PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w99 15/12 hlm. 26-29
  • Gilead Mengirim Utusan Injil ”ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Gilead Mengirim Utusan Injil ”ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi”
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Melayani Yehuwa dan Sesama dengan Setia
  • Pengingat yang Hangat dari para Instruktur
  • Para Utusan Injil Berpengalaman Memberikan Keyakinan
  • Menghindari Tulah yang Membunuh Kerohanian
  • Mewisuda Siswa-Siswa Firman Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Semangat Kerelaan Menghantarkan Orang-Orang ke Gilead
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2001
  • Termotivasi untuk Melayani
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
  • Hari Wisuda​—Hari yang Indah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2004
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
w99 15/12 hlm. 26-29

Gilead Mengirim Utusan Injil ”ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi”

SUDAH lebih dari setengah abad Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal mengirim utusan-utusan injil. Pada tanggal 11 September 1999, kelas ke-107 Gilead diwisuda. Kelas itu terdiri dari 48 siswa dari 11 negara, dan mereka ini ditugaskan untuk melayani di 24 negeri. Mereka akan bergabung dengan ribuan utusan injil lainnya, yang telah berperan penting dalam menggenapi kata-kata terakhir Yesus sebelum kenaikannya ke surga. Ia menubuatkan bahwa murid-muridnya akan ”menjadi saksi[-nya] . . . ke bagian yang paling jauh di bumi”.​—Kisah 1:8.

Acara wisuda, yang diselenggarakan di Pusat Pendidikan Menara Pengawal di Patterson, New York, benar-benar peristiwa yang megah di tengah-tengah lingkungan yang asri. Siswa-siswa yang diwisuda sangat gembira karena acara ini dihadiri kerabat, sahabat, dan tamu-tamu. Acara itu dihadiri oleh 4.992 undangan, termasuk yang mendengarkan dan menyaksikannya melalui audio dan video di kompleks Brooklyn dan Wallkill.

Melayani Yehuwa dan Sesama dengan Setia

”Siapakah yang Berada di Pihak Yehuwa?” Itulah tema sambutan yang disampaikan oleh Carey Barber, seorang anggota Badan Pimpinan dan ketua acara wisuda. Ia menjelaskan bahwa pertanyaan itu diperhadapkan kepada bangsa Israel di zaman Musa. Para wisudawan serta para hadirin diingatkan bahwa banyak orang Israel tewas di padang belantara karena mereka tidak lagi berpihak dengan loyal pada Yehuwa. Setelah terjerat oleh penyembahan berhala, mereka ”duduk untuk makan dan minum. Lalu mereka bangkit untuk bersenang-senang”. (Keluaran 32:​1-​29) Yesus memperingatkan orang-orang Kristen tentang bahaya yang sama, ”Perhatikanlah dirimu sendiri agar hatimu jangan sekali-kali menjadi sarat dengan makan berlebihan dan minum berlebihan dan kekhawatiran hidup, dan dengan tiba-tiba hari itu dalam sekejap menimpa kamu.”​—Lukas 21:34-36.

Pembicara berikutnya, Gene Smalley, dari Departemen Penulisan, bertanya kepada para wisudawan, ”Apakah Saudara Akan Terbukti Sebagai Seorang Paregorik?” Ia menjelaskan bahwa kata Yunani pa·re·go·riʹa diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi nama ramuan obat yang mengurangi kegelisahan. Akan tetapi, rasul Paulus menggunakan kata Yunani yang penuh makna ini di Kolose 4:11 untuk mengumpamakan rekan-rekan sekerjanya. Dalam Terjemahan Dunia Baru, kata ini telah diterjemahkan menjadi ”membantu menguatkan”.

Di tempat tugas mereka, para utusan injil ini dapat menjadi paregorik zaman modern dengan cara yang sangat praktis, yaitu, dengan rendah hati membantu menguatkan saudara-saudari di sana dan dengan memperlihatkan semangat kerja sama yang pengasih sewaktu bergaul dengan sesama utusan injil.

Daniel Sydlik, seorang anggota Badan Pimpinan, menjadi pembicara berikutnya dengan pokok bahasan ”Hidup Selaras Dengan Aturan Emas”. Ia menjelaskan bahwa prinsip luhur yang disampaikan oleh Yesus di Matius 7:12, ”segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga harus kamu lakukan kepada mereka”, termasuk melakukan hal-hal yang positif untuk orang lain, tidak sekadar menahan diri dari merugikan orang lain.

Agar dapat sukses melakukan hal ini, dituntut tiga hal: mata yang jeli, hati yang simpatik, dan tangan yang suka menolong. Sebagai kesimpulan, ia mengatakan, ”Jika timbul hasrat untuk membantu, kita hendaknya segera membantu. Kita hendaknya tidak segan-segan mengerahkan diri untuk orang lain seperti yang kita inginkan supaya mereka lakukan kepada kita.” Hal ini teramat penting bagi para utusan injil yang akan pergi ke negeri-negeri lain untuk membantu orang-orang mempraktekkan Kekristenan sejati.

Pengingat yang Hangat dari para Instruktur

Instruktur Gilead, Karl Adams, menganjurkan para utusan injil yang baru diwisuda untuk ”Terus Bertumbuh”. Dalam hal apa? Pertama, dalam pengetahuan dan dalam kesanggupan untuk menggunakannya dengan tepat. Di Gilead, para siswa telah belajar caranya melakukan riset untuk mengetahui latar belakang dan situasi suatu kisah Alkitab. Mereka telah dibimbing untuk memikirkan bagaimana setiap kisah hendaknya mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka diimbau untuk terus melakukan hal ini.

”Kedua, teruslah bertumbuh dalam kasih. Kasih akan bertumbuh bila dipupuk. Bila diabaikan, kasih dapat mati,” kata Saudara Adams. (Filipi 1:9) Sekarang, sebagai utusan injil, mereka perlu bertumbuh dalam kasih di bawah berbagai keadaan. Dan, ketiga, ”Teruslah bertumbuh dalam kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh dan dalam pengetahuan tentang Tuan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 3:18) ”Inilah kebaikan hati yang menakjubkan yang Yehuwa pertunjukkan melalui putra-Nya,” kata pembicara tersebut. ”Seraya penghargaan kita akan kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh tersebut bertumbuh, kita akan semakin senang melakukan kehendak Allah dan melaksanakan apa yang ditugaskan-Nya kepada kita.”

Seorang instruktur Gilead lainnya, Mark Noumair, berbicara tentang tema ”Terimalah Dengan Kasih, Maka Saudara Dapat Bertahan”. Ia menganjurkan, ”Belajarlah menerima situasi-situasi sulit dalam kehidupan utusan injil dengan penuh kasih, maka saudara akan sanggup bertahan. Yehuwa hanya mendisiplin orang-orang yang dikasihi-Nya. Bahkan, jika saudara merasa beberapa saran tidak bermutu, terlalu dicari-cari, atau tidak adil, kasih akan Yehuwa dan kasih akan hubungan saudara dengan-Nya akan membantu saudara untuk menerimanya.”

Saudara Noumair menunjukkan bahwa dinas utusan injil mencakup banyak kewajiban. ”Tetapi, kewajiban tanpa kasih akan membuat saudara tidak puas. Tanpa kasih, kewajiban saudara di rumah​—seperti memasak, berbelanja, mencuci buah, menjerang air​—dapat sangat membebani. Saudara harus meluangkan waktu sejenak untuk bertanya, ’Mengapa saya melakukan semua ini?’ Nah, jika saudara mengatakan kepada diri sendiri, ’Upaya-upaya saya ini turut membuat rekan-rekan utusan injil saya sehat dan bahagia’, maka tugas itu tidak akan terasa berat.” Sebagai ringkasan, ia mengatakan, ”Entah itu soal menerima disiplin, menunaikan komitmen utusan injil saudara, atau menangani kesalahpahaman, saudara akan dapat bertekun dalam tugas bila menghadapinya dengan kasih. ’Kasih tidak berkesudahan’.”​—1 Korintus 13:8.

Instruktur Gilead, Wallace Liverance, selanjutnya menjadi moderator untuk peragaan beberapa pengalaman menyenangkan yang dialami para siswa selagi bergabung dengan sidang setempat. Selain berkunjung dari rumah ke rumah, mereka menggunakan kesempatan pelatihan utusan injil ini untuk menemui orang-orang di pangkalan truk, ruang cuci swalayan, stasiun kereta api, dan lokasi-lokasi lain.

Para Utusan Injil Berpengalaman Memberikan Keyakinan

Haruskah para utusan injil baru cemas karena akan pergi ke negeri asing? Dapatkah mereka mengatasi tantangan dalam penugasan di negeri asing? Apa yang dilakukan kantor-kantor cabang untuk membantu para pendatang baru ini agar sukses? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan yang lainnya, Steven Lett, dari Departemen Dinas, dan David Splane, dari Departemen Penulisan, mewawancarai saudara-saudara yang sedang mengikuti sekolah kantor cabang di Pusat Pendidikan Menara Pengawal. Saudara-saudara yang diwawancarai melayani sebagai anggota panitia cabang di Spanyol, Hong Kong, Liberia, Benin, Madagaskar, Brasil, dan Jepang.

Pelayan-pelayan berpengalaman dari Yehuwa ini, yang kebanyakan di antaranya pernah menjadi utusan injil selama berpuluh-puluh tahun, membesarkan hati para wisudawan juga orang-tua serta kerabat mereka yang hadir. Berdasarkan pengalaman pribadi para pelayan yang berpengalaman itu dan pengalaman rekan-rekan utusan injil mereka, mereka memperlihatkan bahwa masalah dan kekhawatiran dapat diatasi dengan sukses. Masalah yang mereka hadapi mungkin besar, ”tetapi dapat terpecahkan, dan Lembaga membantu kita”, komentar Raimo Kuokkanen, seorang utusan injil di Madagaskar. ”Kami tidak memilih tugas ini, kami menerimanya,” kata Östen Gustavsson, yang sekarang melayani di Brasil. ”Jadi, kami bertekad untuk sebisa mungkin bertekun.” James Linton, yang melayani di Jepang, mengatakan bahwa yang membantunya adalah, ”kehadiran saudara-saudara yang telah lebih dahulu melayani sebagai utusan injil”. Dinas utusan injil adalah suatu cara yang menyenangkan dan membahagiakan untuk melayani Yehuwa dan untuk memelihara domba-Nya.

Menghindari Tulah yang Membunuh Kerohanian

Theodore Jaracz, seorang anggota Badan Pimpinan, lulusan kelas ke-7 Gilead pada tahun 1946, memberikan khotbah penutup, dengan tema ”Tantangan untuk Tetap Menghidupkan Kerohanian”. Setelah menyoroti kekejaman mengerikan yang terjadi di berbagai belahan dunia, ia menunjukkan bahwa sebenarnya bencana-bencana yang terburuk sedang menimpa umat manusia.

Sambil merujuk ke Mazmur 91, Saudara Jaracz mengidentifikasi ”sampar” dan ”kebinasaan” yang telah membuat jutaan orang di sekitar kita sakit dan terbunuh secara rohani. Iblis dan sistemnya yang fasik telah menggunakan propaganda yang menyerupai sampar, yang berlandaskan intelektualisme dan materialisme, untuk melemahkan dan membunuh kerohanian, tetapi Yehuwa meyakinkan kita bahwa tulah ini tidak akan mendekati ”siapa pun yang tinggal di tempat rahasia milik Yang Mahatinggi”.​—Mazmur 91:1-7.

”Tantangannya,” kata Saudara Jaracz, ”adalah untuk tetap sehat dalam iman, untuk tetap di tempat yang aman. Kita tidak boleh menjadi seperti para pengejek yang ’tidak memiliki kerohanian’. Nah, inilah masalahnya dewasa ini. Masalah yang dihadapi oleh kita semua yang berada dalam organisasi. Saudara juga dapat menemui masalah yang serupa selama bertugas sebagai utusan injil.” (Yudas 18, 19) Tetapi, para utusan injil yang baru diwisuda ini diberi tahu bahwa mereka dapat mempertahankan kerohanian dengan sukses di tempat tugas mereka. Misalnya, mereka didesak untuk memikirkan bagaimana saudara-saudara kita bertekun di Rusia, Asia, dan negeri-negeri Afrika​—meskipun ada pelarangan, perlawanan yang sengit, cercaan, propaganda ateistis, dan tuduhan-tuduhan palsu. Dan, dalam banyak kasus, ditambah dengan masalah-masalah kesehatan akibat pertikaian antaretnik dan kekurangan kebutuhan pokok.

Jika kerohanian mulai surut, ”sangat penting untuk mencari penyebab masalahnya dan berupaya mengatasinya, dengan menggunakan nasihat Firman Allah”. Ia memberikan contoh-contoh Alkitab. Yosua dianjurkan untuk membaca salinan Hukum dengan penghayatan setiap hari. (Yosua 1:8) Sewaktu buku Hukum ditemukan pada zaman Yosia, Yehuwa memberkati upaya mereka untuk menerapkan dengan setia petunjuk-petunjuknya. (2 Raja 23:2, 3) Timotius sudah mengenal tulisan-tulisan kudus sejak bayi. (2 Timotius 3:14, 15) Orang-orang Berea tidak hanya menjadi pendengar yang baik; mereka dianggap ”berbudi luhur” karena memeriksa Tulisan-Tulisan Kudus setiap hari. (Kisah 17:10, 11) Dan, Yesus Kristus adalah contoh paling menonjol sebagai pribadi yang mengenal dan menggunakan Firman Allah.​—Matius 4:1-11.

Sebagai penutup, Saudara Jaracz dengan hangat mengingatkan para utusan injil baru, ”Sekarang saudara sudah siap untuk melaksanakan tugas utusan injil. Dan, saudara akan berangkat ke luar negeri, dan dalam arti yang sangat harfiah, ke berbagai pelosok bumi. Jika kita menghadapi tantangan untuk terus hidup secara rohani, maka kita tidak akan membiarkan apa pun menyimpangkan kita dari melaksanakan apa yang sudah menjadi tekad kita. Saudara akan mengabar dengan bergairah, mengilhami orang-orang lain untuk meniru iman saudara, dan kami mendoakan semoga orang-orang yang saudara ajar dihidupkan Yehuwa sebagaimana Ia melakukan hal itu pada diri kita. Dan, dengan demikian lebih banyak lagi yang dapat luput dari bencana rohani yang sekarang sedang melanda seluruh dunia. Mereka akan turut dengan kita dalam menambah jumlah orang-orang yang melakukan kehendak Yehuwa. Dan, semoga Yehuwa memberkati saudara sampai ke akhir.”

Setelah ketua membacakan salam dari berbagai negeri di seluruh dunia, tibalah waktunya untuk memberikan diploma kepada para wisudawan. Kemudian, disusul pembacaan surat penghargaan yang hangat dari para siswa. Mereka benar-benar bersyukur kepada Yehuwa dan organisasi-Nya karena pelatihan istimewa yang mereka terima dan untuk tugas yang mereka masing-masing terima sebagai utusan injil, yaitu, pergi ”ke bagian yang paling jauh di bumi”!​—Kisah 1:8.

[Kotak di hlm. 29]

Statistik Kelas

Jumlah negara yang diwakili: 11

Jumlah negeri tujuan penugasan: 24

Jumlah siswa: 48

Jumlah pasangan suami-istri: 24

Rata-rata usia: 34

Rata-rata tahun dalam kebenaran: 17

Rata-rata tahun dalam dinas sepenuh waktu: 12

[Keterangan di hlm. 26]

Lulusan Kelas ke-107 Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal

Dalam daftar di bawah ini, nomor baris berurut dari depan ke belakang, dan nama berurut dari kiri ke kanan dalam setiap baris.

1. Peralta, C.; Hollenbeck, B.; Shaw, R.; Hassan, N.; Martin, D.; Hutchinson, A. 2. Edwards, L.; Vezer, T.; Ceruti, Q.; Entzminger, G.; D’Aloise, L.; Baglieri, L. 3. Knight, P.; Krause, A.; Kasuske, D.; Rose, M.; Friedl, K.; Nieto, R. 4. Rose, E.; Backus, T.; Talley, S.; Humbert, D.; Bernhardt, A.; Peralta, M. 5. D’Aloise, A.; Humbert, D.; Dunn, H.; Gatling, G.; Shaw, J.; Ceruti, M. 6. Baglieri, S.; Krause, J.; Hollenbeck, T.; Martin, M.; Bernhardt, J.; Hutchinson, M. 7. Backus, A.; Dunn, O.; Gatling, T.; Vezer, R.; Knight, P.; Hassan, O. 8. Nieto, C.; Talley, M.; Friedl, D.; Kasuske, A.; Edwards, J.; Entzminger, M.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan