PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g90_No34 hlm. 4-9
  • Polusi—Siapa yang Menyebabkannya?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Polusi—Siapa yang Menyebabkannya?
  • Sedarlah!—1990 (No. 34)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Polusi Tanah Sedang Meningkat
  • Air Kotor—Tidak Layak untuk Kehidupan
  • Hujan Asam—Ancaman yang Mengkhawatirkan
  • Ozon—Musuh yang Tidak Kelihatan
  • Polusi Moral
  • Oh, Nikmatnya Udara Segar!
    Sedarlah!—1996
  • Menyelamatkan Lingkungan Hidup​—Seberapa Jauh Keberhasilannya?
    Sedarlah!—2003
  • Akhir dari Polusi Sudah Dekat?
    Sedarlah!—1990 (No. 34)
  • Udara
    Sadarlah!—2023
Sedarlah!—1990 (No. 34)
g90_No34 hlm. 4-9

Polusi—Siapa yang Menyebabkannya?

”PULAU ini adalah milik negara untuk eksperimen. Tanah ini telah tercemar dengan antraks dan berbahaya. Dilarang mendarat.”a Tanda yang dipasang di daratan Skotlandia di seberang Pulau Gruinard memberikan peringatan kepada para pengunjung. Untuk 47 tahun belakangan, sejak uji-coba peledakan senjata-senjata biologi selama perang dunia kedua, pulau yang indah ini telah dicemari oleh kuman-kuman pembawa penyakit antraks.

Pulau Gruinard merupakan contoh yang ekstrim dari polusi. Namun bentuk-bentuk yang lebih ringan dari polusi tanah merupakan problem yang luas dan makin bertambah.

Polusi Tanah Sedang Meningkat

Salah satu sebab dari polusi tanah ini adalah sampah. Misalnya, rata-rata keluarga Inggris yang terdiri dari empat orang, menurut The Times dari London, membuang 51 kilogram logam dan 41 kilogram plastik setiap tahun, ”yang kebanyakan akan merusak pemandangan jalan-jalan raya, kaki lima, pantai dan tempat-tempat rekreasi”.

Majalah Perancis GEO melaporkan bahwa pada suatu saat tempat pembuangan sampah Entressen yang besar di luar kota Marseilles, Perancis, mencapai ketinggian 60 meter dan menarik perhatian kurang lebih 145.000 burung camar. Pagar kawat sekeliling tempat itu tidak dapat menahan angin yang menerbangkan sampah kertas dan plastik. Akibatnya, pemerintah setempat membeli 30 hektar tanah pertanian di sebelahnya dalam upaya mengatasi problem sampah.

Tidak mengherankan bahwa dalam mengorganisasi Tahun Lingkungan Hidup Eropa—yang berakhir pada bulan Maret 1988—Komisaris EEC Stanley Clinton Davis mendapati daftar problem polusi ”tidak terhingga”.b Hasilnya, suatu kampanye yang menganjurkan penggunaan kembali sampah direncanakan dengan tujuan mengolah kembali 80 persen dari 2.200.000.000 ton sampah dari Masyarakat setiap tahun.

Polusi karena sampah tidak hanya terbatas di Eropa Barat. Sekarang ini telah menjadi global. Menurut majalah New Scientist, orang bahkan perlu membersihkan benua terpencil Antartika. Para ilmuwan riset Australia mengumpulkan lebih dari 40 ton mesin-mesin rusak dan bahan-bahan bangunan yang dibuang berserakan di dekat pangkalan mereka. The New York Times (19 Desember 1989) melaporkan bahwa orang-orang Amerika di McMurdo Station, Antartika, membersihkan sampah yang terkumpul selama 30 tahun, termasuk sebuah traktor seberat 35.000 kilogram yang tenggelam di air sedalam 24 meter.

Ya, di daratan, polusi dan pencemaran bertambah-tambah. Tetapi, bagaimana halnya dengan air di bumi?

Air Kotor—Tidak Layak untuk Kehidupan

”Untuk pertama kali dalam lebih dari seperempat abad sungai-sungai di Inggris menjadi semakin kotor,” kata The Observer. ”Laut Kategat [antara Swedia dan Denmark] sedang sekarat. Dengan cepat laut itu tidak dapat lagi menunjang kehidupan ikan karena sudah begitu tercemar dan sangat kekurangan oksigen,” demikian laporan The Times dari London. ”Sungai-sungai di Polandia dengan cepat menjadi got-got terbuka dan sedikit sekali perbaikan yang terlihat.”—The Guardian.

Pada bulan November 1986 terjadi bencana polusi yang oleh Daily Telegraph dari London digambarkan sebagai ”pemerkosaan atas terusan yang paling besar dan menarik di Eropa Barat”. Karena suatu kebakaran yang hebat di sebuah pabrik kimia di Basel, Swiss, pasukan pemadam kebakaran tanpa disadari telah menyemprotkan 10 sampai 30 ton bahan kimia dan pestisida ke dalam Sungai Rhine, sehingga menciptakan ”Chernobyl dari industri air”. Kejadian ini memenuhi halaman berita utama. Namun, apa yang biasanya tidak dilaporkan adalah fakta bahwa sampah-sampah beracun secara tetap dibuang ke dalam Sungai Rhine dalam skala yang lebih rendah.

Air yang mengandung polusi tidak hanya terdapat di daerah sekitar sumbernya. Berkilo-kilo meter dari sana, pengaruhnya bisa mematikan. Sungai-sungai di Eropa yang mengalir ke Laut Utara mengangkut cat, pemutih pasta gigi, sampah beracun, dan kotoran hewan dalam jumlah yang begitu banyak sehingga Institut untuk Penyelidikan Perikanan di Belanda sekarang menyatakan jenis ikan gepeng di Laut Utara tidak layak untuk dimakan. Hasil survai menunjukkan bahwa 40 persen dari ikan flounder (ikan laut yang gepeng) dari daerah air dangkal mengidap penyakit kulit dan tumor-tumor kanker.

Siapa yang patut disalahkan untuk pencemaran ini? Kebanyakan menuding industri, yang ketamakannya akan keuntungan besar jauh melebihi keprihatinan akan lingkungan. Namun, para petani juga bersalah dalam mencemari sungai-sungai dekat ladang mereka. Meningkatnya penggunaan pupuk nitrat kini dapat mengakibatkan cairan yang keluar dari makanan ternak yang disimpan dalam gudang menjadi beracun.

Orang perorangan juga menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Sungai Mersey, dengan tempat penampungan air di daerah barat-laut Inggris, dinyatakan sebagai sungai yang paling kotor di Eropa. ”Sekarang, hanya orang-orang yang bodoh dan tidak tahu yang mau berenang di Sungai Mersey,” demikian komentar Daily Post dari Liverpool, dan menambahkan, ”Siapa saja yang karena sial terjatuh ke dalam sungai itu mungkin harus diangkut ke rumah sakit karena menjadi sakit.”

Kotoran manusia juga besar peranannya dalam polusi laut. Laut di pantai rekreasi yang terkenal di Inggris, menurut laporan mengandung kotoran yang kadarnya sebanding dengan ”satu cangkir kotoran yang ada di kamar mandi di rumah-rumah”, empat kali lipat melebihi batas yang ditetapkan EEC.

Ada bahaya lain lagi; yang ini jatuh dari langit.

Hujan Asam—Ancaman yang Mengkhawatirkan

Pada suatu waktu, orang-orang di Inggris pernah mati karena menghirup udara—atau, sebenarnya, kabut bercampur asap. Dewasa ini, kematian akibat polusi tersebut jarang. Kabut-asap London, yang membunuh kira-kira 4.000 jiwa pada tahun 1952, tidak lagi merupakan ancaman. Pusat-pusat pembangkit tenaga tempat pembakaran batu bara yang menjadi sumber kabut-asap tersebut sudah dipindahkan ke luar kota dan diperlengkapi dengan cerobong-cerobong asap yang tinggi dan, dalam beberapa keadaan, dengan alat penyikat yang membuang sebagian besar dari gas yang paling mematikan.

Namun, ini tidak menghentikan polusi atas atmosfer. Cerobong asap yang tinggi mungkin meniadakan bahaya dari daerah yang berdekatan. Tetapi, angin membawa polutan ke tempat-tempat yang jauh—sering kali ke negeri-negeri lain. Akibatnya, Skandinavia menderita polusi dari Inggris, dan banyak orang menyebut Inggris sebagai ”Orang Tua Kotor dari Eropa”. Dengan cara yang sama, industri di Amerika Serikat bagian barat tengah menimbulkan banyak, problem hujan asam di Kanada.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan menyalahkan sulfur dioksida sebagai penyebab utama dari polusi udara yang menghasilkan hujan asam. Pada tahun 1985 Drew Lewis, utusan kepresidenan A.S. urusan hujan asam Kanada-Amerika, mengemukakan, ”Mengatakan bahwa sulfat tidak menyebabkan hujan asam adalah sama dengan mengatakan bahwa rokok tidak menyebabkan kanker paru-paru.” Tampaknya, pada waktu bersatu dengan uap air, sulfur dioksida akan menghasilkan asam sulfat, yang akan mengasamkan hujan atau terkumpul pada titik-titik air dari awan, dengan demikian membasahi hutan di daerah pegunungan dengan uap air yang mematikan.

Pada waktu hujan asam turun atau, lebih buruk lagi, pada waktu salju asam mencair, tanah di bawahnya terkena dampaknya. Para ilmuwan Swedia yang mengulang penelitian yang pernah diadakan pada tahun 1927 mengambil kesimpulan bahwa kedalaman 70 sentimeter keasaman lahan hutan telah bertambah sepuluh kali lipat. Perubahan kimiawi ini sangat mempengaruhi kesanggupan tanaman untuk mengisap mineral yang berguna, seperti kalsium dan magnesium.

Apa pengaruh dari semua ini terhadap manusia? Ia merasa sedih pada waktu danau dan sungai yang sebelumnya penuh dengan makhluk-makhluk hidup menjadi asam dan tidak mengandung kehidupan lagi. Tambahan pula, para ilmuwan Norwegia mengambil kesimpulan dari penelitian mereka bahwa bertambahnya keasaman air, dalam danau ataupun dalam tanah, akan melarutkan aluminium. Ini menimbulkan bahaya yang pasti atas kesehatan. Para ilmuwan melihat ”hubungan yang jelas antara angka statistik kematian yang lebih tinggi dan konsentrasi aluminium yang bertambah besar” dalam air. Hubungan yang mungkin ada antara aluminium dan penyakit Alzheimer (hilang ingatan) dan penyakit-penyakit lain dari usia lanjut terus menimbulkan kekhawatiran.

Memang, di daerah-daerah seperti Sungai Mersey di Inggris dan tempat pembuangan sampah Entressen di Perancis, banyak upaya telah dilakukan untuk memperbaiki keadaan. Namun, problem macam ini masih tetap ada. Hal itu muncul lagi di seluruh dunia. Tetapi masih ada lagi polusi jenis lain—yang tidak kelihatan.

Ozon—Musuh yang Tidak Kelihatan

Pembakaran bahan bakar fosil, di pusat-pusat pembangkit tenaga atau perapian di rumah, menghasilkan polutan tambahan selain sulfur dioksida. Ini termasuk oksida dari nitrogen dan hidrokarbon yang tidak terbakar habis.

Pendapat ilmiah sekarang makin mempersalahkan nitrogen oksida ini sebagai penyebab polusi udara. Di bawah pengaruh sinar matahari, zat-zat ini membantu mengeluarkan gas yang mematikan, yaitu ozon. ”Ozon merupakan polutan udara yang paling utama yang mempengaruhi tanaman di AS,” demikian pernyataan David Tingey dari Badan Perlindungan Lingkungan Hidup A.S. Ia memperkirakan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh ini atas negaranya berjumlah $1.000 juta setahun pada tahun 1986. Kerugian di Eropa pada waktu itu $400 juta per tahun.

Maka, sekalipun hujan asam merusak kanal-kanal, banyak orang merasa bahwa ozon, yang pada akhirnya dihubungkan dengan knalpot mobil, lebih bersalah daripada hujan asam atas kematian pepohonan. The Economist menyatakan, ”Pepohonan [di Jerman] mati sebelum waktunya bukan oleh hujan asam melainkan oleh ozon. Sekalipun kematian tersebut mungkin disebabkan oleh embun beku, kabut asam atau penyakit, ozonlah yang membuat pepohonan menjadi lemah.” Dan apa yang terjadi di Eropa hanya merupakan cermin dari kondisi di benua-benua lain. ”Pohon-pohon di taman-taman nasional Kalifornia dirusak oleh polusi udara yang mungkin datang dari tempat sejauh Los Angeles,” demikian laporan New Scientist.

Namun, ada jenis polusi yang paling buruk yang mencemari bumi. Itu merupakan faktor penyebab utama dari polusi fisik atas tanah, air, dan udara dari planet kita.

Polusi Moral

Kita mudah tertipu oleh penampilan orang. Yesus Kristus secara jelas menggambarkan hal ini. Pada waktu berbicara dengan para pemimpin agama pada zamannya, ia berkata, ”Celakalah kamu, . . . sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh . . . pelbagai jenis kotoran.” (Matius 23:27) Ya, penampilan seseorang mungkin rapi, bahkan menarik, namun tutur kata dan kelakuannya mungkin menyingkapkan kepribadiannya yang sebenarnya, yang buruk. Patut disayangkan, polusi moral seperti itu tersebar luas dewasa ini.

Polusi moral termasuk penyalahgunaan obat bius, yang lebih tersebar luas daripada sebelumnya. Bintang-bintang pop, idola-idola panggung dan layar perak, dan bahkan para usahawan yang tampaknya terhormat, telah menjadi obyek skandal karena ketergantungan mereka kepada obat bius. Polusi moral juga termasuk perbuatan seksual yang amoral, yang dapat menjadi penyebab pecahnya keluarga, perceraian, aborsi, juga berkembangnya wabah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks, termasuk momok AIDS yang mengerikan.

Akar dari polusi moral ini ialah sifat mementingkan diri, yang juga merupakan akar dari kebanyakan polusi fisik yang menimpa umat manusia. Tereza Kliemann, yang berkecimpung dalam bidang pengobatan AIDS di São Paulo State, Brasil, menyatakan apa problem tersebut, ”Pencegahan [AIDS] berarti perubahan dalam perilaku kelompok berisiko tinggi dan hal itu sulit dilakukan.” Mayoritas terbesar dari orang-orang berkeras melakukan apa yang mereka ingin lakukan, sebaliknya dari memikirkan bagaimana tingkah laku mereka mempengaruhi orang lain. Akibatnya, bacaan, hiburan, dan sebenarnya seluruh kebudayaan manusia dilanda polusi moral.

Bagi orang-orang yang suka berpikir, kebanyakan dari upaya pembersihan secara fisik dan moral dewasa ini tampaknya tidak lebih dari penutup luar belaka. Kalau demikian, anda mungkin bertanya-tanya, apakah ada harapan yang dapat dipercaya akan suatu bumi yang bersih secara fisik dan moral. Jangan tawar hati. Alkitab memberi tahu kita bahwa akhir dari polusi sudah dekat!

[Catatan Kaki]

a Antraks adalah penyakit binatang yang menular dan mengakibatkan luka-luka pada kulit atau infeksi paru-paru pada manusia.

b EEC adalah singkatan dari European Economic Community [Masyarakat Ekonomi Eropa], atau Common Market [Pasaran Bersama].

[Kotak/Gambar di hlm. 7]

Lebih Buruk daripada Kerusakan oleh Waktu

Setelah bertahun-tahun diterpa unsur-unsur dalam alam, pahatan batu berbentuk wajah ini hanya kelihatan seperti topeng orang mati. Lebih buruk daripada kerusakan akibat waktu adalah pengaruh yang merusak dari polusi udara. Bangunan-bangunan tua di seluruh dunia telah dirusak, dikikis oleh hujan asam yang mengguyurnya, dari Balai Kota di Schenectady, Amerika Serikat, sampai kepada bangunan-bangunan yang terkenal di Venesia, Italia. Monumen-monumen di Roma dilaporkan akan ambruk dengan satu sentuhan. Partenon yang terkenal di Yunani dikatakan menderita lebih banyak kerusakan dalam waktu 30 tahun terakhir daripada 2.000 tahun sebelumnya. Kerusakan seperti itu sering kali berlipat ganda karena gabungan faktor-faktor lingkungan termasuk temperatur, angin, dan kelembaban, maupun oleh bakteri-bakteri yang hidup pada dinding-dinding bangunan. Dengan akibat demikian atas benda-benda mati, bagaimana akibat dari polusi atas makhluk-makhluk hidup?

[Gambar]

Pahatan pada sebuah katedral di London

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan