PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g95 8/2 hlm. 30-32
  • Mengapa Saya Memiliki Perasaan seperti Ini?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Saya Memiliki Perasaan seperti Ini?
  • Sedarlah!—1995
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Alamiah atau Sengaja?
  • Faktor Lingkungan
  • Ayah dan Putra
  • Persoalan Moral
  • Bagaimana Saya Dapat Menyingkirkan Perasaan Ini?
    Sedarlah!—1995
  • Apakah Homoseksualitas Dapat Dibenarkan?
    Sedarlah!—2012
  • Bagaimana Aku Bisa Menghindari Homoseksualitas?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
  • Apa Pandangan Alkitab tentang Homoseksualitas?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 1
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1995
g95 8/2 hlm. 30-32

Pertanyaan Kaum Muda . . .

Mengapa Saya Memiliki Perasaan seperti Ini?

”Saya merasa seperti perang berkecamuk di dalam diri saya. Saya tidak tahu ke mana harus minta bantuan.”​—Bob.

BANYAK anak muda menderita siksaan mental yang serupa. Tidak seperti teman-teman sebaya mereka yang tampaknya penuh minat terhadap lawan jenis, mereka mendapati diri semakin tertarik secara seksual dengan orang-orang sesama jenis. Bagi banyak orang, ini merupakan kenyataan yang menghancurkan hati.

Seorang wanita menceritakan mengenai putrinya, ”Kesehatannya mulai memburuk, ia tidak bisa makan maupun tidur, menderita depresi dan uring-uringan. Ia bahkan mencoba bunuh diri.” Apa penyebab utama dari penderitaan ini? ”Ia memiliki perasaan Lesbian.” Bagi beberapa orang, mengatasi kecenderungan demikian bisa jadi tidak mudah. ”Sewaktu saya baru menginjak usia belasan,” demikian pengakuan seorang pria muda yang kita sebut saja Mark, ”Saya mulai merasakan perasaan-perasaan homoseksual terhadap beberapa orang teman. Perasaan ini terus saya miliki selama masa remaja hingga saya mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Namun kadang-kadang saya masih merasakan perasaan yang keliru bercokol di dalam diri saya.”

Apa yang menyebabkan seorang anak muda tertarik pada sesama jenisnya? Dan apa yang seharusnya ia lakukan jika ia dilanda perasaan demikian?

Alamiah atau Sengaja?

Dewasa ini, banyak orang mengatakan bahwa para homoseksual dilahirkan dengan kecenderungan seperti itu dan keinginan seksual semacam itu tidak dapat diubah. Majalah Time, misalnya, secara dramatis menyatakan, ”Suatu penyelidikan baru menunjukkan bahwa ada perbedaan struktur antara otak pria homoseksual dan heteroseksual.” Akan tetapi, penyelidikan ini dilakukan atas otak dari pria-pria yang telah meninggal karena AIDS. Tentu saja, ini tidak membuktikan pernyataan tersebut!

Teori lain mencakup hormon. Para ilmuwan mengamati bahwa tikus-tikus laboratorium yang diambil hormon kejantanannya memperlihatkan perilaku kawin tikus ”betina”. Mereka menyimpulkan bahwa demikian pula para homoseksual kemungkinan adalah korban dari kecelakaan biologis​—akibat dari terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon pria sebelum lahir. Walaupun demikian, banyak ilmuwan yakin bahwa perilaku aneh di antara tikus-tikus tidak lebih dari sekadar gerak refleks​—sebenarnya bukan ’homoseksual’. Lagi pula, manusia bukanlah tikus. The Harvard Medical School Mental Health Letter membantah, ”Sungguh tidak mungkin jika hormon sebelum kelahiran mempengaruhi . . . seksualitas manusia dengan cara yang persis sama dengan yang mengatur gerak refleks pada perilaku kawin tikus-tikus.”

Banyak perhatian juga telah diberikan untuk penyelidikan genetika. Di kalangan pria dan wanita pelaku homoseksual yang adalah kembar identik, kira-kira lima puluh persen saudara kembar mereka juga homoseksual. Karena kembar identik memiliki genetika yang sama, tampaknya logis untuk menyimpulkan bahwa terdapat gen misterius yang menyebabkan penyimpangan. Akan tetapi, perhatikan bahwa terdapat lima puluh persen saudara kandung kembar bukanlah homoseksual. Jika sifat ini benar-benar bawaan secara genetika, bukankah semua anak kembar akan memilikinya? Memang, gen dan hormon mungkin memainkan peranan tertentu. Meskipun demikian, Scientific American melaporkan beberapa penemuan yang buktinya ”dengan kuat memperlihatkan bahwa faktor lingkungan berperan cukup besar dalam menyebabkan keinginan seksual semacam itu”.

Faktor Lingkungan

Perhatikan lingkungan orang-orang Yunani purba. Dirangsang oleh kisah-kisah erotis mengenai dewa-dewa tertentu dalam mitologi mereka, oleh tulisan-tulisan para filsuf seperti Plato, dan oleh kebudayaan gimnasium, tempat kaum muda tampil tanpa busana, homoseksualitas menjadi mode di kalangan orang-orang elite di seluruh wilayah berbahasa Yunani. Menurut buku Love in Ancient Greece (Cinta di Yunani Purba), ”Dianggap memalukan di Kreta bagi seorang anak lelaki ningrat kalau tidak mempunyai kekasih [lelaki].” Tidak ada gen atau hormon misterius yang menyebabkan kebejatan semacam itu. Homoseksualitas populer karena kebudayaan Yunani memperbolehkannya, bahkan, menganjurkan hal itu! Ini dengan jelas menggambarkan betapa kuatnya peranan lingkungan.

Tidak diragukan, derasnya arus propaganda yang mendukung homoseksualitas telah banyak membantu menyebarkan cara berpikir seperti itu dewasa ini. TV, film, musik, dan majalah sering menyinggung soal homoseksualitas. Televisi kabel telah memudahkan beberapa anak muda menonton pornografi secara terang-terangan. Gaya pakaian dan dandanan uniseks (unisex) telah menjadi populer. Beberapa ahli juga merasakan propaganda anti pria yang dipromosikan oleh beberapa kaum hawa telah menyebabkan bangkitnya lesbianisme. Kaum muda bisa jadi terkena pengaruh buruk dari pergaulan dengan teman-teman sekelas yang terang-terangan menyanjung gaya hidup homoseksual.​—1 Korintus 15:33.

Ayah dan Putra

Kadang-kadang, lingkungan keluarga yang menyimpang tampaknya juga memainkan peranan besar, terutama di kalangan pria.a Seorang ayah memberi sumbangan penting bagi perkembangan emosi seorang anak. (Efesus 6:4) Buku Membina Keluarga Bahagia mengatakan, ”Pengaruh sifat-sifat pria dari sang ayah banyak berpengaruh atas perkembangan jiwa anak yang sehat, dan seimbang.”b Seorang anak lelaki juga membutuhkan penghargaan, kasih dan restu dari ayahnya. (Bandingkan Lukas 3:22.) Apa akibatnya bila seorang ayah gagal memberi perhatian yang dibutuhkan ini kepada anaknya? Penderitaan emosi. Penulis kesehatan mental, Joseph Nicolosi menyatakan bahwa homoseksualitas pria ”hampir selalu merupakan akibat adanya problem dalam lingkungan keluarga, teristimewa antara ayah dan putra”.

Kemungkinan besar seorang ibu secara tidak sengaja memperburuk situasinya dengan menganggap remeh suaminya atau dengan terlalu menyayangi putranya. Satu penyelidikan mengenai kaum waria membuat pengamatan ini, ”Ada orang-tua yang menginginkan anak perempuan sebaliknya daripada anak lelaki dan dengan halus mendorong anak lelakinya untuk mengenakan pakaian seperti anak perempuan atau mendandaninya seperti terhadap anak perempuan.”

Hal ini tidak memaksudkan bahwa orang-tua secara otomatis dapat disalahkan atas perasaan seksual yang menyimpang. Banyak pria yang telah dibesarkan oleh ibu yang begitu menyayangi dan ayah yang masa bodoh, acuh tak acuh, dan suka menganiaya namun memiliki kepribadian lelaki. Lebih jauh, tidak semua orang yang memiliki kecenderungan homoseksual selalu berasal dari keluarga berantakan. Akan tetapi, tampaknya beberapa anak lelaki terluka dalam cara tertentu. ”Sebagai akibat dari perasaan ditolak oleh ayahnya semasa kecil . . . ,” Dr. Nicolosi menyatakan, ”orang-orang homoseksual merasakan adanya kelemahan dan ketidakmampuan sehubungan sifat-sifat yang dihubungkan dengan kejantanan, yaitu, kuasa, ketegasan, dan tenaga. Ia tertarik akan kekuatan kejantanan yang lahir dari upaya tidak sadar untuk berlaku jantan.”

Seorang pemuda Kristen bernama Peter menulis, ”Ayah saya adalah seorang pecandu alkohol dan selalu memukuli ibu saya dan, kadang-kadang kami anak-anak. Ketika saya berusia 12 tahun, ia meninggalkan rumah. Saya sangat merasakan kurangnya peranan seorang ayah. Saya selalu merindukan seseorang untuk mengisi kekosongan yang saya rasakan setiap hari. Sewaktu akhirnya saya mengembangkan persahabatan dengan seorang pria Kristen yang baik yang saya pikir dapat mengisi kebutuhan tersebut, saya mulai merasakan perasaan seksual terhadapnya.”

Menarik, banyak dari orang-orang homoseksual adalah korban dari penganiayaan semasa kanak-kanak.c Penganiayaan demikian dapat menyebabkan kerusakan fisik dan emosi yang lama. Bagi beberapa orang, hal ini bisa jadi menciptakan apa yang disebut oleh seorang penulis ”identitas seksual yang menyimpang”. Hal ini rupanya terjadi di Sodom purba, tempat anak-anak muda memperlihatkan nafsu yang besar akan hubungan yang menyimpang. (Kejadian 19:4, 5) Jelaslah, mereka adalah korban eksploitasi orang dewasa.

Persoalan Moral

Para ilmuwan mungkin tidak pernah memastikan dengan tepat berapa banyak faktor alamiah dan faktor kesengajaan berperan dalam minat akan sesama jenis. Namun satu hal yang jelas: Semua manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk menyerah pada pemikiran dan kecenderungan yang salah.​—Roma 3:23.

Karena itu, seorang pemuda yang ingin menyenangkan Allah harus menyelaraskan diri pada standar moral-Nya dan menghindari perilaku yang amoral, meskipun melakukan hal itu bisa jadi begitu sulit. Benar, beberapa individu bisa jadi cenderung menjadi homoseksual, sebagaimana halnya beberapa individu, menurut Alkitab, ”cenderung murka”. (Titus 1:7) Namun Alkitab tetap mengutuk kemarahan yang tidak adil-benar. (Efesus 4:31) Demikian pula, seorang Kristen tidak dapat memaafkan perilaku amoral dengan mengatakan ia memang ’dilahirkan begitu’. Penganiaya anak menyatakan dalih serupa yang memuakkan sewaktu mereka mengaku bahwa berahi mereka akan anak-anak sebagai ”sifat bawaan”. Namun dapatkah seseorang menyangkal bahwa nafsu seksual mereka menyimpang? Demikian pula keinginan seksual terhadap seseorang sesama jenis.

Karena itu, kaum muda yang mendapati diri mereka tertarik pada sesama jenis harus berupaya untuk tidak menyerah kepada perasaan mereka.

[Catatan Kaki]

a Riset relatif tidak banyak dilakukan atas perkembangan homoseksualitas wanita. Namun tidak diragukan, pengaruh-pengaruh keluarga juga memainkan peranan atas kaum wanita.

b Diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

c Eksploitasi anak rupanya adalah unsur dalam pertumbuhan homoseksualitas di Yunani purba. Perayu yang lebih tua dari anak lelaki muda umumnya dianggap sebagai ”serigala”​—”simbol dari kerakusan dan keganasan yang berani”. Korban-korban mereka yang muda disebut ”domba”.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan