PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb03 hlm. 66-149
  • Nikaragua

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Nikaragua
  • Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 2003
  • Subjudul
  • Awalnya Tetesan Air
  • Kantor Cabang Didirikan
  • Para Penentang Sukses Sekejap
  • Tantangan bagi Para Utusan Injil yang Mula-Mula
  • Wawancara dengan Uskup Matagalpa
  • Para Perintis Istimewa yang Tak Kenal Lelah
  • Gempa Tahun 1972 di Managua
  • Kasih Kristen Beraksi untuk Menyelamatkan
  • Para Utusan Injil Menjadi Teladan dalam Kasih dan Persatuan
  • Diuji oleh Kobaran Revolusi Politik
  • Penangkapan dan Deportasi
  • Kantor Cabang Ditutup
  • Dibatasi, Bukan Dilarang
  • Diawasi oleh Mata-Mata Lingkungan Tetangga
  • Berhati-hati tetapi Berani
  • Penyitaan dan Penangkapan
  • Wajib Militer Menguji Kaum Muda Kristen
  • Membela Pendirian Mereka yang Netral
  • Percetakan Bawah Tanah
  • Bengkel Percetakan
  • Beberapa Kenangan Berharga
  • Wanita-Wanita Rohani yang Berani
  • Anak-Anak yang Loyal dan Dapat Diandalkan
  • Benih Kerajaan Ditabur di Penjara
  • Mengurus Kebutuhan Rohani para Tahanan
  • Dibaptis dalam Drum
  • Bahasa Isyarat Penjara
  • Makanan Rohani Memelihara para Tahanan
  • Tetap Kuat secara Rohani di dalam Penjara
  • Pembatasan Tidak Menghentikan Pekerjaan Pengabaran
  • Pembatasan Dicabut
  • Meminta Pengembalian Properti
  • Menanggulangi Bencana-Bencana Alam
  • Nikaragua ”yang Lain”
  • Berita Kerajaan Menjangkau Daerah yang Jauh
  • Kebutuhan akan Saudara-Saudara yang Berpengalaman
  • Pertemuan Nasional yang Menggetarkan
  • Membela Hak Kita untuk Menerima Perawatan Medis Nondarah
  • Bertekad untuk Terus Maju
Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 2003
yb03 hlm. 66-149

Nikaragua

Nikaragua cocok digambarkan sebagai firdaus tropis. Pesisir bagian timurnya menghadap ke perairan Laut Karibia yang jernih dan berwarna hijau kebiru-biruan. Pesisir baratnya tersapu gelombang yang datang bergulung-gulung dari Samudra Pasifik yang sangat luas. Apabila dilihat dari atas, negeri ini bagaikan mosaik yang terdiri dari hutan, perladangan, dan sungai, dengan banyak danau yang ditatah seperti permata dalam kawah gunung-gunung berapi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Namun, danau-danau itu tampak seperti kubangan-kubangan kecil berwarna biru bila dibandingkan dengan dua danau raksasa di sana​—Danau Nikaragua dan Danau Managua. Dengan luas 8.200 kilometer persegi, Danau Nikaragua saja meliputi lebih dari 6 persen seluruh negeri itu!

Ibu kotanya, Managua, terletak di pesisir selatan Danau Managua, yang luasnya kira-kira 1.000 kilometer persegi. Dengan tepat, dalam salah satu bahasa pribumi, ”Managua” berarti ”tempat yang memiliki perairan luas”. Sebagai pusat pemerintahan dan bisnis, Managua berpenduduk kira-kira satu juta orang​—20 persen dari lima juta penduduk negeri itu. Kota ini terletak di dataran rendah sempit yang berbatasan dengan Samudra Pasifik, dan ditinggali sekitar 60 persen orang Nikaragua. Tiga puluh persennya lagi tinggal di dataran tinggi di bagian tengah, dan selebihnya​—kurang dari 10 persen​—tinggal lebih jauh ke timur dalam dua kawasan otonomi yang jarang penduduknya tetapi meliputi setengah wilayah nasional.

Di perbatasan selatan Nikaragua, tanah genting Amerika Tengah menyempit, sehingga Laut Karibia dan Samudra Pasifik hanya terpisah sejauh 220 kilometer. Tetapi, karena Sungai San Juan mengalir dari Danau Nikaragua ke Laut Karibia, hanya Tanah Genting Rivas selebar 18 kilometer yang memisahkan danau itu dari Samudra Pasifik. Sebelum pembangunan Terusan Panama, jalan air Sungai San Juan-​Danau Nikaragua adalah rute populer bagi penjelajah, sehingga kawasan itu menjadi incaran banyak orang. Sebenarnya, sejarah menyingkapkan bahwa negeri itu telah mendapat pengaruh dari banyak bangsa, termasuk Maya, Aztek, Toltek, dan Chibcha, selain kekuasaan-kekuasaan asing​—Spanyol, Prancis, Inggris Raya, Belanda, Amerika Serikat, dan Uni Soviet.

Pengaruh banyak suku dan kebangsaan tampak dalam masyarakat Nikaragua yang multibahasa dan multibudaya. Meskipun penduduk di kawasan yang berbatasan dengan Samudra Pasifik terutama terdiri dari orang mestizo berbahasa Spanyol, yakni keturunan campuran orang Spanyol dan penduduk pribumi, kawasan yang berbatasan dengan Laut Karibia benar-benar multietnik. Sejumlah besar orang Miskito, Kreol, dan mestizo tinggal berdampingan dengan populasi yang lebih kecil, yakni orang Sumo, Rama, dan Garifuna​—kelompok keturunan Afro-Karibia. Meskipun kebanyakan komunitas ini mempertahankan bahasa dan budaya tradisionalnya, orang-orangnya lugu, terbuka, dan ramah. Mereka juga sangat religius, dan banyak yang mengasihi Alkitab.

Seraya membaca kisah ini, kita akan melihat bahwa karakter orang Nikaragua juga telah dibentuk oleh kesengsaraan, baik akibat alam maupun ulah manusia. Misalnya, dua kali pada abad yang lalu, Managua diratakan oleh gempa bumi yang berasal dari tanah genting di sisi Samudra Pasifik. Nikaragua bagian timur telah menderita bencana alam jenis lain​—badai-badai destruktif yang terbentuk di Samudra Atlantik. Selain itu, perang sipil, revolusi politik, dan pemerintah diktator yang bengis telah menambah kesengsaraan.

Namun, air murni kebenaran Alkitab telah mengalir masuk ke dalam negeri indah yang punya banyak danau dan sungai ini, membawa penghiburan dan harapan kepada ribuan orang yang berhati jujur. (Pny. 22:17) Ya, arus deras persediaan rohani yang mengalir di Nikaragua dewasa ini membuktikan berkat Yehuwa yang limpah atas pekerjaan pemberitaan Kerajaan di negeri ini, khususnya bila mengingat bahwa enam dekade yang lalu, kabar baik hanyalah seperti tetesan air.

Awalnya Tetesan Air

Pada tanggal 28 Juni 1945, Francis dan William Wallace, kakak-beradik lulusan Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal kelas pertama, tiba di Managua. Mereka memulai pengabaran kabar baik yang terorganisasi di Nikaragua dan mempersiapkan jalan bagi para utusan injil yang akan datang. Tetapi, bukan mereka yang memperkenalkan berita Kerajaan ke negeri itu, karena pada tahun 1934, seorang saudari perintis yang berkunjung telah menempatkan publikasi di Managua dan di bagian-bagian lain negeri itu. Meskipun demikian, hingga tahun 1945, sangat sedikit orang yang telah mendengar tentang Saksi-Saksi Yehuwa.

Sewaktu Wallace bersaudara turun ke lapangan, mereka menggunakan fonograf portabel dan memutar rekaman-rekaman Alkitab​—sesuatu yang cukup baru dan tidak lazim pada masa itu di Nikaragua! Oleh karena itu, pada bulan pertama, 705 orang mendengarkan berita Kerajaan.

Pada bulan Oktober tahun yang sama, empat utusan injil lagi tiba​—pasangan suami istri, Harold dan Evelyn Duncan serta Wilbert dan Ann Geiselman. Dengan hasrat memberitakan Kerajaan dalam berbagai cara yang memungkinkan, mereka merencanakan serangkaian perhimpunan umum. Jadi, pada bulan November 1945, orang Nikaragua disapa di jalan oleh orang yang membagi-bagikan selebaran berisi undangan untuk menghadiri sebuah ceramah Alkitab. Meskipun terancam bubar oleh huru-hara politik dan tawuran jalanan yang terjadi tidak jauh dari situ, perhimpunan tersebut berlangsung dengan damai, dan lebih dari 40 orang mendengarkan khotbah umum pertama itu. Sementara itu, Pelajaran Menara Pengawal dan Perhimpunan Dinas mingguan mulai diselenggarakan di rumah utusan injil.

Tahun 1946 adalah masa bahagia bagi para utusan injil dan orang-orang yang pertama kali menyambut berita Alkitab. Salah satunya adalah Arnoldo Castro yang berusia 24 tahun, yang sambil tersenyum mengenang bagaimana ia pertama-tama mengetahui kebenaran Alkitab. Ia menuturkan, ”Saya dan teman-teman sekamar saya, Evaristo Sánchez dan Lorenzo Obregón, memutuskan untuk belajar bahasa Inggris bersama-sama. Kemudian, pada suatu hari, Evaristo pulang dari pasar sambil melambaikan sebuah buku dan berkata, ’Saya telah menemukan seorang Amerika yang akan mengajari kita bahasa Inggris!’ Tentu saja, bukan itu yang dimaksud sang ’guru’, tetapi itulah yang dikira Evaristo. Jadi, ketika jamnya tiba, kami bertiga dengan gembira menanti-nantikan pelajaran bahasa Inggris. Sang ’guru’, utusan injil Wilbert Geiselman, terkejut campur senang sewaktu mendapati ’siswa-siswa Alkitab’ yang antusias sedang menunggunya, siap dengan buku di tangan.”

”Bukunya adalah ’The Truth Shall Make You Free’, yang kami pelajari dua kali seminggu,” kata Arnoldo menjelaskan. ”Pada akhirnya, kami tidak banyak belajar bahasa Inggris, tetapi kami belajar kebenaran Alkitab.” Arnoldo dibaptis pada bulan Agustus 1946 dalam sebuah kebaktian di Cleveland, Ohio, AS, kemudian kembali ke Nikaragua untuk memulai dinas perintis. Pada akhir tahun itu, kedua teman sekamarnya juga dibaptis.

Evaristo Sánchez, yang kini berusia 83 tahun, dengan sukacita mengenang masa-masa awal itu. ”Pada mulanya,” katanya, ”kami tidak memiliki tempat untuk berhimpun. Tetapi, jumlah kami hanya sedikit, maka kami berhimpun di tempat tinggal para utusan injil. Belakangan, sebuah rumah bertingkat dua disewa, dan 30 hingga 40 orang berhimpun di sana secara teratur.”

Ketiga pemuda ini adalah orang Nikaragua pertama yang menyertai para utusan injil dalam dinas, mula-mula di Managua dan kemudian di daerah-daerah terpencil. Pada waktu itu, Managua, yang berpenduduk sekitar 120.000 orang, lebih kecil daripada sekarang. Satu-satunya tempat beraspal adalah kawasan yang terdiri dari 12 blok di pusat kota. ”Kami berjalan kaki,” kenang Evaristo. ”Tidak ada bus, tidak ada jalan beraspal, hanya ada rel kereta api dan jalan bagi gerobak sapi. Jadi, bergantung pada apakah keadaan sedang musim kering atau musim hujan, kaki kami akan berlapis debu atau lumpur.” Tetapi, upaya mereka diberkati sewaktu 52 orang menghadiri Peringatan pada bulan April 1946.

Kantor Cabang Didirikan

Pada bulan yang sama itu, Nathan H. Knorr dan Frederick W. Franz, dari kantor pusat di Brooklyn, mengunjungi Nikaragua untuk pertama kalinya. Dalam kunjungan empat hari ini, sebanyak 158 orang hadir untuk mendengarkan ceramah umum Saudara Knorr yang berjudul ”Bergembiralah, Hai, Bangsa-Bangsa”. Saudara Franz menerjemahkan khotbah itu ke dalam bahasa Spanyol. Sebelum berangkat, Saudara Knorr mengatur agar kantor cabang Saksi-Saksi Yehuwa didirikan di Nikaragua untuk mengawasi pekerjaan. William Eugene Call, yang berusia 26 tahun dan baru dipindahkan dari Kosta Rika, dilantik menjadi hamba cabang.

Selama puluhan tahun berikutnya, kantor cabang mendirikan rumah-rumah utusan injil di tempat seperti Jinotepe, Masaya, León, Bluefields, Granada, dan Matagalpa. Penyelenggaraan juga dibuat bagi seorang pengawas wilayah untuk mengunjungi sidang-sidang dan kelompok-kelompok yang baru dibentuk guna menguatkan dan menganjurkan saudara-saudara.

Para Penentang Sukses Sekejap

Gairah saudara-saudara segera membuahkan hasil, yang meresahkan para pemimpin agama Susunan Kristen. Tanda-tanda awal tentangan bermula di Bluefields, sebuah kota di Pesisir Karibia tempat dua utusan injil ditugasi. Puncaknya terjadi pada tanggal 17 Oktober 1952, sewaktu dikeluarkan perintah yang menentang Saksi-Saksi Yehuwa. Perintah yang melarangkan semua kegiatan Saksi itu ditandatangani oleh seorang pejabat Departemen Imigrasi tetapi atas hasutan pemimpin agama Katolik.

Para utusan injil di Bluefields, León, Jinotepe, dan Managua diberi tahu tentang perintah itu. Berbagai permintaan banding yang diajukan ke kalangan berwenang yang terkait​—termasuk presiden pada waktu itu, Anastasio Somoza García​—ternyata gagal. Saudara-saudara mulai berhimpun dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil, pembagian majalah di jalan dihentikan, dan publikasi di kantor cabang disebarkan ke lokasi-lokasi yang aman. Musuh-musuh agama kita berhasil membuat pekerjaan dilarang dengan mengajukan tuduhan palsu bahwa Saksi-Saksi Yehuwa adalah Komunis. Seorang pengacara disewa untuk meminta banding ke Mahkamah Agung.

Meskipun beberapa saudara menyerah kepada rasa takut akan manusia, mayoritas berpendirian teguh. Para utusan injil yang matang dan tidak gentar ini bagaikan menara kekuatan bagi saudara-saudara setempat, yang menaati Firman Allah dengan terus mengabar dan berhimpun bersama. (Kis. 1:8; 5:29; Ibr. 10:24, 25) Kemudian, pada tanggal 9 Juni 1953​—setelah pelarangan berlangsung hanya delapan bulan—​mahkamah agung secara bulat menjatuhkan keputusan yang menguntungkan Saksi-Saksi Yehuwa, meneguhkan kembali hak konstitusional untuk bebas beribadat dan berbicara. Persekongkolan itu gagal total.

Tantangan bagi Para Utusan Injil yang Mula-Mula

Tentangan para pemimpin agama bukanlah satu-satunya tantangan yang mengadang para utusan injil yang mula-mula. Perhatikan contoh Sydney dan Phyllis Porter, para lulusan Gilead kelas ke-12. Setibanya mereka di Nikaragua pada bulan Juli 1949, Sydney dilantik untuk melayani sebagai pengawas wilayah atas sebuah wilayah yang mencakup seluruh negeri itu. Ia melukiskan seperti apa pekerjaan keliling pada saat itu. ”Kami menggunakan kereta api dan bus untuk transportasi. Karena sering kali tidak ada saudara sehingga tidak ada tempat menginap, kami membawa seprai dan sebuah kompor kecil portabel untuk menjerang air dan memasak. Sering kali, kami meninggalkan kantor cabang selama sepuluh minggu sekali jalan. Namun, daerahnya sedemikian suburnya sehingga kami agak kewalahan menindaklanjuti para peminat di beberapa daerah. Misalnya, sewaktu belakangan kami melayani wilayah Managua, Phyllis memimpin 16 pengajaran Alkitab! Bagaimana ia mengatur waktunya? Ia memimpin pengajaran pada hari liburnya dan pada sore hari di luar hari perhimpunan.” Sungguh berdedikasi para utusan injil yang mula-mula itu!

Doris Niehoff, yang tiba pada tahun 1957, mengatakan tentang kesan pertamanya, ”Pada waktu itu akhir Maret, musim kering, maka daerah luar kota tampak bernuansa cokelat. Kala itu, hanya ada sedikit sekali mobil; sebaliknya, setiap orang menunggang kuda​—dan membawa pistol! Rasanya seperti masuk ke studio film koboi. Pada masa itu, hanya sedikit orang yang kaya, sedangkan kebanyakan orang tergolong miskin. Yang memperparah keadaan ialah Nikaragua sedang berperang dengan Honduras untuk memperebutkan suatu wilayah, dan enam bulan sebelum saya tiba, Presiden Somoza García dibunuh dan negeri itu pun berada di bawah undang-undang darurat.”

”Saya ditugasi ke León, sebuah kota pelajar,” Doris melanjutkan. ”Karena saya tidak terlalu mengerti bahasa Spanyol, para mahasiswa senang mempermainkan saya. Misalnya, sewaktu saya menawarkan untuk mengunjungi kembali beberapa mahasiswa guna berbicara tentang Alkitab, mereka menjawab ya tetapi tertawa-tawa sewaktu memberi tahu saya ’nama’ mereka. Yang satu memperkenalkan diri menggunakan nama sang pembunuh presiden, dan yang lain menggunakan nama salah seorang gerilyawan terkenal! Untung saja saya tidak dijebloskan ke dalam penjara sewaktu saya kembali dan meminta bertemu dengan para mahasiswa yang memberi saya nama-nama itu!”

Wawancara dengan Uskup Matagalpa

Kira-kira 130 kilometer di sebelah utara Managua, kota Matagalpa terlindung di balik perbukitan kawasan perkebunan kopi. Empat utusan injil ditugasi ke sana pada tahun 1957. Agustín Sequeira, pada waktu itu seorang profesor matematika di sebuah perguruan tinggi yang dikelola oleh para biarawati ordo Josephine, mengingat atmosfer religius di Matagalpa kala itu. Ia menyatakan, ”Mayoritas orang beragama Katolik dan takut kepada para imam, khususnya kepada sang uskup. Uskup ini adalah bapak baptis salah satu anak saya.”

Suasana yang penuh ketakutan ini menyulitkan kantor cabang untuk mendapatkan pemondokan bagi para utusan injil. Misalnya, sewaktu mengatur penyewaan sebuah rumah, kantor cabang memberi tahu pemiliknya, seorang pengacara, bahwa para utusan injil akan sering mengadakan perhimpunan Kristen di sana. ”Tidak ada masalah,” katanya.

Doris Niehoff menceritakan apa yang kemudian terjadi, ”Pada hari kami tiba dengan semua perabotan kami, sang pemilik muncul dengan raut muka khawatir. Ia mengatakan telah mengirimi kami sepucuk telegram yang menyarankan agar kami tidak datang. Mengapa? Sang uskup telah mengancam dia bahwa jika ia menyewakan rumah itu kepada kami, putranya tidak boleh mengikuti sekolah Katolik. Untunglah, kami tidak menerima telegram itu dan telah membayar sewa satu bulan.”

”Kami menemukan rumah lain pada bulan itu, tetapi dengan penuh kesulitan,” Doris menambahkan. ”Sewaktu sang uskup mencoba menekan pemiliknya yang adalah seorang pengusaha setempat yang berani, pengusaha ini menjawab, ’Kalau Anda membayar saya empat ratus cordoba setiap bulan, saya akan usir mereka.’ Tentu saja, sang uskup tidak membayarnya. Namun, tanpa menyerah, ia pergi ke semua toko dan memasang poster, memperingatkan orang-orang agar tidak berbicara kepada Saksi-Saksi Yehuwa. Ia juga menyuruh para pemilik toko untuk tidak melayani kami.”

Terlepas dari gairah para utusan injil ini, tak seorang pun di Matagalpa tampak berhasrat untuk mengambil pendirian demi kebenaran Alkitab. Namun, Agustin, seorang profesor matematika, memiliki banyak pertanyaan yang belum terjawab. Misalnya, ia bertanya-tanya mengapa piramida masih ada sedangkan para Firaun yang membangunnya telah lama mati! Ia masih ingat dengan jelas bahwa seorang utusan injil mengunjunginya dan memperlihatkan kepadanya dari Alkitab jawaban atas berbagai pertanyaannya. Agustín menjelaskan, ”Saya terpesona oleh ayat-ayat yang memperlihatkan bahwa manusia tidak diciptakan untuk mati, tetapi untuk hidup selama-lamanya di bumi firdaus dan bahwa orang mati akan dibangkitkan. Saya segera mengenali bahwa inilah kebenaran.” Bagaimana tanggapan Agustín? ”Saya mulai mengabar kepada setiap orang di perguruan tinggi tempat saya mengajar, termasuk sang kepala sekolah, yang adalah seorang biarawati,” kata Agustín. ”Ia kemudian mengundang saya untuk mengunjunginya pada hari Minggu untuk membahas ’kiamat’. Saya terkejut karena sewaktu tiba, sang uskup Matagalpa sudah ada di sana menunggu saya.”

”Jadi, Kawan,” katanya, ”mereka bilang, kamu sudah mulai kehilangan iman.”

”Iman apa?” jawab saya. ”Iman yang tidak pernah saya miliki? Baru sekarang saya belajar untuk memiliki iman yang sejati.”

Kami pun mengadakan pembahasan selama tiga jam, seraya sang biarawati ikut mendengarkan. Gairah Agustín akan iman yang baru dia temukan menggerakkan dia untuk kadang-kadang bersikap agak blak-blakan. Ia bahkan menyebut kepercayaan non-Kristen jiwa manusia yang tidak berkematian sebagai siasat mencari uang yang mengeksploitasi orang-orang yang lugu. Untuk mengilustrasikan hal itu kepada sang uskup, Agustín mengatakan, ”Bayangkan, misalnya, ibu saya meninggal. Biasanya, saya meminta Anda mengadakan Misa karena jiwanya ada dalam api penyucian. Anda memungut uang dari saya untuk pelayanan itu. Setelah delapan hari, ada Misa lagi. Setahun kemudian, ada lagi, dan seterusnya. Namun, Anda tidak pernah mengatakan kepada saya, ’Kawan, saya tidak akan mengadakan Misa lagi karena jiwa ibu Anda sudah keluar dari api penyucian.’ ”

”Ah!” kata sang uskup, ”Itu karena hanya Allah yang tahu kapan jiwanya keluar!”

”Kalau begitu, bagaimana Anda tahu kapan jiwanya masuk sehingga Anda dapat mulai menarik uang dari saya?” tangkis Agustín.

Dalam pembahasan itu, saat Agustín mulai mengutip ayat lain lagi dari Alkitab, sang biarawati mengatakan kepada uskup, ”Lihat, Monsinyor! Ia menggunakan Alkitab haram; itu dari kaum Lutheran!”

”Tidak,” jawab sang uskup, ”itu Alkitab pemberian saya.”

Seraya pembahasan berlanjut, Agustín terkejut mendengar sang uskup mengatakan bahwa kita hendaknya tidak mempercayai setiap hal dalam Alkitab. ”Seusai pertemuan itu,” kata Agustín, ”saya yakin bahwa para pemimpin agama Susunan Kristen, seperti para pemimpin agama pada zaman Yesus, lebih menyukai tradisi gereja ketimbang Firman Allah.”

Pada bulan Februari 1962, Agustín Sequeira menjadi penyiar terbaptis yang pertama di Matagalpa. Ia terus membuat kemajuan rohani, belakangan melayani sebagai perintis dan penatua, dan sejak tahun 1991 sebagai anggota Panitia Cabang Nikaragua. Mengenai Matagalpa, pada tahun dinas 2002, kota itu memiliki dua sidang yang berkembang pesat dengan total 153 penyiar Kerajaan.

Para Perintis Istimewa yang Tak Kenal Lelah

Banyak orang yang menerima kabar baik Kerajaan Allah tergugah untuk meluaskan pelayanan mereka dengan ambil bagian dalam pekerjaan perintis. Di antaranya adalah Gilberto Solís; istrinya, María Cecilia; dan adik perempuannya, María Elsa. Ketiga-tiganya dibaptis pada tahun 1961, dan empat tahun kemudian mereka menjadi tim perintis istimewa yang sangat efektif. Sembilan sidang di berbagai bagian negeri itu dibentuk atau dikuatkan oleh trio ini. Salah satu tempat tugas mereka adalah Pulau Ometepe di Danau Nikaragua.

Ometepe memiliki luas 276 kilometer persegi dan terbentuk oleh dua gunung berapi, salah satunya setinggi 1.600 meter. Bila dilihat dari atas, gunung-gunung berapi tersebut membuat pulau itu tampak seperti angka delapan. Pada waktu fajar menyingsing, ketiga perintis itu mulai mengerjakan Ometepe dengan naik bus sejauh mungkin dan kemudian berjalan kaki​—sering kali bertelanjang kaki—​di sepanjang pantai berpasir ke banyak desa di pulau itu. Dalam waktu kira-kira 18 bulan, mereka telah mengorganisasi sejumlah kelompok terpencil siswa-siswa Alkitab di segala penjuru Ometepe, yang terbesar ada di Los Hatillos.

Sebelumnya, bercocok tanam tembakau adalah sumber utama penghasilan bagi banyak penyiar baru di Los Hatillos, tetapi sekarang hati nurani mereka yang dilatih Alkitab tidak mengizinkan mereka melakukan pekerjaan itu. Jadi, kebanyakan mengandalkan pekerjaan menangkap ikan, meskipun hal itu berarti penghasilan mereka lebih kecil. Alangkah bersukacitanya keluarga Solís melihat iman semacam itu, selain banyak bukti lain akan berkat Yehuwa yang limpah atas dinas mereka! Sesungguhnya, jumlah penyiar di daerah itu segera bertumbuh menjadi 32, yang menciptakan kebutuhan akan Balai Kerajaan. Alfonso Alemán, salah seorang penyiar baru yang adalah petani semangka, dengan baik hati menawarkan sebidang tanah untuk balai. Tetapi, bagaimana para penyiar di Los Hatillos mendapatkan dana untuk pembangunan?

Gilberto Solís mengorganisasi para sukarelawan untuk menanam biji semangka, yang disediakan Saudara Alemán, di sebidang tanah sumbangan itu. Gilberto menganjurkan kelompok itu agar mengurus ”semangka untuk Yehuwa” ini seraya ia menetapkan teladan dengan ikut bekerja keras. María Elsa, seorang wanita yang mungil tetapi energik, melukiskan bagaimana kelompok kecil penyiar itu mengurus tanaman tersebut. Ia berkata, ”Kami bangun pagi-pagi, sewaktu hari masih gelap, untuk mengairi perkebunan. Kami mendapat tiga panenan yang bagus. Dengan perahunya sendiri, Saudara Alemán membawa semangka itu menyeberangi Danau Nikaragua ke Granada, tempat ia menjualnya dan membeli bahan-bahan bangunan. Dengan cara itulah Balai Kerajaan di Los Hatillos dibangun, dan itulah sebabnya saudara saya menyebutnya balai kecil yang dibuat dari semangka.” Dari awal yang sederhana itu, Pulau Ometepe kini memiliki tiga sidang yang berkembang dengan pesat.

Kerendahan hati, semangat yang positif, dan kebergantungan penuh pada Yehuwa yang diperlihatkan oleh Gilberto, istrinya, dan adik perempuannya menyentuh hati banyak orang. Gilberto sering kali mengatakan, ”Kita hendaknya selalu melihat orang-orang baru seolah-olah mereka itu anak lembu yang masih muda. Mereka menyenangkan tetapi masih lemah. Kita hendaknya tidak pernah menjadi kesal atas kelemahan mereka tetapi, sebaliknya, membantu mereka menjadi kuat.” Sikap yang sedemikian pengasih itu pasti berperan dalam upaya ketiga perintis teladan ini untuk membantu 265 orang membaktikan diri dan dibaptis! Istri Gilberto telah meninggal dalam keadaan setia, dan Gilberto yang berusia 83 tahun mendapati kesehatannya sendiri telah jauh merosot. Namun, hasratnya untuk melayani Yehuwa masih sekuat sebelumnya. Mengenai María Elsa, sewaktu belum lama ini ditanya bagaimana perasaannya setelah 36 tahun melayani sebagai perintis istimewa, ia menjawab, ”Masih seperti pada hari pertama! Saya bersukacita dan selalu bersyukur kepada Yehuwa karena membawa saya ke dalam organisasi-Nya yang kudus dan memberi kami bagian kecil dalam firdaus rohani yang menakjubkan ini.” Selama bertahun-tahun, banyak perintis yang bekerja keras, seperti keluarga Solís, telah menyaksikan banyak buah Kerajaan di Nikaragua, berkat anugerah Yehuwa yang murah hati.

Gempa Tahun 1972 di Managua

Persis lewat tengah malam pada tanggal 23 Desember 1972, Managua diguncang gempa bumi hebat berkekuatan 6,25 skala Richter, yang energinya setara dengan kira-kira 50 bom atom. Kantor cabang terletak di bagian timur Managua, hanya 18 blok dari pusat gempa. ”Semua utusan injil sedang tidur,” kata Levi Elwood Witherspoon, pengawas cabang pada waktu itu. ”Sewaktu guncangan berhenti, kami bergegas ke luar ke tengah jalan. Kemudian, dua guncangan seismik berturut-turut menghantam dengan cepat. Rumah-rumah roboh di sekeliling kami. Gumpalan debu tebal menyelimuti kota, dan di pusat kota, tampak pijaran merah pertanda kobaran besar api.”

Pusat gempa terletak persis di bawah distrik bisnis, dan dalam 30 detik saja, Managua luluh lantak. Orang-orang yang masih hidup mencakar-cakar puing dan reruntuhan agar dapat keluar darinya, berjuang untuk mendapatkan udara. Banyak yang tidak berhasil. Meskipun ada yang memperkirakan korban jiwa sebanyak lebih dari 12.000 orang, jumlah persisnya tidak diketahui. Sekitar 75 persen rumah di Managua hancur, sehingga hampir 250.000 orang menjadi tunawisma. Selama tiga hari setelah gempa, setiap hari sekitar 100.000 orang meninggalkan kota itu.

Kasih Kristen Beraksi untuk Menyelamatkan

Pada siang hari itu juga, kantor cabang telah menerima laporan lengkap dari para pengawas sidang di Managua. Dengan sigap dan harmonis, saudara-saudara yang setia ini sudah mengunjungi setiap anggota sidang untuk memastikan kebutuhan mereka masing-masing. Syukurlah, tidak ada korban jiwa di antara Saksi-Saksi yang berjumlah lebih dari 1.000 orang di kota itu, tetapi lebih dari 80 persen kehilangan rumah mereka.

Kasih Kristen menggerakkan umat Yehuwa di negeri-negeri tetangga untuk segera menolong saudara-saudara mereka, dan dalam waktu kurang dari 22 jam setelah gempa, truk-truk bermuatan makanan, air, obat, dan pakaian tiba di kantor cabang. Sebenarnya, kantor cabang adalah salah satu pusat penyediaan bantuan kemanusiaan yang pertama. Selain itu, sejumlah besar sukarelawan datang dari berbagai sidang di Nikaragua, dan dalam waktu singkat semuanya sibuk menyortir pakaian, membungkus makanan, dan menyalurkan barang-barang ini. Bantuan kemanusiaan bahkan mulai tiba dari Saksi-Saksi di bagian-bagian dunia yang lebih jauh.

Sehari setelah gempa, pengawas cabang bertemu dengan wakil-wakil yang berkunjung dari kantor cabang El Salvador, Honduras, dan Kosta Rika untuk mengorganisasi bantuan lebih lanjut. Saksi-Saksi Nikaragua yang tinggal di luar Managua dengan pengasih membuka rumah mereka untuk saudara-saudara yang harus meninggalkan ibu kota. Saksi-Saksi yang masih tinggal di ibu kota diorganisasi menjadi kelompok-kelompok untuk perhimpunan dan dinas lapangan. Pengawas wilayah mengunjungi kelompok-kelompok ini untuk membesarkan hati mereka dan mengirimkan bantuan kemanusiaan.

Karena gempa bumi itu, seluruh negeri mengalami kerugian ekonomi. Namun, sekalipun kehidupan semakin sulit, pembangunan kembali Balai-Balai Kerajaan dan rumah saudara-saudara terus berlangsung. Selain itu, sidang-sidang semakin dipenuhi banyak peminat baru. Jelaslah, Yehuwa senang kepada umat-Nya seraya mereka terus mendahulukan kepentingan Kerajaan dalam kehidupan mereka.—Mat. 6:33.

Laporan 1975 Yearbook berbunyi, ”Mayoritas dari keempat belas sidang di daerah Managua masih berhimpun di bangunan-bangunan yang temboknya retak-retak atau hanya di bawah atap seng di serambi. Yang menarik adalah hadirin perhimpunan-perhimpunan ini telah berlipat ganda dibandingkan dengan tahun lalu. Saudara-saudara menikmati pertambahan 20 persen dari rata-rata penyiar tahun lalu. Kini ada 2.689 penyiar yang membagikan kebenaran kepada yang lain, dan 417 orang dibaptis.”

Pertumbuhan yang terus berlangsung ini membuat kantor cabang yang lama tidak memadai lagi. Jadi, Saudara dapat membayangkan sukacita para penyiar sewaktu bangunan baru kantor cabang dan rumah utusan injil dirampungkan pada bulan Desember 1974—persis dua tahun setelah gempa besar itu! Kantor cabang yang baru berlokasi di sebuah jalan yang tenang bernama El Raizón, 16 kilometer di sebelah selatan pusat kota Managua.

Para Utusan Injil Menjadi Teladan dalam Kasih dan Persatuan

Sejak Wallace bersaudara tiba pada tahun 1945, para utusan injil di Nikaragua terbukti sebagai teladan iman, ketekunan, dan kasih akan orang-orang. Sifat-sifat yang mengagumkan tersebut membuat para utusan injil semakin akrab dengan satu sama lain dan dengan saudara-saudara setempat. Utusan injil Kenneth Brian berkata, ”Setelah gempa di Managua, kami membantu di kantor cabang, membantu saudara-saudara pindah, dan membantu mereka menguburkan kerabat yang meninggal. Bekerja bersama di bawah kondisi-kondisi itu membuat kami sangat akrab dengan satu sama lain.” Mengenai rekan-rekan utusan injilnya, Marguerite Moore (sebelumnya Foster) mengomentari, ”Meskipun kami berlainan bangsa dan latar belakang serta memiliki kepribadian yang berbeda, suasana keluarga yang dipersatukan membantu kami bahagia dalam tugas kami, terlepas dari kelemahan pribadi kami.”

Para utusan injil seperti Kenneth dan Sharan Brian merasa mendapat hak istimewa khusus karena berkesempatan mengambil manfaat dari teladan para utusan injil kawakan, seperti Francis dan Angeline Wallace, Sydney dan Phyllis Porter, serta Emily Hardin. ”Semuanya bekerja sangat keras,” kenang Sharan, ”dan tampak jelas bahwa mereka senang melakukannya.”

Selama bertahun-tahun, banyak pasangan utusan injil juga melayani dalam pekerjaan keliling. Ya, fondasi kukuh yang diletakkan oleh para utusan injil yang bergairah turut menghasilkan pertumbuhan rohani yang bagus di Nikaragua selama tiga dekade pertama pekerjaan di sana. Namun, bangunan rohani itu akan segera diuji, bukan oleh gempa bumi, melainkan oleh sesuatu yang lebih bertahan lama dan berbahaya secara rohani​—nasionalisme dan revolusi.​—1 Kor. 3:12, 13.

Diuji oleh Kobaran Revolusi Politik

Pada akhir tahun 1970-an, sebuah revolusi politik yang dipimpin oleh Front Pembebasan Nasional Sandinista (FSLN dalam bahasa Spanyol) mulai melanda seluruh Nikaragua. Pada akhirnya, revolusi itu menyebabkan digulingkannya dinasti politik/militer yang sudah berusia 42 tahun di negeri itu. Ruby Block, seorang utusan injil selama 15 tahun di Nikaragua, mengatakan tentang periode itu, ”Setiap orang merasa resah pada tahun-tahun itu, manakala propaganda politik terus meningkat. Konfrontasi penuh kekerasan antara militer dan kaum Sandinista sering terjadi. Untuk melaksanakan pelayanan, kami harus sepenuhnya mengandalkan Yehuwa.”

Kendati netral dalam urusan politik, Saksi-Saksi Yehuwa sering dituduh oleh simpatisan Sandinista sebagai antek-antek rezim Somoza atau, kalau tidak, Lembaga Intelijen Pusat Amerika (CIA). Perasaan antipati terhadap orang asing juga dikobarkan. Misalnya, sewaktu utusan injil Elfriede Urban sedang berdinas, seorang pria menuduh saudari ini sebagai mata-mata. ”Bagaimana mungkin?” katanya. ”Saya tidak punya kamera atau alat rekam. Lagi pula, siapa atau apa yang hendak saya mata-matai di lingkungan ini?”

Ia menjawab, ”Anda pasti sudah sangat terlatih sehingga mata Andalah kameranya dan telinga serta otak Andalah alat perekamnya.”

Pada masa itu, di jalan-jalan Managua sering terdengar slogan populer yang dikumandangkan berulang-ulang, ”Antara Kekristenan dan revolusi, tidak ada pertentangan!” Pemikiran ini, yang meraih kepopuleran di Amerika Latin pada tahun 1970-an, mencerminkan teologi pembebasan, pandangan yang disebarkan gerakan Marxisme dalam Gereja Katolik Roma. Menurut The Encyclopædia Britannica, tujuan teologi pembebasan adalah membantu ”orang miskin dan yang tertindas melalui keterlibatan [agama] dalam urusan politik dan sipil”.

Ruby Block mengenang, ”Pertanyaan yang sering diajukan orang-orang kepada kami pada waktu itu adalah, ’Apa pendapat Anda tentang revolusi?’ Kami menjelaskan bahwa satu-satunya jalan keluar untuk problem umat manusia adalah Kerajaan Allah.” Tetap loyal kepada Yehuwa dalam iklim politik yang rawan itu merupakan tantangan. Ruby menambahkan, ”Saya selalu berdoa kepada Yehuwa meminta kekuatan untuk tetap netral, bukan hanya dalam tutur kata melainkan juga dalam pikiran dan hati saya.”

Setelah berbulan-bulan mengadakan pemberontakan yang penuh kekerasan, pada bulan Mei 1979, FSLN melancarkan serangan habis-habisan untuk menggulingkan pemerintah. Presiden Somoza Debayle terpaksa melarikan diri dari negeri itu, dan Tentara Nasional miliknya dibubarkan. Pada bulan Juli tahun itu, junta baru Pemerintah Rekonstruksi Nasional mengambil alih kekuasaan eksekutif. Diperkirakan 50.000 orang Nikaragua tewas dalam revolusi itu.

Bagaimana keadaan saudara-saudara? Pengumuman berikut muncul dalam Pelayanan Kerajaan Kita terbitan Oktober 1979, ”Saudara-saudara memiliki semangat yang bagus dan memulai lagi perhimpunan dan pekerjaan pengabaran serta pengajaran mereka. Sepanjang masa yang penuh kekerasan itu, . . . tiga saudara kita kehilangan nyawa mereka. Banyak yang kehilangan tempat tinggal, tetapi karena sebagian besar adalah penyewa, kerugian terbesar mereka adalah karena penjarahan dan penghancuran harta milik mereka. Mengenai transportasi, hanya ada sedikit sekali. Kebanyakan bus dihancurkan, jalan-jalan baru sekarang mulai diperbaiki, dan BBM sangat langka.” Meskipun demikian, cobaan-cobaan yang lebih besar menanti umat Yehuwa.

Penangkapan dan Deportasi

Tak lama kemudian, tampak jelas bahwa pemerintah yang baru tidak menyetujui pendirian netral Saksi-Saksi Yehuwa. Misalnya, Departemen Bea Cukai mempersulit kami mengimpor lektur. Selain itu, sebuah hukum yang diberlakukan pada tahun 1981 mengharuskan semua lembaga sipil dan agama mendaftar ulang guna mendapat pengakuan hukum. Sebelum saudara-saudara mendapatkan pengakuan ini, status hukum mereka dibatalkan. Sayang sekali, permohonan untuk daftar ulang tidak ditanggapi.

Pada bulan September 1981, Andrew dan Miriam Reed ditangkap sewaktu melakukan pekerjaan wilayah di daerah pegunungan bagian tengah. Selama sepuluh hari mereka ditahan di berbagai penjara dan mengalami kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Akhirnya, mereka dibawa ke kantor pusat polisi rahasia, dan selama sebagian besar waktu penahanan, mereka disekap di sel terpisah. Mereka diinterogasi terus-menerus, sering kali selama berjam-jam setiap kalinya, untuk mengorek nama saudara-saudara penanggung jawab. Kepada masing-masing suami istri ini diberi tahu bahwa pasangan mereka telah mengaku sebagai agen CIA, padahal mereka berdua bahkan bukan warga AS! Akhirnya, mereka diberi tahu bahwa semuanya itu hanya kekeliruan. Meskipun tuduhan resmi tidak pernah diajukan terhadap mereka, mereka dideportasi ke Kosta Rika. Namun, sebelum berangkat, mereka diberi tahu bahwa penolakan Saksi-Saksi Yehuwa untuk angkat senjata tidak berterima, bahwa setiap orang Nikaragua harus siap berjuang demi negaranya.

Dengan bijaksana, Panitia Cabang mengintensifkan pelatihan saudara-saudara setempat untuk mengawasi pekerjaan seandainya kantor cabang ditutup. Sementara itu, kursus bagi para pengawas wilayah dan para pengganti mereka, serangkaian kelas Sekolah Pelayanan Kerajaan bagi para penatua dan sejumlah hamba pelayanan, serta kelas-kelas Sekolah Dinas Perintis diselenggarakan. Namun, pertemuan-pertemuan besar lain lebih sulit diselenggarakan.

Misalnya, meskipun pejabat kota Masaya telah menjamin ketersediaan stadion untuk salah satu dari dua Kebaktian Distrik ”Loyalitas Kerajaan” yang hendak diselenggarakan pada bulan Desember 1981, hanya 36 jam sebelum kebaktian, mereka ingkar janji. Keputusan itu tidak datang dari kantor wali kota, tetapi dari pemerintah pusat. Namun, saudara-saudara sudah sempat diperingatkan. Jadi, sehari sebelumnya, mereka membuat pengaturan dengan seorang saudari yang murah hati untuk menggunakan peternakan ayamnya sebagai lokasi alternatif. Letaknya sekitar delapan kilometer di luar kota Managua. Untuk mempersiapkan lokasinya, para sukarelawan bekerja sepanjang malam. Lebih dari 6.800 saudara segera diberi tahu tentang tempat pertemuan yang baru itu dari mulut ke mulut.

Kantor Cabang Ditutup

Pada hari Sabtu tanggal 20 Maret 1982, pukul 6.40, Ian Hunter sedang mempersiapkan sarapan untuk rekan-rekan utusan injilnya. Di luar, sebuah bus berisi petugas imigrasi dan tentara yang diperlengkapi senapan mesin tiba. Para tentara mengepung kantor cabang dan rumah utusan injil tersebut. ”Para petugas itu,” kata Ian, ”menyuruh kami masing-masing mengepak satu koper dan satu tas tangan kecil saja. Kami tidak diberi tahu alasannya, hanya diberi tahu bahwa mereka membawa kami ke sebuah rumah tempat kami akan tinggal sementara, sambil menunggu penyidikan tertentu. Diam-diam, Reiner Thompson, koordinator Panitia Cabang, menyelinap ke kantor dan menelepon rumah utusan injil lain untuk memperingatkan mereka tentang apa yang terjadi.”

”Hikmah yang saya dapatkan pada hari itu,” renung Ruby Block, ”adalah makna sejati kata-kata Paulus, ’Jangan khawatir akan apa pun, tetapi dalam segala sesuatu nyatakanlah permintaanmu kepada Allah melalui doa dan permohonan . . . dan kedamaian dari Allah, yang lebih unggul daripada segala akal, akan menjaga hatimu dan kekuatan mentalmu.’ (Flp. 4:6, 7) Sambil diawasi tentara bersenjata dari dapur, Reiner Thompson memanjatkan doa mewakili kami, yang diakhiri dengan kata ’Amin’ yang sepenuh hati dari kami semua. Setelah itu, hati kami benar-benar tenteram, sekalipun kami tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Kami yakin bahwa apa pun yang terjadi, Yehuwa akan memberi kami kekuatan untuk menghadapinya. Itulah hikmah yang akan selalu saya ingat dan hargai.”

Saudara Hunter menjelaskan apa yang terjadi selanjutnya, ”Mereka menyuruh kami naik ke bus dan membawa kami ke sebuah perkebunan kopi yang sudah tua di daerah luar kota. Saya mengingatkan para petugas itu bahwa sebagai orang asing kami memiliki hak untuk berbicara dengan kedutaan besar kami. Mereka menjawab bahwa deklarasi keadaan darurat, yang diumumkan pada awal minggu itu, telah membatalkan hak semacam itu dan bahwa segera setelah keluar dari negeri itu, kami boleh berbicara dengan siapa pun yang kami inginkan. Itulah pernyataan tidak langsung pertama bahwa kami diusir dari Nikaragua.” Pada hari itu, kesembilan utusan injil yang tinggal di kantor cabang dibawa dalam kelompok yang berbeda menuju perbatasan Kosta Rika.

Sementara itu, para utusan injil di dua rumah lain segera bertindak setelah menerima telepon Saudara Thompson. Dengan bantuan saudara-saudara setempat, mereka memindahkan banyak peralatan, termasuk sebuah mesin cetak ofset, serta banyak barang-barang pribadi. Sewaktu para petugas imigrasi tiba, mereka terkejut mendapati rumah itu nyaris kosong dan para utusan injil sedang mengepak koper mereka. Malam hari itu, kesepuluh utusan injil dari kedua rumah itu dibawa ke bandara. ”Mereka mengatakan bahwa kami kontra revolusioner,” Phyllis Porter menuturkan, ”tetapi tidak seorang pun melakukan pemeriksaan keamanan terhadap kami atau barang-barang kami. Meskipun kami tidak mendapat tiket penerbangan, tiket bagasi kami memperlihatkan bahwa kami dideportasi ke Panama.” Dua utusan injil yang masih tersisa di negeri itu—sepasang suami istri asal Inggris yang melakukan pekerjaan wilayah—dideportasi beberapa bulan kemudian.

Beberapa hari kemudian, para utusan injil itu dipersatukan kembali di kantor cabang Kosta Rika. Di sana mereka menerima tugas dari Badan Pimpinan untuk melanjutkan pelayanan mereka di negeri tetangga, yakni Belize, Ekuador, El Salvador, dan Honduras. Namun, Reiner dan Jeanne Thompson serta Ian Hunter tetap di Kosta Rika selama beberapa waktu untuk menjaga kontak dengan saudara-saudara yang kini mengawasi pekerjaan di Nikaragua.

Bagaimana saudara-saudara Nikaragua menghadapi situasi ini? ”Setelah mencucurkan air mata mendengar berita deportasi kami,” lapor Saudara Hunter pada waktu itu, ”saudara-saudara yang kami kasihi ini terus bergerak maju. Para anggota panitia negeri yang baru dilantik menjalankan kepemimpinan dengan efektif, dan kami yakin mereka akan melakukan tugasnya dengan baik.” Félix Pedro Paiz, seorang pengawas wilayah Nikaragua kawakan, mengenang bagaimana perasaan saudara-saudara tentang kepergian para utusan injil itu, ”Kami sangat kehilangan. Mereka benar-benar telah membaktikan diri mereka dan tetap loyal. Teladan mereka menguatkan saudara-saudara dan meletakkan fondasi yang kukuh untuk pekerjaan di negeri ini.”

Dibatasi, Bukan Dilarang

Adakalanya, pemerintah salah paham tentang kedudukan netral Saksi-Saksi Yehuwa sehubungan dengan politik, perang, dan konflik sosial. Hal ini sering membuat mereka mengambil sikap yang kontradiktif terhadap umat Allah. Misalnya, di bawah rezim Somoza pada tahun 1950-an dan 1960-an, para penentang menuduh mereka sebagai Komunis. Tetapi, kini kaum Sandinista menyatakan bahwa saudara-saudara adalah agen-agen CIA Amerika. Media juga ikut-ikutan, mencap mereka ”kontra revolusioner”.

Meskipun demikian, Saksi-Saksi Yehuwa tidak dilarang, walaupun periode antara tahun 1982 dan 1990 ditandai oleh pembatasan spesifik terhadap kebebasan mereka untuk beribadat. Misalnya, mereka tidak dapat memasukkan lektur ke dalam negeri ini. Selain itu, suatu sistem dibentuk sehingga kegiatan mereka—sebenarnya, kegiatan orang-orang secara umum—dapat diawasi secara ketat.

Diawasi oleh Mata-Mata Lingkungan Tetangga

Sebuah buku pedoman Library of Congress menyatakan, ”Segera setelah revolusi, FSLN juga mengembangkan organisasi massa yang mewakili kelompok-kelompok terpopuler di Nikaragua.” Kelompok-kelompok ini mencakup buruh, asosiasi wanita, peternak, petani, dan rakyat jelata. Menurut buku pedoman itu, ”hingga tahun 1980, organisasi-organisasi Sandinista beranggota sekitar 250.000 orang Nikaragua”. Salah satu organisasi yang paling berkuasa adalah Komite Pertahanan Sandinista (Comités de Defensa Sandinista dalam bahasa Spanyol), atau CDS, yang berhaluan Komunis. CDS, yang terdiri dari komite-komite lingkungan tetangga, mengadakan sensus di setiap blok kota, sehingga mereka ”mengetahui di mana setiap orang berada”, kata referensi di atas. Mereka adalah sarana ampuh untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi bagi pemerintah.

Tak lama kemudian, kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa diawasi dengan ketat dan semakin diperketat karena adanya kampanye propaganda yang dilancarkan dengan gencar terhadap mereka. Orang-orang yang dicurigai melakukan kegiatan kontra revolusi dan ”pembelotan ideologi” sering diadukan oleh CDS di lingkungan tetangga mereka ke hadapan kalangan berwenang Sandinista. Sering kali, orang-orang itu kemudian ditangkap oleh agen-agen Direktorat Jendral Keamanan Negara, semacam kesatuan polisi rahasia.

Salah satu fungsi CDS adalah mengorganisasi tugas jaga malam. Orang-orang biasa, baik pria maupun wanita, diminta ikut bergilir mengawasi kalau-kalau ada kegiatan kriminal atau kontra revolusi di lingkungan tetangga mereka. Saksi-Saksi tidak ikut serta dalam tugas ini, juga tidak mengizinkan CDS menggunakan rumah mereka untuk pertemuan mingguannya. Namun, mereka bersedia melakukan pekerjaan sukarela lain, seperti membersihkan jalan. Meskipun demikian, Saksi-Saksi dianggap fanatik dan membahayakan Negara. Seorang saudara mengatakan, ”Selama sebagian besar dari dekade itu, kata-kata ’Kami mengawasi kalian’ dicat pada bagian depan rumah saya.”

Berhati-hati tetapi Berani

Saudara-saudara bersikap bijaksana sewaktu menghadiri perhimpunan dan ambil bagian dalam dinas agar tidak menarik perhatian yang tidak perlu kepada diri sendiri. Perhimpunan diselenggarakan dalam kelompok seukuran keluarga tanpa diketahui umum, entah di rumah pribadi atau di Balai Kerajaan yang tidak dipasangi papan nama. Bergantung pada lingkungannya, saudara-saudara biasanya tidak menyanyikan lagu Kerajaan di perhimpunan. Belakangan, para penyiar menggunakan angka sebagai ganti nama mereka dalam berbagai formulir dan laporan yang digunakan oleh sidang. Selain itu, para peminat tidak diundang ke perhimpunan sebelum mereka belajar sekurang-kurangnya enam bulan dan memperlihatkan kemajuan rohani.

Kebaktian diperkecil dan acaranya dipersingkat. Rangka khotbah dan bahan-bahan lain dikirim ke setiap sidang, tempat para penatua setempat mengorganisasi dan menyampaikan acara itu untuk sidangnya dengan bantuan para hamba pelayanan yang cakap. Para anggota panitia negeri dan pengawas keliling mengunjungi sebanyak mungkin kebaktian ini.

Lokasi-lokasinya diumumkan dari mulut ke mulut, dan tidak pernah ada kebaktian yang harus dibatalkan. Namun, beberapa lokasi terpaksa diganti pada saat-saat terakhir. Misalnya, di sebuah daerah pedesaan pada tahun 1987, halaman belakang rumah seorang saudara telah dipersiapkan untuk kebaktian bagi sekitar 300 orang. Tiba-tiba, seorang perwira militer dan anak buahnya muncul. ”Wah, ada apa ini?” tanya sang perwira.

”Kami akan berpesta,” jawab saudara itu, setelah melihat sepatu bot pria itu dan sadar bahwa ia agen Keamanan Negara. Setelah itu, sang perwira pergi. Karena yakin bahwa kalangan berwenang telah curiga, saudara-saudari kita bekerja sepanjang malam itu untuk membongkar semuanya. Menjelang pukul lima pagi, kursi, panggung, dan semua perlengkapan memasak tidak hanya selesai dipindahkan, tetapi telah terpasang di tempat lain sejauh kira-kira satu setengah kilometer. Kurir-kurir muda yang sehat memberi tahu saudara-saudara tentang lokasi yang baru itu. Belakangan pada pagi itu, sebuah truk bermuatan tentara bersenjata tiba di lokasi semula dengan harapan dapat menghentikan kebaktian, mengangkut pemuda-pemuda untuk wajib militer, dan menahan saudara-saudara yang menjalankan kepemimpinan. Tetapi, yang mereka temukan hanyalah sang tuan rumah.

”Di mana semua orang?” tanya sang perwira.

”Oh, pestanya kemarin malam, tetapi sekarang sudah selesai,” jawab saudara kita.

”Bukannya kalian mengadakan kebaktian?” tanya sang perwira.

”Lihat saja sendiri,” kata sang saudara. ”Tidak ada apa-apa di sini.”

Masih tidak puas, sang perwira bertanya lagi, ”Bagaimana dengan tenda-tenda yang ada di sini kemarin?”

”Pestanya sudah selesai,” ulang saudara kita. ”Semuanya sudah dibawa pulang.”

Setelah itu, para tentara pergi. Sementara itu, saudara-saudara sedang menikmati acara yang membina secara rohani di lokasi lain.

”Lihat!” kata Yesus, ”Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala; karena itu berhati-hatilah seperti ular namun polos seperti merpati.” (Mat. 10:16) Para penyiar mencamkan kata-kata itu, tidak hanya dalam hal perhimpunan dan kebaktian tetapi juga dalam dinas lapangan. Jadi, mereka berupaya untuk tidak membentuk kelompok-kelompok besar tetapi dengan bijaksana bekerja berdua-dua di daerah yang telah ditugaskan sebelumnya. Pengawas wilayah Félix Pedro Paiz menjelaskan, ”Kami harus sangat berhati-hati. Satu-satunya yang kami bawa dalam dinas adalah Alkitab. Setiap hari, seorang saudara yang berbeda ditugasi menyertai saya di lapangan. Sewaktu mengunjungi sidang-sidang tertentu, saya pergi ke satu kelompok PBS pada hari Selasa malam, kelompok lain pada hari Kamis, dan satu lagi pada hari Minggu. Di beberapa tempat, langkah pencegahan ini dapat sedikit dikendurkan.”

Penyitaan dan Penangkapan

Suatu malam pada bulan Juli 1982, gerombolan massa berjumlah 100 hingga lebih dari 500 orang, disertai agen-agen Keamanan Negara, menyerbu beberapa Balai Kerajaan di berbagai tempat di negeri itu dan merebutnya ”atas nama rakyat”. Pada tanggal 9 Agustus, antara pukul 19.00 dan 21.00, lima Balai Kerajaan lagi, sebuah Balai Kebaktian, dan bekas bangunan kantor cabang di El Raizón juga direbut. Setelah para utusan Injil dideportasi pada bulan Maret, enam saudara Nikaragua dan sepasang utusan injil yang tersisa terus tinggal di kantor cabang untuk menjaga properti tersebut. Namun, akhirnya kalangan berwenang, didukung gerombolan massa yang berteriak-teriak mencemooh, memaksa orang-orang ini keluar, bahkan tidak memperbolehkan mereka membawa barang-barang pribadinya.

Pemerintah memberi CDS wewenang atas Balai-Balai Kerajaan yang disita, yang kini disebut ”properti rakyat”. Balai-balai itu katanya akan diadaptasi untuk digunakan publik. Pada akhirnya, 35 dari total 50 properti diduduki secara ilegal, meskipun tidak pernah disita secara resmi.

Di tengah-tengah semangat nasionalistis ini, saudara-saudara penanggung jawab tidak hanya diawasi dengan ketat tetapi sering kali diancam. Misalnya, di beberapa lingkungan tetangga, gerombolan CDS terus mengganggu saudara-saudara di depan rumah mereka selama berjam-jam, meneriakkan tuduhan dan slogan politik. Para perwira Keamanan Negara menggeledah rumah-rumah dan bahkan menjarah beberapa di antaranya. Sejumlah penatua, termasuk para anggota panitia negeri, ditangkap dan diperlakukan dengan buruk.

Salah satu penatua pertama yang sampai mengalami hal ini adalah Joel Obregón, pengawas wilayah pada waktu itu. Pada tanggal 23 Juli 1982, agen-agen Keamanan Negara mengepung rumah tempat ia dan istrinya, Nila, sedang bertamu dan menangkap Saudara Obregón. Setelah lima minggu terus berupaya, Nila baru diizinkan menjenguk suaminya, meskipun hanya selama tiga menit dan diawasi seorang agen bersenjata. Tampak jelas bahwa Joel telah diperlakukan dengan buruk, karena Nina mengamati bahwa tubuhnya kurus dan ia sulit berbicara. ”Joel tidak mau bekerja sama dengan kami,” kata seorang agen kepadanya.

Setelah 90 hari ditahan, Joel akhirnya dibebaskan—berat badannya telah menyusut 20 kilogram. Para penatua di tempat-tempat lain di negeri itu juga ditangkap, diinterogasi, dan kemudian dibebaskan. Teladan integritas mereka benar-benar menguatkan iman saudara-saudara mereka!—Lihat kotak ”Ditangkap Polisi Rahasia”, pada halaman 99-102.

Wajib Militer Menguji Kaum Muda Kristen

Saudara-saudara muda khususnya mengalami dampak diberlakukannya semacam sistem perekrutan universal pada tahun 1983 yang dikenal sebagai Dinas Militer Patriotik. Pria berusia antara 17 dan 26 tahun secara hukum diwajibkan menghabiskan dua tahun dalam dinas aktif dan kemudian dua tahun lagi sebagai pasukan cadangan. Sewaktu direkrut, mereka dibawa langsung ke kamp militer untuk pelatihan. Tidak ada pengaturan untuk mereka yang menolak karena hati nurani; penolakan berarti penahanan sambil menunggu persidangan dan kemudian hukuman dua tahun penjara. Saudara-saudara menghadapi ujian ini dengan berani, bertekad untuk tetap loyal kepada Yehuwa.

Misalnya, pada tanggal 7 Februari 1985, Guillermo Ponce, seorang perintis biasa berusia 20 tahun di Managua, sedang dalam perjalanan untuk memimpin beberapa PAR sewaktu polisi menangkapnya. Karena tidak memiliki kartu identitas militer, ia dikirim ke kamp pelatihan militer. Tetapi, bukannya mengangkat senjata, Guillermo malah mulai memberi kesaksian kepada pemuda-pemuda yang baru direkrut. Melihat hal ini, salah seorang komandan membentak, ”Ini bukan gereja; ini kamp militer. Di sini, kamu harus menaati kami!” Guillermo menjawab dengan mengutip kata-kata di Kisah 5:29, ’Kami harus menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia.’ Komandan yang marah itu, seorang pelatih militer asal Kuba, merenggut Alkitab dari tangannya dan mengancam, ”Kita akan bicara malam ini”—artinya Guillermo akan menjalani semacam penyiksaan psikologis untuk mengikis tekadnya.

Syukurlah, sang komandan tidak melaksanakan ancamannya. Namun, tiga hari kemudian Guillermo dipindahkan ke sebuah penjara tempat ia ditahan selama sembilan bulan berikutnya dalam kondisi yang primitif. Meskipun demikian, ia melanjutkan dinas perintisnya, memimpin pengajaran Alkitab dan bahkan perhimpunan di dalam penjara. Belakangan selama era yang sulit ini, Guillermo menjadi dukungan yang berharga untuk panitia negeri.

Bukannya dipenjarakan, beberapa saudara muda dipaksa pergi ke gunung untuk bergabung dengan unit-unit militer yang disebut Batalion Perang Nonreguler. Setiap batalion terdiri dari lima atau enam kompi, yang masing-masing mencakup 80 hingga 90 pria yang terlatih untuk pertempuran dalam belantara di gunung, tempat berlangsungnya pertempuran terhebat melawan pihak-pihak kontra (para gerilyawan yang menentang kaum Sandinista). Meskipun saudara-saudara menolak mengenakan seragam militer dan mengangkat senjata, mereka masih dipaksa memasuki zona pertempuran, selain dihukum dan dianiaya secara verbal.

Giovanni Gaitán yang berusia 18 tahun bertekun menghadapi perlakuan semacam itu. Giovanni dipaksa masuk militer persis sebelum kebaktian distrik pada bulan Desember 1984, tempat ia berharap untuk dibaptis. Ia dikirim ke kamp pelatihan militer dan selama 45 hari para tentara di sana berupaya memaksanya belajar menggunakan senapan dan bertempur di hutan. Tetapi, selaras dengan hati nuraninya yang dilatih Alkitab, Giovanni menolak ”belajar perang”. (Yes. 2:4) Ia tidak mengenakan seragam militer maupun mengangkat senjata. Meskipun demikian, ia dipaksa berbaris bersama para tentara selama 27 bulan berikutnya.

Giovanni berkata, ”Saya terus memperkuat diri dengan berdoa tanpa henti, merenungkan apa yang dahulu telah saya pelajari, dan mengabar kepada setiap tentara yang berminat. Sering kali saya mengingat kata-kata sang pemazmur, ’Aku akan melayangkan pandanganku ke gunung-gunung. Dari mana akan datang pertolonganku? Pertolonganku dari Yehuwa, Pembuat langit dan bumi. Ia tidak mungkin membiarkan kakimu goyah. Pribadi yang menjagamu tidak mungkin mengantuk.’ ”—Mz. 121:1-3; 1 Tes. 5:17.

Meskipun dipaksa masuk ke tengah-tengah sekitar 40 kancah pertempuran, Giovanni selamat tanpa cedera sedikit pun. Setelah dibebaskan, ia dibaptis pada tanggal 27 Maret 1987, dan segera setelah itu, ia memasuki dinas perintis. Banyak saudara muda lain yang setia memiliki pengalaman yang mirip.​—Lihat kotak ”Dipaksa Memasuki Zona Pertempuran”, pada halaman 105-6.

Membela Pendirian Mereka yang Netral

Pers yang dikendalikan pemerintah, serta CDS, menyebarkan tuduhan palsu bahwa Saksi-Saksi Yehuwa memanfaatkan pelayanan dari rumah ke rumah untuk berkampanye menentang Dinas Militer Patriotik. Dikatakan bahwa Saksi-Saksi merongrong keamanan nasional dengan membujuk kaum muda Nikaragua untuk menolak dinas militer. Meskipun tidak berdasar, tuduhan-tuduhan ini cukup sering diulang-ulangi sehingga menimbulkan prasangka dalam diri para jaksa dan hakim. Yang memperburuk situasinya ialah para pemimpin gereja Evangelis yang terkemuka, yang mengaku sebagai pendukung revolusi, juga mendakwa orang-orang yang tetap netral karena alasan agama, mengecap mereka ”musuh rakyat”.

Seorang Saksi yang adalah pengacara meminta banding untuk 25 saudara muda yang dijatuhi hukuman penjara dua tahun karena menolak dinas militer. Karena hukum tidak mengakui penolakan atas dasar hati nurani, tujuan permintaan banding itu adalah mengurangi masa hukuman, sambil menyebutkan fakta bahwa para terdakwa telah tercatat bertingkah laku baik dan tidak melawan sewaktu ditangkap. Hasilnya, beberapa saudara, tetapi tidak semuanya, mendapat pengurangan masa hukuman sebanyak 6 hingga 18 bulan.

”Menarik untuk mengamati,” kata Julio Bendaña, seorang saudara yang hadir di persidangan itu, ”bahwa selain Saksi-Saksi Yehuwa, tidak ada kaum muda yang menolak dinas militer karena alasan agama. Saya bangga melihat kaum muda kita yang berusia 17 tahun membela kenetralan mereka dengan keyakinan teguh di hadapan hakim dan jaksa militer sambil dikelilingi oleh para penonton yang menentang.”—2 Kor. 10:4.

Percetakan Bawah Tanah

Selama periode ini, Badan Pimpinan terus memberikan bantuan dan petunjuk kepada saudara-saudara di Nikaragua melalui kantor cabang Kosta Rika dan panitia negeri Nikaragua. Tetapi, impor lektur dilarang, lalu bagaimana ”makanan pada waktu yang tepat” disediakan? (Mat. 24:45) Sekali lagi, Yehuwa membuka jalan.

Pada tahun 1985, saudara-saudara berhasil mendapatkan artikel-artikel pelajaran Menara Pengawal dan bahan-bahan berdasarkan Alkitab lainnya dengan bantuan percetakan komersial. Namun, sarana ini berisiko, karena pekerjaan kita menjadi mudah diserang para penentang. Jadi, diputuskan untuk menggunakan mesin cetak ofset yang tadinya digunakan untuk mencetak acara kebaktian dan undangan Peringatan hingga kantor cabang ditutup. Mesin itu dijalankan di rumah seorang saudari yang tinggal di luar Managua.

Sayangnya, pada bulan November tahun itu, mesin tersebut jatuh ke tangan pemerintah. Saudara-saudara tidak membiarkan kemunduran ini menghambat pekerjaan tetapi segera merakit kembali sebuah mesin stensil tua, yang mereka juluki Si Ayam Jago. Sebelumnya, mesin itu telah digunakan untuk mencetak selebaran, surat, dan daftar acara. Sewaktu suku cadangnya sulit didapatkan, saudara-saudara berhasil memperoleh di daerah itu sebuah mesin stensil bekas, dan menjulukinya Si Anak Ayam. Belakangan, kantor cabang El Salvador juga memberi mereka sebuah mesin. Mengikuti penamaan sebelumnya yang bertemakan nama ternak, mereka menjulukinya Si Ayam Betina.

Metode pencetakan yang tidak terlalu canggih tetapi cukup sukses mencakup penggunaan papan-papan stensil, yang oleh saudara-saudara dijuluki las tablitas, atau papan-papan kecil. Alat-alat itu, yang dibuat oleh Pedro Rodríguez, seorang pembuat perabot yang dibaptis pada tahun 1954, terdiri dari dua rangka persegi, yang disatukan oleh engsel-engsel, yang menahan sehelai kain kasa pada rangka atas dan selembar kaca atau kayu pada rangka bawah, atau dasarnya. Rancangannya sederhana, demikian pula proses pencetakannya. Sehelai kertas stensil yang telah diketik diselipkan ke dalam rangka atas menghadap kain kasa dan sehelai kertas bersih ditempatkan di rangka bawah. Tinta dioleskan ke kasa dengan rol, dan setelah setiap pencetakan, dimasukkan sehelai kertas yang baru.

Meskipun lama dan membosankan, metode pencetakan ini menghasilkan beberapa lektur, termasuk buku nyanyian Nyanyikanlah Pujian bagi Yehuwa, berisi 225 nyanyian Kerajaan lengkap. ”Segera setelah saudara-saudara mahir menggunakan papan-papan kecil itu,” kenang Edmundo Sánchez, yang ikut serta dalam pencetakan itu, ”mereka menghasilkan 20 halaman per menit. Secara keseluruhan, untuk buku nyanyian saja kami menghasilkan sekitar 5.000 eksemplar.”

Istri Edmundo, Elda, termasuk di antara saudari-saudari pertama yang membantu mempersiapkan kertas stensil untuk mesin-mesin stensil. Dengan mesin ketik manualnya sendiri, Elda, yang juga seorang ibu, mulai bekerja pagi-pagi sekali dan sering kali hingga larut malam mengetik artikel-artikel pelajaran Menara Pengawal pada kertas mesin stensil. Ia mengenang, ”Edmundo biasa memberi saya satu eksemplar majalah yang ia terima dari Kosta Rika. Saya tidak pernah tahu berapa banyak kelompok percetakan yang ada atau di mana mereka beroperasi; saya hanya tahu bagian pekerjaan yang ditugaskan kepada saya. Saya juga sadar bahwa seandainya kami ketahuan, rumah kami, perabotan kami—semuanya—akan disita dan kami akan ditangkap, mungkin bahkan berakhir sebagai ’orang hilang’. Namun, kasih dan rasa takut kami kepada Yehuwa mengusir rasa takut apa pun terhadap manusia yang mungkin kami miliki.”

Bengkel Percetakan

Guillermo Ponce mengingat seperti apa bengkel-bengkel percetakan pada waktu itu. Dahulu, ia seorang korektor tipografi dan penghubung antara saudara-saudara yang mempersiapkan stensil dan mereka yang terlibat dalam pencetakan dan pendistribusian. Saudara Ponce menjelaskan, ”Bengkel-bengkel didirikan di rumah beberapa keluarga Saksi. Setiap bengkel adalah ruangan dalam ruangan, sehingga ruang kerjanya pun kecil. Untuk menyamarkan suara mesin stensil, kami menaruh radio atau alat pemutar kaset persis di luar bengkel dan menyetelnya keras-keras.”

Sambil bermandikan keringat, saudara-saudara bekerja sembilan hingga sepuluh jam per hari di dalam kamar-kamar yang sangat kecil ini untuk menyetensil Menara Pengawal atau publikasi lain. Sering kali, apabila tetangga mulai curiga atau ada yang memberi tahu kalangan berwenang, seluruh kegiatan harus dipindahkan ke rumah lain pada saat itu juga.

Pekerjaan itu dianggap dinas Betel, dan mereka yang ambil bagian di dalamnya adalah saudara-saudara muda yang masih lajang. Felipe Toruño berusia 19 tahun dan baru dibaptis sewaktu ia diundang untuk melayani di salah satu bengkel percetakan ini. ”Kesan pertama saya,” kata Felipe, ”adalah memasuki kamar yang sangat kecil dan nyaris kedap udara serta sangat berbau cairan penghapus stensil. Panasnya tak tertahankan, dan penerangan berasal dari sebuah lampu neon kecil.”

Bukan itu saja tantangannya. Misalnya, apabila sebuah mesin perlu diperbaiki​—dan hal ini sering terjadi—​mereka tidak dapat membawanya ke toko reparasi begitu saja. Orang-orang bakal bertanya, ’Siapa pemilik mesin stensil ini? Kalian sedang mencetak apa? Apakah pekerjaan ini sudah mendapat izin pemerintah pusat?’ Jadi, saudara-saudara harus melakukan perbaikan sendiri dan adakalanya bahkan membuat sendiri suku cadangnya. Problem lain adalah seringnya listrik padam. ”Karena tim-tim percetakan tidak pernah ingin terlambat dalam produksi,” kenang Saudara Ponce, ”adakalanya saya mendapati mereka bekerja dengan diterangi lampu minyak, dan hidung mereka kotor oleh jelaga. Penghargaan, watak, dan semangat rela berkorban yang diperlihatkan pemuda-pemuda yang baik ini memotivasi saya untuk terus bekerja.”

Beberapa Kenangan Berharga

Felipe Toruño memiliki kenangan manis tentang empat tahun ia bekerja di percetakan bawah tanah. ”Saya selalu ingat bahwa saudara-saudara sangat menanti-nantikan makanan rohani yang vital ini,” kata Felipe. ”Jadi, sekalipun dibebani banyak keterbatasan, kami melayani dengan sukacita.” Omar Widdy, yang ambil bagian dalam pekerjaan ini dari bulan Juni 1988 hingga pekerjaan ini berakhir pada bulan Mei 1990, mengenang, ”Salah satu hal yang paling berkesan bagi saya adalah suasana kasih sayang persaudaraan. Orang-orang yang masih baru bersedia dan berhasrat untuk belajar dan dengan sabar diajar berbagai pekerjaan. Kondisi pekerjaan tidak ideal, tetapi para relawan, meskipun masih muda, adalah pria-pria rohani yang memiliki penghargaan yang dalam terhadap pengorbanan yang dituntut dalam corak dinas ini.”

Giovanni Gaitán juga melayani di bengkel percetakan. Ia mengenang, ”Yang turut menguatkan kami adalah penghargaan akan Yehuwa dan organisasi-Nya. Tidak seorang pun dari kami menerima penggantian ongkos pada waktu itu, tetapi kami tidak khawatir; kebutuhan kami terpenuhi. Secara pribadi, saya telah menghadapi banyak situasi manakala saya harus sepenuhnya mengandalkan Yehuwa. Jadi, saya tidak terlalu mengkhawatirkan kebutuhan materi saya. Saudara-saudara seperti Guillermo Ponce, Nelson Alvarado, dan Felipe Toruño, meskipun masih muda, adalah teladan yang sangat bagus untuk saya. Saudara-saudara yang lebih tua yang menjalankan kepemimpinan juga menguatkan saya. Ya, kalau ditinjau kembali, harus diakui bahwa seluruh pengalaman itu benar-benar memperkaya kehidupan saya.”

Semua yang terlibat dalam kegiatan bawah tanah menyaksikan dukungan Yehuwa dalam banyak cara, bahkan sehubungan dengan pekerjaan pencetakan itu sendiri. Saudara Gaitán berkata, ”Biasanya, sebuah stensil tahan untuk 300 hingga 500 cetakan. Kami membuatnya sanggup menghasilkan 6.000 cetakan!” Mengapa sangat penting untuk menghasilkan lebih banyak cetakan dari kertas stensil dan bahan-bahan pencetakan lainnya yang ada? Selain jumlahnya terbatas di negeri itu, bahan-bahan ini hanya tersedia di toko-toko yang dikendalikan pemerintah, sehingga pembelian dalam jumlah yang tidak wajar akan teramati dan pembelinya berisiko ditangkap. Ya, Yehuwa memberkati upaya saudara-saudara, karena kecuali mesin cetak ofset yang semula, kalangan berwenang tidak menemukan ataupun menutup satu bengkel pun.

Saudara-saudara yang bekerja duniawi untuk menafkahi keluarganya juga membantu pekerjaan itu, sering kali dengan risiko besar. Misalnya, banyak yang mengirim bahan tercetak ke seluruh negeri dengan kendaraan mereka sendiri. Adakalanya mereka mengadakan perjalanan sepanjang hari, melewati banyak pos pemeriksaan militer. Mereka tahu bahwa seandainya ketahuan, mereka bisa kehilangan kendaraan mereka, ditangkap, dan bahkan dipenjarakan. Namun, mereka tidak gentar. Tentu saja, saudara-saudara ini membutuhkan dukungan penuh dari istri mereka, yang beberapa di antaranya juga berperan sangat penting pada masa yang sulit ini, sebagaimana yang akan kita lihat.

Wanita-Wanita Rohani yang Berani

Banyak wanita Kristen memperlihatkan keberanian dan keloyalan yang luar biasa selama tahun-tahun pembatasan di Nikaragua. Sebagai wujud kerja sama dengan suami, mereka menyediakan rumah mereka untuk percetakan bawah tanah, sering kali selama berbulan-bulan setiap kalinya. Mereka juga mempersiapkan makanan untuk para pekerja, menggunakan sumber daya sendiri. ”Ikatan Kristen yang erat terjalin di antara kami saudara-saudara muda dan saudari-saudari ini,” kenang Nelson Alvarado, yang membantu mengkoordinasi percetakan. ”Mereka menjadi ibu bagi kami. Dan kami, sebagai anak-anak, selalu merepotkan mereka. Adakalanya, kami bekerja keras hingga pukul empat pagi untuk mencapai kuota dan tenggat waktu, khususnya sewaktu ada jadwal untuk pekerjaan ekstra, seperti buku kecil Menyelidiki Kitab Suci Setiap Hari. Dua orang dari kami adakalanya mendapat giliran kerja yang lamanya hampir 24 jam. Namun, saudari-saudari ini tidak pernah lalai menyediakan makanan untuk kami, bahkan sewaktu hari masih sangat pagi.”

Keluarga-keluarga yang memiliki percetakan di rumahnya juga menjaga keamanan. Ibu-ibu rumah tangga biasanya menangani tugas ini, karena kebanyakan suami bekerja duniawi pada siang hari. Seorang saudari mengenang, ”Untuk menyamarkan bunyi mesin, kami menyetel radio sekeras-kerasnya. Kalau ada orang yang mendekati gerbang, kami memperingatkan saudara-saudara di bengkel melalui saklar yang menyalakan bola lampu khusus.”

Sering kali, para pengunjung adalah sesama Saksi atau kerabat. Meskipun demikian, saudari-saudari mencoba memulangkan mereka secepat dan sebijaksana mungkin. Seperti yang dapat Saudara bayangkan, hal ini tidak selalu mudah, karena saudari-saudari ini biasanya sangat suka menerima tamu. Perhatikan contoh Juana Montiel, yang memiliki sebatang pohon jambu monyet di pekarangannya. Karena rekan-rekan Saksi sering datang untuk mengambil buah dari pohon itu, pekarangan Juana telah menjadi tempat kumpul-kumpul. ”Sewaktu kami mendapat hak istimewa berupa kegiatan pencetakan di rumah kami,” kenang Juana, ”saya dan suami saya harus menebang pohon itu. Kami tidak dapat menjelaskan kepada saudara-saudara mengapa tiba-tiba kami tampak kurang senang bergaul, tetapi kami tahu bahwa kegiatan pencetakan harus dilindungi.”

Consuelo Beteta, kini sudah meninggal, dibaptis pada tahun 1956. Rumahnya juga digunakan untuk percetakan. Namun, saudara-saudara tidak dapat parkir di depan rumahnya untuk mengambil lektur karena akan menimbulkan kecurigaan. Jadi, mereka berhenti di lokasi yang lebih aman​—rumah seorang saudara kira-kira satu blok jauhnya. Dalam sebuah wawancara sebelum ia meninggal, Saudari Beteta mengenang masa-masa itu. Dengan mata berbinar-binar, ia mengatakan, ”Majalah-majalah itu digulung dan dimasukkan ke dalam karung-karung untuk dikirim ke berbagai sidang. Setiap karung beratnya kira-kira 15 kilogram. Untuk mencapai tempat saudara itu, saya dan menantu perempuan saya membawa karung-karung itu di atas kepala kami dan menyeberangi selokan di belakang rumah saya. Para tetangga tidak pernah curiga, karena karung-karung itu tidak kelihatan berbeda dengan yang dibawa kebanyakan wanita di atas kepala mereka.”

Sungguh besar penghargaan saudara-saudara kepada saudari-saudari yang loyal dan berani ini! ”Benar-benar hak istimewa besar untuk bekerja bersama mereka,” kata Guillermo Ponce, menyuarakan pendapat banyak saudara yang melayani bersamanya pada masa itu. Tidak heran bila wanita-wanita Kristen sebaik itu, bersama suami mereka, menjadi teladan yang sangat bagus untuk anak-anak mereka. Jadi, sekarang marilah kita renungkan beberapa tantangan yang dihadapi anak-anak pada tahun-tahun yang penting itu.

Anak-Anak yang Loyal dan Dapat Diandalkan

Seperti orang tua mereka, anak-anak para saudara yang ikut dalam kegiatan pencetakan rahasia dan pendistribusian lektur juga memperlihatkan keloyalan yang luar biasa. Claudia Bendaña, yang kedua anaknya masih tinggal di rumah pada masa itu, mengenang, ”Kegiatan pencetakan berlangsung di ruang belakang rumah kami selama lima bulan. Segera setelah anak-anak pulang sekolah, mereka ingin membantu saudara-saudara. Tetapi, apa yang dapat mereka lakukan? Ketimbang menyuruh mereka pergi, saudara-saudara mengizinkan mereka menstaples lembar-lembar stensilan Menara Pengawal. Betapa senangnya anak-anak itu berada bersama pemuda-pemuda tersebut, yang menganjurkan mereka untuk menghafalkan ayat-ayat Alkitab dan lagu-lagu Kerajaan!”

”Untuk menjaga kerahasiaan,” kata Saudari Bendaña, ”saya dan suami menjelaskan kepada anak-anak bahwa kita sedang mengalami masa yang sulit, bahwa pekerjaan ini untuk Yehuwa, dan bahwa sangat penting agar kita tetap loyal. Mereka tidak boleh menceritakan hal ini kepada siapa pun​—tidak kepada sanak saudara atau bahkan kepada saudara-saudari Kristen kita. Syukurlah, anak-anak setia dan taat.”

Rumah Aura Lila Martínez termasuk yang pertama-tama digunakan sebagai pusat percetakan. Cucu-cucunya ikut mengurutkan halaman-halaman, menstaples, dan mengepak. Mereka pun menjadi sangat akrab dengan saudara-saudara yang bekerja di rumah mereka. Dan, mereka tidak pernah membicarakan pekerjaan itu dengan orang lain. Eunice mengenang, ”Hampir setiap hari kami bersekolah dan bermain dengan anak-anak keluarga Bendaña dan Eugarrios, tetapi kami tidak pernah saling tahu bahwa ada percetakan lektur di rumah yang lainnya hingga bertahun-tahun kemudian. ’Oh ya? Di rumah kamu juga?’ kami saling bertanya dengan takjub. Bayangkan, kami bertumbuh besar sebagai sahabat karib, tetapi tak seorang pun dari kami membocorkan sesuatu kepada yang lain. Jelaslah, inilah cara Yehuwa melindungi pekerjaan itu.”

Pengalaman-pengalaman masa awal itu terus berpengaruh positif terhadap kaum muda ini. Emerson Martínez, kini hamba pelayanan dalam dinas sepenuh waktu istimewa, mengatakan, ”Saudara-saudara di bengkel-bengkel itu adalah anutan saya. Mereka baru berusia 18 atau 19 tahun, tetapi mereka mengajar saya untuk menghargai tanggung jawab rohani, tidak soal seberapa kecil itu, dan saya belajar pentingnya melakukan pekerjaan yang bermutu. Seandainya saya melewatkan satu halaman sewaktu mengurutkan lembaran lektur, seseorang akan kehilangan manfaat dari informasi itu. Hal ini menanamkan dalam diri saya pentingnya melakukan yang terbaik untuk Yehuwa dan untuk saudara-saudara kita.”

Elda María, putri Edmundo dan Elda Sánchez, membantu mengirimkan kertas stensil Menara Pengawal dan publikasi lain yang telah diketik ibunya. Ia membawanya dengan sepeda ke rumah Saudara Ponce sejauh lima blok. Sebelum memberikan stensil itu kepada putrinya, Saudari Sánchez membungkusnya dengan hati-hati dan menaruhnya dalam keranjang kecil. ”Sejak saya kecil,” kata Elda María, ”orang tua saya melatih saya untuk taat. Jadi, sewaktu masa pembatasan ini tiba, saya sudah terbiasa mengikuti instruksi dengan saksama.”

Apakah ia memahami bahaya yang dihadapi saudara-saudara​—termasuk ayahnya—​yang ikut dalam mengawasi percetakan? Elda María berkata, ”Sering kali, sebelum berangkat Ayah memberi tahu saya bahwa seandainya ia ditangkap, saya tidak boleh takut atau sedih. Meskipun demikian, sewaktu ia terlambat pulang, saya ingat bahwa saya dan Ibu berdoa berulang-ulang untuk keselamatannya. Kami sering melihat orang-orang dari Keamanan Negara parkir di depan rumah kami untuk mengamati-amati kami. Seandainya Ibu harus membukakan pintu, saya mengumpulkan semua alat-alatnya dan menyembunyikannya. Saya sangat bersyukur atas teladan dan pelatihan orang tua saya dalam memperlihatkan keloyalan kepada Yehuwa dan kepada saudara-saudara kita.”

Karena ditanamkan fondasi yang kukuh pada masa mudanya, banyak anak muda pada era itu kini melayani dalam dinas sepenuh waktu, dan banyak yang memiliki kedudukan yang bertanggung jawab dalam sidang. Kemajuan mereka adalah bukti berkat Yehuwa yang limpah atas umat-Nya, dan tidak satu pun di antara mereka yang kekurangan makanan rohani pada masa yang sulit itu. Malah, kabar baik Kerajaan Allah terus membuat kemajuan, bahkan menemukan ”tanah yang baik” di antara ribuan orang yang dipenjarakan selama era Sandinista. (Mrk. 4:8, 20) Bagaimana hal ini terjadi?

Benih Kerajaan Ditabur di Penjara

Setelah Revolusi Sandinista, ribuan Tentara Nasional yang kalah serta para disiden politik ditahan sebelum dihadapkan ke pengadilan khusus yang berlangsung sejak akhir tahun 1979 hingga tahun 1981. Kebanyakan mantan anggota Tentara Nasional dijatuhi hukuman hingga 30 tahun penjara di Cárcel Modelo (Penjara Modelo), sebuah lembaga pemasyarakatan besar di Tipitapa, sekitar 11 kilometer di sebelah timur laut Managua. Sebagaimana yang akan kita lihat, banyak orang yang berhati jujur dalam penjara yang keras dan sesak itu dibebaskan secara rohani.

Menjelang akhir tahun 1979, seorang penatua di Managua menerima sepucuk surat dari rekan Saksi yang ditahan, tetapi belum di Cárcel Modelo, karena pernah berdinas militer di bawah pemerintahan Somoza sebelum mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran. Dalam suratnya, saudara itu meminta lektur untuk dibagikan kepada para tahanan lain. Dua penatua yang mengantarkan lektur itu tidak diizinkan menemui saudara tersebut. Namun, ia tidak menjadi kecil hati, karena ia terus memberi kesaksian kepada sesama narapidana, bahkan memimpin pengajaran Alkitab dengan beberapa di antaranya.

Salah satu siswa itu, Anastasio Ramón Mendoza, membuat kemajuan rohani yang pesat. ”Saya begitu menyukai apa yang saya pelajari,” kenangnya, ”sehingga saya mulai menemani saudara itu sewaktu ia mengabar kepada tahanan lain. Ada yang menolak kami; ada juga yang mendengarkan. Tak lama kemudian, kira-kira 12 dari kami belajar bersama selama jam istirahat di sebuah halaman terbuka.” Kira-kira setahun kemudian, salah satu dari kelompok semula itu dibaptis.

Pada awal tahun 1981, kelompok kecil pelajar Alkitab ini dipindahkan bersama tahanan lain ke Cárcel Modelo, tempat mereka terus membagikan kabar baik kepada orang lain. Pada waktu yang sama, lektur Alkitab juga diedarkan secara diam-diam di antara para tahanan, beberapa bahkan menemukan lagi ”tanah yang baik”.

Perhatikan contoh José de la Cruz López dan keluarganya, yang semuanya bukan Saksi. Enam bulan setelah José dipenjarakan, istrinya mendapat sebuah Buku Cerita Alkitab dari Saksi-Saksi yang ia temui di jalan. Satu-satunya tujuan dia adalah memberikan buku itu kepada suaminya. ”Sewaktu saya mulai membaca buku Cerita Alkitab,” tutur José, ”saya pikir itu adalah buku gereja evangelis. Saya sama sekali tidak tahu-menahu tentang Saksi-Saksi Yehuwa. Buku itu sedemikian berkesan bagi saya sehingga saya membacanya beberapa kali dan mulai memperlihatkannya kepada ke-16 rekan satu sel saya, dan semuanya menikmatinya. Buku itu bagaikan air minum yang menyegarkan. Tahanan di sel-sel lain juga ingin meminjamnya sehingga buku itu pun beredar di seluruh bangsal, sampai menjadi kumal dan lusuh seperti setumpuk kartu remi tua.”

Beberapa rekan tahanan José adalah anggota gereja evangelis; beberapa bahkan adalah pastor. José mulai membaca Alkitab bersama mereka. Namun, ia kecewa sewaktu ia menanyakan makna Kejadian 3:15 kepada mereka tetapi hanya dijawab bahwa itu adalah misteri. Pada suatu hari, tahanan lain, yang adalah pelajar Alkitab, mengatakan kepada José, ”Jawabannya ada dalam buku Anda yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Jika Anda bersedia, saya dapat membahasnya bersama Anda.” José menerima tawaran itu, dan dengan bantuan buku Cerita Alkitab, ia belajar makna Kejadian 3:15. Setelah itu, ia mulai bergaul dengan para narapidana yang memperkenalkan diri mereka sebagai Saksi-Saksi.

Salah satu hal yang membuat José tertarik pada kelompok yang unik di Cárcel Modelo ini adalah tingkah laku mereka yang baik. ”Saya melihat orang-orang yang saya tahu dulunya menempuh gaya hidup yang sangat bejat tetapi sekarang memperlihatkan tingkah laku yang baik karena belajar Alkitab bersama Saksi-Saksi Yehuwa,” kata José. Sementara itu, istri José terus mendapatkan lektur dari Saksi-Saksi dan meneruskannya kepada suaminya yang, selanjutnya, membuat kemajuan secara rohani. Sebenarnya, kelompok belajarnya bahkan menugasi dia ke sebuah bagian bangsal tempat ia dapat mengabar dari sel ke sel. Dengan demikian, ia dapat meminjamkan beberapa lekturnya kepada para peminat dan juga mengundang mereka ke perhimpunan, yang diselenggarakan di bangsal sewaktu istirahat.

Mengurus Kebutuhan Rohani para Tahanan

Sidang Managua Timur mengurus kebutuhan rohani semakin banyak tahanan di Cárcel Modelo yang membaca lektur dan membuat kemajuan rohani. Untuk itu, sidang membuat penyelenggaraan agar saudara-saudari tertentu diam-diam membawa lektur kepada para tahanan. Kunjungan diperbolehkan setiap 30 hingga 60 hari, tetapi seorang tahanan hanya boleh dikunjungi orang yang telah ia minta sebelumnya. Jadi, tidak semua peminat dapat memperoleh kunjungan pribadi dari Saksi-Saksi setempat. Meskipun demikian, hal itu bukan masalah besar karena para narapidana kemudian segera berkumpul dan saling membagikan apa yang mereka peroleh.

Para penatua di Sidang Managua Timur membantu mengorganisasi dan mengarahkan kegiatan kelompok yang terus berkembang dalam Cárcel Modelo itu. Mereka terus melakukan kontak secara reguler khususnya dengan para narapidana yang menjalankan kepemimpinan secara rohani, menjelaskan kepada mereka cara memimpin perhimpunan mingguan, melaksanakan pekerjaan pengabaran dengan cara yang tertib, dan melaporkan semua kegiatan tersebut. Selanjutnya, para tahanan ini membagikan informasi itu kepada yang lain. Tata tertib teokratis yang baik benar-benar dibutuhkan, karena pada saat itu telah terbentuk sebuah kelompok besar pelajar Alkitab di dalam penjara.

Cárcel Modelo semula memiliki empat bangsal, masing-masing menampung hingga 2.000 tahanan. ”Setiap bangsal berdiri sendiri,” jelas Julio Núñez, salah seorang penatua yang berkunjung, ”maka perhimpunan mingguan diselenggarakan secara terpisah di kawasan rekreasi masing-masing bangsal, yang secara keseluruhan dihadiri kira-kira 80 orang.”

Dibaptis dalam Drum

Seraya orang-orang baru membuat kemajuan, beberapa orang menyatakan hasrat untuk dibaptis. Para penatua yang berkunjung menyetujui baptisan untuk para calon itu dan membantu para tahanan yang menjalankan kepemimpinan secara rohani untuk menyelenggarakan pembaptisan pada tanggal yang bertepatan dengan kebaktian yang diselenggarakan di luar. Biasanya khotbah baptisan diberikan pada malam sebelumnya di salah satu sel, dan keesokan paginya, sewaktu para tahanan mandi, para calon itu pun dibaptis.

José de la Cruz López dibaptis di penjara pada bulan November 1982. ”Saya dibaptis dalam drum sampah,” ia menuturkan. ”Kami menggosoknya bersih-bersih dengan deterjen. Kemudian, kami melapisi bagian dalamnya dengan seprai dan mengisinya dengan air. Namun, para penjaga bersenjata tiba persis sewaktu kami telah berkumpul untuk acara pembaptisan. ’Siapa yang mengizinkan pembaptisan ini?’ tanya mereka. Saudara yang menjalankan kepemimpinan menjelaskan bahwa seseorang tidak membutuhkan izin untuk melakukan apa yang difirmankan Allah. Para penjaga itu tidak membantah tetapi ingin menonton acara tersebut. Jadi, sambil disaksikan oleh mereka, saya diberi dua pertanyaan yang disiapkan bagi para calon baptis, lalu saya dibenamkan ke dalam drum.” Sekurang-kurangnya 34 tahanan pada akhirnya dibaptis dengan cara ini.

Beberapa narapidana membuat kemajuan pesat. Salah satunya adalah Omar Antonio Espinoza, yang menjalani 10 tahun dari 30 tahun masa hukumannya di Cárcel Modelo. Para tahanan dipindahkan secara berkala, dan pada tahun kedua Omar di penjara, salah satu rekan selnya adalah seorang Saksi. Omar mengamati bahwa para tahanan lain secara teratur mengunjungi pria ini, yang mengajar mereka Alkitab. Karena terkesan oleh apa yang ia lihat dan dengar, Omar juga meminta pengajaran Alkitab.

Omar mulai belajar dengan bantuan buku Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal, menghabiskan satu pasal setiap hari. Setelah 11 hari, ia ingin menjadi penyiar. Sewaktu ia menyelesaikan ke-22 pasal dari buku itu, ia minta dibaptis. Namun, saudara-saudara memintanya untuk memikirkan hal itu selama beberapa waktu lagi. Mereka juga menyarankan agar ia mempelajari publikasi kedua, yakni Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi, yang baru saja diterima dalam penjara itu. Dalam waktu sebulan lebih sedikit, Omar menyelesaikan buku itu juga. Bukan itu saja, ia berhenti merokok serta membuat perubahan-perubahan lain. Jelaslah, kebenaran Alkitab mempengaruhi kehidupannya. Setelah melihat perubahan-perubahan ini, saudara-saudara yakin bahwa hasratnya memang tulus dan Omar pun dibaptis dalam drum pada tanggal 2 Januari 1983.

Bahasa Isyarat Penjara

Untuk meneruskan informasi yang diterima dari para penatua yang berkunjung ke penjara atau untuk mengumpulkan informasi, seperti laporan dinas, para penyiar yang dipenjarakan harus berkomunikasi antarbangsal. Saudara Mendoza, yang dibaptis dalam penjara pada tahun 1982, menceritakan cara mereka melakukannya.

”Beberapa dari kami,” katanya, ”mempelajari sejenis bahasa isyarat yang telah berkembang di antara para tahanan. Sewaktu tiba saatnya untuk menyelenggarakan Peringatan, kami mengira-ngira kapan matahari telah terbenam dan kemudian mengisyaratkan satu sama lain sehingga kami semua dapat ikut berdoa pada saat bersamaan. Kami melakukannya tahun demi tahun. Bahasa isyarat juga membantu kami dalam pelajaran Menara Pengawal. Sewaktu saudara-saudara di salah satu bangsal tidak memiliki artikel pelajaran untuk minggu itu, kami mengirimkan seluruh artikel kepada mereka dalam bahasa isyarat. Di pihak penerima, seorang saudara melihat isyarat-isyarat itu dan mendiktekannya dengan suara keras kepada seorang teman yang menuliskan artikel itu.” Tetapi, pertama-tama, bagaimana makanan rohani bisa masuk ke dalam penjara?

Makanan Rohani Memelihara para Tahanan

Para penatua, keluarga mereka, dan para penyiar lain di Sidang Managua Timur secara teratur datang ke Cárcel Modelo untuk mengunjungi para tahanan. Selama hampir sepuluh tahun, mereka membawakan makanan jasmani serta makanan rohani untuk saudara-saudara mereka, termasuk Menara Pengawal dan Pelayanan Kerajaan Kita. Tentu saja, makanan rohani itu harus disembunyikan.

Seorang penatua menyembunyikan majalah-majalah dalam rongga tongkat penyangga kayunya yang besar. ”Kaum muda juga membantu, karena mereka jarang digeledah,” tutur Julio Núñez. Para pengunjung bahkan berhasil memasukkan lambang-lambang Peringatan ke dalam penjara.

Setiap bangsal memiliki hari khusus untuk para pengunjung, dan orang-orang yang mendapat izin biasanya menghabiskan sepanjang hari bersama tahanan di sebuah halaman yang luas. Dengan cara ini, sejumlah kecil narapidana Saksi dapat bertemu dengan saudara-saudari mereka dari Managua dan mendapatkan persediaan rohani. Kemudian, sewaktu para tahanan ini belakangan kembali ke bangsalnya, mereka dapat membagikan apa yang telah mereka terima.

Bahkan, lagu Kerajaan tidak terabaikan. ”Di bangsal kami,” kata Saudara López, ”hanya satu orang dari kami yang diizinkan bertemu dengan saudara-saudara yang berkunjung. Jadi, tahanan itu yang bertanggung jawab mempelajari nada beberapa nyanyian secara sekaligus dan kemudian mengajarkannya kepada kami. Karena kami hanya memiliki satu buku nyanyian, kami semua mengadakan latihan sebelum perhimpunan.” Saudara Mendoza adalah salah seorang dari segelintir narapidana yang boleh dikunjungi Saksi. ”Carlos Ayala dan keluarganya mengunjungi saya,” kata Saudara Mendoza. ”Dua putrinya mengajar saya sekurang-kurangnya sembilan lagu Kerajaan, yang saya ajarkan kepada rekan-rekan saya.” Saudara López termasuk tahanan yang mempelajari lagu-lagu itu melalui tahanan lain. Ia mengenang, ”Belakangan, sewaktu saya mulai menghadiri perhimpunan di luar, saya senang tetapi, harus saya akui, sedikit terkejut sewaktu tahu bahwa melodi yang kami nyanyikan selama di penjara ternyata benar-benar sama.”

Tetap Kuat secara Rohani di dalam Penjara

Lingkungan macam apa yang harus dihadapi saudara-saudara dan para peminat di dalam penjara, dan bagaimana mereka tetap kuat secara rohani? Saudara Mendoza mengenang, ”Makanan penjara dijatah. Semua narapidana dipukuli dalam beberapa peristiwa, dan adakalanya, para penjaga menembakkan senjatanya di sekeliling kami seraya kami terbaring tertelungkup di lantai. Hal-hal ini dilakukan untuk membuat kami tetap tegang. Sewaktu ada bentrokan antara beberapa tahanan lain dan para penjaga, kami semua dihukum dengan disuruh bertelanjang di halaman agar terpanggang sinar matahari. Kami Saksi-Saksi memanfaatkan peristiwa ini untuk membina dan menghibur satu sama lain. Kami mengingat ayat-ayat Alkitab dan membagikan pokok-pokok yang telah kami dapatkan dalam pelajaran pribadi kami. Pengalaman-pengalaman ini membantu kami tetap bersatu dan kuat.”

Dengan memanfaatkan limpahnya waktu senggang yang tersedia, banyak Saksi dan peminat membaca seluruh Alkitab empat atau lima kali. Sudah lumrah bagi mereka untuk mempelajari dengan saksama, dan hingga beberapa kali, semua publikasi Alkitab yang mereka dapatkan. Dengan penghargaan yang istimewa, Saudara Mendoza mengingat Buku Kegiatan. ”Pengalaman-pengalaman dari berbagai negeri, peta-petanya​—semuanya kami pelajari,” kenangnya. ”Setiap tahun, kami membandingkan pertambahan-pertambahan, jumlah sidang, jumlah orang baru yang dibaptis, dan hadirin Peringatan di setiap negeri. Hal-hal ini memberi kami sukacita besar.”

Di bawah keadaan tersebut, para penyiar baru cepat mendapatkan pengetahuan yang bagus sekali tentang Firman Allah serta tentang organisasi teokratis. Mereka juga menjadi pengabar dan guru yang bergairah. Misalnya, pada bulan Februari 1986, Cárcel Modelo memiliki 43 penyiar yang memimpin 80 pengajaran Alkitab. Rata-rata 83 orang menghadiri perhimpunan mingguan.

Semua narapidana yang telah dibebaskan secara rohani ini akan segera mengalami kebebasan tambahan, karena pemerintah memutuskan untuk memberikan grasi kepada semua tahanan politik. Hasilnya, ke-30 penyiar terakhir dalam Cárcel Modelo dibebaskan pada tanggal 17 Maret 1989. Sidang Managua Timur segera membuat pengaturan agar para penyiar yang baru dibebaskan itu dihubungi oleh para penatua di daerah tempat mereka pindah. Selanjutnya, para penatua ini menyambut saudara-saudara mereka yang baru, yang banyak di antaranya belakangan menjadi penatua, hamba pelayanan, dan perintis.

Pembatasan Tidak Menghentikan Pekerjaan Pengabaran

Kendati ada berbagai kesulitan dan bahaya, jumlah penyiar di Nikaragua terus bertambah dengan pesat selama era pembatasan. Sebenarnya, di beberapa daerah, terbentuk sidang-sidang yang hampir seluruh anggotanya adalah orang baru. Contohnya Sidang La Reforma. Para perintis istimewa, Antonio Alemán dan istrinya, Adela, mengadakan perjalanan setiap hari untuk memberi kesaksian di komunitas-komunitas pedesaan antara Masaya dan Granada. Salah satu komunitas ini adalah La Reforma. Di sini, pada awal tahun 1979, suami istri Alemán memberi pengajaran kepada Rosalío López, seorang pemuda yang istrinya baru saja meninggal. Segera, Rosalío memberi tahu keluarga iparnya, yang dengannya ia tinggal, hal-hal yang sedang ia pelajari. Pertama-tama, ia berbicara kepada ibu mertuanya, lalu kepada satu demi satu saudara iparnya. Tak lama kemudian, sekelompok keluarga yang terdiri dari 22 orang ini mulai berhimpun di Masaya, yang dicapai dengan berjalan kaki sejauh enam kilometer.

Pada suatu hari, keluarga ipar Rosalío berkata kepadanya, ”Kita belajar di perhimpunan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa mengabar dari rumah ke rumah, tetapi kita tidak melakukannya.”

”Baiklah,” kata Rosalío, ”kita mengabar hari Sabtu ini.” Dan, mereka benar-benar melakukannya! Dengan Rosalío yang berbicara, mereka semua ber-22 mengunjungi satu rumah bersama-sama! Sewaktu Antonio datang untuk pengajaran berikutnya, Rosalío menceritakan, sambil tersenyum lebar, ”Kami semua sudah pergi mengabar minggu ini!” Meskipun Antonio senang melihat gairah siswa-siswanya, ia menganjurkan pasangan-pasangan muda itu untuk terlebih dahulu menyelaraskan beberapa hal dalam kehidupan mereka dengan tuntutan Alkitab.

Pada bulan Desember 1979, Rosalío dan salah seorang saudara lelaki almarhum istrinya, Húber López, adalah yang pertama dari kelompok ini yang dibaptis, lalu disusul yang lain dalam waktu singkat. Hanya tiga tahun kemudian, Sidang La Reforma pun terbentuk. Sidang itu awalnya memiliki 30 penyiar—semua dari keluarga yang sama! Pada waktunya, Húber, saudaranya Ramón, dan Rosalío dilantik menjadi penatua. Pada tahun 1986, 54 anggota sidang itu melayani sebagai perintis.—Lihat kotak pada halaman 99-102.

Sebagai hasil kegiatan pengabaran yang bergairah oleh anggota-anggota sidang La Reforma, enam sidang lain akhirnya terbentuk di komunitas sekitarnya. Ingatlah juga, saudara-saudara itu masih diawasi dengan ketat oleh kalangan berwenang, yang tentunya tidak terkesan oleh gairah mereka. ”Kami terus-menerus diganggu oleh pihak militer,” kenang Húber López, ”tetapi hal itu tidak pernah membuat kami berhenti mengabar.” Malahan, pekerjaan pengabaran meningkat selama era yang sulit ini. Bagaimana mungkin? Karena banyak saudara kehilangan pekerjaannya dan mengambil dinas perintis biasa atau ekstra.

Yehuwa memberkati upaya mereka. Pada tahun 1982, ada 4.477 penyiar kabar baik di Nikaragua, tetapi pada tahun 1990​—setelah delapan tahun pembatasan dan penganiayaan—​angka itu telah bertambah menjadi 7.894. Itu berarti peningkatan sebesar 76 persen!

Pembatasan Dicabut

Pada bulan Februari 1990, pemilu yang dipantau dunia internasional menghasilkan perubahan pemerintah di Nikaragua. Tak lama setelah itu, pembatasan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa dicabut, wajib militer diakhiri, dan komite-komite pertahanan dibubarkan. Meskipun berhati-hati, saudara-saudara tidak lagi takut dimata-matai oleh para tetangga. Pada bulan September tahun itu, Ian Hunter, yang sebelumnya melayani dalam Panitia Cabang di Guatemala, menjadi koordinator baru dari panitia negeri Nikaragua.

Selama delapan tahun sebelumnya, panitia negeri mengawasi pekerjaan di Nikaragua tanpa kantor dan peralatan kantor. Sesungguhnya, Saudara Hunter merasa senang bahwa ia telah membawa mesin ketik yang biasa ia gunakan di kantor cabang Guatemala! Seorang saudara setempat, Julio Bendaña, dengan baik hati menawarkan sebagian besar peralatan kantornya sendiri kepada saudara-saudara, yang mempunyai banyak pekerjaan untuk dilakukan.

Sebuah rumah di daerah pinggiran Managua dibeli untuk dijadikan kantor cabang. Namun, sejumlah saudara belum mengenal rutin Betel yang normal, karena mereka terbiasa bekerja secara rahasia di lokasi yang berbeda-beda dan pada waktu yang tidak menentu. Tetapi, mereka menyambut baik pelatihan dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan. Sebagian besar pemuda ini terus melayani Yehuwa dengan setia, beberapa melayani dalam berbagai corak dinas sepenuh waktu.

Untuk membantu pekerjaan di kantor cabang, diutus juga saudara-saudara dari negeri lain. Utusan injil Kenneth dan Sharan Brian ditugasi kembali dari Honduras ke Nikaragua pada akhir tahun 1990. Pada bulan Januari 1991, Juan dan Rebecca Reyes, para lulusan Sekolah Perluasan Gilead kelas pertama di Meksiko, datang dari Kosta Rika, disusul Arnaldo Chávez, juga lulusan kelas pertama di Meksiko, dan istrinya, María. Lothar and Carmen Mihank tiba dua tahun kemudian dari Panama, tempat Lothar tadinya melayani dalam Panitia Cabang. Sebagian besar dari mereka ditugasi ke kantor cabang baru, tempat mereka membantu menyelaraskan kembali pekerjaan menurut prosedur organisasi yang tepat. Sekarang, keluarga Betel Nikaragua memiliki 37 anggota dari berbagai kebangsaan.

Pada bulan Februari 1991, sebuah Panitia Cabang dilantik untuk menggantikan panitia negeri, dan kantor cabang Nikaragua secara resmi dibuka kembali pada tanggal 1 Mei 1991. Fondasi kini sudah diletakkan untuk pertumbuhan mendatang, dan ternyata pertumbuhan itu sungguh mengesankan! Sejak tahun 1990 hingga tahun 1995, 4.026 murid baru dibaptis​—peningkatan 51 persen. Pertumbuhan ini menciptakan kebutuhan yang mendesak akan tempat-tempat yang cocok untuk berhimpun. Namun, seperti yang kita ingat, pada tahun 1982, sebanyak 35 properti telah direbut oleh gerombolan massa.

Meminta Pengembalian Properti

Sewaktu Balai-Balai Kerajaan pertama kali diduduki secara ilegal, saudara-saudara tidak pasrah dan menyerah, tetapi segera naik banding kepada pemerintah sambil mengutip Undang-Undang Dasar Nikaragua sebagai pembelaan. Namun, kendati saudara-saudara telah memenuhi setiap tuntutan hukum, permintaan mereka tidak dihiraukan. Pada tahun 1985, saudara-saudara bahkan menyurati presiden Nikaragua pada waktu itu untuk meminta pengakuan hukum dan pengembalian semua properti. Selain itu, mereka berulang-ulang mengajukan permintaan untuk bertatap muka dengan menteri dalam negeri. Tetapi, semua upaya ini tidak membuahkan hasil.

Sewaktu pemerintah baru mulai berkuasa pada bulan April 1990, saudara-saudara segera mengirimkan petisi lagi, kali ini kepada menteri dalam negeri yang baru, meminta agar Saksi-Saksi Yehuwa didaftarkan kembali secara resmi. Alangkah bersukacita dan bersyukurnya mereka kepada Yehuwa sewaktu, hanya empat bulan kemudian, petisi mereka dikabulkan! Sejak saat itu, Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal diberi status misi keagamaan internasional oleh pemerintah Nikaragua dan dapat bebas beroperasi serta mendapat pembebasan pajak yang biasa diberikan kepada organisasi-organisasi nirlaba seperti itu. Namun, memperoleh kembali Balai-Balai Kerajaan bukan hal yang mudah, karena beberapa di antaranya telah ”diberikan” kepada para pendukung rezim sebelumnya.

Saudara-saudara mengajukan permohonan kepada Komite Nasional Revisi Properti Sitaan yang baru dibentuk, meminta restitusi atas semua properti. Hal ini ternyata adalah proses yang ruwet dan membuat frustrasi, sebagian karena banyaknya permohonan serupa yang diajukan berbagai organisasi dan individu lain. Setelah setahun mengerahkan upaya keras, satu properti dikembalikan pada bulan Januari 1991. Saudara-saudara juga mengunjungi orang-orang yang mendiami Balai-Balai Kerajaan, untuk mencapai suatu kesepakatan. Tetapi, kebanyakan orang ini merasa bahwa apa yang mereka peroleh merupakan ”keuntungan” yang sah dari revolusi.

Properti kantor cabang dikembalikan belakangan pada tahun yang sama, tetapi tempat tinggal alternatif harus dibeli untuk keluarga yang sebelumnya mendiami properti itu. Selama tahun-tahun berikutnya, saudara-saudara secara bertahap memperoleh kembali 30 dari ke-35 properti itu dan menerima kompensasi dalam bentuk obligasi pemerintah untuk properti yang tidak dapat diperoleh kembali.

Menanggulangi Bencana-Bencana Alam

Selain gempa bumi yang disebutkan sebelumnya dalam laporan ini, gunung berapi dan badai juga menelan korban jiwa dan materi di Nikaragua. Sejak tahun 1914, gunung berapi yang paling aktif di negeri ini, Cerro Negro, telah 12 kali meletus, menyelimuti daerah luas perkebunan dengan abu. Elfriede Urban, utusan injil yang melayani di León selama letusan pada tahun 1968 dan 1971, melukiskan seperti apa peristiwanya, ”Pasir dan abu hitam menghujani kota selama dua minggu. Abu itu harus disingkirkan dengan sekop dari atap agar tidak sampai roboh. Orang-orang punya alasan untuk khawatir karena kota León yang lama pernah terkubur dengan cara itu berabad-abad yang lalu. Angin menerbangkan pasir halus ke mana-mana. Ada yang masuk ke dalam sepatu, pakaian, tempat tidur, makanan, dan bahkan di antara halaman-halaman buku kami! Namun, selama peristiwa ini, saudara-saudara terus menghadiri perhimpunan dan ambil bagian dalam dinas lapangan.”

Pada bulan Oktober 1998, Badai Mitch, yang oleh beberapa pakar disebut ”badai paling memautkan yang menyerang Belahan Bumi Barat dalam dua abad terakhir ini”, menyebabkan banjir bandang di seluruh Amerika Tengah. ”Mitch menewaskan antara 3.000 dan 4.000 orang di Nikaragua serta menyebabkan kerusakan properti yang sangat besar,” kata Encarta Encyclopedia. ”Hujan lebat membentuk danau di kawah gunung berapi Casitas, mengakibatkan longsor yang menutupi daerah seluas 80 km2, sehingga menyapu bersih beberapa desa.” Menurut perkiraan terbaru, jumlah korban jiwa melebihi 2.000 orang.

Seperti di negeri-negeri lain yang terimbas, Saksi-Saksi Yehuwa di Nikaragua mengerahkan upaya bantuan kemanusiaan besar-besaran. Di kota-kota tertentu, para sukarelawan Saksi membentuk tim-tim yang bersepeda ke daerah-daerah yang tak terjangkau kendaraan untuk mengetahui keadaan saudara-saudara serta mengirimkan makanan dan persediaan lain. Sering kali, mereka adalah pekerja bantuan kemanusiaan yang pertama tiba, dan hal ini mendatangkan sukacita besar bagi saudara-saudara mereka yang kini kehilangan tempat tinggal. Saksi-Saksi di Kosta Rika dan Panama segera mengirimkan 72 ton makanan dan pakaian. Setelah kebutuhan jangka pendek terpenuhi, para pekerja kemanusiaan terus tinggal selama beberapa bulan untuk memperbaiki Balai-Balai Kerajaan dan membangun rumah-rumah baru untuk saudara-saudara.

Nikaragua ”yang Lain”

Pada tahun 1987, pemerintah menciptakan dua kawasan otonomi yang membentuk bagian timur Nikaragua. Kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai Zelaya itu kini disebut Kawasan Otonomi Atlantik Utara (RAAN dalam bahasa Spanyol) dan Kawasan Otonomi Atlantik Selatan (RAAS). Meskipun kedua kawasan ini meliputi sekitar 45 persen daratan Nikaragua, yang tinggal di sana hanya 10 persen populasi seluruh negeri.

RAAN dan RAAS, yang memiliki pertambangan emas dan perak yang tersebar di sana-sini, membentang dari lereng timur daerah pegunungan tengah yang berlekuk-lekuk sampai laguna-laguna dan rawa-rawa di Pantai Nyamuk. Di antaranya terdapat lanskap yang bervariasi mulai dari hutan hujan tropis, sabana pinus dan palem, hingga sejumlah besar sungai dan aliran air yang berliku-liku menuju Laut Karibia. Dari tahun ke tahun, desa, kota, dan kota kecil yang dihuni orang mestizo, serta Miskito dan orang pribumi lainnya, didirikan di sana.

Bagi mayoritas orang Miskito, Sumo, Rama, dan Kreol yang mendiami kawasan ini, ibu kota Managua tampak seperti dunia yang lain. Sebenarnya, belum ada jalan beraspal yang menghubungkan kawasan timur dengan kawasan barat. Meskipun bahasa Spanyol digunakan di kawasan Atlantik, banyak orang menggunakan bahasa Miskito, Kreol, atau bahasa pribumi lainnya. Dan, kebanyakan orang mengaku Protestan, umumnya sekte Moravia, kontras dengan penduduk di kawasan Pasifik yang mayoritas adalah Katolik. Jadi, dalam hampir segala hal​—geografi, bahasa, sejarah, budaya, dan agama—​timur dan barat sangat bertolak belakang. Kalau begitu, bagaimana kabar baik akan disambut di Nikaragua ”yang lain” ini?

Berita Kerajaan Menjangkau Daerah yang Jauh

Para saudara utusan injil Saksi telah mengadakan kunjungan penjelajahan ke zona timur pada tahun 1946 dan menempatkan lektur. Pada tahun 1950-an, pengawas wilayah Sydney Porter dan istrinya, Phyllis, mengunjungi kota pesisir kecil Bluefields dan Puerto Cabezas, Kepulauan Jagung, dan kota pertambangan Rosita, Bonanza, dan Siuna. ”Dalam satu perjalanan ke kota-kota pertambangan itu,” Sydney menceritakan, ”kami masing-masing menempatkan lebih dari 1.000 majalah dan 100 buku. Semua orang sangat senang membaca.” Kelompok-kelompok terpencil segera terbentuk di banyak kota ini, dan sejak tahun 1970-an, kelompok-kelompok ini secara bertahap telah menjadi sidang-sidang.

Akan tetapi, daerah-daerah lain di RAAN dan RAAS hampir tidak tersentuh selama bertahun-tahun. Keterpencilan, tidak adanya jalan penghubung, dan hujan deras tropis selama lebih dari delapan bulan setiap tahun merupakan tantangan utama terhadap pekerjaan pengabaran. Tetapi, hal-hal ini bukannya tak tertanggulangi, sebagaimana diperlihatkan oleh banyak perintis yang bergairah dan tak kenal gentar. Sebagian besar sebagai hasil dari tekad dan kerja keras mereka, kini ada tujuh sidang dan sembilan kelompok, yang memiliki kira-kira 400 penyiar Kerajaan, di RAAN dan RAAS.

Untuk mengilustrasikan tantangan-tantangan yang dihadapi Saksi-Saksi di kawasan ini, perhatikan contoh seorang saudara berusia 22 tahun. Tiga kali seminggu, ia mengadakan perjalanan melewati gunung selama kira-kira delapan jam untuk menghadiri perhimpunan di kota pertambangan Rosita, tempat adanya sidang terdekat. Di sana, ia melayani sebagai hamba pelayanan dan perintis biasa. Sebagai satu-satunya Saksi yang terbaptis dalam keluarganya, ia biasa bekerja sendiri di daerah pegunungan ini, tempat rumah-rumah sering kali saling terpisah sejauh dua jam berjalan kaki. Jika hari sudah larut sewaktu ia berada di salah satu rumah, ia tidur di sana dan melanjutkan pekerjaannya di daerah itu keesokan harinya, karena tidak praktis untuk mengadakan perjalanan pulang pada malam itu juga. Belum lama ini, ayahnya meninggal, sehingga saudara muda ini, sebagai putra sulung, bertanggung jawab mengurus keluarganya. Meskipun demikian, ia masih sanggup merintis. Malahan, salah seorang saudara jasmaninya kini adalah penyiar belum terbaptis dan ikut bersamanya dalam dinas.

Sejak tahun 1994, kantor cabang telah mengorganisasi kampanye pengabaran tahunan di kawasan yang sangat luas ini. Para perintis istimewa sementara, yang ditarik dari barisan perintis biasa yang bergairah, mengerjakan kota dan desa terpencil di RAAN dan RAAS selama empat bulan pada musim kering. Para perintis yang tangguh ini berjuang menghadapi panas yang luar biasa, medan yang tidak rata, ular, binatang liar, air yang tercemar, dan risiko terjangkit penyakit menular. Tujuan mereka adalah memberikan kesaksian yang saksama, memimpin pengajaran Alkitab dengan para peminat, dan menyelenggarakan perhimpunan, termasuk acara Peringatan. Hasil yang mereka dapatkan juga membantu kantor cabang menentukan ke mana hendaknya menugasi para perintis istimewa. Selama bertahun-tahun, program ini telah menyebabkan terbentuknya sidang-sidang dan kelompok-kelompok di kota Waspam dan San Carlos, di pesisir Sungai Coco, jauh di sebelah timur laut.

Meskipun RAAN dan RAAS dibanjiri pendatang mestizo berbahasa Spanyol, orang pribumi Miskito tetap merupakan kelompok terbesar di kedua kawasan ini. Beberapa publikasi Alkitab tersedia dalam bahasa Miskito, dan sejumlah perintis telah mempelajari bahasa tersebut. Alhasil, banyak orang yang ramah dan mencintai Alkitab ini mendapat kesan baik tentang berita Kerajaan.

Misalnya, dekat Sungai Likus di RAAN terletak Kwiwitingni, sebuah desa Miskito yang terdiri dari 46 rumah, yang 6 di antaranya tidak berpenghuni selama kampanye perintis tahun 2001. Pada tahun itu, para perintis istimewa sementara memimpin 40 pengajaran Alkitab di desa itu—satu PAR per rumah! Setelah satu bulan saja, tiga siswa menyatakan keinginan untuk dibaptis, yang salah satunya adalah asisten pastor di Gereja Moravia setempat. Dua pasang suami istri ingin menjadi penyiar, tetapi perkawinan mereka belum disahkan secara hukum. Oleh karena itu, para perintis dengan ramah menjelaskan kepada mereka standar Alkitab tentang perkawinan dan baptisan. Bayangkan sukacita yang diperoleh para perintis itu sewaktu persis sebelum mereka pulang, kedua pasangan suami istri ini mendatangi mereka sambil melambai-lambaikan surat nikah mereka!

Sejak kampanye yang sangat produktif itu, para penyiar di Waspam telah secara teratur mengadakan perjalanan sejauh 19 kilometer ke Kwiwitingni untuk membantu para peminat baru tersebut terus membuat kemajuan rohani dan melatih mereka untuk dinas.

Para perintis istimewa sementara yang mengabar di beberapa desa Miskito di bantaran Sungai Coco bertemu dengan sekelompok besar orang Amerika yang sedang melakukan kegiatan sosial. Para perintis itu menempatkan sejumlah majalah berbahasa Inggris kepada mereka. Di Desa Francia Sirpi, dekat Sungai Wawa, para anggota gereja Baptis sedang membangun sebuah sekolah kecil. Pemimpin kelompok konstruksi itu memberi tahu salah seorang perintis, ”Saya mengagumi pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa. Kalian di sini mengajar Alkitab. Seandainya saja agama saya mau melakukan hal itu.”

Kebutuhan akan Saudara-Saudara yang Berpengalaman

Selama era pembatasan, kira-kira 60 persen Saksi di Nikaragua menghadiri perhimpunan yang tidak lebih besar daripada kelompok kecil keluarga-keluarga. Dan, mereka hanya memiliki sedikit publikasi untuk dinas. Kebaktian diadakan pada tingkat sidang, dan acaranya dipadatkan. Sejumlah saudara matang yang juga adalah kepala keluarga melayani sebagai pengawas keliling pengganti tetapi hanya dapat melakukannya secara penggal waktu. Selain itu, banyak keluarga Saksi kawakan beremigrasi ke tempat lain pada tahun-tahun penuh gejolak itu. Oleh karena itu, sewaktu pekerjaan terdaftar kembali secara resmi, ada kebutuhan yang mendesak akan penatua dan perintis yang berpengalaman.

Sebenarnya, para penatua sendiri sangat mendambakan pelatihan mengenai prosedur organisasi, sementara para penyiar meminta petunjuk tentang hal-hal seperti cara menawarkan lektur di lapangan. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, Badan Pimpinan menugaskan ke Nikaragua para lulusan Sekolah Pelatihan Pelayanan yang diselenggarakan di El Salvador, Meksiko, dan Puerto Riko. Salah seorang saudara ini, Pedro Henríquez, lulusan Sekolah Pelatihan Pelayanan kelas pertama di El Salvador, mulai melakukan pekerjaan wilayah di Nikaragua pada tahun 1993. Sebelas pengawas wilayah yang berpengalaman dari Meksiko juga ’melangkah’ ke Makedonia zaman modern ini untuk membantu.—Kis. 16:9.

Selama sembilan tahun terakhir ini, Nikaragua juga telah menerima 58 lulusan Gilead, yang ditugasi ke enam rumah utusan injil di seluruh negeri itu. Kematangan mereka telah turut menghasilkan suasana rohani yang sehat dalam sidang-sidang, dan mereka telah membantu banyak kaum muda memandang dinas sepenuh waktu sebagai cita-cita yang memikat.

Saudara-saudara yang datang ke Nikaragua pada tahun 1960-an dan 1970-an untuk melayani di tempat yang lebih membutuhkan menyebutnya firdaus pengabar. Hal ini masih berlaku dewasa ini. Seorang saudara di Departemen Dinas di kantor cabang mengomentari, ”Nikaragua masih merupakan negeri tempat para penyiar dan perintis menentukan berapa banyak pengajaran Alkitab yang akan mereka pimpin, karena ada begitu banyak peminat.” Tidak heran bila banyak orang berhasrat untuk membantu di tempat yang lebih membutuhkan dan yang telah menghitung biayanya mengajukan permohonan untuk melayani di Nikaragua. Sesungguhnya, hingga bulan April 2002, 289 perintis dari 19 negeri telah pindah ke sana untuk membantu. Alangkah bersyukurnya Saksi-Saksi setempat untuk semua pekerja panen ini!—Mat. 9:37, 38.

Pertemuan Nasional yang Menggetarkan

Sebelum pembatasan, kebaktian nasional terakhir diselenggarakan pada tahun 1978. Jadi, bayangkan betapa tergetarnya saudara-saudara sewaktu menerima undangan kebaktian distrik yang akan diselenggarakan di Managua pada bulan Desember 1999! Para anggota keluarga dianjurkan mulai menabung untuk biaya perjalanan dan biaya-biaya lain sehingga semuanya dapat hadir. Guna memperoleh dana ini, beberapa Saksi cukup cerdik. Misalnya, karena babi sangat disukai di Nikaragua, sejumlah Saksi menabung di ”celengan babi” hidup dengan cara membeli babi, memeliharanya, dan kemudian menjualnya. Sebagai hasil tekad dan perencanaan yang bijaksana, 28.356 Saksi dan peminat dari seluruh penjuru negeri dapat datang ke stadion bisbol nasional Managua untuk Kebaktian Distrik ”Kata-Kata Nubuat Ilahi”, yang dimulai pada tanggal 24 Desember.

Betapa tergetarnya para delegasi itu pada hari Sabtu sewaktu menyaksikan 784 orang dibenamkan—baptisan terbesar dalam sejarah pekerjaan di Nikaragua! Para utusan injil yang pernah melayani di sana juga hadir dan membagikan pengalaman yang membesarkan hati kepada hadirin. Selain itu, kebaktian ini memiliki pengaruh pemersatu yang ampuh dengan menggugah semuanya, tidak soal bahasa atau latar belakang suku, agar lebih bertekad daripada sebelumnya untuk membuat kemajuan dalam satu ”bahasa yang murni” berupa kebenaran rohani ”untuk melayani [Yehuwa] bahu-membahu”.​—Zef. 3:9.

Membela Hak Kita untuk Menerima Perawatan Medis Nondarah

Nikaragua memiliki tiga Panitia Penghubung Rumah Sakit (PPRS), yang pekerjaannya dikoordinasi oleh Pelayanan Informasi Rumah Sakit di kantor cabang. Selain membantu para pasien Saksi sewaktu timbul masalah transfusi darah, panitia-panitia ini berjuang untuk menginformasikan para profesional dan mahasiswa di bidang kedokteran tentang banyak alternatif transfusi darah yang berterima bagi Saksi-Saksi Yehuwa.

Untuk tujuan itu, para anggota PPRS telah menyampaikan ceramah dan presentasi audiovisual kepada para dokter dan mahasiswa kedokteran, yang beberapa di antaranya telah menyumbangkan komentar yang sangat positif. Sesungguhnya, semakin banyak ahli bedah dan anestesiolog menyatakan kesediaan mereka untuk bekerja sama dengan Saksi-Saksi Yehuwa dengan merespek pendirian mereka yang berdasarkan Alkitab dalam hal transfusi darah.

Bertekad untuk Terus Maju

Sejarah teokratis Nikaragua menyediakan banyak sekali kesaksian bahwa baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia tidak sanggup mencegah kemajuan kabar baik. Ya, Yehuwa benar-benar telah membuat ”yang sedikit” menjadi ”seribu”. (Yes. 60:22) Laporan dinas lapangan pertama di negeri itu, yang diserahkan pada tahun 1943, menunjukkan kegiatan tiga penyiar saja; 40 tahun kemudian, ada puncak 4.477 penyiar. Pada tahun 1990, sewaktu para utusan injil diizinkan kembali, angka itu telah menanjak hingga 7.894! Yehuwa terus memberkati sepanjang dekade ’90-an, manakala jumlah pemberita Kerajaan telah meningkat hampir dua kali lipat.

Tentu saja, pertumbuhan yang pesat ini menciptakan kebutuhan yang mendesak akan lebih banyak Balai Kerajaan. Oleh karena itu, kantor cabang telah menyelenggarakan program konstruksi besar-besaran yang mencakup pembangunan sekitar 120 Balai Kerajaan lagi, di samping kantor cabang baru di Ticuantepe, 11 kilometer di sebelah selatan Managua. Kantor cabang itu direncanakan rampung pada bulan April 2003.

Pada tahun-tahun belakangan ini, Nikaragua telah mengalami kemajuan ekonomi, khususnya di Managua, sebuah kota yang mengalami pertumbuhan pesat dalam kesempatan kerja, pendidikan, dan hiburan. Pembangunan tampaknya sudah menjadi ciri tetap kota itu, yang kini memiliki banyak restoran modern, pompa bensin, dan pusat perbelanjaan yang dipenuhi barang-barang konsumen dan banyak produk lain khas masyarakat Barat.

Lingkungan seperti itu dengan banyak godaannya menghadirkan tantangan baru bagi orang-orang Kristen. Seorang penatua kawakan mengamati, ”Perubahan terjadi dengan cepat. Halnya seperti menyajikan sepiring penuh permen kepada seorang anak yang belum pernah makan apa pun selain nasi dan kacang, lantas memberi tahu dia, ’Hati-hati ya!’ Ya, kami tahu bagaimana melayani Yehuwa di bawah kesukaran, tetapi sekarang, musuhnya tidak begitu kentara. Situasi ini lebih sulit dihadapi.”

Meskipun demikian, keloyalan, gairah, dan keberanian yang diperlihatkan umat Yehuwa pada tahun-tahun pembatasan terus menghasilkan buah yang baik. Banyak anak yang bertumbuh pada era itu kini melayani sebagai penatua, perintis, dan sukarelawan di Betel. Nikaragua kini memiliki 17 wilayah yang terdiri dari 295 sidang dan 31 kelompok terpencil. Laporan pada bulan Agustus 2002 memperlihatkan puncak baru sebanyak 16.676 penyiar, tetapi hadirin Peringatan untuk tahun itu adalah 66.751 orang!

Oleh karena itu, kita berdoa agar lebih banyak orang lagi di negeri yang beraneka ragam ini akan mengenal Yehuwa sebelum ”tahun perkenan”-Nya berakhir. (Yes. 61:2) Ya, semoga Bapak surgawi kita terus meluaskan batas-batas firdaus rohani kita hingga seluruh bumi ”dipenuhi dengan pengetahuan akan Yehuwa seperti air menutupi dasar laut”.—Yes. 11:9.

[Kotak di hlm. 72]

Gambaran Nikaragua

Keadaan alam: Nikaragua adalah negeri terbesar di Amerika Tengah. Pegunungan di bagian tengah memisahkannya menjadi dua bagian. Bagian barat adalah kawasan danau air tawar. Sebagian besar kawasan timur yang tidak terlalu subur adalah hutan hujan dan dataran. Nikaragua memiliki kira-kira 40 gunung berapi; beberapa masih aktif.

Penduduk: Kebanyakan adalah orang mestizo yang berbahasa Spanyol—keturunan campuran Indian Amerika dan Eropa. Sejumlah kecil orang Indian Monimbó dan Subtiaba tinggal di pesisir barat, sedangkan di kawasan timur tinggal orang Indian Miskito, Sumo, dan Rama, serta Kreol dan orang Afro-Karibia. Agama utama adalah Katolik Roma.

Bahasa: Spanyol adalah bahasa resmi. Bahasa-bahasa pribumi juga digunakan.

Mata pencaharian: Pertanian adalah tulang punggung ekonomi Nikaragua.

Makanan: Panenan utama yang dikonsumsi dalam negeri adalah beras, jagung, kacang-kacangan, sorgum, pisang, singkong, dan beraneka ragam buah. Ekspor mencakup kopi, gula, pisang, makanan laut, dan daging sapi.

Iklim: Nikaragua beriklim tropis. Curah hujan bervariasi dari 190 sentimeter hingga 380 sentimeter, bergantung pada kawasannya. Suhu di pesisir rata-rata sekitar 26 derajat Celsius, sedangkan di daerah pegunungan sedikit lebih sejuk.

[Gambar/Kotak di hlm. 99-102]

Ditangkap Polisi Rahasia

Húber dan Telma López

Profil: Orang tua dari tiga anak yang sudah dewasa. Húber melayani sebagai penatua di sidang setempat.

Di bawah pemerintah revolusi, para penatua dan hamba pelayanan sering ditangkap oleh Keamanan Negara dan ditahan selama satu hari hingga beberapa minggu untuk diinterogasi. Karena kenetralan mereka yang berdasarkan Alkitab, Saksi-Saksi Yehuwa dituduh, tetapi tidak pernah didakwa secara resmi, bahwa mereka menghasut orang-orang untuk memberontak terhadap pemerintah. Para interogator juga menginginkan nama para ”instruktur” dan ”pemimpin” kita.

Salah satu di antara banyak saudara yang mengalami hal ini adalah Húber López, sekarang penatua dan ayah dari tiga anak yang sudah dewasa. Pada bulan Desember 1985, Saudara López ditangkap di rumahnya di La Reforma, sebuah komunitas pedesaan sekitar 40 kilometer di sebelah tenggara Managua. Istrinya, Telma, menceritakan penderitaan mereka pada hari itu,

”Pada pukul 4.00 pagi, dua jip berhenti di depan rumah kami, satu berisi agen-agen Keamanan Negara, satunya lagi berisi para tentara yang mengepung rumah kami. Setelah saya memberi tahu agen-agen itu bahwa suami saya tidak ada di rumah, mereka memerintahkan saya dan anak-anak untuk keluar, mengatakan bahwa mereka akan menggeledah rumah. Namun, putra sulung kami, Elmer, yang berusia sepuluh tahun, tetap di dalam rumah. Ia mengamati seraya mereka mulai mengosongkan lemari buku, baik buku sekuler maupun teokratis. Di antara buku-buku itu, suami saya telah menyembunyikan beberapa catatan sidang. Sewaktu para pengacau itu memindahkan buku-buku tersebut ke mobil-mobil jip, Elmer berseru, ’Pak, apa buku-buku sekolah saya mau dibawa juga?’ Seorang tentara dengan kasar menjawab, ’Ya sudah, ambil saja kembali.’ Dengan cara itu, putra kami berhasil menyelamatkan buku-bukunya dan catatan sidang.

”Sewaktu kami makan pada malam itu, para tentara kembali. Sambil menodongkan senapan pada kami, mereka membawa pergi suami saya sementara anak-anak menyaksikan dan menangis. Para tentara tidak mau memberi tahu kami mengapa atau ke mana ia dibawa.”

Saudara López menjabarkan apa yang terjadi kemudian, ”Saya dibawa ke penjara Masaya dan ditempatkan satu sel dengan segala macam kriminalis. Saya langsung memperkenalkan diri sebagai salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa dan memberi kesaksian kepada pria-pria ini selama beberapa jam. Pada tengah malam, seseorang memerintahkan saya keluar dari sel di bawah todongan senapan dan masuk ke jip yang sudah menunggu di luar, dalam kegelapan. Saya disuruh terus menundukkan kepala, tetapi sewaktu masuk ke jip, saya mengenali empat orang lain di dalamnya yang sedang menundukkan kepala. Mereka adalah hamba pelayanan dan penatua dari daerah Masaya yang telah ditangkap pada malam itu juga.

”Dua kali pada malam itu mereka mengancam untuk membunuh kami, pertama di kebun kopi dan kemudian di dalam kota, tempat mereka menyuruh kami berbaris menghadap tembok. Pada kedua peristiwa itu, mereka tampaknya menunggu kami mengatakan sesuatu, tetapi kami semua diam saja. Akhirnya, mereka membawa kami ke penjara di Jinotepe dan menahan kami di sel yang berbeda selama tiga hari.

”Kami tidak diperbolehkan tidur lebih dari beberapa jam setiap kalinya. Sel-sel kami selalu dibuat gelap, sehingga kami tidak tahu kapan waktu siang atau malam. Kami berulang-ulang dibawa ke kamar interogasi dan ditanya tentang kegiatan pengabaran kami, perhimpunan, dan nama para ’pemimpin’ kami. Salah seorang interogator saya bahkan mengancam hendak menahan orang tua saya dan mengorek informasi dari mereka. Sebenarnya, saya bahkan mendengar suara orang tua, istri, dan anggota keluarga saya yang lain sewaktu saya di dalam sel. Namun, yang saya dengar adalah rekaman yang dibuat untuk mengelabui saya agar mengira bahwa anggota keluarga saya telah ditahan untuk diinterogasi.

”Pada hari keempat, Kamis, saya diberi tahu bahwa saya akan dibebaskan. Tetapi, pertama-tama saya harus menandatangani sebuah pernyataan berisi sumpah bahwa saya akan berhenti mengabarkan agama saya. Saya juga diberi tahu bahwa rekan-rekan Saksi saya telah menandatanganinya—yang, tentu saja, tidak benar. ’Kalau kamu tidak mau menandatanganinya,’ kata interogator saya, ’kamu akan dikembalikan ke sel dan dibiarkan sengsara sampai mati di sana.’

”’Kalau begitu, tolong jangan bebaskan saya; biarkan saja saya di sini,’ jawab saya.

”’Kenapa?’

”’Karena saya salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa, dan itu berarti saya harus mengabar.’

”Saya terkejut sewaktu kami berlima dibebaskan pada hari yang sama. Ya, Yehuwa menjawab doa-doa kami dan menguatkan kami sehingga kami tetap tenang dan tidak mengkhianati saudara-saudara kami. Namun, setelah pengalaman itu, kami terus-menerus diawasi.”

[Kotak/Gambar di hlm. 105, 106]

Dipaksa Memasuki Zona Pertempuran

Giovanni Gaitán

Dibaptis: 1987

Profil: Ditangkap persis beberapa minggu sebelum dibaptis, ia dipaksa menyertai BLI selama 28 minggu. Melayani sebagai perintis selama lebih dari delapan tahun.

Beberapa saudara muda dipaksa menyertai Batalion Perang Nonreguler (BLI dalam bahasa Spanyol) yang bertempur di hutan belantara pegunungan.

Salah satu pemuda ini adalah Giovanni Gaitán. Sewaktu masih menjadi penyiar belum terbaptis, Giovanni menghabiskan 28 bulan bersama BLI. Ia ditangkap persis beberapa minggu sebelum ia dibaptis. Giovanni mengisahkan, ”Cobaan saya dimulai setelah pertempuran pertama. Seorang petugas memerintahkan saya mencuci seragam yang berlumuran darah milik seorang tentara yang tewas. Saya menolak, dengan pertimbangan bahwa hal ini dapat menjadi mata rantai pertama yang akhirnya bakal membuat saya mengkompromikan kenetralan Kristen saya. Petugas itu sangat marah dan menampar pipi saya keras-keras. Ia mencabut pistolnya, menekankannya ke kepala saya, dan menarik pelatuknya, tetapi pistol itu tidak meletus. Jadi, ia menghantamkannya ke wajah saya dan mengancam akan membunuh saya kalau saya membangkang lagi.

”Selama 18 bulan berikutnya, orang ini membuat kehidupan saya sangat sulit. Dalam beberapa peristiwa, ia memerintahkan agar tangan saya diikat sepanjang hari sehingga saya tidak dapat makan. Dalam kondisi ini, saya sering kali dipaksa berjalan menembus hutan belantara di depan kelompok, dengan senapan dan granat-granat diikatkan ke punggung saya—sasaran empuk bagi musuh! Ia memukuli dan mengancam untuk membunuh saya, khususnya sewaktu pertempuran sedang hebat-hebatnya dan orang lain berguguran di sekitar saya tetapi saya menolak mengambil senapan mereka. Namun, saya tidak membencinya, juga tidak memperlihatkan rasa takut, karena Yehuwa memberi saya keberanian.

”Pada suatu pagi di bulan Maret 1985, saya dan beberapa saudara lain dibawa turun gunung ke sebuah daerah tempat keluarga kami diizinkan mengunjungi kami di dekat Mulukukú, sekitar 300 kilometer di sebelah timur laut Managua. Sewaktu sedang makan dan bercakap-cakap dengan para anggota keluarga, saya melihat petugas yang sama ini duduk sendirian. Saya membawakannya sepiring makanan. Sewaktu selesai makan, ia memanggil saya. Saya bersiap-siap menghadapi yang terburuk, tetapi betapa terkejutnya saya sewaktu ia meminta maaf atas perlakuannya terhadap saya. Ia bahkan menanyakan tentang kepercayaan saya. Itulah terakhir kalinya saya melihat dia; tak lama setelah itu ia tewas dalam kecelakaan yang melibatkan truk militer.”

[Kotak/Gambar di hlm. 116-118]

Dua Anggota Panitia Negeri Mengenang

Selama periode pembatasan, pekerjaan di Nikaragua berada di bawah pengarahan kantor cabang Kosta Rika. Sebuah panitia negeri dilantik di Nikaragua untuk menyediakan pengawasan setempat. Dua saudara yang melayani dalam panitia itu, Alfonso Joya dan Agustín Sequeira, mengenang masa-masa ujian itu.

Alfonso Joya: ”Saya sedang melayani sebagai penatua di Managua sewaktu diundang untuk melayani sebagai anggota panitia negeri pada tahun 1985. Pekerjaan duniawi saya adalah mengelola cabang terbesar dari sebuah bank terkenal. Pengetahuan perbankan saya memungkinkan saya membantu memanfaatkan sebaik-baiknya aset finansial organisasi Yehuwa pada masa manakala mata uang Nikaragua mengalami devaluasi tajam, yang melumpuhkan perekonomian. Bahkan sepasang sepatu biasa, yang sebelumnya dijual kira-kira 250 cordoba, segera menjadi dua juta cordoba!

”Selama masa yang sulit secara ekonomi tersebut, terjadi juga kekurangan bahan bakar di negeri ini, sehingga mempersulit saudara-saudara untuk mengirimkan lektur ke sidang-sidang yang jauh. Yehuwa menolong kami dengan memungkinkan saya membantu saudara-saudara mendapatkan bahan bakar yang dibutuhkan.

”Keluarga saya sendiri tidak tahu bahwa saya adalah anggota panitia negeri. Pada waktu itu, saya berusia 35 tahun dan memenuhi syarat untuk status tentara cadangan. Pada empat peristiwa yang berbeda, militer mencoba merekrut saya, bahkan pernah di rumah saya sendiri. Saya ingat jelas insiden itu, karena istri dan ketiga anak saya yang masih kecil ada di samping saya sewaktu mata saya berhadapan langsung dengan laras senapan. Yang menakjubkan adalah saya tidak pernah kehilangan pekerjaan saya di bank.”

Agustín Sequeira: ”Saya sedang melayani sebagai perintis istimewa di sebuah kota kecil di Boaco sewaktu para utusan injil dideportasi pada tahun 1982. Belakangan, saya mendapat hak istimewa, yaitu dilantik menjadi anggota panitia negeri. Saudara-saudara di sidang saya tidak tahu tentang pelantikan ini. Saya biasa bangun pada pukul 4.00 pagi, melakukan tugas-tugas kantor, dan kemudian ambil bagian dalam dinas lapangan bersama sidang.

”Semua anggota panitia negeri menggunakan nama samaran sewaktu kami melaksanakan berbagai tanggung jawab, dan kami sepakat untuk tidak saling memberitahukan perincian tentang pekerjaan kami. Hal ini berguna sebagai perlindungan seandainya ada penangkapan. Kami tidak memiliki kantor tetapi bekerja di rumah yang berbeda-beda. Karena tas kantor dapat menimbulkan kecurigaan, adakalanya saya menaruh kertas-kertas kerja dalam sebuah kantong dan menutupinya dengan beberapa bawang dengan tangkainya terlihat. Beberapa kali saya nyaris tertangkap tetapi tidak pernah ditahan.

”Para anggota Panitia Cabang Kosta Rika mengunjungi kami pada beberapa kesempatan untuk memberi kami anjuran dan pengarahan. Peristiwa yang paling berkesan dan membesarkan hati saya adalah penahbisan kantor cabang Kosta Rika pada bulan Januari 1987, karena pada kesempatan itu, saya dan anggota lain panitia negeri bersukacita dapat bertemu dengan dua anggota Badan Pimpinan.”

Tidak lama sebelum laporan ini dicetak, Saudara Sequeira meninggal dunia dengan tenang. Ia berusia 86 tahun dan telah melayani dalam dinas sepenuh waktu selama lebih dari 22 tahun. Ia adalah anggota Panitia Cabang Nikaragua.

[Kotak/Gambar di hlm. 122, 123]

Kami Menemukan Kebebasan Sejati di dalam Penjara

Antara tahun 1979 dan tahun 1989, Cárcel Modelo dipenuhi oleh para tahanan militer dan politik yang pernah terkait dengan pemerintahan sebelumnya. Berita Kerajaan menembus tembok-tembok ini, mengisi hati dan pikiran orang-orang yang berhati jujur, dan menumbuhkan kepribadian seperti Kristus dalam diri mereka. (Kol. 3:5-10) Berikut ini adalah beberapa komentar para mantan narapidana.

José de la Cruz López: ”Sewaktu dipenjarakan, saya merasa sangat getir dan tidak memiliki harapan serta masa depan. Kemudian, saya bertemu dengan sesama narapidana yang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Saya terkesan akan penjelasan mereka tentang Alkitab serta akan tingkah laku mereka yang baik. Akhirnya, kebutuhan rohani saya terpuaskan dan saya memiliki harapan. Saya merasa bahwa jika saya rela berkorban jiwa demi pemerintah manusia yang tidak bisa menawarkan harapan sejati, terlebih lagi seharusnya saya loyal kepada Pribadi yang memberikan Putra-Nya demi saya! Setelah saya dibebaskan, istri, putri-putri, serta tiga anggota keluarga saya lainnya juga mempelajari kebenaran. Sesungguhnya, saya tidak pernah dapat membalas Yehuwa atas apa yang telah Ia lakukan untuk saya.”

Saudara López melayani sebagai penatua di Managua.

Omar Antonio Espinoza: ”Sewaktu saya berusia 18 tahun, saya dijatuhi hukuman penjara selama 30 tahun dan mendekam selama 10 tahun sebelum mendapat grasi. Meskipun saya menyesal telah kehilangan kebebasan saya, di penjaralah saya mengenal Yehuwa dan kebebasan sejati. Sebelumnya, saya menjalani kehidupan yang amoral, tetapi sekarang saya membuat perubahan total. Saya bersyukur kepada Yehuwa bahwa cawan rohani saya kini terisi penuh. Tekad saya sama seperti tekad Yosua, ’[Mengenai] aku dan rumah tanggaku, kami akan melayani Yehuwa.’​—Yos. 24:15.”

Saudara Espinoza melayani sebagai penatua di kota Rivas.

Anastasio Ramón Mendoza: ”Setelah beberapa bulan di penjara, saya mulai membaca Alkitab sendiri. Kemudian, saya mulai mempelajarinya bersama rekan tahanan yang adalah salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa. Saya segera yakin bahwa saya telah menemukan kebenaran. Namun, saya menunda-nunda dibaptis karena saya masih diliputi kebencian terhadap orang-orang yang menangkap saya​—pemikiran yang saya tahu tidak diperkenan Yehuwa.

”Saya berdoa dengan sungguh-sungguh, meminta pengampunan dan sekaligus bantuan untuk mengatasi sikap saya yang merusak. Yehuwa mendengar permohonan saya, karena Ia dengan sabar mengajar saya untuk membenci bukan orangnya melainkan sikap dan tindakannya yang buruk. Saya dibaptis pada tahun 1982. Sejak saya dibebaskan pada tahun 1989, saya telah mengajarkan Alkitab kepada banyak mantan tentara dan orang lain yang situasinya sama dengan saya. Beberapa di antaranya sekarang adalah saudara-saudara rohani saya.”

Saudara Mendoza melayani sebagai hamba pelayanan di Managua.

[Kotak/Gambar di hlm. 141-145]

Doa Seorang Pastor Terjawab

Teodosio Gurdián

Dibaptis: 1986

Profil: Saudara Gurdián saat ini melayani sebagai penatua di Sidang Wamblán.

Pada tahun 1986, sewaktu perang antara Sandinista dan kontra revolusioner memuncak, dua penyiar dari sidang kecil San Juan del Río Coco menempuh perjalanan sejauh 100 kilometer menuju utara ke Wamblán, sebuah kota di daerah pegunungan tengah yang terletak di perbukitan yang hampir gundul dekat perbatasan Honduras. Kelompok kecil Saksi yang pernah tinggal di sana telah meninggalkan Wamblán dua tahun sebelumnya karena pertikaian tersebut. Kedua saudara itu sedang mencari seorang pria bernama Teodosio Gurdián. Teodosio menjelaskan alasannya.

”Sebelumnya saya seorang pastor gereja evangelis di Wamblán. Gereja kami dipimpin oleh Asosiasi Nasional Pastor Nikaragua (ANPEN dalam bahasa Spanyol), sebuah organisasi para pastor dari seluruh agama Protestan di Managua. Tak lama setelah kaum Sandinista berkuasa, ANPEN menandatangani kesepakatan yang menyetujui keikutsertaan pastor dan anggota jemaat dalam Komite Pertahanan Sandinista dan organisasi-organisasi lain, termasuk angkatan bersenjata. Tetapi, hal ini meresahkan saya, karena saya bertanya kepada diri sendiri, ’Bagaimana mungkin seorang rohaniwan Allah mengangkat senjata?’

”Kemudian saya mendapat buku Perdamaian dan Keamanan yang Sejati​—Dari Sumber Manakah? dari seorang Saksi yang tinggal di Wamblán pada waktu itu. Saya membacanya hingga larut malam. Saya juga mulai membaca majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! secara teratur. Akhirnya, inilah makanan rohani yang sejati. Sebenarnya, saya bahkan menggunakan informasi itu dalam khotbah-khotbah saya. Sewaktu hal ini dibawa kepada perhatian para pengurus gereja, mereka memanggil saya ke kantor pusat di Managua.

”Karena mengira bahwa saya disesatkan gara-gara kurang pengetahuan sebagai pastor, para pengurus itu menawari saya beasiswa untuk belajar selama delapan bulan di Managua. Namun, hal-hal yang telah saya pelajari dari publikasi Saksi memiliki dasar yang kukuh dalam Alkitab. Jadi, saya mengajukan banyak pertanyaan kepada para pengurus gereja itu, seperti, ’Mengapa kita tidak mengabar dari rumah ke rumah seperti yang dilakukan orang-orang Kristen masa awal? Mengapa kita meminta persepuluhan padahal rasul-rasul tidak mengharuskannya?’ Pertanyaan-pertanyaan saya tidak dijawab secara memuaskan, dan tidak lama kemudian, orang-orang ini mulai menjuluki saya Saksi.

”Setelah pengalaman ini, saya memutuskan hubungan dengan gereja dan pergi mencari Saksi-Saksi Yehuwa di Managua. Tetapi, kala itu tahun 1984, dan Saksi-Saksi berhimpun secara diam-diam. Jadi, setelah dua minggu mencari tanpa hasil, saya kembali ke Wamblán dan menghidupi keluarga saya dengan bercocok tanam jagung dan kacang-kacangan di sebidang kecil tanah.

”Saksi-Saksi yang sebelumnya tinggal di Wamblán telah menyiarkan banyak lektur mereka sebelum meninggalkan daerah itu. Jadi, setiap kali saya melihat publikasi-publikasi ini di rumah-rumah yang saya kunjungi, saya bertanya, ’Apakah Anda sedang membaca buku ini? Bolehkah saya membelinya dari Anda?’ Kebanyakan memberikannya kepada saya, sehingga beberapa waktu kemudian, saya memiliki perpustakaan teokratis kecil-kecilan.

”Meskipun saya tidak memperkenalkan diri secara terbuka sebagai Saksi, orang-orang di Wamblán juga mulai memanggil saya demikian. Oleh karena itu, tidak lama kemudian agen-agen Keamanan Negara menginterogasi saya tentang kegiatan saya. Mereka bahkan mengatakan bahwa saya boleh mengabar di desa-desa yang berdekatan, asalkan saya melaporkan hal-hal seperti nama orang-orang yang mendukung kaum kontra. ’Kalau saya memenuhi permintaan Anda,’ jawab saya, ’artinya saya menyangkal Allah saya, dan saya tidak dapat melakukannya. Yehuwa menuntut pengabdian yang eksklusif.’

”Pada peristiwa lain, seorang perwira militer meminta saya menandatangani sebuah dokumen untuk memperlihatkan dukungan saya kepada kaum Sandinista. Saya menolak. Lalu, ia mencabut pistolnya dan mengancam, ’Tidak tahukah kamu bahwa kami dapat menyingkirkan parasit-parasit yang tidak mendukung revolusi?’ Tetapi, alih-alih menembak saya, ia memberi saya waktu untuk mempertimbangkan kembali. Pada malam itu, saya mengucapkan selamat tinggal kepada istri saya. ’Kalau pun saya menandatangani surat itu, saya toh akan mati juga,’ saya memberi tahu dia. ’Tetapi, kalau saya mati tanpa menandatanganinya, Yehuwa akan mengingat saya dalam kebangkitan. Tolong jaga anak-anak, dan percayalah kepada Yehuwa. Ia akan membantu kita.’ Keesokan paginya, saya memberi tahu perwira itu, ’Saya menyerahkan diri. Silakan lakukan semau Anda, tetapi saya tidak akan menandatanganinya.’ Ia mengangguk dan mengatakan, ’Selamat. Saya tahu Anda akan mengatakan hal itu. Saya kenal seperti apa Saksi-Saksi Yehuwa itu.’ Ia kemudian membiarkan saya pergi.

”Setelah itu, saya mengabar secara lebih terbuka, mengadakan perjalanan ke banyak desa yang jauh dan mengundang para peminat untuk berhimpun. Sepasang suami istri lanjut usia termasuk di antara yang pertama-tama menyambut; kemudian disusul keluarga-keluarga lain. Dalam waktu singkat, sebanyak 30 orang berhimpun secara teratur. Saya menggunakan terbitan lama Menara Pengawal, menyampaikan materinya dalam bentuk ceramah, karena kami hanya memiliki satu eksemplar. Saya bahkan memberikan pengajaran Alkitab kepada beberapa tentara, yang salah seorang di antaranya belakangan menjadi Saksi.

”Pada tahun 1985, seorang prajurit yang singgah menceritakan tentang sebuah sidang Saksi-Saksi Yehuwa di Jinotega, sekitar 110 kilometer di sebelah selatan Wamblán. Saya meminta seorang siswa Alkitab dari Wamblán untuk menemani saya ke sana. Setelah mencari keterangan di pasar di Jinotega, kami akhirnya menemukan rumah sebuah keluarga Saksi. Sang istri yang membuka pintu. Sewaktu kami memperkenalkan diri sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, ia bertanya apakah kami datang untuk Peringatan. ’Apa Peringatan itu?’ tanya kami. Saat itu juga, ia memanggil suaminya. Setelah yakin akan ketulusan kami, sang suami mengundang kami masuk. Sayangnya, Peringatan telah diadakan pada malam sebelumnya, tetapi kami tinggal di rumah mereka selama tiga hari dan menghadiri Pelajaran Buku Sidang kami yang pertama.

”Sekembalinya ke Wamblán, saya terus mengabar dan memimpin perhimpunan sendirian. Kemudian, sehari sebelum Peringatan pada tahun 1986, kedua saudara yang disebutkan di awal tiba. Kelompok kecil siswa-siswa Alkitab kami segera menyebarkan undangan lisan kepada semua peminat di desa-desa setempat, dan 85 orang menghadiri Peringatan kami yang pertama.

”Saya dibaptis pada bulan Oktober tahun itu, bersama siswa-siswa Alkitab saya yang pertama​—pasangan suami istri lanjut usia yang disebutkan di atas, yang pada waktu itu berusia 80-an. Sekarang, Sidang Wamblán terdiri dari 74 penyiar dan 3 perintis biasa. Saya mendapat hak istimewa melayani sebagai salah seorang penatua. Pada tahun 2001, kami menyelenggarakan Peringatan di tiga desa lain di samping Wamblán, dengan total hadirin sebanyak 452 orang.”

[Daftar/Gambar di hlm. 80, 81]

NIKARAGUA​—BERBAGAI PERISTIWA PENTING

1925

1934: Seorang saudari perintis yang sedang berkunjung menempatkan lektur di negeri itu.

1937: Rezim Somoza dimulai.

1945: Para lulusan Gilead pertama tiba.

1946: N. H. Knorr dan F. W. Franz mengunjungi Managua. Kantor cabang didirikan.

1950

1952: Atas hasutan klerus Katolik, larangan diberlakukan.

1953: Mahkamah Agung mencabut pelarangan itu.

1972: Gempa bumi meluluhlantakkan Managua.

1974: Kantor cabang dan rumah utusan injil yang baru dirampungkan.

1975

1979: Kaum Sandinista menang atas rezim Somoza. Sebanyak 50.000 orang tewas dalam revolusi ini.

1981: Status hukum Saksi-Saksi Yehuwa dibatalkan.

1990: Saksi-Saksi Yehuwa mendapatkan kembali pengakuan hukum.

1994: Seratus perintis istimewa sementara dilantik. Kampanye-kampanye serupa menyusul.

1998: Badai Mitch menghantam Amerika Tengah, menewaskan 4.000 orang di Nikaragua.

2000

2002: 16.676 penyiar yang aktif di Nikaragua

[Grafik]

(Lihat publikasinya)

Total Penyiar

Total Perintis

20.000

15.000

10.000

5.000

1950 1975 2000

[Peta di hlm. 73]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

HONDURAS

NIKARAGUA

Matagalpa

León

MANAGUA

Masaya

Jinotepe

Granada

Danau Nikaragua

Pulau Ometepe

Tanah Genting Rivas

Sungai San Juan

Bluefields

KOSTA RIKA

[Gambar penuh di hlm. 66]

[Gambar di hlm. 70]

Atas: Francis (kiri) dan William Wallace serta adik perempuan mereka, Jane

[Gambar di hlm. 70]

Bawah (baris belakang, atas ke bawah): Wilbert Geiselman, Harold Duncan, dan Francis Wallace; (baris depan, atas ke bawah): Blanche Casey, Eugene Call, Ann Geiselman, Jane Wallace, dan Evelyn Duncan

[Gambar di hlm. 71]

Atas: Adelina dan Arnoldo Castro

Kanan: Dora dan Evaristo Sánchez

[Gambar di hlm. 76]

Doris Niehoff

[Gambar di hlm. 76]

Sydney dan Phyllis Porter

[Gambar di hlm. 79]

Agustín Sequeira adalah penyiar pertama di Matagalpa

[Gambar di hlm. 82]

María Elsa

[Gambar di hlm. 82]

Gilberto Solís dan istrinya, María Cecilia

[Gambar di hlm. 87]

Sebuah gempa bumi pada tahun 1972 meluluhlantakkan Managua

[Gambar di hlm. 90]

Andrew dan Miriam Reed

[Gambar di hlm. 90]

Ruby dan Kevin Block

[Gambar di hlm. 92]

Perkebunan digunakan untuk Kebaktian Distrik ”Loyalitas Kerajaan”

[Gambar di hlm. 95]

Para utusan injil yang dideportasi dari Nikaragua pada tahun 1982

[Gambar di hlm. 109]

Saudara-saudara yang mencetak lektur semasa pelarangan, bersama mesin stensil mereka, Si Ayam Jago, Si Anak Ayam, dan Si Ayam Betina

[Gambar di hlm. 110]

Elda Sanchez mempersiapkan stensil tanpa takut-takut

[Gambar di hlm. 115]

Saudari-saudari ini mempersiapkan makanan dan terus berjaga-jaga sementara saudara-saudara mencetak

[Gambar di hlm. 126]

Barisan depan: Beberapa saudara yang mempelajari kebenaran di dalam penjara, dari kiri ke kanan: J. López, A. Mendoza, dan O. Espinoza; barisan belakang: Carlos Ayala dan Julio Núñez, para penatua yang mengunjungi penjara untuk membantu saudara-saudara secara rohani

[Gambar di hlm. 133]

Setelah pembatasan atas Saksi-Saksi Yehuwa dicabut, rumah ini menjadi kantor cabang

[Gambar di hlm. 134]

Setelah Badai Mitch, beberapa sukarelawan bersepeda untuk mengirim makanan dan persediaan. Yang lain membangun kembali Balai Kerajaan dan rumah

[Gambar di hlm. 139]

Banacruz, sebuah komunitas di RAAN tempat kabar baik diberitakan sekalipun ada tantangan

[Gambar di hlm. 147]

Kebaktian Distrik ”Kata-Kata Nubuat Ilahi” pada tahun 1999, kebaktian nasional pertama sejak tahun 1978, dihadiri oleh 28.356 orang

[Gambar di hlm. 147]

Para delegasi menyaksikan 784 orang dibenamkan​—baptisan terbesar dalam sejarah Nikaragua

[Gambar di hlm. 148]

Panitia Cabang pada awal tahun 2002, dari kiri ke kanan: Ian Hunter, Agustín Sequeira, Luis Antonio González, dan Lothar Mihank

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan