PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g95 8/2 hlm. 28-29
  • Bila Kelajangan Adalah Suatu Karunia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bila Kelajangan Adalah Suatu Karunia
  • Sedarlah!—1995
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Halangan Menuju Kebahagiaan?
  • Karunia Masing-Masing
  • Gunakan Sebaik-baiknya Kelajangan Saudara
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2011
  • ’Luangkan Tempat untuk Itu’
    Pelayanan Kerajaan Kita—2003
  • Kelajangan​—Sebuah Pintu kepada Kegiatan dengan Perhatian yang Tidak Tersimpangkan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
  • Melajang​—Jalan Hidup yang Penuh Berkat
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-42)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1995
g95 8/2 hlm. 28-29

Pandangan Alkitab

Bila Kelajangan Adalah Suatu Karunia

’SAYA kesepian,’ ratap seorang wanita Kristen yang telah menjanda selama beberapa tahun. ’Saya mengharapkan seorang teman hidup. Kesibukan membuat kesepian saya berkurang. Demikian pula dengan bergaul. Namun saya ingin menikah.’

Bila Anda sungguh-sungguh ingin menikah namun Anda belum berhasil mendapat seorang teman hidup, kelajangan tampaknya sama sekali bukan suatu karunia—mungkin Anda lebih merasa bagaikan dihukum dalam penjara emosi-emosi negatif yang membuat Anda letih dan depresi. Atau jika Anda adalah orang-tua tunggal, Anda mungkin bertanggung jawab sepenuhnya dalam menyediakan semua kebutuhan anak-anak Anda.

Karena itu, bisa jadi Anda tidak menganggap status kelajangan Anda sebagai suatu karunia. Meskipun demikian, beberapa orang menganggap kelajangan sebagai sesuatu yang sangat berharga, dan mereka memilih untuk hidup sendiri. Karena itu, kelajangan merupakan suatu karunia, dan jika demikian, kapan dan mengapa? Apa yang dikatakan Alkitab?

Halangan Menuju Kebahagiaan?

Perkawinan dapat merupakan sumber kesenangan yang besar. (Amsal 5:18, 19) Beberapa orang ”yakin bahwa pelaminan merupakan satu-satunya tempat untuk memperoleh kebahagiaan dan kepuasan”, demikian komentar Los Angeles Times. Apakah surat kawin merupakan satu-satunya ”tiket” menuju kebahagiaan?

Seorang pakar kesehatan mental, Ruth Luban, mengatakan, menurut Los Angeles Times, ”Wanita [dan pria] akan terkejut bila menyadari seberapa banyak kepuasan yang dapat mereka raih bila mereka tidak lagi menaruh harap agar ada seorang pria [atau wanita] akan menyelamatkan mereka dari kehidupan lajang.” Ya, kelajangan bukanlah suatu halangan untuk memperoleh kehidupan yang bahagia, dan memuaskan. Banyak orang yang telah bercerai memberi tahu bahwa perkawinan bukanlah secara otomatis jalan menuju kebahagiaan. Kebahagiaan sejati adalah hasil dari hubungan yang baik dengan Allah. Dengan demikian, seorang Kristen dapat berbahagia baik melajang maupun menikah.—Mazmur 84:13; 119:1, 2.

Di samping menyebutkan rintangan-rintangan akibat ulah sendiri, Marie Edwards dan Eleanor Hoover, dalam bukunya The Challenge of Being Single, mengemukakan suatu kemungkinan halangan lain menuju kebahagiaan—tekanan sosial. Mereka mengatakan ”asumsinya adalah bahwa jika Anda tidak menikah Anda akan menderita penyakit emosi yang dalam dan kelam. . . . Ada kelainan pada diri Anda, pasti”.

Bahkan teman-teman yang bermaksud baik dapat tanpa sadar menimpakan tekanan berat pada seorang lajang melalui pertanyaan-pertanyaan usil seperti, ’Kapan kamu akan menikah?’ atau, ’Kenapa pria setampan kamu masih juga belum menikah?’ Meskipun komentar-komentar seperti ini mungkin disampaikan dengan nada bercanda, namun dapat ’menikam seperti pedang’, mengakibatkan sakit hati atau malu.—Amsal 12:18.

Karunia Masing-Masing

Rasul Paulus berstatus tidak menikah sewaktu ia menempuh perjalanan sebagai seorang misionaris. Apakah ini karena ia menentang perkawinan? Sama sekali tidak. Rasul Paulus melajang karena ia memilih untuk tetap tidak menikah ”demi kabar baik”.—1 Korintus 7:7; 9:23.

Paulus sanggup untuk tidak menikah, namun ia mengakui bahwa tidak semua orang dapat seperti dia. Ia mengatakan, ”Masing-masing memiliki karunianya sendiri dari Allah, seorang dengan cara ini, yang lain dengan cara itu.”—1 Korintus 7:7.

Kelajangan dapat menjadi jalan menuju kebahagiaan, sekalipun Anda sebenarnya tidak berniat melajang. Tentu saja, perkawinan termasuk di antara banyak karunia yang diterima dari Yehuwa. Namun Alkitab menunjukkan bahwa kelajangan dapat juga merupakan ”karunia”—jika Anda dapat ”meluangkan tempat untuk itu”. (Matius 19:11, 12; 1 Korintus 7:36-39) Kalau begitu, apa saja manfaat dari kelajangan?

Paulus mengatakan bahwa orang-orang yang sudah menikah khawatir untuk mendapat ”perkenan” dari teman hidup mereka, sebaliknya orang-orang yang tidak menikah ”khawatir untuk perkara-perkara Tuan”. Hal ini menonjolkan salah satu dari manfaat terbesar dari kelajangan—kesempatan untuk melayani Yehuwa ”tanpa sesuatu yang mengalihkan perhatian”.—1 Korintus 7:32-35.

Alkitab tidak mengatakan bahwa kehidupan orang yang lajang sama sekali bebas dari hal-hal yang mengalihkan perhatian. Akan tetapi, seseorang yang hidup sendirian umumnya hanya memiliki sedikit hal yang mengalihkan perhatian daripada orang yang berkeluarga, karena hanya ia sendiri yang perlu diperhatikan sewaktu ia membuat keputusan. Misalnya, sewaktu Allah menyuruh Abraham meninggalkan Haran dan pindah ke tanah Kanaan, Alkitab mengatakan, ”Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan.” (Kejadian 12:5) Walaupun situasi keluarga Abraham tidak mengekang dia, ia pasti menghabiskan cukup banyak waktu dalam mengatur rumah tangganya untuk misi tersebut.

Bandingkan perpindahan Abraham dengan perpindahan dari rasul Paulus. Sewaktu Paulus dan Silas memberitakan kabar baik di kota Tesalonika, segerombolan orang marah terhadap mereka. Malam itu juga, segera saudara-saudara mengutus Paulus dan Silas menuju Berea. Pada kesempatan lain, sewaktu berada di Troas, Paulus mendapat suatu penglihatan agar ’melangkah ke Makedonia dan menolong [mereka]’. Sekarang segera setelah ia melihat penglihatan tersebut, ia berangkat ke Makedonia. Jelaslah, Paulus tidak memiliki istri, sehingga memungkinkan ia bertindak lebih leluasa dalam jangka waktu yang singkat, suatu hal yang akan lebih sulit jika dengan keluarga.—Kisah 16:8-10; 17:1-15.

Manfaat lain yang ditawarkan oleh kelajangan adalah lebih bebas untuk membuat pilihan pribadi. Bila Anda hidup sendirian, akan lebih mudah untuk memutuskan di mana Anda akan tinggal, ingin makan apa dan kapan, atau bahkan ingin tidur jam berapa. Kebebasan ini juga termasuk kegiatan-kegiatan rohani. Lebih banyak waktu tersedia untuk mempelajari Firman Allah secara pribadi, ikut serta dalam dinas pelayanan, dan memanfaatkan kesempatan untuk menjadi bantuan bagi orang-orang lain.

Karena itu, tidak soal Anda melajang karena pilihan atau karena keadaan, bertekadlah untuk menggunakan waktu Anda dengan bijaksana. Anda akan hidup dengan lebih bahagia bila kelajangan Anda digunakan untuk membantu orang-orang lain. (Kisah 20:35) Jika Anda mendambakan suatu perkawinan, janganlah mengurung diri sendiri dengan emosi-emosi negatif atau merasa tidak lengkap karena ’sang dambaan hati’ belum kunjung datang. Tetaplah sibuk dalam dinas Allah, dan seperti yang Paulus katakan, mungkin Anda mendapati bahwa kelajangan dapat merupakan suatu karunia.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan