PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g94 8/4 hlm. 17-19
  • Siapa yang Ketagihan, dan Mengapa?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Siapa yang Ketagihan, dan Mengapa?
  • Sedarlah!—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Obat Bius dan Alkohol
  • Kebiasaan Makan yang Salah
  • Kecanduan Narkoba—Bisakah Alkitab Membantu?
    Topik Menarik Lainnya
  • Bagaimana Jika Orang Tuaku Pecandu Narkoba atau Alkohol?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
  • Menaklukkan Kecanduan akan Zat-Zat
    Sedarlah!—1994
  • Apabila Kegiatan Menjadi Kecanduan
    Sedarlah!—1994
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1994
g94 8/4 hlm. 17-19

Siapa yang Ketagihan, dan Mengapa?

SEWAKTU mengemudikan mobil menyusuri jalan raya, Anda mendengar suara gemertak yang aneh berasal dari mesin. Bagaimana reaksi Anda? Apakah Anda akan membuka kap mobil dan mencari tahu masalahnya? Atau apakah Anda akan mengeraskan volume suara radio untuk menutupi suara bising tersebut?

Jawabannya tampak sangat jelas, namun orang-orang yang kecanduan terus-menerus membuat keputusan yang keliru​—bukan berkenaan mobil mereka, melainkan berkenaan kehidupan mereka. Banyak orang kecanduan akan zat-zat tertentu seperti obat bius, alkohol, dan bahkan makanan, agar dapat melupakan problem-problem pribadi mereka sebaliknya daripada mengatasi problem-problem tersebut dengan sukses.

Bagaimana seseorang dapat mengetahui apakah ia kecanduan? Seorang dokter melukiskannya sebagai berikut, ”Pada dasarnya, penggunaan obat atau suatu kegiatan menjadi suatu kecanduan apabila hal itu menyebabkan problem-problem dalam kehidupan Anda, namun Anda tetap kecanduan.”

Apabila ini persoalannya, sering kali terdapat suatu problem yang jauh lebih serius di balik diri seseorang, yang perlu diperiksa sebelum perilaku kecanduan dapat diubah.

Obat Bius dan Alkohol

Apa yang menyebabkan seseorang mulai kecanduan obat bius dan alkohol? Tekanan teman-teman sebaya dan rasa ingin tahu sering kali memainkan peranan penting, terutama bagi kaum muda. Memang, alasan banyak orang menjadi kecanduan adalah pergaulan buruk dengan orang-orang yang menyalahgunakan alkohol dan obat bius. (1 Korintus 15:33) Ini bisa jadi menjelaskan sebuah survei di AS yang menyingkapkan bahwa 41 persen dari siswa-siswa kelas terakhir sekolah menengah atas menghadiri pesta-pesta alkohol setiap dua minggu.

Akan tetapi, ada perbedaan antara penyalahgunaan dan kecanduan. Banyak orang yang menyalahgunakan zat-zat tertentu tidak ketagihan.a Orang-orang ini dapat menghentikan penyalahgunaan itu kemudian tidak merasakan adanya dorongan untuk kembali menyalahgunakannya. Namun, orang-orang yang kecanduan mendapati bahwa mereka tidak berdaya untuk menghentikannya. Lagi pula, perasaan sangat gembira apa pun yang mereka dapatkan dari kecanduan tersebut dikalahkan oleh penderitaan. Buku Addictions menjelaskan, ”Haluan yang khas bagi para pencandu adalah, pada saat tertentu, mereka mulai membenci diri sendiri, dan mereka sangat tersiksa oleh kendali yang diperoleh kecanduan mereka tersebut.”

Banyak orang yang bergantung kepada alkohol atau obat bius menggunakan itu sebagai jalan keluar dari krisis-krisis emosi. Krisis-krisis demikian terjadi lebih sering daripada yang diperkirakan dewasa ini. Dan ini hendaknya tidak terlalu mengejutkan kita, mengingat Alkitab mencirikan hari-hari ini sebagai ”hari-hari terakhir” dari sistem perkara ini, manakala terdapat ”masa yang sukar”. Alkitab menubuatkan bahwa manusia akan menjadi ”hamba uang”, ”menyombongkan diri”, ”tidak mempedulikan agama”, ”garang”, ”suka mengkhianat”, dan ”berlagak tahu”. (2 Timotius 3:1-4) Sifat-sifat ini telah menciptakan suatu lingkungan yang menjadi lahan subur bagi kecanduan.

Krisis emosi Susan timbul karena perlakuan sewenang-wenang yang ia alami di masa lalu. Oleh karena itu, ia berpaling kepada kokain. ”Itu memberi saya perasaan memegang kendali dan harga diri yang semu,” katanya. ”Itu memberi saya perasaan berkuasa yang tidak saya rasakan sehari-hari tanpa kokain.”

Suatu penelitian atas pria-pria muda yang kecanduan menyingkapkan bahwa lebih daripada sepertiganya pernah dianiaya secara fisik. Penelitian lain terhadap 178 wanita dewasa pecandu alkohol mendapati bahwa 88 persen telah dianiaya secara hebat dengan satu atau lain cara. Alkitab mengatakan di Pengkhotbah 7:7 (NW), ”Penindasan semata-mata dapat membuat orang bijak bertindak bodoh.” Seseorang yang menderita secara emosi karena pengalaman hidup tertentu yang buruk mungkin belakangan secara tidak masuk akal akan berpaling ke obat bius atau alkohol untuk mendapat kelegaan.

Namun obat bius dan alkohol bukan satu-satunya kecanduan.

Kebiasaan Makan yang Salah

Kebiasaan makan yang salah (eating disorders, yang disebut beberapa pakar sebagai kecanduan) kadang-kadang berfungsi sebagai selingan dari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Misalnya, beberapa orang menuding kelebihan berat badan sebagai kambing hitam kekecewaan pribadi. ”Kadang-kadang saya berpikir bahwa saya tetap gemuk karena segala sesuatu yang salah dalam kehidupan saya dapat dihubungkan dengan hal tersebut,” kata Jennie. ”Dengan demikian, jika ada yang tidak menyukai saya, saya dapat selalu menyalahkan berat badan saya.”

Bagi orang-orang lain, makanan menyediakan perasaan berkuasa yang palsu.b Makanan mungkin menjadi satu-satunya arena yang di dalamnya seseorang merasa berkuasa. Banyak orang yang menderita kebiasaan makan yang salah berpikir bahwa mereka cacat. Untuk membangun perasaan harga diri, mereka berupaya menundukkan keinginan tubuh mereka akan makanan. Seorang wanita berkata, ”Anda menjadikan tubuh Anda semacam kerajaan tempat Anda adalah tirannya, diktator absolut.”

Pengalaman yang dikutip di atas memang bukan penjelasan yang lengkap tentang kecanduan obat bius, alkohol, dan makanan. Berbagai faktor mungkin terlibat. Beberapa pakar bahkan beranggapan bahwa suatu hubungan genetika membuat orang-orang tertentu lebih rentan terhadap kecanduan dibanding orang-orang lain. ”Apa yang kita lihat adalah interaksi kepribadian, lingkungan, biologis, dan sosial yang diterima,” kata Jack Henningfield dari Lembaga Penyalahgunaan Obat Bius Nasional. ”Kita tidak ingin tertipu dengan hanya melihat dari satu faktor.”

Apa pun kasusnya, tidak ada pecandu​—tidak soal apa pun penyebab kecanduannya​—yang sudah pasti akan hancur secara fisik atau emosi. Bantuan tersedia.

[Catatan Kaki]

a Tentu saja, penyalahgunaan alkohol atau obat bius lainnya​—tidak soal mengarah kepada kecanduan atau tidak​—bersifat mencemarkan dan harus dijauhi oleh orang-orang Kristen.​—2 Korintus 7:1.

b Informasi tambahan sehubungan kebiasaan makan yang salah dapat diperoleh di Awake! terbitan 22 Desember 1990 dan 22 Februari 1992.

[Kotak di hlm. 19]

Bencana Kecanduan Sedunia

◼ Sebuah survei di Meksiko menyingkapkan bahwa 1 dari antara 8 orang antara usia 14 dan 65 adalah pecandu alkohol.

◼ Pekerja sosial bernama Sarita Broden melaporkan meluasnya kebiasaan makan yang salah di Jepang. Ia berkata, ”Antara 1940 dan 1965, insiden kebiasaan makan yang salah kian meningkat dengan lompatan berikutnya pada pasien rawat inap maupun pasien berobat jalan antara tahun 1965 dan 1981. Namun, sejak tahun 1981, kenaikan pada anoreksia dan bulimia telah begitu dramatis.”

◼ Di Cina, jumlah pemakai heroin tampaknya meningkat drastis. Dr. Li Jianhua, yang bekerja di Pusat Penelitian Penyalahgunaan Obat Bius Kunming, berkata, ”Dari daerah perbatasan, heroin telah memasuki daerah pedalaman, dari desa ke kota, dan kepada orang-orang yang masih muda dan lebih muda lagi.”

◼ Di Zurich, Swiss, pengaturan penjualan narkotik secara bebas berakhir dalam kekecewaan. ”Kami menyangka bahwa kami dapat melacak para penyalur, namun kami gagal,” kata Dr. Albert Weittstein, yang mengeluh bahwa mereka justru menarik para penyalur dan penggunaan obat bius dari tempat-tempat yang jauh.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan