PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g99 8/5 hlm. 15-20
  • Bangsa Aztek​—Perjuangan Hidup Mereka yang Luar Biasa

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bangsa Aztek​—Perjuangan Hidup Mereka yang Luar Biasa
  • Sedarlah!—1999
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Munculnya Bangsa Aztek
  • Asal-Usul Legendarisnya
  • Penaklukan
  • Apakah Bangsa Aztek Masih Bertahan?
  • Orang Aztek Modern Menjadi Orang Kristen Sejati
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2012
  • Tradisi Masa Lalu di Meksiko Masa Kini
    Sedarlah!—2008
  • Kemerdekaan Sejati​—Dari Sumber Mana?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Meksiko City—Raksasa yang Semakin Membesar?
    Sedarlah!—1991
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1999
g99 8/5 hlm. 15-20

Bangsa Aztek​—Perjuangan Hidup Mereka yang Luar Biasa

OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI MEKSIKO

ALUN-ALUN YANG LUAS ITU DIBANJIRI MANUSIA, ADA YANG MEMBELI, ADA YANG BERJUALAN . . . DI ANTARA KAMI TERDAPAT PRAJURIT-PRAJURIT YANG PERNAH SINGGAH DI BANYAK BAGIAN DUNIA, KE KONSTANTINOPEL DAN KE SEANTERO ITALIA SERTA ROMA, DAN MEREKA MENGAKU BELUM PERNAH MELIHAT ALUN-ALUN YANG SEDEMIKIAN HARMONIS DAN SEIMBANG, YANG SEDEMIKIAN LUAS SERTA DIDATANGI BEGITU BANYAK ORANG.”

DEMIKIANLAH kutipan kata-kata Bernal Díaz del Castillo, seorang prajurit dalam pasukan penakluk asal Spanyol, Hernán Cortés, sewaktu ia melihat kota bangsa Aztek, Tenochtitlán, pada tahun 1519.

Menurut buku The Mighty Aztecs, oleh Gene S. Stuart, sewaktu orang Spanyol tiba, antara 150.000 dan 200.000 jiwa berdiam di Tenochtitlán. Kota itu sama sekali tidak terpencil dan primitif, tetapi merupakan kota metropolitan yang semrawut, seluas ratusan hektar. Kota itu memiliki jembatan, jalan layang, saluran air, dan kuil-kuil yang gemerlapan. Sebagai ibu kota, Tenochtitlán merupakan jantungnya Imperium Aztek.

Tetapi, bagi banyak pembaca, gagasan tentang kota Aztek yang damai dan harmonis ini mungkin bertolak belakang dengan apa yang telah mereka dengar, yakni kepercayaan populer bahwa bangsa Aztek hanyalah bangsa biadab yang haus darah. Memang, orang-orang Aztek percaya bahwa dewa-dewa mereka membutuhkan jantung dan darah manusia agar tetap kuat. Akan tetapi, kebudayaan dan sejarah Aztek tidak melulu diwarnai pertumpahan darah. Dan, dengan memahami perjuangan hidup mereka, kita dapat lebih memahami pergulatan hidup yang gigih dari keturunan mereka hingga hari ini.

Munculnya Bangsa Aztek

Sebenarnya, periode keberadaan bangsa Aztek hanya singkat saja dalam peradaban Mesoamerika.a Sebagian besar peneliti percaya bahwa para penduduk asli Meksiko bermigrasi dari Asia melintasi Selat Bering ke Alaska dan dari sana lambat-laun bergerak ke selatan.​—Lihat Sedarlah! terbitan 8 September 1996, halaman 4-5.

Para arkeolog mengatakan bahwa, berdasarkan temuan terakhir, kebudayaan paling kuno yang berkembang pesat di Mesoamerika adalah kebudayaan Olmek. Peradaban Olmek, menurut beberapa pakar, tampaknya muncul sekitar tahun 1200 SM, dan mungkin bertahan selama 800 tahun. Tetapi, baru pada tahun 1200 M​—lebih dari dua ribu tahun kemudian​—bangsa Aztek tampil. Kebudayaan mereka hanya bertahan selama 300 tahun. Dan, imperium mereka yang perkasa hanya berkuasa selama seratus tahun sebelum takluk di bawah pedang para penyerbu asal Spanyol.

Akan tetapi, pada puncak kejayaannya, Imperium Aztek memperlihatkan keagungan yang jarang tertandingi. Menurut sebuah narasumber, ”bangsa Aztek mendirikan suatu imperium yang membentang ke selatan hingga Guatemala”. The World Book Encyclopedia melukiskannya sebagai berikut, ”Bangsa Aztek memiliki salah satu peradaban paling maju di benua Amerika. Mereka membangun kota-kota yang sama besarnya dengan kota manapun di Eropa pada masa itu.”

Asal-Usul Legendarisnya

Meskipun Aztek merupakan bangsa yang terkemuka, tidak banyak yang diketahui mengenai asal-usul mereka. Menurut legenda, nama Aztek berasal dari aztlán​—kata yang konon berarti ”tanah putih”. Namun, sehubungan dengan Aztlán yang legendaris itu, tidak seorang pun mengetahui letaknya, atau apakah tempat itu benar-benar ada.

Bagaimanapun, menurut legenda, bangsa Aztek adalah yang terakhir dari tujuh kelompok yang meninggalkan Aztlán. Di bawah perintah dewa mereka, Huitzilopochtli, mereka memulai perjalanan panjang mencari tanah airnya. Selama puluhan tahun, suku itu mengembara, menderita kesukaran dan kekurangan pangan yang parah, serta tidak henti-hentinya berperang dengan suku-suku tetangga. Tetapi, pengembaraan itu tidak mungkin berlanjut tanpa henti. Menurut legenda yang paling populer, Huitzilopochtli memberi tahu para pengikutnya untuk mencari tanda ini: seekor elang yang bertengger di atas sebatang kaktus. Fenomena ini konon terlihat di sebuah pulau kecil berlumpur di Danau Texcoco. Di sini, para pengembara itu akhirnya menetap, membangun sebuah kota yang belakangan dikenal sebagai Tenochtitlán Raya (berarti ”Batu yang Muncul dari Air”). Menurut beberapa sejarawan, namanya diambil dari nama seorang patriark legendaris yang dipanggil Tenoch. Sekarang ini, Tenochtitlán terkubur di bawah Mexico City.

Bangsa Aztek ternyata adalah teknisi dan perajin yang cerdas. Menggunakan dasar danau itu sebagai fondasi, mereka memperbesar kota tersebut dengan menguruk tanah. Jalan-jalan layang dari tanah urukan menghubungkan pulau tersebut ke daratan. Serangkaian saluran air dibangun juga.

Akan tetapi, selama jangka waktu ini, para pembangun tersebut belum dikenal umum sebagai bangsa Aztek. Menurut legenda, dewa mereka, Huitzilopochtli telah memberikan sebutan baru sewaktu mereka keluar dari Aztlán​—Mexica. Pada waktunya, daerah sekitarnya dan semua penduduknya pun menyandang nama ini.

Akan tetapi, bangsa Mexica, atau Aztek, tidak sendirian di kawasan ini. Dikelilingi oleh musuh-musuh, mereka harus membentuk aliansi dengan tetangga mereka. Tetangga yang tidak berdamai dengan bangsa Aztek segera terperangkap dalam pertempuran mati-matian. Sebenarnya, perang telah mendarah daging dalam bangsa Aztek. Dewa matahari mereka, Huitzilopochtli, hanyalah satu dari sekian banyak dewa-dewi yang menuntut jantung segar dan korban manusia secara teratur. Tahanan perang menjadi sumber utama untuk korban-korban ini. Reputasi bangsa Aztek yang menggunakan tahanan dengan cara ini menanamkan rasa takut dalam hati musuh-musuh mereka.

Dengan demikian, Imperium Aztek mulai membentang dari Tenochtitlán, dan tak lama kemudian mencakup beberapa daerah dari Amerika Tengah sekarang ini. Gagasan dan kebiasaan religius yang baru diserap ke dalam kebudayaan Aztek. Sementara itu, barang-barang mewah​—upeti yang diperoleh dari daerah-daerah taklukan​—mulai mengalir ke dalam perbendaharaan Aztek. Musik, kesusastraan, dan seni Aztek berkembang pesat. Majalah National Geographic mengatakan, ”Ditinjau dari kekuatan semata-mata, bangsa Aztek pastilah termasuk jajaran pemahat paling berbakat sepanjang sejarah.” Sewaktu Spanyol tiba, peradaban Aztek sedang pada puncak kesemarakannya.

Penaklukan

Pada bulan November 1519, kaisar Mexica, Montezuma II, dengan damai menyambut orang-orang Spanyol dan pemimpin mereka, Hernán Cortés, karena percaya bahwa ia adalah jelmaan dewa Aztek, Quetzalcoatl. Orang-orang Spanyol menerima keramahtamahan yang diberikan kepada mereka oleh bangsa Aztek yang percaya pada takhayul. Namun, dengan naif, bangsa Aztek membiarkan orang Spanyol itu melihat harta Tenochtitlán yang terbuat dari emas. Dengan penuh nafsu, Cortés menyusun rencana jahat untuk menyita semuanya itu. Dalam suatu tindakan yang cukup nekat, Cortés menjadikan Montezuma tahanan dalam kotanya sendiri. Ada yang mengatakan bahwa Montezuma menerima saja hampir tanpa protes. Apa pun yang terjadi, Cortés berhasil menaklukkan ibu kota dari suatu imperium besar tanpa menembakkan sebutir peluru pun.

Tetapi, kemenangan tanpa pertumpahan darah itu tidak bertahan lama. Cortés mendadak harus berangkat ke pantai untuk menangani suatu keadaan genting dan meninggalkan seorang pria yang impulsif bernama Pedro de Alvarado sebagai pengawas. Alvarado memutuskan untuk terlebih dahulu menyerang karena takut, tanpa kehadiran Cortés di sana, orang Tenochtitlán akan bangkit melawan dia. Ia membantai sejumlah orang Aztek selama suatu perayaan. Sekembalinya Cortés, ia mendapati kota itu dalam keadaan kalut. Pada pertempuran yang kemudian meletus, Montezuma terbunuh, barangkali oleh pihak Spanyol. Akan tetapi, menurut versi orang Spanyol mengenai peristiwanya, Cortés berhasil membuat Montezuma tampil dan memohon orang-orangnya untuk berhenti berperang. Sewaktu melakukannya, Montezuma dilempari batu hingga mati oleh orang-orangnya sendiri. Bagaimanapun, Cortés dan beberapa pengikutnya yang cedera berhasil menyelamatkan diri.

Dalam keadaan lesu dan cedera, Cortés menghimpun kembali pasukannya. Orang-orang Spanyol disertai oleh suku-suku tetangga yang membenci bangsa Aztek dan sangat antusias untuk melepaskan kuk mereka. Cortés kini kembali ke Tenochtitlán. Pada pengepungan berdarah yang menyusul, dilaporkan bahwa para prajurit Spanyol yang tertangkap dijadikan korban persembahan oleh bangsa Aztek. Hal ini membangkitkan kemurkaan anak buah Cortés sehingga mereka semakin bertekad untuk menang dengan segala cara. Menurut seorang penulis Aztek, suku-suku taklukan tersebut langsung turun tangan, ”dengan kejam membalas perlakuan bangsa Mexica [Aztek] di masa lalu dan merampok semua harta mereka”.

Pada tanggal 13 Agustus 1521, Tenochtitlán Raya pun jatuh. Orang Spanyol dan sekutu mereka kini sepenuhnya menguasai bangsa Mexica. National Geographic menyatakan, ”Dalam sekejap mata sejarah, kota-kota besar dan pusat-pusat upacara di Mesoamerika menjadi puing-puing seraya orang Spanyol memburu emas di seantero negeri itu. Penduduk pribumi diperbudak serta dipaksa menjadi orang Kristen, dan Imperium Aztek​—peradaban pribumi terbesar yang terakhir​—pun musnah.”

Penaklukan bukan sekadar membawa perubahan politis. Orang Spanyol membawa serta agama baru​—Katolik​—dan sering kali memaksakannya kepada bangsa Mexica di bawah ancaman pedang. Memang, agama Aztek itu haus darah dan bersifat berhala. Tetapi, sebaliknya daripada mencabut semua sisa-sisa kekafiran, Katolik membentuk kemitraan yang aneh dengan agama Aztek. Tonantzin, dewi yang disembah di Bukit Tepeyac, digantikan oleh sang Perawan Guadalupe, sementara Basilika Guadalupe menjulang persis di tempat Tonantzin dipuja sebelumnya. (Basilika itu konon merupakan tempat Perawan Maria menampakkan diri secara mukjizat.) Pada hari-hari raya agama yang suci untuk menghormati sang Perawan, para penyembah menari berputar-putar menurut irama tarian kafir dari bapak leluhur mereka persis di depan basilika tersebut.

Apakah Bangsa Aztek Masih Bertahan?

Meskipun Imperium Aztek telah lama lenyap, pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Kata-kata seperti ”cokelat”, ”tomat”, dan ”chili” (”cabai”) berasal dari bahasa Aztek, yakni Nahuatl. Selain itu, mayoritas penduduk Meksiko terdiri dari keturunan campuran antara para penakluk asal Spanyol dan suku-suku pribumi.

Di banyak bagian dari Meksiko, kebudayaan pribumi lama masih populer, seraya beberapa kelompok etnik berupaya melestarikan tradisi leluhur mereka. Secara keseluruhan ada 62 kelompok pribumi yang dikenal dan 68 dialek yang terdaftar di Republik Mexico. Sebuah penelitian baru-baru ini yang diadakan oleh Instituto Nacional de Estadística, Geografía e Informática (Institut Geografi dan Perhitungan Statistik Nasional) menyimpulkan bahwa lebih dari lima juta orang berusia di atas lima tahun menggunakan salah satu bahasa pribumi. Majalah National Geographic mengatakan, ”Meskipun tidak berdaya dan dilanda kemiskinan sepanjang masa penjajahan, kediktatoran, dan revolusi, penduduk asli Mexica yang masih bertahan ini berhasil melestarikan bahasa, gaya hidup tradisional, dan harapan yang kukuh untuk mewujudkan kebebasan berkehendak.”

Meskipun demikian, sebagian besar keturunan Aztek yang bermartabat ini hidup dalam kemiskinan, sering kali membanting tulang mencari nafkah dengan menggarap sebidang kecil lahan. Banyak yang tinggal di daerah terpencil yang minim sarana pendidikan. Itu sebabnya kemajuan ekonomi sulit dicapai oleh sebagian besar penduduk asli Mexico. Dan, keadaan mereka yang menyedihkan bukan hal aneh di kalangan penduduk asli di seantero Meksiko dan Amerika Tengah. Banyak pihak telah angkat suara dalam memperjuangkan nasib mereka. Rigoberta Menchú, seorang penduduk Guatemala pemenang Hadiah Nobel, menyuarakan permohonan yang menggugah ini, ”Kita harus menghapus perintang-perintang yang ada​—antara kelompok-kelompok etnik, orang Indian dan mestizo (campuran Eropa dan Indian Amerika), kelompok-kelompok bahasa, pria dan wanita, cendekiawan dan noncendekiawan.”

Sungguh disayangkan, keadaan menyedihkan dari bangsa Aztek​—di masa lalu dan sekarang​—hanyalah contoh menyedihkan yang lain dari ”orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka”. (Pengkhotbah 8:9) Kata-kata yang menggugah dan pernyataan politis yang retoris tidaklah cukup untuk mengubah keadaan orang-orang miskin dan serbakurang di dunia. Itulah sebabnya, sejumlah pengguna bahasa Nahuatl dengan antusias menyambut harapan Alkitab mengenai pemerintah, atau ”kerajaan”, yang akan datang atas dunia.​—Daniel 2:44; lihat kotak di halaman ini.

Ada yang menolak gagasan tentang mengajarkan Alkitab kepada orang-orang pribumi. Mereka mungkin merasa bahwa agama dari orang-orang pengguna bahasa Nahuatl​—campuran antara Katolik dan kekafiran kuno Aztek​—adalah bagian dari kebudayaan yang harus dilestarikan. Tetapi, orang-orang yang telah membuka hati mereka pada berita Alkitab telah merasakan pembebasan sejati dari takhayul serta kepalsuan agama. (Yohanes 8:32) Bagi ribuan orang keturunan Aztek, Alkitab menawarkan satu-satunya harapan keselamatan yang sejati.

[Catatan Kaki]

a Istilah ”Mesoamerika” memaksudkan kawasan yang ”membentang ke selatan dan timur dari Meksiko tengah hingga mencakup sebagian Guatemala, Belize, Honduras, dan Nikaragua”. (The American Heritage Dictionary) Peradaban Mesoamerika memaksudkan ”seluruh kebudayaan pribumi yang kompleks yang berkembang di sebagian Meksiko dan Amerika Tengah sebelum dieksplorasi serta ditaklukkan oleh Spanyol pada abad ke-16”.​—Encyclopædia Britannica.

[Kotak/Gambar di hlm. 20]

”SAYA SENANG MEMBAGIKAN KEBENARAN KEPADA ORANG NAHUATL”

SAYA lahir di Meksiko di sebuah desa kecil bernama Santa María Tecuanulco, hanya 60 kilometer dari Mexico City. Tempat itu indah dan hijau, terletak di sisi bukit, tempat orang-orang mencari nafkah dengan menanam bunga. Sewaktu bunga-bunga siap dipetik, sungguh menyenangkan melihat warna-warninya di mana-mana. Semua orang di Santa María biasanya menggunakan bahasa Nahuatl, bahasa Mexico zaman dahulu. Seingat saya, setiap rumah diberi nama sebagai identifikasi, tentunya dalam bahasa Nahuatl. Nama rumah saya adalah Achichacpa, berarti ”Tempat Air Mengalir”. Sewaktu memberikan alamat, saya memberi tahu orang-orang nama dari rumah-rumah di sekeliling rumah saya. Sekarang pun, banyak rumah yang memiliki nama. Saya belajar bahasa Spanyol pada tahun 1969, pada usia 17 tahun. Menurut saya, bahasa Nahuatl itu indah. Sayang sekali, hanya penduduk desa yang lanjut usia yang menggunakannya; anak-anak muda sekarang hampir tidak mengetahui bahasa itu.

Saya satu-satunya orang di desa yang belajar bersama Saksi-Saksi Yehuwa. Tiba-tiba, seluruh desa mengusir saya dan anak-anak. Saya didesak untuk memberikan sumbangan reguler kepada Gereja Katolik, tetapi saya menolaknya. Bahkan, sanak saudara tidak mau bertegur sapa dengan saya. Meskipun menghadapi tentangan keras di desa, saya dibaptis pada bulan Desember 1988. Saya bersyukur kepada Yehuwa bahwa ketiga putri saya melayani sebagai penginjil sepenuh waktu dan bahwa putra saya adalah seorang Kristen yang terbaptis. Saya senang membagikan kabar baik di Santa María. Saya mengabar kepada orang-orang tua dalam bahasa Nahuatl. Saya bertekad untuk terus melayani Allah kita yang pengasih, Yehuwa, yang beriba hati kepada orang-orang dari semua suku.​—Disumbangkan.

[Grafik di hlm. 17]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

PERBANDINGAN KRONOLOGI BEBERAPA KEBUDAYAAN DAN PERISTIWA UTAMA DI AMERIKA DAN DUNIA

DARI 1200 SM HINGGA 1550 M

INKWISISI SPANYOL

1500 M

RENAISANS EROPA

AZTEK

PERANG SALIB ”KRISTEN”

TOLTEK

1000 M

BIZANTIUM

500 M

TEOTI​-​HUACÁN

KEKRISTENAN MASA AWAL

ROMAWI

ZAPOTEK

YUNANI

MESIR

500 SM

MAYA

OLMEK ASIRIA

1000 SM

[Peta/Gambar di hlm. 18]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

WILAYAH KEKUASAAN DUNIA AZTEK

MEKSIKO

Tenochtitlán

GUATEMALA

[Gambar]

Kota besar yang dikenal sebagai Tenochtitlán terkubur di bawah Mexico City modern

[Keterangan]

Mountain High Maps® Copyright © 1997 Digital Wisdom, Inc.

[Gambar di hlm. 15]

Kalender Aztek

[Gambar di hlm. 19]

Bangsa Aztek menggunakan Piramida Matahari, Teotihuacán, dalam ibadat mereka

[Keterangan Gambar di hlm. 15]

Lukisan dinding pada halaman 15-16: ”Mexico Through the Centuries”, karya asli Diego Rivera. National Palace, Mexico City, Meksiko

[Keterangan Gambar di hlm. 17]

Elang dan karya seni pada halaman 18: ”Mexico Through the Centuries”, karya asli Diego Rivera. National Palace, Mexico City, Meksiko

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan