PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g95 8/7 hlm. 12-14
  • Tempat AIDS Menjadi Pandemi

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Tempat AIDS Menjadi Pandemi
  • Sedarlah!—1995
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mereka yang Paling Menderita
  • ”Problem Kesehatan Terbesar pada Zaman Kita”
  • Dampak Sosial dari AIDS
  • Apa yang Sedang Dilakukan
  • Jalan Keluarnya
  • Mengapa Afrika Menderita Begitu Banyak?
    Sedarlah!—1992
  • Siapa yang Berada dalam Bahaya?
    Sedarlah!—1986 (No. 18)
  • Pembawa Virus AIDS—Berapa yang Bisa Mati?
    Sedarlah!—1988 (No. 27)
  • Mengapa AIDS Tersebar Begitu Luas?
    Sedarlah!—1988 (No. 27)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1995
g95 8/7 hlm. 12-14

Tempat AIDS Menjadi Pandemi

DALAM waktu kurang dari 15 tahun, AIDS telah menghantui setiap benua di bumi. Hanya dalam waktu beberapa tahun, bom biologis ini telah meledak hingga mencapai tingkat pandemi (wabah sedunia). WHO (Organisasi Kesehatan Sedunia) telah memperkirakan bahwa di seluruh dunia 5.000 orang terjangkiti setiap harinya. Ini berarti lebih dari tiga orang setiap menit! Negeri-negeri yang paling hebat diserang adalah negeri-negeri miskin, yang disebut juga negara berkembang. WHO meramalkan bahwa negara-negara ini, menjelang tahun 2000, akan menjadi tempat dari 90 persen semua infeksi HIV dan akhirnya 90 persen dari semua kasus AIDS.

Mereka yang Paling Menderita

Rose berusia 27 tahun, sudah menikah serta memiliki tiga orang anak sewaktu suaminya tiba-tiba jatuh sakit. Suaminya meninggal beberapa bulan kemudian. Penyebab kematiannya tidak jelas pada waktu itu. Para dokter menduga TBC. Sanak saudara mengatakan bahwa ia terkena guna-guna. Sanak saudara dari pihak suaminya mulai merampas harta milik Rose. Iparnya mengambil anak-anaknya secara paksa sewaktu ia sedang tidak ada di rumah. Rose dipaksa pulang ke kampung halamannya. Dua tahun kemudian ia mendapat serangan muntah-muntah dan diare. Pada saat itulah ia menyadari bahwa suaminya meninggal karena AIDS dan bahwa ia pun telah terjangkiti. Rose meninggal tiga tahun kemudian, pada usia 32 tahun.

Kisah tragis seperti ini merupakan hal yang umum sekarang. Di beberapa daerah, seluruh keluarga dan bahkan desa-desa telah musnah.

”Problem Kesehatan Terbesar pada Zaman Kita”

Pemerintah di negara-negara berkembang menghadapi rintangan yang berat sewaktu berupaya mengatasinya. Karena kurangnya sumber daya finansial dan adanya prioritas-prioritas lain yang mendesak dan memakan biaya yang cukup mahal, AIDS terbukti menjadi suatu beban yang tak tertanggungkan lagi. Resesi seluas dunia, kekurangan makanan, bencana alam, peperangan, kebiasaan-kebiasaan budaya, dan takhayul-takhayul hanya memperbesar problem tersebut. Pengadaan perawatan khusus yang membutuhkan peralatan dan obat-obatan untuk infeksi yang sering diderita oleh pasien-pasien AIDS, mahal. Banyak rumah sakit besar sekarang terlalu penuh, tidak terawat, dan kekurangan personalia. Mayoritas penderita AIDS sekarang dipulangkan dari rumah sakit dan menunggu kematian mereka di rumah agar tempat tersedia bagi pasien-pasien lain yang membutuhkan yang jumlahnya terus bertambah. Yang juga berhubungan dengan AIDS adalah kenaikan yang mengkhawatirkan dalam jumlah infeksi sekunder seperti TBC. Beberapa negara telah melaporkan bahwa kematian karena TBC telah meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir, dan sebanyak 80 persen penderita AIDS di rumah sakit terserang TBC.

Dampak Sosial dari AIDS

Pandemi AIDS tidak hanya berdampak pada sistem perawatan kesehatan tetapi juga pada seluruh sektor ekonomi dan masyarakat. Sebanyak 80 persen dari mereka yang terjangkiti berusia antara 16 dan 40 tahun, kelompok umur yang paling produktif dalam masyarakat. Mayoritas pencari nafkah keluarga. Kebanyakan keluarga bergantung pada mereka, akan tetapi jika mereka jatuh sakit dan akhirnya meninggal, anak-anak kecil dan orang lanjut usia ditinggalkan tanpa tunjangan. Di masyarakat Afrika mana pun, apabila orang-tua seorang anak meninggal, menurut tradisi anak tersebut akan dipungut dan ditampung oleh kerabat dekatnya. Akan tetapi, dewasa ini, apabila orang-tua meninggal, kakek-nenek atau sanak saudara lain yang masih hidup sering kali sudah terlalu tua atau sudah menanggung beban yang berat dalam upaya untuk menyediakan kebutuhan anak-anak mereka sendiri. Situasi ini mengarah kepada krisis anak-anak karena kehilangan orang-tua dan meningkatnya jumlah anak-anak jalanan WHO meramalkan bahwa di daerah selatan Sahara di Afrika saja, lebih dari 10 juta anak akan menjadi yatim piatu menjelang akhir abad ini.

Kaum wanita mendapati bahwa malapetaka AIDS lebih menyusahkan hati dan memberatkan. Wanitalah yang terutama dituntut untuk memberikan perawatan sepanjang hari yang dibutuhkan oleh mereka yang sakit dan sekarat​—ini disamping kewajiban-kewajiban rumah tangga lainnya yang harus mereka lakukan.

Apa yang Sedang Dilakukan

Pada awal tahun 1980-an, banyak pejabat pemerintah, yang berprasangka terhadap aib yang berhubungan dengan AIDS dan tidak menyadari penyebaran yang cepat dari penyakit ini, bersikap masa bodoh dan berpuas diri. Akan tetapi, pada tahun 1986 pemerintah Uganda menyatakan perang terhadap AIDS. Selama sembilan tahun terakhir, Uganda diakui telah melancarkan ”upaya-upaya yang paling baru yang pernah dikembangkan sampai saat ini dalam mengendalikan penyebaran AIDS”.

Dewasa ini, ada lebih dari 600 lembaga dan organisasi nasional maupun internasional di Uganda yang berkaitan dengan upaya untuk mengendalikan penyebaran AIDS. Lembaga-lembaga kemanusiaan ini telah mendirikan suatu jaringan pusat-pusat pendidikan AIDS di seluruh negeri. Kesadaran umum akan malapetaka AIDS dibawa kepada perhatian masyarakat melalui drama, tarian, lagu, acara-acara radio dan TV, surat kabar, dan telepon. Seiring dengan perawatan di rumah dan bantuan materi, penyuluhan disediakan bagi penderita AIDS maupun bagi para janda dan anak-anak yatim piatu.

Di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa, perhatian kepada para yatim piatu dan janda-janda dipandang sebagai bagian dari ibadat Kristen. (Yakobus 1:27; 2:15-17; 1 Yohanes 3:17, 18) Sidang tidak mengambil alih tanggung jawab anggota-anggota keluarga untuk memelihara keluarga mereka sendiri. Akan tetapi, jika tidak ada anggota keluarga dekat, atau jika para yatim piatu dan janda-janda memang tidak dapat menanggung sendiri beban mereka, maka sidang dengan penuh kasih akan memberi mereka bantuan

Joyce, misalnya, adalah salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa yang tinggal di Kampala, ibu kota Uganda. Ia merupakan korban AIDS dan meninggal pada bulan Agustus tahun 1993. Sebelum meninggal ia menulis kisah berikut: ”Saya dibesarkan sebagai seorang Protestan dan belakangan menikah dengan seorang Katolik. Akan tetapi, saya dapat melihat banyak orang di gereja saya bertingkah laku amoral, maka saya berhenti ke gereja. Kakak perempuan tertua saya belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan sewaktu ia berkunjung, ia memberi tahu saya hal-hal yang sedang ia pelajari dari Alkitab.

”Suami saya sangat menentang saya belajar Alkitab. Bahkan orang-tua saya mulai menentang saya, terutama ayah saya. Tentangan ini berlangsung selama dua tahun, namun hal ini tidak mengecilkan hati saya, karena saya yakin bahwa saya mempelajari kebenaran. Ketika saya memberi tahu suami saya bahwa saya ingin dibaptis, ia sangat marah. Ia menganiaya saya secara fisik dan memerintahkan saya untuk meninggalkan rumah. Maka saya pergi dan tinggal sendirian dalam sebuah kamar sewa yang kecil.

”Beberapa waktu kemudian suami saya meminta saya untuk kembali. Tidak lama setelah saya kembali ia mulai menjadi lemah dan sakit-sakitan. Saya merasa heran, karena ia selalu memiliki kesehatan yang baik. Akhirnya kami mengerti bahwa ia mengidap AIDS. Ia meninggal pada tahun 1987. Pada waktu itu saya adalah seorang perintis biasa [penginjil sepenuh waktu], dan meskipun sekarang saya seorang janda dengan lima anak, saya terus berada dalam dinas perintis.

”Empat tahun kemudian, pada tahun 1991, saya menyadari bahwa saya terkena AIDS dari suami saya. Saya mulai mengalami kemerosotan secara fisik dan menderita bintik-bintik merah pada kulit, kehilangan berat badan secara cepat, dan terserang flu terus-menerus. Saya masih terus merintis dan memimpin 20 pengajaran Alkitab, tetapi seraya kekuatan saya menurun, saya harus menguranginya menjadi 16. Tujuh dari antara mereka pada akhirnya dibaptis.

”Saya tidak pernah merasa diasingkan atau tertekan, karena sidang memberikan dukungan yang sungguh-sungguh kepada saya. Akhirnya, saya tidak dapat menghadiri beberapa perhimpunan karena fisik yang melemah. Saudara-saudara merekam acara perhimpunan pada sebuah kaset untuk saya, dan saya terus mendapat makanan rohani. Para penatua sidang menyusun sebuah daftar nama agar saudari-saudari rohani saya dapat secara bergilir mengurus kebutuhan saya dan bahkan menemani saya semalaman. Meskipun demikian, satu hal menyusahkan saya​—anak-anak saya. ’Apa yang akan terjadi dengan mereka apabila saya meninggal?’ pikir saya.

”Di Afrika harta milik dari seseorang yang meninggal sering kali diambil oleh sanak saudara, maka saya terus-menerus berdoa kepada Yehuwa tentang hal ini. Saya memutuskan untuk menjual rumah saya dan membangun unit-unit yang lebih kecil untuk disewakan agar anak-anak saya selalu mempunyai tempat tinggal dan pendapatan yang tetap. Saudara-saudara di sidang membantu menjualkan rumah saya dan berhasil membeli sebidang tanah lain, dan mereka membangun unit-unit tersebut untuk saya. Saya tinggal di salah satu unit tersebut dan merasa tenang karena mengetahui bahwa anak-anak saya akan terurus.

”Sanak saudara saya sangat marah karena saya telah menjual rumah, dan mereka memulai perjuangan secara hukum melawan saya. Sekali lagi, saudara-saudara datang membantu dan menangani masalah ini untuk saya. Kami memenangkan kasus hukum ini. Walaupun sekarang saya merasa begitu lemah, organisasi Yehuwa yang penuh kasih dan harapan Kerajaan membuat saya bertahan. Karena keadaan saya, saya sekarang dirawat di rumah sakit. Saya masih memiliki saudari-saudari rohani yang mengurus kebutuhan saya sepanjang hari, karena rumah sakit tidak dapat menyediakan makanan dan perlengkapan tidur yang memadai.”

Setelah tinggal di rumah sakit selama enam bulan, Joyce disuruh pulang. Dua hari kemudian ia meninggal. Kelima orang anaknya sekarang dipelihara oleh seorang saudari perintis di sidang tersebut yang juga memiliki tiga orang anak.

Jalan Keluarnya

Di Uganda, tempat AIDS telah menjadi pandemi, Presiden Yoweri Kaguta Museveni menyatakan, ”Saya percaya bahwa tanggapan terbaik terhadap ancaman AIDS dan penyakit-penyakit lain yang ditularkan secara seksual adalah dengan menegaskan kembali secara terbuka dan terus terang rasa hormat, respek dan tanggung jawab yang dimiliki setiap orang terhadap sesamanya.” Singkat kata, terdapat kebutuhan untuk kembali kepada norma moral monogami dalam ikatan perkawinan. Setiap orang setuju bahwa inilah satu-satunya jalan untuk terlindung dan satu-satunya jalan agar AIDS dapat dikendalikan. Akan tetapi, sedikit orang yang percaya bahwa standar moral demikian dapat dicapai.

Saksi-Saksi Yehuwa ada di antara mereka yang tidak hanya percaya bahwa norma-norma moral demikian mungkin tetapi juga mempraktekkannya. Lebih jauh, sebagaimana halnya Joyce, mereka percaya akan janji Allah berkenaan langit baru dan bumi baru yang di dalamnya terdapat keadilbenaran. (2 Petrus 3:13) Dalam dunia yang dibersihkan dari semua kejahatan, maka Allah Yehuwa akan menggenapi janji yang dicatat di Penyingkapan 21:4, ”Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.”

[Gambar di hlm. 12]

Seorang ayah membawa putranya, yang meninggal karena AIDS, untuk dimakamkan

[Keterangan]

WHO/E. Hooper

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan