PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g85_No14 hlm. 22-24
  • Kredo—Apakah Ada dalam Ibadat yang Sejati?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kredo—Apakah Ada dalam Ibadat yang Sejati?
  • Sedarlah!—1985 (No. 14)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Apakah Yesus dan Rasul-Rasul Menggunakan Kredo-Kredo?
  • Bagaimana Membuktikan ”Aku Percaya”
  • Apakah Ajaran Tritunggal Itu Benar?
    Sedarlah!—2013
  • Bagian 4​—Kapan dan Bagaimana Doktrin Tritunggal Berkembang?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Apakah Semua Pemimpin Agama Percaya akan Apa yang Mereka Ajarkan?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
  • Bagaimana Doktrin Tritunggal Berkembang?
    Haruskah Anda Percaya kepada Tritunggal
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1985 (No. 14)
g85_No14 hlm. 22-24

Sudut Pandangan Alkitab

Kredo—Apakah Ada dalam Ibadat yang Sejati?

”AKU percaya kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi, dan kepada Yesus Kristus . . . ”

Apakah anda mengenali kata-kata tersebut? Jutaan orang Katolik dan Protestan menghafalkan kalimat-kalimat seperti di atas, atau yang hampir serupa namun sama artinya, sebagai pernyataan kepercayaan agama mereka. Biasanya itu disebut Kredo [Sahadat] Rasul-Rasul, dan bersama dengan kredo-kredo lain, seperti kredo Atanasia dan kredo Nicaea, hal ini memegang peranan penting dalam ibadat di gereja-gereja Susunan Kristen.

Karena itu, pertanyaan-pertanyaan timbul: Apakah kredo-kredo tersebut penting untuk iman dan persatuan Kristen? Apakah Yesus Kristus dan rasul-rasul menghafalkan kredo-kredo? Apakah Alkitab menyebut hal itu?

Karya-karya referensi standar, seperti Encyclopædia of Religion and Ethics oleh Hasting dan Cyclopedia dari McClintock & Strong, memberitahu kita bahwa kredo-kredo gereja yang kita kenal dewasa ini berasal dari pengakuan pada waktu baptisan yang digunakan di gereja-gereja yang mula-mula. Para calon harus memperlihatkan bahwa mereka sedikitnya telah menerima kepercayaan-kepercayaan dasar dengan menghafalkan ringkasan yang resmi dari padanya. Ada banyak pernyataan pengakuan sedemikian. dan gereja-gereja di daerah-daerah yang berlainan mempunyai versinya sendiri. Baru pada abad keempat kredo-kredo tertentu lebih menonjolkan dari pada kredo-kredo lain.

Dipandang dari latar belakang ini, jelaslah bahwa kredo-kredo digunakan sebagai alat untuk mendefinisikan kepercayaan suatu gereja yang membedakannya dari gereja-gereja lain. Berbagai macam kredo berkembang seraya perubahan-perubahan dalam doktrin diterima. Misalnya, pada Dewan di Nicaea, pernyataan bahwa Putra adalah ’dari satu zat’ yang sama dengan Bapa ditambahkan pada sebuah kredo baptisan yang mula-mula. Dan pada Dewan di Konstantinopel pernyataan selanjutnya bahwa roh kudus ’dipuja dan dimuliakan bersama dengan Bapa dan Putra’ ditambahkan.

Menarik sekali, meskipun kredo-kredo berkembang selama suatu jangka waktu yang lama, menurut Avery Dulles dari Universitas Katolik Amerika, ”kemungkinan tidak ada suatu masa manapun dalam sejarah yang telah melihat begitu banyak perkembangan dalam rumus-rumus kredo baru dari pada jaman kita sendiri.” Dewasa ini, di kalangan gereja-gereja Susunan Kristen, ”ada lebih dari 150 kredo dan pengakuan yang diakui secara resmi,” kata Encyclopædia Britannica.

Apakah Yesus dan Rasul-Rasul Menggunakan Kredo-Kredo?

Pada malam sebelum Yesus Kristus menderita, ia berdoa kepada Bapa surgawinya berkenaan murid-muridnya: ”Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17) Ia mendoakan murid-muridnya agar dikuduskan, atau dipisahkan. Namun apakah ia menyebutkan salah satu kaidah atau kredo tertulis? Tidak! Sebaliknya, ia memperlihatkan bahwa apa yang Allah katakan, seperti dicatat dalam Alkitab, memisahkan mereka dari orang-orang lain.

Ketika membahas soal doa, Yesus mengatakan: ”Apabila kamu berdoa, janganlah kamu mengulang-ulangi perkataan.” (Matius 6:7, Bode) Karena Yesus tidak menyetujui diulang-ulanginya doa-doa yang tertulis atau dihafalkan, bukankah sudah semestinya ia juga tidak setuju dengan menghafalkan kredo-kredo dalam ibadat? Faktanya ialah dalam Alkitab, kita sama sekali tidak dapat menemukan petunjuk bahwa Yesus menggunakan atau memerintahkan seseorang untuk menggunakan kredo-kredo dalam ibadat. ”Allah itu Roh,” katanya, ”dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.”—Yohanes 4:24.

Maka, bagaimana dengan Kredo Rasul-Rasul? Karena namanya demikian, banyak orang percaya bahwa hal itu benar-benar dibentuk oleh rasul-rasul Yesus Kristus. Sebenarnya, ada orang-orang yang bahkan menyatakan bahwa tiap rasul masing-masing menyumbangkan satu kalimat dalam menyusun kredo.

Mengenai pokok ini, Profesor G. C. Stead menulis dalam The Expository Times: ”Setiap orang yang pernah membaca secara luas bacaan Kristen yang mula-mula pasti akan sampai pada kesimpulan yang berbeda.” Ia berpendapat bahwa jika memang ada suatu kredo yang secara resmi disusun dan disetujui oleh rasul-rasul, maka akan sulit untuk menjelaskan mengapa ada begitu banyak ’pengakuan’ dan ’pernyataan iman’ yang berbeda di kalangan gereja-gereja yang mula-mula. Faktanya ialah bahwa ”suatu pernyataan akan kepercayaan Kristen yang kira-kira selaras dalam kata-kata dengan Kredo Rasul-Rasul tidak dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan apapun yang lebih awal dari tahun 340 M. yang kini masih ada.”

Alkitab, dalam Kisah pasal 15, memang membicarakan tentang suatu dewan dari rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem. Namun maksud dari pertemuan itu bukan untuk menyusun atau mengubah suatu kredo melainkan untuk mempertimbangkan apakah orang-orang Kristen Kafir perlu disunat.

Bagaimana Membuktikan ”Aku Percaya”

Kata-kata pembukaan dari suatu kredo selalu ialah, ”Aku percaya” atau, ”Kami percaya.” Ungkapan ini diterjemahkan dari kata Latin “credo,” asal kata dari ”kredo.” Namun apakah pengulangan kata-kata tersebut membuktikan bahwa seseorang benar-benar percaya?

Dalam Khotbah di Bukit yang terkenal, Yesus menyatakan: ”Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: ’Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.” Ia juga mengutuk ahli-ahli agama pada jamannya karena berpaut kepada tradisi-tradisi manusia.—Matius 7:21; 15:8.

Apa yang kita pelajari dari kata-kata Yesus itu? Bahwa di mata Allah tidak ada gunanya seseorang hanya mengulangi apa yang menurut pengakuannya ia percayai. Tetapi ”melakukan kehendak Bapa [dari Yesus],” itulah yang akan mendatangkan perkenan Allah.

Untuk mengetahui apa kehendak Allah itu, seseorang harus berpaling kepada Alkitab dan dengan rajin mempelajarinya. Jadi, bukan dengan menghafalkan atau mengulang-ulangi kredo-kredo, tetapi kita harus melakukan apa yang Yesus katakan dalam doa kepada Bapanya: ”Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”—Yohanes 17:3.

[Gambar di hlm. 23]

Aku percaya . . . Aku percaya . . .

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan