PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g96 22/8 hlm. 10-11
  • Apa Jalan Keluarnya?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apa Jalan Keluarnya?
  • Sedarlah!—1996
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Suatu Dunia Bebas Pengungsi
  • Membantu ”Penduduk Asing” untuk ’Melayani Yehuwa dengan Bersukacita’
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2017
  • Suatu Tempat Tinggal bagi Semua Orang
    Sedarlah!—2002
  • Meningkatnya Jumlah Pengungsi
    Sedarlah!—1996
  • Krisis Pengungsi Ukraina—Jutaan Melarikan Diri
    Topik Menarik Lainnya
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1996
g96 22/8 hlm. 10-11

Apa Jalan Keluarnya?

SITUASI pengungsi bukanlah masalah yang sama sekali suram. Di seluruh dunia, organisasi-organisasi kemanusiaan berjuang untuk membantu orang-orang yang melarikan diri karena perang dan problem-problem lain. Cara utama mereka menolong adalah dengan membantu para pengungsi kembali ke negara asal mereka.

Para pengungsi meninggalkan tempat kediaman, masyarakat, dan negara karena mereka takut akan dibunuh, disiksa, diperkosa, dipenjarakan, diperbudak, dirampok, atau kelaparan. Maka sebelum para pengungsi dapat dengan aman kembali ke negerinya, problem-problem penyebab pengungsian itu harus diatasi. Bahkan bila konflik bersenjata telah berakhir, tidak adanya hukum dan ketertiban sering menghalangi orang untuk kembali ke negerinya. Agnes, pengungsi dan juga ibu dari enam anak, mengatakan, ”Memulangkan kami ke Rwanda sama seperti membawa kami ke liang kubur.”

Namun sejak 1989, lebih dari sembilan juta pengungsi telah kembali ke negeri mereka. Kira-kira 3,6 juta dari orang-orang ini kembali dari Iran dan Pakistan ke Afganistan. Para pengungsi lain sejumlah 1,6 juta jiwa dari enam negara kembali ke Mozambik, negara yang diporak-poranda oleh perang sipil selama 16 tahun.

Kembali dari pengungsian bukanlah sesuatu yang mudah. Sering kali negara asal mereka sudah menjadi reruntuhan​—dengan desa-desa yang porak-poranda, jembatan-jembatan yang sudah runtuh, dan jalan serta ladang-ladang yang ditanami ranjau. Karena itu, orang-orang yang kembali dari pengungsian harus membangun kembali dari nol bukan hanya kehidupan mereka tetapi juga rumah mereka, sekolah, klinik kesehatan, dan lain-lain.

Namun, bahkan bila kobaran konflik padam di satu tempat, sehingga memungkinkan para pengungsi kembali, kobaran konflik muncul di tempat lain, menciptakan arus baru dari para pengungsi. Karena itu, memecahkan krisis pengungsi berarti memecahkan problem-problem yang berkaitan dengan perang, penindasan, kebencian, penganiayaan, dan faktor-faktor penyebab orang lari menyelamatkan kehidupan.

The State of the World’s Refugees 1995 mengakui, ”Kebenaran yang sesungguhnya . . . adalah bahwa jalan keluar [bagi krisis pengungsi] sepenuhnya bergantung pada faktor politik, militer, dan ekonomi yang berada di luar kendali organisasi kemanusiaan mana pun.” Menurut Alkitab, jalan keluarnya juga di luar jangkauan organisasi mana pun di bumi, baik yang kemanusiaan maupun yang lain.

Suatu Dunia Bebas Pengungsi

Akan tetapi, ada jalan keluarnya. Alkitab memperlihatkan bahwa Allah Yehuwa prihatin terhadap mereka yang telah dicerai-beraikan dari negeri dan keluarga mereka. Tidak seperti halnya pemerintah-pemerintah di bumi, Ia memiliki kuasa dan hikmat untuk memecahkan semua problem yang kompleks yang dihadapi umat manusia. Ia akan melakukan hal demikian melalui Kerajaan-Nya​—pemerintah surgawi yang segera akan mengambil kendali atas urusan-urusan di bumi.

Kerajaan Allah akan menggantikan seluruh pemerintah manusia. Sebaliknya daripada mempunyai banyak pemerintah di bumi, seperti yang kita miliki sekarang ini, kelak hanya ada satu pemerintah, yang akan memerintah seluruh planet ini. Alkitab menubuatkan, ”Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasaan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain: kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.”​—Daniel 2:44.

Barangkali Anda kenal betul contoh doa yang terdapat di dalam Alkitab di Matius 6:9-13. Bagian dari doa itu berbunyi, ”Biarlah kerajaanmu datang. Biarlah kehendakmu terjadi, seperti di surga, demikian pula di atas bumi.” Selaras dengan doa itu, Kerajaan Allah segera akan ”datang” untuk melaksanakan maksud-tujuan Allah atas bumi.

Di bawah pemerintahan yang pengasih dari Kerajaan Allah, akan ada perdamaian dan keamanan universal. Tidak akan ada lagi kebencian dan perkelahian di antara orang-orang maupun bangsa-bangsa di bumi. (Mazmur 46:10) Tidak akan pernah ada lagi jutaan pengungsi yang lari untuk menyelamatkan diri atau hidup sengsara di kamp-kamp.

Firman Allah berjanji bahwa Raja dari Kerajaan Allah, Yesus Kristus, ”akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin. Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya”.​—Mazmur 72:12-14.

[Gambar di hlm. 10]

Segera semua orang akan memperlakukan satu sama lain seperti saudara dan saudari sendiri

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan