PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g86_No17 hlm. 16-17
  • Kebiasaan Itu Menyingkirkan Perlawanan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kebiasaan Itu Menyingkirkan Perlawanan
  • Sedarlah!—1986 (No. 17)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Memperkuat Cengkeraman
  • Industri Rokok yang Mengerikan
  • Bagaimana Dunia Ini Kecanduan
    Sedarlah!—1986 (No. 17)
  • Menghadapi Fakta-Faktanya: Tembakau Dewasa Ini
    Sedarlah!—1986 (No. 17)
  • Jutaan Nyawa Melayang bersama Asap Rokok
    Sedarlah!—1995
  • Salesman Maut—Apakah Anda Pelanggannya?
    Sedarlah!—1989 (No. 31)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1986 (No. 17)
g86_No17 hlm. 16-17

Kebiasaan Itu Menyingkirkan Perlawanan

SAMA seperti seorang perokok yang enggan berhenti, pasaran rokok kadang-kadang menurunkan konsumsinya karena kuatir bahwa merokok dapat merugikan dan bersifat mencandu, namun setelah itu meneruskannya lagi, lebih giat dari pada sebelumnya. Mekanisme apakah yang telah menekan rasa kuatir itu? Iklan dan perang! Hal tersebut merupakan ”dua cara yang paling penting untuk menyebarluaskan penggunaan rokok”, menurut sejarawan Robert Sobel.

Penggunaan rokok naik pesat dengan bangkitnya ’bangsa melawan bangsa’ dalam perang dunia pertama. (Matius 24:7) Apa yang telah menyebabkan produksi Amerika naik dari 18 milyar rokok pada tahun 1914 menjadi 47 milyar menjelang 1918? Suatu kampanye besar-besaran dengan memberikan rokok gratis kepada para prajurit! Efek narkotikanya dianggap dapat membantu mengatasi rasa kesepian di garis depan.

”Pack up your troubles in your old kit bag/While you’ve a lucifer [match] to light your fag [cigarette]” (Masukkan problem-problem anda ke dalam tas barang anda/Sementara itu anda mempunyai [korek api] untuk menyulut [rokok]), demikian anjuran sebuah nyanyian Inggris pada masa perang. Karena perwakilan-perwakilan pemerintah dan kelompok-kelompok swasta yang patriotik menyediakan rokok gratis untuk orang-orang yang berjuang, para pemrotes yang anti rokok sekalipun tidak berani mengritik.

Memperkuat Cengkeraman

Para perokok pemula menjadi langganan yang baik setelah perang. Pada tahun 1925 saja, orang-orang Amerika menghabiskan rata-rata hampir 700 rokok per orang. Yunani pada masa setelah perang mengkonsumsi sebanyak separuh dari jumlah per kapita di Amerika Serikat. Rokok Amerika menjadi populer di banyak negeri, tetapi negeri-negeri lain seperti India, Cina, Jepang, Italia, dan Polandia bergantung pada tembakau yang ditanam di negeri sendiri untuk memenuhi permintaan dalam negeri mereka.

Untuk memperkuat cengkeraman pada pasaran Amerika, para pemasang iklan mengarahkan sasaran kepada kaum wanita. ”Iklan rokok menjelang akhir tahun 1920-an dikatakan ’telah menjadi gila’,” demikian laporan Jerome E. Brooks. Tetapi iklan mengakibatkan orang-orang Amerika terus membeli rokok selama dan setelah masa depresi ekonomi tahun 1929. Anggaran yang besar sekali (kira-kira $75.000.000 pada tahun 1931) mempromosikan rokok sebagai bantuan untuk tetap langsing, sebagai pengganti dari permen. Film-film yang mengagung-agungkan bintang-bintang yang merokok, seperti misalnya Marlene Dietrich, membantu menciptakan suatu citra modern. Sehingga pada tahun 1939, sebelum perang dunia yang baru, kaum wanita Amerika ikut bersama kaum pria mengkonsumsi 180 milyar rokok.

Perang lagi! Para prajurit sekali lagi mendapat rokok gratis, bahkan dalam ransum mereka di lapangan. ”Lucky Strike Green ke Medan Perang!” merupakan iklan yang laris dipromosikan dengan memanfaatkan kesempatan suasana perang yang patriotis. Dengan konsumsi rokok di Amerika Serikat setiap tahun diperkirakan 400 milyar pada akhir Perang Dunia II, siapa yang dapat meragukan tempat tembakau di dunia?

Sesungguhnya, siapa yang dapat meragukan pentingnya rokok bagi jaman pasca-perang Eropa, di mana pernah suatu ketika berkarton-karton rokok menggantikan mata uang di pasaran gelap? Para prajurit Amerika yang ditempatkan di Eropa membeli rokok yang mendapat subsidi dengan harga hanya lima sen satu bungkus dan dengan itu membiayai segala sesuatu—dari sepatu baru sampai gadis-gadis. Penjualan rokok kepada kalangan militer, yang bebas pajak, meningkat dari 5.400 per kapita pada tahun 1945 menjadi 21.250 dalam dua tahun saja.

Selama puluhan tahun segi-segi apapun yang tidak disetujui dari merokok telah berhasil disingkirkan dari sorotan masyarakat—bukan disangkal melainkan hanya dialihkan oleh perkembangan yang tak terbendung dari suatu kebiasaan yang populer. Tetapi, secara pribadi, tetap timbul pertanyaan, Apakah merokok itu merugikan? Apakah itu bersih atau meracuni?

Pada tahun 1952 pertanyaan yang bertubi-tubi mengenai kesehatan tiba-tiba muncul. Dokter-dokter Inggris menerbitkan hasil penelitian yang baru yang menunjukkan bahwa para korban penyakit kanker cenderung adalah perokok berat. Readerˈs Digest mengangkat cerita itu, dan setelah itu publikasi yang luas menyusul. Menjelang 1953 suatu kampanye anti rokok nampaknya akan berhasil. Apakah dunia ini akan membuang kebiasaan itu?

Industri Rokok yang Mengerikan

Di muka umum, industri rokok berkeras bahwa kasus terhadap rokok tidak dapat dibuktikan, hanya bersifat statistik belaka. Tetapi tiba-tiba—dan ironis sekali—mereka menyingkapkan senjata rahasianya, yaitu rokok dengan kadar getah tembakau rendah (low tar). Produk baru ini memberikan gambaran kepada para perokok yang merasa kuatir namun tidak ingin menghentikan kebiasaan itu, bahwa merokok itu aman dan tidak mengganggu kesehatan, sedangkan iklan sekali lagi membuktikan kemampuannya untuk menjual sebuah citra.

Sebenarnya, merk-merk dari rokok dengan kadar getah tembakau rendah lebih menenangkan hati perokok itu dan bukan kesehatannya. Para ilmuwan belakangan mendapati bahwa banyak perokok mengimbangi hal itu dengan menghirup asapnya lebih dalam dan menahan asap itu lebih lama dalam paru-paru sampai mereka mendapatkan nikotin sebanyak yang biasa mereka peroleh. Namun baru setelah seperempat abad berlalu para peneliti dapat membuktikan hal ini. Sementara itu, rokok muncul sebagai salah satu industri dunia yang paling menguntungkan, kini mencatat rekor penjualan setiap tahun lebih dari $40 milyar (A.S.).

Secara ekonomi industri ini sekarang lebih kuat dari pada sebelumnya. Langganan-langganan tetap membeli. Konsumsi setiap tahun naik hampir 1 persen per tahun di negara-negara industri dan hampir lebih dari 3 persen di negara-negara berkembang dari Dunia Ketiga. Di Pakistan dan Brasilia, perkembangannya berturut-turut enam dan delapan kali lebih cepat dari pada di kebanyakan negara-negara Barat. Seperlima dari pendapatan pribadi di Thailand digunakan untuk membeli rokok.

Meskipun demikian, bagi banyak orang yang prihatin, cengkeraman yang kuat dari kisah cinta rokok di dunia yang sudah berusia 100 tahun ini sama sekali bukan akhir dari kisah itu. Mungkinkah ada hal-hal lain yang tersembunyi dalam kenaikan yang luar biasa dalam penggunaan tembakau, terutama sejak 1914, dan diterimanya hal itu secara hampir membabi-buta oleh begitu banyak orang? Bagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan yang jarang diajukan, seperti misalnya etik dari kebiasaan itu? Apakah merokok secara moral netral atau harus disalahkan? Artikel kita yang berikut memberikan beberapa pandangan.

[Gambar di hlm. 17]

Iklan dan perang—dua cara yang paling penting untuk menyebarluaskan penggunaan rokok

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan