PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w89 15/2 hlm. 21-26
  • Merintis Sepanjang Sungai Amazon

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Merintis Sepanjang Sungai Amazon
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Subjudul
  • Metode Pengabaran yang Diorganisasi
  • Pengalaman yang Mengharukan
  • Tentangan Pendeta Digagalkan
  • Balai Kerajaan Terpencil Dibangun
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
w89 15/2 hlm. 21-26

Merintis Sepanjang Sungai Amazon

HUTAN Amazon! Hampir setiap orang pernah mendengarnya. Tetapi hanya sedikit yang mempunyai kesempatan pergi dan melihatnya. Namun, selama dasawarsa lalu, sejumlah perintis, atau pelayan sepenuh waktu, telah melakukan hal tersebut. Bahkan yang lebih penting, mereka membawa kabar baik dari Kerajaan Allah ke sana. Mereka menggunakan perahu Lembaga Menara Pengawal El Refugio (Tempat Berlindung), untuk melintasi hutan Amazon melalui jaringan sungai-sungai yang silang-menyilang di Peru bagian utara.

Sungguh suatu tugas yang menarik! Banyak suku Indian tersebar di seluruh daerah yang luas ini. Chacras, atau perladangan kecil, terdapat di bagian atas dan bawah sungai-sungai itu, sepanjang tepian sungai, dan jauh ke dalam hutan yang gelap. Walaupun terasing, orang-orang ini juga harus mendapat berita kehidupan dari Alkitab.—Matius 24:14; 28:19, 20.

Dekat kota hutan di Iquitos, dua sungai besar—Ucayali dan Marañón yang deras dan berbahaya—bertemu membentuk Sungai Amazon yang luar biasa. Terus-menerus mengeruhkan, memutar, dan menggelora, sungai-sungai ini mengikis tepi-tepinya dan menumbangkan pohon-pohon raksasa ke dalam arusnya yang deras sekali. Bukit-bukit pasir di tepi sungai dibentuk dalam satu malam, sehingga mengubah jalannya arus.

Ketika menghilir sepanjang Ucayali, El Refugio tiba-tiba menumbuk pasir di bawah permukaan air. Hentakan yang tidak diduga membuat para awak kapal hilang keseimbangan, tetapi dengan cepat mereka memegang susuran dan palang perahu sehingga tidak terlempar ke luar. Kapten mencoba memundurkan perahu, tetapi tidak ada gunanya. Perahu tetap tertancap. Maka keenam saudara di perahu itu membuka pakaian dan tinggal bercelana pendek saja, meloncat ke atas pasir, dan mulai mengeluarkan 40 kotak publikasi untuk meringankan muatan. Tiba-tiba, seorang awak kapal berteriak, ”Awas! Ada ular sungai merayap ke atas perahu.” Benar juga, seekor ular berwarna hijau terang yang panjangnya dua meter merayap ke atas sisi perahu. Tetapi dengan beberapa kibasan dayung yang cepat, ular itu kembali ke sungai. Tidak lama kemudian, karena muatan sudah dikurangi, perahu dapat lepas dan melanjutkan perjalanan kembali.

Metode Pengabaran yang Diorganisasi

El Refugio bukan sebuah perahu yang besar, dan pasti bukan perahu tercepat. Sebenarnya, perahu ini berjalan lambat apabila melawan arus yang deras. Karena itu untuk mempercepat pemberitaan di daerah pedalaman, para perintis telah membuat rencana kegiatan. Sebelum meninggalkan pangkalan mereka di kota Iquitos, mereka berupaya mengetahui apa yang ada di hadapan mereka di daerah tertentu yang akan mereka kabari. Dengan meminta keterangan dari penduduk asli, mereka berhasil membuat sebuah peta kasar dari desa-desa dan chacras di daerah itu. Sungai-sungai kecil atau terusan-terusan dicatat untuk perjalanan tambahan. Jadi, jika daerah yang dipilih memiliki banyak desa, perahu dapat tetap tinggal di satu tempat selama satu atau dua minggu. Biasanya, empat dari enam perintis akan mengabar di perladangan yang tersebar itu, sedangkan kapten dan perintis lain mengadakan perjalanan lebih jauh memasuki hutan, ke tempat yang tidak dapat dicapai dengan perahu. Hal ini dilakukan dengan naik kapal terbang perusahaan minyak yang menuju ke sebuah perkemahan.

Kemah-kemah ini berada jauh di pedalaman tempat pemboran penelitian untuk minyak dilakukan terus-menerus. Seratus orang atau lebih mungkin dapat dijumpai di perkemahan seperti ini. Para Saksi membuat rencana untuk berbicara kepada orang-orang itu pada waktu makan malam, seusai jam kerja. Di dalam sebuah kemah, ternyata pondok untuk makan menjadi aula yang bagus. Orang-orang mendengarkan, dan sesudah itu beberapa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan problem moral yang mereka hadapi sementara terpisah jauh dari keluarga mereka. Sungguh suatu kesempatan yang bagus untuk menjelaskan pandangan Alkitab mengenai kebersihan moral! Setelah pembahasan tanya-jawab, banyak yang meminta Alkitab dan bantuan pelajaran Alkitab. Nama-nama dicatat, dan pelajaran dimulai dengan beberapa dari mereka dan keluarga mereka di Iquitos. Empat kemah perminyakan dikerjakan dengan cara ini—tiga dengan bantuan perjalanan udara dan satu dengan kunjungan El Refugio.

Kapan pun sebuah caserio, atau desa kecil, terlihat di sepanjang tepi sungai, para perintis akan menambatkan perahu ke benda terdekat yang kokoh yang dapat menahannya. Tetapi hanya awak kapal yang bijaksana yang terlebih dulu meneliti tepi sungai sebelum melompat. Tepian sungai yang ada timbunan tanah kelihatan aman tetapi dapat banyak mengandung kejutan. Orang yang melompat tanpa meneliti terlebih dulu bisa terbenam di lumpur yang dalamnya sepinggang!

Sewaktu mendarat dengan aman, saudara-saudara melewati kelompok anak-anak yang suka ngobrol dan biasanya bersifat ingin tahu, dan mencari kepala desa. Mereka dengan singkat menjelaskan kepada kepala desa maksud kunjungan mereka dan minta ijin menggunakan pondok sekolah setempat atau pusat pertemuan desa untuk khotbah Alkitab. Biasanya, ijin diberikan. Pengumuman dilakukan dari mulut ke mulut seraya anak-anak berpencar ke seluruh jurusan menyebarkan undangan. Sebelum khotbah, waktu digunakan untuk mengabar dari pondok ke lain pondok. Penduduknya ramah dan sopan dan sangat berminat menerima publikasi Alkitab kita. Di daerah yang kesulitan uang, buku-buku ditukar dengan penyu, kera, ayam, burung kakatua, buah, atau bahkan sekuntum anggrek yang indah.

Jika cukup waktu, kunjungan kembali dilakukan sore hari. Mereka yang memperlihatkan minat yang besar diminta membawa mecheros atau wadah, dengan minyak tanah dan sumbu untuk penerangan. Biasanya, menjelang pukul tujuh, semua sudah duduk, dengan lampu mereka di satu tangan dan Alkitab di tangan lain. Setelah khotbah berakhir, pertanyaan-pertanyaan mulai diajukan. Apakah Saksi-Saksi Yehuwa percaya api neraka? Bagaimana kepercayaan para Saksi berbeda dengan agama Katolik? Kebanyakan merasa senang mendapatkan jawaban dari Alkitab mereka sendiri.

Pengalaman yang Mengharukan

Setelah sebuah khotbah seperti itu, seorang pria dan istrinya menghampiri perintis dengan berurai air mata. ”Saudara-saudara, kami telah menunggu lama sekali untuk mendengar perkataan seperti yang telah kami dengar malam ini,” kata pria itu. ”Kami mencintai negeri kami dan gagasan mengenai suatu firdaus di bumi sehingga kami dapat tetap tinggal di dekat negeri kami. Kalau begitu, menurut saudara siapa yang akan pergi ke surga?” Sungguh mengharukan berada jauh di dalam hutan Amazon, bermil-mil dari ”peradaban” dan menemui orang-orang yang seperti domba.

Para perintis mencoba menempatkan buku-buku dalam satu kumpulan, karena mungkin agak lama baru mereka dapat kembali ke desa-desa itu. Pada suatu hari, kembali ke Iquitos, seorang pria yang naik perahu menghentikan salah seorang saudara dan meminta lagi satu kumpulan yang terdiri atas delapan buku. Apa yang terjadi dengan kumpulan yang pertama? Sanak keluarganya yang berkunjung, meminjam buku-buku itu satu demi satu. Bahan bacaan sangat jarang di daerah pedalaman hutan. Dengan cara ini, publikasi-publikasi sampai ke tempat-tempat yang tidak pernah dicapai oleh para perintis itu sendiri. Jadi dengan roh-Nya, Yehuwa mengatur agar publikasi-publikasi kita sampai kepada orang-orang yang tepat.

Di sebuah desa kecil, dua saudara tinggal di perahu ketika yang lain mengikuti sebuah jalan kecil melalui hutan. Pohon-pohon besar yang sangat rimbun, menutupi sebagian besar sinar matahari, seraya burung-burung yang beraneka warna bersahut-sahutan di antara dedaunan yang hijau. Setelah berjalan kaki 15 menit, Saksi-Saksi itu mencapai tanah terbuka yang agak luas. Dibutuhkan waktu kira-kira satu jam untuk mengunjungi semua pondok di sana. Ketika saudara-saudara itu siap untuk berangkat, seorang pria menghampiri dan meminta mereka menginap, karena ia mempunyai banyak pertanyaan. Jadi salah seorang perintis tetap tinggal sedangkan yang lain kembali ke perahu.

Perintis itu menyarankan agar khotbah Alkitab dilakukan malam hari. Maka anak-anak dikirim, mengikuti jalan kecil yang terlewat oleh saudara-saudara, untuk mengundang para tetangga. Sementara itu pelajaran Alkitab diadakan di desa menggunakan pasal-pasal dari buku Kebenaran yang Membimbing Kepada Kehidupan yang Kekal untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pria yang ramah itu. Seraya kesejukan malam menutupi lapisan yang panas, serumpun bambu tiba-tiba menimbulkan suara hiruk-pikuk. Ratusan burung parkit semuanya seakan-akan mulai berkicau pada waktu yang sama, seolah-olah menyambut kesejukan malam.

Menjelang malam, 20 orang dewasa dan banyak anak-anak telah berkumpul di sekeliling pembicara. Lampu gas yang terang memberikan cahaya yang baik sekali untuk membaca, tetapi ia juga menarik perhatian ratusan serangga hutan. Kira-kira pertengahan acara khotbah, ada seekor yang tertelan! Setelah gaduh sedikit, gelak tawa, dan pernyataan simpati, ia meneruskan, membawakan khotbah itu kepada kesimpulan yang jitu. Setelah itu, semua rasa malu hilang dan suatu diskusi yang hidup berlangsung.

Setelah tetangga yang terakhir pulang, pria yang berminat itu memasang sebuah kelambu di sebuah sudut panggung terbuka dari rumahnya, yang dibangun di atas jangkungan yang kira-kira 1,5 meter di atas tanah. Setelah meninggalkan perintis itu untuk beristirahat di bawah kelambu, pria itu mengumpulkan binatang ternak dan mengikatnya di bawah panggung sebagai perlindungan terhadap binatang hutan pemangsa. Seraya saudara itu berbaring di situ dan dengan sungguh-sungguh berterima kasih kepada Yehuwa atas perlindungan-Nya, bunyi-bunyian hutan segera meninabobokkan dia.

Sepertinya waktu belum sempat berlalu ketika saudara tersebut langsung duduk tegak. Ayam sudah berkokok, dan unggas itu seakan-akan berada tepat di bawah tempat tidurnya. Dan memang demikian. Mula-mula ayam berkokok, kemudian anjing menggonggong, lalu ayam kalkun berkokok, dan yang terakhir kambing mengembik. Setelah itu, berbagai jenis burung memulai kicauan paginya. Hari yang baru telah tiba.

Setelah makan pagi yang sedap, saudara itu pergi menelusuri jalan kecil untuk bergabung dengan teman-temannya. Di hadapannya ia melihat sesuatu yang mirip sebuah pohon besar melintasi jalan setapak itu. Setelah dekat ternyata seekor ular besar yang suka melilit mangsanya, panjangnya kira-kira 8 meter. Perintis itu dengan hati-hati berjalan mengitari ular itu dan tiba di perahu dengan selamat.

Tentangan Pendeta Digagalkan

Desa berikutnya tidak begitu ramah. Ketika perahu menuju sebuah tonggak pendaratan, saudara-saudara terkejut melihat sekelompok besar orang berkerumun di darat. Dipimpin oleh seorang imam Katolik, mereka melambaikan tangan mengusir perahu, berteriak bahwa mereka tidak membutuhkan bacaan Alkitab apapun. Jadi saudara-saudara melanjutkan perjalanan dan berlabuh di daerah dekat desa itu.

Tidak lama kemudian sebuah rakit yang membawa pisang muncul dari desa itu. Ketika rakit itu lewat, saudara-saudara kita memanggil ketiga orang yang sedang mendayung untuk mendekat ke El Refugio. Sesudah merapat, tiga perintis naik ke rakit dan mulai memberi kesaksian. Pemilik rakit ingin tahu mengapa imam itu tidak menginginkan Saksi-Saksi mendarat di desa, dan para perintis menjawab bahwa mereka tidak tahu alasannya mengapa ada imam yang tidak ingin orang-orang mengerti Alkitab. Misalnya, akibat buruk apa dapat terjadi dengan membaca Buku Cerita Alkitab? Sekali pria-pria itu melihat buku, mereka tidak ingin melepaskannya.

Keesokan harinya, beberapa kano (perahu lesung) menghampiri El Refugio. Publikasi Buku Cerita Alkitab telah menimbulkan kegemparan di desa itu. Saudara-saudara kita diberitahu bahwa dengan sedikit berjalan memasuki daratan, mereka akan tiba di jalan kecil yang menuju desa melalui jalan belakang. Setibanya di sana dan mengabar dari pintu ke pintu, perintis-perintis itu menerima sambutan yang lebih baik. Banyak penduduk desa yang mengambil seluruh kumpulan buku, sehingga membuat imam setempat kecewa sekali.

Balai Kerajaan Terpencil Dibangun

Pada waktunya perintis-perintis yang berani itu sampai di suatu daerah di Amazon tempat perbatasan dari tiga negara bertemu. Tiga desa, semuanya berada dalam jarak yang berdekatan, membuat pusat perbelanjaan yang ramai di sana. Mereka adalah Caballococha di Peru, Leticia di Colombia, dan Tabatinga di wilayah Brasilia. Ijin masuk ke kota-kota itu mudah diperoleh, karena ketentuan pemilikan paspor tidak terlalu diperhatikan di daerah yang begitu jauh masuk ke pedalaman.

Di Tabatinga, diketahui ada dua orang saudari perintis Brasilia sedang mengerjakan kota itu. Mereka mempunyai kelompok kecil yang berminat untuk berhimpun bersama tetapi tidak memiliki tempat untuk berhimpun. Kedua saudari memohon kepada para saudara untuk tetap tinggal dan memberikan khotbah-khotbah di daerah itu, yang mereka terima dan lakukan dengan senang hati. Dari pembicaraan selanjutnya menjadi jelas bahwa ada cukup sumbangan dari kelompok itu untuk membeli kayu dan mendirikan bangunan kecil di atas tanah yang disumbangkan. Saudari-saudari itu telah menemukan lokasi sebuah kilang gergaji di sebelah atas sungai tempat seorang pria yang berminat telah berjanji menjual kayu dengan harga murah. Dibutuhkan dua kali perjalanan dengan El Refugio untuk menurunkan kayu. Dalam 15 hari, para sukarelawan membangun sebuah Balai Kerajaan yang cukup besar untuk menampung 80 orang. Awak kapal menyumbangkan atril mereka atau tempat pengkhotbah berdiri, dan beberapa bangku untuk menampung kelompok yang bergairah itu. Betapa berbahagia mereka karena akhirnya memiliki tempat berhimpun sendiri!

Masih banyak daerah yang perlu dicapai di sepanjang Sungai Amazon dan anak-anak sungainya. Mereka yang mengindahkan undangan orang Makedonia ”untuk memberitakan kabar baik” di daerah-daerah yang jauh ini diberkati dengan limpah. (Kisah 16:9, 10) Sekarang El Refugio mempunyai awak kapal baru terdiri dari perintis-perintis. Mereka juga memiliki keyakinan penuh bahwa Yehuwa akan membimbing dan melindungi mereka dalam dinas suci mereka.

[Peta di hlm. 21]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

COLOMBIA

Leticia

PERU

Iquitos

Amazon

Marañón

Ucayali

BRAZIL

Tabatinga

[Gambar di hlm. 22]

Para perintis dari ”El Refugio” membawa kebenaran yang memberikan kehidupan kepada orang-orang di sepanjang Sungai Amazon

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan