PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g92 Agustus hlm. 20-21
  • Kuskus yang Senang Dimanja

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kuskus yang Senang Dimanja
  • Sedarlah!—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Sepupu Koala
  • Binatang Kesayangan yang Menarik
  • Si Mungil Mata Besar
    Sedarlah!—2014
  • Eukaliptus—Seberapa Bergunakah?
    Sedarlah!—2001
  • Bulu Berang-Berang Laut
    Sadarlah!—2017
  • Ekor Kuda Laut
    Apakah Ini Dirancang?
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1992
g92 Agustus hlm. 20-21

Kuskus yang Senang Dimanja

Oleh koresponden Sedarlah! di Papua Nugini

TERKEJUT karena tetap dijadikan pusat perhatian, makhluk kecil yang senang dimanja ini balas menatap kami dengan seluruh kepolosannya dari matanya yang besar dan bercahaya. Wajahnya yang bulat didominasi oleh moncongnya yang menonjol, dan telinganya hampir tenggelam di balik bulu. Makhluk bulat berbulu kuning keputih-putihan yang unik dengan ekor panjang tanpa bulu ini adalah kuskus.

Seraya kami mendekat untuk melihatnya lebih jelas, ia menjauh ke atas melewati pepohonan, mencengkeram dahan-dahan dengan keempat kaki dan kadang-kadang dengan ekornya, untuk bersembunyi di tempat yang aman dan tinggi.

Sepupu Koala

Kuskus adalah salah satu jenis satwa khas yang dijumpai hanya di Pulau New Guinea, di Australia utara, dan di kepulauan sekitarnya. Meskipun satwa ini tidak sepopuler koala, sepupunya yang terkenal, terdapat banyak persamaan pada keduanya.

Seperti koala, kuskus adalah binatang berkantong, yang berarti bahwa setelah melahirkan, ia menggendong dan mengasuh bayinya—dua hingga empat anak sekaligus—di dalam sebuah kantong yang menyatu dengan tubuhnya. Kuskus yang juga pemalu dan lamban bergerak ini tinggal di pohon-pohon. Kegiatan rutinnya sehari-hari adalah tidur, tidur, dan tidur lagi. Ia melewatkan hari-hari dengan hidup bergerombol di sebuah cabang pohon yang tinggi, ekornya yang merah muda berayun-ayun seperti tanda tanya terbalik, tidak peduli dengan kesibukan yang terjadi di bawah. Karena ia adalah binatang malam, ia semakin aktif pada malam hari.

Di dalam habitat alamnya, kuskus sebagian besar hidup dari daun-daun, kuncup-kuncup, dan buah-buahan berkulit lunak, dan juga burung-burung kecil dan serangga. Nama ilmiahnya, Phalanger, berarti ”Makhluk berjari”. Kami melihat seekor kuskus, berjongkok pada bokongnya, dengan cepat mengupas pisang dan menjilatnya seperti kita menikmati es krim.

Binatang Kesayangan yang Menarik

Barangkali karena sifatnya yang jinak, kuskus cukup populer sebagai binatang kesayangan. Dan daya tariknya tak disangkal lagi. Yang utama, ia berwarna-warni. Bulu-bulunya bervariasi dari putih mengkilap, merah kecoklatan, atau berbagai corak yang berbeda dari abu-abu hingga hitam legam. Ada yang bebercak-bercak, sementara yang lainnya mempunyai garis berwarna gelap pada punggung. Bulunya yang tebal, bentuknya yang bulat, tatapannya yang tajam dan ingin tahu, gerakannya yang lamban dan berhati-hati—semuanya menjadikan kuskus binatang kesayangan yang menarik.

Jika Anda perhatikan benar-benar cakarnya yang mirip cakar burung pemangsa, Anda bahkan dapat menimang kuskus seperti seekor kucing. Seekor kuskus dapat bertumbuh hingga kira-kira 60 sentimeter, tidak termasuk ekornya, yang panjangnya sekitar 30 sentimeter. Bagian ujung ekornya tak berbulu dan ditutupi sisik yang kasar, membuatnya tampak dan terasa seperti amplas yang baik—bantuan untuk mencengkeram.

Salah satu spesimen menghibur kami dengan mempertunjukkan cara memakan sebatang jagung. Kuskus memegang batang jagung dengan kedua cakarnya, lalu mengunyah satu baris biji jagung dan sebelum mulai memakan baris berikutnya, ia dengan saksama mencium-cium baris yang baru ia makan untuk memastikan tak sebutir jagung pun tertinggal. Setelah selesai makan jagung, ia menjilat cakarnya hingga bersih dan berbaring di dahan pohon, menjatuhkan dirinya dan merasa puas.

Kuskus mempunyai beberapa musuh selain manusia. Penduduk asli memburu satwa tersebut untuk diambil dagingnya dan menggunakan bulunya yang indah untuk mantel dan topi. Dewasa ini, manusia mengganggu habitat alam kuskus, yaitu hutan tropis, melalui pengembangan tanah, penambangan, turisme, dan lain sebagainya. Ini benar-benar mengancam kelestariannya. Ini adalah satu bukti lain bahwa manusia merusak apa yang telah Allah percayakan dalam pemeliharaannya.—Kejadian 1:26; Wahyu 11:18.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan