runtuh di bawah Jose dan isterinya, sehingga mereka terlempar lebih ke bawah lagi dalam puing-puingnya. Kami merasa bahwa mereka pasti tewas, terutama setelah kami mendengar sebuah ketel uap dan tangki gas meledak bersamaan pada lantai keenam. Tangki gas itu, yang beratnya 1.500 kilogram menimpa putra saya. Namun, benar-benar mengherankan, mereka masih hidup!”

Luar biasa, seluruh keluarga Melendrez selamat, meskipun Jose yunior luka parah. ”Bagi kami, hal itu merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan,” Jose senior menjelaskan, ”tetapi kami bersyukur kepada Allah Yehuwa untuk semua bantuan yang pengasih yang kami dapatkan dari saudara-saudara Kristen kami.”

Gregorio Montes dan keluarganya tinggal di lantai kelima dari sebuah bangunan bertingkat delapan. Ia menjelaskan, ”Istri saya Mary biasa bangun pagi untuk mengantarkan anak perempuan kami Lupita ke sekolah. Mereka meninggalkan gedung itu kira-kira jam 7.15 pagi, hanya beberapa menit sebelum gempa bumi itu. Anak-anak perempuan saya yang berumur lima dan enam tahun dan saya bangun dengan ketakutan karena gedung itu berguncang. Segala sesuatu bergerak! Tetapi seraya saya mulai berdoa kepada Yehuwa, kami segera merasa tenang.

”Tepat setelah itu, semua jendela mulai pecah dan berhamburan! Dinding-dinding mulai jatuh. Pada waktu itulah saya mendengar wanita-wanita dan anak-anak yang ketakutan berteriak-teriak. Kedua anak perempuan saya duduk dengan tenang di atas tempat tidur, dan bersama mereka saya tetap berlutut dan berdoa kepada Yehuwa.

”Tiba-tiba sekali—di tengah-tengah teriakan-teriakan, gedung yang berayun-ayun, dan debu yang beterbangan—gedung itu runtuh! Rasanya seolah-olah kami turun dalam sebuah lift! Meskipun salah seorang dari anak perempuan saya pada waktu itu dengan tenang mengatakan kepada saya, ’Pa, Armagedon sudah tiba’, saya meyakinkan dia bahwa masih belum.

”Setelah itu sunyi-senyap—segala sesuatu gelap dan berdebu. Jarak antara langit-langit dan lantai di apartemen kami berkurang menjadi hanya 50 sentimeter! Kami terperangkap dalam puing-puing, dan saya dapat melihat tubuh anak-anak perempuan saya tertutup dengan reruntuhan dan gelas. Namun, mereka tidak terluka—bahkan tidak tergores sedikit pun!

”Dari jalan raya, Mary, istri saya dan Lupita melihat gedung itu runtuh. Mereka pikir kami pasti sudah mati. Tetapi, dari ke-32 keluarga yang tinggal di kompleks apartemen itu, kami termasuk di antara beberapa keluarga yang selamat!”

Judith Ramirez yang berumur enam belas tahun sudah berada di sekolah ketika gempa itu melanda. ”Guru kami sudah mulai mendikte pelajaran,” katanya. Kemudian tiba-tiba sekali saya merasa gedung itu berayun-ayun, seolah-olah saya berada dalam sebuah kapal di tengah laut yang bergelombang besar. Semuanya panik. Murid-murid berusaha untuk keluar dengan memecahkan jendela-jendela dan mendobrak pintu-pintu.

”Dari sebuah jendela tingkat tiga, saya dapat melihat bahwa separuh dari gedung itu sudah runtuh, dan kira-kira 500 murid dan staf di sekolah itu masih ada di dalam! Saya kuatir bahwa bagian gedung di mana kami berada juga akan ambruk. Karena anak tangga sudah tidak ada lagi, kami berhasil ke luar dari sekolah itu melalui sebuah terowongan yang dibuat untuk kami. Ketika kami akhirnya dapat membebaskan diri dari reruntuhan, kami melihat gedung-gedung yang terbakar dan kekacauan di jalan-jalan.”

Usaha Penyelamatan!

Tidak lama setelah gempa itu melanda, pemerintah Meksiko mengambil langkah-langkah untuk menangani keadaan. Polisi, barisan pemadam kebakaran, dan pejabat-pejabat lain secara terpadu berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin jiwa. Kira-kira 2.800 marinir ikut ambil bagian dalam operasi penyelamatan, bersama dengan puluhan ribu orang-orang lain. Kalangan militer juga berjaga-jaga terhadap kemungkinan perampokan. Lebih dari 22.000 korban dirawat di pusat-pusat penyelamatan dan kamp-kamp.

Pesawat-pesawat terbang penuh dengan perbekalan dan alat-alat penyelamatan berdatangan dari hampir 50 negeri. Ratusan tenaga ahli asing datang sebagai sukarelawan. Kerja sama dari ribuan orang tersebut diliput oleh media berita di seluruh dunia. Sebagai hasil dari usaha yang terpadu ini, dalam waktu sepuluh hari setelah gempa bumi, 3.266 orang diselamatkan, dan sedikitnya 17.000 orang yang hilang akhirnya ditemukan. Namun menyelamatkan seseorang tidak mudah.

Usaha-Usaha Penyelamatan yang Berbahaya

Teriakan dari orang-orang yang masih terperangkap dalam puing-puing terdengar lebih dari satu minggu setelah gempa bumi itu! Seorang sukarelawan muda hanya duduk saja menyembunyikan wajahnya dalam lengan-lengan yang terlipat, dan menangis. Ia merasa begitu tidak berdaya. Para penyelamat sering kali tidak dapat menyingkirkan puing-puing karena kuatir gedung akan runtuh, dan hal itu menambah rasa putus asa.

Sebaliknya, semua merasa gembira setiap kali melihat satu orang berhasil diselamatkan. ”Saya merasakan kepuasan dalam menyelamatkan sembilan orang,” kata Juan Labastida seorang paramedis. Ia tiba dengan suatu tim penyelamat dari Amerika Serikat. ”Meskipun kami kekurangan peralatan yang penting,” ia menjelaskan, ”kami merangkak juga ke dalam puing-puing, mencari orang-orang yang bisa diselamatkan. Hal itu tidak mudah.”

Ketika melukiskan bagaimana mereka menyelamatkan dua jiwa, ia mengatakan, ”Setelah tiba di tempat yang merupakan sisa-sisa dari sebuah restoran, kami menggunakan sebuah alat elektronik istimewa untuk melacak getaran-getaran. Alat ini sangat peka sehingga getaran-getaran dari energi tubuh manusia sekalipun dapat ditangkap. Tanpa itu, kami tidak mungkin mengetahui bahwa ada empat orang yang terperangkap di dalam! Dengan menggunakan sebuah selang karet yang panjang, kami mengirimkan air dan oksigen ke gudang restoran itu, di mana dua pria dan dua wanita terperangkap selama beberapa hari.

”Seraya tim penyelamat menunggu di luar reruntuhan, seorang ahli dari Prancis dan saya mulai memasuki gedung itu. Alat elektronik yang sama juga melacak getaran-getaran—tanda-tanda yang lemah—di tembok dan lantai seraya kami terus berjalan melewatinya. Kami diberitahu untuk menyentuh tembok dan lantai dengan tangan kami. Jika gedung itu menunjukkan tanda-tanda akan runtuh, kami akan merasakan adanya getaran pada tangan kami yang ditimbulkan oleh kotoran yang jatuh dari dalam dinding-dinding itu. Dibutuhkan waktu tujuh jam untuk sampai di tempat orang-orang yang akan diselamatkan.

”Pada saat kami sampai di tempat mereka, kedua pria itu sudah meninggal. Kedua wanita itu secara klinis juga sudah meninggal, tetapi kami memberi mereka pernapasan bantuan dari mulut dan memijit jantung mereka sampai mereka akhirnya sadar kembali 15 menit kemudian! Ya, usaha-usaha kami ada hasilnya!”

Apakah Semuanya Sudah Berlalu?

”Pada hari Jumat petang, satu hari setelah gempa bumi,” seorang anggota dari staf kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Meksiko menjelaskan, ”mereka menunjukkan kepada saya rumah Sergio Moran, yang ada di tingkat dua. Dinding-dindingnya retak, dan langit-langit yang kasar dan lantai-lantainya sudah rapuh. Tetapi mengherankan sekali, gedung itu bertahan dalam gempa, meskipun banyak gedung lain di sekelilingnya runtuh, sehingga korban-korban yang mati dan luka-luka terkubur di dalam reruntuhan.

”Keadaan di sekeliling tegang dan suram. Mobil-mobil ambulans datang dan pergi sepanjang hari. Di sudut jalan, terlihat satu barisan yang panjang dari orang-orang yang menunggu untuk mengenali jenazah dari teman-teman dan keluarga mereka. Saya baru saja berjalan melihat daerah perkotaan sepanjang hari. Banyak jalan ditutup dengan tali disebabkan oleh gedung-gedung tinggi yang sudah miring dan kelihatannya setiap saat akan runtuh. Ketika mendengar seruan minta bantuan dari orang-orang yang masih terperangkap dalam reruntuhan itu, sulit untuk menahan air mata.

”Tiba-tiba, ketika saya sedang bercakap-cakap dengan Sergio Moran, gempa yang kedua melanda! Mula-mula, semuanya hening. Saya bertanya pada diri sendiri, ’Apakah hal itu mungkin hanya khayalan saya saja?’ Kemudian listrik mati. Jam berhenti pada pukul 7.38 malam—kira-kira 36 jam setelah gempa yang pertama. Gedung di mana saya berada mulai berayun-ayun. Semua keraguan hilang dari pikiran saya. Hal itu terjadi sekali lagi!

”Karena masih berada di lantai dua, kami berebutan keluar dan menopang diri kami di antara tiang-tiang pintunya. Kami berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Yehuwa memohon bantuan. Seraya gedung itu berayun-ayun, kami dapat mendengar bunyi berderit yang memekakkan telinga dari bubungan atap dan tiang-tiang yang menopangnya. Setelah melihat keadaan rumah, saya merasa pasti bahwa gedung itu akan runtuh! Tetapi tidak, dan kami selamat sampai di jalan di mana kami melihat kekacauan, teriakan-teriakan, dan perasaan tidak menentu.

”Untung sekali, gempa yang kedua ini tidak menimbulkan akibat-akibat seburuk gempa yang pertama di daerah itu. Dalam 12 hari setelah gempa yang pertama, dilaporkan adanya paling sedikit 73 getaran dengan skala Richter antara 3,5 dan 7,3!”

”Akan Terjadi Gempa Bumi yang Dahsyat”

Kristus Yesus berbicara tentang ”gempa bumi di berbagai tempat” sebagai salah satu corak dari ”tanda” yang menunjukkan bahwa kita hidup pada ”kesudahan dunia”. (Matius 24:3, 7) Ia tidak hanya menyebutkan adanya gempa; tetapi menyatakan bahwa ”akan terjadi gempa bumi yang dahsyat”. (Lukas 21:11) Jadi, bencana yang baru-baru ini terjadi di Meksiko—ditambah dengan lebih dari 600 gempa bumi besar yang telah terjadi sejak 1914—menambah nyatanya nubuat Alkitab yang digenapi pada jaman kita.

Saksi-Saksi Yehuwa di Meksiko—meskipun dikejutkan untuk suatu saat—menghargai kata-kata penghiburan dari Kristus Yesus, ”Apabila semuanya [berbagai macam corak dari tanda] itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (Lukas 21:28) Ya, kita mendapat jaminan suatu masa depan yang lebih cerah. Dalam sistem baru Allah yang akan datang, umatNya akan dilindungi dari gempa-gempa bumi dan bencana-bencana lain semacam itu.—Wahyu 21:3, 4.

Sedikitnya 38 dari Saksi-Saksi Yehuwa dan orang-orang yang bergabung dengan mereka kehilangan jiwa dalam tragedi ini. Juga, kerugian secara materi banyak sekali. Sedikitnya 146 keluarga dari Saksi-Saksi kehilangan rumah. Seperti dikatakan Alkitab, disebabkan oleh ”waktu dan kejadian-kejadian yang tidak terduga”, keadaan-keadaan yang menyedihkan mungkin saja menimpa salah satu dari kita.—Pengkhotbah 9:11, NW.

Bantuan yang Pengasih

Tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa segera bertindak mencari semua Saksi di daerah-daerah yang terkena bencana. ”Menyenangkan sekali untuk melihat perhatian yang sedemikian pengasih terhadap kami,” kata Victor Castellanos. Lebih dari 5.000 kilogram makanan kami terima dan salurkan kepada semua yang menderita. Keluarga-keluarga Saksi di daerah-daerah yang tidak menderita kerusakan telah membuka rumah-rumah mereka dan memberikan barang-barang kebutuhan kepada saudara-saudara Kristen mereka yang tidak mempunyai rumah lagi.

Setelah menyelamatkan diri dari rumah mereka yang hancur, Juan Chavez, istrinya, dan dua dari anak-anaknya pergi ke sekolah setempat untuk mencari kedua anak mereka yang lain. Setelah pulang ke rumah, keluarga yang terdiri dari enam orang itu merasa heran melihat banyak sekali saudara-saudara Kristen berkumpul di rumah mereka—termasuk seorang pengawas keliling dan penatua-penatua setempat.

”Mereka mengira kami masih terperangkap di dalam dan ingin membantu kami!” Ny. Chavez melaporkan. ”Menakjubkan sekali! Kami bahkan belum pernah bertemu dengan beberapa dari Saksi-Saksi yang datang membantu kami.”

Ya, meskipun gempa yang mematikan meninggalkan bekas-bekasnya di Meksiko, hal itu tidak menimbulkan akibat-akibat buruk atas iman dan keberanian dari Saksi-Saksi Yehuwa di sana. Seperti dikatakan Ny. Melendrez yang disebutkan sebelumnya, ”Kami semua menggunakan sebaik-baiknya keadaan ini dengan menyiarkan harapan Kerajaan kepada semua orang yang kami jumpai. Gempa bumi itu tidak membuat kami menghentikan usaha-usaha kami untuk melayani Yehuwa. Sebaliknya, kami merasa lebih kuat dalam iman dan lebih bertekad lagi dari pada sebelumnya.”

[Gambar di hlm. 22]

Jose Melendrez, Sr., istrinya, dan gedung tempat tinggal mereka

[Gambar di hlm. 23]

Judith Ramirez selamat ketika sekolah CONALEP runtuh

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan